2. zainal arifin

Upload: rininta-triananda-noor

Post on 22-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 2. Zainal Arifin

    1/8

    Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2Februari 2013

    ISBN : 978-602-97491-6-8

    D-2-1

    EVALUASI DAN STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH

    DOMESTIK KOTA BANDUNG - JAWA BARAT

    Zainal Arifin1) *), Purwanto2)dan Heru Susanto3)1)Program Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro

    Gedung TTB B Pascasarjana, Jl. Imam Bardjo No. 5, Semarang, 50241, Indonesia

    [email protected]) Program Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro Semarang

    3)Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang*) [email protected]

    ABSTRAK

    Dampak dari pertumbuhan penduduk dan perkembangan kegiatan permukiman di

    Kota Bandung salah satunya adalah meningkatnya timbulan air limbah disertai oleh

    pencemaran air sungai. Disisi lain, sungai merupakan salah satu sumber persediaan airmasyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan

    pokok yang menyebabkan pengelolaan air limbah domestik di Kota Bandung belum berjalan

    optimal, dan menyusun alternatif strategi pengelolaan yang berkelanjutan dan terintegrasi

    dengan keseluruhan perencanaan kota dengan mengacu pada kesepakatan Millenium

    Development Goals (MDGs) maupun kebijakan nasional lainnya. Berdasarkan hasil analisis,

    dipilih sistem dan teknologi yang sesuai dengan pengembangan sistem off-site skala kota dan

    regional. Sasaran implementasi strateginya adalah perluasan jaringan dengan target cakupan

    50% kawasan kota terlayani sistem perpipaan pada tahun 2013, peningkatan kapasitas

    instalasi pengolahan air limbah, penyusunan standar teknis manajemen air limbah,

    peningkatan investasi swasta melalui kegiatan Coorporate Social Responsibility, dan

    peningkatan kesadaran masyarakat terhadap sanitasi serta kesesuaian pengelolaan air limbah.

    Kata kunci: evaluasi, strategi pengelolaan, manajemen sanitasi, air limbah domestik

    PENDAHULUAN

    Kondisi Kota Bandung yang terus berkembang dan diikuti oleh pertumbuhanpenduduk yang tinggi menuntut adanya peningkatan pelayanan air limbah bagi masyarakat.

    Kebutuhan akan pengelolaan air limbah domestik sebagai upaya untuk mencegah penurunan

    kualitas lingkungan hidup, kesehatan masyarakat dan estetika lingkungan. Pengelolaan air

    limbah domestik yang saat ini sudah dilakukan tidak cukup optimal untuk mengatasipermasalahan dan dampak buruk dari pencemaran air limbah.

    Pencemaran air limbah domestik terhadap salah satu sungai yang ada di Kota Bandung

    yakni Sungai Citarum sudah sangat mengkhawatirkan. Menurut data PCMU (Program

    Coordination and Management Unit) Citarum (2010), polutan terbesar sungai Citarum adalah

    limbah domestik rumah tangga. Porsi buangan bahan organik itu bisa mencapai 60 persen.

    Parameter polutan yang meningkat paling tajam di sungai Citarum itu diantaranya bakteri E.

    Coli yang berasal dari tinja manusia. Dari data kualitas air yang diukur, kondisi Sungai

    Citarum sudah masuk ke tingkat pencemaran berat. Hal senada diungkapkan oleh Kelompok

    Kerja Sanitasi (2010), sungai-sungai di Kota Bandung sangat tercemar oleh bakteri E. Coli

    dimana bakteri ini merupakan parameter tercemarnya sungai oleh air limbah, artinya

    pelayanan dan pengelolaan air limbah rumah tangga masih sangat rendah.

  • 7/24/2019 2. Zainal Arifin

    2/8

    Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2Februari 2013

    ISBN : 978-602-97491-6-8

    D-2-2

    Untuk itu diperlukan suatu kajian terhadap pengelolaan air limbah domestik di Kota

    Bandung sehingga dapat diketahui permasalahan pokok pada aspek teknis dan non teknis

    yang menyebabkan pengelolaan belum berjalan optimal serta menyusun strategi pengelolaan

    yang berkelanjutan dan terintegrasi dengan keseluruhan perencanaan kota dengan mengacu

    pada kesepakatanMillenium Development Goals (MDGs) maupun kebijakan nasional lainnya.

    METODE

    Tipe penelitian adalah deskriptif kualitatif, analisa data menggunakan analisis teknis,

    analisis publik policy process, analisis good environmental governance dan analisis faktor

    internal dan eksternal (SWOT). Analisa data kuantitatif digunakan untuk menilai hasil

    penelitian kualitatif dengan memberikan pembobotan nilai per aspek.

    Lokasi studi yang dipilih adalah Kelurahan Cigending Kecamatan Ujung Berung,

    Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan dan Kelurahan Sekejati Kecamatan Buah

    Batu. Ketiga lokasi dipilih berdasarkan pada pertimbangan dan jastifikasi tertentu dengan

    kriteria prioritas timbulan air limbah yang tinggi, kependudukan, dan pertimbangan praktispenelitian.

    Teknik pengumpulan data dengan metode wawancara terhadap masyarakat, lembaga

    swadaya masyarakat, dinas terkait dan lembaga pengelola. Metode kuesioner menggunakan

    kuesioner terstruktur. Metode observasi secara terbuka. Metode kajian dokumen terhadap

    literatur dan dokumen resmi yang dikeluarkan dinas/badan yang berwenang perihal data

    statistik, laporan, program maupun kebijakan yang sudah ada.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Identifikasi

    Permasalahan umum yang dapat diidentifikasi yaitu:

    a. Masih ada anggota masyarakat yang buang air besar di got/parit (4,0%). Jenis jamban

    yang digunakan tanpa leher angsa dibuang langsung ke got/parit/sungai (2,7%).

    b. Jarak septik tank dengan sumber air 10 meter (40,0%) karena keterbatasan lahan

    (74,7%). 12,0% responden tidak memiliki saluran pembuangan air limbah.

    c. Keinginan masyarakat untuk memiliki sarana sanitasi yang lebih baik relatif rendah. 9,3%

    responden ingin bergabung dengan sistem perpipaan air limbah.

    d. Lebih dari setengah responden membuang air limbah bekas mandi dan cuci langsung ke

    sungai (64,0%).

    e. 28,0% responden mengeluh terhadap fasilitas air dan sanitasi yang dimiliki. Beberapa

    saluran air limbah tersumbat (14,7%).Permasalahan aspek peraturan yang dapat diidentifikasi adalah: rendahnya prioritas

    pembahasan regulasi pengelolaan air limbah dikalangan SKPD dan DPRD, pengawasan dan

    penegakkan hukum masih kurang, kebijakan pengelolaan masih mengacu kepada peraturan

    lama.

    Permasalahan aspek kelembagaan yang dapat diidentifikasi adalah: potensi LSM

    lingkungan belum dimanfaatkan secara optimal, keterbatasan lembaga pengelola untuk

    melaksanakan pengawasan, keterampilan dan pengetahuan petugas pelaksana monitoring

    evaluasi perlu dikaji ulang untuk memastikan kelayakan sumber daya manusia terhadap tugas

    pokok dan fungsinya.

    Permasalahan aspek pendanaan yang dapat diidentifikasi adalah: trend anggaran untuk

    pengelolaan air limbah dan badan air penerima masih relatif kurang setiap tahunnya, anggaran

    dari CSR untuk pengendalian pencemaran sungai masih belum ada.

  • 7/24/2019 2. Zainal Arifin

    3/8

    Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2Februari 2013

    ISBN : 978-602-97491-6-8

    D-2-3

    Permasalahan aspek partisipasi masyarakat yang dapat diidentifikasi adalah: lemahnya

    kesadaran pelaku usaha home industry untuk mengoperasionalkan IPAL, sosialisasi masih

    kurang efektif karena belum menumbuhkan perubahan perilaku.

    Permasalahan aspek teknis yang dapat diidentifikasi pada IPAL adalah: sistem

    penyaluran air limbah yang tercampur dengan air hujan di beberapa tempat mengakibatkandebit air limbah yang masuk ke IPAL Bojongsoang berfluktuasi, terjadi deadzone pada

    kolam-kolam sehingga proses di dalam kolam tidak sesuai dengan proses yang direncanakan,

    terjadi pendangkalan kolam akibat proses pelumpuran yang cepat. Permasalahan adanya idle

    capacity pada IPAL adalah: jumlah sambungan rumah masih kurang dari yang direncanakan;

    terdapat pengambilan air limbah sebelum masuk ke IPAL terutama pada saluran open channel,

    oleh masyarakat dan petani untuk digunakan sebagai air irigasi; belum seluruh jaringan

    perpipaan air limbah tersambung ke IPAL Bojongsoang. Permasalahan dalam pelayanan air

    limbah adalah: disinyalir sebagian besar standar tenis septik tank yang dibangun dan

    dimanfaatkan oleh masyarakat belum memenuhi persyaratan; di daerah yang padat penduduk

    banyak ditemukan jarak antara septik tank dan sumber air/sumur berdekatan; penduduk yang

    tinggal di sekitar sungai pada umumnya membuang air limbah domestik ke sungai; adanyapraktik buang air besar sembarangan di tempat yang tidak memadai.

    Evaluasi

    Analisis secara umum perihal kondisi sanitasi dan pengelolaan air limbah masyarakat,

    dapat dilihat pada tabel berikut ini:

    Tabel 1. Penilaian Umum Kondisi Sanitasi dan Air Limbah Masyarakat

    Kategori Indikator Bobot Skor Penilaian

    I. Jamban dan

    Pembuangan Air

    Limbah

    Perilaku sanitasi 25 5 125

    Jenis jamban 25 3 75

    Jarak jamban dan sumur 25 2 50Keinginan memiliki sarana sanitasi lebih baik 25 1 25

    Total Nilai Sub I 275

    Kategori Penilaian cukup

    II. Limbah Rumah

    Tangga (Mandi,

    Cuci, Dapur)

    Kebiasaan membuang air limbah 25 4 100

    Jenis saluran pembuangan 25 3 75

    Kondisi saluran pembuangan 25 4 100

    Rencana perbaikan sistem dan teknologi 25 1 25

    Total Nilai Sub II 300

    Kategori Penilaian cukup

    Jumlah Total = (Sub I x 50%) + (Sub II x 50%) 287,5

    Penilaian kondisi sanitasi umum adalah kategori cukup dengan skor 287,5

    Analisa aspek peraturan dengan metode analisis proses kebijakan publik dan penilaian

    diperoleh bahwa:

    a. Unsur kualitas sungai, penerapan PP No. 82 Tahun 2001 dan SK. Gubernur Jawa Barat

    No. 39 Tahun 2000, dinilai kurang efektif karena tidak bisa mencegah pencemaran sungai

    yang terjadi, sehingga kualitas air sungai saat ini tidak dapat digunakan lagi sebagai bahan

    baku air minum.

    b. Unsur air limbah, penerapan Perda No. 11 Tahun 2005 dinilai masih kurang efektif karena

    masih banyak masyarakat yang membuang limbahnya ke lingkungan. Walaupun sanksi

    sangat jelas tercantum dalam peraturan tersebut namun masyarakat belum mengetahuinya,

    sementara upaya penegakkan peraturan pun masih lemah.

  • 7/24/2019 2. Zainal Arifin

    4/8

    Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2Februari 2013

    ISBN : 978-602-97491-6-8

    D-2-4

    c. Unsur pelayanan, penerapan Peraturan Walikota Bandung Nomor 937 Tahun 2009 dinilai

    sudah cukup efektif karena sosialisasinya dilakukan pada saat penandatanganan kontrak

    berlangganan masyarakat terhadap PDAM.

    d. Unsur IPAL, penerapan Kepmen LH No. 112 Tahun 2003 dinilai sudah cukup efektif

    karena air limbah domestik yang dibuang dari IPAL ke badan air sudah memenuhi standarbaku mutu air limbah domestik.

    e. Unsur pengetahuan, UU 32 Tahun 2009 dinilai masih kurang efektif karena belum

    menjangkau seluruh masyarakat, sebagian dari masyarakat masih belum paham mengenai

    maksud dan tujuan dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

    Tabel 2. Penilaian Aspek Peraturan

    Indikator Bobot Skor Penilaian

    Unsur kualitas sungai 25 1 25

    Unsur air limbah 25 1 25

    Unsur IPAL 25 5 125

    Unsur pelayanan dan pengetahuan 25 2 50

    Total Nilai 225

    Kategori Penilaian cukup

    Berdasarkan tabel penilaian di atas, diperlukan adanya peningkatan terhadap penegakkan

    peraturan terutama terkait kualitas sungai, air limbah dan pengetahuan masyarakat. Peraturan

    lain yang memungkinkan untuk diterapkan di lokasi permukiman yang bersempadan dengan

    sungai berdasarkan hasil penelitian Fatnasari, H. (2010) yaitu Peraturan Menteri PU No.

    63/PRT/1993, tentang Garis Sempadan Sungai.

    Analisa aspek kelembagaan menggunakan analisis Good Environmental Governance

    dan penilaian, diperoleh hasil bahwa:

    Tabel 3. Evaluasi Good Environmental Governance

    Indikator Kriteria Penilaian

    a. Akses publik Informasi perihal pengelolaan atau pengolahan

    air limbah termasuk pelayanannya dapat di akses

    oleh publik dengan baik.

    Lembaga pengelola dan pembuat kebijakan

    perihal askes publik di Kota Bandung telah

    memenuhi kriteria indikator ini.

    b. Kebijakan Kebijakan pengolahan air limbah domestik telah

    tersusun dan tercantum dalam RPJMD dan

    peraturan daerah.

    Lembaga penyusun kebijakan dan perencana

    terkait air limbah di Kota Bandung telah

    memenuhi kriteria indikator.

    c. Pengawasan Pengawasan dilakukan terhadap sarana prasarana

    pengolahan air limbah, pelayanan terhadap

    masyarakat, juga masyarakat melakukan kontrol

    terhadap fasilitas akses sanitasi yang ada.

    Pengawasan dua arah dari lembaga pengelola,

    lembaga perencana dan pelaksana, juga dari

    masyarakat Kota Bandung telah memenuhi

    salah satu kriteria elemen pokok.

    d. Keberlanjutan Program-program jangka menengah dan jangka

    panjang terkait lingkungan telah terintegrasi

    dalam dokumen resmi lembaga atau pemerintah,diantaranya RPJMD, RPIJM Daerah, RTRW

    Kota Bandung.

    Kebijakan keberlanjutan dalam kelembagaan

    tercermin dari produk perencanaan sehingga

    hal ini telah memenuhi kriteria elemen pokokGEG.

    e. Keterlibatan Semua pihak (stakeholders) terlibat dalam

    pengelolaan air limbah. Komponen yang terlibat

    yaitu: Instansi/SKPD, Pengelola dan Masyarakat.

    Keterlibatan komponen stakeholders dalam

    kelembagaan pengelolaan air limbah di Kota

    Bandung telah memenuhi kriteria.

    f. Visi dan Misi Visi dan misi pengelolaan air limbah harus

    tercantum dengan jelas dalam dokumen RPJMD

    ataupun dokumen SSK.

    Visi dan Misi kelembagaan telah jelas

    tercantum dalam dokumen resmi Pemerintah

    Kota Bandung, sehingga hal ini telah

    memenuhi kriteria.

    f. Tujuan Tujuan telah disusun dengan jelas dalam RPJMD

    dan dokumen SSK

    Tujuan dalam kelembagaan pengelolan air

    limbah Kota Bandung telah memenuhi

    kriteria.

    g. Peraturan Beberapa peraturan air limbah telah tersusun,

    namun masih memiliki kekurangan. Penegakkanperaturan masih kurang.

    Peraturan kelembagaan sudah memenuhi

    kriteria, namun dalam hal penegakkanperaturan itu sendiri yang masih belum

    memenuhi kriteria.

  • 7/24/2019 2. Zainal Arifin

    5/8

    Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2Februari 2013

    ISBN : 978-602-97491-6-8

    D-2-5

    Tabel 4. Penilaian Aspek Kelembagaan

    Indikator Bobot Skor Penilaian

    Akses publik 25 5 125

    Kebijakan, peraturan dan pengawasan 25 4 100Keberlanjutan dan keterlibatan 25 5 125

    Visi, Misi dan Tujuan 25 5 125

    Total Nilai 475

    Kategori Penilaian sangat baik

    Analisa aspek pendanaan dengan metode penilaian dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 5. Penilaian Aspek Pendanaan

    Indikator Bobot Skor Penilaian

    Realisasi APBD Kota Bandung selama 5 tahun anggaran yang telah dilalui 25 4 100

    Realisasi dari belanja langsung masing-masing SKPT terkait air limbah 25 4 100

    Besaran alokasi APBD untuk pembangunan sanitasi per jumlah penduduk

    dan jumlah penduduk terlayani

    25 3 75

    Penerimaan dan pengeluaran biaya pengelolaan air limbah 25 3 75

    Total Nilai 350

    Kategori Penilaian baik

    Analisa aspek peran serta masyarakat dengan metode penilaian dapat dilihat pada tabel

    berikut:

    Tabel 6. Penilaian Aspek Peran Serta Masyarakat

    Indikator Bobot Skor Penilaian

    Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan air limbah 25 4 100

    Keberadaan komunitas/LSM lingkungan 25 4 100

    Pengolahan air limbah yang dilakukan oleh masyarakat 25 2 50Kegiatan kebersihan lingkungan 25 3 75

    Total Nilai 325

    Kategori Penilaian baik

    Analisa aspek teknis dengan metode analisis teknis dan penilaian, diketahui bahwa

    kondisi pengelolaan air limbah di Kota Bandung saat ini sudah terlayani oleh sistem terpusat,

    maka strategi yang dikembangkan untuk pengelolaan air limbah akan mengikuti Grand

    Strategi Kuadran III dan IV, yaitu pengembangan sistem off-site skala kota dan regional;

    Untuk mendapatkan lokasi IPAL baru sangat sulit, oleh karena itu IPAL Bojongsoang harus

    dioptimalkan dan ditingkatkan kapasitas pengolahannya; Perlu dilakukan kajian mengenai

    kapasitas IPAL Bojongsoang untuk perluasan jaringan pelayanan; Perlu adanya peningkatanmanajemen pengelola penyedotan lumpur tinja dalam pelayanan sistem on-site; Daerah yang

    berada di pinggir sungai, diusulkan untuk menggunakan septik tank komunal.

    Tabel 8. Penilaian Aspek Teknis

    Indikator Penilaian Bobot Skor Penilaian

    Kondisi fisik sarana dan prasarana pembuangan air limbah 25 3 75

    Kondisi fisik perpipaan (bak kontrol, pipa tersier, sekunder dan primer) 25 4 100

    Jumlah sambungan rumah sebagai akses pelayanan IPAL masyarakat 25 3 75

    Efisiensi penyisihan konsentrasi BOD di IPAL 25 4 100

    Total Nilai 350

    Kategori Penilaian baik

  • 7/24/2019 2. Zainal Arifin

    6/8

    Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2Februari 2013

    ISBN : 978-602-97491-6-8

    D-2-6

    Strategi Pengelolaan

    Perumusan strategi dengan analisis faktor internal dan eksternal (SWOT), diperoleh

    alternatif strategi dan implementasi strateginya seperti yang terlihat pada tabel berikut:

    Tabel 9. Implementasi Strategi

    No Sasaran Capaian Strategi Indikator Kinerja Rencana Program

    1 a. Penegakkan peraturan pengendalian

    pencemaran air limbah.

    b. Tersusun peraturan air limbah home

    industry dan perumahan baru.

    Masyarakat tidak lagi

    membuang air limbahnya

    langsung ke sungai

    Penyusunan peraturan air

    limbah home industry dan

    perumahan baru.

    2 Tersusun standar teknis manajemen air

    limbah.

    Pengelola air limbah dapat

    bekerja secara optimal sesuai

    standar teknis.

    Penyusunan standar teknis

    manajemen air limbah.

    3 Peningkatan investasi swasta melalui

    kegiatan CSR.

    Investasi pelaku bisnis

    terhadap pengelolaan air

    limbah.

    Kampanye program sanitasi

    bagi sektor swasta.

    4 Peningkatan kesadaran masyarakatterhadap sanitasi serta kesesuaian

    pengelolaan air limbah.

    Kesediaan masyarakatberkontribusi dalam

    pengelolaan air limbah.

    Sosialisasi rutin programsanitasi.

    5 a. Perluasan jaringan sebagai upaya

    pencapaian target cakupan 50%kawasan kota terlayani sistem

    penanganan air limbah yang terpadu

    dengan IPAL pada tahun 2013.

    b. Peningkatan kapasitas pengolahan

    IPAL.

    a. Akses terhadap sanitasi

    sistem terpusat bagi 10% totalpenduduk.

    b. Akses terhadap sanitasi

    sistem setempat bagi 80%

    penduduk perkotaan pada

    tahun 2014.

    c. Idle capacity IPAL dapat

    dimanfaatkan secara optimal.

    a. Konstruksi septik tank

    komunal.b. Penambahan SR.

    c. Penyusunan DED

    Reengineering System

    IPAL Bojongsoang.

    d. KonstruksiRe-Design

    IPAL Bojongsoang.

    Program untuk menunjang peningkatan target cakupan pelayanan pengelolaan airlimbah dalam penelitian ini (lihat Tabel 9) dan juga sebagai perbaikan dari program yang

    terencana dalam RPIJM bidang PU Cipta Karya Kota Bandung Tahun 2010 - 2014, maka

    program tahap jangka pendek tahun 2013 adalah: Pembuatan Septik Tank Komunal di

    Kecamatan Ujung Berung dan Bandung Wetan yaitu di permukiman sekitar Sungai

    Cikapundung. Program ini merupakan program Sanimas untuk mendukung Program

    Cikapundung Bersih; Penambahan sambungan rumah di Kelurahan Sekejati (Komplek

    Margahayu Raya sebanyak 1.900 SR); Penyusunan peraturan air limbah home industry dan

    perumahan baru; Penyusunan standar teknis manajemen air limbah; Kampanye kegiatan CSR

    program sanitasi bagi sektor swasta; Sosialisasi rutin pengembangan wawasan pengetahuan

    masyarakat terkait lingkungan dan sanitasi.

    Untuk tahap jangka menengah, program tahun 2014-2017, adalah: Penyusunan DetailedEngineering Design reengineering system IPAL Bojongsoang menjadi berkapasitas desain

    200.000 m3/hari; Konstruksi Re-design IPAL Bojongsoang; Kampanye kegiatan CSR

    program sanitasi bagi sektor swasta; Sosialisasi rutin pengembangan wawasan pengetahuan

    masyarakat terkait lingkungan dan sanitasi; Penambahan SR rutin atas permintaan pelanggan.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa

    pengelolaan air limbah domestik di Kota Bandung belum optimal disebabkan oleh beberapa

    faktor :

  • 7/24/2019 2. Zainal Arifin

    7/8

    Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2Februari 2013

    ISBN : 978-602-97491-6-8

    D-2-7

    1) Idle capacity IPAL Bojongsoang sebesar 50% diakibatkan oleh belum seluruh sambungan

    rumah dialirkan ke IPAL;

    2) Jumlah sambungan rumah masih kurang dari yang direncanakan oleh pengelola. Kapasitas

    pelayanan IPAL Bojongsoang adalah untuk 400.000 460.000 jiwa, sedangkan saat ini

    baru sekitar 378.430 jiwa yang terlayani. Jadi ada sekitar 18% dari kapasitas maksimalyang belum dimanfaatkan;

    3) Keinginan masyarakat memiliki sarana sanitasi yang baik di lingkungan tempat tinggal

    relatif rendah dan masih banyak yang membuang air limbah bekas mandi dan cuci

    langsung ke sungai;

    4) Masih rendah prioritas pembahasan regulasi pengelolaan air limbah di kalangan SKPD,

    dan DPRD;

    5) Trend anggaran untuk pengelolaan air limbah dan pengelolaan badan air penerima masih

    relatif kurang setiap tahunnya, kadang turun kalaupun naik kembali lagi pada kondisi

    sebelumnya.

    Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa secara umum manajemen pengelolaan

    air limbah di Kota Bandung termasuk dalam kategori baikUntuk menangani permasalahan pokok pengelolaan air limbah maka disusun strategi

    dan implementasi strategi berupa usulan program, yaitu:

    1) Aspek peraturan, program usulannya adalah penyusunan peraturan air limbah home

    industry dan perumahan baru.

    2) Aspek kelembagaan, program usulannya adalah penyusunan standar teknis manajemen air

    limbah.

    3) Aspek pendanaan, program usulannya adalah kampanye kegiatan CSR program sanitasi

    bagi sektor swasta.

    4) Aspek peran serta masyarakat, program usulannya adalah sosialisasi rutin pengembangan

    wawasan pengetahuan masyarakat terkait lingkungan dan sanitasi.

    5) Aspek teknis, program usulannya adalah pembangunan septik tank komunal, penambahan

    sambungan rumah, penyusunan DED reengineering system IPAL Bojongsoang, dan

    konstruksi re-design IPAL.

    Rekomendasi

    Dari kesimpulan di atas, beberapa rekomendasi yang diusulkan adalah:

    1) Bagi Pengelola dan Pemerintah Kota Bandung:

    a. Lebih fokus terhadap optimalisasi sarana prasarana yang sudah ada dan

    pengembangan pelayanan jaringan air limbah domestik;

    b. Menyelenggarakan sosialisasi kepada masyarakat perlunya perilaku hidup bersih dan

    sehat untuk meningkatkan kesadaran (awareness), minat (interest), tumbuhnyakebutuhan (demand), dan adanya partisipasi dan tindakan (action).

    2) Bagi Masyarakat:

    a. Mencegah pencemaran dari sumber-sumber limbah. Jika pengurangan air limbah dari

    sumbernya sudah dilakukan secara optimal, maka air limbah yang terpaksa tetap

    dihasilkan selanjutnya harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan.

    b. Meningkatkan aktivitas gotong-royong agar mampu secara mandiri mengatasi

    masalah-masalah dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan berbagai pranata yang

    sudah berjalan.

    3) Bagi Peneliti Lain:

    a. Diperlukan kajian perihal Reengineering Design IPAL Bojongsoang dengan

    penambahan jaringannya untuk melihat optimalisasi kapasitas pengolahan airlimbahnya.

  • 7/24/2019 2. Zainal Arifin

    8/8

    Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2Februari 2013

    ISBN : 978-602-97491-6-8

    D-2-8

    DAFTAR PUSTAKA

    Bappenas, (2010). Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi, TTPS (Tim Teknis

    Pembangunan Sanitasi), Jakarta.

    BPLH, (2010). Status Mutu Air Sungai, 16 Sungai di Wilayah Kota Bandung, BadanPengelola Lingkungan Hidup, Kota Bandung.

    BPS, (2010). Kota Bandung Dalam Angka 2010, BPS, Kota Bandung.

    Budiati, L. (2012). Good Governance dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, Ghalia

    Indonesia, Bogor.

    Darmasetiawan, M. (2004). Perencanaan Sarana Sanitasi Perkotaan, Ekamitra Engineering,

    Jakarta.

    David, F. R. (2004).Manajemen Strategis: Konsep-konsep, Edisi Kesembilan, PT Indeks

    Kelompok Gramedia, Jakarta.

    Dinas Kimrum, (2010). Outline Plan Air Limbah Metropolitan Bandung, Dinas Permukiman

    dan Perumahan Provinsi, Jawa Barat.

    Fatnasari, H. dan Hermana, J. (2010). Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI

    6 Pebruari 2010 Strategi Pengelolaan Air Limbah Permukiman di Bantaran Kali

    Surabaya, Program Studi MMT-ITS, Surabaya.

    Kelompok Kerja Sanitasi, (2010). Dokumen Strategi Sanitasi Kota Bandung, Bappeda, Kota

    Bandung.

    Kodoatie R. J. dan Sjarief, R. (2008). Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, Andi Offset,

    Yogyakarta.

    Kujawa, K. (2005). Anaerobic Treatment of Concentrated Wastewater in DESAR Concept,

    Utrecht, STOWA.

    Nurarif, M. (2008). Tesis Pengelolaan Air Limbah Domestik (Studi Kasus di Kota Praya

    Kabupaten Lombok Tengah), Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana

    Universitas Diponegoro, Semarang.

    PDAM Tirtawening, (2012). Corporate Plan PDAM Kota Bandung Tahun 2007-2011, Kota

    Bandung.

    Pemkot Bandung, (2010). Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) KotaBandung 2010-2014, Bappeda, Kota Bandung.

    Program Coordination and Management Unit, (2010). Citarum Fact Sheet as of 22 March

    2010, Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, Bandung.

    Sugiharto, (2005).Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah, UI Press, Jakarta.

    Terry, G. R. (2006). Prinsip-Prinsip Manajemen, Alih bahasa J. Smith, Bumi Aksara, Jakarta.

    Vivananda, A. (2011). Seminar "Optimalisasi peran serta masyarakat sekitar Sungai

    Cikapundung dalam meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan yang menjadi bagian

    dari Gerakan Cikapundung Bersih", Wakil Walikota Bandung,

    http://www.bandung.go.id, diakses 10 Desember 2011.