2000_paper_bul_geologi.pdf

Upload: thresna-anastasia

Post on 02-Jun-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 2000_Paper_Bul_Geologi.pdf

    1/13

    BULETIN GEOLOGI, Vol. 32, No. 3, 2000 145

    Studi Petrografi Batuan Volkanik sebagai Agregat Bahan Baku Beton

    I G.B. EDDY SUCIPTA dan IMAM A. SADISUN

    Departemen Teknik Geologi FIKTM - ITB, Jl. Ganesha 10, Bandung 40132

    Telp./Fax. (022) 2502197, E-mail : [email protected] ; [email protected]

    (Naskah diterima pada tanggal 23 Desember 2000)

    Sari- Dalam studi ini, bahan baku agregat yang dianalisis dapat dikelompokkan menjadi basalt/basalt olivin,

    andesit piroksen, andesit hornblenda, dan tuf andesitik. Beberapa jenis mineral utama pada agregat tersebut

    meliputi plagioklas, gelas volkanik, piroksen/augit, olivin, hornblenda, dan kuarsa, dengan tekstur umumnya

    hipokristalin porfiritik untuk jenis agregat basalt/basalt olivin, andesit piroksen, dan andesit hornblenda, serta

    tekstur klastik (vitroklastik) untuk jenis agregat tuf andesitik, dalam derajat ubahan berkisar dari lemah

    sampai kuat.

    Karakteristik petrografi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat fisik-mekanik agregat. Perbedaan kompo-

    sisi mineralogi dan tekstur agregat secara nyata berpengaruh terhadap kekasaran permukaan, daya serap air,

    kekuatan, dan potensi reaksi alkali-agregat. Pada kekasaran permukaan agregat terlihat bahwa semakin ba-

    nyak persentase kahadiran fenokris/butiran terhadap masadasar/matrik maka permukaan agregat cenderung

    semakin kasar. Kehadiran gelas volkanik sangat berpengaruh terhadap sifat daya serap air dan reaktivitas

    agregat. Semakin banyak kehadiran prosentase gelas volkanik mengakibatkan semakin tinggi daya serap air

    dan reaktivitasnya. Disamping itu, pada tekstur yang bersifat klastik, daya serap air cenderung lebih tinggi

    dibandingkan dengan agregat yang bersifat kristalin. Pada aspek kekuatan agregat; tekstur, komposisi

    mineralogi, dan kahadiran vesikuler merupakan faktor petrografi yang cukup dominan yang mempengaruhi

    kekuatan agregat tersebut. Dan sifat reaktivitas agregat sangat dipangaruhi oleh tekstur terutama olehkehadiran masadasar/matriks yaitu berupa bahan kristalin berukuran halus sampai mikrokristalin maupun

    berupa tekstur amorf dari gelas volkanik.

    Abstract- In this study, materials for aggregates can be classified in to basalt/olivine basalt, pyroxene ande-

    site, hornblende andesite, and andesitic tuff. Some silicate minerals in these aggregates composed are pla-

    gioclase, volcanic glass, pyroxene/augite, olivine, hornblende, and quartz, with the hypocristalline porphy-

    ritic textures for basalt/olivine basalt, pyroxene andesite, hornblende andesite types aggregates, and clastic

    (vitroclastic) for andesitic tuff aggregate.

    Petrographic characteristics of aggregates most influence for mechanical-physical characteristics of aggre-

    gate. The changes on mineralogical composition of aggregates will influence for surface roughness, water

    absorption, strength, and alkali-reaction potential of aggregates. In surface roughness, increasingly of per-

    centages of phenocrysts/grains will be increased roughness of aggregates. Presence of volcanic glass will beincreased water absorption and alkali-reaction potential aggregates. Aggregates with clastic textures will be

    more absorb water than aggregates with crystalline textures. In strength of aggregate aspec; texture, mine-

    ralogical composition, and presence of vesicular are dominant petrographic factor will be influenced for

    strength of aggregate. The changes on some textural aspects also will influence reactivity of aggregate,

    especially based on the occurrences of groundmass or matrix either in the form of fine-crystalline materials

    to microcrystalline or amorphous textures from volcanic glass.

    PENDAHULUAN

    Karakteristik material batuan, terutama dari

    jenis batu pecah (crused stone), cukup me-megang peranan sangat penting dalam

    penggunaannya sebagai agregat beton.

    Hampir 75% dari volume beton terdiri atas

    agregat. Dengan demikian maka sifat-sifat

    dan perilaku agregat akan sangat berpenga-ruh terhadap kondisi alami dan perilaku

    BULETIN

    GEOLOGIDepartemen Teknik Geologi

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

  • 8/10/2019 2000_Paper_Bul_Geologi.pdf

    2/13

  • 8/10/2019 2000_Paper_Bul_Geologi.pdf

    3/13

    BULETIN GEOLOGI, Vol. 32, No. 3, 2000 147

    Dari analisis petrografi bahan baku agregat,

    dijumpai beberapa mineral silikat seperti

    mineral plagioklas !(Na,Ca)AlSi3O8", gelas

    volkanik !SiO2,Al2O3,Fe2O,FeO,MgO,CaO,

    Na2O,K2O,H2O", piroksen/augit !(Ca,Na)

    (Mg,Fe,Al) (Si,Al)2O6", olivin !(Mg,Fe)2SiO4", hornblenda [[Ca2(Mg,Fe,Al)5(OH)2[(Si,Al)4 O11]2], kuarsa [SiO2].

    Bahan baku agregat dari kelompok basalt/

    basalt olivin mempunyai prosentase mineral

    silikat plagioklas (#40% - 65%), gelas vol-

    kanik (#5% - 35%), piroksen (#5% - 25%),

    olivin (#0% - 8%), dan hornblenda (#0% -

    1%). Bahan baku agregat dari kelompok

    andesit piroksen mempunyai prosentasemineral silikat plagioklas (# 40% - 45%),

    gelas volkanik (#35% - 45%), dan piroksen

    (# 5% - 10%). Bahan baku agregat dari

    kelompok andesit hornblenda mempunyai

    prosentase mineral silikat plagioklas (#

    40% - 65%), gelas volkanik (#0% - 30%),

    piroksen (#3% - 8%), hornblenda (#5% -

    25%), dan kuarsa (#0% - 3%). Bahan baku

    agregat dari kelompok tuf andesitik

    mempunyai prosentase mineral silikat

    plagioklas (# 15% - 40%), gelas volkanik

    (# 40% - 70%), dan piroksen (# 5%).

    Prosentase kehadiran mineral silikat dari

    setiap contoh agregat dapat dilihat dalam

    Tabel 1.

    Tekstur

    Bahan baku agregat dari kelompok basalt/

    basalt olivin memperlihatkan tekstur hipo-

    kristalin porfiritik, dengan fenokris (#3% -40%), berukuran 0,4 - 2,5 mm, berbentuk

    subhedral - anhedral, terdiri dari mineral

    silikat plagioklas, piroksen, olivin, dan

    setempat hornblenda, tertanam dalam masa

    dasar bahan kristalin (# 60% - 97%), ber-

    ukuran halus (ada yang mencapai ukuran

    0,3 mm), memperlihatkan tekstur intergra-

    nular - intersertal, yang terdiri dari mineral

    silikat plagioklas, piroksen, sedikit olivin,

    dengan gelas volkanik (#5% - 35%).

    Bahan baku agregat dari kelompok andesit

    piroksen memperlihatkan tekstur hipokris-

    talin porfiritik, dengan fenokris (# 5% -

    20%), berukuran 0,5 - 2,0 mm, berbentuk

    subhedral - anhedral, terdiri dari mineral

    silikat plagioklas, piroksen, dan sedikitfragmen batuan basalt (xenolith), tertanam

    dalam masa dasar bahan kristalin (#80% -

    95%), berukuran halus - sangat halus, mem-

    perlihatkan tekstur aliran (trakhitik), yang

    terdiri dari mineral silikat plagioklas ber-

    bentuk mikrolit, sedikit piroksen, dengan

    gelas volkanik (#35% - 45%).

    Bahan baku agregat dari kelompok andesit

    hornblenda memperlihatkan tekstur hipo-

    kristalin porfiritik, setempat memperlihat-

    kan tekstur holokristalin porfiritik (merupa-

    kan intrusi yang lebih dalam) dengan feno-

    kris (#3% - 10%), berukuran 0,4 - 2,5 mm,

    berbentuk subhedral - anhedral, terdiri dari

    mineral silikat plagioklas, hornblenda, pi-

    roksen, dan sedikit kuarsa, tertanam dalam

    masa dasar bahan kristalin (#90% - 97%),

    berukuran halus sedang (0,1 0,3 mm),

    memperlihatkan tekstur trakhitik, terdiri

    dari mineral silikat plagioklas berbentukmikrolit, sedikit piroksen, hornblenda, dan

    kuarsa, dengan gelas volkanik (# 0% -

    30%).

    Bahan baku agregat dari kelompok tuf an-

    desitik memperlihatkan tekstur klastik (vi-

    troklastik), dengan butiran (#20% - 25%),

    berukuran 0,8 - 2,0 mm, berbentuk

    menyudut - membundar tanggung (anhedral

    - subhedral), terdiri dari mineral silikat pla-

    gioklas, piroksen, dan fragmen batuan ba-

    salt, tertanam dalam matrik (#75% - 80%),

    yang terdiri dari gelas volkanik (# 40% -

    70%), berbentuk amorf, dan sedikit kristal-

    kristal plagioklas berukuran sangat halus

    (berbentuk mikrolit-mikrolit), serta mineral

    opak.

    Kenampakan aspek-aspek tekstur mineral

    silikat dari setiap contoh agregat dapat dili-

    hat dalam Tabel 2.Derajat Ubahan

  • 8/10/2019 2000_Paper_Bul_Geologi.pdf

    4/13

    BULETIN GEOLOGI, Vol. 32, No. 3, 2000148

    Dalam panelitian ini, telah dilakukan karak-

    terisasi kualitatif derajat ubahan pada agre-

    gat (Tabel 1) yaitu berkisar dari lemah

    hingga kuat. Dari data tersebut terlihat

    bahwa pada bahan agregat basalt/basalt oli-vin yang banyak mengandung gelas volka-

    nik (B-9C) memperlihatkan proses ubahan

    yang kuat. Demikian pula halnya dengan

    bahan agregat andesit hornblenda yang

    mempunyai prosentase mineral hornblenda

    yang lebih banyak (B-12C, B-13A) mem-

    perlihatkan derajat ubahan sedang kuat.

    Dan pada penelitian untuk kajian aspek

    petrografi terhadap kualitas agregat yangmeliputi sifat fisik agregat, kekuatan agre-

    gat, dan potensi reaksi alkali agregat, akan

    lebih digunakan bahan agregat yang mem-

    punyai derajat ubahan yang lemah.

    Tabel 1. Jenis dan prosentase mineral utama pada agregat.

    Jenis batuan, No. contoh, dan Prosentase Jenis Mineral Silikat

    Jenis Mineral Silikat Basalt / Basalt Olivin

    B - 1B B - 5B B - 6A B - 8B B - 9A B - 9C B - 10B B - 11B B - 11C B - 14A

    Plagioklas 50 55 50 50 60 40 60 65 60 45

    Gelas volkanik 10 7 33 20 20 35 5 5 6 30

    Piroksen 25 15 5 15 7 7 15 15 20 10

    Olivin 0 7 3 3 1 0 1 3 8 0

    Hornblenda 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

    Kuarsa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

    Jumlah : 85 85 91 88 88 82 81 88 94 85

    Hal lain :

    - Mineral opak 15 12 7 10 12 8 4 12 5 0

    - Fragmen batuan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

    - Vesikuler 0 3 2 2 0 10 15 0 1 15

    - Ubahan lemah sedang lemah sedang lemah kuat kuat lemah lemah kuat

    Jenis batuan, No. contoh, dan Prosentase Jenis Mineral Silikat

    Jenis Mineral Silikat Andesit Piroksen Andesit Hornblenda Tuf Andesitik

    B - 3A B - 3B B - 4A B - 4C B - 12A B - 12C B - 13A B - 13B B - 2A B - 7C

    Plagioklas 40 45 45 40 40 50 65 65 15 40

    Gelas volkanik 45 35 40 40 30 0 15 20 70 40

    Piroksen 5 8 10 5 8 7 3 3 5 5

    Olivin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

    Hornblenda 0 0 0 0 6 25 7 5 0 0

    Kuarsa 0 0 0 0 1 3 0 0 0 0

    Jumlah : 90 88 95 85 85 85 90 93 90 85

    Hal lain :

    - Mineral opak 9 12 5 15 15 15 10 7 3 14

    - Fragmen batuan 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1

    - Vesikuler 1 0 0 0 0 0 0 0 5 0

    - Ubahan lemah sedang lemah lemah sedang sedang kuat lemah lemah lemah

  • 8/10/2019 2000_Paper_Bul_Geologi.pdf

    5/13

    BULETIN GEOLOGI, Vol. 32, No. 3, 2000 149

    KAJIAN ASPEK PETROGRAFI TERHADAP

    KUALITAS AGREGAT

    Guna mengetahui kualitas bahan baku agre-

    gat, dalam penelitian ini telah dilakukan be-

    berapa pengujian parameter fisik-mekanik,seperti analisis kekasaran permukaan agre-

    gat, analisis daya serap air, analisis kekuat-

    an agregat, dan analisis potensi reaksi alka-

    li-agregat. Analisis hanya dilakukan terha-

    dap beberapa contoh agregat yang secara

    representatif dapat mewakili kelompok

    jenisnya, didasarkan atas analisis petrografi

    pada tahap sebelumnya.

    Kekasaran Permukaan

    Dalam analisis petrografi, makro-teksturanalog dengan orde pertama kekasaran

    agregat dan mikro-tekstur berhubungan

    dengan orde kedua kekasaran agregat. Ke-

    nampakan tekstural agregat dapat diilustra-

    sikan seperti tampak dalam Gambar 1.

    Tabel 2. Kenampakan aspek-aspek tekstur pada agregat.

    Kelompok batuan, No. contoh, dan Aspek Tekstur Mineral Silikat

    Basalt / Basalt Olivin

    Aspek-Aspek

    Tekstur Mineral

    Silikat

    B - 1B B - 5B B - 6A B - 8B B - 9A B - 9C B - 10B B - 11B B - 11C B - 14A

    Fenokris 40% 20% 15% 20% 20% 3% 5% 15% 10% 10%

    (Butiran)

    Jenis Mineral :

    - plagioklas ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada

    - piroksen ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada

    - olivintidak ada ada ada ada tidak ada tidak ada ada ada ada tidak ada

    - hornblenda tidak ada ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

    - kuarsa tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

    - fragmen batuan tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

    Ukuran 0,8 - 2,5 mm 0,5 - 1,5 mm 1,0 - 2,5 mm 0,4 - 1,5 mm 0,4 - 1,8 mm 0,8 - 2,0 mm 0,4 - 1,5 mm 1,0 - 2,5 mm 0,5 - 2,0 mm 0,7 - 1,5 mm

    Bentuk sub-anhedral an-subhedral subhedral sub-anhedral sub-anhedral sub-anhedral an-subhedral sub-anhedral an-euhedral sub-anhedral

    Massadasar 60% 80% 80% 97% 80% 97% 95% 85% 90% 90%

    (Matriks)

    Ukuran halus (0,1 mm) halus (0,1 mm) halus (0,1 mm) halus (0,1 mm) halus (0,1 mm) halus (0,3 mm) halus (0,1 mm) halus (0,1 mm) halus (0,1 mm) halus (0,1 mm)

    Jenis mineral :

    - gelas volkanik ada (10%) ada (7%) ada (35%) ada (20%) ada (20%) ada (35%) ada (5%) ada (5%) ada (7%) ada (30%)

    - plagioklas ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada

    - piroksen ada ada ada tidak ada ada ada ada ada ada ada

    - olivin tidak ada tidak ada ada tidak ada ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

    - hornblenda tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

    - kuarsa tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

    Tekstur khas intergranular intergranular intergranular - intergranular intersertal intergranular intergranular - -

  • 8/10/2019 2000_Paper_Bul_Geologi.pdf

    6/13

    BULETIN GEOLOGI, Vol. 32, No. 3, 2000150

    Lanjutan Tabel 2. Kenampakan aspek-aspek tekstur pada agregat.

    Kelompok batuan, No. contoh, dan Aspek Tekstur Mineral Silikat

    Andesit Piroksen Andesit Hornblenda Tuf Andesitik

    Aspek-Aspek

    Tekstur Mineral

    Silikat

    B - 3A B - 3B B - 4A B - 4C B - 12A B - 12C B - 13A B - 13B B - 2A B - 7C

    Fenokris 5% 20% 10% 15% 10% 3% 10% 7%

    (Butiran) 25% 20%

    Jenis Mineral :

    - plagioklas ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada

    - piroksen ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada

    - olivin tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

    - hornblenda tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada ada ada ada ada tidak ada tidak ada

    - kuarsa tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

    - fragmen batuan ada tidak ada tidak ada ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada ada ada

    Ukuran 0,5 - 1,5 mm 0,5 - 1,5 mm 0,6 - 2,0 mm 0,5 - 2,0 mm 0,4 - 1,2 mm 1,5 - 2,5 mm 0,2 - 1,5 mm 1,5 - 3,0 mm 1,0 - 2,0 mm 0.8 - 2.0 mm

    Bentuk sub-anhedral sub-anhedral sub-anhedral sub-anhedral sub-anhedral sub-anhedral an-subhedral sub-anbhedral anhedral an-subhedral

    Massadasar 95% 80% 90% 85% 90% 97% 90% 93%

    (Matriks) 75% 80%

    Ukuran halus (0,1 mm) halus (0,3 mm) halus(

  • 8/10/2019 2000_Paper_Bul_Geologi.pdf

    7/13

    BULETIN GEOLOGI, Vol. 32, No. 3, 2000 151

    Gambar 1. Hubungan makro dan mikrotekstur terhadap kekasaran permukaan agregat

    (modifikasi dari Ryell et al., 1979 op.cit. Bell, 1980)

    Gambar 2. Ekspresi kekasaran permukaan pada masing-masing kelompok jenis bahan

    baku agregat.

  • 8/10/2019 2000_Paper_Bul_Geologi.pdf

    8/13

    BULETIN GEOLOGI, Vol. 32, No. 3, 2000152

    agregat cenderung semakin kasar, semakin

    halus ukuran butir fenokris/butiran dan ma-

    sadasar/matrik maka permukaan agregat

    cenderung juga semakin halus.

    Daya Serap Air

    Daya serap air (moisture) merupakan para-

    meter yang sangat penting untuk mempre-

    diksi dan mengetahui adanya potensi peru-

    bahan pada agregat, baik akibat pengaruh

    internal maupun eksternal agregat. Berda-

    sarkan beberapa hasil penelitian terdahulu

    (Ramsay, et.al., 1974; Lees dan Kennedy,

    1975; Kazi dan Al-Mansour, 1980) terlihat

    nyata adanya hubungan antara daya serap

    air agregat dengan daya guna (life time)

    beton yang dihasilkannya. Beberapa aspek

    yang cukup penting dalam kaitannya

    dengan sifat daya serap air agregat yaitu :

    - Pengaruh proses pembekuan dan pen-

    cairan (freeze-thaw problem)

    - Pengaruh proses reaksi alkali (alkalireacion problem)

    - Pengaruh proses reaksi kimia lainnya

    seperti pelapukan dan deteriorasi (wea-

    thering and deterioration problems)

    Meskipun pada kenyataannya proses penye-

    rapan air pada suatu konstruksi beton telah

    berlangsung selama pekerjaan konstrusi di-

    laksanakan, namun proses ini biasanya akan

    menerus oleh adanya faktor kelembaban

    atau oleh keberadaan konstruksi di bawah

    level muka air tanah.

    Dalam penelitian ini, pengujian daya serap

    air dilakukan dengan merendam contohagregat selama 24 jam guna menjenuhkan

    pori yang ada (porositas efektif/ne). Daya

    serap air dideterminasi dengan melakukan

    pengukuran kenaikan berat contoh agregat

    yang diekspresikan oleh prosentase terha-

    dap berat keringnya. Sebelum dilakukan

    pengujian, masing-masing contoh dianalisis

    dengan mempergunakan mikroskop bino-

    kuler untuk mengetahui adanya pori yang

    berupa retakan halus maupun gejala-gejala

    lainnya. Secara umum hasil pengujian daya

    serap air dapat dirangkum seperti terlihat

    dalam Tabel 3.

    Bila dihubungkan dengan hasil analisis

    petrografi agregat, hasil pengujian ini mem-

    perlihatkan adanya kecenderungan bahwasemakin banyak persentase gelas volkanik

    pada agregat diduga akan mengakibatkan

    semakin tinggi daya serap air. Hal ini ter-

    cermin dari tingginya nilai daya serap air

    pada agregat tuf andesitik yang me-

    ngandung mineral gelas mencapai 70%.

    Disamping itu, tekstur bahan agregat juga

    sangat mempengaruhi nilai daya serap air.

    Pada bahan agregat tuf andesitik seringkali

    mempunyai tekstur yang bersifat klastik di-

    bandingkan dengan bahan agregat lainnyayang bersifat kristalin. Hal ini berkaitan

    dengan proses pembentukan bahan agregat

    tersebut dimana tuf andesitik merupakan

    hasil dari letusan gunung api sedangkan ba-

    salt/basalt olivin, andesit piroksen, dan an-

    desit hornblende merupakan langsung dari

    hasil pembekuan magma.

    Kekuatan

    Kekuatan adalah parameter yang palingpenting dalam pemilihan bahan baku agre-

    gat. Mineralogi dan tekstur agregat sangat

    berpengaruh terhadap kekuatannya (Kazi

    dan Al-Mansour, 1980). Mineral silikat se-

    cara tipikal lebih resistan terhadap gaya te-

    kan daripada jenis mineral lainnya. Keke-

    rasan relatif dari mineral pembentuk batuan

    juga berpengaruh terhadap kekuatannya.

    Adapun unsur-unsur tekstur yang berpenga-

    ruh terhadap kekuatan agregat diantaranyaadalah : ukuran kristal atau butiran, orienta-

    si relatif kristal atau butiran, kebundaran,

    dan porositas. Ukuran kristal atau butiran

    relatif lebih konsisten berpengaruh terhadap

    kekuatannya (Kazi dan Al-Mansour, 1980).

    Dalam penelitian ini kekuatan batuan

    dianalisis dengan pengujian kuat tekan uni-

    aksial. Contoh agregat dibuat sedemikian

    rupa sehingga berbentuk kubus dengan sisi

    5 #0,1 cm. Berdasarkan hasil pengujian ini

  • 8/10/2019 2000_Paper_Bul_Geologi.pdf

    9/13

    BULETIN GEOLOGI, Vol. 32, No. 3, 2000 153

    Tabel 3 Hasil pengujian fisik-mekanik dan reaksi alkali pada beberapa contoh agregat terpilih

    No. No. Kelompok Derajat ubahan Daya serap air UCS Reaksi alkali Keterangan

    contoh Batuan (kualitatif) (%) (kg/cm2) Sc (mmol/L) Rc (mmol/L)

    1 B - 1B lemah 0,628 1028,40 42 178

    2 B - 5B sedang x x x x

    3 B - 6A lemah x x 81 105

    4 B - 8B Basalt/Basalt olivin sedang x x x x

    5 B - 9A lemah x x 69 126

    6 B - 9C kuat x x x x

    7 B - 10B kuat x x x x

    8 B - 11B lemah x x x x

    9 B - 11C lemah x x x x

    10 B - 14A kuat x x x x

    11 B - 3A lemah 1,275 1124,60 250 90

    12 B - 3B Andesit piroksen sedang x x x x

    13 B - 4A lemah x x x x

    14 B - 4C lemah x x 102 102

    15 B - 12A sedang x x 72 109

    16 B - 12C Andesit hornblenda sedang x x x x

    17 B - 13A kuat x x x x

    18 B - 13B lemah 2,746 985,30 56 134 ada retakan halus

    19 B - 2A Tuf andesitik lemah 4,512 820,70 308 72

    20 B - 7C lemah x x 150 97

    Keterangan :

    UCS = uji kuat tekan uniaksial

    X = tidak dilakukan analisis

    (Tabel 3) terlihat bahwa agregat andesit pi-

    roksen memiliki kekuatan terbesar dan

    agregat tuf andesitik memiliki kekuatan

    terkecil. Hal ini mungkin terkait dengan

    tekstur klastik pada tuf andesitik yang se-

    ringkali mempunyai ikatan yang lebih le-

    mah dibandingkan dengan tekstur kristalin

    pada agregat andesit piroksen. Apabila hasil

    analisis petrografi dilihat lebih teliti lagi,

    maka boleh jadi kehadiran masadasar

    (ukuran kristal lebih kecil dari fenokris)yang lebih banyak pada andesit piroksen,

    menjadi pengontrol kekuatan agregat terse-

    but. Namun pada agregat basalt/basalt oli-

    vin, yang mempunyai masadasar yang pa-

    ling sedikit (60%), relatif mempunyai ke-

    kuatan yang lebih baik dari agregat andesit

    hornblenda (masadasarnya 93%). Hal ini

    mungkin dikontrol oleh kehadiran mineral

    yang memiliki tingkat kekerasan di atas 5

    (skala kekerasan Mohs), misalnya mineral

    plagioklas dan piroksen, yang relatif lebih

    banyak pada agregat basalt/basalt olivin di-

    bandingkan agregat andesit hornblenda.

    Disamping itu, kekuatan agregat diperkira-

    kan juga dipengaruhi oleh kehadiran vesi-

    kuler, seperti tercermin dari nilai kekuatan

    yang tampak pada agregat basalt/basalt oli-

    vin dan andesit piroksen (vesikulernya

    hanya 0% - 1% 15%) dan tuf andesitik (ve-

    sikulernya dapat mencapai 5%).

    Potensi Reaksi Alkali

    Dalam penggunaannya sebagai agregat be-

    ton, beberapa agregat membutuhkan peng-

    ujian lebih detil untuk mengetahui perilaku

    atau respon agregat dalam lingkungan alkali.

    Metode yang paling sederhana yaitu dengan

    merendam atau melarutkan agregat tersebut

    dalam larutan yang bersifat alkalis (basa).

    Dalam penelitian ini, pengujian potensi

    reaktivitas agregat juga dilakukan dengan

    menggunakan larutan kimia alkalis atau

    lebih dikenal sebagai standar peng-ujiandengan metode kimia (ASTM C 298 - 87).

  • 8/10/2019 2000_Paper_Bul_Geologi.pdf

    10/13

    BULETIN GEOLOGI, Vol. 32, No. 3, 2000154

    Pada prinsipnya, pengujian ini didasar-kan

    atas jumlah NaOH 1 N yang bereaksi

    dengan silika dari agregat yang memiliki

    kehalusan antara 150 - 300 $m selama 24

    jam pada suhu 80%, dalam sebuah wadah

    reaksi yang terbuat dari baja tahan karatatau korosi lainnya dan dilengkapi dengan

    tutup kedap udara. Hasil pengujian tersebut

    menghasilkan dua parameter utama yaitu

    banyaknya silika terlarut (Sc) dalam

    mmol/L dan reduksi alkalinitas atau kebasa-

    an (Rc) yang juga dalam mmol/L (Tabel 3).

    Untuk mengetahui tingkat reaktivitas agre-

    gat, hasil-hasil pengujian tersebut di atas

    dirajah (diplot) ke dalam sebuah grafik

    standar seperti diperlihatkan pada Gambar 3.Tampak bahwa ada beberapa agregat ter-

    golong sebagai agregat berpotensi reaktif

    hingga agregat reaktif, terutama dari jenis

    tuf andesitik dan andesit piroksen. Hampir

    semua agregat tuf andesitik yang diuji

    memiliki sifat reaktif yang cukup tinggi dan

    relatif bersifat lebih reaktif apabila diban-

    dingkan dengan jenis agregat lainnya. Pada

    agregat andesit piroksen tergolong sebagai

    agregat berpotensi reaktif hingga reaktif,sedangkan andesit hornblenda tergolong

    agregat yang tidak bersifat reaktif. Lain hal-

    nya dengan agregat yang berasal dari jenis

    basalt, secara umum dapat dikatakan bahwa

    agregat ini tidak bersifat reaktif.

    Dalam bab ini juga akan dibahas sejauh

    mana pengaruh variasi jenis dan tekstur

    mineral silikat terhadap tingkat reaktivitas

    agregat. Studi individu terhadap setiap

    contoh agregat dilakukan guna mengkajiadanya pola dan kecenderungan perubahan

    yang ada baik dalam kelompok jenis agre-

    gat yang sama maupun dalam jenis yang

    berbeda.

    Variasi Jenis Mineral Silikat dan Reakti-

    vitas Agregat

    Apabila adanya potensi reaksi alkali pada

    agregat dikaitkan dengan variasi jenis mi-

    neraloginya, terutama terhadap kehadiranberbagai jenis mineral silikat, terlihat ada-

    nya suatu kecenderungnan bahwa semakin

    banyak prosentase gelas volkanik pada sua-

    tu agregat, tingkat reaktivitas agregat cen-

    derung relatif semakin tinggi (lihat Tabel 2

    dan Gambar 3). Kecenderungan ini selain

    tercermin pada perbedaan jenis bahan bakuagregatnya, secara berarti juga terlihat pada

    jenis agregat yang sama namun berbeda

    dalam persentase kehadiran gelas volkanik-

    nya. Sebagai contoh, agregat basalt yang

    mempunyai gelas volkanik sebanyak 33%

    (B-6A) tampak lebih reaktif bila dibanding-

    kan dengan basalt yang hanya mengandung

    20% (B-9A) dan 10% (B-1B) gelas volka-

    nik. Hal yang relatif sama juga terlihat pada

    agregat yang berasal dari kelompok andesit

    piroksen, andesit hornblenda, dan tuf ande-

    sitik. Berdasarkan rasio perbandingan ter-

    hadap berat agregatnya, Gillott dan

    Swenson (1973) mengemukakan bahwa ke-

    hadiran 3% gelas volkanik sudah cukup

    berbahaya terhadap potensi terjadinya re-

    aksi alkali-agregat. Namun apabila dilaku-

    kan konversi ke dalam prosentase kehadiran

    berdasarkan komposisi mineraloginya terli-

    hat pula bahwa sifat reaktif pada agregat

    secara umum juga tercermin oleh hadirnya# 35% atau lebih gelas volkanik. Hal ini

    juga diperlihatkan hampir pada semua agre-

    gat yang tergolong berpotensi reaktif hing-

    ga reaktif berdasarkan hasil pengujian pada

    penelitian ini, yaitu dengan kandungan ge-

    las volkanik 40% atau bahkan lebih.

    Selain gelas volkanik, jenis mineral silikat

    lainnya yang cukup dominan yaitu mineral

    plagioklas. Adanya kenaikan pada prosenta-

    se kehadiran gelas volkanik biasanya di-ikuti dengan berkurangnya prosentase mi-

    neral plagioklas. Namun demikian, adanya

    pengaruh mineral plagioklas kemungkinan

    juga akan dikontrol oleh tingkat keasaman

    mineral plagioklas (Ca-Plagioklas hingga

    Na-Plagioklas) serta ukurannya (fenokris

    atau masadasar berupa kristal berukuran

    halus hingga mikrokristalin). Kehadiran mi-

    neral silikat lainnya, yaitu olivin, piroksen,

    dan hornblenda secara umum relatif sangat

  • 8/10/2019 2000_Paper_Bul_Geologi.pdf

    11/13

    BULETIN GEOLOGI, Vol. 32, No. 3, 2000 155

    Gambar 3. Grafik interpretasi tingkat reaktivitas agregat yang didasarkan atas hasil-hasil

    pengujian dengan metode kimia.

    sedikit apabila dibandingkan dengan keha-

    diran jenis mineral plagioklas dan gelas

    volkanik. Ada beberapa contoh agregat

    yang terbentuk oleh mineral piroksen hing-

    ga #20% - 25% (B-11C dan B-1B). Namun

    demikian, berdasarkan hasil uji potensi

    reaksi alkali pada agregat tersebut tidak

    diperlihatkan adanya pengaruh yang berarti

    pada tingkat reaktivitasnya.

    Secara kumulatif, total kehadiran jenis mi-

    neral silikat juga tidak memperlihatkan

    adanya hubungan yang berarti terhadaptingkat reaktivitas agregat. Tetapi, apabila

    dilihat berdasarkan pola kehadiran masing-

    masing jenis mineraloginya maka tampak

    adanya pengaruh yang berarti terhadap

    tingkat reaktivitasnya, terutama pada jenis

    gelas volkanik. Atau dengan kata lain dapat

    dikatakan pula bahwa adanya perubahan

    komposisi mineralogi pada agregat akan

    berpengaruh terhadap tingkat potensi

    reaktivitasnya. Dengan demikian kemam-

    puan agregat untuk bereaksi di lingkungan

    alkali tinggi dari semen yang digunakan

    pada beton merupakan fungsi dari kompo-

    sisi (jenis) mineralogi pada agregat yang

    digunakan.

    Variasi Tekstur dan Reaktivitas Agregat

    Tingkat reaktivitas agregat terhadap kondisi

    lingkungan alkali dimungkinkan pula di-

    pengaruhi oleh pola teksturnya, terutama

    oleh adanya variasi tekstur pada agregat.

    Secara umum terlihat bahwa semakin kecil

    persentase fenokris pada agregat, tingkat

    reaktivitas agregat relatif semakin tinggi (li-hat Tabel 3 dan Gambar 3). Adanya ke-

    cenderungan ini juga tercermin pada perbe-

    daan reaktivitas antara agregat basalt (15%

    - 50% pada contoh B-1B, B-6A, B-9A), an-

    desit piroksen (5% - 15% pada contoh B-

    3A, B-4C), dan andesit hornblenda (#10%

    pada contoh B-12A, B-13A). Meskipun

    agregat dari jenis tuf andesitik memiliki

    kandungan butiran sebanyak 20% - 25%

    namun agregat ini terlihat relatif lebih

    reaktif dibandingkan jenis batuan lainnya.

    Reaktifitas agregat tuf andesitik diduga

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    1 10 100 1000

    Silika Terlarut (mmol/L)

    ReduksiAlkalinitas(mmol/L)

    Agregat t idak reaktif

    Agregat r eaktif

    Agregat

    berpotensi

    reaktif

    !Agregat Basalt/Basal Olivin

    "Agregat Andesit Piroksen

    &Agregat Andesit Hornblenda

    #Agregat Tuf Andesitik

  • 8/10/2019 2000_Paper_Bul_Geologi.pdf

    12/13

    BULETIN GEOLOGI, Vol. 32, No. 3, 2000156

    lebih dikontrol oleh hadirnya matrik berupa

    gelas volkanik dengan tekstur umumnya

    berbentuk amorf.

    Semakin sedikit hadirnya fenokris atau bu-

    tiran umumnya akan semakin banyak masa-dasar atau matrik yang terkandung pada

    agregat tersebut. Dengan demikian maka

    semakin banyak prosentase masadasar pada

    agregat, yang umumnya berupa bahan-ba-

    han kristalin berukuran halus hingga mikro-

    kristalin, menyebabkan tingkat reaktivitas

    agregat juga relatif semakin tinggi. Hal ini

    kemungkinan berhubungan erat dengan se-

    makin luasnya bidang permukaan pada ba-

    han-bahan kristalin berukuran halus atau

    mikrokristalin yang menyebabkan permu-

    kaan bidang reaksi pada agregat tersebut

    menjadi semakin luas, seperti halnya yang

    juga dikemukakan oleh Wigun (1995)

    untuk batuan kataklastik di Norwegia.

    Lebih lanjut atas dasar ukuran masadasar

    atau matrik dalam suatu agregat, hadirnya

    jenis gelas volkanik yang berbentuk amorf

    tampak relatif lebih reaktif apabila diban-

    dingkan dengan masadasar yang terdiri atas

    bahan-bahan kristalin berukuran halus dan/-atau mikrokristalin.

    Secara umum, adanya perubahan aspek

    tekstural pada agregat secara berarti juga

    berpengaruh terhadap tingkat reaktivitasnya,

    terutama didasarkan atas kehadiran

    masadasar atau matrik pada agregat, baik

    berupa bahan kristalin berukuran halus

    hingga mikrokristalin maupun adanya teks-

    tur amorf yang terdapat pada jenis gelas

    volkanik.

    KESIMPULAN

    Analisis petrografi dalam kaitannya dengan

    beberapa parameter fisik-mekanik agregat

    telah dievaluasi dalam penelitian ini. Bebe-

    rapa kesimpulan yang dapat diambil berda-

    sarkan penelitian ini antara lain yaitu :

    Berdasarkan komposisi mineralogi dan

    teksturnya, bahan baku agregat dapat digo-

    longkan dalam kelompok basalt/basalt

    olivin, andesit piroksen, andesit hornblen-

    da, dan tuf andesitik

    Beberapa jenis mineral silikat yang dijum-

    pai pada agregat meliputi mineral plagio-

    klas, gelas volkanik, piroksen/augit, horn-blenda, dan olivin, serta sedikit kuarsa,

    dengan tekstur umumnya hipokristalin por-

    firitik untuk jenis agregat basalt/basalt

    olivin, andesit piroksen, andesit hornblen-

    da, dan tekstur klastik (vitroklastik) untuk

    jenis agregat tuf andesitik.

    Tekstur agregat secara nyata berpengaruh

    terhadap kekasaran permukaannya, semakin

    banyak prosentase kahadiran fenokris/ bu-

    tiran terhadap masadasar/matrik maka per-

    mukaan agregat cenderung semakin kasar,

    semakin halus ukuran butir fenokris/ butir-

    an dan masadasar/matrik maka permukaan

    agregat cenderung juga semakin halus.

    Terdapat hubungan yang berarti antara pro-

    sentase hadirnya gelas volkanik pada agre-

    gat terhadap daya serap airnya, semakin ba-

    nyak kehadiran prosentase gelas volkanik

    semakin tinggi daya serap airnya. Teksturbahan agregat juga sangat mempengaruhi

    nilai daya serap air, tektur yang bersifat

    klastik cenderung memiliki daya serap air

    yang lebih tinggi dibandingkan dengan ba-

    han agregat yang bersifat kristalin.

    Kekuatan agregat sangat dipengaruhi oleh

    karakteristik petrografi; ukuran kristal atau

    butiran dan komposisi mineral merupakan

    faktor petrografi yang cukup dominan. Di-

    samping itu perbedaan kekerasan relatif mi-neralogi pembentuk batuan juga berpeng-

    aruh terhadap kekuatan agregat.

    Reaktivitas agregat pada lingkungan alkali

    tinggi, berdasarkan pengujian dengan meto-

    de kimia, memperlihatkan bahwa agregat

    basalt/basalt olivin secara umum tergolong

    sebagai agregat tidak reaktif, agregat ande-

    sit piroksen tergolong berpotensi reaktif

    hingga reaktif, agregat andesit hornblenda

    tergolong tidak reaktif, dan agregat tuf an-

    desitik tergolong reaktif.

  • 8/10/2019 2000_Paper_Bul_Geologi.pdf

    13/13

    BULETIN GEOLOGI, Vol. 32, No. 3, 2000 157

    Perubahan komposisi mineralogi pada agre-

    gat tampak berpengaruh terhadap tingkat

    reaktivitasnya, terutama bila dikaitkan

    dengan prosentase hadirnya gelas volkanik

    pada agregat tersebut. Demikian halnyadengan perubahan pada aspek teksturnya

    yang juga tampak berpengaruh terhadap

    tingkat reaktivitas agregat, terutama dida-

    sarkan atas kehadiran masadasar atau

    matrik baik berupa bahan kristalin berukur-

    an halus hingga mikrokristalin maupun be-

    rupa tekstur amorf dari gelas volkanik.

    Ucapan Terimakasih

    Tulisan ini merupakan bagian dari hasil

    penelitian yang didanai oleh SPP-DPP ITB

    1999.

    DAFTAR PUSTAKA

    ASTM Standar C 289 - 87 (1987). Standart

    test method for potential reactivity of ag-

    gregate (chemical method), in Annual

    Book of ASTM Standards, Vol. 04. 02, pp.161-167.

    Bell, F. G., 1980.Engineering Geology and

    Geotechnics, Newnes - Butterworths :

    London - Boston, 447p.

    Clutterbuck, P. J., Ingles, O.G., dan Talbot,

    C. J., 1982. Rock as Construction Mate-

    rials, Course Note, Training Program for

    Geoscientists in Development, AGID,

    235 p.

    Gillott, J. E., dan Swenson, E. G., 1973.

    Some unusual alkali expansive agregates,

    Eng. Geology, 2: 7-24.Hudec, Peter P., 1084. Quantitative petro-

    graphic analysis of aggregate, Bull. Int.

    Assoc. Eng. Geology, 29: 381-385.

    Kazi, A. dan Al-Mansour, Z., R., 1980.

    Empirical relationship between Los

    Angeles abration and Schmidt hammer

    strength test with application to aggre-

    gates aruond Jeddah, Q. J. Eng. Geology,

    13: 45-52.

    Lees, G. dan Kennedy, C., K., 1975. Quali-

    ty, shape and degradation of aggregates,

    Q. J. Eng. Geology, 8: 193-209.

    Malewski, J. A., 1984. A comparison of

    particle shape characteristics of crushed

    basalt and granite rocks, , Bull. Int.

    Assoc. Eng. Geology, 29: 401-406.

    Ramsey, D. M., Dhir, R., K., dan Spence, J.,

    M., 1974. The role of rock and clast

    fabric in the physical performance of

    crushed rock aggregate, Eng. Geology,

    8: 267-285.Wigun, B. J., 1995. Feature of Norwegian

    cataclastic rocks and their use for

    predicting alkali-reactivity in concrete,

    Engineering Geology, 4: 169-194.