2008esv
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL
ENZIM XILANASE DARI CAIRAN RUMEN KAMBING & DOMBA DAN SUMBER AIR PANAS DI CIPANAS
SKRIPSI
EVRIN SAFRILYA VANADIANINGRUM
PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

RINGKASAN
Evrin Safrilya Vanadianingrum. D24103037. 2006. Isolasi dan Karakterisasi
Bakteri Penghasil Enzim Xilanase dari Cairan Rumen Kambing & Domba dan
Sumber Air Panas di Cipanas. Skripsi. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Anita Sardiana Tjakradidjaja, M.Rur.Sc.
Pembimbing Anggota : Irma Isnafia Arief, S.Pt. M.Si. Ketersediaan pakan yang berkualitas, semakin langka dengan semakin
meningkatnya persaingan antara pakan dan pangan. Sebagai akibatnya pakan yang tersedia berlimpah adalah pakan yang mempunyai kualitas rendah dan mempunyai
kandungan serat kasar tinggi sehingga sulit untuk dicerna terutama oleh ternak monogastrik. Kondisi yang demikian merupakan suatu permasalahan bagi ternak non ruminansia karena dalam lambungnya tidak terdapat mikroba pencerna serat
seperti yang terdapat pada ternak ruminansia. Salah satu komponen serat kasar yang sulit untuk didegradasi oleh ternak non ruminansia adalah xilan yang merupakan
bagian dari hemiselulosa. Xilan dapat dicerna oleh tubuh ternak jika sudah dirubah menjadi gula sederhana. Perubahan xilan menjadi gula sederhana memerluka n bantuan enzim, yaitu enzim xilanase yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh ternak
ruminansia maupun non ruminansia. Enzim xilanase ini dihasilkan oleh sejumlah bakteri yang terdapat di alam yaitu bahan-bahan yang berserat tinggi, di dalam rumen
dan sumber air panas. Isolasi bakteri penghasil enzim xilanase dari sumber air panas dan cairan rumen diperlukan untuk membantu ternak non ruminansia mencerna xilan. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan isolat bakteri
penghasil enzim xilanase dari cairan rumen kambing dan domba dan sumber air panas dengan aktivitas yang optimum. Isolat ini selanjutnya dapat dijadikan kultur
yang dapat ditambahkan pada bahan pakan berserat tinggi atau dapat diinokulasikan ke dalam tubuh ternak non – ruminansia. Penelitian ini menggunakan cairan rumen kambing, domba dan sumber air
panas sebagai sumber inokulumnya. Masing – masing inokulum ditumbuhkan pada media tumbuh dan diinkubasi selama tiga hari pada suhu 39oC untuk cairan rumen
dan suhu 55oC untuk sumber air panas. Pengkayaan dilakukan dengan menaikkan taraf xilan pada media tumbuh secara bertahap yaitu: 0; 0,6; 1,2; 1,8 dan 2,4 %. Koloni yang tumbuh dan mengandung bakteri yang seragam diseleksi sebagai suatu
isolat dan ditumbuhkan sebagai isolat yang terpisah. Peubah yang diamati adalah luasan zona bening, populasi bakteri, morfologi koloni, morfologi sel, dan aktivitas
enzim xilanase yang dihasilkan oleh isolat tersebut. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan pola faktorial, 9 x 5 dengan 3 ulangan untuk isolat dari rumen kambing dan 4 x 5 dengan
3 ulangan untuk isolat dari rumen domba, serta 3 x 3 dengan 3 ulangan untuk isolat dari sumber air panas. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam
(ANOVA) dan bila berbeda nyata dilakukan uji kontras ortogonal polinomial. Khusus untuk data morfologi koloni dan sel dianalisa dengan analisa statistika deskriptif.
Jumlah isolat dari rumen kambing sebanyak sembilan isolat yaitu : EVK1, EVK2, EVK3, EVK4, EVK5, EVK6, EVK7, EVK8 dan EVK9. Jumlah isolat dari

rumen domba sebanyak empat isolat yang terdiri dari : ESD1, ESD2, ESD3 dan
ESD4. Jumlah isolat yang diperoleh dari sumber air panas sebanyak tiga isolat : CP1, CP2, dan CP3. Keseluruhan isolat tersebut mempunyai kemampuan dalam mencerna
xilan dengan karakteristik yang berbeda seperti luasan zona bening, kepadatan populasi yang berkaitan dengan pola fase pertumbuhan pada masing – masing isolat dan aktivitas enzim yang dihasilkan. Hasil isolasi bakteri penghasil enzim xilanase
dari cairan rumen kambing, domba dan sumber air panas menunjukkan bahwa isolat yang diperoleh dari rumen kambing lebih bervariasi dibandingkan isolat lainnya.
Berdasarkan hasil sidik ragam, tidak ada perbedaan secara nyata antara tingkat pemberian taraf xilan pada semua isolat yang diperoleh. Enzim xilanase yang dihasilkan oleh setiap isolat menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Namun
secara deskriptif, aktivitas enzim yang dihasilkan oleh isolat dari bakteri rumen domba lebih tinggi dibandingkan isolat dari bakteri rumen kambing. Nilai aktivitas
enzim xilanase berdasarkan rataan secara keseluruhan untuk isolat dari cairan rumen domba dan kambing serta sumber air panas masing – masing 0,080; 0,033; 0,018 Unit/ml. Aktivitas enzim terbaik dihasilkan oleh isolat dari cairan rumen domba,
akan tetapi keenambelas isolat yang diperoleh mempunyai potensi untuk dijadikan probiotik atau kultur starter dalam pakan ternak monogastrik untuk meningkatkan
kecernaan serat khususnya pemanfaatan xilan dari bahan pakan. Kata Kunci : Bakteri, Enzim, Isolasi, Xilanase

ABSTRACT
Isolation and Characteritation Bacteria which Xylanase Production from
Rumen Fluid of Goat and sheep and Hot Water Springs - Cipanas
E. S.Vanadianingrum., A.S. Tjakradidjaja, and I.I. Arief
Xylan is the big part of hemicellulose that is undegradable component in monogastric tract. Degradation of xylan to simple form xylose, needs xylanase
enzyme that is only produced by bacteria. These bacteria can be found in nature such as in decayed wood, ruminal fluid, and hot water springs, etc. To obtain these
bacteria, a selection from natural habitat needs to be conducted, so that the isolated bacteria can be used to help degrading xylan that is present in feed. This experiment used ruminal fluid of goat and sheep as well as from the hot water spring as sources
of inocula. The incubation time was three days at 39oC in anaerobic condition for ruminant`s isolate and at 55oC and in aerob condition for hot water spring`s isolate.
Levels of xylan for enrichment studies were 0; 0.6; 1.2; 1.8 and 2.4 v/w. For studying the effect of xylan levels on bacterial population, clearing zone areas, and xylanase enzyme activity, a factorial completely randomized design was applied, i.e.
9 x 5 for isolates from goat`s ruminal fluid, 4 x 5 for isolates from sheep`s ruminal fluid, and 3 x 3 for isolates from hot water springs, the experiments were conducted
in three replications. Data were analysed using analysis of variance (ANOVA) to determine the effect of treatments on each variables, contrast or polynomial orthogonal were used to examine differences between treatments. There were nine
isolates from goat`s rumen fluid (EVK1, EVK2, EVK3, EVK4, EVK5, EVK6, EVK7, EVK8, EVK9), four isolates from sheep`s rumen fluid (ESD1, ESD2, ESD3,
ESD4) and three isolates from hot water spring (CP1, CP2,CP3) with different characteristic. Gram morphology test showed that the isolates were Gram positif and Gram negative with various cell morphology. Xylanase activities declined with the
increase of xylan level in the medium. Enzyme activity of isolates from sheep rumen fliud, goat rumen fluid, and hot water spring were 0.080, 0.033 and 0.018 Unit/ml,
respectively. All isolates producing xylanase were able to degrade xylan source from their diet especially pollard, wheat straw, rice bran and the other fiber source. Futhermore, these isolates were potentially used as probiotic and culture stater in
monogastric diet which can help increasing degradation fibre feeds, especially utilization of xylan in their diet.
Key words: bacteria, enzym, isolation, xylanase,

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL
ENZYM XILANASE DARI CAIRAN RUMEN KAMBING & DOMBA DAN SUMBER AIR PANAS DI CIPANAS
EVRIN SAFRILYA VANADIANINGRUM
D24103037
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Peternakan
Pada Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL
ENZYM XILANASE DARI CAIRAN RUMEN KAMBING & DOMBA DAN SUMBER AIR PANAS DI CIPANAS
Oleh
EVRIN SAFRILYA VANADIANINGRUM
D24103037
Sripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 12 Mei 2008
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Ir. Anita Sardiana Tjakradidjaja,M.Rur.Sc.
NIP : 131 624 189
Irma Isnafia Arief,S.Pt, M.Si.
NIP : 132 243 330
Dekan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah M.Sc.Agr.
NIP : 131 955 531

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Malang, Jawa Timur pada tangal 21 April 1985. Penulis
adalah anak pertama dari dua bersaudara, putri dari Bapak Mada`i dan Ibu Sri
Hartiningrum.
Penulis memulai pendidikannya pada tahun 1989 di Taman Kanak – kanak
Perwanida, Warujayeng, Nganjuk. Pada tahun 1991 Penulis memasuki Sekolah
Dasar di SDN Tanjunganom V dan lulus tahun 1997. Jenjang pendidikan menengah
pertama ditempuh di SLTPN 1 Tanjunganom pada tahun 1997 hingga 2000. Penulis
kemudian menyelesaikan pendidikan menengah atas pada tahun 2000 hingga 2003 di
SMUN 2 Nganjuk.
Pada tahun 2003, Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Ilmu
Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Selama kuliah Penulis aktif pada berbagai organisasi kemahasiswaan antara
lain: DKM Al-Hurriyyah, HIMASITER (Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan
Ternak), FAMM AL-An`am (Forum Aktivitas Mahasiswa Muslim), BEM – D
(Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan), Senior Residence Asrama TPB –
IPB. Kepanitiaan yang pernah diikuti oleh Penulis adalah: PAGI ANABA,
RANSUM 41, Darmaga Livestock Expo, Viva Peternakan, Masa Perkenalan
Fakultas Peternakan, Seminar Anti Narkoba dll. Penulis juga aktif sebagai asisten
mata kuliah Dasar- dasar Hasil Ternak dan Pendidikan Agama Islam. Penulis
mendapatkan INTP Award sebagai Mahasiswa Berprestasi Akademik pada tahun
2004 hingga 2007. Selain itu Penulis juga pernah menjadi Mahasiswa Berprestasi
Tingkat Departemen INTP dan menjadi wakil dari Fakultas Peternakan untuk
Mahasiswa Berprestasi tingkat IPB 2006. Karya ilmiah penulis dengan judul
Utilization of Fiber in Ruminant Tract by Fibrozym Supplementation mendapatkan
peringkat kedua region Asia-Pasifik dalam Young Animal Science, Alltech
Biotechnology 2007. Selain itu, dalam Lomba Karya Tulis bidang Lingkungan
Hidup, makalah Penulis yang berjudul Alternatif Solusi Penurunan Pemanasan
Global dengan Cara Management dan Teknologi Pakan Ternak Ruminansia
mendapatkan juara ketiga tingkat Nasional tahun 2007.

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat serta Salam semoga
tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para
pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Peternakan.
Skripsi ini berjudul “Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Penghasil Enzim
Xilanase dari Cairan Rumen Kambing & Domba dan Sumber Air Panas di Cipanas”.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia, Fisio logi dan Mikrobiologi
Nutrisi dan Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor selama 13 bulan, dari bulan Desember
2006 hingga November 2007 dan dilanjutkan pada bulan Januari 2008 hingga
Februari 2008 dengan bantuan dana dari Ir.Anita Sardiana Tjakradidjaja, M.Rur.Sc.
Keterbatasan pakan ternak yang berkualitas semakin berkurang. Sebagai
akibatnya pakan ternak yang diberikan mempunyai kualitas rendah dengan
kandungan serat kasar yang tinggi. Hal ini dapat diterima oleh ternak ruminansia,
akan tetapi bagi ternak monogastrik hal ini merupakan permasalahan yang serius.
Ternak ruminansia mempunyai potensi besar di Indonesia. Kelebihan ternak
ruminansia dibandingkan ternak monogastrik adalah kemampuannya dalam
mencerna serat, hal ini dikarenakan pada ternak ruminansia terdapat bakteri rumen
yang mampu mendegradasi serat menjadi gula sederhana yang dapat dijadikan
sebagai sumber energi bagi ternak ruminansia. Kemampuan bakteri rumen dalam
mencerna serat meliputi : selulolitik, xilanolitik, dan lignolitik. Oleh karena itu,
isolasi bakteri pencerna xilan dari cairan rumen sangat diperlukan untuk mengatasi
permasalahan keterbatasan pakan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga
skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi pembaca.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut
berperan serta sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis,

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN........................................................................................................ Ii
ABSTRACT........................................................................................................... Iv
RIWAYAT HIDUP............................................................................................... vii
KATA PENGANTAR........................................................................................... viii
DAFTAR ISI......................................................................................................... Ix
DAFTAR TABEL................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xiii
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
Latar Belakang.......................................................................................... 1 Tujuan........................................................................................................ 2
Perumusan Masalah................................................................................... Manfaat Penelitian ....................................................................................
3 3
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 4
Cairan Rumen........................................................................................... Sumber Air Panas.....................................................................................
4 5
Mikroba Rumen........................................................................................ Mikroba Termofilik................................................................................... Isolasi Bakteri............................................................................................
5 7 8
Kultivasi Bakteri....................................................................................... 8 Pola Pertumbuhan Bakteri......................................................................... 10
Pewarnaan Gram....................................................................................... 11 Xilan.......................................................................................................... 12 Enzim Xilanase......................................................................................... 14
Mikroorganisme Penghasil Xilanase......................................................... 16
METODE................................................................................................................ 19
Waktu dan Lokasi........................................................................................ 19 Materi.......................................................................................................... 19
Bahan............................................................................................... 19 Alat.................................................................................................. 19
Metode......................................................................................................... 19
Persiapan Media.............................................................................. Media Anaerob......................................................................
Media Aerob..........................................................................
19 20
20
Persiapan Sampel............................................................................. Isolasi Xilan dari Pollard..................................................................
20 21
Pengkayaan...................................................................................... 22

Pengenceran..................................................................................... 22
Isolasi Bakteri................................................................................... 23
Karakterisasi Isolat Bakteri.......................................................................... 23
Penghitungan Koloni. ....................................................................... 23 Pengukuran Zona Bening.................................................................. 24 Pewarnaan Gram............................................................................... 24
Pengukuran Aktivitas Enzim Xilanase.............................................. 24
Rancangan Percobaan................................................................................... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................
Keadaan Umum Penelitian..........................................................................
26
26
Pengkayaan dan Isolat Bakteri Pencerna Xilan..........................................
Substrat yang Digunakan...................................................................
Identifikasi Awal Isolat Bakteri Pencerna Xilan..........................................
Isolat dari Cairan Rumen Kambing.................................................... Isolat dari Cairan Rumen Domba.......................................................
Isolat dari Sumber Air Panas..............................................................
27
27
29
30 30
31
Pengaruh Taraf Xilan terhadap Populasi Bakteri Pencerna Xilan................
Isolat dari Cairan Rumen Kambing....................................................
Isolat dari Cairan Rumen Domba....................................................... Isolat dari Sumber Air Panas..............................................................
34
34
36 38
Pengaruh Taraf Xilan terhadap Luasan Zona Bening yang Dihasilkan Isolat Bakteri Pencerna Xilan.......................................................................
Isolat dari Cairan Rumen Kambing....................................................
Isolat dari Cairan Rumen Domba....................................................... Isolat dari Sumber Air Panas..............................................................
41
41
43 45
Pengaruh Taraf Xilan terhadap Aktivitas Enzim Xilanase yang Dihasilkan
oleh Bakteri Pencerna Xilan..........................................................................
Isolat dari Cairan Rumen Kambing...................................................
Isolat dari Cairan Rumen Domba....................................................... Isolat dari Sumber Air Panas..............................................................
49
50
50 51
Perbandingan Isolat dari Rumen Kambing, Domba dan Sumber Air
Panas.............................................................................................................
Populasi Bakteri Pencerna Xilan........................................................
Luasan Zona Bening yang Dihasilkan Bakteri Pencerna Xilan..................................................................................................
Aktivitas Enzim yang Dihasilkan Bakteri Pencerna
Xilan..................................................................................................
53
53
54
54
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................
Kesimpulan.................................................................................................. Saran............................................................................................................
56
56 56

UCAPAN TERIMAKASIH.................................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 58
LAMPIRAN........................................................................................................... 63

DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Mikroorganisme Termofilik........................................................... 7
2 Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif....................... 12
3 Bakteri Penghasil Enzim Xilanase................................................. 17
4 Jamur Penghasil Enzim Xilanase................................................... 18
5 Morfologi dan Hasil Uji Pewarnaan Gram Isolat Bakteri.............. 29
6 Pengaruh Taraf Xilan terhadap Rataan Populasi Bakteri dari Cairan Rumen Kambing (log cfu/ml).............................................
35
7 Pengaruh Taraf Xilan terhadap Rataan Populasi Bakteri dari
Cairan Rumen Domba (log cfu/ml)...............................................
36
8 Pengaruh Taraf Xilan terhadap Rataan Populasi Bakteri dari
Sumber Air Panas (log cfu/ml)...................................................... .
39
9 Pengaruh Taraf Xilan terhadap Rataan Luasan Zona Bening yang Dihasilkan Bakteri dari Cairan Rumen Kambing (mm).................
41
10 Pengaruh Taraf Xilan terhadap Rataan Luasan Zona Bening yang Dihasilkan Bakteri dari Cairan Rumen Domba (mm)....................
44
11 Pengaruh Taraf Xilan terhadap Rataan Luasan Zona Bening yang Dihasilkan Bakteri dari Sumber Air Panas (mm).........................
46

DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Perut Sapi (Wikipedia, 2005).................................................... 4
2 Kurva Pertumbuhan Bakteri (Wikipedia, 2007)....................... 11
3 Struktur Dinding Sel Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif
(Wikipedia, 2008).....................................................................
12
4 Struktur Xilan (Biosite, 2002)................................................... 13
5 Kerja Enzim dalam Tubuh Ternak Monogastrik (Wikipedia, 2000)..............................................................................................
15
6 Skema Isolasi Xilan dari Pollard (Naomi, 2006).......................... 21
7 Diagram Pengkayaan................................................................... 22
8 Diagram Pengenceran.................................................................. 23
9 Isolat dari Sumber Air Panas......................................................... 30
10 Grafik Pengaruh Taraf Xilan terhadap Populasi Bakteri dari Cairan Rumen Kambing..............................................................
34
11 Grafik Pengaruh Taraf Xilan terhadap Rataan Populasi Bakteri dari Cairan Rumen Kambing.........................................................
35
12 Grafik Pengaruh Taraf Xilan terhadap Populasi Bakteri dari Cairan Rumen Domba...................................................................
36
13 Grafik Pengaruh Taraf Xilan terhadap Rataan Populasi Bakteri
dari Cairan Rumen Domba............................................................
37
14 Grafik Pengaruh Taraf Xilan terhadap Rataan Populasi Bakteri
dari Sumber Air Panas..................................................................
39
15 Grafik Pengaruh Taraf Xilan terhadap Populasi Bakteri dari Sumber Air Panas..........................................................................
40
16 Grafik Pengaruh Taraf Xilan terhadap Luasan Zona Bening yang Dihasilkan Bakteri dari Cairan Rumen Kambing.................
42
17 Grafik Pengaruh Taraf Xilan terhadap Rataan Luasan Zona Bening yang Dihasilkan Bakteri dari Cairan Rumen Kambing..
43
18 Grafik Pengaruh Taraf Xilan terhadap Luasan Zona Bening
yang Dihasilkan Bakteri dari Cairan Rumen Domba..................
44
19 Grafik Pengaruh Taraf Xilan terhadap Rataan Luasan Zona
Bening yang Dihasilkan Bakteri dari Cairan Rumen Domba......
45
20 Grafik Pengaruh Taraf Xilan terhadap Luasan Zona Bening yang Dihasilkan Bakteri dari Sumber Air Panas..........................
46
21 Grafik Pengaruh Taraf Xilan terhadap Rataan Luasan Zona Bening yang dihasilkan Bakteri dari Sumber Air Panas..............
47

22 Luasan Zona Bening Tiap Isolat................................................... 49
23 Grafik Aktivitas Enzim Xilanase yang Dihasilkan Bakteri dari Cairan Rumen Kambing................................................................
50
24 Grafik Aktivitas Enzim Xilanase yang Dihasilkan Bakteri dari Cairan Rumen Domba..................................................................
51
25 Grafik Aktivitas Enzim Xilanase yang Dihasilkan Bakteri dari Sumber Air Panas.........................................................................
52
26 Grafik Perbandingan Populasi Antar Isolat Bakteri dari
Berbagai Sumber yang Ditumbuhkan di dalam Media yang Mengandung Xilan .......................................................................
54
27 Grafik Perbandingan Luasan Zona Bening yang Dihasilkan oleh Isolat Bakteri dari Berbagai Sumber yang Ditumbuhkan di dalam Media yang Mengandung Xilan.........................................
54
28 Grafik Perbandingan Aktivitas Enzim Xilanase yang Dihasilkan Isolat Bakteri dari Berbagai Sumber yang Ditumbuhkan di
dalam Media yang Mengandung Xilan.........................................
55

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Komposisi Media Biakan Anaerob......................................... 64
2 Komposisi Media biakan Aerob............................................. 64
3 Komposisi Media pengencer.................................................. 64
4 Komposisi Larutan Mineral 1................................................. 65
5 Komposisi Larutan Mineral 2................................................. 65
6 Komposisi Pembuatan Larutan DNS (500 ml)........................ 65
7 Populasi Bakteri Penghasil Xilanase dari Rumen Kambing.... 66
8 Populasi Bakteri Penghasil Xilanase dari Rumen Domba....... 67
9 Populasi Bakteri Penghasil Xilanase dari Sumber Air Panas.. 67
10 Luasan Zona Bening dari Bakteri dari Rumen Domba............ 68
11 Luasan Zona Bening dari Bakteri dari Rumen Kambing......... 68
12 Luasan Zona Bening dari Bakteri dari Sumber Air Panas....... 69
13 Anova Populasi Bakteri dari Rumen Kambing....................... 70
14 Anova Luasan Zona Bening yang dihasilkan Bakteri dari Rumen kambing.......................................................................
70
15 Anova Populasi Bakteri dari Rumen Domba.......................... 71
16 Anova Luasan Zona Bening yang Dihasilkan Bakteri dari
Rumen Domba.........................................................................
71
17 Anova Populasi Bakteri Sumber Air Panas............................. 72
18 Anova Luasan Zona Bening Bakteri dari Sumber Air Panas. 72
19 Anova Aktivitas Enzim Bakteri dari Rumen Kambing........... 72
20 Anova Aktivitas Enzim Bakteri dari Rumen Domba............ 73
21 Anova Aktivitas Enzim Bakteri Sumber Air Panas................. 73
22 Tabel dan Kurva Standart Xilosa untuk Isolat dari Cairan
Rumen dan Sumber Air Panas.................................................
74
23 Analisa Enzim Bakteri dari Rumen Domba............................ 75
24 Analisa Enzim Bakteri dari Rumen Kambing......................... 75
25 Analisa Enzim Bakteri dari Sumber Air Panas....................... 75

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ternak ruminansia mempunyai organ pencernaan yang berbeda dengan organ
pencernaan monogastrik. Ternak ruminansia terdapat empat lambung yang terdiri
atas retikulum, rumen, omasum dan abomasum. Proses pencernaan bahan makanan
yang terjadi dalam rumen adalah proses fermentasi oleh mikroba rumen. Proses
fermentasi ini yang menjadikan perbedaan antara ruminansia dan monogastrik.
Ternak monogastrik organ pencernaan yang berfungsi untuk mencerna bahan
makanan adalah lambung sejati dengan bantuan enzim ternak. Monogastrik tidak
dapat mencerna serat yang terlalu banyak karena tidak terdapat mikroba dalam
organ pencernaannya yang menghasilkan enzim pendegradasi selulosa. Pada
dasarnya hewan ruminansia juga tidak mampu memecah ikatan β1-4 glikosida, akan
tetapi karena adanya mikroba di dalam rumen, maka ruminansia dapat memecah
ikatan β1-4 glikosidik (Arora, 1995).
Xilan merupakan bagian dari hemiselulosa yang mempunyai fungsi
keambaan dalam ransum bagi ternak non ruminansia. Keambaan ini berfungsi untuk
mempertahankan gerak peristaltik. Residu yang tidak dapat dicerna bersifat hidrofilik
yang berfungsi untuk menyerap air yang juga bersifat laksatif (Amrullah, 2002).
Xilan yang sudah dipecah menjadi gula sederhana dengan bantuan enzim xilanase
dapat digunakan sebagai sumber energi oleh ternak non ruminansia.
Pakan ternak monogastrik khususnya unggas sebagian besar tersusun oleh
dedak yang mempunyai kandungan serat kasar cukup tinggi. Kandungan serat kasar
yang terdapat dalam dedak terdiri dari hemiselulosa, selulosa dan lignin. Salah satu
komponen pembentuk hemiselulosa adalah xilan yang sulit untuk didegradasi di
dalam saluran pencernaan. Ternak ruminansia dapat menghasilkan enzim xilanase
yang merupakan sekresi dari mikroba rumen, sehingga keberadaan serat yang tinggi
dalam ransum bukan suatu permasalahan seperti pada ransum ternak monogastrik.
Isolasi mikroba pendegradasi xilan diperoleh dari cairan rumen ternak
ruminansia kecil (kambing dan domba) dan sumber air panas. Penambahan enzim
xilanase dalam pakan ternak monogastrik dapat dilakukan melalui dua cara yaitu :
sebagai kultur starter pakan fermentasi dan sebagai probiotik. Pakan yang
mengandung xilan tinggi diperlukan penambahan kultur starter melalui proses

fermentasi sehingga diharapkan dapat meningkatkan kecernaan. Proses pembuatan
pellet memerlukan suhu tinggi sehingga selain dibutuhkan isolat yang mampu
mendegradasi xilan juga isolat yang mempunyai karakteristik bertahan hidup pada
suhu tinggi. Isolat ini didapatkan dari sumber air panas. Suplementasi enzim dalam
bentuk probiotik mempunyai syarat, bakteri probiotik harus mampu beradaptasi
dengan baik dengan kondisi lambung ternak monogastrik yang bersifat asam
sehingga dapat dimanfaatkan ketika sampai di usus halus.
Di alam, banyak bakteri yang dapat menghasilkan enzim xilanase untuk
mendegradasi xilan yang membentuk jaringan tumbuhan atau jaringan makhluk
hidup lainnya. Seleksi bakteri penghasil enzim xilanase dari alam dilakukan untuk
mendapatkan isolat bakteri yang selanjutnya dapat dijadikan kultur untuk
menghasilkan enzim xilanase. Suplementasi enzim fibrolitik seperti xilanase ke
dalam pakan dapat meningkatkan kecernaan nutrien pada ternak ruminansia
(Beauchemin et al., 2002), dan meningkatkan energi metabolis dan performan
unggas (Mathlouthi et al., 2002). Potensi bakteri penghasil xilanase dari ternak
ruminansia di Indonesia cukup besar dan perlu dilakukan isolasi bakteri dari sumber
tersebut.
Karakterisasi isolat bakteri penghasil enzim xilanase dilakukan untuk
mengetahui sifat dan ciri-ciri yang dimiliki oleh bakteri tersebut, dengan demikian
selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk pelestarian dan perkembangbiakan bakteri
yang telah diperoleh dan dikondisikan sesuai dengan kebutuhan bakteri tersebut.
Penempatan dan pengkondisian bakteri yang sesuai dengan sifat tumbuhnya akan
menyebabkan bakteri tersebut tetap lestari dalam media tumbuh buatan. Pakan
berserat kasar tinggi yang telah diberi kultur bakteri penghasil enzim xilanase,
apabila dikonsumsi ternak monogastrik dapat didegradasi dengan mudah dalam
saluran pencernaannya.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat bakteri penghasil enzim
xilanase dengan aktivitas yang optimum yang diperoleh dari cairan rumen kambing
dan domba dan sumber air panas. Isolat ini, selanjutnya dapat dijadikan kultur yang

digunakan sebagai probiotik atau starter yang dapat ditambahkan pada bahan paka n
berserat tinggi.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah terdapat bakteri
pendegradasi xilan pada cairan rumen kambing & domba dan sumber air panas.
Berapakah aktivitas enzim maksimum yang dihasilkan oleh bakteri pendegras i xilan
dari cairan rumen kambing & domba dan sumber air panas.
Manfaat Penelitian
Bakteri penghasil enzim xilanase ini dapat bermanfaat dalam industri
peternakan khususnya pakan berbasis serat kasar sebagai bahan tambahan dalam
pakan untuk ternak non ruminansia. Pemberian isolat bakteri pendegradasi xilan
dapat dalam bentuk probiotik maupun starter pakan yang akan ditambahkan pada
pakan berserat tinggi melalui proses fermentasi.

TINJAUAN PUSTAKA
Cairan Rumen
Rumen merupakan tabung besar dengan berbagai kantong yang menyimpan
dan mencampur pakan hasil fermentasi mikroba. Kondisi dalam rumen adalah
anaerobik dan hanya mikroorganisme yang paling sesuai dapat hidup di dalamnya.
Tekanan osmosis dalam rumen mirip dengan tekanan aliran darah dan suhunya 38-
42o C. Cairan rumen berfungsi sebagai buffer dan membantu mempertahankan pH
tetap pada nilai 6,8 (Sutardi, 1977). Posisi rumen pada saluran pencernaan ternak
ruminansia dapat dilihat pada Gambar 1. Ternak dewasa volume rumen mempunyai
proporsi lebih besar daripada bobot badan, volume untuk ternak ruminansia kecil
adalah 10 liter atau lebih. Ternak muda, rumen belum berkembang dan masih
didominasi oleh abomasum. Perkembangan bakteri rumen terjadi karena adanya
kontaminasi dari lingkungan dan kontak langsung induknya sehingga dengan
demikian, perkembangan populasi bakteri rumen akan terus meningkat seiring
dengan bertambahnya umur ternak. Pemberian hijauan dan pakan berserat tinggi
pada ternak ruminansia akan menstimulasi perkembangan rumen (Hobson dan
Stewart, 1992).
Keterangan:
m. ujung kerongkongan
v. rumen (perut beludru)
n. retikulum (perut jala)
b. omasum (perut buku)
l. abomasum (perut sejati)
t. awal usus halus
Gambar 1. Perut Sapi
Sumber : Wikipedia, 2005
Rumen (sapi, kambing, domba dan ruminansia lainnya) dipadati oleh
mikroorganisme yang menghasilkan selulase sehingga dapat memecah selulosa, dan
menghasilkan D-glukosa, yang kemudian akan difermentasi menjadi asam lemak
berantai pendek, karbondioksida, dan gas metan (Lehninger, 1982).

Sumber Air Panas
Air adalah benda dalam bentuk cair pada kisaran suhu 0oC (32oF) yang
merupakan titik beku air dan mempunyai titik didih 100oC. Sedangkan air panas
adalah air yang mempunyai suhu diatas 39oC (Pudjiwaskito, 2005). Suhu merupakan
faktor lingkungan yang berpengaruh dalam perkembangan dan pertahanan hidup
mikroorganisme. Salah satu mikroorganisme ekstrim yang banyak dieksploitasi
dalam air panas karena bersifat termofilik. Mikroorganisme ini tumbuh disekitar
gunung berapi, sumber air panas, dan air laut. Enzim – enzim dari mikroorganisme
termofilik adalah enzim selulase yang banyak digunakan dalam membebaskan gula
sederhana dari selulosa dan hemiselulosa (Wahyuni, 2001).
Mikroba Rumen
Mikroorganisme yang mendominasi saluran pencernaan dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama yaitu : Bakteri, Archae, dan Eukarya
(Mackie et al., 2000). Dalam rumen terdapat empat jenis mikroorganisme anaerob,
yaitu bakteri, protozoa, jamur dan virus. Dari keempat mikroorganisme tersebut
bakteri mempunyai jenis dan populasi yang paling tinggi. Cacahan sel per gram isi
rumen dapat mencapai 1010-1011 (McDonald et al., 2002), bakteri rumen yang telah
ditemukan sebanyak 200 species (Mackie et al., 2000). Sedangkan populasi kedua
yang tertinggi adalah protozoa yang dapat mencapai 105-106 pada kondisi ternak
yang sehat (McDonald et al., 2002), dan genus yang ditemukan dalam cairan rumen
untuk protozoa adalah 25 genus (Mackie et al., 2000). Populasi fungi rumen
(zoospora) di dalam rumen adalah 102 – 105 per ml dan terdapat sebanyak 5 genus,
sedangkan populasi bakteriofage (107 – 109 partikel per ml). Widyastuti (2004)
menyatakan bahwa mikroba rumen mempunyai karakteristik : suhu lingkungan
sesuai dengan suhu saluran pencernaan 39 – 40 oC, kondisi lingkungan anaerob
dengan pH 5,5 – 7,0. Mikroba rumen menghasilkan produk fermentasi berupa Volatil
Fatty Acid (asam asetat, asam propionat, asam butirat), CO2, CH4, dan NH3. Zat
makanan yang didegradasi adalah karbohidrat, lemak dan protein. Interaksi yang
terjadi antar mikroba rumen adalah simbiosis mutualisme.

Bakteri dan protozoa yang hidup dalam rumen menjadikan ruminansia
mampu mencerna serat kasar tinggi (McDonald et al., 2002). Populasi
mikroorganisme rumen pada satu ternak dengan ternak yang lainnya berbeda. Hal ini
karena populasi mikroba rumen dipengaruhi oleh manajemen pemberian pakan,
spesies ternak dan tipe dari pakan tercerna (Hobson dan Stewart, 1992). Bakteri atau
mikroorganisme yang ada di dalam rumen mampu memecah struktur dari selulosa,
hemiselulosa, pektin, fruktosa, pati dan polisakarida lainnya menjadi monomer atau
dimer dari gula melalui proses fermentasi. Produk fermentasi yang dihasilkan
merupakan hasil dari kerja bakteri rumen. Produk hasil fermentasi dari mikroba
rumen adalah asam propionat, asam butirat, dan metan serta karbondioksida (Hobson
dan Stewart, 1992).
Hungate (1960) telah mengidentifikasi beberapa species bakteri yang terdapat
dalam rumen antara lain :
1. Sarcina bakteri : merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk sel
batang dan mempunyai diameter 3 – 4 µm.
2. Borrelia : merupakan bakteri rumen yang berbentuk spiral
3. Lampropedia : merupakan bakteri rumen yang berbentuk coccus
4. Oscilospira guilliermondii
: merupakan bakteri rumen yang bergerak bebas dan berbentuk koma
5. Selenomonas : merupakan bakteri rumen yang berflagel pada salah
satu sisinya dengan ukuran yang besar
6. Peptostreptococcus elsdenii
: merupakan bakteri berbentuk coccus rantai panjang
Bakteri yang penting dalam proses fermentasi pakan adalah bakteri yang
mampu mendegradasi selulosa dan hemiselulosa, pati, gula, protein. Bakteri
penghasil enzim proteolitik yang dapat diidentifikasi dalam rumen adalah
Bacteroides amylophilus, Butyrivibrio sp., Selenomonas ruminantium, Lachnospiro
multipharus dan Peptostreptococcus elsdenii. Sebagian besar galur bakteri tersebut
mempunyai aktivitas exopeptidase (Arora, 1995). Hobson dan Stewart (1992)
menyatakan bahwa terdapat beberapa species bakteri yang telah diisolasi dari cairan
rumen ternak ruminansia antara lain : Acinetobacter sp., Pseudomonas aeruginosa,
Alkaligeneses faecalis, Micrococcus varians dan Flavobacterium sp., Bakteri
anaerob fakultatif dengan morfologi staphylococci dan streptococci adalah jenis

bakteri yang sering ditemukan dalam cairan rumen. Sedangkan Ruminococcus albus
dan Ruminococcus flavefaciens adalah bakteri yang sering digunakan untuk
mempelajari interaksi antara fermentasi selulosa, selubiosa dan perlakuan hidroksi
peroksida pada dedak gandum (Mackie et al., 2000).
Mikroba Termofilik
Sebagian besar mikroorganisme yang mampu bertahan hidup pada suhu 55oC
atau lebih termasuk dalam kelompok bakteri termofilik. Temperatur tumbuh pada
bakteri dapat dijadikan dasar dalam pengelompokan bakteri. Pola pertumbuhan, laju
pertumbuhan dan jumlah total bakteri salah satunya sangat dipengaruhi oleh suhu.
Bakteri psikrofil adalah bakteri yang bertahan hidup pada suhu -3 – 20 oC, bakteri
mesofil adalah bakteri yang hidup pada suhu 13 – 45 oC, dan bakteri yang mampu
bertahan hidup pada suhu 42 – 100 oC atau lebih disebut bakteri termofil (Edwards,
1992). Mikroorganisme termofilik memiliki potensi untuk menghasilkan enzim
termostabil. Bacillus licheniformis MB-2 dengan suhu pertumbuhan 55oC memiliki
aktivitas enzim sebesar 1,06 Unit/ml pada suhu 60oC dan 1,08 U/ml pada suhu 70oC.
Kemampuan enzim bekerja pada suhu tinggi kemungkinan dipengaruhi oleh
lingkungan dimana bakteri tesebut hidup (Rachmadani, 2007). Beberapa contoh
mikroorganisme yang mampu beradaptasi dengan lingkungan suhu tinggi terdapat
dalam Tabel 1.
Tabel 1. Mikroorganisme Termofilik
Species Suhu
lingkungan (oC)
Kemampuan
Bacillus licheniformis 20 – 50 Aktif mencerna amilosa ada suhu diatas 90 oC
Aspergillus fumigatus 25 – 50 Fungi dari kompos
Melanocarpus albomyces 25 – 50 Fungi yang diisolasi dari tanah / kompos mampu menghidolisis xilan
Clostridium thermocellum 40 – 68 Pendegradasi selulosa, anaerob
Sumber : Edwards (1992)

Isolasi Bakteri
Isolasi adalah proses pemurnian bakteri dari sekelompok bakteri yang
terdapat dalam habitat yang sama. Pemurnian ini bertujuan untuk mendapatkan
bakteri murni yang hanya terdiri dari satu species saja. Bakteri yang sudah
dimurnikan, kemudian akan dibiakkan dalam media buatan untuk mendapatkan
kultur bakteri murni dalam jumlah banyak. Fardiaz (1988) menyebutkan bahwa
terdapat tiga jenis isolasi yang umum dilakukan yaitu isolasi pada media cawan,
isolasi pada medium cair, dan isolasi sel tunggal. Isolasi agar cawan dilakukan
dengan menggunakan goresan kuadran atau metode agar tuang. Keberhasilan metode
ini sangat tinggi karena kebanyakan bakteri, kapang dan khamir dapat membentuk
koloni pada media padat sehingga mudah diisolasi dengan cara menyebarkan sel –
sel tersebut pada agar cawan sehingga timbul koloni – koloni yang terpisah. Isolasi
medium cair digunakan untuk beberapa bakteri yang ukuran selnya besar, tidak dapat
tumbuh pada agar cawan, hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode yang
digunakan adalah metode pengenceran. Metode ini mempunyai kelemahan karena
hanya dapat digunakan untuk mengisolasi mikroba yang jumlahnya dominan dalam
suatu campuran populasi mikroba. Isolasi sel tunggal digunakan untuk mengisolasi
sel mikroba yang ukurannya besar serta tidak dapat diisolasi dengan metode cawan
maupun pengenceran.
Kultivasi Bakteri
Kultivasi adalah menumbuhkan mikroba hasil seleksi (isolat) mikroba dalam
medium / kultur / biakan buatan di luar habitat alami. Kondisi media kultivasi harus
sesuai dengan habitat aslinya sehingga isolat yang dibiakkan dapa t berkembang
dengan baik. Saat kondisi media kultivasi sesuai dengan habitat aslinya, maka
pertumbuhan dan reproduksi bakteri dapat diamati dan diukur, pengaruh berbagai
kondisi baik terhadap pertumbuhan maupun reproduksi bakteri tersebut dapat
dipelajari, perubahan – perubahan apa saja yang dihasilkan oleh bakteri di dalam
lingkungan tumbuhnya dapat diketahui. Keberhasilan metode kultivasi yang
menghasilkan biakan bakteri yang baik tergantung pada kebutuhan nutrisi yang
terdapat dalam media biakan. Nutrisi adalah cara yang digunakan mahkluk hidup
untuk mengasimilasi makanannya. Nutrien yang dibutuhkan oleh bakteri antara lain :

sumber karbon (karbohidrat), sumber nitrogen (protein / amoniak), ion – ion organik
tertentu, metabolit penting (vitamin, asam amino) dan air (Volk dan Wheleer, 1988).
Pada dasarnya, semua organisme membutuhkan energi untuk mempertahankan
kehidupannya. Selain itu, ada beberapa organisme yang membutuhkan nitrogen,
sulfur, unsur logam dan vitamin untuk menunjang kehidupannya (Pelczar dan Chan,
1986). Volk dan Wheleer (1988) menambahkan bahwa proses perombakan bahan
organik menjadi bahan yang diperlukan oleh sel adalah : perombakan bahan ya ng
mengandung protein, karbohidrat, atau lipid; penyerapan bentuk materi dalam bentuk
sederhana tersebut; kemudian sintesis protein, karbohidrat dan lipid dalam sel.
Bryant dan Robinson (1961) menyatakan bahwa bakteri memerlukan karbohidrat
dalam proses pertumbuhannya. Pemberian karbohidrat dilakukan dengan konsentrasi
yang rendah dengan tujuan pertumbuhan koloni dapat menyebar di seluruh
permukaan media. Sebagian species bakteri, penambahan hemiselulosa pada media
tumbuh dapat meningkatkan jumlah koloni daripada media yang hanya
menggunakan glukosa, selubiosa, maltosa, dan pati sebagai sumber energinya
(Henning dan Van Der Walt, 1978).
Substrat spesifik ditambahkan pada media tumbuh dimanfaatkan sebagai
sumber karbohidrat oleh bakteri (Leedle et al., 1982). Pada umumnya substrat yang
digunakan adalah pati, pektin, xilan, glukosa dan selulosa. Media tumbuh tersebut
digunakan untuk mengetahui jumlah bakteri selulolitik, amilolitik, proteolitik,
lipolitik, dan methanogenik (Hobson dan Stewart, 1992).
Disamping kebutuhan nutrien yang sesuai untuk kultivasi bakteri, juga
diperlukan kondisi fisik yang memungkinkan untuk pertumbuhan optimum bakteri.
Keberhasilan kultivasi bakteri tergantung pada kombinasi nutrien dan lingkungan
fisik yang sesuai. Beberapa persyaratan lingkungan fisik yang harus dipenuhi antara
lain: suhu, atmosfer gas, dan derajat keasaman, serta beberapa kondisi khusus
(Pelczar dan Chan, 1986).
Pertumbuhan bakteri juga dipengaruhi oleh adanya keberadaan gas atmosfer
seperti oksigen dan karbondioksida. Atas dasar ini maka, terdapat empat kelompok
besar bakteri yaitu : aerobik adalah organisme yang membutuhkan oksigen,
anaerobik adalah organisme yang tidak memerlukan oksigen dalam hidupnya,
anaerobik fakultatif adalah organisme yang dapat tumbuh dalam lingkungan aerobik

maupun anaerobik, dan mikroaerofilik adalah organisme yang tumbuh dengan baik
jika hanya ada sedikit oksigen dalam lingkungannya (Pelczar dan Chan, 1986).
Pertumbuhan bakteri juga tergantung dari jumlah energi metabolis (ATP) yang
tersedia. Jumlah ATP dari heksosa ini diperoleh dari jalur fermentasi oleh
mikroorganisme rumen (Russell dan Bruckner, 1991). Penambahan cairan rumen
dalam media, selain memberikan kondisi yang sesuai juga memberikan supply
nutrien bagi mikroorganisme rumen (Hungate,1960). Sebagian besar bakteri dapat
tumbuh dengan baik saat dikulturkan dengan penambahan cairan rumen untuk
kebutuhan nutriennya (Russell dan Bruckner, 1991).
Sebagian besar bakteri tumbuh dengan baik pada pH 6,5 sampai 7,5. Namun,
terdapat sebagian bakteri yang mampu tumbuh pada lingkungan yang sangat asam
maupun sangat basa. Perubahan pH pada medium bakteri ini dapat disebabkan oleh
senyawa yang dihasilkan oleh bakteri tersebut selama pertumbuhannya. Untuk
menjaga kondisi seperti pH awal, maka pada medium biakan ditambahkan larutan
penyangga. Beberapa senyawa yang berfungsi sebagai penyangga adalah pepton
maupun kombinasi garam fosfat (Pelczar dan Chan, 1986).
Pola Pertumbuhan Bakteri
Pertumbuhan bakteri dan mikroorganisme lain pada umumnya mengacu pada
perubahan di dalam hasil panen sel (pertambahan total massa sel) dan bukan
perubahan individu organisme. Selama fase pertumbuhan seimbang (balanced
growth), pertambahan massa bakteri berbanding lurus dengan pertambahan
komponen seluler yang lain seperti DNA, RNA dan protein. Sebagian besar bakteri
cara reproduksinya adalah pembelahan biner, satu sel membelah diri menghasilkan
dua sel. Selang waktu yang dibutuhkan bagi sel untuk membelah diri dikenal sebagai
waktu generasi. Waktu generasi setiap species dengan kondisi berbeda mempunyai
perbedaan. Pelczar dan Chan (1986) menyatakan bahwa waktu generasi tergantung
pada : jumlah bakteri yang ada pada awalnya, yaitu di dalam inokulum, jumlah
bakteri yang ada pada akhir waktu tertentu dan interval waktu.
Pola fase pertumbuhan bakteri adalah pola eksponensial atau logaritma (fase
log). Pada fase ini, populasi bakteri bertambah secara teratur menjadi dua kali lipat
pada interval waktu tertentu selama inkubasi. Pola pertumbuhan bakteri secara umum

dapat dilihat pada Gambar 2 yang menunjukkan bahwa pada periode awal tanpa
pertumbuhan (fase lamban), kemudian fase kedua adalah periode pertumbuhan cepat
(fase log), kemudian mendatar (fase statis) dan akhirnya diikuti oleh suatu penurunan
populasi sel-sel hidup (fase kematian). Fase adaptasi terjadi 1-2 jam pasca
pemindahan kultur. Bakteri mengalami perbesaran ukuran sel, peningkatan
metabolisme dan mulai menyesuaikan dengan kondisi lingkungan yang baru. Fase
pertumbuhan terjadi pembelahan yang menyebabkan bertambahnya populasi bakteri
hingga mencapai titik stationernya. Fase stationer memperlihatkan bahwa bakteri
sudah tidak mengalami pertambahan populasi, dan pada akhirnya karena
ketersediaan nutrien yang terbatas terjadi fase kamatian. Fase kematian jumlah
populasi bakteri semakin berkurang karena persaingan zat makanan antar bakteri
(Wikipedia, 2007).
Gambar 2. Kurva Pertumbuhan Bakteri Sumber : W ikipedia, 2007
Pewarnaan Gram
Teknik pewarnaan Gram merupakan salah satu pewarnaan yang terpenting
dalam mikrobiologi untuk identifikasi bakteri. Identifikasi pewarnaan Gram ini
berdasarkan dinding sel bakteri (Pelczar dan Chan, 1986). Kebanyakan sel hidup
termasuk sel hewan adalah Gram negatif. Pewarnaan Gram bertujuan untuk
membedakan permeabilitas dinding sel suatu bakteri. Kandungan peptidoglikan
dalam dinding individu bakteri merupakan salah satu indikator dalam pewarnaan
Gram. Bakteri Gram negatif kandungan peptidoglikan lebih rendah dibandingkan
bakteri Gram positif seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Pewarnaan Gram
positif menunjukkan warna biru, sedangkan pada Gram negatif menunjukkan warna
merah muda. Akan tetapi organisme Gram positif dapat menunjukkan seperti Gram
negatif jika reaksi pewarnaan safranin terlalu banyak (Beishir, 1991). Perbedaan
stasioner kematian pertumbuhan
waktu
Fase

bakteri Gram positif dan negatif yang merupakan ciri umun pewarnaan Gram
ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif
Ciri Perbedaan
Gram Positif Gram Negatif
Struktur Dinding sel Berlapis tunggal Berlapis tiga
Komposisi dinding sel Kandungan lipid rendah (1-4%). Peptidoglikan
sebagai lapisan tunggal. Terdapat asam tekoat.
Kandungan lipid tinggi (11-22%). Peptidoglikan
ada pada lapisan kaku sebelah dalam, tidak ada
asam tekoat.
Persyaratan nutrisi
Pewarnaan
Lebih rumit
Biru
Lebih sederhana
Merah muda
Sumber : Pelczar dan Chan (1986)
Gambar 3. Struktur Dinding Sel Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif Sumber : Wikipedia, 2008
Xilan
Polisakarida yang terdapat dalam kayu maupun dalam jaringan lain selain
selulosa juga terdapat poliosa atau hemiselulosa. Poliosa berbeda dari selulosa karena
terdiri dari berbagai unit gula, rantai molekul lebih pendek dan karena percabangan
rantai molekul. Rantai utama poliosa dapat terdiri atas satu unit (homopolimer)
misalnya xilan, atau terdiri atas dua atau lebih unit (heteropolimer) misalnya

glukomanan (Fengel dan Wegener, 1995). Xilan akan dihidrolisis menjadi xilosa
dengan bantuan enzim xilanase dengan reaksi sebagai berikut (Richana, 2002) :
C5H8O4 + H2O → C5H10O5
Xilosa termasuk dalam kelompok gula pentosa. Hemisellulosa juga dapat
didegradasi oleh bakteri selulolitik. Degradasi hemiselulosa juga dapat dilakukan
oleh bakteri non selulolitik dengan kapasitas yang minimal. Sebagian besar bakteri
ini mampu memfermentasikan xilan (Russell dan Bruckner, 1991).
Xilan merupakan komponen utama dari hemiselulosa. Polimer xilosa adalah
komponen yang paling banyak terdapat dalam hemiselulosa tanaman. Hemiselulosa
xilan merupakan xilosa yang berikatan -1,4 dengan jumlah monomer 150 - 200 unit
(Sunna dan Antraniklan, 1997). Menurut Wenzl (1990), komponen monomer
hemiselulosa dapat dibagi kedalam beberapa tipe antara lain :
1. Glukomanan, yaitu hemiselulosa dimana monomer penyusunnya terdiri dari
-D-glukopiranosa dan -D-manopiranosa.
2. Arabinogalaktan, yaitu hemiselulosa dimana monomer penyusunnya terdiri
dari -D-galaktopiranosa dan L-arabinosa.
3. Xilan, yaitu hemiselulosa dimana monomer penyusunnya terdiri dari -D-
xilanopiranosa.
Xilan merupakan poliosa, umumnya dengan rantai utama homopolimer dari
unit-unit xilosa yang terikat dengan ikatan glikosidik -(14). Kebanyakan xilan
diisolasi dari berbagai species kayu keras yang mempunyai nisbah sekitar 10:1
(Xil:Me-GluU) yaitu rata-rata pada setiap unit xilosa kesepuluh terikat dengan gugus
samping asam 4-O-metiloglukaranat (Fengel dan Wegener, 1995).
Gambar 4. Struktur Xilan Sumber : Biosite, 2002
Sebagian besar bakteri pendegradasi serat seperti Fibrobacter succinogenesis
dan Ruminococcus flavefaciens mampu memfermentasikan xilan (Russell dan
Bruckner, 1991). Kalau dibandingkan dengan selulosa, xilan lebih cepat diuraikan

oleh sejumlah besar mikroorganisme, dan banyak bakteri pengurai selulosa
memproduksi xilanase. Xilanase dibentuk oleh beberapa bakteri (Clostridium sp.)
secara konstitutif, sedangkan bakteri lain sesudah terjadi induksi oleh xilan. Pada
fungi kemampuan mengolah xilan merupakan kebiasaan. Bahkan untuk jamur yang
dibudidayakan, xilan merupakan substrat yang menonjol. Sebagai produk oleh
pengaruh xilanase bebas sel, terjadi di samping xilosa dan xilobiosa juga potongan-
potongan yang lebih panjang (Richana, 2002).
Enzim Xilanase
Enzim adalah katalisator organik (sebuah protein) yang dihasilkan sel-sel
hidup dan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kecepatan reaksi kimia
(Piliang, 2006). Sedangkan menurut Volk dan Wheleer (1988), enzim adalah
molekul protein yang sangat besar dan dianggap sebagai katalis organik yang dapat
mempercepat reaksi biologis berjuta – juta kali. Dalam reaksi kimia yang dipercepat
ini, enzim tidak mengalami kerusakan atau mengalami perubahan. Perubahan yang
terjadi selama reaksi bukanlah perubahan yang permanen. Enzim memegang peranan
penting dalam berbagai reaksi sel. Sebagai protein, enzim diproduksi dan digunakan
oleh sel hidup untuk mengkatalis reaksi antara lain konversi energi metabolisme
pertahanan sel. Enzim mempunyai derajat keasaman (pH) optimum yang khas, yaitu
pH yang menyebabkan aktivitas maksimal. pH optimum enzim tidak selalu sama
dengan pH lingkungan normalnya (Lehninger, 1982). Substrat adalah senyawa yang
terhadapnya enzim mengeluarkan pengaruh katalisnya. Rata – rata molekul enzim
akan bereaksi dengan 200 hingga 400 molekul substratnya setiap detik bahkan ada
yang lebih aktif (Volk dan Wheleer, 1988). Menurut McDonald et al. (2002) dalam
sel hidup terdapat ratusan enzim dan hanya dapat berfungsi dengan baik jika bekerja
pada substrat yang tepat. Fungsi kerja enzim dipengaruhi oleh : (1) konsentrasi
substrat, (2) konsentrasi enzim, (3) suhu, (4) keasaman dan (5) kondisi lingkungan
(Zinn dan Ware, 2002; McDonald et al., 2002).
McDonald et al. (2002) mengklasifikasikan enzim menjadi enam kelompok
yaitu : (a) oksidoreduktase adalah enzim yang mengkatalis transfer hidrogen, oksigen
atau elektron dari satu molekul ke molekul lainya, (b) transferase adalah enzim yang
mengkatalis pemindahan kelompok molekul ke kelompok molekul lainnya, (c)

hidrolase adalah enzim hidrolitik, (d) liase adalah enzim non hidrolitik seperti
dekarboksilase dan deaminasi, (e) isomerase adalah enzim yang mengkatalis
perombakan intramolekul, dan (f) ligase adalah pembentukan formasi rantai dari
suatu senyawa. Aktivitas enzim dapat dihilangkan dengan beberapa cara diantaranya
dengan proses denaturasi dan penambahan zat penghambat dalam substrat (Piliang,
2006). Terdapat tiga tipe enzim pendegradasi serat, yaitu : endoselulase
(endoglukanase, endo-β-1,4-glukanase, carboxymethil selulase atau β-1,4-glukan
glukanohidrolase), eksoselulase (eksoglukanase, ekso- β-1,4-glukanase, selulose β-
1,4-selobiosidase) dan β-glukosidase (selubiose atau glukohidrolase). Enzim
pendegradasi xilan menjadi gula sederhana adalah xilanase dan β-xilosidase
(Beauchemin et al., 2002). Sedangkan amilase adalah enzim yang menghidrolisis
pati. Enzim ini merupakan bagian penting bagi pendegradasian pati. Beberapa enzim
yang berperan antara lain : α-amilase, β-amilase, glukoamilase, gluko isomerase,
pullunase dan isomerase. Pati dapat diubah menjadi glukosa dengan asam maupun
enzim penghidrolisa (Crueger dan Crueger, 1982).
Gambar 5. Kerja Enzim dalam Tubuh Ternak Monogastrik Sumber : Wikipedia, 2000
Gambar 5 menunjukkan bahwa pada tubuh ternak terdapat suatu kelenjar
yang berfungsi untuk menghasilkan enzim. Jika terdapat substrat yang sesuai dengan
koenzim masuk ke dalam tubuh, maka enzim akan bekerja untuk memecah substrat
tersebut. Koenzim bergabung dengan substrat dengan tujuan untuk mempercepat
reaksi. Setelah reaksi berlangsung, koenzim memisahkan diri dari produk. Enzim
tidak terlibat dalam hasil reaksi, akan tetapi enzim hanya berfungsi sebagai

katalisator untuk mempercepat terjadinya suatu reaksi biologi dalam tubuh
(Wikipedia, 2000).
Xilanase merupakan kelompok enzim yang memiliki kemampuan untuk
menghidrolisis hemiselulosa dalam hal ini adalah xilan atau polimer dari xilosa dan
xilo-oligosakarida. Xilanase dapat diklasifikasikan berdasarkan substrat yang
dihidrolisis yaitu : -xilosidase, eksoxilanase, dan endoxilanase (Richana, 2002).
-xilosidase, yaitu xilanase yang mampu menghidrolisis xilo-oligosakarida
rantai pendek menjadi xilosa. Xilosa selain merupakan hasil hidrolisis juga
merupakan inhibitor bagi enzim -xilosidase. Endoxilanase mampu memutus ikatan
1-4 pada bagian dalam rantai xilan secara teratur. Ikatan yang diputus ditentukan
berdasarkan panjang rantai substrat, derajat percabangan, ada atau tidaknya gugus
substitusi, dan pola pemutusan dari enzim hidrolase tersebut (Richana, 2002).
Xilanase pada umumnya merupakan protein kecil dengan berat molekul antara
15.000-30.000 dalton dan aktif pada suhu 55oC dengan pH 9. Xilanase akan lebih
stabil pada suhu 60oC dan pH netral (Richana, 2002).
Xilanase dapat dikelompokkan ke dalam dua famili utama dari hidrolase
glikosidik. Kelompok famili tersebut adalah famili F (10) dan famili G (11).
Identifikasi famili ini berdasarkan spesifikasi protein yang dimiliki (Jeffries, 1996).
Kelompok famili 10 mempunyai struktur protein lebih komplek dibandingkan famili
11 sehingga mempunyai substrat yang lebih spesifik (Cepeljnik et al., 2004).
Mikroorganisme Penghasil Xilanase
Jenis mikroorganisme yang dapat menghasilkan xilanase adalah bakteri dan
jamur. Bakteri dan jamur mempunyai peranan penting dalam kehidupan makhluk
lainnya karena kedua jenis makhluk ini mampu menghasilkan enzim yang tidak
dapat diproduksi oleh makhluk lain. Beberapa contoh bakteri penghasil xilanase
dapat dilihat pada Tabel 3.
Bakteri adalah sel prokariotik yang khas, uniseluler dan tidak mengandung
struktur yang terbatasi membran di dalam sitoplasmanya. Bakteri yang khas
berdiameter sekitar 0,5-1,0 mikrometer dengan panjang 1,5-2,5 nanometer. Banyak
jenis Pseudomonas berpenampang 0,4-0,7 mikrometer dengan panjang 2-3
mikrometer. Garis tengah mikrokokus hanya 0,4 mikrometer. Diantara berbagai

jenis bakteri hanya sedikit yang berukuran raksasa (Chromatuim okenii,
Thiospirulum jenese, Achromatuim sp.). Bakteri raksasa pada umumnya tumbuh
lebih lambat (Schmidt, 1994). Bakteri bereproduksi dengan proses aseksual yaitu
dengan pembelahan biner sederhana. Bentuk umum bakteri adalah bulat, batang dan
spiral. Beberapa bakteri dapat tumbuh pada suhu 0oC dan 90oC atau lebih.
Kebanyakan bakteri tumbuh pada kedua suhu ekstrim tersebut. Bakteri mampu
menyebabkan berbagai perubahan kimiawi pada substrat yang ditumbuhinya dan
mampu menghancurkan banyak zat. Beberapa bakteri ada yang bermanfaat bagi
lingkungan sekitarnya, namun juga ada yang menyebabkan penyakit. Ciri khusus sel
bakteri akan terungkapkan bila perbandingan antara luas permukaan terhadap volume
dihitung. Bagi sel bakteri, nilai ini akan sangat tinggi dibandingkan dengan
mikroorganisme lainnya yang lebih besar. Isi suatu sel bakteri menjadi terbuka
terhadap batas permukaan antara dinding sel dan nutrien sekitarnya. Sifat inilah
yang merupakan salah satu penyebab tingginya laju metabolisme dan pertumbuhan
bakteri (Pelczar dan Chan, 1986).
Tabel 3. Bakteri Penghasil Enzim Xilanase
Species Suhu Tumbuh (oC)
Suhu Optimum (oC)
pH Berat molekul (kDa)
Aeromonas sp.
Bacillus sp.
Clostridium sp.
Fibrobacter succinogenes
Streptomyces sp.
Thermoanaerobacterium sp.
Thermomonospora curvata
Thermotoga sp.
30
37-50
37-65
37
36-50
60
55
77-80
30-55
50-70
50-75
39
50-72
80
75
80-105
5-7
6-10
5,5-7
7
4,5-8
6,2
6,8-7,8
5,4-6,2
22-58
16-43
29-72
53,7
21-50
24-35
15-36
40-120
Sumber: Richana (2002)
Nama cendawan berasal dari wakilnya yang mencolok yaitu cendawan topi
(Yunani) : mykes, Latin (fungus). Fungi termasuk eukariot dan mempunyai sifat-
sifat tertentu sama seperti tumbuhan lainnya yaitu mempunyai dinding sel, vakuola
berisi getah sel dan dengan mikroskop dapat diamati aliran plasma yang baik dan
juga sifat nyata ketidakmampuan untuk bergerak. Fungi tidak mengandung pigmen
fotosintesis dan bersifat C-heterotrof (khemoorganoheterotrof). Fungi tumbuh pada

kondisi anaerob dan memperoleh energi dengan mengoksidasi bahan organik
(Schmidt, 1994).
Beberapa jenis jamur yang mampu menghasilkan enzim xilanase dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Jamur Penghasil Enzim Xilanase
Species Suhu Tumbuh
(oC)
Suhu Optimum
(oC)
pH Berat molekul
(kDa)
Aspergillus sp.
Aureobasidium sp.
Bipolaris sorokinana
Criptococcus flavus
Fusarium oxysprium
Gleophyllum trabeum
Humicola grisea
Myrothecium verrucaria
Neurospora crassa
Penicillium sp.
Trichoderma sp.
24-30
28
28
20
26
22
40
30
28
25
25-30
45-60
45-54
70
55
50
80
70
45
50
40
50-60
4,5-6
4,5-4,8
5,5
4,5
5
4
5,5
5,5
4,8
6
3,5-6,5
22-46,5
20-25
30
25
80
39
25,5
15,9
33
35
1,8-32
Sumber: Richana (2002)
Fungi adalah organisme heterotrofik, memerlukan senyawa organik untuk
nutrisinya. Fungi bersifat saprofit jika hidup dari benda organisme mati yang
terlarut. Saprofit menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks,
menguraikannya menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana, yang kemudian
dikembalikan ke dalam tanah dan selanjutnya dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Pada umumnya sel khamir lebih besar daripada sel bakteri. Ukurannya 1-5
mikrometer, panjang dan lebarnya 5-30 mikrometer, berbentuk telur, memanjang
atau bola. Pada tubuh atau tallus terdapat dua bagian yaitu miselium dan spora.
Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang dinamakan hifa dari setiap
lembarnya berukuran 5-10 mikrometer dibandingkan bakteri yang diameternya
hanya 1 mikrometer (Pelczar dan Chan, 1986). Miselium terdiri dari masa
sitoplasma multinukleat yang terkurung dalam sistem tabung kaku yang bercabang
banyak, berdiameter agak seragam. Tabung yang membungkus ini menggambarkan
struktur yang bersifat melindungi, sama seperti dinding sel organisme uniseluler.

METODE
Waktu dan Lokasi
Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Desember 2006 sampai dengan
November 2007 dan dilanjutkan dari bulan Januari 2008 sampai Februari 2008 di
Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi, Laboratorium Nutrisi
Ternak Perah, Laboratorium Industri Teknologi Peternakan dan Laboratorium
Terpadu Nutrisi, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Materi
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : cairan rumen, Oat
Splet Xylan, agar bacto, Brain Heart Infunsion (BHI), glukosa, celubiosa, cystein-
HCl, resazurin, hemin, alkohol 75%, MgSO4.7H2O, K2HPO4, NaCl, Na2HPO4.2H2O,
pepton, xilan ekstrak, aquadest, larutan pewarna merah Congo (Congored), larutan
NaCl 1%, larutan HCl 1%, larutan Dinitro Salysilic (DNS), phenol, natrium sulfat,
kalium natrium tartat, larutan NaOH, larutan buffer tris-base, larutan kristal violet,
safranin, minyak imersi dan alkohol 95%.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : botol serum, tutup
karet, isolasi panfix, plastik dan karet tahan panas, spoit, penangas air,`roler tube`,
oven 105oC, pipet mikro, jarum ose, tissue, tabung Hungate, `stirer`, pipet, bulp, pH
meter, inkubator, sentrifuse, kertas saring, gelas piala, pembakar Bunsen, timbangan
digital, autoclave, spektrofotometer, cawan petri, mesin penggiling, labu Erlenmeyer,
lemari pendingin, tabung Schoot, laminar, mikroskop, gelas objek dan gelas penutup.
Metode
Persiapan Media
Masing-masing bahan pembuat media biakan ditimbang dengan timbangan
elektronik sesuai dengan komposisi yang telah direkomendasikan oleh Triyani

(2002) untuk media anaerob dan Richana (2002) untuk media aerob seperti
tercantum pada Lampiran 1. Semua alat-alat yang digunakan harus disterilkan
dengan `autoclave`. Tempat pembuatan media disterilkan dengan menggunakan
alkohol 75%.
Media Anaerob. Semua bahan untuk media anaerob dicampur dalam botol Schoot
dan dilarutkan dengan aquadest, kecuali cystein-HCl, setelah bahan tercampur
dipanaskan hingga mengalami perubahan warna kuning – merah – kuning dan dialiri
gas CO2 kemudian didinginkan. Setelah dingin cystein-HCl dimasukkan dan
dilakukan pengecekan pH, pH yang dikendaki adalah 6,8 – 7,00 dan untuk menjaga
kondisi anaerob media dialiri gas CO2 lagi hingga warna berubah merah – kuning.
Media Aerob. Bahan-bahan pembuat media aerob yang telah ditimbang
dicampurkan ke dalam labu Erlenmeyer dan dilarutkan dengan aquadest. Setelah
semua bahan tercampur dilakukan pengecekan pH, pH yang dikehendaki adalah 7,00
– 7,2. Untuk membuat media agar, media cair seperti prosedur di atas ditambahkan
agar Bacto. Media padat untuk kondisi aerob dituang ke dalam cawan petri.
Persiapan Sampel
Sampel diambil dari cairan rumen (kambing dan domba) dan dari sumber air
panas. Cairan rumen kambing diperoleh dari Lenteng Agung, cairan rumen domba
diperoleh dari Sindang Sari – Ciampea dan sampel air panas diperoleh dari Cipanas –
Banten. Sebelum pengambilan sampel dilakukan, persiapan media tumbuh bakteri
dilakukan sehari sebelum sampel datang dan disimpan dalam freezer dengan suhu -
15oC.
Isi rumen diperas dan disaring untuk mendapatkan cairan rumen sebagai
sampel. Cairan rumen disimpan dalam termos yang sebelumnya diisi air panas untuk
menjaga temperatur tetap stabil (39oC). Sampel dialiri gas CO2 untuk menjaga
kondisi anaerob sebelum diberi perlakukan lebih lanjut.
Sampel air panas dimasukkan dalam termos yang sudah disterilisasi dengan
autoclave dan pencucian dengan alkohol. Sampel segera diinokulasikan pada media
tumbuh setelah tiba di Laboratorium dengan tujuan sedapat mungkin
mempertahankan kondisi seperti temperatur aslinya di alam.

Isolasi Xilan dari Pollard
Gambar 6. Skema Isolasi Xilan dari Pollard Sumber : Naomi, 2006
Pollard giling
Direndam dalam NaOCl 1 %
Selama 5 jam
Dibilas dengan Aquadest
Disaring dan diambil
padatannya
Direndam dengan NaOH 15 %
selama 24jam
Endapan rendam dengan etanol 95 %
perbandingan 1 : 3
Terbentuk gumpalan xilan pada
permukaan
xilan dikeringkan di dalam oven pada
suhu 60oC selama 48 jam

Xilan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu :
xilan dari Oat Spelt Xylan, yang merupakan produk dari Sigma, dan xilan yang
diisolasi dari pollard. Isolasi xilan dari pollard dilakukan karena kandungan xilan
dari pollard sebesar 35% dari jumlah hemiselulosanya (Bogasari, 1999). Metode
isolasi xilan yang dilakukan pada penelitian ini adalah delignifikasi, dan ekstraksi
sehingga akan didapatkan xilan dari pollard (Gambar 6). Xilan hasil isolasi dari
pollard digunakan sebagai substrat pada proses pengkayaan bakteri, sedangkan pada
proses pertumbuhan bakteri, substrat yang digunakan adalah xilan murni dari Oat
Spelt Xyilan.
Pengkayaan
Pengkayaan dilakukan dengan menggunakan tabung serum. Media yang
digunakan sama dengan media tumbuh sesuai dengan rekomendasi Triyani (2002)
untuk bakteri anaerob dan Richana (2002) untuk bakteri aerob. Proses pengkayaan,
dilakukan peningkatan taraf xilan dalam media tumbuh. Tabung I berisi media
tumbuh dengan taraf 0% xilan, tabung II 0,6% xilan, tabung III 1,2% xilan, tabung
IV 1,8% xilan dan tabung V 2,4% xilan. Tabung yang telah berisi media 49 ml
ditambahkan sampel inokulum sebanyak satu ml. Masing – masing tabung kemudian
diinkubasi selama tiga hari. Suhu inkubasi untuk cairan rumen adalah 39oC,
sedangkan untuk air panas adalah 55oC. Setelah tiga hari, satu ml sampel dari tabung
I dipindahkan ke dalam tabung II dan diinkubasi selama tiga hari. Demikian pula
untuk tabung II, III, IV dan V dilakukan perlakuan yang sama (Gambar 7).
Gambar 7. Diagram Pengkayaan
Pengenceran
Pengenceran dilakukan dengan memasukkan 0,05 ml cairan dari tabung V
pada proses pengkayaan ke dalam 4,95 ml media pengencer, selanjutnya diambil
0,05 ml dari tabung tersebut dan dimasukkan ke dalam 4,95 ml media pengencer
pada tabung berikutnya. Pada bakteri aerob tahap pengenceran 10-6, kemudian
sampel diambil 0,1 ml untuk ditumbuhkan pada media agar, sedangkan untuk bakteri
Sampel 0 % xilan
0,1 ml 0,1 ml 0,1 ml 0,1 ml 0,1 ml
1,8% xilan 1,2% xilan 0,6% xilan 2,4% xilan
0,1 ml

anaerob pada tahap pengenceran 10-10, sampel diambil 0,1 ml untuk ditumbuhkan
pada media padat. Saat inokulum (anaerob) dimasukkan media masih dalam keadaan
cair, kemudian diratakan dengan menggunakan pemutar tabung sampai padat dan
merata. Sedangkan untuk bakteri aerob, inokulum dimasukkan ke dalam cawan
terlebih dahulu, kemudian dituang agar sebagai media tumbuh. Tabung kemudian
diinkubasi selama tiga hari sesuai dengan suhu masing – masing (Gambar 8).
Gambar 8. Diagram Pengenceran
Komposisi media pengencer untuk media anaerob terdiri dari berbagai
mineral yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Semua bahan media pengencer
dicampur dalam tabung Schoot dan dialiri gas CO2 sampai berubah warna dari warna
biru menjadi warna merah dan akhirnya berubah menjadi bening.
Isolasi Bakteri
Seleksi koloni dilakukan secara bertahap sampai diperoleh satu koloni yang
seragam. Koloni seragam ini ditumbuhkan pada media tumbuh yang baru, sehingga
didapatkan isolat murni dari tabung tersebut. Isolat murni yang berhasil didapatkan
akan disimpan sebagai stock kultur.
Karakterisasi Isolat Bakteri
Bakteri yang diperoleh dari proses isolasi dengan peningkatan taraf xilan
secara bertahap mulai dari 0; 0,6; 1,2; 1,8; dan 2,4 %, diuji dengan pewarnaan Gram,
dan diuji kemampuan tumbuhnya pada substrat xilan dengan taraf yang berbeda
berdasarkan populasinya, luasan zona bening yang dihasilkan dan aktivitas
enzimnya.
Perhitungan Koloni. Bakteri yang telah diisolasi ditumbuhkan pada media
yang mengandung xilan dengan taraf 0; 0,6; 1,2; 1,8; dan 2,4 %. Bakteri
ditumbuhkan dengan masa inkubasi selama tiga hari pada suhu 39oC dan 55oC.
Perhitungan bakteri dilakukan setelah diinkubasi selama tiga hari dengan menghitung
Inokulum 10-2
0,05 ml 0,05 ml 0,05 ml 0,05 ml 0,05 ml
10-8
10-6
10-4 10
-10
0,1 ml
Media Tumbuh
0,05 ml

jumlah koloni bakteri yang tersebar dan menempel pada permukaan tabung maupun
pada permukaan agar dalam cawan petri.
Pengukuran Zona Bening. Pengukuran zona bening merupakan salah satu
indikator bahwa bakteri yang ditumbuhkan mempunyai kemampuan untuk
mendegradasi substrat yang ditambahkan dalam media tumbuh. Pengukuran zona
bening diperoleh dari mengukur luasan zona bening yang terbentuk dari media
tumbuh. Media tumbuh bakteri yang sudah dihitung koloninya ditambahkan pewarna
merah Congo secukupnya, kemudian diputar dengan menggunakan pemutar tabung
selama 15 menit. Pewarna merah Congo akan meresap masuk dalam media tumbuh
sehingga media akan menjadi merah. Setelah 15 menit pewarna dibuang dan diganti
dengan larutan NaCl 1%. Pada saat pemberian larutan NaCl 1% tabung diputar
selama 15 menit pula. Tahap terakhir larutan NaCl 1% dibuang dan diganti dengan
larutan HCl 1% dan diputar selama beberapa saat. Zona bening terbentuk setelah
pemberian larutan HCl 1 % pada medium.
Pewarnaan Gram. Pewarnaan Gram dilakukan untuk mengetahui morfologi
sel bakteri dan untuk mengetahui kelompok bakteri berdasarkan Gram positif atau
Gram negatif. Kaca objek diolesi inokulum secukupnya kemudian difiksasi di atas
api hingga kering. Kaca objek diletakkan pada rak dan digenangi dengan larutan
kristal violet dan didiamkan selama satu menit. Larutan kristal violet dibuang
dengan memiringkan kaca objek dan dibilas dengan aquadest dan dikeringkan
dengan kertas tisu. Selanjutnya kaca objek digenangi dengan larutan iodin selama
dua menit dan dibilas dengan alkohol 95% dengan komposisi aceton : alkohol (1 : 1
%). Tahap akhir kaca objek digenangi dengan larutan safranin selama 30 detik dan
bilas dengan aquadest serta dikeringkan dengan kertas tisu. Saat pemeriksaan dengan
mikroskop, ditetesi dengan minyak imersi. Pengamatan dengan mikroskop dilakukan
dengan perbesaran 100 x pada lensa objek dan perbesaran 10 x pada lensa okuler.
Pengukuran Aktivitas Enzim Xilanase. Satu ml larutan buffer tris-base yang
mengandung 1% xilan dicampurkan dengan satu ml enzim, kemudian diinkubasi
pada suhu 40oC di penangas air selama 30 menit. Setelah 30 menit, campuran ini
ditambahkan dengan tiga ml larutan pereduksi DNS dan dipanaskan pada suhu 100oC
selama 15 menit. Pembacaan dengan spektrofotometer dilakukan pada panjang
gelombang 540 nm. Satu unit enzim adalah banyaknya enzim yang dapat

memproduksi satu mikro mol xilosa dalam satu menit pada keadaan aktivitas
tertentu. (Setyawati, 2007).
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan adalah Rancangan Acak Lengkap berpola faktorial.
Sampel dari cairan rumen kambing berpola 9 x 5 dengan 3 ulangan, sedangkan untuk
sampel dari cairan rumen domba berpola 4 x 5 dengan 3 ulangan dan untuk sampel
dari sumber air panas berpola 3 x 3 dengan 3 ulangan. Faktor A adalah isolat yang
diperoleh dari cairan rumen (kambing dan domba) dan sumber air panas. Faktor B
adalah taraf penambahan xilan pada media tumbuh bakteri. Model matematika
adalah sebagai berikut :
Xijk = µ + αi + βj + γij + εijk
Keterangan :
Xijk : data pada faktor A ke –i, faktor B ke- j dan ulangan ke- k
µ : rataan umum
αi : efek perlakuan faktor A ke- i
βj : efek perlakukan faktor B ke-j
γij : efek interaksi antara faktor A ke- i dan faktor B ke- j
εijk : galat perlakuan dari faktor A ke- i, faktor B ke-j dan ulangan ke – k
Analisis data menggunakan sidik ragam atau analisis of variance (ANOVA),
bila terjadi beda nyata dilanjutkan dengan uji ortogonal kontras untuk mengetahui
perbedaan antar perlakuan isolat atau dengan uji ortogonal polinomial untuk
mengetahui pengaruh taraf xilan (Steel dan Torie, 1992).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Penelitian
Proses isolasi dan pengembangbiakan bakteri rumen telah dimulai sejak tahun
1966 yang dilakukan oleh Hungate (Hobson dan Stewart,1992) dan terus mengalami
perkembangan hingga sekarang ini. Metode isolasi bakteri rumen pada penelitian ini
menggunakan metode tabung berputar. Prinsip dari metode ini adalah membiakkan
mikroorganisme dalam tabung yang berisi media padat dan menempel tipis pada
dinding tabung. Gas CO2 dialirkan selama proses inokulasi untuk menjaga kondisi
tetap dalam keadaan anaerob. Selama masa inkubasi tabung ditutup dengan tutup
karet untuk mempertahankan kondisi anaerob.
Metode isolasi bakteri dari sumber air panas (Cipanas) yang dilakukan dalam
penelitian ini sesuai dengan metode Pelczar dan Chan (1988) yaitu dengan metode
cawan gores. Inokulum dari proses pengkayaan digoreskan pada permukaan medium
agar didalam cawan petri dengan menggunakan jarum ose. Pada cawan terbagi empat
kuadran, kuadran satu merupakan tempat goresan inokulum yang pertama kemudian
goresan yang terdapat pada kuadran satu digoreskan kembali pada kuadran dua
seterusnya hingga kuadran empat. Diantara garis – garis goresan akan terdapat sel –
sel yang cukup terpisah – pisah sehingga dapat ditumbuhkan menjadi koloni terpisah.
Masa inkubasi dilakukan pada periode tertentu hingga terjadi pertumbuhan
bakteri (Widyastuti, 2004). Penelitian ini masa inkubasi yang digunakan untuk isolat
dari cairan rumen maupun sumber air panas dilakukan selama tiga hari. Semakin
kompleks struktur substrat yang akan didegradasi, maka masa inkubasi untuk
pertumbuhan bakteri juga semakin lama (Fondevila dan Dehority, 1995). Davis et al.
(1993) menyatakan bahwa masa inkubasi bakteri yang diisolasi dari tanah untuk
mendapatkan pertumbuhan yang optimum dilakukan selama tiga bulan.
Bakteri yang diisolasi dari cairan rumen maupun sumber air panas akan
tumbuh pada medium dalam selang waktu tertentu. Pada media BHI yang
mengandung xilan, bakteri rumen tumbuh pada waktu inkubasi hari ke tiga. Waktu
inkubasi hari pertama, bakteri belum tumbuh pada media BHI – xilan (anaerob), hari
kedua bakteri sudah terlihat tumbuh di beberapa titik, namun belum membentuk
koloni yang jelas dan sempurna. Hari ketiga koloni yang terbentuk sudah sempurna

dan jelas sehingga sudah dapat diidentifikasi bentuk koloninya dan dapat dilakukan
perhitungan. Pada media Yeast exstract – xilan (aerob) koloni bakteri dari sumber air
panas mulai muncul pada masa inkubasi tiga hari. Hari pertama maupun kedua
koloni dari bakteri belum ditemukan pada permukaan media. Masa inkubasi yang
lebih lama dari tiga hari akan menyebabkan kerusakan pada media agar yaitu media
agar mulai pecah dan mengkerut karena proses evaporasi yang berlebih akibat suhu
yang tinggi. Menurut Panuju (2003) pada suhu 65 – 70 oC kebanyakan cawan plastik
mulai meleleh dan agar menjadi tidak stabil. Pada suhu 55oC agar dapat digunakan
sebagai pemadat dengan konsentrasi 2 - 4 % untuk mengurangi evaporasi, sedangkan
untuk suhu diatas 70oC perlu digunakan pemadat lain seperti silika gel.
Proses pengkayaan pada penelitian ini, semua bakteri yang toleran terhadap
xilan tumbuh dalam satu tabung maupun dalam satu cawan. Untuk lebih
memudahkan identifikasi, maka dilakukan isolasi untuk memurnikan bakteri yang
sejenis. Dasar pemurnian yang digunakan pada tahap ini adalah morfologi koloni
bakteri karena paling mudah untuk diamati. Pemurnian dilakukan dengan
memindahkan bakteri yang seragam pada media tumbuh yang lain, sehingga
diperoleh beberapa bakteri dari satu tabung.
Pengkayaan dan Isolat Bakteri Pencerna Xilan
Substrat yang Digunakan
Substrat yang digunakan sebagai sumber xilan pada penelitian ini adalah
xilan yang diperoleh dari pollard dan oat spelt xylan, produk dari Sigma. Pada proses
pengkayaan, substrat yang digunakan adalah xilan yang diekstrak dari pollard.
Sedangkan pada proses seleksi dan pemurnian serta pertumbuhan bakteri untuk
perhitungan populasi bakteri dan luasan zona bening, substrat xilan yang digunakan
adalah xilan dari oat spelt xylan yang merupakan produk dari Sigma. Penggunaan
ekstrak xilan dari pollard pada proses pengkayaan dimaksudkan untuk
mengadaptasikan bakteri pencerna xilan dari xilan yang berasal dari pollard yang
biasa diberikan kepada ternak. Xilan yang diperoleh dari ekstrak pollard tidak
semurni dan tidak sekompleks xilan yang dimurnikan dari oat spelt xylan. Xilan yang
berasal dari oat spelt xylan adalah xilan murni, sedangkan xilan yang berasal dari
ekstrak pollard masih bercampur dengan unsur hemiselulosa yang lain.

Proses isolasi xilan dari pollard ini terdiri dari tahap delignifikasi dan
ekstraksi. Delignifikasi merupakan proses penghilangan lignin sebelum proses
ekstraksi sehingga hanya komponen xilan saja yang terdapat dalam bahan. Prinsip
dari proses ini adalah pemecahan ikatan kovalen antara lignin dengan karbohidrat
melalui pelarutan lignin dalam pelarut yang sesuai yaitu NaOCl 1%. Larutan NaOCl
merupakan oksidator kuat yang mengandung ion – ion hipoklorit yang mampu
memecah beberapa ikatan karbon dalam struktur lignin. Menurut Naomi (2006),
perendaman NaOCl 1% selama lima jam hanya mampu menurunkan kandungan
lignin sebesar 0,94%. Proses delignifikasi tidak dapat menghilangkan lignin secara
keseluruhan, hal ini disebabkan lignin terikat secara kovalen baik pada selulosa
maupun hemiselulosa. Selama proses ekstraksi terjadi proses pemutusan ikatan
karbon yang terdapat pada hemiselulosa. Menurut Agustine (2005), kandungan xilan
pada kayu lunak sekitar 7 – 12 % dari bahan kering kayu. Penelitian ini kandungan
xilan yang diekstrak secara kasar dari pollard sebesar 15,72% dari bahan. Hasil
analisis Van Soest menyatakan bahwa kandungan hemiselulosa dalam pollard
sebesar 6,56% dari bahan kering. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan xilan
dalam pollard sebesar 15,72% dari 6, 56% hemiselulosa yaitu sebesar 1,03%.
Pengadaptasian bakteri dilakukan secara bertahap yaitu dengan meningkatkan
taraf xilan pada medium tumbuh dimulai dari 0% hingga taraf tertinggi yaitu 2,4%.
Isolat bakteri yang telah didapatkan, diharapkan mampu bertahan terhadap media
yang mengandung xilan karena sudah diadaptasikan terlebih dahulu. Sedangkan pada
saat proses seleksi dan pemurnian serta pertumbuhan bakteri diharapkan bakteri
pencerna xilan yang didapatkan mempunyai kemampuan maksimum dalam
mendegradasi xilan.
Jumlah isolat yang diperoleh dari rumen kambing sebanyak sembilan isolat
masing – masing adalah : EVK1, EVK2, EVK3, EVK4, EVK5, EVK6, EVK7,
EVK8 dan EVK9. Jumlah isolat yang diperoleh dari rumen domba sebanyak empat
isolat yang terdiri dari : ESD1, ESD2, ESD3 dan ESD4. Sedangkan jumlah isolat
yang diperoleh dari sumber air panas sebanyak tiga isolat yaitu : CP1, CP2 dan CP3.
Keseluruhan isolat tersebut mempunyai kemampuan dalam mencerna xilan dengan
karakteristik yang berbeda setiap isolatnya seperti luasan zona bening dan kepadatan
populasi yang berkaitan dengan pola fase pertumbuhan pada masing – masing isolat.

Identifikasi Awal Isolat Bakteri Pencerna Xilan
Isolat bakteri yang diperoleh dari cairan rumen kambing dan domba serta
sumber air panas selanjutnya dilakukan identifikasi awal untuk mengetahui
karakteristik dari isolat tersebut. Volk dan Wheleer (1988) menyatakan bahwa
identifikasi bakteri pada umumnya meliputi : ukuran, bentuk dan susunan organisme,
reaksi pewarnaan Gram, tipe flagel (jika ada), ukuran keseluruhan dan penampilan
koloni. Identifikasi isolat bakteri yang dilakukan pada penelitian ini adalah morfologi
koloni, morfologi sel, dan reaksi pewarnaan Gram serta luasan zona bening yang
dihasilkan oleh isolat. Uji aktivitas enzim dilakukan untuk mengukur besarnya
aktivitas enzim yang dihasilkan oleh isolat bakteri tersebut. Identifikasi awal isolat
bakteri pencerna xilan meliputi : morfologi koloni, morfologi sel dan uji pewarnaan
Gam yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Morfologi dan Hasil Uji Pewarnaan Gram Isolat Bakteri
Sumber Isolat Morfologi Koloni Morfologi Sel Pewarnaan Gram
Cairan EVK1 Kuning oval Coccus Gram negatif Rumen EVK2 Kuning muda bulat Bacillus Gram positif
Kambing EVK3 Putih bulat Coccus Gram positif EVK4 Putih muda bulat Coccus Gram negatif
EVK5 Putih berinti bulat Coccus Gram negatif EVK6 Putih pipih Coccus Gram negatif EVK7 Kuning tua berinti Bacillus Gram negatif
EVK8 Putih tak berinti Staphilococcus Gram negatif EVK9 Kuning tua tidak
berinti
Bacillus Gram negatif
Cairan
Rumen
ESD1 Kuning muda seperti
bunga
Coccus Gram Positif
Domba ESD2 Putih bulat Bacillus Gram negatif
ESD3 Putih berinti Coccus Gram positif ESD4 Krem bulat Bacillus Gram negatif
Air panas Cipanas
CP1 Putih, berinti (krem), bergerigi
Coccus Gram negatif
CP2 Krem, tak berinti, bergerigi
Coccus Gram negatif
CP3 Putih, tidak berinti,
halus
Stapilococcus Gram negatif
Keterangan : EVK1, EVK2, EVK3, EVK4, EVK5, EVK6, EVK7, EVK8, dan EVK9 isolat dari cairan
rumen kambing, ESD1, ESD2, ESD3, dan ESD4 isolat dari cairan rumen domba, CP1,
CP2, dan CP3 isolat dari sumber air panas.

(CP1) (CP2) (CP3) Gambar 9. Isolat dari Sumber Air Panas
Isolat bakteri yang telah didapatkan dari cairan rumen kambing dan domba
serta sumber air panas ini pada proses selanjutnya akan dilakukan identifikasi
berupa luasan zona bening pada media tumbuhnya sebagai indikator sederhana
kemampuannya dalam mencerna xilan, identifikasi selanjutnya adalah pewarnaan
Gram untuk memperjelas perbedaan antar isolat. Secara makroskop is, isolat bakteri
yang didapatkan dari ketiga sumber ini mempunyai morfologi koloni yang berbeda.
Morfologi koloni isolat bakteri yang berbeda – beda, dari bentuk dan warna koloni
dapat diduga untuk menunjukkan perbedaan spesies setiap isolat. Contoh isolat dari
sumber air panas diperlihatkan pada Gambar 9.
Isolat dari Cairan Rumen Kambing
Hasil identifikasi pewarnaan Gram isolat dari rumen kambing diperoleh hasil
berupa Gram negatif dan Gram positif. Hasil identifikasi yang dominan adalah Gra m
negatif. Identifikasi morfologi sel menunjukkan hasil yang beragam, ditemukan
bakteri berbentuk coccus maupun bacil dengan pewarnaan Gram yang sama.
Identifikasi pada morfologi koloni menunjukkan hasil yang berbeda dari setiap isolat.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesembilan isolat tersebut merupakan
spesies yang berbeda.
Isolat dari Cairan Rumen Domba
Isolat yang didapatkan dari cairan rumen domba menunjukkan morfologi
koloni isolat bakteri yang berbeda antara bentuk dan warna koloni. Isolat yang
dihasilkan dari penelitian ini mempunyai morfologi sel berbentuk coccus dan bacil.
Identifikasi pewarnaan Gram menunjukkan hasil Gram positif dan negatif. Hasil
identifikasi dari isolat ini memberikan hasil yang berbeda dengan isolat dari caira n
rumen kambing. Isolat yang sudah diperoleh, terdapat perbedaan pewarnaan Gram

dan morfologi selnya. Isolat yang bermorfologi bulat selalu Gram positif dan isolat
yang bermorfologi batang selalu Gram negatif. Dasar utama yang membedakan
keempat isolat tersebut termasuk dalam species yang berbeda adalah morfologi
koloninya dan didukung oleh pewarnaan Gram serta morfologi selnya.
Isolat dari Sumber Air Panas
Isolat bakteri dari sumber air panas menunjukkan morfologi koloni yang
berbeda dari setiap isolat yang didapatkan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
semua pewarnaan Gram menunjukkan Gram negatif, sedangkan morfologi selnya
berbentuk coccus. Akan tetapi dengan adanya perbedan antar isolat baik secara
morfologi sel maupun morfologi koloni dapat dikatakan antar isolat tersebut
termasuk dalam species yang berbeda.
Masing – masing bakteri mempunyai ciri khas berkelompok yang berbeda
sehingga membentuk koloni yang berbeda pula. Koloni bakteri pada hakikatnya
adalah sekelompok bakteri sejenis yang bergabung sehingga membentuk pola
tertentu secara makroskopis. Warna koloni yang berbeda - beda seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 5 berhubungan dengan permukaan luar bakteri dan selaput
yang menyelimuti bakteri (selimut). Pelczar dan Chan (1986) menyatakan bahwa
selimut bukan suatu bagian yang sangat vital bagi bakteri, akan tetapi selimut dapat
menentukan kelompok utama bakteri. Sekelompok bakteri yang bergerombol akan
memberikan pola dan warna sesuai dengan ciri khas masing – masing spesies.
Identifikasi awal morfologi sel dan koloni pada penelitian ini untuk membedakan
karakteristik setiap spesies. Isolat yang dihasilkan dari penelitian ini sebagian besar
mempunyai morfologi sel berbentuk coccus. Beberapa bakteri pendegradasi xilan
berbentuk coccus yang telah dilaporkan antara lain adalah Prevotella sp. atau
Treponema bryantii yang mempunyai karakteristik Gram negatif (Cotta, 1992;
Hobson dan Stewart, 1992), Fibrobacter succinogenes yang pada awal isolasi
berbentuk batang, namun pada saat dikulturkan dapat bermutasi menjadi bulat
(Hungate, 1950). Hal ini disebabkan proses evolusi yang terjadi selama proses
pengkulturan. Selama proses pengkulturan terjadi proses adaptasi bakteri terhadap
lingkungannya sehingga tidak menutup kemungkinan bakteri dapat mengalami
perubahan morfologi. Perubahan morfologi bertujuan untuk mempertahankan
kelestarian dengan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.

Hasil identifikasi pewarnaan Gram pada penelitian ini ditunjukkan pada
Tabel 5 yaitu pada umumnya isolat yang didapatkan mempunyai karakteristik Gram
negatif, namun demikian terdapat juga isolat bakteri yang mempunyai karakteristik
Gram positif. Perbedaan pewarnaan Gram positif dan negatif ini didasarkan pada
komponen yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut. Pelczar dan Chan (1986)
menyatakan bahwa pembangun dinding sel bakteri terdiri dari : (1) N-
asetilglukosamin (AGA), (2) asam N-asetilmuramat (AAM), dan (3) suatu peptida
yang terdiri dari empat atau lima asam amino, yaitu L-alanin, D-alanin, asam D-
glutamat, dan lisin atau asam diaminopimelat.
Dinding sel bakteri mengandung komponen utama berupa asam tekoat, protein,
polisakarida, lipoprotein, dan lipopolisakarida yang terikat pada peptidoglikan.
Peptidoglikan ini mempunyai peran penting dalam pewarnaan Gram. Warna merah
atau biru yang tampak pada saat pewarnaan Gram berasal dari permukaan dinding sel
bakteri. Bakteri Gram positif akan memberikan warna biru pada saat pewarnaan
Gram, sedangkan bakteri Gram negatif akan memberikan warna merah pada saat
pewarnaan Gram. Bakteri Gram negatif mengandung lipid, lemak atau substansi
seperti lemak (lipopolisakarida) dengan persentase lebih tinggi daripada yang
terkandung dalam bakteri Gram positif. Dinding sel bakteri Gram negatif lebih tipis
daripada dinding sel bakteri Gram positif. Saat pewarnaan Gram, pemberian warna
utama adalah kristal violet yang akan memberikan warna ungu pada bakteri. Bakteri
Gram negatif tidak mampu mempertahankan warna ungu yang diberikan karena
adanya permeabilitas dinding sel. Dinding sel mengalami permeabilitas setelah
diberikan alkohol karena mengandung banyak lipid sehingga warna ungu yang telah
diberikan terekstraksi keluar. Pada akhir perlakuan diberikan warna tandingan berupa
safranin yang berwarna merah sehingga hasil yang diperoleh pada pengamatan di
bawah mikroskop bakteri Gram negatif berwarna merah. Bakteri Gram positif yang
mempunyai kandungan lipid lebih rendah dibandingkan bakteri Gram negatif, pada
saat pengamatan di bawah mikroskop tetap menampakkan warna biru yang berasal
dari kristal violet. Permeabilitas dinding sel bakteri Gram positif kurang sehingga
warna kristal violet tetap terperangkap dalam sel dan pada saat diberikan warna
tandingan berupa safranin yang terlihat tetap warna biru dari kristal violet (Pelczar
dan Reid, 1958).

Hasil isolasi bakteri penghasil enzim xilanase dari cairan rumen kambing dan
domba menunjukkan bahwa isolat yang diperoleh dari rumen kambing lebih
bervariasi dibandingkan dari rumen domba. Perbedaan keragaman spesies bakteri
dalam rumen kambing dan domba berpengaruh terhadap kemampuannya dalam
mencerna komponen serat. Kemampuan kambing dalam mencerna serat lebih tinggi
dibanding domba, hal ini dikarenakan jumlah populasi bakteri yang terdapat dalam
rumen kambing lebih banyak (Dewi, 2007), dan lebih bervariasi dibandingkan
dengan rumen domba sehingga pendegradasian serat lebih optimal (Ensminger,
1992). Adanya variasi yang diperoleh dari isolat bakteri cairan rumen kambing ini
disebabkan pola makan kambing yang memilih hijauan yang lebih berkualitas
(browsing). Hal ini menyebabkan pakan kambing lebih berkualitas dan lebih
bervariasi sehingga nutrien yang tersedia lebih optimal untuk pertumbuhan kambing
maupun pertumbuhan bakteri rumen yang lebih beragam spesiesnya. (Hobson dan
Stewart, 1997).
Isolat dari sumber air panas keragamannya lebih rendah dibandingkan isolat
dari cairan rumen. Hal ini disebabkan lingkungan pada sumber air panas berbeda
dengan lingkungan dalam rumen yang banyak mengandung serat. Isolasi bakteri
pencerna serat dari dalam rumen akan didapatkan isolat yang lebih banyak
dibandingkan pada tempat netral seperti sumber air panas.
Keragaman isolat yang diperoleh ini menunjukkan bahwa bakteri yang terdapat
dalam rumen berasal dari species yang berbeda – beda dan mampu melakukan
simbiosis yang saling menguntungkan dalam pencernaan serat (Woolcock, 1991).
Isolat yang diperoleh termasuk bakteri Gram positif maupun negatif. Bakteri Gram
positif memiliki resistensi yang lebih baik dibandingkan bakteri Gram negatif.
Bakteri Gram positif lebih tahan pada kondisi media tumbuh buatan, dengan
demikian aktivitas dalam mencerna substrat yaitu fraksi serat yang berupa xilan juga
lebih baik dibandingkan bakteri Gram negatif (Hobson dan Stewart, 1992). Dengan
demikian, bakteri akan lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang baru dan tetap
mempunyai aktivitas yang sama seperti pada habitat aslinya.

Pengaruh Taraf Xilan terhadap
Populasi Bakteri Pencerna Xilan
Isolat dari Cairan Rumen Kambing
Populasi isolat bakteri dari cairan rumen kambing mengalami penurunan
seiring dengan peningkatan penambahan taraf xilan. Taraf xilan 0% pertumbuhan
bakteri tidak sebanyak populasi pada taraf 0,6%, hal ini diduga disebabkan oleh
adanya masa adaptasi bakteri yang berasal daripada rumen kambing lebih lambat
dibandingkan dari rumen domba. Akan tetapi, setelah mengalami masa adaptasi,
peningkatan taraf xilan memberikan pengaruh terhadap jumlah populasi bakteri,
yaitu terjadi penurunan populasi hingga 11,61 log cfu/ml pada taraf xilan 2,4%
sedangkan pada taraf pemberian xilan 0,6% populasi bakteri sebanyak 12,32 log
cfu/ml. Penuruan populasi yang terjadi pada pemberian xilan dari taraf terendah
hingga taraf tertinggi sebesar 0,71 log cfu/ml. Setiap kenaikan taraf xilan sebesar
0,6% terjadi penurunan populasi bakteri sebanyak 0,24 log cfu/ml. Berdasarkan uji
ortogonal polinomial memperlihatkan bahwa kemampuan isolat dari rumen kambing
berfluktuatif berdasarkan taraf xilan yang diberikan. Populasi terbanyak dihasilkan
dengan taraf pemberian xilan 0,6% dan mulai menurun pada taraf xilan 1,2%.
Populasi bakteri terendah dihasilkan pada taraf xilan 2,4% seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 10.
y = -1.1671x4 + 6.0378x3 - 10.427x2 + 6.6681x + 10.92
R2 = 1
10.8
11
11.2
11.4
11.6
11.8
12
12.2
12.4
12.6
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Taraf Xilan (%)
Po
pu
lasi
Bak
teri
(L
og
cfu
/ml)
Gambar 10. Grafik Pengaruh Taraf Xilan terhadap Populasi Bakteri dari
Cairan Rumen Kambing
Gambar 10 menunjukkan kemampuan setiap isolat bakteri dalam
pendengradasian xilan dengan berbagai taraf. Secara umum, kesembilan isolat yang
diperoleh mempunyai kemampuan yang sama dalam mendegradasi xilan. Hasil uji
sidik ragam maupun uji ortogonal kontras untuk mengetahui perbedaan antar isolat

memperlihatkan bahwa setiap isolat dalam mendegradasi xilan menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata. Namun untuk isolat EVK1, EVK2, EVK3, EVK5, dan
EVK6 berbeda nyata dengan isolat EVK4, EVK7, EVK8 dan EVK9 (Tabel 6 dan
Gambar 11). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan antar isolat dalam
mendegradasi xilan adalah sama yang disebabkan oleh keragaman pakan dari
kambing dan sifat kambing yang lebih toleran terhadap pakan berserat yang tinggi
sehingga semua mikroba rumen yang sudah terkondisikan dengan lingkungan serat
tinggi.
Tabel 6. Pengaruh Taraf Xilan terhadap Rataan Populasi Bakteri dari Cairan
Rumen Kambing (log cfu/ml)
Isolat Taraf Xilan (%) Rataan ± SD 0 0,6 1,2 1,8 2,4
EVK1 12,48 ± 0,26 12,51 ± 0,11 12,45 ± 0,27 12,34 ± 0,34 12,30 ± 0,16 12,40 ± 0,09
EVK2 12,27 ± 0,43 12,48 ± 0,17 12,37 ± 0,32 12,19 ± 0,51 12,61 ± 0,31 12,38 ± 0,13
EVK3 12,18 ± 0,40 12,53 ± 0,35 12,59 ± 0,08 12,17 ± 0,42 12,16 ± 0,25 12,33 ± 0,14
EVK4 8,43 ± 7,30 12,70 ± 0,11 12,48 ± 0,14 12,32 ± 0,44 12,40 ± 0,09 11,63 ± 3,14
EVK5 12,32 ± 0,22 12,39 ± 0,16 12,60 ± 0,10 12,01 ± 0,34 11,92 ± 0,41 12,25 ± 0,13
EVK6 12,37 ± 0,41 12,32 ± 0,39 12,00 ± 0,61 12,28 ± 0,22 11,84 ± 0,68 12,14 ± 0,18
EVK7 11,99 ± 0,27 11,78 ± 0,43 8,20 ± 7,10 11,69 ± 0,65 11,53 ± 0,50 11,04 ± 2,97
EVK8 8,07 ± 6,99 12,04 ± 0,64 12,29 ± 0,48 11,86 ± 0,37 7,99 ± 6,92 10,45 ± 3,54
EVK9 8,18 ± 7,09 12,24 ± 0,16 12,35 ± 0,06 12,03 ± 0,25 12,03 ± 0,02 11,35 ± 3,12
Rataan ± SD 10,92 ± 3,40 12,32 ± 0,18 11,92 ± 2,29 12,10 ± 0,13 11,61 ± 2,10 11,70 ± 1,60
0
2
4
6
8
10
12
14
EVK1 EVK2 EVK3 EVK4 EVK5 EVK6 EVK7 EVK8 EVK9
Isolat
Po
pu
lasi
Bakte
ri (
Lo
g c
fu/m
l)
0%
0.60%
1.20%
1.80%
2.40%
Gambar 11. Grafik Pengaruh Taraf Xilan terhadap Rataan Populasi Bakteri dari
Cairan Rumen Kambing

Isolat dari Cairan Rumen Domba
Faktor yang mempengaruhi populasi bakteri adalah kondisi lingkungan dan
pola pertumbuhan dari bakteri. Media yang sesuai akan menyebabkan bakteri
tersebut mampu tumbuh dengan baik dan sebaliknya media yang tidak sesuai akan
menghambat pertumbuhan bakteri. Penambahan xilan dalam media tumbuh
menyebabkan bakteri yang tidak toleran akan mengalami penurunan populasi.
Tabel 7 menunjukkan jumlah rataan populasi bakteri yang diisolasi dari
cairan rumen domba. Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata
antara populasi bakteri dengan taraf xilan. Akan tetapi berdasarkan data dari Tabel 7
menunjukkan, bahwa populasi bakteri pada setiap isolat mengalami penurunan
seiring dengan bertambahnya taraf xilan yang ditambahkan dalam media tumbuh.
Media yang mengandung 0% xilan jumlah populasi bakteri sebanyak 12,22 log
cfu/ml, kemudian mengalami penurunan hingga 11,70 log cfu/ml pada taraf xilan
2,4%. Hal ini akan semakin jelas terlihat pada grafik pada Gambar 12 yang
menunjukkan penurunan populasi dengan bertambahnya kenaikan taraf xilan dalam
media tumbuh
Tabel 7. Pengaruh Taraf Xilan terhadap Rataan Populasi Bakteri dari Cairan Rumen Domba (Log cfu/ml)
Isolat Taraf Xilan (%) Rataan ± SD
0 0,6 1,2 1,8 2,4 ESD1 12,41 ± 0,19 12,51 ± 0,55 12,25 ± 0,25 12,46 ± 0,42 11,95 ± 0,55 12,13 ± 0,19
ESD2 12,02 ± 0,43 11,86 ± 0,28 11,76 ± 0,49 11,81 ± 0,44 11,46 ± 0,28 11,78 ± 0,10
ESD3 12,14 ± 0,58 12,05 ± 0,65 12,03 ± 0,66 11,95 ± 0,83 11,71 ± 0,56 11,97 ± 0,11
ESD4 12,30 ± 0,24 11,91 ± 0,18 12,09 ± 0,34 12,03 ± 0,21 11,68 ± 0,64 12,00 ± 0,19
Rataan ± SD 12,22 ± 0,18 12,08 ± 0,22 12,03 ± 0,18 12,06 ± 0,26 11,70 ± 0,17 12,02 ± 0,05
y = -0.1479x4 + 0.5247x3 - 0.4468x2 - 0.1222x +
12.22
R2 = 1
11.6
11.7
11.8
11.9
12
12.1
12.2
12.3
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Taraf Xilan (%)
Po
pu
lasi
Bak
teri
(L
og
cfu
/ml)
Gambar 12. Grafik Pengaruh Taraf Xilan terhadap Populasi Bakteri dari Cairan
Rumen Domba

Gambar 12 menunjukkan pola pertumbuhan bakteri yang semakin menurun
seiring dengan peningkatan taraf xilan yang diberikan pada med ia tumbuh.
Berdasarkan hasil uji ortogonal polinomial diperoleh bahwa jumlah populasi bakteri
dipengaruhi oleh taraf xilan yang diberikan. Penurunan populasi akan terjadi hingga
populasi 0 log cfu/ml dengan penambahan taraf xilan hinga 4,1%. Bakteri yang
diperoleh mempunyai kemampuan mencerna xilan pada taraf yang tertinggi (2,4%
xilan) secara rataan berjumlah 11,70 log cfu/ml, sedangkan pada taraf xilan 0,6%
mencapai 12,08 log cfu/ml. Dalam hal ini terjadi penurunan populasi sebesar 0,38
log cfu/ml pada taraf pemberian xilan terendah hingga tertinggi. Rata – rata setiap
kenaikan xilan sebesar 0,6% terjadi penurunan populasi bakteri sebesar 0,13 log
cfu/ml. Penurunan yang terjadi lebih rendah bila dibandingkan dengan penurunan
yang terjadi pada isolat dari rumen kambing.
10.8
11
11.2
11.4
11.6
11.8
12
12.2
12.4
12.6
0 0.6 1.2 1.8 2.4
Taraf Xilan (%)
Po
pu
lasi
Bakte
ri (
Lo
g c
fu/m
l)
ESD1
ESD2
ESD3
ESD4
Gambar 13. Grafik Pengaruh Taraf Xilan terhadap Rataan Populasi Bakteri dari Cairan Rumen Domba
Gambar 13 menggambarkan kemampuan setiap isolat bakteri pada setiap
taraf pemberian xilan dalam media. Hasil uji ortogonal kontras menunjukkan tidak
ada perbedaan yang nyata antar isolat. Data pada Gambar 12 menyatakan, bahwa
isolat yang mempunyai kemampuan tertinggi pada setiap taraf xilan adalah isolat
ESD1, kemudian ESD4, ESD3 dan yang terakhir adalah ESD2. Isolat ESD1 pada
semua taraf pemberian xilan menunjukkan jumlah populasi yang tertinggi
dibandingkan yang lainnya. Sedangkan untuk isolat ESD3 dan ESD4 terjadi fluktuasi
yang tidak nyata, artinya isolat ESD3 dan ESD4 dapat dikatakan mempunyai

kemampuan yang sama dalam mendegradasi xilan. Pada suatu waktu tertentu
populasi isolat ESD3 lebih tinggi daripada isolat ESD4, begitu pula sebaliknya. Hal
ini disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri dalam
medium biakan. Kondisi awal bakteri saat diinokulasi dan ketersediaan nutrien dalam
media merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri
sehingga pola yang dihasilkan tidak selalu konstan walaupun sebenarnya perubahan
yang terjadi tidak nyata (Pelczar dan Chan, 1986). Isolat ESD2 mempunyai
kemampuan yang lebih rendah dibandingkan ketiga isolat lainnya. Hal ini terlihat
pada setiap taraf pemberian xilan, populasi isolat ESD2 selalu lebih rendah
dibandingkan yang lainnya. Berdasarkan data yang d iperoleh, maka dapat
disimpulkan bahwa kemampuan ESD2 dalam mencerna xilan maupun dalam
beradaptasi dengan media tumbuh yang mengandung xilan paling rendah
dibandingkan dengan ketiga isolat yang lainnya.
Isolat dari Sumber Air Panas
Isolat bakteri dari sumber air panas populasi bakteri juga mengalami
penurunan seiring dengan peningkatan penambahan taraf xilan. Akan tetapi, pada
isolat yang diperoleh dari sumber air panas terdapat perbedaan dengan isolat yang
diperoleh dari cairan rumen baik domba maupun kambing. Isolat yang diperoleh dari
sumber air panas hanya mampu tumbuh pada taraf xilan tertinggi 1,2%, hal ini
menunjukkan kemampuannya setengah dari isolat dari cairan rumen kambing dan
domba. Taraf xilan 0% pertumbuhan bakteri sebanyak 7,99 log cfu/ml dan pada taraf
xilan 1,2% bakteri yang mampu untuk tumbuh sebanyak 7,43 log cfu/ml. Jika
dibandingkan dengan isolat dari cairan rumen, isolat dari sumber air panas
mempunyai kemampuan beradaptasi yang lebih rendah daripada isolat dari cairan
rumen baik domba maupun kambing yang rataan populasinya di atas 10 log cfu/ml,
sedangkan pada isolat dari sumber air panas populasinya dibawah 10 log cfu/ml. Hal
ini disebabkan kondisi lingkungan habitat asli dari isolat tersebut berbeda. Isolat dari
cairan rumen sudah teradaptasi dengan sumber makanan yang mengandung serat
tinggi, sedangkan isolat dari sumber air panas belum diketahui secara pasti sumber
nutrien utamanya. Penuruan populasi yang terjadi pada pemberian xilan dengan taraf
terendah hingga taraf tertinggi sebesar 0,56 log cfu/ml. Setiap kenaikan taraf xilan

sebesar 0,6% terjadi penurunan populasi bakteri sebanyak 0,19 log cfu/ml. Rataan
populasi bakteri dari sumber air panas disajikan dalam Tabel 8 .
Tabel 8. Pengaruh Taraf Xilan terhadap Rataan Populasi Bakteri dari Sumber Air Panas (log cfu/ml)
Isolat Taraf xilan (%) Rataan ± SD
0 0,6 1,2 CP1 8,06 ± 0,09 8,00 ± 0,00 7,53 ± 0,47 7,86 ± 0,25
CP2 7,57 ± 0,56 7,46 ± 0,56 7,23 ± 0,40 7,42 ± 0,09
CP3 8,35 ± 0,04 8,05 ± 0,09 7,52 ± 0,48 7,97 ± 0,24
Rataan ±SD 7,99 ± 0,44 7,84 ± 0,40 7,43 ± 0,42 7,75 ± 0,02
Gambar 14 menunjukkan bahwa pada setiap peningkatan taraf xilan setiap
isolat akan mengalami penurunan populasi bakteri. Hal ini menunjukkan bahwa
semua isolat CP1, CP2 dan CP3 mempunyai kemampuan yang terbatas dalam
memanfaatkan xilan. Penurunan populasi ini menunjukkan bahwa tidak semua
bakteri mampu beradaptasi pada lingkungan yang mengandung xilan. Bakteri yang
mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan ini, seterusnya akan mampu bertahan
hidup dan berkembangbiak pada media dengan sumber energi utama berupa xilan.
6.6
6.8
7
7.2
7.4
7.6
7.8
8
8.2
8.4
8.6
0 0.6 1.2
Taraf Xilan (%)
Po
pu
lasi
Bakte
ri (
log
cfu
/ml)
CP1
CP2
CP3
Gambar 14. Grafik Pengaruh Taraf Xilan terhadap Rataan Populasi Bakteri dari Sumber Air Panas
Hasil uji sidik ragam dan ortogonal kontras menyatakan bahwa tidak ada
perbedaan secara nyata antar isolat. Gambar 14 menunjukkan pengaruh isolat
terhadap taraf pemberian xilan, isolat CP3 mempunyai kemampuan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan isolat yang lain. Hal ini dibuktikan dengan jumlah populasi
bakteri CP3 pada setiap taraf menunjukkan nilai yang paling tinggi dibandingkan
isolat yang lain. Isolat CP2 mempunyai kemampuan paling rendah setelah CP3 dan

CP1. Pengaruh populasi bakteri terhadap taraf pemberian xilan dalam medium
pertumbuhan akan terlihat dengan jelas pada Gambar 15. Data yang diperlihatkan
pada Gambar 15 menunjukkan garis linear yang diduga pada suatu waktu tertentu
maka akan terjadi kondisi jumlah populasi bakteri yang bertahan hidup mencapai 0
log cfu/ml dengan bertambahnya taraf xilan yang diberikan.
y = -0.4667x + 8.0333
R2 = 0.933
7.3
7.4
7.5
7.6
7.7
7.8
7.9
8
8.1
0 0.5 1 1.5
Taraf Xilan (%)
Po
pu
lasi
Bak
teri
(lo
g c
fu/m
l)
Gambar 15. Grafik Pengaruh Taraf Xilan terhadap Populasi Bakteri dari Sumber Air Panas
Inkubasi yang dilakukan untuk isolat dari sumber air panas adalah 55oC
sesuai dengan suhu lingkungan aslinya. Bakteri yang mampu bertahan hidup pada
suhu sama dengan di atas 55oC disebut sebagai mikroorganisme termofilik. Bakteri
termofilik tidak hanya mampu bertahan hidup pada suhu tinggi, namun juga mampu
beraktivitas dan bereproduksi pada lingkungan tersebut. Menurut Panuju (2003)
beberapa faktor yang menyebabkan suatu mikroorganisme disebut sebagai
mikroorganisme termofilik antara lain karena struktur membran plasma yang dimiliki
oleh mikroorganisme tersebut. Mikroorganisme yang mempunyai struktur membran
lipid dua lapis (lipid bilayer membrane) lebih termostabil dibandingkan yang
memiliki satu lapis. Mikroorganisme termofilik memiliki jumlah asam lemak seluler
jenuh dengan struktur rantai lurus yang menyebabkan memiliki titik lebur tinggi.
Asam lemak dengan gugus metil pada atom karbon yang berada dekat ujung rantai
memiliki titik lebur yang sedikit lebih rendah dibandingkan asam lemak pada rantai
lurus. Gugus metil yang jauh dari ujung mempunyai titik lebur yang lebih rendah dan
asam lemak dengan ikatan cis ganda di bagian tengah rantai karbon mempunyai titik
lebur paling rendah. Kandungan glikolipid pada sel juga mempengaruhi sifat
termostabil suatu mikroorganisme. Semakin tinggi kandungan glikolipid pada sel
maka semakin tinggi stabilitas membran sel terhadap suhu tinggi.

Adanya penurunan populasi bakteri pada setiap isolat dengan pertambahan
taraf xilan disebabkan tidak semua bakteri dapat tumbuh dengan baik di luar habitat
aslinya dan setiap bakteri membutuhkan nutrien yang berbeda – beda untuk
pertumbuhannya. Hanya sebagian kecil bakteri yang mempunyai kemampuan
menghasilkan enzim xilanase yang bertahan dalam media yang mengandung xilan
(Hobson dan Stewart, 1992), hal ini berkaitan dengan kemampuan bakteri dalam
mendegradasi substrat tertentu yang dapat digunakan sebagai nutrien untuk
pertumbuhan bakteri itu sendiri. Walaupun pada awal pertumbuhan bakteri tersebut
mampu mencerna xilan, akan tetapi terdapat kemampuan optimum bakteri, dimana
bakteri yang mempunyai kemampuan yang tinggi dalam mencerna xilan akan tetap
bertahan hingga pemberian taraf xilan yang tertinggi.
Pengaruh Taraf Xilan terhadap Luasan Zona Bening yang
Dihasilkan Isolat Bakteri Pencerna Xilan
Isolat dari Cairan Rumen Kambing
Tabel 9 menunjukkan luasan zona bening dari isolat bakteri penghasil enzim
xilanase yang diperoleh dari cairan rumen kambing. Luasan zona bening
berdasarkan hasil uji sidik ragam menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata,
sedangkan berdasarkan data deskriptif dari Tabel 9 menunjukkan penurunan luasan
zona bening seiring dengan penambahan taraf xilan dalam medium. Semakin banyak
substrat yang terdegradasi akan menghasilkan luasan zona bening yang lebih lebar
(Margareta, 2003).
Tabel 9. Pengaruh Taraf Xilan terhadap Rataan Luasan Zona Bening yang Dihasilkan Bakteri dari Rumen Kambing (mm)
Isolat Taraf Xilan (%) Rataan ± SD
0 0,6 1,2 1,8 2,4
EVK1 15,03 ± 11,62 10,58 ± 2,18 15,10 ± 8,45 7,61 ± 2,70 11,49 ± 4,40 11,97 ± 4,05
EVK2 11,46 ± 10,54 7,85 ± 2,89 9,23 ± 8,23 8,00 ± 6,18 12,53 ± 6,09 3,81 ± 2,91
EVK3 13,89 ± 14,14 10,90 ± 3,55 9,21 ± 3,42 7,86 ± 2,23 6,43 ± 5,65 9,66 ±4,80
EVK4 6,75 ± 11,69 5,73 ± 2,71 9,00 ± 3,66 8,21 ± 4,85 8,90 ± 3,92 7,72 ± 3,62
EVK5 5,50 ± 7,57 6,94 ± 3,17 16,38 ± 4,41 7,85 ± 4,67 11,83 ± 10,56 9,70 ± 2,98
EVK6 4,21 ± 1,26 11,23 ± 2,19 10,16 ± 9,14 10,51 ± 1,40 6,85 ± 0,85 8,54 ± 3,48
EVK7 9,22 ± 7,99 9,44 ± 6,66 3,76 ± 6,51 6,30 ± 0,95 6,31 ± 2,87 7,01 ± 2,95
EVK8 5,65 ± 6,18 10,14 ± 4,67 9,63 ± 2,88 9,81 ± 4,06 9,58 ± 8,35 8,96 ± 2,11
EVK9 4,71 ± 4,08 10,09 ± 5,58 11,34 ± 2,71 14,73 ± 15,86 10,40 ± 4,25 10,26 ± 5,32
Rataan ± SD
8,49 ± 4,09 9,21 ± 1,59 10,42 ± 2,60 8,99 ± 4,50 9,34 ± 2,89 9,29 ± 1,01

Luasan zona bening merupakan faktor indikator terdegradasinya substrat
dalam medium. Luasan zona bening pada isolat dari rumen kambing mengalami
fluktuasi pada setiap peningkatan taraf pemberian xilan. Zona bening terbentuk
karena adanya sekresi enzim oleh isolat bakteri yang akan menguraikan struktur
komplek xilan menjadi xilosa.
y = 2.4273x4 - 11.154x3 + 14.64x2 - 4.0931x + 8.49
R2 = 1
0
2
4
6
8
10
12
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Taraf Xilan (%)
Lu
asan
Zo
na B
en
ing
(m
m)
Gambar 16. Grafik Pengaruh Taraf Xilan terhadap Luasan Zona Bening yang
Dihasilkan Bakteri dari Cairan Rumen Kambing
Berdasarkan Gambar 16, luasan zona bening yang dihasilkan oleh bakteri dari
rumen kambing mengalami fluktuasi pada setiap taraf xilan yang diberikan. Zona
bening semakin luas hingga taraf xilan 1,2% dan semakin sempit pada taraf xilan
1,8%. Pada taraf xilan 2,4% kembali terjadi peningkatan luasan zona bening namun
tidak sebesar pada saat taraf xilan 1,2 %. Luasan zona bening tertinggi terjadi pada
penambahan taraf xilan 1,2%. Luasan zona bening yang dihasilkan oleh bakteri
tersebut berkaitan dengan nutrien yang tersedia dalam media tumbuhnya. Taraf xilan
yang tertinggi kandungan nutrien dalam media tumbuh sebagian besar adalah xilan.
Kandungan karbon yang terbanyak diperoleh dari gugus xilan. Bakteri akan
memanfaatkan gugus karbon dari xilan ini sebagai sumber energi. Pemanfaatan
gugus karbon ini membutuhkan bantuan enzim xilanase, sehingga bakteri akan
menghasilkan enzim lebih banyak untuk mendegradasi xilan yang terdapat di dalam
media tumbuh. Dengan demikian, akan memacu bakteri untuk memproduksi enzim
lebih banyak untuk mendapatkan asupan nutrien dalam rangka mempertahankan
hidup dan pertumbuhannya. Semakin banyak enzim yang dihasilkan maka zona
bening juga akan semakin luas karena xilan yang terdegradasi semakin banyak.

Kemampuan isolat dalam menghasilkan enzim xilanase yang ditandai dengan
adanya luasan zona bening dapat ditunjukkan pada Gambar 17. Gambar 17 dapat
terlihat bahwa pada masing – masing isolat mempunyai kemampuan yang hampir
sama dalam memproduksi enzim. Hasil uji ortogonal kontras menyatakan bahwa
tidak ada perbedaan secara nyata antar isolat, dalam hal ini tidak ada iso lat yang
lebih menonjol dibandingkan yang lainnya. Artinya, isolat yang diperoleh dari cairan
rumen kambing mempunyai kesamaan dan keseragaman dalam kemampuannya
untuk mendegradasi xilan.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
EVK1 EVK2 EVK3 EVK4 EVK5 EVK6 EVK7 EVK8 EVK9
Isolat
Lu
asan
Zo
na B
en
ing
(m
m)
0%
0.60%
1.20%
1.80%
2.40%
Gambar 17. Grafik Pengaruh Taraf Xilan terhadap Rataan Luasan Zona Bening yang Dihasilkan Bakteri dari Cairan Rumen Kambing
Isolat dari Cairan Rumen Domba
Rataan luasan zona bening pada isolat bakteri yang berasal dari rumen domba
ditunjukkan pada Tabel 10. Hasil sidik ragam menyatakan bahwa pada setiap
peningkatan taraf xilan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, akan tetapi
secara deskriptif terdapat penurunan dan peningkatan luasan zona bening. Adanya
fluktuasi luasan zona bening ini antara lain disebabkan oleh kondisi media tumbuh
yang tidak seragam pada setiap taraf. Ketidakseragaman medium ini kemungkinan
disebabkan proses pembuatan media yang tidak dalam satu waktu sehingga terjadi
perbedaan kondisi media dan berdampak pada kecukupan nutrien yang terkandung
dalam medium tumbuh. Nutrien dalam media tumbuh digunakan untuk pertumbuhan

dan perkembangbiakan bakteri. Kecukupan kebutuhan nutrien untuk pertumbuhan
bakteri harus dipenuhi untuk memberikan hasil yang optimal (Park et al, 2004)
Tabel 10. Pengaruh Taraf Xilan terhadap Rataan Luasan Zona Bening yang Dihasilkan Bakteri dari Cairan Rumen Domba (mm)
Isolat Taraf Xilan (%) Rataan ± SD
0 0,6 1,2 1,8 2,4 ESD1 8,01 ± 8,44 8,64 ± 1,10 7,78 ± 3,34 7,91 ± 4,34 4,75 ± 2,55 7,42 ± 2,77
ESD2 4,52 ± 1,85 7,66 ± 1,66 8,12 ± 3,17 8,49 ± 4,56 9,75 ± 8,94 7,71 ± 2,98
ESD3 14,8 ± 13,54 8,12 ± 3,74 13,78 ± 13,74 7,51 ± 5,15 13,99 ± 10,61 11,64 ± 4,68
ESD4 4,95 ± 3,81 10,81 ± 6,81 6,70 ± 3,09 10,13 ± 3,78 8,26 ± 0,89 8,17 ± 1,89
Rataan ± SD
8,07 ± 5,21 8,81 ± 2,31 9,09 ± 5,27 8,51 ± 0,57 9,19 ± 4,75 8,73 ± 1,16
y = 0.8102x4 - 3.2253x3 + 3.125x2 + 0.3444x + 8.07
R2 = 1
8
8.2
8.4
8.6
8.8
9
9.2
9.4
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Taraf Xilan (%)
Lu
asan
Zo
na B
en
ing
(m
m)
Gambar 18. Grafik Pengaruh Taraf Xilan terhadap Luasan Zona Bening yang Dihasilkan Bakteri dari Cairan Rumen Domba
Gambar 18 menggambarkan tentang pengaruh taraf xilan terhadap luasan
zona bening yang dihasilkan oleh isolat bakteri dari cairan rumen domba. Gambar 18
juga memperlihatkan bahwa terjadinya peningkatan luasan zona bening dengan
bertambahnya taraf xilan yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa, dengan taraf
penambahan xilan bakteri akan menghasilkan enzim lebih banyak untuk
mendegradasi xilan yang terdapat dalam media tumbuh yang selanjutnya akan
dimanfaatkan sebagai asupan nutrien untuk pertumbuhan bagi bakteri tersebut.

0
2
4
6
8
10
12
14
16
0 0.6 1.2 1.8 2.4
Taraf Xilan (%)
Lu
asan
Zo
na B
en
ing
(m
m)
ESD1
ESD2
ESD3
ESD4
Gambar 19. Grafik Pengaruh Taraf Xilan terhadap Rataan Luasan Zona Bening yang Dihasilkan Bakteri dari Cairan Rumen Domba
Gambar 19 menunjukkan kemampuan masing – masing isolat dalam
menghasilkan luasan zona bening. Hasil uji ortogonal kontras menyatakan bahwa
tidak ada perbedaan secara nyata antar isolat. Akan tetapi berdasarkan Gambar 19
diperoleh hasil bahwa isolat ESD3 mempunyai kemampuan yang tertinggi dalam
menghasilkan luasan zona bening. Akan tetapi dalam hal jumlah populasi bakteri
yang tumbuh, isolat yang paling banyak jumlah populasinya adalah ESD1. Hal ini
menunjukkan bahwa, banyaknya populasi tidak selalu menunjukkan aktivitas enzim
yang tertinggi. Luasan zona bening menunjukkan banyaknya fraksi xilan yang
mampu didegradasi oleh bakteri. Bakteri yang mampu mendegradasi xilan dengan
baik, tidak tergantung pada jumlah populasinya. Dalam hal ini yang berperan adalah
kemampuan bakteri tersebut dalam memproduksi enzim. Semakin banyak enzim
yang dihasilkan maka semakin luas zona bening yang dihasilkan.
Isolat dari Sumber Air Panas
Hasil uji sidik ragam menyatakan perbedaan yang tidak nyata akibat
pengaruh taraf xilan yang diberikan terhadap luasan zona bening. Tabel 11
memperlihatkan bahwa secara deskriptif zona bening dari setiap isolat semakin
sempit dengan semakin meningkatnya taraf xilan dalam media tumbuh. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap isolat mempunyai kemampuan yang terbatas dalam
mendegradasi xilan. Xilan yang terdapat dalam media akan dihidrolisis menjad i gula
sederhana. Apabila xilan yang terdapat dalam media mampu didegradasi oleh

bakteri, maka ketika diberikan pewarna merah Congo akan menimbulkan zona
bening yang menandakan bahwa pada daerah tersebut kandungan xilannya sudah
terdegradasi oleh bakteri yang terdapat pada daerah tersebut.
Tabel 11. Pengaruh Taraf Xilan terhadap Rataan Luasan Zona Bening yang
Dihasilkan Bakteri dari Sumber Air Panas (mm)
Isolat Taraf Xilan (%) Rataan ± SD 0 0,6 1,2
CP1 0,52 ± 0,21 1,36 ± 0,40 0,47 ± 0,13 0,79 ± 0,14
CP2 0,74 ± 0,24 0,80 ± 0,79 0,32 ± 0,51 0,62 ± 0,27
CP3 1,21 ± 0,37 0,93 ± 0,40 0,18 ± 0,18 0,77 ± 0,12
Rataan ± SD 0,82 ± 0,39 1,03 ± 0,55 0,33 ± 0,31 0,73 ± 0,21
Hasil uji ortogonal kontras menyatakan bahwa tidak ada perbedaan secara
nyata antar isolat. Akan tetapi secara deskriftif pada isolat CP1 dan CP2 terjadi
fluktuasi luasan zona bening pada setiap kenaikan taraf xilan yang diberikan,
sedangkan pada isolat CP3 setiap kenaikan taraf xilan yang diberikan justru semakin
menurunkan luasan zona bening dengan pola garis lurus linear. Hal ini menunjukkan
bahwa pada setiap kenaikan taraf xilan maka jumlah xilan yang didegradasi juga
semakin berkurang dan hal ini berkaitan dengan jumlah populasi bakteri yang tetap
bertahan pada media yang mengandung xilan semakin tinggi. Hal ini dapat dilihat
pada Gambar 20 yang menyatakan pengaruh taraf xilan terhadap luasan zona bening
yang dihasilkan bakteri.
y = -12.639x2 + 11.083x + 8.2
R2 = 1
0
2
4
6
8
10
12
0 0.5 1 1.5
Taraf Xilan (%)
Lu
asan
Zo
na B
en
ing
(m
m)
Gambar 20. Grafik Pengaruh Taraf Xilan terhadap Luasan Zona Bening yang
Dihasilkan Bakteri dari Sumber Air Panas
Gambar 20 memperlihatkan bahwa pemberian xilan pada taraf yang berbeda
dapat mempengaruhi luasan zona bening yang dihasilkan. Pola yang dihasilkan
adalah kuadratik dengan luasan maksimum yang dibentuk adalah pada taraf xilan

0,4% dan mengalami penurunan pada taraf xilan 0,6% dan 1,2%. Luasan zona
bening mencapai nilai 0 mm pada taraf pemberian xilan 1,35%.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0 0.6 1.2
Taraf Xilan (%)
Lu
asan
Zo
na B
en
ing
(m
m)
CP1
CP2
CP3
Gambar 21. Grafik Pengaruh Taraf Xilan terhadap Luasan Zona Bening yang
Dihasilkan Isolat Bakteri dari Sumber Air Panas
Gambar 21 memperlihatkan bahwa taraf pemberian xilan dapat
mempengaruhi luasan zona bening yang dihasilkan oleh isolat bakteri dari sumber air
panas. Taraf xilan 0% isolat terbaik yang menghasilkan zona bening terluas adalah
isolat CP3, sedangkan pada taraf xilan 0,6% dan 1,2% zona bening paling luas
dihasilkan oleh isolat CP1. Secara rataan isolat CP1 mempunyai kemampuan yang
terbaik dalam mendegradasi xilan, walaupun secara jumlah populasi isolat CP3
adalah tertinggi. Hal ini dapat dijelaskan bahwa tidak selalu populasi bakteri yang
terbanyak akan menghasilkan zona bening terluas, akan tetapi hal ini terkait dengan
kemampuannya dalam mendegradasi xilan.
Jumlah populasi bakteri dan luasan zona bening secara tidak langsung
dipengaruhi oleh media tumbuh. Media tumbuh yang sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan nutrien bakteri akan menyebabkan bakteri tersebut tumbuh dengan
optimal (Pelczar dan Chan, 1986). Pemberian nutrien yang cukup akan membantu
proses perkembangan, bakteri yang mendapatkan kecukupan nilai nutrisi akan
berkembang menjadi banyak dengan laju semakin cepat. Perkembangan yang cepat
ini akan berdampak pada kepadatan populasi. Semakin banyak populasi bakteri yang
tumbuh, maka semakin banyak pula enzim yang disekresikan. Demikian juga sekresi
enzim juga dipengaruhi oleh zat nutrisi yang masuk dalam tubuh bakteri. Jika bakteri
mendapatkan kecukupan zat nutrisi yang dibutuhkan, maka proses metabolisme

dalam tubuhnya akan berjalan dengan lancar. Enzim yang disekresikan ini akan
dimanfaatkan untuk menghidrolis zat makanan yang masih berbentuk struktur
komplek untuk disederhanakan menjadi bentuk monomer sederhana sehingga dapat
dimanfaatkan oleh tubuhnya. Sekresi enzim xilanase oleh mikroba dimanfaatkan
untuk mengubah xilan menjadi xilosa. Kandungan xilosa yang terdapat dalam media
tumbuh hasil hidrolisis dari xilan akan dimanfaatkan oleh mikroba itu sendiri sebagai
zat makanan. Tingginya kandungan xilosa dalam media akan memberikan
kecukupan nutrien pada mikroba sehingga dapat berkembang dengan baik yang
ditandai dengan meningkatnya populasi mikroba dan terbentuknya zona bening yang
lebar.
Penelitian ini zat makanan yang tersedia dalam bentuk struktur komplek
berupa karbohidrat dalam bentuk xilan. Xilan pada dasarnya tidak mampu
dimanfaatkan secara langsung oleh bakteri, pemanfaatan xilan dilakukan dengan
mengsekresikan enzim pendegradasi xilan (xilanase). Dengan demikian bakteri
memanfaatkan xilosa sebagai sumber energi bukan dalam bentuk xilan, namun
dalam bentuk gula sederhana hasil hidrolisis xilan. Enzim xilanase yang dihasilkan
oleh bakteri akan dimanfaatkan untuk menghidrolisis xilan yang terdapat dalam
media tumbuh. Menurut Anggraini (2003), xilosa merupakan media fermentasi yang
baik bagi bakteri, sehingga pemanfaatan xilosa sebagai sumber glukosa sudah
mencukupi kebutuhan nutrien untuk pertumbuhan bakteri tersebut.
Theather dan Wood (1981) menyatakan bahwa Congored berikatan kuat
dengan polisakarida yang mengandung ikatan β,1-4-glucopyranocyl dalam hal ini
adalah xilan. Hidrolisis pada substrat xilan menyebabkan tidak terjadi pengikatan
Congored pada saat pewarnaan, dengan demikian pada polisakarida yang
terhidrolisis terbentuk warna bening karena tidak ada ikatan antara polisakarida
dengan Congored.
Isolat yang diperoleh dari cairan rumen kambing dan domba serta isolat yang
berasal dari sumber air panas mempunyai kemampuan dalam mencerna xilan. Hal ini
dibuktikan dengan adanya zona bening dengan berbagai luasan yang dihasilkan
setiap isolat pada media tumbuh. Menurut Mountfort dan Asher (1989), fungi rumen
mempunyai kemampuan optimal dalam mencerna xilan pada taraf 0,25%, sedangkan
dalam penelitian ini pada taraf 2,4% xilan, bakteri rumen tetap mampu mendegradasi

xilan yang diperlihatkan dengan adanya luasan zona bening pada media tumbuh.
Degradasi xilan oleh isolat bakteri yang diperoleh dari cairan rumen kambing dan
domba mempunyai kemampuan lebih tinggi dalam mendegradasi xilan dibandingkan
fungi rumen yaitu Neocallimastix frontalis.
(1) (2)
(3)
Gambar 22. Luasan Zona Bening Tiap Isolat
(1) Isolat rumen kambing, (2) Isolat rumen domba, (3) Isolat sumber air panas
Gambar 22 memperlihatkan bahwa zona bening dari isolat cairan rumen
kambing lebih luas daripada isolat dari cairan rumen domba. Zona bening dari isolat
sumber air panas paling sempit dibandingkan kedua isolat yang lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan bakteri dari isolat cairan rumen kambing lebih
tinggi dibadingkan dari isolat rumen domba maupun sumber air panas.
Pengaruh Taraf Xilan terhadap Aktivitas Enzim Xilanase
yang Dihasilkan oleh Bakteri Pencerna Xilan
Aktivitas enzim merupakan kemampuan suatu bakteri dalam menghasilkan
enzim pada satuan waktu tertentu. Semakin banyak enzim yang dihasilkan, maka
semakin tinggi aktivitas bakteri tersebut, sehingga proses metabolisme dalam tubuh
yang membutuhkan enzim tersebut juga akan semakin efektif. Enzim akan
membantu proses degradasi beberapa komponen pakan tertentu di dalam tubuh
ternak. Kerja enzim adalah spesifik pada substrat tertentu dengan perkataan lain,

enzim hanya bekerja pada satu substrat spesifik atau tidak dapat bekerja jika
diberikan substrat yang berbeda. Dengan demikian identifikasi enzim kemungkinan
kecil terjadi kesalahan. Menurut McDonald et al. (2002), enzim ditambahkan sebagai
feed additive untuk meningkatkan pemanfaatan polisakarida yang berasal dari
hijauan pakan, agar selulosa dari hijauan dapat didegradasi dan dimanfaatkan oleh
tubuh ternak tersebut. Bahkan, untuk ternak ruminansia, peranan enzim fibrolitik ini
sangat penting untuk optimalisasi pendegradasian serat dalam rumen (Zinn dan
Ware, 2002). Dengan demikian peranan enzim yang dihasilkan miroba rumen
maupun dari stater pakan sangat diperlukan untuk membantu pencernaan serat oleh
tubuh ternak.
Isolat dari Cairan Rumen Kambing
Hasil uji sidik ragam menyatakan bahwa aktivitas enzim antar isolat dari
cairan rumen kambing tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
antar isolat yang diperoleh dari rumen kambing adalah sama untuk menghasilkan
enzim. Gambar 23 menunjukkan bahwa aktivitas enzim yang tertinggi dihasilkan
oleh isolat EVK6 (0,042 Unit/ml), dan adalah isolat EVK7 (0,025 Unit/ml).
0.000
0.005
0.010
0.015
0.020
0.025
0.030
0.035
0.040
0.045
EK1 EK2 EK3 EK4 EK5 EK6 EK7 EK8 EK9
Isolat
Akti
vit
as E
nzim
(U
nit
/ml)
Gambar 23. Grafik Aktivitas Enzim Xilanase yang Dihasilkan Bakteri dari Cairan
Rumen Kambing
Isolat dari Cairan Rumen Domba
Hasil uji sidik ragam menyatakan bahwa kemampuan antar isolat dalam
menghasilkan enzim tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa keempat isolat
yang berhasil diisolasi dari rumen domba berkemampuan sama dalam menghasilkan

enzim xilanase. Gambar 24 menunjukkan bahwa aktivitas enzim yang tertinggi
dihasilkan oleh isolat ESD4 (0,012 Unit/ml) dan yang terendah adalah isolat ESD3
(0,006 Unit/ml). Nilai aktivitas ESD3 adalah setengah dari nilai aktivitas dari ESD4.
Nilai aktivitas enzim untuk ESD1 maupun ESD2 sedikit berbeda. Dalam hal ini
dapat dikatakan bahwa aktivitas enzim dari kedua isolat tersebut hampir sama.
0.000
0.020
0.040
0.060
0.080
0.100
0.120
0.140
ESD1 ESD2 ESD3 ESD4
Isolat
Akti
vit
as E
nzim
(U
nit
/ml)
Gambar 24. Grafik Aktivitas Enzim Xilanase yang Dihasilkan Bakteri dari Cairan
Rumen Domba
Isolat dari Sumber Air Panas
Hasil uji sidik ragam menyatakan bahwa setiap isolat dari sumber air panas
mempunyai kemampuan yang sama dalam menghasilkan enzim xilanase. Gambar 25
memperlihatkan bahwa aktivitas enzim yang tertinggi hingga terendah berturut –
turut adalah CP1, CP3 dan CP2. Hasil ini sesuai dengan luasan zona bening yang
diperoleh. Isolat CP1 mempunyai aktivitas yang tertinggi (0,026 Unit/ml) dalam
mendegradasi xilan walaupun populasi bakteri yang mampu bertahan tidak banyak.
Aktivitas enzim ini menunjukkan kemampuan suatu bakteri untuk mendegradasikan
substrat dalam hal ini xilan yang ditambahkan dalam media. Semakin tinggi aktivitas
yang diperoleh, semakin banyak enzim yang dihasilkan, maka semakin banyak xilan
yang terdegradasi. Kemampuan isolat dalam menghasilkan enzim paling sedikit
adalah CP2 (0,01 Unit/ml). Kemampuan isolat dari sumber air panas (Cipanas) pada
penelitian ini sangat rendah dibandingkan Bacillus licheniformis sebesar 1,062
Unit/ml pada suhu yang sama yaitu 55oC (Rachmadani, 2007)

0.000
0.005
0.010
0.015
0.020
0.025
0.030
CP1 CP2 CP3
Isolat
Akti
vit
as E
nzim
(U
nit
/ml)
Gambar 25. Grafik Aktivitas Enzim Xilanase yang Dihasilkan Bakteri dari Sumber
Air Panas
Isolat untuk keperluan analisa enzim ditumbuhkan pada waktu inkubasi yang
berbeda. Isolat dari cairan rumen kambing maupun domba waktu inkubasi 24 jam,
sedangkan isolat dari sumber air panas waktu inkubasi 72 jam. Hal ini didasarkan
waktu pertumbuhan isolat dari cairan rumen lebih cepat dibandingkan isolat dari
sumber air panas. Waktu yang terlalu singkat akan menghasilkan enzim yang tidak
optimal yang disebabkan bakteri belum beradaptasi dengan baik pada
lingkungannya. Sedangkan waktu yang terlalu lama akan mengalami inhibisi enzim
akibat menumpuknya produk reaksi enzim dengan substrat (Situmorang, 2003).
Bakteri termofilik memerlukan waktu relatif lama untuk mensekresikan
enzim termostabil. Hal ini disebabkan mikroorganisme termofilik memiliki laju
pertumbuhan lebih lambat dibandingkan mikroorganisme mesofilik. Apabila larutan
enzim dipanaskan sampai titik didih selama beberapa menit dan kemudian
didinginkan, molekul ini biasanya akan menjadi tidak larut dan tidak aktif lagi dalam
mengkatalisa reaksi biokimia. Semakin tinggi suhu dan semakin lama pemanasan,
protein – protein termolabil akan terdenaturasi dan sebaliknya protein termostabil
akan semakin kuat struktur formasinya. Kehilangan aktivitas enzim diduga karena
enzim tidak dapat melipat kembali pada proses renaturasi. Prote in yang mengalami
denaturasi maka kelarutannya semakin berkurang, karena itu akan mengendap pada
titik isolistriknya dan larut pada suhu kamar. Apabila endapan ini dipanaskan akan
segera terbentuk gumpalan yang lebih besar yang disebut protein terkoagulasi
(Situmorang, 2003). Pada penelitian ini pemanasan enzim dilakukan tidak melebihi

titik didih dan pemanasan sesuai dengan suhu inkubasi sehingga diharapkan
diperoleh aktivitas enzim yang optimum. Resita (2006) menyatakan bahwa suhu
optimum selulase adalah 40 – 50 oC. Kondisi tersebut menyebabkan enzim yang
lebih aktif menghidrolisis adalah endoglukanase. Endoglukanase hanya
menghidrolisis bagian non kristalin (amorf), bagian ini di dominasi oleh bahan yang
terdelignifikasi. Sedangkan Rahmanta (2003) menyatakan bahwa enzin xilanase
bekerja optimum pada suhu 70oC oleh isolat RT3 yang diisolasi dari Teluk Rantai
dan isolat TRI.8 yang merupakan koleksi Laboratorium Pusat Penelitian Keragaman
Mikroba FMIPA.
Pada awal pertumbuhan yaitu pada dua hari pertama karbon yang dibutuhkan
oleh bakteri masih dapat dipenuhi oleh adanya sumber karbon dari ekstrak khamir
maupun BHI. Akan tetapi dalam proses selanjutnya ekstrak khamir maupun BHI
tidak lagi memenuhi kebutuhan isolat terhadap karbon yang diperlukan, sehingga
untuk memenuhi kebutuhan karbonnya isolat mensekresikan enzim untuk
menghidrolisis substrat yang tersedia dalam media untuk diubah menjadi sumber
karbon yang dibutuhkan.
Penurunan aktivitas enzim dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
(1) berkurangnya ketersediaan substrat pada media produksi sehingga bakteri
mengurangi sekresi enzim dan (2) berkurangnya jumlah bakteri xilanase dalam
media produksi karena habisnya nutrisi dalam media (Hartono, 2003).
Perbandingan Isolat dari Rumen Kambing, Domba dan Sumber Air Panas
Populasi Bakteri Pencerna Xilan
Perbandingan antar isolat dilakukan untuk mengetahui kemampuan masing –
masing isolat yang berasal dari sumber yang berbeda. Gambar 27 menunjukkan
perbandingan populasi bakteri antar isolat. Isolat yang berasal dari cairan rumen
domba menunjukkan populasi bakteri tertinggi. Isolat yang mempunyai populasi
bakteri terendah adalah dari sumber air panas. Hal ini terkait dengan habitat aslinya
bahwa bakteri pendegradasi serat pada umumnya lebih banyak ditemukan pada
cairan rumen dibandingkan dari sumber air panas.

0
2
4
6
8
10
12
14
Kambing Domba Sumber Air Panas
Sumber Isolat
Po
pu
lasi
Bakte
ri (
log
cfu
/ml)
Gambar 26. Grafik Perbandingan Populasi Antar Isolat Bakteri dari Berbagai Sumber
yang Ditumbuhkan di dalam Media yang Mengandung Xilan
Luasan Zona Bening yang Dihasilkan Bakteri Pencerna Xilan
Gambar 27 menunjukkan perbandingan luasan zona bening antar isolat, yang
menyatakan jumlah xilan yang dapat didegradasi oleh isolat tersebut. Zona bening
yang paling luas hingga paling sempit, secara berturut – turut dihasilkan oleh isolat
dari cairan rumen kambing, domba dan sumber air panas.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kambing Domba Sumber Air Panas
Sumber Isolat
Lu
asan
Zo
na B
en
ing
(m
m)
Gambar 27. Grafik Perbandingan Luasan Zona Bening yang Dihasilkan oleh Isolat Bakteri dari Berbagai Sumber yang Ditumbuhkan di dalam Media yang
Mengandung Xilan
Aktivitas Enzim yang dihasilkan Bakteri Pencerna Xilan
Gambar 28 menyajikan bahwa setiap isolat dari sumber yang berbeda
menghasilkan enzim yang mempunyai aktivitas yang berbeda untuk mendegradasi
xilan yang terdapat dalam media. Aktivitas enzim yang tertinggi hingga terendah
masing - masing dihasilkan oleh isolat dari cairan rumen domba, kambing dan

sumber air panas yaitu sebesar 0,080; 0,033 dan 0,018 Unit/ml. Hasil penelitian
yang diperoleh menyatakan bahwa hasil aktivitas enzim dari isolat cairan rumen
domba sebesar 0,080 Unit/ml lebih tinggi dibandingkan aktivitas fungi tanah yang
dilaporkan oleh Irawan et al. (2007) yaitu sebesar 0,002 Unit/ml. Sementara aktivitas
enzim isolat dari sumber air panas (0,018 Unit/ml) sedikit di atas aktivitas enzim dari
fungi (0,002 Unit/ml), hal ini dikarenakan pada kedua bahan tersebut kandungan
seratnya tidak setinggi dalam cairan rumen.
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
0.09
Kambing Domba Sumber Air Panas
Sumber Isolat
Akti
vit
as E
nzim
(U
nit
/ml)
Gambar 28. Grafik Perbandingan Aktivitas Enzim Xilanase yang Dihasilkan oleh Isolat Bakteri dari Berbagai Sumber yang Ditumbuhkan di dalam Media yang Mengandung Xilan

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Isolat yang berasal dari cairan rumen lebih toleran dengan penambahan xilan
dibandingkan isolat dari sumber air panas. Taraf xilan maksimun yang mampu
didegradasi oleh isolat dari cairan rumen dan sumber air panas masing – masing
adalah 2,4% dan 1,2%. Hal ini dapat dikatakan bahwa kemampuan maksimum isolat
dari sumber air panas setengah dari isolat dari cairan rumen.
Aktivitas enzim dari setiap isolat mempunyai nilai yang berbeda secara
deskriptif. Aktivitas enzim tertinggi dari isolat rumen kambing, domba dan sumber
air panas secara berturut – turut adalah EVK6, ESD4, CP1. Aktivitas enzim tidak
dipengaruhi oleh jumlah populasi bakteri. Populasi dan luasan zona bening yang
terbaik dihasilkan oleh isolat dari cairan rumen kambing dan domba, sedangkan
aktivitas enzim terbaik oleh isolat dari cairan rumen kambing. Isolat dari cairan
rumen kambing mempunyai kemampuan untuk mencerna xilan lebih baik
dibandingkan yang lainnya. Namun, keenambelas isolat yang diperoleh mempunyai
potensi untuk dijadikan probiotik dan kultur starter untuk meningkatkan kecernaan
dan optimalisasi pemanfaatan xilan dari pakan berbasis serat.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang taraf xilan tertinggi yang
mampu ditoleransi olah isolat dari cairan rumen kambing maupun domba. Perlu
dilakukan co-culture untuk mengetahui simbiosis antara isolat dari cairan rumen dan
sumber air panas.

UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT, Rabb yang telah
memberikan nikmat serta karunia kepada setiap makhlukNya, Rabb yang telah
memberikan kemudahan kepada salah seorang hambaNya untuk menyelesaikan studi
penelitian dan skripsinya dengan berbagi muatan hikmah di dalamnya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ir. Anita Sardiana
Tjakradidjaja,M.Rur.Sc. sebagai Pembimbing Utama dan Irma Isnafia Arief,
S.Pt.M.Si sebagai Pembimbing Anggota yang telah memberikan arahan, dukungan,
nasihat, serta bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada Dr. Ir. Erika B. Laconi, MS yang telah bersedia menjadi penguji
seminar, kepada Dr.Ir. Komang .G. Wiryawan dan Prof.Dr.Ir.Polung .H. Siagian, MS
sebagai penguji ujian sidang dan banyak memberikan saran dan masukan demi
perbaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Ir. Didid
Diapari,MS sebagai Pembimbing Akademik Penulis yang memberikan arahan dan
wejangan selama studi di Fakultas Peternakan. Tidak lupa Penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada seluruh staff pengajar dan laboran di Departemen Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP) atas sumbangan ilmu yang tidak ternilai
harganya.
Rasa hormat, terimakasih dan sayang Penulis haturkan kepada Bapak, Ibu,
Adek Arif, Bude Sru dan Mbak Reni atas do`a – do`a yang senantiasa mengiringi
Penulis dalam setiap langkah, kepada Bu Anita atas motivasi dan nasihat yang selalu
memberikan pencerahan bagi Penulis.
Terimakasih penulis sampaikan kepada teman seperjuangan (Uli, Ika, Reni,
Ninik, Nur, Aini, Dyah) atas kebersamaan selama kuliah, kepada teman Senior
Residence yang telah memberikan ukhuwah terindah bagi Penulis, Crew-D atas
kebersamaan dan kekeluargaannya, Adik – adik asrama dan semua pihak yang telah
memberikan peran serta dalam penulisan skripsi ini, semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2008
Penulis

DAFTAR PUSTAKA
Agustine, W. 2005. Penentuan kondisi optimum pertumbuhan dan produksi xilanase
isolat AQ. Skripsi. Fakultas Metematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Amrullah, I. K. 2002. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor
Anggraini, F. 2003. Kajian ekstraksi dan hidrolisis xilan dari tongkol jagung (Zea mays L.). Skripsi. Fakutas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Arora, S. P. 1995. Pencernaan Mikroba dalam Ruminansia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Beauchemin, K. A., D. Colombatto, D. P. Morgavi and W. Z. Yang. 2002. Use of exogenous fibrolytic enzymes to improve feed utilization by ruminants. J.
Anim.Sci. 81: E37 – E47.
Beishir, L. 1991. Microbiology in Practice – A Self Instructional Laboratory Course. 5th Edition. Harper Collins. Publisher. New York.
Biosite. 2002. Xylan strcture.http://www.biosite/intro.html.[12 November 2007].
Bryant, M. P. and I. M. Robinson. 1961. An improved non-selective culture medium
for ruminal bacteria and its use in determining the diurnal variation in numbers of bacteria in the rumen. J. Dairy Sci., 44. 1446 – 1456. Dalam:. Hobson, P. N and C. S Stewart.1992. The Rumen Microbial Ecosystem. Blackie Academic &
Professional. New York.
Bogasari, Laboratorium Pengendalian Mutu. 1999. Analisis Kimia Pollard dan Bran.
PT. Bogasari Flour Mills. Jakarta.
Cepeljnik, T., I. Krizaj., and R. Marinsek-Logar. 2004. Isolation and characterization of the Pseudobutyrivibrio xylanivorans Mz 5T xylanase xyn T – the first family
11 endoxylanase from rumen Butyrivibrio – related bacteria. Enzyme and Microbial Technology. 34 : 219 – 227.
Cotta, M. A. 1992. Interaction of ruminal bacteria in the production and utilization of maltooligosaccharides from starch. Appl. And Enviroment Microbiology., 58 : 48 – 54. Dalam:. Hobson, P.N and C.S Stewart.1997. The Rumen Microbial
Ecosystem. Blackie Academic & Professional. New York.
Crueger, W. dan A. Crueger. 1982. Biotechnology : A Textbook of Industrial
Microbiology.Editor : T.B. Brock. Science Tech. United States.
Davis, K. E. R., J. J. Shayne, and Peter H. J. 1993. Effect of growth medium, inoculum size and incubation time on culturability and isolation of soil bacteria.
Appl.and Enviroment Microbiology 71 (2):826
Dewi, G. S. 2007. Evaluasi in vitro mikroba rumen berbagai ternak ruminansia
terhadap pemakaian bungkil biji jarak pagar (Jatropa curcas L). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Edwards, C. 1992. Thermophiles. Dalam: Edwards C, Editor. Microbiology of
Extreme Enviroments. New York: McGraw-Hill Publishing Company.

Ensminger, M. E. 1992. Animal Science II. 9th Edition. Elseiver Publisher Inc, New
York.
Fardiaz. 1988. Fisiologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas – LSI. Bogor.
Fengel, G dan G. Wegener. 1995. Kayu : Kimia, Ultrastuktur, Reaksi – reaksi. Terjemahan : Sastrohamidjojo, H. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Fondevilla, M. and B. A. Dehority. 1995. Interaction between Fibrobacter
succinogenesis, Prevotella ruminicola, and Ruminococcus flavefaciens in the digestion of cellulose from forage. J.Anim.Sci. 74: 678 – 684.
Hartono, P. 2003. Karakterisasi enzim khitin deasimilase termostabil dari isolat bakteri asal Lahedong, Sulawesi Utara. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Henning, P. A and A. E. Van de Walt. 1978. Inclusion of xylan in a medium for the enumeration of total culturable rumen bacteria. Appl. And Enviroment
Microbiology. 35. 1008 – 10011 Dalam: Hobson, P.N and C.S Stewart.1997. The Rumen Microbial Ecosystem. Blackie Academic & Professional. New York.
Hobson, P. N and C. S Stewart.1992. The Rumen Microbial Ecosystem. Blackie Academic & Professional. New York.
Hungate, R. E. 1950. The anaerobic mesophilic cellulolytic bacteria. Bacteriol. Review. 14 : 1 – 14. Dalam : Hobson, P. N. dan C. S. Stewart. 1992. The Rumen Microbial Ecosystem. Blackie Academic & Professional. New York.
Hungate, R. E. 1960. Microbial Ecology of the Rumen. Microbiology Moleculer and Biology Riviewer. 24 :353 – 364.
Irawan, B., Sumardi., A. Laila., H. Prasetyanti., and T. Triwahyuni. 2007. Decompotion properties (weight loss, xylanase and cellulase activities) of soil fungi based on pure culture decompotion test. J. Sains MIPA University of
Lampung. 13 (1): 11- 16.
Jeffries, T. W, 1996. Biochemistry and genetics of microbial xylanases.
Biotechnology, 7 : 337 – 342.
Leedle, J. A. Z., M. P. Bryant, and R. B. Hespell. 1982. Diurnal variation in bacterial numbers and fluid parameters in ruminal contents of animals fed low-or-high
forage diets. Appl. and Enviroment Microbiology. 44. 402 - 412 Dalam: Hobson, P. N dan C. S Stewart.1997. The Rumen Microbial Ecosystem.
Blackie Academic & Professional. New York.
Lehninger, A. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Penerbit PT Erlangga, Jakarta.
Mackie, R. I., R. I. Aminov; B. A. White., and C. S. Mc Sweney. 2000. Editor. P. B.
Cronje. Ruminant Physiology : Digestion, Metabolism, Growth and Reproduction. CAB. Publishing. New York.
Margareta, M. 2003. Penapisan dan karakterisasi sejumlah isolat bakteri termofilik amilolitik. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mathlouthi, N., J. P. Lalle`s, P. Lepercq, C. Juste, and M. Larbier. 2002. Xilanase
and β-glucanase supplementation improve conjugated bile acid fraction in intestinal contents and increase villus size of small intestine wall in broiler
chickens fed a rye-based diet. J. Anim. Sci. 80 : 2773–2779.
McDonald, P., R. A. Edwards, J. F. D. Greenhalgh and C. A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. Prentice Hall, London.
Mountfort, D. O. and R. A. Asher. 1989. Production of xylanase by the ruminal anaerobic fungus Neocallimastic frontalis. Appl. Environ. Microbiol. 55 (4) :
1016 – 1022.
Naomi, A. 2006. Produksi oligasakarida dari xilan tongkol jagung dengan menggunakan xilanase Streptomyces sp. asal Indonesia. Skripsi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Park, K. M., T. S. Hyung., H. K. Kook., and H. L. Jae. 2004. Nutritional requirement
of Actinomyces isolated from rumen of goat. J.Anim.Sci. 18 (1): 61 – 65.
Panuju, S. 2003. Isolasi dan pemilihan mikroba termofilik penghasil enzim hidrolase. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pelczar, M. J and E. C. S. Chan.1986. Dasar – dasar Mikrobiologi II. Terjemahan : Hadioetomo, R.S.,T. Imas, S.S.Tjitrosomo & S.L. Angka. Universitas
Indonesia (UI)-Press. Jakarta.
Pelczar, M. J. and R. D. Reid. 1958. Microbiology. McGraw – Hill Book Company, Inc. London.
Piliang, W. G. 2006. Fisiologi Nutrisi Volume I.Institut Pertanian Bogor (IPB)-Press. Bogor.
Pudjiwaskito, D. I. 2005. Kajian pengelolaan dan pengembangan ekonomi pada sumber air panas Ciater, Subang – Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rachmadani, D. 2007. Mempelajari pemurnian enzim kitosanase termostabil dari isolat Bacillus licheniformis MB-2 asal Tompaso, Manado, Sulawesi Utara.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rahmanta, A. 2003. Isolasi Bakteri Termofil Penghasil Xilanase dan Karakterisasi Xilanase Isolat RT3 dan TRI.8. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Resita, E. T. 2006. Produksi selo-oligosakarida dari fraksi selulosa tongkol jagung
oleh selulase Trichorderma viride. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Richana, N. 2002. Produksi dan prospek enzym xilanase dalam pengembangan
bioindustri di Indonesia. Buletin Agrobio 5(1): 29-36.
Russell J. B. and G. G. Bruckner. 1991. Microbial ecology of the normal animal
intestinal tract. In: J.B. Woolcock (Editor).Microbiology of Animal and Animal Products. Elseiver. New York.
Schmidt, K. 1994. Mikrobiologi Umum. Terjemahan : Tedjo Baskoro. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Situmorang, S. H. 2003. Karakterisasi enzim kitinase termostabil isolat Bacillus
licheniformis MB-2 dari Tompaso, Sulawesi Utara. menggunakan Teknik Zimogram. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Setyawati, I. 2007. Pemanfaatan tongkol jagung sebagai media untuk produksi enzim xilanase. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Steel, R. G. D., dan J. H. Torrie. 1992. Prinsip dan Prosedur Statistik. Suatu
Pendekatan Biometrik. Terjemahan : M. Syah. PT. Gramedia, Jakarta.
Sunna, A. and Antraniklan, G. 1997. Xylanolytic enzyme from fungi and bacteria. Crit.Rev.in Biotechnol. 17 (1): 39 – 67.
Sutardi, T. 1977. Ikhtisari Ruminologi. Bahan Kursus Peternakan Sapi Perah Kayu Ambon, Lembang. Direktorat jendral Peternakan. Jakarta.
Triyani, Y. 2002. Isolasi bakteri rumen domba pencerna legum Akasia (Acacia villosa dan Acacia angustissima). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Theather, R. M. and P. J. Wood. 1981. Use congored-polysacharida interaction in enumeration and characterization of cellulolytic bacteria from the bovine
rumen. Appl.and Enviroment Microbiology. 43 : 777-780.
Volk, W. A. and M. F. Wheleer. 1988. Mikrobiologi Dasar. Edisi ke-5. Terjemahan: Soenarto Adisoemarto Ph.D. Erlangga. Jakarta.
Wahyuni, V. 2001. Aktivitas selulolitik Bacillus pumilus galur 55 yang diisolasi dari sumber air panas. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wenzl, H. K. J. 1990. The Chemical Technology of Wood. Academic Press. Inc., London.
Widyastuti, A. 2004. Isolasi dan uji kemampuan enzim selulase dari simbion rayap. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wikipedia. 2000. Mekanisme enzimatis dalam tubuh ternak.http://www.free ensiklopedia.html [12 November 2007].
Wikipedia. 2005. Lambung ternak ruminansia. http://www.free ensiklopedia.html
[12 November 2007].
Wikipedia. 2007. Fase logaritmik pertumbuhan bakteri.http://www.free
ensiklopedia.html [27 Februari 2008].
Wikipedia. 2008. Perbedaan dinding sel bakteri Gram positif dan negatif. http://www.free ensiklopedia.html [ 27 Februari 2008].
Woolcock, J. B. 1991. Microbilogy of Animals and Animal Products. Elseiver. New York.

Zinn, R. A and R. A Ware. 2002. Fibrolytic enzyme supplementation, a tool for
enhacing energy intake in growing – finishing feedlot cattle. Biotechnology in Feed and Food Industry, Proseding of the 18th Annual Symposium.
Nottinghem. University Press.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Komposisi Bahan Pembuat Media Biakan Anaerob
Bahan kimia Komposisi Media (% b/v)
Aquadest
BHI (Brain Heart Infunsion)
Glukosa
Selobiosa
Pati
Cystein-HCl
Hemin (0,05 %)
Resazurin
Oat Spelt Xilan
100 ml
3,70 g
0,05 g
0,05 g
0,05 g
0,05 g
0,05 ml
0,05 ml
Sesuai taraf (0; 0,6; 1,2 ;1,8; 2,4)
Sumber : Yunita (2002)
Lampiran 2. Komposisi Bahan Pembuat Media Aerob
Bahan Kimia Komposisi Media (%b/v)
Aquadest 100 ml
Yeast Extract 0,2 g
MgSO4.7H2O 0,025 g
K2HPO4 0,15 g
NaCl 0,23 g
Na2HPO4.2H2O 0,05 g
Pepton 0,5 g
Oat Spelt Xilan Sesuai taraf (0; 0,6; 1,2)
Sumber : Richana (2002)
Lampiran 3. Komposisi Media Pengencer
Bahan Kimia Komposisi dalam Media
Larutan Mineral 1
Larutan Mineral 2
Cystein-HCl
Na2CO3
Resazurin
Aquadest
7,5 ml
7,5 ml
0,05 gr
0,3 gr
0,1 ml
100 ml
Sumber : Yunita (2002)

Lampiran 4. Komposisi Larutan Mineral 1
Bahan Kimia Komposisi dalam Media
K2HPO4
Aquadest
0,6 g
100 ml
Sumber : Yunita (2002)
Lampiran 5. Komposisi Larutan Mineral 2
Bahan Kimia Komposisi dalam Media
NaCl
(NH4)2SO4
KH2PO4
CaCl2
MgSO4.7H2O
Aquadest
1,2 g
1,2 g
0,6 g
0,12 g
0,25 g
100 ml
Sumber : Yunita (2002)
Lampiran 6. Komposisi Pembuatan Larutan DNS (500 ml)
Bahan Kimia Komposisi dalam Larutan
DNS (Di-Nitro Saliysilic)
Phenol
Sodium Sulfat
Kalium-Natrium Tartat
NaOH
5 g
1 g
0,25 g
100 g
2 g
Sumber : (W idyastuti, 2004)
Cara membuat :
Dua gram NaOH dilarutkan terlebih dahulu dengan aquadest 100 ml dan
diaduk hingga homogen. Kemudian Kalium-Natrium Tartat dilarutkan sedikit demi
sedikit sambil terus diaduk. Sodium Sulfat dilarutkan, dan selanjutnya phenol
dilarutkan dan diaduk hingga homogen. Pada tahap akhir DNS dilarutkan hingga
semuanya larut. Setelah semua larut, campuran tersebut ditambahkan aquadest
hingga 500 ml dan dihomogenkan. Larutan DNS kemudian disimpan dalam botol
gelap dan suhu dingin.

Lampiran 7. Populasi Bakteri Penghasil Xilanase dari Cairan Rumen
Kambing (log cfu/ml)
Isolat Ulangan Taraf Xilan (%) Rataan ± SD 0 0,6 1,2 1,8 2,4
EVK1 1 12,58 12,62 12,76 12,67 12,38 12,60 ± 0,14 2 12,18 12,40 12,32 12,00 12,15 12,21 ± 0,16 3 12,67 12,51 12,28 12,36 12,08 12,38 ± 0,22 Rataan
± SD 12,48 ±
0,26 12,51 ±
0,11 12,45 ±
0,27 12,34 ±
0,34 12,30 ±
0,16 12,40 ± 0,09
EVK2 1 11,78 12,57 12,53 11,60 12,86 12,27 ± 0,55 2 12,52 12,28 12,00 12,45 12,26 12,30 ± 0,20 3 12,52 12,59 12,57 12,52 12,72 12,58 ± 0,08 Rataan
± SD
12,27 ±
0,43
12,48 ±
0,17
12,37 ±
0,32
12,19 ±
0,51
12,61 ±
0,31
12,38 ± 0,13
EVK3 1 12,58 12,90 12,58 11,70 11,90 12,33 ± 0,51 2 12,18 12,20 12,68 12,32 12,18 12,31 ± 0,21 3 11,78 12,48 12,52 12,50 12,40 12,34 ± 0,34 Rataan
± SD
12,18 ±
0,40
12,53 ±
0,35
12,59 ±
0,08
12,17 ±
0,42
12,16 ±
0,25
12,33 ± 0,14
EVK4 1 12,64 12,79 12,64 11,85 11,70 12,32 ± 0,51 2 12,66 12,74 12,40 12,72 12,54 12,61 ± 0,14 3 0 12,58 12,40 12,40 12,34 9,94 ± 5,56 Rataan
± SD 8,43 ± 7,30
12,70 ± 0,11
12,48 ± 0,14
12,32 ± 0,44
12,40 ± 0,09
11,63 ± 3,14
EVK5 1 12,08 12,49 12,70 11,85 11,60 12,14 ± 0,45 2 12,38 12,20 12,51 11,78 11,78 12,13 ± 0,34 3 12,51 12,48 12,60 12,40 12,38 12,47 ± 0,09 Rataan
± SD
12,32 ±
0,22
12,39 ±
0,16
12,60 ±
0,10
12,01 ±
0,34
11,92 ±
0,41
12,25 ± 0,13
EVK6 1 11,90 11,78 12,36 12,04 11,06 11,83 ± 0,48 2 12,58 12,50 11,30 12,32 12,32 12,20 ± 0,52 3 12,64 12,40 12,34 12,48 12,15 12,40 ± 0,18 Rataan
± SD
12,37 ±
0,41
12,32 ±
0,39
12,00 ±
0,61
12,28 ±
0,22
11,84 ±
0,68
12,14 ± 0,18
EVK7 1 11,90 11,95 12,51 11,78 11,60 11,95 ± 0,34 2 11,78 11,30 0 11,00 11,00 9,02 ± 5,05 3 12,30 12,10 12,08 12,30 12,00 12,16 ± 0,14 Rataan
± SD
11,99 ±
0,27
11,78 ±
0,43
8,20 ±
7,10
11,69 ±
0,65
11,53 ±
0,50
11,04 ± 2,97
EVK8 1 12,04 12,34 12,72 11,70 11,78 12,12 ± 0,42 2 0 11,30 11,78 11,60 0 6,94 ± 6,33 3 12,18 12,48 12,38 12,28 12,18 12,30 ± 0,13 Rataan
± SD
8,07 ±
6,99
12,04 ±
0,64
12,29 ±
0,48
11,86 ±
0,37
7,99 ± 6,92 10,45 ± 3,54
EVK9 1 12,23 12,08 12,20 12,28 12,04 12,17 ± 0,10 2 12,32 12,23 12,23 11,78 12,04 12,12 ± 0,22 3 0 12,40 12,32 12,04 12,00 9,75 ± 5,45
Rataan
± SD
8,18 ±
7,09
12,24 ±
0,16
12,35 ±
0,06
12,03 ±
0,25
12,03 ±
0,02
11,35 ± 3,12
Rataan ±
SD
10,92 ±
3,40
12,32 ±
0,18
11,92 ±
2,29
12,10 ±
0,13
11,61 ±
2,10
11,70 ± 1,60

Lampiran 8. Populasi Bakteri Penghasil Xilanase dari Cairan Rumen Domba
(log cfu/ml)
Isolat Ulangan Taraf Xilan (%) Rataan ± SD 0 0,6 1,2 1,8 2,4
ESD1 1 12,34 12,96 12,26 12,57 11,30 12,29 ± 0,61 2 12,62 12,67 12,49 12,81 12,59 12,64 ± 0,12 3 12,26 11,90 12,00 12,00 11,95 12,02 ± 0,14 Rataan ±
SD 12,41 ±
0,19 12,51 ±
0,55 12,25 ±
0,25 12,46 ±
0,42 11,95 ±
0,55 12,13 ± 0,19
ESD2 1 12,45 12,15 12,28 12,04 11,30 12,04 ± 0,44 2 12,00 11,84 11,69 12,08 11,78 11,88 ± 0,16 3 11,60 11,60 11,30 11,30 11,30 11,42 ± 0,16 Rataan ±
SD
12,02 ±
0,43
11,86 ±
0,28
11,76 ±
0,49
11,81 ±
0,44
11,46 ±
0,28
11,78 ± 0,10
EDS3 1 11,48 12,43 12,18 12,28 11,30 11,98 ± 0,51 2 12,56 12,43 12,60 12,56 12,34 12,50 ± 0,11 3 12,38 11,30 11,30 11,00 11,48 11,49 ± 0,53 Rataan ±
SD
12,14 ±
0,58
12,05 ±
0,65
12,03 ±
0,66
11,95 ±
0,83
11,71 ±
0,56
11,97 ± 0,11
ESD4 1 12,51 11,78 11,70 11,84 11,00 11,72 ± 0,54 2 12,04 11,84 12,32 12,00 11,78 12,00 ± 0,21 3 12,36 12,11 12,26 12,26 12,26 12,25 ± 0,09 Rataan ±
SD 12,30 ±
0,24 11,91 ±
0,18 12,09 ±
0,34 12,03 ±
0,21 11,68 ±
0,64 12,00 ± 0,19
Rataan ±
SD
12,22 ±
0,18
12,08 ±
0,22
12,03 ±
0,18
12,06 ±
0,26
11,70 ±
0,17
12,02 ± 0,05
Lampiran 9. Populasi Bakteri Penghasil xilanase dari Sumber Air Panas (log cfu/ml)
Isolat Ulangan Taraf xilan (%) Rataan ± SD
0 0,6 1,2 CP1 1 8,11 8 7,9 8,00 ± 0,11 2 8,11 8 7,7 7,94 ± 0,21 3 7,95 8 7 7,65 ± 0,56
Rataan ± SD 8,06 ± 0,09 8,00 ± 0,00 7,53 ± 0,47 7,86 ± 0,25 CP2 1 7,6 7,3 7 7,30 ± 0,30 2 7 7 7 7,00 ± 0,00 3 8,11 8,08 7,7 7,96 ± 0,23
Rataan ± SD 7,57 ± 0,56 7,46 ± 0,56 7,23 ± 0,40 7,42 ± 0,09 CP3 1 8,3 8,08 7 7,79 ± 0,70 2 8,38 7,95 7,6 7,98 ± 0,39 3 8,36 8,11 7,95 8,14 ± 0,21
Rataan ± SD 8,35 ± 0,04 8,05 ± 0,09 7,52 ± 0,48 7,97 ± 0,24
Rataan ±SD 7,99 ± 0,44 7,84 ± 0,40 7,43 ± 0,42 7,75 ± 0,02

Lampiran 10. Luasan Zona Bening Bakteri dari Rumen Domba (mm)
Isolat ulangan Taraf Xilan (%) Rataan ± SD
0 0,6 1,2 1,8 2,4
ESD1 1 17,38 9,89 9,51 12,72 7,46 11,39 ± 3,84 2 5,56 7,82 3,93 6,71 4,39 5,70 ± 1,61 3 1,01 8,21 9,90 4,03 2,39 5,16 ± 3,79
Rataan
± SD
8,01 ±
8,44
8,64 ±
1,10
7,78 ±
3,34
7,91 ±
4,34
4,75 ±
2,55
7,42 ± 2,77
ESD2 1 6,44 9,57 10,91 11,41 5,46 8,76 ± 2,67 2 2,75 6,59 8,79 10,83 20,20 9,80 ± 6,45
3 4,37 6,83 4,67 3,23 3,76 4,57 ± 1,38 Rataan
± SD
4,52 ±
1,85
7,66 ±
1,66
8,12 ±
3,17
8,49 ±
4,56
9,75 ±
8,94
7,71 ± 2,98
EDS3 1 10,72 12,28 28,97 4,03 25,29 16,25 ± 10,47 2 29,91 7,07 10,13 13,42 12,48 14,60 ± 8,90 3 3,77 5,02 2,23 5,08 4,22 4,06 ± 1,16 Rataan
± SD
14,8 ±
13,54
8,12 ±
3,74
13,78 ±
13,74
7,51 ±
5,15
13,99 ±
10,61
11,64 ± 4,68
ESD4 1 9,21 16,31 8,24 10,36 7,52 10,33 ± 3,51 2 1,88 4,12 8,71 13,78 8,01 7,30 ± 4,58 3 3,75 12,01 3,14 6,24 9,24 6,88 ± 3,74
Rataan
± SD
4,95 ±
3,81
10,81 ±
6,81
6,70 ±
3,09
10,13 ±
3,78
8,26 ±
0,89
8,17 ± 1,89
Rataan ± SD
8,07 ± 5,21
8,81 ± 2,31
9,09 ± 5,27
8,51 ± 0,57
9,19 ± 4,75
8,73 ± 1,16
Lampiran11. Luasan Zona Bening Bakteri dari Sumber Air Panas (mm)
Isolat Taraf xilan (%) Rataan ± SD
0 0,6 1,2 CP1.1 0,35 1,82 0,57 0,91 ± 0,79 CP1.2 0,47 1,07 0,32 0,62 ± 0,40 CP1.3 0,75 1,19 0,53 0,82 ± 0,34
Rataan ± SD 0,52 ± 0,21 1,36 ± 0,40 0,47 ± 0,13 0,79 ± 0,14 CP2.1 0,94 0,41 0,03 0,46 ± 0,46 CP2.2 0,47 1,7 0,03 0,73 ± 0,87 CP2.3 0,82 0,28 0,91 0,67 ± 0,34
Rataan ± SD 0,74 ± 0,24 0,80 ± 0,79 0,32 ± 0,51 0,62 ± 0,27 CP3.1 1,48 1,22 0,03 0,91 ± 0,77 CP3.2 1,35 0,47 0,13 0,65 ± 0,63 CP3.3 0,79 1,1 0,38 0,76 ± 0,36
Rataan ± SD 1,21 ± 0,37 0,93 ± 0,40 0,18 ± 0,18 0,77 ± 0,12
Rataan ±SD 0,82 ± 0,39 1,03 ± 0,55 0,33 ± 0,31 0,73 ± 0,21

Lampiran 12. Luasan Zona Bening Bakteri dari Rumen Kambing (mm)
Isolat Ulangan Taraf Xilan (%) Rataan ± SD 0 0,6 1,2 1,8 2,4
EVK1 1 28,26 13,09 23,55 6,96 12,80 16,92 ± 8,73 2 6,48 9,12 6,66 10,60 15,59 9,59 ± 3,53 3 10,36 9,54 15,10 5,34 6,59 9,39 ± 3,80 Rataan ±
SD 15,03 ± 11,62
10,58 ± 2,18
15,10 ± 8,45
7,61 ± 2,70
11,49 ± 4,40
11,97 ± 4,05
EVK2 1 23,55 10,78 18,70 14,90 6,69 14,92 ± 6,59 2 6,59 7,27 5,23 6,12 12,06 7,45 ± 2,68 3 4,24 5,50 3,77 2,97 18,84 7,06 ± 6,65
Rataan ± SD
11,46 ± 10,54
7,85 ± 2,69
9,23 ± 8,23
8,00 ± 6,18
12,53 ± 6,09
3,81 ± 2,91
EVK3 1 28,26 14,48 11,89 9,11 8,64 14,48 ± 8,06 2 13,42 10,83 10,83 9,28 10,64 10,91 ± 1,53 3 0 7,38 5,35 5,18 0 3,58 ± 3,38
Rataan ±
SD 13,89 ± 14,14
10,90 ± 3,55
9,21 ± 3,42
7,86 ± 2,32
6,43 ± 5,65
9,66 ± 4,80
EVK4 1 20,25 8,48 12,13 13,66 9,50 12,80 ± 4,64 2 0 3,06 4,97 4,38 12,48 4,98 ± 4,61 3 0 5,65 9,89 6,59 4,71 5,37 ± 3,58
Rataan ± SD
6,75 ± 11,69
5,73 ± 2,71
9,00 ± 3,66
8,21 ± 4,85
8,90 ±3,92
7,72 ± 3,62
EVK5 1 14,13 10,60 12,56 12,56 3,06 10,58 ± 4,39 2 2,36 5,18 15,38 3,22 8,89 7,01 ± 5,31 3 0 5,03 21,20 7,77 23,55 11,51 ± 10,34 Rataan ±
SD 5,50 ± 7,57
6,94 ± 3,17
16,38 ± 4,41
7,85 ± 4,67
11,83 ± 10,56
9,70 ± 2,98
EVK6 1 5,56 9,42 4,71 12,13 7,07 7,78 ± 3,02 2 3,06 10,60 5,06 9,74 5,59 6,81 ± 3,22 3 4,00 13,66 20,72 9,66 7,07 11,02 ± 6,48
Rataan ± SD
4,21 ± 1,26
11,23 ± 2,19
10,16 ± 9,14
10,51 ± 1,40
6,85 ± 0,85
8,54 ± 3,48
EVK7 1 14,13 16,96 11,28 5,24 7,98 11,12 ± 4,68 2 13,54 4,30 0 7,08 7,95 6,57 ± 4,98 3 0 7,07 0 6,59 3,00 3,33 ± 3,42 Rataan ±
SD 9,22 ± 7,99
9,44 ± 6,66
3,76 ± 6,51
6,30 ± 0,95
6,31 ± 2,87
7,01 ± 2,95
EVK8 1 12,25 11,30 7,80 14,37 13,42 11,83 ± 2,53 2 0 5,00 12,95 6,95 0 4,91 ± 5,38 3 4,71 14,12 8,14 8,48 15,31 10,15 ± 4,44
Rataan ± SD
5,65 ± 6,18
10,14 ± 4,67
9,63 ± 2,88
9,81 ± 4,06
9,58 ± 8,35
8,96 ± 2,11
EVK9 1 7,07 16,49 14,13 32,97 13,42 16,82 ± 9,68 2 7,07 6,24 11,18 4,16 12,36 8,20 ± 3,45 3 0 7,54 8,71 7,07 5,42 5,75 ± 3,42
Rataan ± SD
4,71 ± 4,08
10,09 ± 5,58
11,34 ± 2,71
14,73 ± 15,86
10,40 ± 4,25
10,26 ± 5,32
Rataan ± SD 8,49 ±
4,09
9,21 ±
1,59
10,42 ±
2,60
8,99 ±
4,50
9,34 ±
2,89
9,29 ± 1,01

Lampiran 13. ANOVA Populasi Bakteri dari Cairan Rumen Kambing
SK DB JK KT F hit F 0,05 F0,01 ket
Perlakuan 44 136,496 3,102 0,546 1,467 1,717 tn
Isolat 8 59,568 7,446 1,309 2,008 1,717 tn
1,2,3,5,6 VS
4,7,8,9 1 47,681 47,681 8,385 3,912 6,828 **
1,2,3 VS 5,6 1 0,562 0,562 0,099 3,912 6,828 tn
1,2 VS 3 1 0,049 0,049 0,009 3,912 6,828 tn
4,9 VS 7,8 1 7,921 7,921 1,393 3,912 6,828 tn
1 VS 2 1 0,003 0,003 0,001 3,912 6,828 tn
4 VS 9 1 0,616 0,616 0,108 3,912 6,828 tn
7 VS 8 1 2,640 2,640 0,464 3,912 6,828 tn
5 VS 6 1 0,096 0,096 0,017 3,912 6,828 tn
Level 4 31,863 7,966 1,401 2,439 3,462 tn
Linear 1 3,628 3,628 0,638 3,912 6,828 tn
Kuadratik 1 19,521 19,521 3,433 3,912 6,828 tn
Kubik 1 3,423 3,423 0,602 3,912 6,828 tn
Kuart ik 1 5,291 5,291 0,930 3,912 6,828 tn
Interaksi (I dan L) 32 136,496 4,265 0,750 1,530 1,819 tn
Galat 90 511,787 5,687
Total 134 739,713 5,520
Lampiran 14. ANOVA Luasan Zona Bening yang Dihasilkan Bakteri dari
Rumen Kambing
SK DB JK KT F hit F 0,05 F0,01 Ket
Perlakuan 44 1161,183 26,391 0,622 1,467 1,717 tn
Isolat 8 255,344 31,918 0,752 2,008 2,647 tn
1,2,3,5,9 VS
4,6,7,8 1 164,576 164,576 3,879 3,912 6,828 tn
1 VS 2,3,5,9 1 53,383 53,383 1,258 3,912 6,828 tn
9 VS 2,3,5 1 3,187 3,187 0,075 3,912 6,828 tn
2 VS 3,5 1 0,186 0,186 0,004 3,912 6,828 tn
3 VS 5 1 0,014 0,014 0,000 3,912 6,828 tn
6,8 VS 4,7 1 28,870 28,870 0,680 3.912 6,828 tn
6 VS 8 1 1,361 1,361 0,032 3,912 6,828 tn
4 VS 7 1 3,767 3,767 0,089 3,912 6,828 tn
Level 4 54,591 13,648 0,322 2,439 3,462 tn
Linear 1 5,823 5,823 0,137 3,912 6,828 tn
Kuadratik 1 22,096 22,096 0,521 3,912 6,828 tn
Kubik 1 4,511 4,511 0,106 3,912 6,828 tn
Kuart ik 1 22,162 22,162 0,522 3,912 6,828 tn
Interaksi (I dan L) 32 851,248 26,602 0,627 1,530 1,819 tn
Galat 90 3818,546 42,428
Total 134 4979,729 37,162
Ket : SK = Sumber Keragaman. DB = Derajat Bebas.
JK = Jumlah Kuadarat. KT = Kuadrat Tengah F hit = Hasil uji sidik ragam
F 0,05 = Hasil uji sidik ragam dengan nilai kesalahan 0,05 % F 0,01 = Hasil uji sidik ragam dengan nilai kesalahan 0,01 %

Lampiran 15. ANOVA Populasi Bakteri dari Rumen Domba
SK DB JK KT F hit F 0,05 F0,01 Ket
Perlakuan 19 4,281 0,225 0,00035 1,853 2,394 tn
Isolat 3 2,196 0,732 0,00113 2,839 4,313 tn
1,2,3 VS 4 1 0,004 0,004 0,00001 4,085 7,314 tn
1 VS 2,3 1 1,910 1,910 0,00294 4,085 7,314 tn
2 VS 3 1 0,282 0,282 0,00043 4,085 7,314 tn
Level 4 1,778 0,444 0,00068 2,606 4,313 tn
Linear 1 1,346 1,346 0,00207 4,085 7,314 tn
Kuadratik 1 0,123 0,123 0,00019 4,085 7,314 tn
Kubik 1 0,269 0,269 0,00041 4,085 7,314 tn
Kuartik 1 0,039 0,039 0,00006 4,085 7,314 tn
Galat 40 26022,048 650,551
Total 59 26026,329 441,124
Lampiran 16. ANOVA Luasan Zona Bening yang Dihasilkan Bakteri dari
Rumen Domba
SK DB JK KT F hit F 0,05 F0,01 ket
Perlakuan 19 465,256 24,487 0,591 1,853 2,394 tn
Isolat 3 173,225 57,742 1,395 2,839 4,313 tn
1,2,4VS 3 1 168,935 168,935 4,080 4,085 7,314 tn
1,4 VS 2 1 0,071 0,071 0,002 4,085 7,314 tn
1 Vs 4 1 4,219 4,219 0,102 4,085 7,314 tn
Level 4 9,964 2,491 0,060 2,606 3,828 tn
Linear 1 4,466 4,466 0,108 4,085 7,314 tn
Kuadratik 1 0,853 0,853 0,021 4,085 7,314 tn
Kubik 1 3,536 3,536 0,085 4,085 7,314 tn
Kuart ik 1 1,109 1,109 0.,027 4,085 7,314 tn
Interakasi (I dan L) 12 282,066 23,506 0,568 2,003 2,665 tn
Galat 40 1656,268 41,407
Total 59 2121,524 35,958
Ket : SK = Sumber Keragaman. DB = Derajat Bebas. JK = Jumlah Kuadarat. KT = Kuadrat Tengah
F hit = Hasil uji sidik ragam F 0,05 = Hasil uji sidik ragam dengan nilai kesalahan 0,05 % F 0,01 = Hasil uji sidik ragam dengan nilai kesalahan 0.,1 %
** = Sangat Nyata * = Nyata

Lampiran 17. ANOVA Populasi Bakteri dari Sumber Air Panas
SK DB JK KT F hit F 0,05 F0,01 ket
Perlakuan 8 3,256 0,407 2,920 4,325 2,685 tn
Isolat 2 1,525 0,762 5,469 2,685 8,017 *
2 VS 1,3 1 1,473 1,473 10,571 2,685 8,017 **
1 VS 3 1 0,051 0,051 0,367 2,685 8,017 tn
Level 2 1,523 0,762 5,465 2,685 8,017 *
Linear 1 1,428 1,428 10,245 2,685 8,017 **
Kuadratik 1 0,095 0,095 0,685 2,685 8,017 tn
Interaksi (I danL) 4 0,208 0,052 0,373 2,685 8.,017 tn
Galat 18 2,509 0,139
Total 26 5,765 0,222
Lampiran 18. ANOVA Luasan Zona Bening yang Dihasilkan Bakteri dari
Sumber Air Panas
SK DB JK KT F hit F 0,05 F0,01 Ket
Perlakuan 8 373,523 46,690 2,828 3,705 2,510 tn
Isolat 2 15,016 7,508 0,455 3,555 6,013 tn
2 VS 1,3 1 14,936 14,936 0,905 4,414 8,285 tn
1 VS 3 1 0,080 0,080 0,005 4,414 8,285 tn
Level 2 235,610 117,805 7,136 3,555 6,013 **
Linear 1 112,001 112,001 6,785 4,414 8,285 *
Kuadratik 1 123,609 123,609 7,488 4,414 8,285 *
Galat 18 297,140 16,508
Total 26 670,663 25,795
Lampiran 19. ANOVA Aktivitas Enzim Bakteri dari Rumen Kambing
SK DB JK KT F hit F 0,05 F0,01 ket
Perlakuan 8 0,00069 8,65727E-05 0,828 2,510 3,705 tn
3,4,6,8,9 VS 1,2,5,7 1 0,00039889 0,00039889 3,817 4,414 8,285 tn
6,8 VS 3,4,9 1 0,00012933 0,00012933 1,237 4,414 8,285 tn
9 VS 3,4 1 0,00000002 0,00000002 0,000 4,414 8,285 tn
3 VS 4 1 0,00000001 0,00000001 0,000 4,414 8,285 tn
2,5 VS 1,7 1 0,00012902 0,00012902 1,234 4,414 8,285 tn
2 VS 5 1 0,00000235 0,00000235 0,022 4,414 8,285 tn
1 VS 7 1 0,00002934 0,00002934 0,281 4,414 8,285 tn
Galat 18 0,00188 0,000104513
Total 26 0,00257 9,89926E-05
Ket : SK = Sumber Keragaman. DB = Derajat Bebas.
JK = Jumlah Kuadarat. KT = Kuadrat Tengah F hit = Hasil uji sidik ragam F 0,05 = Hasil uji sidik ragam dengan nilai kesalahan 0,05 %
F 0,01 = Hasil uji sidik ragam dengan nilai kesalahan 0,01 % ** = Sangat Nyata
* = Nyata

Lampiran 20. ANOVA Aktivitas Enzim Bakteri dari Rumen Domba
SK DB JK KT F hit F 0,05 F0,01 Ket
Perlakuan 3 0,00071 0,00024 0,959 3,708 3,708 tn
1,2,3 VS 4 1 0,00068 0,00068 2,754 4,965 10,044 tn
1,2 VS 3 1 2,99E-05 3,0E-05 0,121 4,965 10,044 tn
1 VS 2 1 2,40E-07 2,4E-07 0,001 4,965 10,044 tn
Galat 10 0,00247 0,00025
Total 13 0,00318 0,00024
Lampiran 21. ANOVA Aktivitas Enzim Bakteri dari Sumber Air Panas
SK DB JK KT F hit F 0,05 F0,01 Ket
Perlakuan 2 0,00046 0,000232 48,651 5,143 10,925 **
1 vs2,3 1 0,00041 0,000411 86,000 5,987 13,745 **
2 vs 3 1 0,00005 0,000054 11,302 5,987 13,745 *
Galat 6 0,00003 0,000005
Total 8 0,00049 0,000062
Ket : SK = Sumber Keragaman. DB = Derajat Bebas.
JK = Jumlah Kuadarat. KT = Kuadrat Tengah F hit = Hasil uji sidik ragam
F 0,05 = Hasil uji sidik ragam dengan nilai kesalahan 0,05 % F 0,01 = Hasil uji sidik ragam dengan nilai kesalahan 0,01 % ** = Sangat Nyata
* = Nyata

Lampiran 22.Tabel dan Kurva Standart Xilosa untuk Isolat dari Cairan
Rumen dan Sumber Air Panas
Kadar xilosa (mg/ml) Absorban rumen kambing dan domba Absorban sumber air panas
0 0,148 0,020
0,1 0,172 0,040
0,2 0,162 0,041
0,3 0,232 0,044
0,4 0,257 0,045
0,5 0,349 0,049
0,6 0,348 0,050
0,7 0,440 0,057
0,8 0,445 0,059
0,9 0,535 0,060
1 0,404 0,074
y = 0.3716x + 0.1316
R2 = 0.8781
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0 0.5 1 1.5
kadar xilosa (mg/ml)
Ab
so
rban
Absorban
Linear (Absorban)
Kurva standart xilosa untuk caira rumen kambing dan domba
y = 0.0431x + 0.0286
R2 = 0.9031
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
0 0.5 1 1.5
kadar xilosa (mg/ml)
Ab
so
rban absorban
Linear (absorban)
Kurva standart xilosa untuk sumber air panas

Lampiran 23. Analisa Enzim untuk Cairan Rumen Domba
Y = 0,3716x + 0,1316
ISOLAT ULANGAN Absorban (Y) RATAAN x (1.5 ml spl) 1 ml spl awal aktivitas
ESD1 1 0,290 0,344 6,36 254,33 0,07
2 0,368
3 0,375
ESD2 1 0,308 0,349 6,47 258,67 0,07
2 0,378
3 0,360
ESD3 1 0,322 0,304 5,36 214,33 0,06
2 0,282
3 0,309
ESD4 1 0,321 0,523 10,82 432,67 0,12
2 0,288
3 0,959
Lampiran 24. Analisa Enzim untuk Cairan Rumen Kambing
Isolat
ulangan Absorban (Y) rataan x (1.5 ml spl)
1 ml spl
awal aktivitas
EVK1 1 0,178 0,192 2,55 102,00 0,028
2 0,166
3 0,232
EVK2 1 0,160 0,281 2,68 107,11 0,030
2 0,347
3 0,336
EVK3 1 0,204 0,310 3,00 119,85 0,033
2 0,375
3 0,350
EVK4 1 0,290 0,310 3,00 120,15 0,033
2 0,340
3 0,301
EVK5 1 0,350 0,295 2,83 113,19 0,031
2 0,174
3 0,360
EVK6 1 0,357 0,384 3,83 153,04 0,042
2 0,139
3 0,657
EVK7 1 0,153 0,240 2,23 89,04 0,025
2 0,204
3 0,364
EVK8 1 0,369 0,367 3,64 145,48 0,040
2 0,355
3 0,378
EVK9 1 0,311 0,311 3,01 120,44 0,033
2 0,306
3 0,316

Lampiran 25. Analisa Enzim untuk Bakteri dari Sumber Air Panas
Y= 0.0286 + 0.0431x
Isolat ulangan Absorban (Y) rataan x (1.5 ml spl) 1 ml spl awal Aktivitas
CP1 1 0,306 0,346 7,360 294,57 0,027
2 0,353
3 0,379
CP2 1 0,132 0,148 2,770 110,81 0,010
2 0,148
3 0,164
CP3 1 0,215 0,214 4,317 172,68 0,016
2 0,235
3 0,194
