2 panduankimiafisika volum molal partial dll

51
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM DASAR PROSES KIMIA DEPARTEMEN TEKNIK GAS DAN PETROKIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, AGUSTUS 2003

Upload: alam-lazuardi

Post on 02-Aug-2015

120 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA

LABORATORIUM DASAR PROSES KIMIA DEPARTEMEN TEKNIK GAS DAN PETROKIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK, AGUSTUS 2003

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

Tata Tertib Praktikum iv

Susunan Penulisan Laporan Praktikum Kimia Fisika vi

Percobaan 1 Adsorpsi Isotermis 1

Percobaan 2 Distilasi atau Penyulingan 7

Percobaan 3 Pengaruh Konsentrasi dan Suhu Pada Laju Reaksi 11

Percobaan 4 Sistem Zat Cair Tiga Komponen 15

Percobaan 5 Tegangan Permukaan 21

Percobaan 6 Kenaikan Titik Didih 27

Percobaan 7 Volum Molal Parsial 30

Percobaan 8 Tetapan Kesetimbangan 35

Percobaan 9 Penentuan Berat Molekul Berdasarkan Pengukuran Massa

Jenis Gas

40

Daftar Pustaka 44

Catatan:

Versi file PDF dari Buku Panduan Praktikum Kimia Fisika ini dapat di download di situs: http://www.chemeng.ui.ac.id/~lab-dpk

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika iii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt, serta hanya dengan rahmat dan

hidayahNya kami dapat menyelesaikan Modul Praktikum atau Buku Petunjuk

Praktikum Kimia Fisika ini.

Walaupun sifatnya sebagai mata ajaran pelengkap, kegiatan praktikum Kimia Fisika

merupakan bagian tak terpisahkan dari mata ajaran Kimia Fisika I dan II yang diberikan

pada semester 3 dan 4 di Program Studi Teknik Kimia, Departemen Teknik Gas dan

Petrokimia - Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI). Di samping itu juga, untuk

menjaga kesinambungan aspek-aspek teoretis dan ketrampilan praktis (termasuk

pengetahuan terhadap produk-produk alamiah) dalam pemahaman ilmu Kimia Fisika,

diperlukan suatu kegiatan praktikum dengan arah dan sistematika yang lebih jelas,

praktis namun komprehensif. Untuk memenuhi tujuan tersebut, maka dilakukan

beberapa perbaikan, penambahan ataupun pengurangan dalam penyajian Buku Petunjuk

Praktikum Kimia Fisika ini dibandingkan penyajian sebelumnya. Pada petunjuk

praktikum yang disusun ini jumlah keseluruhan percobaan yang disajikan adalah 9 mata

praktikum/percobaan.

Penyusunan Buku ini juga dapat diwujudkan atas bantuan beberapa staf dan karyawan

ataupun laboran di lingkungan Departemen Teknik Gas dan Petrokimia FTUI. Namun

demikian, kami tetap menyadari adanya beberapa kekurangan ataupun kekeliriuan

dalam penyusunan buku ini. Sehingga dengan senang hati kami dapat menerima kritik

dan saran yang berguna.

Akhirnya kami mengharapkan semoga buku ini bermanfaat bagi para pembaca.

Depok, Agustus 2003

Penyusun :

Atastina Sri Basuki

Setijo Bismo

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika iv

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Semua praktikan wajib mengenakan jas praktikum yang berwarna putih selama

melaksanakan praktikum.

2. Semua praktikan wajib hadir 15 menit sebelum tes awal dimulai, dan

menandatangani daftar hadir.

3. Semua praktikan wajib menyerahkan buku Laporan Pendahuluan dan Jurnal

Praktikum (lihat bagian contoh penulisan Laporan Pendahuluan dan Jurnal)

kepada asisten. Buku tersebut dapat diminta lagi kepada asisten setelah mengikuti

tes awal.

4. Semua praktikan wajib mengikuti tes awal sebelum percobaan dilakukan sampai

asisten yang bertanggung jawab menilai bahwa yang bersangkutan pantas dan

mampu melaksanakan percobaan yang telah ditentukan. Apabila praktikan tidak

mengikuti tes awal, percobaan dinyatakan GUGUR. Tes awal berlangsung 15

menit – 30 menit.

5. Semua praktikan wajib mencatat semua hasil pengamatan dari percobaan yang

dilakukan di dalam Laporan Pendahuluan dan Jurnal Praktikum. Pada akhir

percobaan semua hasil pengamatan harus diketahui dan ditandatangani oleh asisten.

6. Laporan Praktikum (lihat bagian contoh penulisan) harus sudah diserahkan

kepada asisten satu minggu setelah praktikum, sedangkan draft laporan

pendahuluan dan jurnal praktikum diserahkan kepada asisten sebelum tes awal

dimulai, untuk disetujui asisten. Keterlambatan penyerahan akan dikenai sanksi,

yaitu tidak boleh mengikuti praktikum pada hari penyerahan Laporan Praktikum.

7. Laporan Praktikum yang belum memenuhi persayaratan harus diperbaiki,

dan diserahkan kepada asisten yang bersangkutan paling lambat seminggu setelah

dinyatakan perlu perbaikan.

8. Peminjaman alat-alat praktikum harus seijin petugas laboratorium dan

dikembalikan kepada petugas dalam keadaan yang sama. Praktikan harus

menandatangani buku peminjaman dan pengembalian alat-alat praktikum.

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika v

9. Sebelum meninggalkan laboratorium, praktikan harus membersihkan meja

kerja dan alat-alat praktikum serta mengatur kembali letak bahan praktikum.

10. Penggunaan alat-alat dan pemakaian bahan kimia harus hati-hati, tidak boleh

sampai ada bahan kimia yang tercecer atau tumpah.

11. Kesalahan kerja dan atau kelalaian praktikan sehingga terjadi kerusakan alat

atau bahan yang terbuang, wajib diganti praktikan dengan alat/bahan yang

sama.

12. Bersikap sopan pada petugas laboratorium dan asisten.

13. Ketidakhadiran praktikan pada waktu yang telah dijadwalkan mendapatkan sanksi

dinyatakan GUGUR, kecuali ada alasan kuat dan atau musibah/kemalangan yang

tak terhindarkan.

14. Ketidakhadiran karena sakit, percobaannya dapat dilakukan di luar jadwal

praktikum dengan persetujuan asisten, setelah mendapat ijin dari Dosen

Koordinator Praktikum. Dispensasi perubahan jadwal karena sakit hanya

dibolehkan satu kali selama periode praktikum.

15. Ketentuan lulus praktium

• Telah mengikuti tes pendahuluan sebelum praktikum dimulai.

• Telah melaksanakan semua percobaan pada semester yang sama dan

dinyatakan lulus oleh asisten.

• Menyerahkan laporan praktikum untuk semua percobaan yang telah

dilaksanakan dan dinilai oleh asisten.

• Lulus ujian akhir praktikum.

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika vi

SUSUNAN PEMBUATAN LAPORAN PRAKTIKUM

1. KULIT LUAR/SAMPUL (Cover)

2. PENULISAN LAPORAN PENDAHULUAN DAN JURNAL

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA SEMESTER GANJIL 2003/2004

NAMA : .................................. NPM : .................................. KELOMPOK : ..................................

LABORATORIUM DASAR PROSES KIMIA DEPARTMEN TEKNIK GAS DAN PETROKIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK 2003

Tanggal PERCOBAAN 1 :

JUDUL

I. TUJUAN II. PRINSIP KERJA III. BAHAN DAN ALAT IV. PROSEDUR DAN PENGAMATAN

PERC. PROSEDUR KERJA HASIL PENGAMATAN A 1

2 3 4

B 1

2 3 4

Praktikan : Nama/NPM : 1.......................... Tanda tangan asisten, 2.......................... ( )

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika vii

3. PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM

TanggalPERCOBAAN 1

JUDUL

I. TEORI

II. PENGOLAHAN DATA

III. ANALISIS HASIL PENGAMATAN

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

V. JAWABAN TUGAS DAN PERTANYAAN

VI. DAFTAR PUSTAKA

PRAKTIKAN : 1. ......................., NPM ............................. Tanda tangan asisten, 2. ......................., NPM ............................ 3. ......................., NPM ............................ (................................)

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (1)

ADSORPSI ISOTERMIS Percobaan

1

TUJUAN Mengamati peristiwa adsorbsi suatu larutan pada suhu tetap oleh padatan.

TEORI Adsorbsi adalah peristiwa penyerapan cairan pada permukaan zat penyerap

(adsorbsi). Zat yang diserap disebut adsorbat. Zat padat terdiri dari atom-atom atau

molekul-molekul yang saling tarik menarik dengan daya tarik Van Der Waals. Kalau

ditinjau molekul-molekul di dalam zat padat, maka gaya tarik menarik antara satu

molekul dengan molekul yang lain disekelilingnya adalah seimbang. Sebab gaya tarik

yang satu akan dinetralkan oleh yang lain yang letaknya simetri (atau resultantenya =

0).

Lain halnya dengan molekul-molekul yang letaknya dipermukaan, gaya tarik

kedua molekul tersebut tidak seimbang karena pada salah satu arah disekeliling molekul

tersebut tidak ada molekul lain yang menariknya. Akibatnya zat tersebut akan menarik

molekul-molekul gas aatau solute kepermukaannya. Fenomena ini disebut adsorbsi.

Adsorbsi dipengaruhi :

- Macam adsorben

- Macam zat yang diadsorbsi (Adsorbat)

- Konsentrasi masing-masing zat

- Luas permukaan

- Temperatur

- Tekanan

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (2)

Untuk adsorben dengan luas permukaan tertentu, makin tinggi konsentrasi

adsorbat makin besar zat yang dapat diserap. Proses adsorbsi berada dalam keadaan

setimbang apabila kecepatan desorbsi sama dengan kecepatan adsorbsi. Apabila salah

satu zat ditambah atau dikurangi maka akan terjadi kesetimbangan baru.

Desorbsi adalah kebalikan adsorbsi, yaitu peristiwa terlepasnya kembali

adsorbat dari permukaan adsorben. Adsorbsi isotermis adalah adsorbsi yang terjadi pada

temperatur tetap. Untuk menerangkan fenomena adsorbsi secara kuantitatif kita

mendasarkan pada teori termodinamika dari Gibbs dan Van’t Hoff.

A. Persamaan empiris dari Adsorbsi isotermis Freundlich :

n log - X log k log C logn C n =+→=Χ kn

dimana,

X = berat zat (solut) yang teradsorbsi (gram)

m = berat adsorben (gram)

C = konsentrasi larutan setelah diadsorbsi (setelah setimbang)

k = konstanta Freundlich

n = konstanta lain

B. Persamaan teoritis dari adsorbsi Langmuir :

NmKNmC

NC 1+=

dimana,

N = mol asam yang teradsorbsi per gram karbon aktif

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (3)

C = konsentrasi akhir dari asam dalam mol/liter

K = konstanta Langmuir

Nm = jumlah mol yang diperlukan untuk membuat lapisan tunggal pada

karbon aktif.

Baik persamaan Freundlich maupun persamaan Langmuir hanya sesuai/cocok

jika zat yang diserap membentuk lapisan tunggal (monolayer) pada permukaan

adsorben. Kedua isoterm tersebut tidak cocok lagi pada tekanan yang lebih tinggi,

karena lapisan adsorbat yang terserap tidak lagi berbentuk lapisan tunggal, tetapi

menjadi lapisan multi molekuler.

Untuk kondisi ini, isoterm yang lebih sesuai dipakai adalah isoterm BET

(Brunauer Emmet and Teller). Isoterm ini dibuat atas dasar anggapan bahwa kekuatan

yang ada dipakai untuk kondensasi dan energi ikat adsorbsi multimolekuler. Kalor

adsorbsi gas pada lapisan kedua, ketiga dst dianggap sama dengan kalor pencairan gas.

Adsorbsi larutan oleh zat padat ada 3 kemungkinan :

a. Adsorbsi positif

Apabila solut relatif lebih besar teradsorbsi daripada adsorbent.

Contoh: zat warna oleh aluminium atau Chromium.

b. Adsorbsi negatif

Apabila solvent relatif lebih besar teradsorbsi daripada solute dalam larutan.

Contoh: Alkaloid dengan karbon aktif

c. Berdasarkan kondisi kita mengenal dua jenis adsorbsi

1. Adsorbsi fisika (physisorption)

Apabila adsorbsi berjalan pada temperatur rendah dan prosesnya reversibel

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (4)

jumlah asam yang hilang karena diadsorp = pengurangan konsentrasi asam

dalam larutan.

2. Adsorbsi kimia (chemisorption, activated adsorbsion)

Apabila adsorbsi berjalan pada temperatur tinggi disertai dengan reaksi kimia

yang irreversibel.

ALAT – ALAT YANG DIPAKAI 1. Kertas Saring

2. Labu erlenmeyer 7 buah

3. Cawan porselin 1 buah

4. Corong 1 buah

5. Pipet ukur 1 buah

6. Buret 1 buah

7. Statif/klem 1 buah

8. Bunsen/kaki tiga/kasa 1 buah

9. Gelas arloji 1 buah

10. Labu takar/gelas ukur 50 ml, 100 ml.

BAHAN-BAHAN YANG DIPAKAI 1. NaOH 0,1 N

2. Asam Asetat

3. Carbon aktif 6 gram

4. HCL

5. Indikator PP/MO

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (5)

PROSEDUR PERCOBAAN Sebagai adsorben dipakai karbon aktif dan sebagai adsorbat dipakai suatu asam

(ditentukan oleh asisten, misal asam asetat).

1. Panaskan karbon dalam cawan porselin, jaga jangan sampai membara, kemudian

didinginkan dalam exicator. Masukkan dalam enam buah labu erlenmeyer

dengan berat karbon masing-masing 1 gram.

2. Buatlah larutan asam dengan konsentrasi 0,15; 0,12; 0,09; 0,06; 0,03 dan 0,015

M dengan volume masing-masing 100 ml. Larutan ini dibuat dari pengenceran

larutan 0,15 N.

3. Satu enlenmeyer yang tidak ada karbon aktifnya disi 100 ml 0,03M larutan asam

asetat, contoh ini akan dipakai sebagai kontrol.

4. Tutup semua labu tersebut dan kocoklah secara periodik selama 30 menit,

kemudian biarkan diam untuk paling sedikit 1 jam agar terjadi kesetimbangan.

5. Saringlah masing-masing larutan memakai kertas saring halus, buang 10 ml

pertama dari filtrat untuk menghindarkan kesalahan akibat adsorbsi karena

kertas saring.

6. Titrasi 25 ml larutan filtrat dengan 0,1 N NaOH baku dengan indikator PP.

Lakukan 2 kali untuk masing-masing larutan

TUGAS 1. Hitung konsentrasi akhir dari asam asetat dari masing-masing tabungnya.

2. Hitunglah jumlah mol sebelum dan sesudah adsorbsi dan hitung pula jumlah mol

yang telah teradsorbsi.

3. Hitunglah mol asam yang teradsorbsi per gram karbon aktif pada masing-masing

tabung.

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (6)

4. Hitunglah jumlah mol yang diperlukan untuk membuat lapisan tunggal pada

karbon aktif (Nm).

BAHAN UNTUK UJI PENDAHULUAN: 1. Bagaimana membuat larutan 0,15 M asam asetat dari asam asetat absolut.

2. Bagaimana membuat larutan 0,12M, 0,09M, 0,06M, 0,03M, 0,015M dari larutan

0,15M asam asetat dengan volume masing-masing 100 ml.

3. Tuliskanlah rumus pH larutan yang terdiri dari campuran asam lemah dengan

basa kuat.

4. Mengapa kita pilih larutan NaOH untuk menitrasi larutan filtrat pada prosedur

no. 6 dan bukan larutan NH4OH yang basa lemah?

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (7)

DISTILASI atau PENYULINGAN Percobaan

2

TUJUAN: Mahasiswa/praktikan mampu memisahkan bahan-bahan kimia alami dengan

proses destilasi sederhana.

PERALATAN: • Labu destilasi 500 ml

• Kondenser

• Labu erlenmeyer

• Termometer

• Pemanas (Heating mantle)

BAHAN: • Daun dan batang kayu putih

• Daun dan batang kayu manis

• Daun dan batang cengkeh

• Dan lain-lain, Misalnya batang sereh ( Citronella)

PROSEDUR KERJA: 1. Timbang ± 25 gram daun-daunan atau kulit buah yang mengandung bahan-

bahan kimia alami dan berkhasiat, seperti kayu-putih, cengkeh, lemon, dan lain-

lain (lihat tabel 1) yang sudah dirajang halus (dengan lebar sekitar 2 – 5 mm),

kemudian masukkan ke dalam labu destilasi 500 mL dan tambahkan 250 mL air.

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (8)

2. Periksa instalasi dan semua sambungan alat destilasi dengan seksama. Pastikan

tidak ada yang salah pasang dan kendur.

3. Nyalakan kerangan air untuk pendinginan kondenser dengan bukaan yang relatif

kecil sekali (± 25%).

4. Nyalakan pemanas untuk labu distilasi (± skala 9).

5. Lakukan operasi distilasi selama 30 menit (gunakan stopwatch), mulai dari

tetesan pertama.

6. Simpan hasilnya pada labu erlenmeyer dan pisahkan di tempat yang aman.

7. Timbang ± 25 gram daun-daunan + batang kering (atau campuran kulit basah

dan kering), kemudian masukkan ke dalam labu destilasi 500 mL dan tambahkan

250 ml air.

8. Ulangi seperti langkah 2 s/d 6 di atas.

TUGAS 1. Amati hasil-hasil yang didapat dari prosedur kerja di atas, dengan parameter-

parameter sebagai berikut:

- Berat dan volume campuran,

- Bau atau aroma campuran,

- Fasa campuran,

- Warna cairan,

- Densitas produk (relatif terhadap air),

- Lain-lain (tanyakan pada koordinator atau asisten).

2. Carilah literatur-litratur (termasuk koran dan majalah ilmiah populer) yang

berhubungan dengan percobaan ini.

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (9)

Tabel 1. Tumbuhan dan buah yang mengandung bahan-bahan kimia alami.

No. Tumbuhan Produk Minyak

1. Cengkeh (Syzygium aromaticum) Minyak cengkeh (± 85 % eugenol)

2. Kayu putih (± 500 species: Eucalyptus critriodora, E. smithii, E. globulus, E. robusta)

Minyak kayu putih (mayoritas: cineole, piperitone)

3. Kulit buah jeruk lemon (Citrus limon, C. medica)

Minyak lemon (lemon oil, mengandung: d-limonene dan citral))

4. Kayu manis (Cinnamomum cassiavera, Cinnamomum iners, Cinnamomum zeylanicum)

Minyak kayu manis (mayoritas mengandung: cinnamon, dan saffrol)

5. Nilam (Pogostemon cablin (Blanco), Pogostemon heyneanus, Pogostemon hortensis)

Minyak nilam (patchouli oil, mengandung senyawaan: patchouli alcohol, patchouli campur, eugneno, benzaldehyde, cinnamic aldehide, cadinene)

Gambar 1. Rangkaian alat distilasi sederhana

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (10)

Gambar 2. Daun kayu putih Gambar 3. Daun kayu manis

Gambar 4. Daun nilam Gambar 5. Daun cengkeh

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (11)

PENGARUH KONSENTRASI DAN SUHU PADA LAJU REAKSI

Percobaan

3

TUJUAN: 1. Mempelajari pengaruh perubahan konsentrasi pada laju reaksi.

2. Mempelajari pengaruh suhu pada laju reaksi

PENDAHULUAN Percobaan ini bersifat semi kualitatif yang dapat digunakan untuk menentukan

pengaruh perubahan konsentrasi dan pengaruh suhu pada laju reaksi. Reaksi yang

diamati adalah reaksi pengendapan koloid belerang yang terbentuk apabila tiosulfat

direaksikan dengan asam. Yang diukur dalam percobaan ini adalah waktu yang

dperlukan agar koloid belerang mencapai suatu intensitas tertentu. Reaksi

pengandapan belereng dapat ditulis sebagai berikut :

)(222

32 )()()(2)( sSgSOIOHaqHaqOS ++→++−

ALAT-ALAT YANG DIPAKAI 1. Gelas ukur

2. Stop Watch

3. Erlenmeyer

4. Thermometer

5. Bunsen, Kaki tiga dan kasa

6. Pipet Volum

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (12)

BAHAN-BAHAN YANG DIPAKAI 1. 322 OSNa

2.HCL

PROSEDUR PERCOBAAN

Bagian A 1. Tempatkan 50 ml natrium tiosulfat 0,25 M dalam gelas ukur yang mempunyai

alas rata.

2. Tempatkan gelas ukur tadi diatas sehelai kertas putih tepat diatas tanda silang

hitam yang dibuat pada kertas putih tsb, sehingga ketika dilihat dari atas melalui

larutan tiosulfat, tanda silang itu jelas terlihat.

3. Tambahkan 2 ml HCL 1 M dan tepat ketika penambahan dilakukan nyalakan

stop watch. Larutan diaduk agar pencampuaran menjadi merata, sementara

pengamatan dari atas tetap dilakukan.

4. Catat waktu yanag diperlukan sampai tanda silang hitam tidak dapat diamati dari

atas.

5. Suhu larutan diukur dan dicatat

6. Ulangi langkah-langkahdi atas dengan volume larutan tiosulfat dan volume air

yang berbeda-beda

TUGAS 1. Dalam percobaan ini 1/waktu digunakan untuk mengukur laju reaksi.

Buatlah kurva laju reaksi sebagai fungsi konsentrasi tiosulfat

2. Hitung order reaksi terhadap tiosulfat

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (13)

Bagian B

1. Masukkan 10 ml larutan Na-tiosulfat 0,5 M kedalam gelas ukur, lalu encerkan

hingga volumenya mencapai 50 ml

2. Ambil 2 ml HCL 1 M, masukkan ke dalam tabung reaksi, tempatkan gelas ukur

dan tabung reaksi tersebut pada penangas air yang suhunya ± 35oC. Biarkan

kedua larutan tersebu beberapa lama, sampai mencapai suhu kesetimbangan.

Ukur suhu dengan menggunakan termometer dan catat.

3. Tambahkan asam kedalam larutan tiosulfat, dan pada saat yang bersamaan

nyalakan stop watch. Larutan diaduk lalu tempatkan gelas ukur diatas tanda

silang hitam. Catat waktu yang dibutuhkan sampai tanda silang tidak terlihat lagi

bila dilihat dari atas.

4. Ulangi langkah diatas untuk berbagai suhu sampai 60oC (lakukan untuk 4 suhu

yang berbeda).

TUGAS 1. Laju reaksi dinyakan sebagai 1/waktu. Buat kurva laju reaksi sebagai fungsi

suhu (oC). Buat kurva log laju reaksi sebagai fungsi 1/suhu (1/oK).

2. Beri komentar mengenai bentuk kurva yang diperoleh.

PERTANYAAN 1. Faktor apa yang mempengaruhi kecepatan reaksi ?

2. Apa yang dimaksud dengan konstanta kecepatan reaksi ?

3. Peningkatan suhu tidak selalu berarti peningkatan laju reaksi.

Beri komentar anda mengenai hal ini !

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (14)

PUSTAKA Tony Bird,”Penuntun Praktikum KIMIA FISIKA untuk Universitas”., Alihbahasa,

Kwee le Tjien, Cet.1, Jakarta : Gramedia, 1987

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (15)

SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN

Percobaan

4

TUJUAN: Membuat kurva kelarutan suatu cairan yang terdapat dalam dua cairan tertentu.

TEORI Berdasarkan hukum fasa Gibbs, jumlah terkecil variabel bebas yang diperlukan

untuk menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada kesetimbangan diungkapkan

sebagai :

F = C – P + 2

dimana,

F = jumlah derajat kebebasan

C = jumlah komponen

P = jumlah fasa

Dalam ungkapan diatas, kesetimbangan dipengaruhi oleh suhu, tekaanan dan

komposisi sistem. Jumlah derajat kebebasan untuk sistem tiga komponen pada suhu dan

tekanan tetap dapat dinyatakan sebagai :

F = 3 – P

Jika dalam sistem hanya terdapat satu fasa, maka F = 2, berarti untuk

menyatakan keadaan sistem dengan tepat perlu ditentukan konsentrasi dari dua

komponennya. Sedangkan bila dalam sistem terdapat dua fasa dalam kesetimbangan,

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (16)

maka F = 1, berarti hanya satu komponen yang harus ditentukan konsentrasinya dan

konsentrasi komponen yang lain sudah tertentu berdasarkan diagram fasa untuk sistem

tersebut. Oleh karena sistem tiga kompoen pada suhu dan tekanan tetap mempunyai

jumlah derajat kebebasan paling banyak dua, maka diagram fasa sistem ini dapat

digambarkan dalam satu bidang datar berupa suatu segitiga samasisi yang disebut

diagram terner.

Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga kompoen tergantung pada daya saling

larut antar zat cair tersebut dan suhu percobaan. Andaikan ada tiga zat cair A, B dan C.

A dan B saling larut sebagian. Penambahan zat C kedalam campuran A dan B akan

memperbesar atau memperkecil daya saling larut A dan B.

Pada percobaan ini hanya akan ditinjau sistem yang memperbesar daya saling

larut A dan B. Dalam hal ini A dan C serta B dan C saling larut sempurna. Kelarutan

cairan C dalam berbagai komposisi campuran A dan B pada suhu tetap dapat

digambarkan pada suatu diagram terner. Prinsip menggambarkan komposisi dalam

diagram terner dapat dilihat pada gambar (1) dan (2) di bawah ini.

P

C

A By

x

z

Gambar 1

Titik A, B dan C menyatakan kompoenen murni. Titik-titik pada sisi Ab, BC

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (17)

dan Ac menyatakan fraksi dari dua komponen, sedangkan titik didalam segitiga

menyatakan fraksi dari tiga komponen. Titik P menyatakan suatu campuran dengan

fraksi dari A, B dan C masing-masing sebanyak x, y dan z.

C

A B

P

Q

25 50 75

75

50

25 75

50

25

Gambar 2

Titik X menyatakan suatu campuran dengan fraksi A = 25%, B = 25%, dan C =

50%. Titik-titik pada garis BP dan BQ menyatakan campuran dengan perbandingan

dengan jumlah A dan C yang tetap, tetapi dengan jumlah B yang berubah. Hal yang

sama berlaku bagi garis-garis yang ditarik dari salah satu sudut segitiga kesisi yang ada

dihadapannya. Daerah didalam lengkungan merupakan daerah dua fasa. Salah satu cara

untuk menentukan garis binoidal atau kurva kelarutan ini ialah dengan cara menambah

zat B ke dalam berbagai komposisi campuran A dan C. Titik-titik pada lengkungan

menggambarkan komposisi sistem pada saat terjadi perubahan dari jernih menjadi

keruh. Kekeruhan timbul karena larutan tiga komponen yang homogen pecah menjadi

dua larutan konjugat terner.

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (18)

ALAT-ALAT YANG DIPAKAI 1. Labu tertutup 100 ml 5 buah

2. Erlenmeyer 250 ml 3 buah

3. Burat 50 ml 3 buah

4. Neraca

5. Thermometer

BAHAN-BAHAN YANG DIPAKAI 1. Aseton

2. Benzena

3. Kloroform

4. Etanol

5. Asam asetat glasial

6. Aquades

JALANNNYA PERCOBAAN 1. Dalam labu erlenmeyer yang bersih, kering dan tertutup, buatlah 9 macam

campuran cairan A dan C yang saling larut sempurna dengan komposisi sebagai

berikut :

Labu 1 2 3 4 5 6 7 8 9

ml A 2 4 6 8 10 12 14 16 18

ml B 18 16 14 12 10 8 6 4 2

Semua pengukuran volume dilakukan dengan buret

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (19)

2. Titrasi tiap campuran dalam labu 1 s/d 9 dengan zat B sampai tepat timbul

kekeruhan, dan catat jumlah volume zat B yang digunakan.

Lakukan titrasi dengan perlahan-lahan

3. Tentukan rapat massa masing-masing cairan murni A, B dan C

4. Catat suhu kamar sebelum dan sesudah percobaan

TUGAS 1. Lakukan percoban di atas untuk zat A, B dan C sesuai dengan tugas dari asisten.

Berdasarkan zat yang diberikan, tentukan sendiri zat mana yang memiliki sifat

A, B dan C. Beberapa kemungkinan tugas adalah sebagai berikut :

Kloroform-aseton-air, Aseton-benzena-air, Air-kloroform-asam asetat dan Air-

benzena-etanol

2. Hitung konsentrasi ketiga komponen dalam fraksi mol untuk tiap campuran

ketika terjadi perubahan jumlah fasa, dengan rumus :

xi = ni/(n1 + n2 + n3)*100%

n1 = V1 p1/M1, n2 = V2 p2/M2 = V3 p3/M3

3. Gambarkan kesembilan titik itu pada kertas grafik segi tiga dan buat kurva

binoidalnya sampai memotong sisi AB dari segitiga

PERTANYAAN 1. Dapatkah penggambaran komposisi cairan dalam diaagram terner dinyatakan

dalam persen volum ? Jelaskan !

2. Apa arti garis hubung (tie line) serta bagaimana cara menentukannya secara

eksperimental.

3. Apa pula arti titik kritik dalam diagram terner ? berapa derajat kebebasannya ?

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (20)

4. Gambarkan diagram terner untuk sistem yang mempunyai dua pasang cairan

yang saling larut sebagian, pasangan itu, misalnya A dan B serta B dan C.

PUSTAKA A.W. Francis, Liquid-Liquid Equilibriums, Interscience Publisher, New York, 1963

Daniel et al., “Experimental Physical Chemistry”, ed VII, 1970, hal. 128-131

G.W. Caastellan, Physical Chemistry, Ed. I, 1971, hal. 247-350

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (21)

TEGANGAN PERMUKAAN Percobaan

5

TUJUAN:

1. Menentukan tegangan permukaan cairan secara relatif dengan air sebagai

pembanding.

2. Menentukan parakhor tunggal.

TEORI:

Molekul-molekul yang berada dalam fasa cair seluruhnya akan dikelilingi oleh

molekul-molekul dengan gaya tarik-menarik yang sama kesegala arah. Sedangkan

molekul pada permukaan mengalami tarikan ke dalam rongga cairan karena gaya tarik-

menarik di dalam rongga cairan lebih besar dari pada gaya tarik-menarik oleh molekul

uap yang berada di atas permukaan cairan. Hal ini berakibat permukaan cenderung

mengkerut untuk mencapai luas yang sekecil mungkin.

Tegangan permukaan (g) didefinisikan sebagai gaya tiap satuan panjang yang

bekerja pada permukaan untuk melawan pembesaran permukaan, atau sebagai energi

persatuan luas yang diperlukan untuk memperluas permukaan sebesar satu satuan luas

pada suhu, tekanan, dan komposisi tetap.

Metode penentuan tegangan permukaan diantaranya ialah:

1. Metode kenaikan kapiler

Bila suatu pipa kapiler dimasukkan ke dalam suatu cairan yang membasahi

dinding, maka cairan akan naik ke dalam kapiler karena adanya tegangan

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (22)

permukaan. Kenaikan cairan sampai ketinggian tertentu, sehingga terjadi

keseimbangan antara gaya ke atas dan gaya ke bawah menyebabkan tinggi

permukaan cairan akan stabil.

Gaya ke atas : 2πrγ cos θ Gaya ke bawah : πr2 h d g

Gaya ke atas sama dengan gaya ke bawah sehingga didapat persamaan untuk

tegangan permukaan yaitu:

γ = ½ r h d g (untuk θ = 0)

γ

θ

γ cos θ

d

h

dimana:

h = Tinggi permukaan cairan pada kapiler

d = Massa jenis cairan

g = Gaya gravitasi

r = Jari-jari pipa kapiler

γ = Tegangan permukaan

θ = Sudut kontak

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (23)

Percobaan ini dilakukan menggunakan zat cair yang telah diketahui tegangan

permukaannya sebagai pembanding.

2. Metode Berat Tetes

Suatu cairan yang membasahi gelas akan berupa tetesan pada ujung pipa

vertikal. Mula-mula tetesan berupa setengah bola, kemudian memanjang dan

membentuk pinggang. Pada saat akan jatuh bebas, gaya ke bawah pada tetesan

(mg) akan sama dengan gaya ke atas yang menahan tetesan (2πrγ), sehingga

menurut Hukum Tate diperoleh:

mg = 2πrγ atau γ = mg/(2πr)

dimana: m = Massa satu tetesan

g = Gaya gravitasi

r = Jari-jari pipa luar

γ = Tegangan permukaan

Berat tetesan yang jatuh bukan berat yang ideal, karena sekitar 40% dari cairan

masih tertinggal pada ujung pipa, oleh karena itu diperlukan suatu faktor

koreksi (Fd) sehingga:

Fdr

mg .2(

=

πγ

Dimana Fd merupakan faktor koreksi yang bergantung pada V/r3, jika V adalah

volume suatu tetesan. Nilai ini dapat dicari pada tabel Harkins dan Brown

(lihat pustaka). Nilai Fd untuk percobaan dapat dicari dengan menggunakan

grafik V/r3 terhadap Fd.

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (24)

Parakhor Oleh Sugden parakhor didefinisikan sebagai:

γ

=

dMP

Dimana M adalah berat molekul zat, d adalah massa jenis zat dan γ adalah tegangan

permukaan.

Parakhor bersifat aditif dan dapat dihitung dari parakhor ekivalen unsur-unsur

pembentuknya dengan mengingat ikatan-ikatan kimia yang dimiliki senyawa tersebut.

Tabel faktor koreksi untuk berat tetes:

V/r3 Fd

2.995 0.261

2.637 0.262

2.341 0.264

2.093 0.265

1.706 0.266

1.424 0.265

1.211 0.264

1.124 0.263

1.048 0.262

B A

Peralatan dan bahan yang dipergunakan: 1. Pipa kapiler - Alkohol

2. Alat berat tetes - Aseton

3. Botol timbang - Benzen

4. Labu erlenmeyer - Toluen

5. Neraca - Larutan NaCl 0.2M

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (25)

6. Mikrometer atau Mistar ukur geser - dll.

7. Termometer

8. Piknometer.

Prosedur Percobaan:

1. Metode Kenaikan Kapiler

- Tentukan terlebih dahulu massa jenis masing-masing cairan dengan

menggunakan piknometer.

- Tabung diisi air, kemudian pipa kapiler dimasukkan ke tabung dan diberi

tekanan, sehingga air dalam kapiler naik dan kemudian tekanan dilepaskan

sehingga permukaan kapiler akan turun sampai pada ketinggian tertentu.

- Catat permukaan cairan di dalam pipa kapiler dan di luar pipa kapiler sehingga

didapat selisih tinggi permukaan tadi yang merupakan nilai h.

- Ulangi percobaan ini sampai tiga kali pengamatan kemudian diganti dengan

cairan yang akan dicari nilai tegangan permukaannya.

2. Metode Berat Tetes

- Tabung A diisi air sampai lebih tinggi sedikit dari tanda tertentu.

- Pada tabung B diisap dengan pompa sehingga ada tetes air yang melewati

kapiler, biarkan menetes sampai tanda tertentu.

- Hitunglah banyaknya tetesan mulai dari tanda sampai dibawahnya lagi.

- Ulangi percobaan ini tiga kali untuk setiap zat cair yang akan dicari nilai

tegangan permukaannya.

Tugas: 1.a. Untuk sistem 2 cairan murni yang saling larut, siapkan campuran sebanyak 50 ml

dengan komposisi 25%, 50%, dan 75% volum A.

b. Untuk sistem padat cairan yang larut sempurna, siapkan larutan dengan

konsentrasi 0.2M, 0.15M dan 0.05M.

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (26)

2. Tentukan tegangan permukaan (γ), dan massa jenis zat murni dan larutan-larutan

yang dibuat.

3. Plot grafik γ terhadap komposisi larutan.

4. Untuk zat murni, tentukan faktor koreksi Fd dari perhitungan massa satu tetes (m)

dan massa jenis (d) secara grafik, yaitu grafik V/r3 terhadap nilai Fd dari tabel.

Bandingkan harga γ dari percobaan dengan harga γ dari literatur.

5. Hitung pula parakhor zat murni dan bandingkan nilai yang didapat dengan

parakhor yang dihitung dari parakhor ekivalen.

Pertanyaan: 1. Untuk sistem yang anda teliti jelaskan efek zat terlarut terhadap perubahan tegangan

permukaan pelarut murni.

2. Untuk cairan yang tak membasahi gelas, apakah peralatan yang anda pakai dapat

digunakan? Jelaskan!

3. Dengan mengingat konsep parakhor, dalam hubungan dengan penelitian ilmu kimia,

pentingkah penentuan tegangan permukaan ini?

Pustaka 1. Glasstone, S. 1946. “Textbook of Physical Chemsitry”. 2nd ed. P. 487-496.

2. Harkins and Brown. 1919. Journal Am. Chem. Soc. 41. P. 499.

3. Daniels, F. Et al. 1970. “Experimental Physical Chemistry”. 7th ed. P. 359-365.

McGraw Hill.

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (27)

KENAIKAN TITIK DIDIH Percobaan

6

TUJUAN:

Untuk menentukan berat molekul suatu zat dengan metode kenaikan titik didih.

TEORI: Apabila zat padat yang tidak mudah menguap dilarutkan dalam pelarut, maka

tekanan uap akhirnya akan turun sehingga titik didih larutan akan naik dan titik bekunya

akan turun dibandingkan dengan pelarut murni.

Untuk larutan ideal, menurut Raoult kenaikan titik didih sebanding dengan jumlah

zat terlarut dan dapat ditunjukkan dengan hubungan:

∆T = Kb.m atau Kb = MA WA ∆T/(1000 WB)

dimana

∆T : Kenaikan titik didih

Kb : Tetapan kenaikan titik didih molal

m : Molalitas zat terlarut

WA : Massa pelarut (gram)

WB : Massa zat terlarut (gram)

MB : Berat molekul zat terlarut

Harga Kb dapat diketahui jika massa m zat terlarut diketahui. Jadi dari penentuan titik

didih pelarut murni, dan kenaikan titik didih larutan yang diketahui konsentrasinya,

dapat ditentukan berat molekul zat terlarut.

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (28)

PERALATAN YANG DIGUNAKAN : 1. Gelas piala

2. Termometer

3. Tabung reaksi

4. Bunsen

5. Pengaduk

BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN : 1. NaCl

2. KCl

3. Zat X

PROSEDUR PERCOBAAN: 1. Keringkan alat -alat yang akan digunakan.

2. Isi gelas piala kira-kira dengan 300 ml air dan panaskan menggunakan bunsen.

3. Ukurlah titik didih pelarut murni.

4. Ukur titik didih larutan yang diketahui berat molekulnya, massa zat terlarut,

dan massa pelarut ( 3 kali ).

5. Ulangi langkah 4 untuk zat terlarut yang diberikan oleh asisten (3 kali).

TUGAS: 1. Amati betul-betul suhu pada butir 4.

2. Tentukan berat molekul zat X.

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (29)

PERTANYAAN: 1. Mengapa tekanan uap larutan lebih rendah daripada tekanan uap pelarut murni?

2. Mengapa titik didih larutan lebih tinggi daripada titik didih pelarut murni?

3. Bagaimana persamaan untuk menentukan kenaikan titik didih pada teori jika

larutannya adalah larutan elektrolit (gunakan persamaan ini untuk menghitung hasil

percobaan yang menggunakan larutan elektrolit).

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (30)

VOLUM MOLAL PARSIAL Percobaan

7

TUJUAN:

1. Menentukan volum molal parsial dengan bantuan kurva volum molal nyata (0)

untuk zat terlarut vs jumlah mol zat terlarut pada volum molal parsial tertentu.

2. Menghitung massa jenis larutan.

TEORI: Volum molal parsial komponen I dari sistem larutan didefinisikan sebagai:

iniJPTniVVi =

= ,,

δδ

Dimana V adalah volum, n adalah jumlah mol, T adalah suhu dan P adalah tekanan

sistem.

Volum larutan adalah fungsi dari suhu, tekanan, dan jumlah mol dan dapat dinyatakan

sebagai:

,...)2,1,,( nnPTfV =

atau

...22

11

++++= dnnVdn

nVdP

PVdT

TVdV

δδ

δδ

δδ

δδ

Pada suhu dan tekanan tetap, dari persamaan (1) dan (3) didapat:

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (31)

...2211 ++= dnVdnVdV

Volum molal parsial akan tetap pada kondisi dimana komposisi, suhu, dan tekanan

tetap.

Integrasi persamaan (4) pada kondisi tersebut memberikan:

tetapanVnVnV +++= ...2211

Jika n1 = n2 maka tetapan akan sama dengan 0.

Contoh perhitungan volum molal parsial:

Misalkan akan dicari volum molal parsial zat terlarut dalam pelarut air sebanyak 1000

gram, maka:

2211 VnVnV +=

1000 gram air = 55.51 mol sehingga:

2211 VnVnV +=

Dimana V adalah volum seluruh larutan, n1 adalah jumlah mol air dengan volum molal

parsial V1, dan m adalah jumlah mol zat terlarut dengan volum molal parsial V2.

Jika V0 adalah volum molal air murni, dan φ adalah volum molal nyata untuk zat

terlarut, maka:

φ211 0 nVnV +=

Diketahui pula bahwa,

aVdannmMV

laru ρρ10001121000 0

tan

=+

=

Dimana M2 adalah berat molekul solut, ρlarutan adalah massa jenis larutan dan ρa adalah

massa jenis air murni.

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (32)

Dari persamaan (8) didapat:

−= )(100021 tan

tan aa

mM laru

laru ρρρ

ρφ

−−

−= )(100021

tan WeWoWoW

mM

laruρ

Dimana W adalah massa piknometer yang berisi larutan, We adalah massa piknometer

kosong, dan Wo adalah massa piknometer berisi air murni.

Dari definisi volum molal parsial dan persamaan (6) dan (7):

1,,2

2 NTPNVV

=

δδ

1,,2

2 NTPN

N

+=

δδφφ

+=

mm

δδφφ

Demikian pula untuk

−=

−= 1,,

1211

11

1221 0 NPT

NNVN

NNVNVV

δδφ

−=

mmV

δδφ

51.5521

Pada umumnya untuk larutan elektrolit sederhana, volum molal parsial nyata (apparent

molal volum) adalah linear terhadap √m. Prediksi Debye-Huckel untuk larutan encer

sesuai dengan perilaku ini karena:

)(21)(

)( mddx

mdmmd

xmd

ddmd φφφ

==

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (33)

Persmaan (10 dan (12) dapat diubah menjadi:

)(22

mddmV φφ +=

−=

)(251,5511 0

mddmmVV φ

Dari persamaan (13) dapat dibuat grafik φ vs √m yang linear, sehingga didapat gradien

dφ/d(√m). Pada √m = 0, nilai φ = φ0. Selanjutnya dari kedua nilai tersebut dapat

dihitung V1 dan V2.

PERALATAN YANG DIGUNAKAN: 1. Neraca

2. Labu ukur

3. Piknometer

4. Erlenmeyer

5. Pengaduk

BAHAN: 1. Garam NaCl

2. Aquades

PROSEDUR PERCOBAAN: 1. Buat larutan NaCl 3 M sebanyak 200 ml.

2. Dengan cara pengenceran buatlah larutan dengan konsentrasi ½, ¼, 1/8, dan

1/16 dari konsentrasi semula.

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (34)

3. Timbanglah massa piknometer kosong We, piknometer berisi air Wo, dan

massa piknometer yang berisi masing-masing larutan.

4. Catat suhu dalam piknometer.

TUGAS: 1. Hitung φ dari setiap harga m.

2. Buat grafik antara φ vs √m, tentukan φ0 dan gradien dφ/d(√m).

3. Hitung volum molal parsial V1 dan V2.

4. Hitung massa jenis larutan (ρlarutan ) untuk masing-masing larutan yang dibuat.

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (35)

TETAPAN KESETIMBANGAN Percobaan

8

TUJUAN:

1. Mengukur tetapan kesetimbangan.

2. Memperlihatkan bahwa tetapan kesetimbangan tidak bergantung pada

konsentrasi awal reaktan.

TEORI: Dalam pengukuran tetapan kesetimbangan, pada praktiknya akan ditemui beberapa

kesulitan. Dalam menentukan nilai Kc suatu reaksi, pertama kali reaksi harus ditunggu

sampai ia mencapai kesetimbangan. Kemudian konsentrasi reaktan dan produk diukur,

baru nilai Kc dapat ditentukan. Akan tetapi dalam pengukuran konsentrasi reaktan atau

produk seringkali sejumlah larutan diambil untuk dianalisis. Pengambilan larutan ini

akan mempengaruhi kesetimbangan. Idealnya harus digunakan suatu metode yang tidak

melibatkan pengambilan larutan untuk dianalisis seperti metode di atas. Salah satu

metode yang tidak melibatkan pengambilan larutan dalam menentukan konsentrasi

reaktan atau produk adalah metode kalorimeter.

CH3COOH + C2H5OH ⇔ CH3COOC2H5 + H2O

Reaksi ini berlangsung sangat lambat, tetapi dapat dikatalisis oleh ion H+. Walaupun

telah dikatalisis, untuk mencapai kesetimbangan masih diperlukan waktu beberapa hari,

karena reaksinya sangat lambat. Konsentrasi reaktan atau produk dapat ditentukan

dengan titrasi yang dilakukan dengan cepat agar tidak mengganggu kesetimbangan

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (36)

secara nyata. Tetapan kesetimbangan selanjutnya dapat dihitung menggunakan

persamaan:

( )( )( )( )OHHCCOOH

OHHCOOCKc523

2523

CHCH

=

PERALATAN YANG DIGUNAKAN: 1. Buret

2. Erlenmeyer tertutup

3. Neraca

4. Pipet volum

BAHAN: 1. HCl 2M

2. Etanol (kandungan airnya diketahui)

3. Asam asetat

4. Indikator phenolpthalein (PP)

PROSEDUR PERCOBAAN:

• Kesetimbangan reaksi yang akan dicoba baru tercapai satu minggu kemudian,

sehingga larutan harus dibuat terlebih sekarang, dan dititrasi seminggu

kemudian.

• Pertamakali buret-buret yang tersedia diisi dengan larutan HCl, Asam asetat

glasial, dan Etanol.

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (37)

• Kemudian ke dalam empat buah labu erlenmeyer tertutup dibuat larutan dengan

komposisi seperti pada tabel di bawah. Segera setelah larutan dibuat, labu

erlenmeyer tadi ditutup dengan penutupnya untuk mencegah terjadinya

penguapan. Jangan lupa memberi tanda pada setiap labu erlenmeyer.

Nomor HCl (ml) Etanol (ml) Asam asetat (ml)

1 5 1 4

2 5 2 3

3 5 3 2

4 5 4 1

• Letakkan larutan yang telah dibuat pada penangas bertermostat pada suhu ruang

selama satu minggu (dapat juga ditempatkan pada tempat yang variasi suhu

udaranya kecil).

• Setelah satu minggu (minimum 3 hari)

1. Titrasi setiap larutan secara cepat dengan 0.1M NaOH. Gunakan indikator

PP dan catat hasilnya.

2. Titrasi 5 ml HCl 2M dengan 0.1M NaOH. Gunakan indikator PP dan catat

hasilnya.

3. Catat suhu ruang atau suhu penangas.

4. Pipet 5 ml HCl 2M, Etanol, dan Asam asetat, lalu timbang dengan

menggunakan neraca analitik.

TUGAS: 1. Hitung massa jenis asam asetat, etanol, dan HCl 2M.

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (38)

2. Hitung jumlah mol air pada awal pencampuran (air berasal dari larutan HCl

2M). Untuk menghitung jumlah mol air, partamakali hitung berapa mol HCl

yang terdapat dalam 5 ml HCl 2M dan kemudian hitung berat HCl yang

terdapat pada 5 ml HCl 2M. Dari berat larutan 5 ml HCl, massa air dapat

dihitung sehingga jumlah mol air juga dapat ditentukan.

3. Hitung jumlah mol asam asetat pada awal pencampuran (gunakan masa jenis

dan volum asam asetat pada awal pencampuran).

4. Hitung jumlah mol etanol pada awal pencampuran.

5. Hitung jumlah mol asam asetat pada awal kesetimbangan. Untuk

menghitungnya kurangi volume 1M NaOH yang diperlukan untuk menetralisir

campuran dengan volum 1M NaOH yang diperlukan untuk menetralisir 5 ml

HCl 2M.

6. Hitung jumlah mol etanol pada saat kesetimbangan. Perlu diingat bahwa untuk

setiap mol asam asetat yang bereaksi akan membutuhkan etanol sebanyak satu

mol.

7. Hitung konsentrasi etil asetat pada saat kesetimbangan.

8. Hitung jumlah mol air pada saat kesetimbangan.

9. Hitung konsentrasi asam asetat, etanol, etil asetat dan air pada saat

kesetimbangan (volum total adalah 10 ml)

10. Hitung tetapan kesetimbangan, Kc.

PERTANYAAN: 1. Nilai ∆H pembentukan ester adalah positip. Bila campuran dipanaskan bagaimana

pengaruh suhu ini terhadap Kc?

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (39)

2. Apakah tetapan kesetimbangan Kc bergantung pada konsentrasi awal reaktan?

Jelaskan!.

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (40)

PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA BERDASARKAN

PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

Percobaan

9

TUJUAN:

1. Menentukan berat molekul senyawa yang mudah menguap (volatile)

berdasarkan pengukuran massa jenis gas

2. Melatih menggunakan persamaan gas ideal.

TEORI Persamaan gas ideal dan massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat

senyawa yang mudah menguap. Dari persamaan gas ideal didapat

P·V = n R T atau

PV = (m/BM) RT

Dengan mengubah persamaan

P(BM) = (m/V) RT = ρRT

di mana:

BM : Berat molekul

P : Tekanan gas

V : Volume gas

T : Suhu absolut

R : Tetapan gas ideal

ρ : Massa jenis

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (41)

ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN: 1. Labu erlenmeyer 150 ml

2. Gelas piala 600 ml

3. Alumunium foil

4. Karet gelang

5. Jarum

6. Neraca

7. Desikator

8. Cairan yang mudah menguap (misal CHCl3)

PROSEDUR PERCOBAAN: 1. Ambil sebuah labu erlenmeyer berleher kecil yang bersih dan kering, tutup

labu tersebut dengan aluminium foil, lalu kencangkan tutup tadi dengan

karet gelang.

2. Timbang labu erlenmeyer yang telah ditutup tadi.

3. Masukkan sekitar 5 ml cairan yang mudah menguap ke dalam labu

erlenmeyer, kemudian tutup kembali dengan kencang sehingga kedap gas.

Lalu beri lubang kecil pada tutup aluminium foil agar udara dapat keluar.

4. Rendam labu erlenmeyer dalam penangas air bersuhu sekitar 1000C

sedemikian sehingga air sekitar 1 cm di bawah aluminium foil.

5. Biarkan labu erlenmeyer tersebut dalam penangas air sampai semua cairan

di dalamnya menguap. Catat suhu penangas air.

6. Angkat labu dari penangas, keringkan air yang terdapat pada bagian luar

labu dengan lap, lalu tempatkan labu dalam desikator untuk mendinginkan

dan mengeringkannya. Udara akan masuk kembali ke dalam labu

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (42)

erlenmeyer melalui lubang kecil dan uap cairan volatil yang terdapat dalam

labu akan mengembun kembali menjadi cairan.

7. Timbang labu erlenmeyer dengan jalan mengisinya dengan air sampai

penuh dan mengukur massa air yang terdapat dalam labu. Ukur suhu air

untuk mengetahui massa jenis air, sehingga akhirnya volum air dalam labu

yang juga merupakan volum labu erlenmeyer dapat dihitung.

8. Ukur tekanan atmosfir dengan menggunakan barometer.

Faktor koreksi:

Nilai BM hasil perhitungan akan mendekati nilai sebenarnya, tetapi masih mengandung

kesalahan. Ketika labu erlenmeyer kosong ditimbang, labu ini penuh dengan udara.

Setelah pemanasan dan pendinginan dalam desikator, tidak semua uap cairan kembali

kebentuk cairannya, sehingga akan mengurangi jumlah udara yang masuk kembali ke

dalam labu erlenmeyer. Jadi massa labu erlenmeyer dalam keadaan ini lebih kecil dari

pada massa labu erlenmeyer dalam keadaan semua uap cairan kembali kebentuk

cairannya. Oleh karena itu massa cairan X sebenarnya harus ditambahkan dengan massa

udara yang tidak dapat masuk kembali ke dalam labu erlenmeyer karena adanya uap

cairan yang tidak mengembun. Massa udara tersebut dapat dihitung dengan

menganggap bahwa tekanan parsial udara yang tidak dapat masuk sama dengan tekanan

uap cairan pada suhu kamar. Nilai ini dapat diketahui dari literatur. Sebagai contoh

untuk menghitung tekanan uap CHCl3 pada suhu tertentu dapat digunakan persamaan:

( )TLogP

+−

=4.227

03.116390328.6

Dimana P adalah tekanan uap dalam mmHg dan T adalah suhu dalam derajat celsius.

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (43)

Jadi dengan menggunakan persamaan di atas, tekanan uap CHCl3 pada berbagai suhu

dapat dihitung.

Dengan menggunakan nilai tekanan uap pada suhu kamar, bersama-sama dengan data

mengenai volum labu erlenmeyer dan berat molekul udara (28.8 gr/mol), dapat dihitung

faktor koreksi yang harus ditambahkan pada massa cairan X. Dengan memasukkan

faktor koreksi akan diperoleh nilai BM yang lebih tepat.

TUGAS: Hitung faktor koreksi dan nilai BM dari data yang diperoleh.

PERTANYAAN: 1. Apakah yang menjadi sumber kesalahan dalam percobaan ini?

2. Dari hasil analisis penentuan berat molekul suatu cairan X yang volatile diperoleh

nilai 120 gr/mol. Hasil analisis menunjukkan bahwa unsur tersebut mengandung:

Karbon 10%, Klor 89%, dan Hidrogen 1%.

3. Tentukanlah rumus molekul senyawa ini!

Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (44)

DAFTAR PUSTAKA 1. Bird, Tony. 1987. “Penuntun Praktikum Kimia Fisika untuk Universitas”. Alih

bahasa: Kwe Ie Tjien, Cet. 1. Jakarta: Gramedia.

2. Castellan, G.W. 1971. “Physical Chemistry”. 2nd ed.

3. Daniel et al. 1970. “Experimental Physical Chemistry”. 7th ed. McGraw Hill.

4. Francis, A.W. 1963. “Liquid-Liquid Equilibrium”. New York: Interscience

Publisher.

5. Glasstone, S. 1946. “Text Book of Physical Chemistry”. 2nd ed.