2-rehabilitasi medik

70
REHABILITASI MEDIK MAKALAH Dr.dr. Yunus, Sp.R.M, MARS, MM 1

Upload: dwi-dharma-kayika

Post on 04-Jan-2016

85 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

makalah rehabilitasi medik

TRANSCRIPT

Page 1: 2-REHABILITASI MEDIK

REHABILITASI MEDIKMAKALAH

Dr.dr. Yunus, Sp.R.M, MARS, MM

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

1

Page 2: 2-REHABILITASI MEDIK

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.LATAR BELAKANG

Seperti yang kita semua ketahui, saat ini perkembangan teknologi di bidang

kedokteran berkembang sangat pesat. Hal ini membuat manusia selalu menginginkan yang

terbaik bagi diri mereka sendiri, terutama sebagai pemenuhan akan peningkatan kualitas

kesehatannya. Dalam meningkatkan kualitas kesehatan pribadi, diperlukan upaya – upaya

kesehatan dini untuk mecegah kecacatan yang mungkin terjadi akibat penyakit – penyakit.

Upaya – upaya yang bisa dilakukan terdiri dari :

1. Upaya peningkatan kualitas kesehatan (promotif)

2. Upaya pencegahan (preventif)

3. Upaya penyembuhan (kuratif)

4. Upaya pemulihan (rehabilitatif)

Semua upaya tersebut termasuk sebagai tindak pencegahan kecacatan dalam berbagai

tingkatan. Terdapat 3 tingkatan pecegahan kecacatan dalam dunia kedokteran.

1. Tingkat pertama adalah untuk mencegah terjadinya impairment (gangguan fungsi)

2. Tingkat kedua adalah mencegah terjadinya disability (ketidakmampuan fungsi)

3. Tingkat ketiga untuk mencegah terjadinya handicap (kecacatan).

Pendekatan utama yang perlu kita prioritaskan adalah pada beberapa aspek antara

lain pencegahan kecacatan, rehabilitasi penderita cacat dan latihan karya yang produktif

bagi penyandang cacat dukungan dari pihak keluarga.

Pelayanan kedokteran rehabilitasi di Indonesia dikenal sejak tahun 1947, karena

tuntutan kebutuhan yang meningkat, maka pada tahun 1973, didirikanlah pelayanan

rehabilitasi yang disebut Preventive Rehabilitation Unit (PRU). Keberadaan PRU

menunjukkan keberhasilan dalam peningkatan pelayanan kesehatan serta mempersingkat

masa perawatan di RS.

Kegiatan utama dalam unit rehabilitasi medis adalah pelayanan menyeluruh untuk

mengembalikan kemampuan fungsi yang optimal atau kemandirian dan atau mencapai

hidup yang berkualitas.

2

Page 3: 2-REHABILITASI MEDIK

I.2.TUJUAN PENULISAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Penyakit Syaraf

Semester VI di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

I.3.BATASAN MASALAH

Pembahasan pada makalah ini kami batasi pada terapi fisiatrik dalam hal terapi

fisik (Physical Theraphy) yang berhubungan dengan pemulihan terhadap penderita.

3

Page 4: 2-REHABILITASI MEDIK

BAB II

DEFINISI

Secara etimologi, kata rehabilitasi berasal dari kata “re” yang berarti

mengembalikan, dan “habil” yang berarti kemampuan penderita semaksimal mungkin.

Oleh karena itu, rehabilitasi bisa diartikan sebagai mengembalikan kemampuan penderita

menuju normal semaksimal mungkin dari sisi fisik, psikologis, occupational dan hubungan

sosial dengan masyarakat.

Definisi Rehabilitasi Medis menurut Konverensi Nasional ke I Penyakit

Kardiovaskuler di U.S.A tahun 1950, Rehabilitasi Medis didefinisikan sebagai pemulihan

seseorang yang cacat akibat cedera atau penyakit kepada kemampuan fisik, mental, emosi,

sosial, vokasional, ekonomi yang sebesar-besarnya dan bila mampu berkarya diberi

kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai.

Definisi terakhir menurut W.H.O ialah semua tindakan yang ditujukan guna

mengurangi dampak keadaan cacat dan hambatan serta meningkatkan kemampuan

penyandang cacat mencapai integrasi sosial. Suatu program rehabilitasi komprehensif baru

dikatakan berhasil baik bila program tersebut mengandung 4 unsur yaitu :

1. Pemulihan kondisi fisik.

2. Pemulihan kondisi psikologik.

3. Latihan prevokasional dan pengalaman kerja singkat guna membantu penderita

mengembalikan kepercayaan diri.

4. Resosialisasi.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan meningkatnya tuntutan masyarakat secara umum

mempengaruhi tatanan dan perilaku masyarakat luas, termasuk tuntutan masyarakat

terhadap pelayanan kesehatan. Tuntutan masyarakat akan lebih memacu ilmu kedokteran

untuk berkembang lebih pesat.

Peran rehabilitasi medis dalam sistem pelayanan kesehatan menjadi penting untuk

memenuhi tuntutan masyarakat terhadap jasa pelayanan kesehatan yang komprehensif.

Tujuannya tidak hanya agar pasien menjadi sembuh dan hidup, tetapi juga perbaikan

kualitas hidup. Indikator keberhasilan pelayanan kesehatan sesuai dengan tuntutan

masyarakat adalah tercapainya kemampuan fungsional dan kualitas hidup.

4

Page 5: 2-REHABILITASI MEDIK

TIM REHABILITASI

Meskipun kebanyakan penderita cacat mempunyai hanya satu keadaan cacat,

mereka pada umumnya mempunyai banyak problem yang memerlukan penanganan

terpadu dari dua atau lebih pekerja-pekerja profesional. Jadi, untuk mendapatkan hasil

yang efektif dan efisien, usaha-usaha kelompok personil yang terlatih tersebut dikoordinir

dalam suatu paduan yang dikenal dengan tim rehabilitasi. Tim terdiri dari:

1. Dokter

2. Fisioterapis

3. Terapis okupasional

4. Petugas sosial medis

5. Ortotis – Prostetis

6. Terapi wicara

7. Psikolog

8. Perawat Rehabilitasi

Cakupan layanan rehabilitasi medis ini sangat luas meliputi berbagai kondisi atau keadaan

sakit yang tidak hanya berdampak pada ketidakmampuan atau kecacatan fisik akibat

berbagai sakit atau cedera, tetapi juga gangguan terhadap fungsi kognisi (kesadaran) yang

mengakibatkan ketidakmandirian.

Beberapa kondisi sakit yang menjadi cakupan layanan rehabilitasi medis antara lain

gangguan akibat pekerjaan yang dapat mengakibatkan menurunnya angka produktifitas,

kecacatan sejak lahir, kecacatan akibat trauma, kecacatan akibat proses degeneratif,

kecacatan akibat penyakit serta kecacatan akibat proses penuaan.

Peran rehabilitasi medis meliputi pre-hospital care, hospital care, dan post hospital

care. Pelayanan pre-hospital care adalah dengan bekerja secara interdisiplin untuk

mempersiapkan tenaga terlatih untuk melakukan identifikasi secara tepat pada terjadinya

cadera dan membawa secara aman sampai ke Rumah Sakit.

Pelayanan kesehatan pada pre-hospital care (pencegahan) ditujukan untuk

membatasi kecacatan, mengoptimalkan sisa kemampuan yang ada, mencegah komplikasi

agar pasien memperoleh kemandirian fungsional sehingga tercapai kualitas hidup yang

baik. Di sini termasuk mempersiapkan keluarga dan lingkunagn dalam menerima kembali

anggota keluarganya dengan kemampuan yang baru.

Peran rehabilitasi medis pada post hospital care adalah mempersiapkan keluarga

dan orang di sekitarnya agar mengerti berbagai masalah yang mungkin timbul dan

bertindak secara tepat. Lingkungan dengan berbagai sarana di tempat tinggal bahkan di

5

Page 6: 2-REHABILITASI MEDIK

tempat kerja, juga menjadi hal yang harus dipikirkan oleh dokter rehabilitasi medis. Tidak

jarang masalah biaya dan mencari donasi untuk program rehabilitasi harus diupayakan

oleh dokter rehabilitasi medis.

Untuk mewujudkan keinginan masyarakat tersebut, maka upaya rehabilitasi

menjadi sangat penting karena memberikan pelayanan rehabilitasi paripurna melalui

program rehabilitasi fisik, psikis, dan sosial yang didukung oleh prosedur diagnostik yang

lengkap dengan tujuan meningkatkan atau mempertahankan kualitas hidup pasien dengan

memelihara kemampuan fungsional seseorang semaksimal mungkin, memanfaatkan

kemampuan yang masih tersisa. Semua ini dapat dilayani di klinik rehabilitasi medis.

6

Page 7: 2-REHABILITASI MEDIK

BAB III

TERAPI FISIATRIK

7

REHABILITASI

MEDIK

TERAPI FISIK

TERAPI PANAS SUPERFISIALAIR HANGAT

BALSEMINFRA RED

PARAFFIN BATH

DALAMUKG (Ultra Kolte Kolf)

MWD (Micro Wave Diathermy)SWD (Short Wave Diathermy)USD (Ultra Sound Diathermy)

TERAPI DINGIN

ELEKTRO STIMULI

AKUPUNKTUR

TRAKSI

MASSAGE

HIDROTERAPI, ex: Whirlpool

TERAPI LATIHAN Range of Motion

STRENGTH TRAINING

ENDURANCE TRAINING

BOBATH (CVA)

KEGEL (HAMIL)

ORTOTIK-PROSTETIK ORTOTIK : Alat Bantu, ex: kruk untuk jalan

PROSTETIK : Alat-alat palsu, ex: kaki-tangan palsu

OCCUPATIONAL THERAPY LATIHAN SESUAI PEKERJAAN

TERAPI WICARA

Page 8: 2-REHABILITASI MEDIK

Ruang lingkup Terapi Fisiatrik mencakup :

III.1. TERAPI FISIK (PHYSICAL THERAPY)

A. Terapi Panas

Tujuan terapi panas :

a. Memperbaiki sirkulasi/ peredaran darah dan metabolisme setempat

b. Mengurangi rasa nyeri dan mengurangi pembengkakan

c. Relaksasi terutama untuk otot yang spasme

Efek Panas:

Memperbaiki sirkulasi darah di daerah nyeri

Meningkatkan metabolism daerah terapi

Membantu produksi keringat sehingga membantu eliminasi metabolit

Meningkatkan ambang rangsang ujung saraf sensorik sehigga nyeri

berkurang

Efek psikis yang menimbulkan rasa nyaman dan relaksasi psikis

Reaksi Fisiologi akibat panas

Menurunkan aktivitas gelendong otot terhadap peregangan

Vasodilatasi

Ef. Counter irritant

Pembagian berdasarkan beda penetrasinya:

1. Terapi panas superfisial (sampai kutis dan sub-kutis)

Pada umumnya setiap kali terapi memerlukan waktu sekitar 20 – 30

menit, dengan jumalh terapi yang bisa diterima setiap harinya mencapai 2

atau 3X.

a. Dry heat (panas kering)

Alat yang dipakai:

Lampu Biasa

Lampu Infra Red

Terapi panas superfisial yang mempunyai efek

meningkatkan aliran darah setempat. Digunakan untuk pengobatan

Bell's palsy.

8

Page 9: 2-REHABILITASI MEDIK

Paling banyak digunakan. Jika memberi terapi pada muka,

tutup mata dengan kapas atau kain kasa yang tebal dan basah, jika

ada contact-lens harus dilepas. Jika terapi daerah bahu, lindungi

telinga dan mata. Pada bekas luka yang baru, perlu dilindungi pula

dengan kapas atau kain basah. Jangan ada barang metal atau

perhiasan pada daerah terapi untuk mencegah panas yang dapat

membakar kulit.

Beritahu penderita bahwa yang dirasa hanya hangat yang

nyaman, bukan panas. Jika terasa panas, segera perlebar jarak. Jarak

antara lampu dan kulit sekitar 45 – 50 cm. Lama 1X terapi 20 - 30

menit.

Gambar III.1.A.1.a

KET : Infra red

Botol air panas

Bantal pemanas listrik (heating pad – listrik)

Hot pack

b. Moist heat (panas basah)

Air hangat (104 – 1070C)

Hydrocollator pack (HCP)

Uap air panas (steambath)

Perlakuan panas umumnya digunakan untuk terapi fisio, terapi

olahraga, menghilangkan rasa sakit dan untuk tujuan rehabilitasi.

Tersedia dalam gym, pusat terapi atau hanya di rumah. kamar uap

9

Page 10: 2-REHABILITASI MEDIK

Sauna, mandi air hangat atau kain panas adalah bagian dari terapi

panas.

Terapi panas yang populer untuk mengobati nyeri sendi, nyeri

otot, mengurangi peradangan dan membantu untuk pulih dari cedera

olahraga. Untuk terapi jaringan lebih panas, itu membutuhkan lebih

dari sekedar panas biasa.

Dalam produk Nuga Best, Sinar Far Infrared digunakan untuk

memberikan stimulasi jaringan dalam. Sinar Far Infrared mampu

menembus kulit luar sampai 7cm, yang kemudian dapat merangsang

tendon, otot dan saraf. Ini memberikan perlakuan panas jauh lebih

dalam tubuh, bukan hanya pemanasan kulit luar. Sinar Far Infrared

adalah non-invasif bagi tubuh manusia dan merupakan radiasi

termal paling aman, tidak seperti radiasi UV, tidak menyebabkan

luka bakar pada kulit. Ada banyak contoh tersedia banyak

menggunakan panas untuk mengobati rasa sakit dan memperbaiki

kesehatan di berbagai produk.

Paraffin wax bath

Sering digunakan untuk pemakaian di rumah penderita. Cairan

ini dihasilkan dari campuran paraffin (wax) 6 atau 7 bagian, mineral

oil 1 bagian, kemudian dipanaskan sampai cair (titik cair 1260F atau

510F).

Paraffin cair 550C tidak menyebabkan luka bakar dan rasa sakit,

sedangkan pada air batas toleransi manusia hanya 42 – 450C. Hal ini

karena “specific heat” parafin adalah 0,5 dari air.

Teknik pemakaian yang umum adalah “paraffin dip” misalnya

yang diterapi tangan, dicelupkan ke cairan paraffin beberapa detik,

kemudian angkat keluar, biarkan kering (biasanya 5 detik atau

10

Page 11: 2-REHABILITASI MEDIK

kurang) celupkan lagi tangan tersebut, angkat lagi dan seterusnya

sampai 6 – 12X, kemudian bungkus dengan handuk dan biarkan

selama 20 - 30 menit.

Gambar III.1.A.1.b

KET : Parafin bath

2. Terapi panas dalam (deep heating, diathermy ; bisa mencapai ke otot dan

tulang)

a. Ultra Sound Diathermy (USD)

Gambar III.1.A.1.c

KET : USD (Ultra sound diathermy)

11

Page 12: 2-REHABILITASI MEDIK

Konversi energi suara frekuensi tinggi (vibrasi mekanik 0,7 –1

megacycle perdetik) menjadi panas dengan penetrasi dalam (3 – 5 cm).

Keuntungan lain dari USD :

Punya efek massage (micromassage)

Dapat dikombinasi dengan tujuan memasukkan bahan kimia untuk

terapi melalui kulit (hidrokortison, salisilat dan lokal anestesi). Hal

ini disebut phonophoresis.

Dosis dapat ditetapkan

Tidak kontra - indikasi pada metallic implants

Terapi panas dalam yang mempunyai efek fisiologis meningkatkan

ektensibilitas jaringan dan mengurangi spasme otot.

Indikasinya untuk frozen shoulder, spasme otot leher, nyeri pinggang

bawah, kontraktur

b. Short Wave Diathermy (SWD)

Gambar III.1.A.1.b

KET : SWD (short wave diathermy)

Gelombang pendek dengan frekuensi ultra tinggi. Frekuensi radio.

Gelombang 3 - 30 m, frekuensi 10 – 100 megacycle perdetik, dalam

penetrasi 1 - 2 cm.

Terapi panas dalam yang mempunyai efek fisiologis mengurangi

nyeri, mengurangi inflamasi. Indikasinya untuk sinusitis, nyeri

pinggang, osteoarthritis.

Tidak ada fixed dose, tergantung penerimaan pasien, kontra –

indikasi untuk kehamilan, metallic implants dan pacemaker jantung.

12

Page 13: 2-REHABILITASI MEDIK

c. Micro Wave Diathermy (MWD)

Gambar III.1.A.1.d

KET : MWD (micro wave diathermy)

Konversi energi radiasi elektromagnetik (gelombang radar)

menjadi panas. Untuk pemakaian klinik, frekuensi 2.456 dan 915 MHz.

Penetrasi berbeda antara 2.456 MHz (kurang dari SWD) dengan

frekuensi 915 MHz (lebih dari SWD). Kontra – indikasi untuk daerah

mata, kantong cairan, dan metallic implants. Seperti SWD, dosis fixed

tidak ada.

d. Ultra Kolte Kolf (UKG)

Gambar III.1.A.1.e

KET : UKG ( Ultra kolte kolf)

13

Page 14: 2-REHABILITASI MEDIK

Gambar III.1.A.1.f

KET : UKG (ultra kolte kolf)

Meskipun tidak ada fixed dose untuk SWD dan MWD, biasanya ada

petunjuk umum pada masing – masing brosur alat untuk dosis (intensitas

dan lama terapi untuk masing – masing kondisi penyakit).

Gambar III.1.A.1.g

KET : LASER

Indikasi terapi panas :

1. Efek analgesik :

Neuralgia.

Sprain (strain).

Articular problem.

Spasme otot.

14

Page 15: 2-REHABILITASI MEDIK

Nyeri otot.

Oedem.

“Trigger point” syndrome.

2. Efek anti inflamasi.

3. Efek relaksasi jika terjadi spasme otot dan kekakuan sendi

4. Efek sedatif.

5. Meningkatkan suhu jaringan.

6. Vasodilatasi untuk meningkatkan blood flow dan nutrisi

Kontra – indikasi terapi panas :

1. Peradangan akut

2. Trauma akut, sampai lenyapnya reaksi akut, biasanya setelah 72 jam.

3. Gangguan vaskular, seperti obstruksi vena dan isufisiensi arterial

(iskhemia).

4. Hemorrhagic diathesis.

5. Malignancy, kecuali dalam paket bersama terapi radiasi atau

kemoterapi.

6. Penyakit Jantung Koroner, -tidak absolut. Jika diberikan harus dalam

pengawasan.

7. Penderita Diabetes Mellitus, -tidak absolut. Harus hati-hati karena

mungkin terdapat iskemia dan gangguan sensasi. Jika ingin memberi

terapi panas, jangan diberikan langsung pada lokasi, tetapi lebih

proksimal, untuk mencegah ”stealing effect” (teknik reflex heating).

8. Gangguan sensasi, -tidak absolut. Hanya perlu diingat, bahwa penderita

tidak dapat menginformasikan rasa panas berlebihan serta nyeri.

9. Bayi dan orang yang sangat tua (lansia), -tidak absolut.

Komplikasi terapi panas :

1. Luka bakar. Hati – hati untuk penderita dengan gangguan sensasi.

2. Katarak mata (untuk MWD).

3. Nekrosis jaringan (untuk USD).

4. Kerusakan jaringan atau luka bakar sekitar metal yang ada pada tubuh

(untuk MWD dan SWD).

5. Iskemia kordis.

6. Dehidrasi.

Aplikasi panas :

15

Page 16: 2-REHABILITASI MEDIK

1. Cara radiant :

a. Sinar infra – red.

b. Sinar matahari.

2. Cara konduktif (aplikasi secara langsung) :

a. Air panas.

b. Balsem.

c. Pasir panas.

d. Uap panas.

e. Paraffin.

f. Heated pads.

3. Cara konversif (panas timbul karena konversi energi primer. Biasanya

dapat menembus lebih dalam : USD, SWD, dan MWD).

B. Terapi Dingin

Secara umum diketahui bahwa segala bentuk rangsang akan

mempengaruhi atau menimbulkan efek pada tubuh. Demikian halnya jika

tubuh diberikan stimulasi berupa suhu rendah (sensasi dingin). Efek-efek yang

dimaksud adalah seperti berikut:

Efek fisiologis dingin

Stimulasi sensasi dingin pada jaringan akan menimbulkan penurunan

suhu pada jaringan yang berkaitan. Penurunan suhu ini akan selalu disertai

efek-efek lain seperti:

o Penurunan tingkat metaboisme.

o Vasokontriksi arteriole yang timbul karena pengurangan terbentuknya zat

metabolit ( CO2 dan asam laktat).

o Vasokontriksi pada pembuluh darah kulit yang berlangsung secara

reflektoris, karena kulit sebagai thermoregulator.

o Dingin akan menginduksi pembuluh darah vena, sehingga terjadi

vasokontriksi pada vena yang akan menaikkan tekanan darah venosa.

Sedangkan pada organ dan sistem organ tubuh adalah sebagai berikut:

Pada kulit

Efek yang pertama kali terjadi adalah vasokontriksi pembuluh darah

superficial kemudian diikuti oleh eritema karena adanya vasodilatasi.

16

Page 17: 2-REHABILITASI MEDIK

Pada jantung dan pembuluh darah

Vasokontriksi pada kulit segera diikuti vasokontriksi pembuluh

darah perifer lain yang kemudian diikuti penyempita pembuluh darah

secara menyeluruh, karena itu terjadi peningkatan tekanan darah dan

denyut nadi yang cepat. Setelah reaksi hilang, semuanya akan kembali

normal.

Pada respirasi

Pernafasan menjadi cepat dan dangkal, segera diikuti dengan nafas

yang dalam dan lambat sehingga pertukaran gas O2 dan CO2

meningkat.

Pada jaringan otot

Dalam waktu yang singkat akan menimbulkan perbaikan sirkulasi

darah, sehingga kegiatan otot dan tonus meningkat. Dalam waktu yang

pajang, tonus otot akan berkurang dan terlihat kekakuan pada anggota

tubuh dan menggigil sebagai usaha untuk kembali ke keadaan normal.

Pada sirkulasi darah

Vasokontriksi pembuluh darah kulit, sehingga darah dipompa ke

jaringan lebih dalam. Hal itu lalu disusul dengan vasodilatasi pembuluh

darah superfisial sehingga peredaran darah menjadi lancar.

Pada sistem saraf

Dingin menyebabkan paralisis akhiran-akhiran saraf pada kulit

untuk sementara. Bila diberikan terus menerus menyebabkan

penurunan fungsi saraf.

Dingin mnyebabkan kecepatan hantaran dan aktivitas synaptic

sistem saraf tepi. Jika suhu pada saraf menurun, akan terjadi penurunan

tingkat respon saraf sensorik dan kecepatan hantaran saraf motorik,

bahkan terjai kegagalan penghantaran impuls.

Efek terapetik dingin

Efek terapetik dapat dijumpai pada:

o Peradangan sendi

Pada 24 hingga 48 jam pertama peradangan, dingin merupakan

pilihan media terapi yang baik. Dingin mengurangi reaksi radang.

17

Page 18: 2-REHABILITASI MEDIK

o Kontraktur

Mengurangi extensibilitas jaringan ikat, mempunyai efek menekan

nyeri serta tahan terhadap peregangan sendi.

o Nyeri dan spasme otot

Spasme berkaitan dengan motoneuron lesion yang seringkali

berkaitan berbagai bentuk aktivitas harian dan berjalan. Dingin dapat

digunakan untuk membantu terapi pada kasus tersebut. Dingin lebih

efektif pada fase akut. Mengurangi proses metabolisme. Mengurangi

nilai ambang nyeri. Mengurangi kecepatan hantar rangsang saraf.

INDIKASI & KONTRA INDIKASI

1. Indikasi

Sebagian besar ahli klinis sepakat bahwa pada tahap akut yakni pada

24 hingga 48 jam setelah trauma, dingin merupakan suatu pilihan yang

diutamakan. Bahkan walaupun dingin mungkin terasa tidak nyaman bagi

pasien selama beberapa menit, nyeri akan segera berkurang, edema,

randang, dan spasme otot uga akan lebuh banyak berkurang. Di luar fase

akut, panas mungkin menjadi piliha utama untuk terapi. Akan tetapi dala

banyak kasus, dingin telah dianggap berhasil dalam mengurangi spasticity,

memfasilitasi kontraksi otot, mengurangi nyeri pada arthritic joit, dan

menurunkan spasme otot.

Cryotherapy indikasi terhadap:

Trauma musculoskeletal

Salah satu penerapan cryutherapy yang umum adalah untuk masalah

trauma musculosceletal atau nyeri postorthopedic. Pada kebanyakan

trauma akut, dingin digunakan bersamaan dengan kompres dan elevasi.

Dingin dapat mereduksi nyeri perembesan cairan pada daerah yang

bersangkutan, tapi kompres dengan pembungkus biasanya berfungsi untuk

mereduksi pembengkakan jaringn.

Myofascial Pain Syndrome

Myofascial Pain Syndrome didefinisikan sebagai nyeri dan atau

fenomena mekanis penyerahan dari myofascial trigger poin yang aktif

dengan disfungsi jaringan yang bersangkutan.

18

Page 19: 2-REHABILITASI MEDIK

Mengurangi Spasticity

Cryotherapy dapat digunakan sebagai tambaan dalam pelaksanaan

terapi pada pasien dengan spasticity untuk mengurangi hipertonic

sementara.

Sprain dan strain

Bursitis, fibrositis, kapsulitis akut

2. Kontra Indikasi

Pada dasarnya kontra indikasi pada terapi dengan menggunakan suhu

atau temperatur adalah gangguan sensibilitas. Demikian halnya pada

cryotherapy, pasie dengan gangguan sensibilitas terutama panas-dingin

kontra indkasi untk diberikan cryoterapi.

Kontra indikasi untuk cryotherapy dapat dituliskan sebagai berikut:

o Gangguan sensibilitas

o Buerger’s disease

o Gangguan peredaran darah arterial perifer.

Gambar III.1.B

KET : Imersi (cooling spray) & ice Massage

Teknik pemberian :

1. Massage es ; umumnya cukup 5 menit, 3X sehari.

2. Kompres es ; 20 menit, 3X sehari.

3. Imersi : cooling spray, misalnya chloraethyl spray.

19

Page 20: 2-REHABILITASI MEDIK

Pada trauma akut, dikenal slogan “RICE” (Rest Icing Compression

Elevation).

Dalam pemberian terapi dingin, penyebaran dingin tergantung pada

beberapa faktor:

tebal kulit

tebal otot dan lemak

komposisi air dalam jaringan

vaskularisasi

C. Massage (pemijatan)

Massage merupakan jenis terapi fisik yang paling kuno. Pada indikasi

yang tepat dan dengan teknik yang tepat, hasil terapeutiknya sangat nyata.

Massage tidak dapat diterjemahkan sebagai pijat atau urut, karena yang

terkandung dalam istilah massage, selain pijat (kneading) dan urut (stroking)

juga ada yang seperti: perkusi (dengan variasinya), friksi, dan vibrasi.

Lima yang paling populer adalah jenis pijat pijat Swedia, Deep Tissue

Massage, Hot Stone Massage, Olahraga pijat, dan neuromuskular Therapy.

Swedia Massage – ini adalah jenis yang paling umum pijat di Amerika Serikat

dan mungkin dunia. Swedia pijat dikenal dengan meluncur panjang stroke,

meremas stroke, gesekan stroke, dan perkusi serta bersama gerakan-gerakan

yang merasa hebat sementara meningkatkan jangkauan gerak. Ini yang paling

sering dianggap sebagai sebuah "spa" jenis pijat tapi jauh lebih dari itu. Swedia

pijat sangat bagus untuk mengurangi stres, meningkatkan sirkulasi,

memperbaiki jangkauan gerak dari sendi Anda, dan membantuAnda benar-

benar merasa lebih baik dalam kulit Anda sendiri. Swedia pijat dapat berkisar

dari cahaya tekanan untuk tekanan yang lebih berat, tergantung pada tingkat

kenyamanan Anda. Itu lebih dari sekadar "merasa baik" pijat sangat terapeutik.

2. Deep Tissue Massage – pijat Swedia tepat di belakang popularitas dan

ketersediaan, Deep Tissue Pijat adalah salah satu yang paling dikenal dan

paling sering meminta jenis pijat. Pijat ini saham beberapa stroke dan teknik

dengan Swedia pijat dan digunakan untuk membasmiKetegangan kronis pada

20

Page 21: 2-REHABILITASI MEDIK

otot-otot yang lebih dalam dan jaringan yang berkontribusi terhadap hilangnya

rasa sakit dan rentang gerak dalam persendian. Sementara beberapa praktisi

menggunakan terapi pijat yang lebih berat, kadang-kadang tekanan tidak

nyaman dalam Deep Tissue Massage harus dicatat bahwa tekanan yang lebih

moderat dapat mencapai jaringan yang mendalam dan mencapai hasil yang

bagus dengan sedikit ketidaknyamanan.

3. Hot Stone Massage – pijat jenis ini mungkin yang paling santai dan mewah

pijat yang diberikan hari ini. Panased basal batu ditambahkan ke pijat dan

digunakan oleh terapis pijat untuk melakukan perlakuan panas mini serta pijat

meluncur stroke yang tampaknya mencair stres dan ketegangan.

4. Olahraga Pijat – persis seperti itu suara, Olahraga Pijat adalah atlet diarahkan

pada setiap tingkat dari profesional kepada "pejuang akhir pekan" dan mereka

yang berjuang untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi kebugaran. Daripada

bentuk tertentu pijat, Olahraga Pijat umumnya merupakan kombinasi dari

pijatteknik yang disesuaikan dengan kebutuhan atlet. Pijat Olahraga mungkin

dapat diterapkan pada satu bidang untuk menghilangkan rasa sakit atau

mungkin lebih bersifat umum untuk menjamin kinerja secara keseluruhan.

5. Neuromuskuler Therapy – juga disebut "NMT" atau neuromuskular pijat,

Terapi neuromuskular terkenal adalah teknik pijat untuk menghilangkan rasa

sakit otot, dan kejang otot di seluruh tubuh. Terapi neuromuskuler efektif

dengan poin memicu myofascial menyebabkan "dimaksud" rasa sakit yang

originates dari suatu tempat lain selain di tempat yang terasa. Teknik ini

menggunakan kompresi yang sangat bertarget dan gesekan teknik pijat, posisi,

dan peregangan untuk melepaskan memicu myofascial poin pada otot serta

pembatasan pada tendon, otot lampiran, dan kadang-kadang fasia sekitar otot.

21

Page 22: 2-REHABILITASI MEDIK

Gambar III.1.C

KET : massage

D. Traksi

E. Traksi

Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk

menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan dari traksi

adalah untuk menangani fraktur, dislokasim atau spasme otot dalam usaha

untuk memperbaiki deformitas dan mmpercepat penyembuhan.

Ada beberapa macam traksi yang dapat digunakan seperti :

Traksi biasa baik dengan mesin ( lumbal & cervical ) ataupun tanpa mesin (inver-

sion)

Cotrel traction : diberikan selama tidur malam dan beberapa jam siang. Sete-

lah beberapa minggu traksi disertai latihan hasilnya dipertahankan dengan

body cast selama beberapa minggu

Skeletal traction : umumnya diberikan selama 3 minggu pada pasien scolio-

sis berat sebelum dioperasi.

22

Page 23: 2-REHABILITASI MEDIK

Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk

menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan dari traksi

adalah untuk menangani fraktur, dislokasim atau spasme otot dalam usaha

untuk memperbaiki deformitas dan mmpercepat penyembuhan. Ada dua tipe

utama dari traksi : traksi skeletal dan traksi kulit, dimana didalamnya terdapat

sejumlah penanganan.Prinsip Traksi adalah menarik tahanan yang

diaplikasikan pada bagian tubuh, tungkai, pelvis atau tulang belakang dan

menarik tahanan yang diaplikasikan pada arah yang berlawanan yang disebut

dengan countertraksi. Tahanan dalam traksi didasari pada hokum ketiga

(Footner, 1992 and Dave, 1995).

Traksi telah menjadi sebuah ketetapan dalam management ortopedi

hingga 1940 ketika fiksasi internal menggunakan nail, pin dan plate menjadi

praktek yang sering. Pengembangan ini berpasangan dengan kurangnya

pembedahan fraktur dengan kebutuhan ekonomi untuk perawatan rumah sakit.

Friksi selalu ada dalam setiap system traksi. Friksi memberikan resistansi

terhadap dorongan traksi mala mengurangi tahanan traksi. Hal ini diperlukan

untuk meminimalisir kapanpun dan bagaimanapun kemungkinan nantinya.

Traksi leher dan pinggang atau pelvis

23

Page 24: 2-REHABILITASI MEDIK

Gambar 1.D.1

KET : Traksi leher

Pengobatan traksi leher (cervical traction) dan traksi pinggang atau pelvis

(lumbal atau pelvic traction) sangat dikenal di lingkungan kedokteran. Traksi

leher dapat dilakukan secara manual atau dengan alat traksi, tetapi untuk

lumbal hanya dapat dilakukan dengan bantuan alat. Hal ini karena pada daerah

lumbal otot – ototnya lebih kuat.

Beban traksi pada leher biasanya sekitar 5 – 10 kg.

1. Manual cervical traction

Pengertian “manual cervical traction” sebenarnya adalah traksi leher

yang tidak menggunakan alat traksi listrik (non – motorized cervical

traction) tetapi hanya menggunakan “sling” dan sistem “pulley” (katrol)

yang digerakkan secara manual.

1. Posisi penderita :

Penderita dapat duduk, dengan kepala fleksi ke depan 100 – 200, atau

berbaring telentang dengan satu bantal di kepala.

Tarikan harus lebih dirasakan di daerah oksipital, tidak boleh di

dagu.

24

Page 25: 2-REHABILITASI MEDIK

Kacamata, gigi palsu yang dapat dilepas, wig, dan anting – anting

pada wanita, harus dilepas sebelum terapi.

Traksi leher dihentikan jika penderita merasakan adanya nyeri yang

bertambah di daerah cervical, adanya nyeri menjalar ke lengan, atau

rasa kesemutan di tangan, keluhan pusing (dizziness).

2. Dosis

Beban sebagaimana telah disebut adalah 5 – 10 kg. Umumnya

beban akhir dipilih 10 kg, dengan memulai (beban pertama datang)

sebesar 5 kg, kemudian menambah 1 kg setiap kedatangan kemudian,

sampai 10 kg. Mereka yang mempunyai postur tubuh besar dengan otot

– otot leher yang kuat, terkadang beban dapat mencapai 15 kg.

Lama waktu 1X traksi, 10 – 20 menit.

Frekuensi perminggu 5X, jika setelah 10 – 20X traksi, ada

perbaikan, traksi dilanjutkan 3X seminggu sampai keluhan hilang. Jika

setelah 12X traksi, tidak ada perubahan, traksi dihentikan dan penderita

perlu dire-evaluasi.

3. Indikasi traksi cervical :

Cervical Root Syndrome (CRS), yaitu keadaan dimana terdapat

iritasi akar saraf leher.

Nyeri leher di luar CRS, umumnya karena nyeri dan spasme otot.

4. Kontra – indikasi traksi leher :

Infeksi spinal ; TBC, osteomyelitis.

Adanya kompresi mielum.

Malignansi di daerah cervical.

Osteoporosis.

Hipertensi maligna dan PJK, -tidak absolut.

Orang tua yang sangat lemah, -tidak absolut.

Kehamilan, -tidak absolut.

Rheumatoid arthritis cervical, -tidak absolut.

2. Traksi pinggang atau pelvis

25

Page 26: 2-REHABILITASI MEDIK

Gambar III.1.D.2

KET : Traksi panggul

Dibandingkan dengan traksi leher, traksi pelvis kegunaannya lebih

banyak diperdebatkan. Juga teknik pelaksanaannya belum ada yang

dianggap baku. Sebagian penulis melihat kegunaannya hanya sebagai upaya

dokter agar penderita benar – benar “bed rest”, oleh karena itu beban

tarikan juga tidak dipersoalkan. Yang perlu diperhatikan selama terapi

traksi ini, tidak boleh terjadi penambahan lordose lumbal. Untuk itu kedua

sendi paha dan sendi lutut harus dalam keadaan fleksi. Untuk mengurangi

lordose, ada yang menganjurkan kedua tungkai dinaikkan, dapat dengan

memakai “slings” (gantungan) atau dengan memberi meja kecil dengan

permukaan lunak atau tumpukan bantal. Pelvic belt-nya juga dapat

mempengaruhi, dimana bentuk “single strap” berupa posterior strap (strap

adalah tali pengikat yang menghubungkan dengan beban) dianggap yang

paling ideal. Sebagian penulis berpendapat, dengan pengurangan lordose

lumbal tersebut maka foramen intervertebralis lebih terbuka dan posterior

facets saling menjauh.

a. Dosis

Jika tujuan traksi hanyalah “mengikat” penderita di tempat tidur

dengan posisi lordose lumbal mengurang (bed – rest), traksi dipakai

sepanjang waktu, kecuali sewaktu mandi dan ke toilet, sampai nyeri

ditenangkan.

26

Page 27: 2-REHABILITASI MEDIK

Jika dilakukan perawatan poliklinik, biasanya diberi beban sekitar

25 – 30 kg, selama 20 menit, mula – mula 5X seminggu untuk 2 minggu

kemudian dievaluasi.

Sudut dari “strap” sekitar 300 dari bed.

Variasi teknik traksi dapat dilihat seperti yang dikembangkan oleh

“The Sister Kenny Institute” yang prinsipnya penderita digantung

secara vertikal dengan pegangan (harness) pada daerah dada, sehingga

berat badan bagian bawah pegangan (tubuh bagian bawah dan tungkai)

yang dianggap seberat 30% dari berat badan berperan sebagai beban

pemberat.

b. Indikasi traksi pinggang atau pelvis

Nyeri punggung bawah (NPB) baik secara “strains” (dari otot dan

tendon), “sprains” (dari ligamen), spasme otot, atau oleh karena

diskogenik misalnya HNP yang hanya perlu perawatan konservatif.

c. Kontra – indikasi traksi pinggang atau pelvis

Kontra – indikasi praktis sama dengan kontra – indikasi traksi

leher, kecuali kehamilan menjadi kontra - indikasi absolut.

F. Stimulasi listrik

Tujuan stimulasi listrik (electrical stimulation; ES) secara garis besar

dapat dibagi atas :

1. Menimbulkan kontraksi otot. Sasaran yang ingin dicapai : penguatan atau

mempertahankan kekuatan otot, memperbaiki vaskularisasi, dan pada

kondisi denervasi otot, memperlambat terjadinya atropi otot.

2. Menghilangkan nyeri dan mengurangi spasme otot. Dalam hal ini

intensitas stimulasi adalah rendah, di bawah nilai ambang nyeri.

Golongan ini terutama dalam bentuk TENS (Transcutaneous Electrical

Nerve Stimulation).

3. Untuk latihan; myofeedback.

4. Dalam program; lontophoresis.

5. Elektrodiagnosa.

27

Page 28: 2-REHABILITASI MEDIK

Gambar 1.E.1

KET : Elektrostimuli

Ada tiga tipe arus listrik (current) yang digunakan :

1. Direct current – galvanism

Terapi galvanik digunakan untuk :

a. Stimulasi otot sehingga timbul kontraksi otot, dengan tujuan

penguatan atau mempertahankan kekuatan otot, memperbaiki

28

Page 29: 2-REHABILITASI MEDIK

vaskularisasi dan pada kondisi otot denervasi untuk memperlambat

terjadinya atropi. Yang digunakan jenis “interrupted galvanism”.

b. Iontophoresis atau ionisasi, yaitu memasukkan bahan obat secara

lokal melalui kulit. Pemilihan elektroda aktif tergantung muatan ion

bahan yang digunakan. Misalnya untuk Zinc+, Cu+, Procaine+, dan

Histamine+ digunakan anoda sebagai elektroda aktif. Sedangkan untuk

Cl- dan Iodium ( I- ) digunakan katoda sebagai elektroda aktif.

c. Medical galvanism atau anodal galvanism, bertujuan menghilangkan

nyeri dan mengurangi pembengkakan jaringan, dimana anoda sebagai

elektroda aktif.

2. Sinusoidal current

Merupakan alternating current dengan gelombang halus 60 cycle.

Dalam bentuk ini, stimulasi tidak begitu terasa sakit. Digunakan untuk

stimulasi otot guna penguatan atau pencegahan atropi serta untuk

menghilangkan nyeri dan spasme otot. Untuk penggunaan klinik, tipe ini

yang banyak dipakai karena lebih terasa nyaman.

3. Alternating current - faradism

Digunakan untuk :

a. Stimulasi otot. Untuk mengurangi rasa sakit stimulasi, arus dibuat

bergelombang (surging).

b. Elektrodiagnosa. Dapat bersama arus galvanik untuk elektroda klasik.

c. Subtonal faradism; arus faradik asli, untuk mengurangi “bone pain”,

elektroda diletakkan di masing – masing ujung yang berlawanan dari

tulang. Intensitas tepat berada si bawah intensitas untuk kontraksiotot.

29

Page 30: 2-REHABILITASI MEDIK

TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation)

Gambar 1.E.2

KET : TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation)

Diindikasikan untuk nyeri akut (trauma, inflamasi), nyeri kronis

(untuk segala kondisi). Banyak digunakan sebagai bagian terapi paliatif

kanker.

Mekanisme kerja terapeutiknya masih belum jelas. Semula

dihubungkan dengan teori pintu gerbang Melzack and Wall (Gate Control

Theory), kemudian dihubungkan dengan efek pengeluaran endorfin (seperti

pada akupuntur) yang kemudian berperanan di dalam mengaktifkan sistem

inhibisi supraspinal. Mekanismenya lebih kompleks karena sering kita

dapatkan efek terapi (hilangnya nyeri) bersifat permanen, terutama pada

kasus MTPS (Myofascial Trigger Point Syndrome).

Kontra – indikasi stimulasi listrik :

1. Penderita dengan cardiac pacemaker.

2. Penderita PJK.

3. Daerah dada di depan jantung.

4. Daerah sekitar uterus wanita hamil.

5. Daerah kulit baru, luka terbuka atau abrasi, daerah sekitar fraktur yang

baru atau nonunion fracture jika stimulasi menimbulakan kontraksi

otot. Hati - hati pada daerah sinus karotis.

Myofeedback

30

Page 31: 2-REHABILITASI MEDIK

Gambar 1.E.3

KET : Myofeedback

Metode terapi ini akan lebih tepat menggunakan stimulasi listrik

dengan arus listrik frekuensi menengan atau frekuensi. tinggi, misalnya

interferensi, SWD dan sebagainya.

31

Page 32: 2-REHABILITASI MEDIK

Cara untuk menurunkan rangsangan ini dapat diperoleh dengan:

1. Meghambat impulse serabut afferent pembawa nyeri (nociceptive) atau

serabut afferent tipe III b / IV (A delta. dan C) melalui serabut afferent tipe

II/III a. Metode ini dapat dilakukan dengan, menggunakan arus interferensi

atau diadinamik dengan teknik aplikasi lokal, regional, segmental ataupun

trigger point. (Modulasi Spinal)

2. Mengaktifkan sistem neuron penghambat (inhibitory neuronal sistem)

supraspinal turun ke sel-sel sensoris (dorsal horn) medulla spinalis

interneuronal pool di medulla spinalis. Metode ini dikenal dengan teori “Gate

Control”. (Modulasi Spinal)

3. Mengaktifkan sistem neurovegetatif

4. Metode ini dapat menggunakan stimulasi elektris dengan arus frekuensi

rendah misal arus 2-5 dan frekuensi menengah (arus interfernsi)). Pada

prinsipnya akan merangsang nociceptive untuk pembebasan substance P yang

bermanfaat sebagai vasodilatator pembuluh darah perifer sehingga akan

terjadi perbaikan sistem vaskularisasi. Sedangkan untuk merangsang

nociceptor dapat menggunakan energi mekanik atau energi elektrik yang

dihasilkan oleh US atau arus listrik dengan pulsa yang progresif (arus 2-5,

arus interferensi). Metode aplikasinya dapat dilakukan secara kombinasi

antara inferensi dengan ultrasonik guna mencari titik peka rangsang yang

kurang bisa dideteksi dengan arus frekuensi rendah atau arus listrik frekuensi

menengah saja. Adapun titik peka rangsang dapat ditemukan di sepanjang

vertebra yang dikenal dengan istilah “trigger point”. Kualitas trigger point

dapat berupa allodynia, hyperaesthesia dan hyperalgesia. Aplikasi aktivasi

neurovegetative dapat dilakukan dengan metode segmental somasis maupun

metode segmental sympatis. (Modulasi Supra Spinal)

5. Memperbaiki proses peradangan (Modulasi Perifer/Receptor)

6. Pada dasarnya setiap peradangan akan terjadi kerusakan jaringan collagen,

sehingga untuk memperbaiki regenerasi jaringan collagen perlu mengetahui

fase penyembuhan cedera/lesi jaringan lunak,

32

Page 33: 2-REHABILITASI MEDIK

Myofeedback pada umumnya terdiri dari 2 prosedur :

1. Re-edukasi otot

Umumnya untuk kondisi lesi upper motor neuron (UMN).

Dapat berupa melatih kembali otot bagian plegi untuk dapat

berkontraksi menurut kemauan, atau melatih kontraksi – relaksasi dari

grup otot yang antagonis, sehingga gerakan ritmis dapat dilakukan

(reciprocal movements). Dapat pula digunakan pada program re-

edukasi sesudah tendon transfer. Prinsipnya, kontraksi – relaksasi otot

ditangkap oleh elektroda yang ditaruh di otot tersebut, kemudian sinyal

tersebut dikeluarkan melalui suara (suara mengeras jika kontraksi dan

melemah jika relaksasi) atau melalui layar (grafik menaik jika kontraksi

dan menurun jika relaksasi). Melalui “feedback” audio atau visual atau

audio – visual tersebut penderita dilatih mengintegrasikan input sensasi

tersebut dengan output kontraksi otot “volunter”.

2. Relaksasi otot

Dapat digunakan pada kondisi adanya ketegangan (spasme) otot

yang dari ketegangan itu, timbul keluhan klinis yang mengganggu

seperti sakit kepala, sukar tidur, dan lainnya. Dapat pula merupakan

program re-edukasi untuk relaksasi otot yang spastik pada lesi UMN.

G. Akupuntur (Penjaruman atau Terapi Fisik dengan Suntikan)

Pengertian akupunktur: memasukkan jarum kedalam titik akupunktur tubuh.

Fungsi: Memulihkan kesehatan, kebugaran, dan mengobati rasa sakit.

Manfaat dan Ruang lingkup:

33

Page 34: 2-REHABILITASI MEDIK

1. Akupunktur Terapi

Asma, gastritis,disuria,sakit kepala

2. Akupunktur Preventif (Pencegahan penyakit)

Idealnya seseorang diakupunktur satu kali sebulan, minimal 6 bulan satu

kali.

3. Akupunktur Kecantikan ( kosmetik)

Menghaluskan kulit, menghilangkan keriput,mengobati jerawat,

mengontrol berat badan.

Kontra – indikasi stimulasi listrik :

Penderita dengan cardiac pacemaker.

Penderita PJK.

Daerah dada di depan jantung.

Daerah sekitar uterus wanita hamil.

Daerah kulit baru, luka terbuka atau abrasi, daerah sekitar fraktur yang

baru atau nonunion fracture jika stimulasi menimbulakan kontraksi otot.

Hati - hati pada daerah sinus karotis.

Gambar 1.F

KET : Akupuntur

Penjaruman di dalam fisiatri berbeda dengan akupuntur tradisional dalam

konsep pendekatan. Penjaruman atau “dry-needling” dalam fisiatri,

dihubungkan dengan konsep “trigger-point” pada kondisi yang disebut

“Myofascial Trigger Point Syndrome” (MTPS). Suntikan local yang diberikan

pada “trigger-point”, konsep mekanisme terapeutiknya sama dengan “dry-

needling”, jadi karena efek fisikalnya, bukan karena efek biokimiawi bahan

34

Page 35: 2-REHABILITASI MEDIK

yang disuntikkan, oleh karena itu, hasil yang didapat dengan suntikan PZ akan

sama dengan hasil suntikan kortikosteroid local maupun anaesthesi lokal.

Prinsipnya adalah menghancurkan “trigger-point” sehingga tidak menjadi

sumber nyeri rujukan.

H. Hidroterapi

Hidroterapi adalah terapi fisik dengan memanfaatkan sifat-sifat fisik dari air.

Terutama sifat “buoyancy”-nya (prinsip Archimedes), yaitu daya apungnya

yang dapat membantu gerakan pada kondisi dimana nasih terdapat kelemahan

otot.Penggunaan air untuk menyembuhkan dan meredakan berbagai macam

penyakit ringan dan air bisa digunakan dalam sejumlah cara yang berbeda.

Kebanyakan orang sudah tahu manfaat mandi air panas untuk melenturkan

tubuh, memulihkan kekakuan, dan sakit otot, dan membantu agar bisa tidur

nyenyak. Air panas atau uap mengakibatkan pembuluh-pembuluh darah

membesar, membuka pori-pori kulit dan mendorong keluarnya keringat dan

mengendurkan otot-otot dan anggota badan. Air dingin atau pancuran memiliki

manfaat sebaliknya dan menyegarkan kembali dan menyehatkan tubuh. Air

dingin membuat pembuluh-pembuluh darah di kulit mengerut dan darah

dialihkan kejaringan-jaringan dan organ-organ dalam untuk membantu

mempertahankan suhu bagian tengah tubuh. Es atau air dingin bisa digunakan

untuk meredakan bengkak dan memar dan mengakibatkan pori kulit menutup.

1. Kolam air; model sederhana. Untuk melatih penderita poliomyelitis

paralitika, paraplegia serta kondisi kelumpuhan lainnya

2. Whirlpool; bak air putaran. Umum digunakan untuk hidroterapi, biasanya

dengan air panas, pada anggota gerak post-trauma, ulkus, luka bakar.

35

Page 36: 2-REHABILITASI MEDIK

3. Hubbard tank; lebih besar dari whirlpool, penderita dan pelatih dapat masuk

ke dalamnya. Digunakan untuk latihan penderita dengan kelumpuhan

perifer, penderita luka bakar tubuh yang luas.

4. Contrast bath; untuk terapi kekakuan sendi dan nyeri. Menggunakan dua

buah bejana, satu diisi dengan air panas (40,5-43,3)dan yang lain diisi air

dingin (10-15). Tangan atau kaki akan diterapi dicelupkan bergantian,

dengan urutan air panas 10 menit; dingin 1 menit; panas 4 menit; dingin 1

menit; panas 4 menit;dingin 1 menit; panas 4 menit; dingin 1 menit; panas 5

menit. Sehingga terjadi proses vasodilatasi-vasokonstriksi-vasodilatasi

pembuluh darah, terjadi kenaikan aliran darah ke ekstremitas yang diterapi.

Gambar 1.G.4

KET : conrast bath

36

Page 37: 2-REHABILITASI MEDIK

4. Colon Hidroterapi adalah Pembersihan sistem tubuh yang dilakukan dengan

menginfus air yang bersih tadi ke dalam colon melalui rektum. Selama terapi, Anda

akan diminta berbaring di meja terapi dalam posisi yang nyaman. Selanjutnya

sebuah spekulum kecil yang terhubung dengan peralatan colon hidroterapi akan

dimasukkan ke dalam rektum. Melalui alat ini, air hangat yang telah disesuaikan

dengan suhu tersebut akan dimasukkan ke dalam colon. 1 kali terapi selama 45

menit, Terapinya akan mengisi dan mengeluarkan air selama beberapa kali sekitar

25-35 galon air Selain itu, terapis juga akan memijat area perut untuk melepaskan

sampah racun yang menempel ke dinding kolon. sampah hasil pembersihan

selanjutnya akan dibuang melalui pipa pembuangan. Selama terapi, suhu dan

tekanan air akan dimonitor oleh terapis dan bisa divariasikan untuk menstimulus

gerakan peristaltik (kontraksi otot) dalam colon.Kontraksi ini sangat penting untuk

mengencangkan colon. terapi ini tidak menimbulkan ketergantungan. Terapi ini

bersifat mendorong pemulihan fungsi alami colon dengan menguatkan .

III.2.TERAPI LATIHAN (THERAPEUTIC/REMEDIAL EXERCISE)

Merupakan suatu program latihan yang bertujuan therapeutic, penyembuhan,

pemulihan.

Secara garis besar dapat dibagi, sebagai berikut :

1. ROM exercise (Range Of Motion exercise; latihan mobilitas sendi; latihan

luas gerak sendi).

Sebelum itu Range of Motion dapat diukur dengan alat bernama goniometer

yang berguna untuk mengukur sudut gerakan sendi.

37

Page 38: 2-REHABILITASI MEDIK

Gambar III.2.1

KET : Alat Goniometer

a. Passive ROM exercise; latihan pasif. Kekuatan otot 0 atau Trace (T).

b. Active ROM exercise :

Active assitive, jika kekuatan otot Poor (P=25%).

Active, jika kekuatan otot diatas Fair (F=50%).

Active resitive, jika kekuatan otot di atas Good (G=75%).

Latihan ini biasa dimasukkan dalam kelompok “strengthening

exercise” , kecuali dalam paket latihan “rhythmic stabilization

exercise”.

c. Stretching exercise; latihan peregangan. Jenis latihan ini sering pula

dimasukkan dalam kelompok latihan dengan sasaran khusus

Prinsip-prinsip penerapan teknik ROM

Pemeriksaan, penilaian dan rencana perlakuan

–Pemeriksaan dan penilaian kelemahan pasen, tentukan prognosis,

pencegahan serta rencana intervensi

–Tentukan kemampuan pasien untuk mengikuti program

–Tentukan seberapa banyak gerakan yang dapat diberikan

–Tentukan pola gerak ROM

–Pantau kondisi umum pasien

–Catat serta komunikasikantemuan-temuansertaintervensi

–Lakukanpenilaianulangsertamodifikasiintervensibiladiperlukan

38

Page 39: 2-REHABILITASI MEDIK

Penerapan Teknik ROM

–Untuk mengendalikan gerakan genggamlah ekstremitas disekitar sendi.

Apabila persendian terdapat nyeri, modifikasi pegangan

–Beri penunjang bagi daerah yang memiliki integritas structural yang

leman, misalnya tempat patahan atau segmen yang mengalami

kelumpuhan

–Gerakkan segmen diseluruh ruang gerak yang bebas rasa nyeri hingga

sampai terdapat resistensi/tahanan jaringan

–Lakukan gerakan dengan lembut dan berirama5 sampai10 repetisi

Contoh Teknik ROM:

Upper Extremity ROMTechniques

Shoulder: flexion and extension–Hand placement and procedure

Shoulder: extension(hyperextension)–Alternate positions

39

Page 40: 2-REHABILITASI MEDIK

• Shoulder Abduction

Shoulder: internal (medial) and external (lateral) rotation

• Shoulder: horizontal abduction (extension) andadduction (flexion)

Scapula:elevation/depression,protraction/retraction,and upward/downward

rotation

40

Page 41: 2-REHABILITASI MEDIK

2. Strength Training (Latihan Kekuatan)

Merupakan latihan kekuatan otot dengan pemberian beban. Syarat; kekuatan

otot diatas Fair (F=50%) dan beban harus diatas 35% kemampuan otot.

a. Isometric (static) exercise, ada kontraksi otot, tidak ada gerakan sendi

(statis). Dikatakan cukup kontraksi optimal selama 6 detik 1x sehari. Hati-

hati pada penderita hipertensi dan PJK.

b. Isotonic exercise, kontraksi otot bersama gerak sendi”

Concentric contraction; kontraksi memendek.

Eccentric contraction; kontraksi memanjang.

Progresive Resistance Exercise (PRE); pemberian beban

meningkat bertahap.

c. Isokinetic, prinsip gabungan isometric dan isotonic, sehingga hasil

optimal, boleh untuk penderita hipertensi dan PJK. Memerlukan alat khusus

yang dapat mengatur beban secara dinamik, tetapi kecepatan gerak tetap

(static) sepanjang waktu latihan. Umum dipakai di pusat kebugaran dan pusat

latihan atlit.

KET : Strength Training

41

Page 42: 2-REHABILITASI MEDIK

3. ENDURANCE TRAINING (Latihan Daya Tahan)

Conditioning: orang sehat, meningkatkan daya tahan.Reconditioning: orang

sakit, mengembalikan daya tahan.Endurance exercise otot-otot ekstremitas dan

tubuh, sering diartikan “power exercise” dimana terdapat unsur kekuatan dan

daya tahan (waktu).Endurance exercise pada jantung dan paru disebut latihan

aerobic. Jika pada strength training exercise beban yang dipakai optimal dan

menggunakan frekuensi rendah maka sebaliknya pada endurance training beban

dipakai rendah, frekuensi tinggi dan dilakukan pada waktu yang panjang.

KET : Endurance Training

4. Coordination exercise (latihan koordinasi)

KET : Coordination exercise

42

Page 43: 2-REHABILITASI MEDIK

Latihan koordinasi ini dilakukan dengan melakukan tugas tertentu.

a. Koordinasi jalan; pada penderita Parkinsonism, atatic gait, hemiplegia.

b. Koordinasi gerakan tangan; menulis, main piano dan pekerjaan lain

pada penderita dengan lesi UMN maupun LMN.

Sering diperlukan alat bantu.

Latihan dengan sasaran khusus

Yang termasuk di sini antara lain.

a. Latihan kegiatan hidup sehari-hari Activity of Daily Living (ADL

exercise) untuk penderita dengan kelumpuhan anggota badan,

deformitas persendian, spastisitas dan lain-lain, yang menyangkut:

makan-minum sendiri, berpakaian, berpindah tempat, membersihkan

diri (mandi, gosok gigi, defekasi), menyisir rambut, make-up wajah

untuk wanita.

b. Breathing exercise, latihan nafas.

KET : Breathing

exercise, latihan

nafas.

c.

Muscle re-education, re-edukasi otot; dilakukan setelah tendon ditransfer,

serta pa da penderita hemiplegia lesi UMN.

KET : alat Muscle re-education

d. Ambulation exercise (latihan berjalan) yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan berjalan baik secara mandiri ataupun dengan

bantuan. Sebelum pelaksanaan ini, harus ditingkatkan terlebih dahulu

43

Page 44: 2-REHABILITASI MEDIK

Range of Motion dan kekuatan oto dari pasien. Latihan awal bisa

dimulai dengan menggunakan palang parallel.

e. Transfer training (latihan perpindahan) yang merupakan gol utama dari

rehabilitasi. Biasanya mencakup latihan perpindahan dari kursi ke

tempat tidut, kursi ke toilet, kursi ke posisi berdiri maupun sebaliknya.

f. Tilt table, biasa digunakan untuk orang dengan tekanan darah rendah

atau dengan hipotensi orthostatic.

Sering merupakan bagian dari satu paket program, misalnya stroke

rehabilitation, rehabilitasi medik COPD dan lain-lain.

6. BOBATH

Bobath adalah sistem terapi latihan yang dirancang untuk menghambat

spastisitas dan mebantu dalam perkembangan respon refleks. Sering digunakan

sebagai terapi penyembuhan pasien stroke.

Latihan bobath, terdiri dari 3 tehnik yaitu:

1. Inhibisi (untuk menghambat kekakuan)

2. Fasilitasi (mempermudah terjadinya suatu gerakan)

3. Stimulasi (rangsangan-rangsangan)

KET:

44

Page 45: 2-REHABILITASI MEDIK

KET: BOBATH

7. KEGEL

Kegel adalah latihan untuk menguatkan otot dasar panggul. Inti dari latihan ini

adalah mengkontraksikan otot panggul dan mencegah kelemahan dari otot ini.

Selama kehamilan dan melahirkan, otot panggul dapat menjadi teregang dan

melemah, yang mengakibatkan gangguan mengontrol BAK berbulan-bulan atau

tahunan setelah melahirkan. Selain itu, wanita lanjut usia dan memiliki berat badan

berlebih juga dapat mengalami kelemahan otot panggul. Pada pria, operasi prostat

dapat melemahkan otot panggul.

Kegunaan senam kegel antara lain dapat menguatkan otot-otot yang

mengontrol alur dari urine, mencegah prolaps uteri pada wanita, mengencangkan

otot-otot vagina, dan berguna untuk mengatasi urgensi yaitu keinginan berkemih

yang sangat kuat. Senam kegel dapat digunakan juga untuk mempersiapkan ibu

hamil menghadapi persalinan dengan cara latihan pernapasan serta penguatan otot-

otot yang akan digunakan pada proses persalinan.

45

Page 46: 2-REHABILITASI MEDIK

KET: KEGEL (Senam Hamil)

8. Latihan dengan pola khusus

Banyak macam latihan pola khusus yang dikenal di lingkungan rehabilitasi

medik, antara lain :

a. William’s Flexion Exercises untuk NPB.

b. Codman’s pendulum exercise untuk nyeri bahu (frozen shoulder).

c. Cailliet’s neck exercises untuk nyeri leher (cervical syndrome).

d. Frenkle’s exercises untuk ataxia dan penyakit Parkinson.

e. Pelvic floor exercise (kegel) untuk penguatan otot dasar panggul.

f. Untuk penderita CP;Bobath exercise; PNF exercise dan lain-lain.

g. Untuk penderita asma; SNS (Senam Nafas Sehat).

h. Scoliotic exercise: pola Klapp, pola Woodcock, pola- X.

i. Latihan drainase postural.

j. Biofeedback exercise untuk edukasi otot dan relaksasi.

k. Latihan relaksasi: Jocobson.

Latihan-latihan tersebut terpola khusus untuk kondisi-kondisi yang khusus

pula.

III.3.TERAPI WICARA (SPEECH THERAPY)

Terapi guna mengembalikan kemampuan berbicara penderita dengan keluarga

dan lingkungan.

46

Page 47: 2-REHABILITASI MEDIK

KET: Terapi Wicara

47

Page 48: 2-REHABILITASI MEDIK

III.4.ORTOTIK-PROSTETIK (ORTHOTICS-PROSTHETICS)

Dalam pelayanannya, produk OP berupa jasa pelayanan secara paripurna pembuatan ortose ataupun protese, secara garis besar produk OP bisa digambarkan sebagai berikut :

1. Ortotik- Upper Extremity Ortose (ortose anggota gerak atas)- Lower Extrremity Ortose ( ortose anggota gerak bawah)- Trunk/ Body and Spinal Ortose (ortose spinal)

2. Prostetik- Upper Extremity Protese (protese anggota gerak atas)- Lower Extremity Protese (protese anggota gerak bawah)- Partial Protese(protese bagian tubuh)

3. Walking Aid- wheel chair- cructh

4. Sepatu Ortopedi (orthopedic Shoes) terapi kecacatan dengan modifikasi sepatu.

Elbow Ortose Thumb splint

48

Page 49: 2-REHABILITASI MEDIK

Rest Splint Humeri ortose

SEP- ATU ORTOPEDI

KET: ORTOTIK-PROSTETIK

III.5. TERAPI OKUPASIONAL (OCCUPATIONAL THERAPY)

Terapi berupa latihan yang sesuai dengan pekerjaan terakhir penderita, atau

yang mungkin bisa penderita kerjakan guna memperoleh mata pencaharian.

KET: TERAPI OKUPASIONAL

BAB IV

PENUTUP

49

Page 50: 2-REHABILITASI MEDIK

Dari seluruh pembahasan makalah ini maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan

Rehabilitasi Medik memiliki beberapa tujuan yakni:

Meniadakan keadaan cacat bila memungkinkan,

Mengurangi keadaan cacat semaksimal mungkin,

Melatih orang dengan keadaan badan yang cacat untuk dapat hidup dan bekerja

sesuai dengan kemampuannya.

Tindakan-tindakan yang tercakup dalam kegiatan Rehabilitasi Medik adalah:

Terapi Fisik (Physical Therapy)

Terapi Latihan (Therapeutics Exercise)

Terapi Okupasional (Occupational Therapy)

Terapi Wicara (Speech Therapy)

Orthotics-Prosthetics

50

Page 51: 2-REHABILITASI MEDIK

DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Thamrinsyam. Satori, Dhewi Wahani. Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

(Phisiatry). Edisi-1. Unit Rehabilitasi Medik. Surabaya. RSUD dr.Soetomo/FK

Unair.1992.Hal 1-26.

Mandiri Rajut Masa Depan:

www.kompas.com/kompas-cetak/0507/13/kesehatan/1892858.htm

Rehabilitasi Medik : www.rsi.co.id/rehabilitasi_medis.htm

Rehabilitasi Medis : www.rssm.iwarp.com/rehab.htm

Rehabilitasi Medis Belum Banyak Dikenal:

www.suarapembaharuan.com/news/2004/11/12/kesra/kes03.htm

Rehabilitasi Medik Cegah Kecacatan Pasien:

www.pikiran-rakyat.com/cetak/0903/05/0319.htm

Republika Online : www.republika.co.id

Susan L. Michlovitz. 1990. Thermal Agents in Rehabilitation, second edition. F. A. Davis

Company: Philadelphia

YPAC Solo : www.ypac-solo.org/layanan.asp

51