2. zainal arifin
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 2. Zainal Arifin
1/8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2Februari 2013
ISBN : 978-602-97491-6-8
D-2-1
EVALUASI DAN STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
DOMESTIK KOTA BANDUNG - JAWA BARAT
Zainal Arifin1) *), Purwanto2)dan Heru Susanto3)1)Program Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro
Gedung TTB B Pascasarjana, Jl. Imam Bardjo No. 5, Semarang, 50241, Indonesia
[email protected]) Program Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro Semarang
3)Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang*) [email protected]
ABSTRAK
Dampak dari pertumbuhan penduduk dan perkembangan kegiatan permukiman di
Kota Bandung salah satunya adalah meningkatnya timbulan air limbah disertai oleh
pencemaran air sungai. Disisi lain, sungai merupakan salah satu sumber persediaan airmasyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan
pokok yang menyebabkan pengelolaan air limbah domestik di Kota Bandung belum berjalan
optimal, dan menyusun alternatif strategi pengelolaan yang berkelanjutan dan terintegrasi
dengan keseluruhan perencanaan kota dengan mengacu pada kesepakatan Millenium
Development Goals (MDGs) maupun kebijakan nasional lainnya. Berdasarkan hasil analisis,
dipilih sistem dan teknologi yang sesuai dengan pengembangan sistem off-site skala kota dan
regional. Sasaran implementasi strateginya adalah perluasan jaringan dengan target cakupan
50% kawasan kota terlayani sistem perpipaan pada tahun 2013, peningkatan kapasitas
instalasi pengolahan air limbah, penyusunan standar teknis manajemen air limbah,
peningkatan investasi swasta melalui kegiatan Coorporate Social Responsibility, dan
peningkatan kesadaran masyarakat terhadap sanitasi serta kesesuaian pengelolaan air limbah.
Kata kunci: evaluasi, strategi pengelolaan, manajemen sanitasi, air limbah domestik
PENDAHULUAN
Kondisi Kota Bandung yang terus berkembang dan diikuti oleh pertumbuhanpenduduk yang tinggi menuntut adanya peningkatan pelayanan air limbah bagi masyarakat.
Kebutuhan akan pengelolaan air limbah domestik sebagai upaya untuk mencegah penurunan
kualitas lingkungan hidup, kesehatan masyarakat dan estetika lingkungan. Pengelolaan air
limbah domestik yang saat ini sudah dilakukan tidak cukup optimal untuk mengatasipermasalahan dan dampak buruk dari pencemaran air limbah.
Pencemaran air limbah domestik terhadap salah satu sungai yang ada di Kota Bandung
yakni Sungai Citarum sudah sangat mengkhawatirkan. Menurut data PCMU (Program
Coordination and Management Unit) Citarum (2010), polutan terbesar sungai Citarum adalah
limbah domestik rumah tangga. Porsi buangan bahan organik itu bisa mencapai 60 persen.
Parameter polutan yang meningkat paling tajam di sungai Citarum itu diantaranya bakteri E.
Coli yang berasal dari tinja manusia. Dari data kualitas air yang diukur, kondisi Sungai
Citarum sudah masuk ke tingkat pencemaran berat. Hal senada diungkapkan oleh Kelompok
Kerja Sanitasi (2010), sungai-sungai di Kota Bandung sangat tercemar oleh bakteri E. Coli
dimana bakteri ini merupakan parameter tercemarnya sungai oleh air limbah, artinya
pelayanan dan pengelolaan air limbah rumah tangga masih sangat rendah.
-
7/24/2019 2. Zainal Arifin
2/8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2Februari 2013
ISBN : 978-602-97491-6-8
D-2-2
Untuk itu diperlukan suatu kajian terhadap pengelolaan air limbah domestik di Kota
Bandung sehingga dapat diketahui permasalahan pokok pada aspek teknis dan non teknis
yang menyebabkan pengelolaan belum berjalan optimal serta menyusun strategi pengelolaan
yang berkelanjutan dan terintegrasi dengan keseluruhan perencanaan kota dengan mengacu
pada kesepakatanMillenium Development Goals (MDGs) maupun kebijakan nasional lainnya.
METODE
Tipe penelitian adalah deskriptif kualitatif, analisa data menggunakan analisis teknis,
analisis publik policy process, analisis good environmental governance dan analisis faktor
internal dan eksternal (SWOT). Analisa data kuantitatif digunakan untuk menilai hasil
penelitian kualitatif dengan memberikan pembobotan nilai per aspek.
Lokasi studi yang dipilih adalah Kelurahan Cigending Kecamatan Ujung Berung,
Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan dan Kelurahan Sekejati Kecamatan Buah
Batu. Ketiga lokasi dipilih berdasarkan pada pertimbangan dan jastifikasi tertentu dengan
kriteria prioritas timbulan air limbah yang tinggi, kependudukan, dan pertimbangan praktispenelitian.
Teknik pengumpulan data dengan metode wawancara terhadap masyarakat, lembaga
swadaya masyarakat, dinas terkait dan lembaga pengelola. Metode kuesioner menggunakan
kuesioner terstruktur. Metode observasi secara terbuka. Metode kajian dokumen terhadap
literatur dan dokumen resmi yang dikeluarkan dinas/badan yang berwenang perihal data
statistik, laporan, program maupun kebijakan yang sudah ada.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi
Permasalahan umum yang dapat diidentifikasi yaitu:
a. Masih ada anggota masyarakat yang buang air besar di got/parit (4,0%). Jenis jamban
yang digunakan tanpa leher angsa dibuang langsung ke got/parit/sungai (2,7%).
b. Jarak septik tank dengan sumber air 10 meter (40,0%) karena keterbatasan lahan
(74,7%). 12,0% responden tidak memiliki saluran pembuangan air limbah.
c. Keinginan masyarakat untuk memiliki sarana sanitasi yang lebih baik relatif rendah. 9,3%
responden ingin bergabung dengan sistem perpipaan air limbah.
d. Lebih dari setengah responden membuang air limbah bekas mandi dan cuci langsung ke
sungai (64,0%).
e. 28,0% responden mengeluh terhadap fasilitas air dan sanitasi yang dimiliki. Beberapa
saluran air limbah tersumbat (14,7%).Permasalahan aspek peraturan yang dapat diidentifikasi adalah: rendahnya prioritas
pembahasan regulasi pengelolaan air limbah dikalangan SKPD dan DPRD, pengawasan dan
penegakkan hukum masih kurang, kebijakan pengelolaan masih mengacu kepada peraturan
lama.
Permasalahan aspek kelembagaan yang dapat diidentifikasi adalah: potensi LSM
lingkungan belum dimanfaatkan secara optimal, keterbatasan lembaga pengelola untuk
melaksanakan pengawasan, keterampilan dan pengetahuan petugas pelaksana monitoring
evaluasi perlu dikaji ulang untuk memastikan kelayakan sumber daya manusia terhadap tugas
pokok dan fungsinya.
Permasalahan aspek pendanaan yang dapat diidentifikasi adalah: trend anggaran untuk
pengelolaan air limbah dan badan air penerima masih relatif kurang setiap tahunnya, anggaran
dari CSR untuk pengendalian pencemaran sungai masih belum ada.
-
7/24/2019 2. Zainal Arifin
3/8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2Februari 2013
ISBN : 978-602-97491-6-8
D-2-3
Permasalahan aspek partisipasi masyarakat yang dapat diidentifikasi adalah: lemahnya
kesadaran pelaku usaha home industry untuk mengoperasionalkan IPAL, sosialisasi masih
kurang efektif karena belum menumbuhkan perubahan perilaku.
Permasalahan aspek teknis yang dapat diidentifikasi pada IPAL adalah: sistem
penyaluran air limbah yang tercampur dengan air hujan di beberapa tempat mengakibatkandebit air limbah yang masuk ke IPAL Bojongsoang berfluktuasi, terjadi deadzone pada
kolam-kolam sehingga proses di dalam kolam tidak sesuai dengan proses yang direncanakan,
terjadi pendangkalan kolam akibat proses pelumpuran yang cepat. Permasalahan adanya idle
capacity pada IPAL adalah: jumlah sambungan rumah masih kurang dari yang direncanakan;
terdapat pengambilan air limbah sebelum masuk ke IPAL terutama pada saluran open channel,
oleh masyarakat dan petani untuk digunakan sebagai air irigasi; belum seluruh jaringan
perpipaan air limbah tersambung ke IPAL Bojongsoang. Permasalahan dalam pelayanan air
limbah adalah: disinyalir sebagian besar standar tenis septik tank yang dibangun dan
dimanfaatkan oleh masyarakat belum memenuhi persyaratan; di daerah yang padat penduduk
banyak ditemukan jarak antara septik tank dan sumber air/sumur berdekatan; penduduk yang
tinggal di sekitar sungai pada umumnya membuang air limbah domestik ke sungai; adanyapraktik buang air besar sembarangan di tempat yang tidak memadai.
Evaluasi
Analisis secara umum perihal kondisi sanitasi dan pengelolaan air limbah masyarakat,
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Penilaian Umum Kondisi Sanitasi dan Air Limbah Masyarakat
Kategori Indikator Bobot Skor Penilaian
I. Jamban dan
Pembuangan Air
Limbah
Perilaku sanitasi 25 5 125
Jenis jamban 25 3 75
Jarak jamban dan sumur 25 2 50Keinginan memiliki sarana sanitasi lebih baik 25 1 25
Total Nilai Sub I 275
Kategori Penilaian cukup
II. Limbah Rumah
Tangga (Mandi,
Cuci, Dapur)
Kebiasaan membuang air limbah 25 4 100
Jenis saluran pembuangan 25 3 75
Kondisi saluran pembuangan 25 4 100
Rencana perbaikan sistem dan teknologi 25 1 25
Total Nilai Sub II 300
Kategori Penilaian cukup
Jumlah Total = (Sub I x 50%) + (Sub II x 50%) 287,5
Penilaian kondisi sanitasi umum adalah kategori cukup dengan skor 287,5
Analisa aspek peraturan dengan metode analisis proses kebijakan publik dan penilaian
diperoleh bahwa:
a. Unsur kualitas sungai, penerapan PP No. 82 Tahun 2001 dan SK. Gubernur Jawa Barat
No. 39 Tahun 2000, dinilai kurang efektif karena tidak bisa mencegah pencemaran sungai
yang terjadi, sehingga kualitas air sungai saat ini tidak dapat digunakan lagi sebagai bahan
baku air minum.
b. Unsur air limbah, penerapan Perda No. 11 Tahun 2005 dinilai masih kurang efektif karena
masih banyak masyarakat yang membuang limbahnya ke lingkungan. Walaupun sanksi
sangat jelas tercantum dalam peraturan tersebut namun masyarakat belum mengetahuinya,
sementara upaya penegakkan peraturan pun masih lemah.
-
7/24/2019 2. Zainal Arifin
4/8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2Februari 2013
ISBN : 978-602-97491-6-8
D-2-4
c. Unsur pelayanan, penerapan Peraturan Walikota Bandung Nomor 937 Tahun 2009 dinilai
sudah cukup efektif karena sosialisasinya dilakukan pada saat penandatanganan kontrak
berlangganan masyarakat terhadap PDAM.
d. Unsur IPAL, penerapan Kepmen LH No. 112 Tahun 2003 dinilai sudah cukup efektif
karena air limbah domestik yang dibuang dari IPAL ke badan air sudah memenuhi standarbaku mutu air limbah domestik.
e. Unsur pengetahuan, UU 32 Tahun 2009 dinilai masih kurang efektif karena belum
menjangkau seluruh masyarakat, sebagian dari masyarakat masih belum paham mengenai
maksud dan tujuan dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Tabel 2. Penilaian Aspek Peraturan
Indikator Bobot Skor Penilaian
Unsur kualitas sungai 25 1 25
Unsur air limbah 25 1 25
Unsur IPAL 25 5 125
Unsur pelayanan dan pengetahuan 25 2 50
Total Nilai 225
Kategori Penilaian cukup
Berdasarkan tabel penilaian di atas, diperlukan adanya peningkatan terhadap penegakkan
peraturan terutama terkait kualitas sungai, air limbah dan pengetahuan masyarakat. Peraturan
lain yang memungkinkan untuk diterapkan di lokasi permukiman yang bersempadan dengan
sungai berdasarkan hasil penelitian Fatnasari, H. (2010) yaitu Peraturan Menteri PU No.
63/PRT/1993, tentang Garis Sempadan Sungai.
Analisa aspek kelembagaan menggunakan analisis Good Environmental Governance
dan penilaian, diperoleh hasil bahwa:
Tabel 3. Evaluasi Good Environmental Governance
Indikator Kriteria Penilaian
a. Akses publik Informasi perihal pengelolaan atau pengolahan
air limbah termasuk pelayanannya dapat di akses
oleh publik dengan baik.
Lembaga pengelola dan pembuat kebijakan
perihal askes publik di Kota Bandung telah
memenuhi kriteria indikator ini.
b. Kebijakan Kebijakan pengolahan air limbah domestik telah
tersusun dan tercantum dalam RPJMD dan
peraturan daerah.
Lembaga penyusun kebijakan dan perencana
terkait air limbah di Kota Bandung telah
memenuhi kriteria indikator.
c. Pengawasan Pengawasan dilakukan terhadap sarana prasarana
pengolahan air limbah, pelayanan terhadap
masyarakat, juga masyarakat melakukan kontrol
terhadap fasilitas akses sanitasi yang ada.
Pengawasan dua arah dari lembaga pengelola,
lembaga perencana dan pelaksana, juga dari
masyarakat Kota Bandung telah memenuhi
salah satu kriteria elemen pokok.
d. Keberlanjutan Program-program jangka menengah dan jangka
panjang terkait lingkungan telah terintegrasi
dalam dokumen resmi lembaga atau pemerintah,diantaranya RPJMD, RPIJM Daerah, RTRW
Kota Bandung.
Kebijakan keberlanjutan dalam kelembagaan
tercermin dari produk perencanaan sehingga
hal ini telah memenuhi kriteria elemen pokokGEG.
e. Keterlibatan Semua pihak (stakeholders) terlibat dalam
pengelolaan air limbah. Komponen yang terlibat
yaitu: Instansi/SKPD, Pengelola dan Masyarakat.
Keterlibatan komponen stakeholders dalam
kelembagaan pengelolaan air limbah di Kota
Bandung telah memenuhi kriteria.
f. Visi dan Misi Visi dan misi pengelolaan air limbah harus
tercantum dengan jelas dalam dokumen RPJMD
ataupun dokumen SSK.
Visi dan Misi kelembagaan telah jelas
tercantum dalam dokumen resmi Pemerintah
Kota Bandung, sehingga hal ini telah
memenuhi kriteria.
f. Tujuan Tujuan telah disusun dengan jelas dalam RPJMD
dan dokumen SSK
Tujuan dalam kelembagaan pengelolan air
limbah Kota Bandung telah memenuhi
kriteria.
g. Peraturan Beberapa peraturan air limbah telah tersusun,
namun masih memiliki kekurangan. Penegakkanperaturan masih kurang.
Peraturan kelembagaan sudah memenuhi
kriteria, namun dalam hal penegakkanperaturan itu sendiri yang masih belum
memenuhi kriteria.
-
7/24/2019 2. Zainal Arifin
5/8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2Februari 2013
ISBN : 978-602-97491-6-8
D-2-5
Tabel 4. Penilaian Aspek Kelembagaan
Indikator Bobot Skor Penilaian
Akses publik 25 5 125
Kebijakan, peraturan dan pengawasan 25 4 100Keberlanjutan dan keterlibatan 25 5 125
Visi, Misi dan Tujuan 25 5 125
Total Nilai 475
Kategori Penilaian sangat baik
Analisa aspek pendanaan dengan metode penilaian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Penilaian Aspek Pendanaan
Indikator Bobot Skor Penilaian
Realisasi APBD Kota Bandung selama 5 tahun anggaran yang telah dilalui 25 4 100
Realisasi dari belanja langsung masing-masing SKPT terkait air limbah 25 4 100
Besaran alokasi APBD untuk pembangunan sanitasi per jumlah penduduk
dan jumlah penduduk terlayani
25 3 75
Penerimaan dan pengeluaran biaya pengelolaan air limbah 25 3 75
Total Nilai 350
Kategori Penilaian baik
Analisa aspek peran serta masyarakat dengan metode penilaian dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 6. Penilaian Aspek Peran Serta Masyarakat
Indikator Bobot Skor Penilaian
Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan air limbah 25 4 100
Keberadaan komunitas/LSM lingkungan 25 4 100
Pengolahan air limbah yang dilakukan oleh masyarakat 25 2 50Kegiatan kebersihan lingkungan 25 3 75
Total Nilai 325
Kategori Penilaian baik
Analisa aspek teknis dengan metode analisis teknis dan penilaian, diketahui bahwa
kondisi pengelolaan air limbah di Kota Bandung saat ini sudah terlayani oleh sistem terpusat,
maka strategi yang dikembangkan untuk pengelolaan air limbah akan mengikuti Grand
Strategi Kuadran III dan IV, yaitu pengembangan sistem off-site skala kota dan regional;
Untuk mendapatkan lokasi IPAL baru sangat sulit, oleh karena itu IPAL Bojongsoang harus
dioptimalkan dan ditingkatkan kapasitas pengolahannya; Perlu dilakukan kajian mengenai
kapasitas IPAL Bojongsoang untuk perluasan jaringan pelayanan; Perlu adanya peningkatanmanajemen pengelola penyedotan lumpur tinja dalam pelayanan sistem on-site; Daerah yang
berada di pinggir sungai, diusulkan untuk menggunakan septik tank komunal.
Tabel 8. Penilaian Aspek Teknis
Indikator Penilaian Bobot Skor Penilaian
Kondisi fisik sarana dan prasarana pembuangan air limbah 25 3 75
Kondisi fisik perpipaan (bak kontrol, pipa tersier, sekunder dan primer) 25 4 100
Jumlah sambungan rumah sebagai akses pelayanan IPAL masyarakat 25 3 75
Efisiensi penyisihan konsentrasi BOD di IPAL 25 4 100
Total Nilai 350
Kategori Penilaian baik
-
7/24/2019 2. Zainal Arifin
6/8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2Februari 2013
ISBN : 978-602-97491-6-8
D-2-6
Strategi Pengelolaan
Perumusan strategi dengan analisis faktor internal dan eksternal (SWOT), diperoleh
alternatif strategi dan implementasi strateginya seperti yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 9. Implementasi Strategi
No Sasaran Capaian Strategi Indikator Kinerja Rencana Program
1 a. Penegakkan peraturan pengendalian
pencemaran air limbah.
b. Tersusun peraturan air limbah home
industry dan perumahan baru.
Masyarakat tidak lagi
membuang air limbahnya
langsung ke sungai
Penyusunan peraturan air
limbah home industry dan
perumahan baru.
2 Tersusun standar teknis manajemen air
limbah.
Pengelola air limbah dapat
bekerja secara optimal sesuai
standar teknis.
Penyusunan standar teknis
manajemen air limbah.
3 Peningkatan investasi swasta melalui
kegiatan CSR.
Investasi pelaku bisnis
terhadap pengelolaan air
limbah.
Kampanye program sanitasi
bagi sektor swasta.
4 Peningkatan kesadaran masyarakatterhadap sanitasi serta kesesuaian
pengelolaan air limbah.
Kesediaan masyarakatberkontribusi dalam
pengelolaan air limbah.
Sosialisasi rutin programsanitasi.
5 a. Perluasan jaringan sebagai upaya
pencapaian target cakupan 50%kawasan kota terlayani sistem
penanganan air limbah yang terpadu
dengan IPAL pada tahun 2013.
b. Peningkatan kapasitas pengolahan
IPAL.
a. Akses terhadap sanitasi
sistem terpusat bagi 10% totalpenduduk.
b. Akses terhadap sanitasi
sistem setempat bagi 80%
penduduk perkotaan pada
tahun 2014.
c. Idle capacity IPAL dapat
dimanfaatkan secara optimal.
a. Konstruksi septik tank
komunal.b. Penambahan SR.
c. Penyusunan DED
Reengineering System
IPAL Bojongsoang.
d. KonstruksiRe-Design
IPAL Bojongsoang.
Program untuk menunjang peningkatan target cakupan pelayanan pengelolaan airlimbah dalam penelitian ini (lihat Tabel 9) dan juga sebagai perbaikan dari program yang
terencana dalam RPIJM bidang PU Cipta Karya Kota Bandung Tahun 2010 - 2014, maka
program tahap jangka pendek tahun 2013 adalah: Pembuatan Septik Tank Komunal di
Kecamatan Ujung Berung dan Bandung Wetan yaitu di permukiman sekitar Sungai
Cikapundung. Program ini merupakan program Sanimas untuk mendukung Program
Cikapundung Bersih; Penambahan sambungan rumah di Kelurahan Sekejati (Komplek
Margahayu Raya sebanyak 1.900 SR); Penyusunan peraturan air limbah home industry dan
perumahan baru; Penyusunan standar teknis manajemen air limbah; Kampanye kegiatan CSR
program sanitasi bagi sektor swasta; Sosialisasi rutin pengembangan wawasan pengetahuan
masyarakat terkait lingkungan dan sanitasi.
Untuk tahap jangka menengah, program tahun 2014-2017, adalah: Penyusunan DetailedEngineering Design reengineering system IPAL Bojongsoang menjadi berkapasitas desain
200.000 m3/hari; Konstruksi Re-design IPAL Bojongsoang; Kampanye kegiatan CSR
program sanitasi bagi sektor swasta; Sosialisasi rutin pengembangan wawasan pengetahuan
masyarakat terkait lingkungan dan sanitasi; Penambahan SR rutin atas permintaan pelanggan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa
pengelolaan air limbah domestik di Kota Bandung belum optimal disebabkan oleh beberapa
faktor :
-
7/24/2019 2. Zainal Arifin
7/8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2Februari 2013
ISBN : 978-602-97491-6-8
D-2-7
1) Idle capacity IPAL Bojongsoang sebesar 50% diakibatkan oleh belum seluruh sambungan
rumah dialirkan ke IPAL;
2) Jumlah sambungan rumah masih kurang dari yang direncanakan oleh pengelola. Kapasitas
pelayanan IPAL Bojongsoang adalah untuk 400.000 460.000 jiwa, sedangkan saat ini
baru sekitar 378.430 jiwa yang terlayani. Jadi ada sekitar 18% dari kapasitas maksimalyang belum dimanfaatkan;
3) Keinginan masyarakat memiliki sarana sanitasi yang baik di lingkungan tempat tinggal
relatif rendah dan masih banyak yang membuang air limbah bekas mandi dan cuci
langsung ke sungai;
4) Masih rendah prioritas pembahasan regulasi pengelolaan air limbah di kalangan SKPD,
dan DPRD;
5) Trend anggaran untuk pengelolaan air limbah dan pengelolaan badan air penerima masih
relatif kurang setiap tahunnya, kadang turun kalaupun naik kembali lagi pada kondisi
sebelumnya.
Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa secara umum manajemen pengelolaan
air limbah di Kota Bandung termasuk dalam kategori baikUntuk menangani permasalahan pokok pengelolaan air limbah maka disusun strategi
dan implementasi strategi berupa usulan program, yaitu:
1) Aspek peraturan, program usulannya adalah penyusunan peraturan air limbah home
industry dan perumahan baru.
2) Aspek kelembagaan, program usulannya adalah penyusunan standar teknis manajemen air
limbah.
3) Aspek pendanaan, program usulannya adalah kampanye kegiatan CSR program sanitasi
bagi sektor swasta.
4) Aspek peran serta masyarakat, program usulannya adalah sosialisasi rutin pengembangan
wawasan pengetahuan masyarakat terkait lingkungan dan sanitasi.
5) Aspek teknis, program usulannya adalah pembangunan septik tank komunal, penambahan
sambungan rumah, penyusunan DED reengineering system IPAL Bojongsoang, dan
konstruksi re-design IPAL.
Rekomendasi
Dari kesimpulan di atas, beberapa rekomendasi yang diusulkan adalah:
1) Bagi Pengelola dan Pemerintah Kota Bandung:
a. Lebih fokus terhadap optimalisasi sarana prasarana yang sudah ada dan
pengembangan pelayanan jaringan air limbah domestik;
b. Menyelenggarakan sosialisasi kepada masyarakat perlunya perilaku hidup bersih dan
sehat untuk meningkatkan kesadaran (awareness), minat (interest), tumbuhnyakebutuhan (demand), dan adanya partisipasi dan tindakan (action).
2) Bagi Masyarakat:
a. Mencegah pencemaran dari sumber-sumber limbah. Jika pengurangan air limbah dari
sumbernya sudah dilakukan secara optimal, maka air limbah yang terpaksa tetap
dihasilkan selanjutnya harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan.
b. Meningkatkan aktivitas gotong-royong agar mampu secara mandiri mengatasi
masalah-masalah dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan berbagai pranata yang
sudah berjalan.
3) Bagi Peneliti Lain:
a. Diperlukan kajian perihal Reengineering Design IPAL Bojongsoang dengan
penambahan jaringannya untuk melihat optimalisasi kapasitas pengolahan airlimbahnya.
-
7/24/2019 2. Zainal Arifin
8/8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2Februari 2013
ISBN : 978-602-97491-6-8
D-2-8
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas, (2010). Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi, TTPS (Tim Teknis
Pembangunan Sanitasi), Jakarta.
BPLH, (2010). Status Mutu Air Sungai, 16 Sungai di Wilayah Kota Bandung, BadanPengelola Lingkungan Hidup, Kota Bandung.
BPS, (2010). Kota Bandung Dalam Angka 2010, BPS, Kota Bandung.
Budiati, L. (2012). Good Governance dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, Ghalia
Indonesia, Bogor.
Darmasetiawan, M. (2004). Perencanaan Sarana Sanitasi Perkotaan, Ekamitra Engineering,
Jakarta.
David, F. R. (2004).Manajemen Strategis: Konsep-konsep, Edisi Kesembilan, PT Indeks
Kelompok Gramedia, Jakarta.
Dinas Kimrum, (2010). Outline Plan Air Limbah Metropolitan Bandung, Dinas Permukiman
dan Perumahan Provinsi, Jawa Barat.
Fatnasari, H. dan Hermana, J. (2010). Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI
6 Pebruari 2010 Strategi Pengelolaan Air Limbah Permukiman di Bantaran Kali
Surabaya, Program Studi MMT-ITS, Surabaya.
Kelompok Kerja Sanitasi, (2010). Dokumen Strategi Sanitasi Kota Bandung, Bappeda, Kota
Bandung.
Kodoatie R. J. dan Sjarief, R. (2008). Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, Andi Offset,
Yogyakarta.
Kujawa, K. (2005). Anaerobic Treatment of Concentrated Wastewater in DESAR Concept,
Utrecht, STOWA.
Nurarif, M. (2008). Tesis Pengelolaan Air Limbah Domestik (Studi Kasus di Kota Praya
Kabupaten Lombok Tengah), Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro, Semarang.
PDAM Tirtawening, (2012). Corporate Plan PDAM Kota Bandung Tahun 2007-2011, Kota
Bandung.
Pemkot Bandung, (2010). Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) KotaBandung 2010-2014, Bappeda, Kota Bandung.
Program Coordination and Management Unit, (2010). Citarum Fact Sheet as of 22 March
2010, Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, Bandung.
Sugiharto, (2005).Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah, UI Press, Jakarta.
Terry, G. R. (2006). Prinsip-Prinsip Manajemen, Alih bahasa J. Smith, Bumi Aksara, Jakarta.
Vivananda, A. (2011). Seminar "Optimalisasi peran serta masyarakat sekitar Sungai
Cikapundung dalam meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan yang menjadi bagian
dari Gerakan Cikapundung Bersih", Wakil Walikota Bandung,
http://www.bandung.go.id, diakses 10 Desember 2011.