2. kemiskinan (makalah sem 1)

38
Hal 1 BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Karena itulah penulis ingin mengangkat topik mengenai kemiskinan karena seperti yang diketahui bahwa kemiskinan merupakan masalah sosial yang terjadi di Indonesia yang dapat mempengaruhi psikologi sosial suatu bangsa. Indonesia adalah sebuah negara yang penuh paradoks. Negara ini subur dan kekayaan alamnya melimpah, namun sebagian cukup besar rakyat tergolong miskin. Pada puncak krisis ekonomi tahun 1998-1999 penduduk miskin Indonesia mencapai sekitar 24% dari jumlah penduduk atau hampir 40 juta orang. Tahun 2002 angka tersebut sudah turun menjadi 18%, dan

Upload: feybee-rumz

Post on 29-Jun-2015

1.059 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2. KEMISKINAN (MAKALAH SEM 1)

Hal

1

BAB I

PENDAHULUAN

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi

kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.

Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun

sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global.

Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang

lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari

sudut ilmiah yang telah mapan.

Karena itulah penulis ingin mengangkat topik mengenai kemiskinan karena seperti

yang diketahui bahwa kemiskinan merupakan masalah sosial yang terjadi di Indonesia

yang dapat mempengaruhi psikologi sosial suatu bangsa.

Indonesia adalah sebuah negara yang penuh paradoks. Negara ini subur dan

kekayaan alamnya melimpah, namun sebagian cukup besar rakyat tergolong miskin. Pada

puncak krisis ekonomi tahun 1998-1999 penduduk miskin Indonesia mencapai sekitar 24%

dari jumlah penduduk atau hampir 40 juta orang. Tahun 2002 angka tersebut sudah turun

menjadi 18%, dan diharapkan menjadi 14% pada tahun 2004.Tetapi siapa yang dapat

menjamin bahwa grafik jumlah penduduk miskin akan terus turun? Situasi terbaik terjadi

antara tahun 1987-1996 ketika angka rata-rata kemiskinan berada di bawah 20%, dan yang

paling baik adalah pada tahun 1996 ketika angka kemiskinan hanya mencapai 11,3%. 

Bagaimana menerangkan bangunan ekonomi Indonesia dengan fenomena

kemiskinan di dalamnya? Ketika angka kemiskinan menunjukkan tingkat terendah, justru

tak lama setelah itu terjadi krisis ekonomi yang dahsyat, yang ternyata tak segera bisa

diatasi. Dampak dari krisis tersebut masih terasa dan terlihat sampai sekarang. Kita lihat

saja, jumlah pengemis melonjak tajam sejak tahun 1999. Para pengemis ini beroperasi

dalam berbagai cara. Banyak yang menjadi pengamen dadakan, penodong di bis kota dan

Page 2: 2. KEMISKINAN (MAKALAH SEM 1)

Hal

2

di persimpangan-persimpangan jalan raya, dan lain-lain. Dibandingkan tahun 2001-2002,

situasi pada saat ini sudah menjadi lebih baik, namun jumlah pengemis yang beroperasi di

masyarakat belum kembali ke keadaan sebelum krisis.

Apakah gejala ini telah mendapat perhatian yang memadai dari penentu kebijakan

dan para sosiolog? Mungkin kita telah melewatkan satu momentum yang sangat baik untuk

belajar lebih dalam mengenai bangunan sosial-ekonomi-politik masyarakat kita. Jika saja

pemerintah menyisihkan beberapa milyar rupiah untuk memberdayakan para pengemis ini,

maka situasi keamanan di kota-kota yang agak terganggu dengan kehadirian pengemis-

penodong akan lebih cepat pulih.

Dalam kenyataannya para pengemis Indonesia, termasuk di dalamnya para

pengemis yang melakukan kegiatannya dengan kekerasan, telah ikut menciptakan rasa

tidak aman di dalam masyarakat. Ditambah dengan kondisi kehidupan politik yang hiruk-

pikuk seiring dengan bergulirnya perjuangan reformasi di segala bidang, maka citra umum

mengenai kondisi keamanan di Indonesia menjadi kurang baik dan tidak kondusif untuk

segera pulihnya kegiatan-kegiatan investasi di bidang ekonomi. Lambatnya proses

pemulihan ekonomi dengan sendirinya berarti lambatnya pengurangan jumlah orang

miskin.

Dalam setengah tahun terakhir  situasi tidak kondusif itu diperparah dengan

terjadinya peristiwa pemboman di Bali pada bulan Oktober 2002, dan terakhir peristiwa

invasi Amerika ke Irak. Semuanya menyebabkan hilangnya banyak lapangan kerja bagi

berbagai lapisan masyarakat, khususnya lapisan pekerja kasar.

Page 3: 2. KEMISKINAN (MAKALAH SEM 1)

Hal

3

BAB II

RUMUSAN BATASAN MASALAH DAN TUJUAN PENULISAN

2.1 Perumusan dan Pembatasan Masalah

Adapun permasalahan yang coba dirumuskan oleh penulis yaitu, penulis ingin

membuka wawasan pembaca mengenai kemiskinan yang terjadi di Indonesia, apa yang

menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya kemiskinan, dan bagaimana langkah-langkah

pengetasan kemiskinan.

2.2 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan agar supaya pembaca mengetahui tentang

kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Berkaitan dengan hal itu, diharapkan pembaca dapat

memahami faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan, serta mengetahui langkah-

langkah apa yang dapat diambil baik oleh pemerintah maupun masyarakat untuk

mengentaskan kemiskinan.

Page 4: 2. KEMISKINAN (MAKALAH SEM 1)

Hal

4

BAB III

PEMBAHASAN

Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan

Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten ,

tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut

adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang

kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).

Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan

dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari,

dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang

dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $2/hari." [1] Proporsi

penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28%

pada 1990 menjadi 21% pada 2001.[1] Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari

penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang

separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.

Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti

tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini

menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota

dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat

miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara

kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini

biasanya disebut sebagai negara berkembang.

Kemiskinan dipelajari oleh banyak ilmu, seperti ilmu sosial, ekonomi, dan budaya.

Dalam ekonomi, dua jenis kemiskinan dipertimbangkan: kemiskinan absolut dan

relatif.

Page 5: 2. KEMISKINAN (MAKALAH SEM 1)

Hal

5

Dalam politik, perlawanan terhadap kemiskinan biasanya dianggap sebagai tujuan

sosial dan banyak pemerintahan telah berupaya mendirikan institusi atau

departemen. Pekerjaan yang dilakukan oleh badan-badan ini kebanyakan terbatas

hanya dalam sensus dan pengidentifikasian tingkat pendapatan di bawah di mana

warga negara dianggap miskin. Penanggulangan aktif termasuk rencana perumahan,

pensiun sosial, kesempatan kerja khusus, dll. Beberapa ideologi seperti Marxisme

menyatakan bahwa para ekonomis dan politisi bekerja aktif untuk menciptakan

kemiskinan. Teori lainnya menganggap kemiskinan sebagai tanda sistem ekonomi

yang gagal dan salah satu penyebab utama kejahatan.

Dalam hukum, telah ada gerakan yang mencari pendirian "hak manusia" universal

yang bertujuan untuk menghilangkan kemiskinan.

Dalam pendidikan, kemiskinan mempengaruhi kemampuan murid untuk belajar

secara efektif dalam sebuah lingkungan belajar. Terutama murid yang lebih kecil

yang berasal dari keluarga miskin, kebutuhan dasar mereka seperti yang dijelaskan

oleh Abraham Maslow dalam hirarki kebutuhan Maslow; kebutuhan akan

keamanan dan rumah yang stabil, pakaian, dan jadwal makan yang teratur

membayangi kemampuan murid-murid ini untuk belajar. Lebih jauh lagi, dalam

lingkungan pendidikan ada istilah untuk menggambarkan fenomen "yang kaya akan

tambah kaya dan yang miskin bertambah miskin" (karena berhubungan dengan

pendidikan, tetapi beralih ke kemiskinan pada umumnya) yaitu efek Matthew.

Perdebatan yang berhubungan dalam keadaan capital manusia dan capital

individual seseorang cenderung untuk memfokuskan kepada akses capital instructional dan

capital social yang tersedia hanya bagi mereka yang terdidik dalam sistem formal.

Deklarasi Copenhagen menjelaskan kemiskinan absolut sebagai "sebuah kondisi

yang dicirikan dengan kekurangan parah kebutuhan dasar manusia, termasuk makanan, air

minum yang aman, fasilitas sanitasi, kesehatan, rumah, pendidikan, dan informasi."

Page 6: 2. KEMISKINAN (MAKALAH SEM 1)

Hal

6

Bank Dunia menggambarkan "sangat miskin" sebagai orang yang hidup dengan

pendapatan kurang dari AS$1 per hari, dan "miskin" dengan pendapatan kurang dari AS$ 2

per hari. Berdasarkan standar tersebut, 21% dari penduduk dunia berada dalam keadaan

"sangat miskin", dan lebih dari setengah penduduk dunia masih disebut "miskin", pada

2001.

Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:

penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari

perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;

penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;

penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan

kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;

penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain,

termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;

penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil

dari struktur sosial.

Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat

dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya

memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang

tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis

kemiskinan.

Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah:

Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini

telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.

Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan

untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman,

pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.

Page 7: 2. KEMISKINAN (MAKALAH SEM 1)

Hal

7

Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada

orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang

dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau

orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti

kebutuhan akan perawatan kesehatan.

Kemiskinan pada umumnya meliputi elemen-elemen yang berikut : golongan yang

tidak mempunyai keupayaan pendapatan, golongan yang tiada akses kepada sumber kuasa

sosial dan golongan yang tidak menikmati keperluan asas (perlindungan, pemakanan,

pendidikan asas, kesihatan, pekerjaan dan sebagainya) yang mengikut piawaian ukuran

sara hidup sesuatu masyarakat bandar dan luar bandar.

Terdapat banyak negara-negara di dalam dunia yang mengalami masalah

kemiskinan. Secara umumnya, kebanyakan dari negara-negara ini jika diteliti dari

perspektif ekonomi politik, adalah negara-negara yang mengalami kemiskinan kesan dari

penjajahan dan perkara yang paling utama ialah kesan dari budaya yang dikonstruksikan di

dalam masyarakat. Kesan dari budaya yang dikonstruksikan di dalam masyarakat,

kemiskinan yang dilalui dan dihadapi bukan saja bersifat semasa, malah merupakan

masalah yang diwarisi dari satu generasi kesatu generasi yang lain.

Pembangunan di Indonesia saat ini telah membawa banyak perubahan dalam

berbagai aspek di masyarakat, baik pada kawasan pedesaan maupun perkotaan. Perubahan

tersebut membawa dampak tidak hanya terhadap lingkungan fisik, tapi juga sistem nilai

dalam tatanan kehidupan sosial bermasyarakat. Namun sayangnya perubahan yang

diciptakan oleh pembangunan membawa dampak yang menyertainya yang kompleks,

karena ternyata telah melahirkan keterbelakangan dan kemiskinan dalam masyarakat.

Bentuk kemiskinan yang terjadi di Indonesia saat ini adalah suatu bentuk yang masih semu

termasuk di kota Yogjakarta. Untuk program pembangunan khususnya dalam mengatasi

kemiskinan Pemerintah Yogjakarta sendiri sudah menggulirkan berbagai skema program

penanggulangan kemiskinan yang secara umum memberikan dua bentuk bantuan.

Sedangkan bantuan yang sifatnya pengembangan, umumnya berbentuk pembentukkan dan

pemberdayaaan kelompok usaha ekonomi masyarakat baik yang berskala kecil maupun

Page 8: 2. KEMISKINAN (MAKALAH SEM 1)

Hal

8

mikro. Garis besarnya, pemerintah menyuntikkan modal dan memberi pendampingan.

Suatu program biasanya mencakup pula pelatihan keterampilan, kewirausahaan,

manajemen, yang disertai pula dengan pendampingan. Asal sumber dananya yang dari

APBN maupun hutang dari lembaga donor seperti Bank Dunia. Pola-pola program tersebut

tentunya didasarkan pada definisi dan indikator kemiskinan yang ditetapkan pemerintah

pusat , serta definisi keluarga miskin yang di tetapkan pemerintah kota Yogjakarta sendiri .

Beberapa program yang kini dijalankan di Yogjakarta antara lain: Program Bantuan Modal

Pinjaman Lunak dan Koperasi (BMPLK); Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK)

dari BUMN; Dana Bergulir Usaha Kecil Industri dan Dagang (DBUKID); Bantuan Usaha

Ekonomi Produktif Kelompok Anggrek dan Pemanfaatan Pekarangan (BUEPKAID);

Peningkatan Pelayanan Usaha Sosial Ekonomi Produktif (P2USEP); Program Pengentasan

Kemiskinan Perkotaan (P2KP); Tenaga Kerja Mandiri (TKM); Program GRAMEN

BANK; Program Perluasan Kerja Sistem Padat Karya Program Awal Tahun dan Padanan;

Program Kompensasi Subsidi Dana Bergulir Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM);

Beasiswa Supersemar, Lembaga Keuangan Mikro Badan Usaha Kredit Pedesaan; Pinjaman

Tenda Bagi Pedagang Kaki Lima.

Namun kebijakan dan program yang dilakukan pemerintah ini menjadi kontradiktif karena

di wilayah Kota Yogyakarta hingga bulan Februari 2006, menurut data Dinas

Kesejahteraan Sosial Kota Yogyakarta, jumlah keluarga miskin (gakin) ternyata masih

banyak hingga menembus angka 31.367 Kepala keluarga dari jumlah total 81.859 KK yang

ada. Sederhananya, 3 dari 10 orang penduduk Yogyakarta tergolong miskin. Kelurahan

Prawirodirjan, Pringgokusuman, Bener, dan Kricak termasuk daerah dengan penduduk

miskin mencapai 30 persen dari seluruh penduduknya. Persentase penduduk miskin di 41

kelurahan lainnya umumnya kurang dari sepertiganya, dengan porsi bervariatif. Angka ini

merupakan turunan dari kriteria kemiskinan yang tertera di Peraturan Walikota Yogyakarta

No. 39/2005 tentang penetapan parameter kemiskinan Kota Yogyakarta. Sementara itu,

jumlah penerima beras miskin (raskin) di Kota Yogyakarta ada 22.719 gakin. Jumlah gakin

di kota gudeg ini lebih kecil lagi jika merujuk data penerima Bantuan Langsung Tunai

(BLT) tahap I yakni 13.354 gakin, yang kriterianya mengacu Badan Pusat Statistik (BPS).

Page 9: 2. KEMISKINAN (MAKALAH SEM 1)

Hal

9

Dengan melihat fenomena kemiskinan yang masih banyak di Yogjakarta Edi

Suhartono, pakar kebijakan sosial dan juga Ketua Tim Peneliti Depsos RI mengingatkan,

terlepas dari persoalan bentuk bantuan maupun hal-hal teknis lainnya, Edi menekankan

kejelasan paradigma dalam kebijakan penanganan kemiskinan. Faktanya, Edi melihat

banyak gejala kontradiktif. Pemerintah giat membantu permodalan UKM, tapi di sisi lain,

kebijakan menaikkan BBM juga mencekik UKM. Belum lagi, pada saat bersamaan,

pemerintah mengizinkan membludaknya retail industry seperti mal, hypermart, dan warung

kelontong franchise masuk sampai pelosok. ”Saya berani taruhan, bapak latih saya sampai

kiamat (diberi keterampilan dan modal), kalau di sini masuk supermarket, kapan bisa

bersaing melawan supermarket itu?” sergah Edi. Ini semua menurut Edi merupakan tipikal

paradigma neoliberalisme. Demi pertumbuhan ekonomi yang cepat, sektor modern-padat

kapital harus diutamakan. Demi pertumbuhan pula, investasi industri produksi maupun

retail direlakan menggusur tempat tinggal sekaligus lahan ekonomi masyarakat miskin.

Logikanya, pertumbuhan ekonomi memerlukan investasi. Investasi bisa terjadi jika

program rekapitulasi perbankan berjalan. Artinya, pemerintah harus mampu menyuntikkan

dana triliunan rupiah kepada bank-bank yang kreditnya macet. Yang ironis, kebijakan

penanggulangan kemiskinan ala neoliberalisme hanya bersifat sementara, di mana negara

hanya boleh turun tangan jika lembaga keluarga, kelompok swadaya, atau lembaga

keagamaan gagal berfungsi. Pandangan seperti ini beranjak dari keyakinan bahwa

kemiskinan merupakan masalah individual. Orang menjadi miskin disebabkan oleh

kelemahan dan ketidakmampuan yang bersangkutan. Tak ada sangkut pautnya dengan

kondisi sosial ekonomi di mana sesorang itu hidup. Seseorang bisa lepas dari kemiskinan

jika ada sistem pasar yang mampu memfasilitasi seseorang bekerja secara maksimal.

Karenanya, banyak program pengentasan neoliberal yang bersifat “penyesuaian”

(adjustment), bertujuan menyiapkan orang miskin agar mampu bersaing di pasar bebas.

Program-program structural adjustment yang didesakkan oleh lembaga donor macam

World Bank dan IMF, semisal Program Jaringan Pengaman Sosial (JPS), P2KP dan

Program Pengembangan Kecamatan (PPK), merupakan contoh kebijakan neoliberal dalam

menangani kemiskinan.

Page 10: 2. KEMISKINAN (MAKALAH SEM 1)

Hal

10

Indonesia dalam peta pembangunan internasional termasuk dalam cakupan wilayah

di dunia ke tiga, untuk itu dalam perspektif teori pembangunan internasional maka

Indonesia termasuk dalam perspektif teori pembangunan dunia ketiga. Teori pembangunan

dunia ketiga sendiri adalah teori-teori pembangunan yang berusaha menyelesaikan masalah

yang dihadapi oleh negera-negara miskin atau negara-negara sedang yang sedang

berkembang dalam sebuah dunia yang didominasi oleh kekuatan ekonomi, ilmu

pengetahuan dan militer negara-negara adikuasa atau negara-negara industri maju. Teori

Pembangunan di dunia ke tiga memiliki perbedaan dengan teori pembangunan bagi negara-

negara adikuasa, karena persoalan yang dihadapinya berlainan. Bagi negara-negara dunia

ketiga, persoalannya adalah bagaimana bertahan hidup atau bagaimana meletakkan dasar-

dasar ekonominya supaya bis bersaing di pasar internasional. Bagi negara-negara adikuasa

persolannya adalah bagaimana melakukan ekspansi lebih lanjut bagi kehidupan

ekonominya yang sudah mapan. Ada 3 kelompok teori pembangunan yang berkembang di

dunia yaitu : 1) Teori modernisasi. Menekankan faktor manusia dan nilai-nilai budanya

sebagai pokok persoalan dalam pembangunan. Teori modernisasi merupakan kelompok

teori yang dominan dalam mengkaji masalah pembangunan di Indonesia; 2) Teori

ketergantungan atau lebih dikenal dengan teori Dependensi. Teori ini merupakan reaksi

terhadap teori modernisasi. Teori ini mula-mula tumbuh di kalangan para ahli ilmu sosial

di Amerika Latin kemudian meluas sampai ke Amerika Serikat dan Eropa dan Asia. Teori

ini dipengaruhi oleh metoda analisis Marxis ; 3) Teori yang merupakan reaksi terhadap

teori ketergantungan atau lebih di kenal Post Modernisme. Teori ini sering disebut sebagai

teori pasca ketergantungan. Di dalamnya ada teori sistem dunia, teori artikulasi dan

sebagainya .

a) Perspektif Teori Modernisasi dalam melihat Kemiskinan .

Teori Modernisasi lahir di tahun 1950-an di Amerika Serikat, dan merupakan

respon kaum intelektual terhadap perang dunia yang bagi penganut evolusi dianggap

sebagai jalan optimis menuju perubahan. Teori ini lahir dalam suasana ketika dunia

memasuki “perang dingin” atau peperangan idiologi antara Kapitalisme dibawah

kepemimpinan amerika serikat dengan kekuatan Komunisme dibawah kepemipinan Negara

Page 11: 2. KEMISKINAN (MAKALAH SEM 1)

Hal

11

Sosialis Uni Sovyet Rusia (USSR). Adapun penopang dari Teori Modernisasi adalah ide

Weber yang melihat pada aspek-aspek nilai budaya yaitu Variabel etos sebagai varian

utama dalam melihat keterbelakangan dunia ketiga . Tesis ini diperkuat oleh McClelland

yang menekankan psikologi individu dan menekankan bahwa kondisi psikologis

prakondisi suatu masyarakat dalam memandang prestasi (the need for achievement) secara

signifikan berkorelasi positif terhadap kelangsungan pembangunan. Selain itu Teori

Modernisasi juga melihat bahwa masalah pembangunan merupakan masalah penyediaan

modal untuk investasi (Harood – Domar) . Gagasan ide ini kemudian dikembangkan oleh

Rostow bahwa pembangunan dikaitkan dengan perubahan dari masyarakat agraris dengan

budaya tradisional ke masyarakat yang rasional, industrial dan berfokus pada ekonomi

pelayanan. Ide ini kemudian melahirkan konsep lima tahap pembangunan Rostow .

Berbeda dengan Rostow Bert F. Hoselitz membahas faktor-faktor non ekonomi yg

ditinggalkan Rostow yang disebut faktor “kondisi lingkungan”. Kondisi lingkungan

maksudnya adalah perubahan-perubahan pengaturan kelembagaan yg terjadi dalam bidang

hukum, pendidikan,keluarga, dan motivasi. Hoselitz menekankan bahwa meskipun

seringkali orang menunjukkan bahwa masalah utama pembangunan adalah keurangan

modal (teori Harrod – Domar ), ada masalah lain yang juga sangat penting yakni adanya

ketrampilan kerja tertentu, termasuk tenaga wiraswasta yang tangguh. Karena itu

dibutuhkan perubahan kelembagaan pada masa sebelum lepas landas, yang akan

mempengaruhi pemasokan modal, supaya modal ini bisa menajadi produktif. Perubahan

kelembagaan ini akan menghasilkan tenaga wiraswasta dan administrasi serta ketrampilan

teknis dan keilmuan yang dibutuhkan. Menurut Hoselitz, pembangunan membutuhkan

pemasokan dari beberapa unsur, seperti : pemasokan modal besar dan perbankan, serta

pemasokan tenaga ahli dan terampil. Perspektif umum Teori modernisasi memandang

pembangunan merupakan kerja secara Internasional yang didasarkan pada teori

keuntungan komparatif yang dimiliki oleh setiap negara mengakibatkan terjadinya

spesialisasi produksi pada tiap-tiap negara sesuai dengan keuntungan komparatif yang

dimilikinya. Secara umum, di dunia ini terdapat dua kelompok negara : 1) negara yang

memproduksi hasil pertanian ; 2) negara yang memproduksi barang industri. Antara kedua

kelompok negara ini terjadi hubungan dagang dan keduanya menurut teori di atas saling

diuntungkan. Tetapi setelah beberapa puluhan tahun kemudian, tampak bahwa negara-

Page 12: 2. KEMISKINAN (MAKALAH SEM 1)

Hal

12

negara industri menjadi semakin kaya sedangkan negara-negara pertanian semakin

tertinggal. Ini kemudiaan melahirkan dua kelompok negara yaitu negara-negara miskin

yang biasanya meruapakan negara pertanian dan negara-negara kaya yang biasanya adalah

negara industri. Teori Modernisasi lebih melihat bahwa kemiskinan ini disebabkan oleh

faktor-faktor internal atau faktor-faktor yang terdapat di dalam negeri negara yang

bersangkutan. embangunan sendiri mempunyai dua unsur utama yaitu masalah materi yang

mau dihasilkan dan dibagi, serta masalah manusia yang menjadi pengambil inisiatif yang

menjadi manusia pembangunan. Pembangunan tidak hanya berurusan dengan produksi dan

distribusi barang-barang material tetapi pembangunan juga harus menciptakan kondisi-

kondisi yang membuat manusia bisa mengembangkan kreatifitasnya. Teori Modernisasi

mendasarkan selain pada faktor-faktor material sebagai penyebab kemiskinan juga faktor

manusia yang ada di dalam negara itu sendiri. Untuk itu maka negara-negara miskin yang

kemudian di petakan dalam negara dunia ketiga dalam perspektif teori modernisasi harus

mendapatkan perhatian dari negara maju, dan negara maju harus berupaya menciptakan

replikasi model pembangunan bergaya liberal untuk diadopsi negara-negara dunia Ketiga.

Pola hubungan ini kemudian melahirkan istilah Developmentalisme yang merupakan

bagian penyokong Teori modernisasi, sehingga teori modernisasi juga di kenal dengan

teori developmentalisme . Fenomena ini bisa kita lihat beberapa program yang kini

dijalankan antara lain: Program Bantuan Modal Pinjaman Lunak dan Koperasi (BMPLK);

Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) dari BUMN; Dana Bergulir Usaha Kecil

Industri dan Dagang (DBUKID); Bantuan Usaha Ekonomi Produktif Kelompok Anggrek

dan Pemanfaatan Pekarangan (BUEPKAID); Peningkatan Pelayanan Usaha Sosial

Ekonomi Produktif (P2USEP); Program Pengentasan Kemiskinan Perkotaan (P2KP);

Tenaga Kerja Mandiri (TKM); Program GRAMEN BANK; Program Perluasan Kerja

Sistem Padat Karya Program Awal Tahun dan Padanan; Program Kompensasi Subsidi

Dana Bergulir Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM); Beasiswa Supersemar, Lembaga

Keuangan Mikro Badan Usaha Kredit Pedesaan; Pinjaman Tenda Bagi Pedagang Kaki

Lima .

Konsep program itu beranjak dari keyakinan bahwa kemiskinan merupakan masalah

individual. Orang menjadi miskin disebabkan oleh kelemahan dan ketakmampuan yang

bersangkutan. Tak ada sangkut pautnya dengan kondisi sosial ekonomi di mana sesorang

Page 13: 2. KEMISKINAN (MAKALAH SEM 1)

Hal

13

itu hidup. Seseorang bisa lepas dari kemiskinan jika ada sistem pasar yang mampu

memfasilitasi seseorang bekerja secara maksimal. Karenanya, banyak program

pengentasan neoliberal yang bersifat “penyesuaian” (adjustment), bertujuan menyiapkan

orang miskin agar mampu bersaing di pasar bebas. Bahkan diantara program tersebut

merupakan program-program structural adjustment atau kepentingan dari negara-negara

maju yang didesakkan oleh lembaga donor macam World Bank dan IMF, semisal Program

Jaringan Pengaman Sosial (JPS), P2KP dan Program Pengembangan Kecamatan (PPK),

merupakan contoh model replikasi kebijakan liberal dalam menangani kemiskinan.

b) Perspektif Teori Dependensi dalam melihat Kemiskinan .

Teori Dependensi lebih menitik beratkan pada persoalan keterbelakangan dan

pembangunan negara Dunia Ketiga. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa teori dependensi

mewakili “suara negara-negara pinggiran” untuk menantang hegemoni ekonomi, politik,

budaya dan intelektual dari negara maju. Munculnya teori dependensi lebih merupakan

kritik terhadap arus pemikiran utama persoalan pembangunan yang didominasi oleh teori

modernisasi. Teori dependensi lahir karena teori modernisasi ternyata mempunyai banyak

kelemahan sehingga timbul sebuah alternatif teori yang merupakan antitesis dari teori

modernisasi. Kegagalan modernisasi membawa kemajuan bagi negara dunia ketiga telah

menumbuhkan sikap kritis beberapa ilmuan sosial untuk memberikan suatu teori

pembangunan yang baru, yang tentu saja mempunyai banyak kelebihan dibandingkan

dengan teori yang telah ada. Kritikan terhadap modernisasi yang dianggap sebagai

“musang berbulu domba” dan cenderung sebagai bentuk kolonialisme baru semakin

mencuat dengan gagalnya negara-negara Amerika Latin menjalankan modernisasinya.

Frank sebagai pelopor kemunculan teori dependensi, pada awalnya menyerang pendapat

Rostow. Frank menganggap Rostow telah mengabaikan sejarah. Sejarah mencatat

bagaimana perkembangan dunia ketiga yang tatanan ekonominya telah dihancurkan oleh

negara dunia pertama selama masa kolonial. Pemikiran Frank terus bergulir dan disambut

oleh pemikir sosial lainnya seperti Santos, Roxborough, Cardoso dan Galtung. Teori

dependensi merupakan analisis tandingan terhadap teori modernisasi. Teori ini didasari

fakta lambatnya pembangunan dan adanya ketergantungan dari negara dunia ketiga,

Page 14: 2. KEMISKINAN (MAKALAH SEM 1)

Hal

14

khususnya di Amerika Latin. Teori dependensi memiliki saran yang radikal, karena teori

ini berada dalam paradigma neo-Marxis. Sikap radikal ini analog dengan perkiraan Marx

tentang akan adanya pemberontakan kaum buruh terhadap kaum majikan dalam industri

yang bersistem kapitalisme. Analisis Marxis terhadap teori dependensi ini secara umum

tampak hanya mengangkat analisanya dari permasalahan tataran individual majikan-buruh

ke tingkat antar negara. Sehingga negara pusat dapat dianggap kelas majikan, dan negara

dunia ketiga sebagai buruhnya. Sebagaimana buruh, ia juga menyarankan, negara

pinggiran mestinya menuntut hubungan yang seimbang dengan negara maju yang selama

ini telah memperoleh surplus lebih banyak (konsep sosialisme). Analisis Neo-Marxis yang

digunakannya memiliki sudut pandang dari negara pinggiran.

Dalam perspektif Teori dependensi tentang negara miskin Santos mengamsusikan bahwa

bentuk dasar ekonomi dunia memiliki aturan-aturan perkembangannya sendiri, tipe

hubungan ekonomi yang dominan di negara pusat adalah kapitalisme sehingga

menyebabkan timbulnya usaha melakukan ekspansi keluar dan tipe hubungan ekonomi

pada negara periferi merupakan bentuk ketergantungan yang dihasilkan oleh ekspansi

kapitalisme oleh negara pusat. Santos menjelaskan bagaimana timbulnya kapitalisme yang

dapat menguasai sistem ekonomi dunia. Keterbatasan sumber daya pada negara maju

mendorong mereka untuk melakukan ekspansi besar-besaran pada negara miskin. Pola

yang dilakukan memberikan dampak negatif berupa adanya ketergantungan yang dialami

oleh negara miskin. Negara miskin akan selalu menjadi negara yang terbelakang dalam

pembangunan karena tidak dapat mandiri serta selalu tergantung dengan negara maju.

Negara maju identik menjadi negara pusat, sedangkan negara miskin menjadi satelitnya.

Konsep ini lebih dikenal dengan istilah “pusat - periferi”. Pola hubungan antara pusat-

periferi ini dijelaskan oleh Frank bahwa kemampuan negara satelit dalam pembangunan

ekonomi terutama pembangunan industri kapitalis meningkat pada saat ikatan terhadap

negara pusat sedang melemah. Pendapat ini merupakan antitesis dari modernisasi yang

menyatakan bahwa kemajuan negara dunia ketiga hanya dapat dilakukan dengan hubungan

dan difusi dengan negara maju . Tesis yang diajukan oleh Santos adalah pembagian

ketergantungan menjadi tiga jenis yaitu ketergantungan kolonial, ketergantungan industri

keuangan dan ketergantungan teknologi industri. Ketergantungan kolonial merupakan

bentuk ketergantungan yang dialami oleh negara jajahan. Ketergantungan kolonial

Page 15: 2. KEMISKINAN (MAKALAH SEM 1)

Hal

15

merupakan bentuk ketergantungan yang paling awal dan hingga kini telah dihapuskan.

Pada ketergantungan kolonial, negara dominan, yang bekerja sama dengan elit negara

tergantung, memonopoli pemilikan tanah, pertambangan, tenaga kerja, serta ekspor barang

galian dan hasil bumi dari negara jajahan. Sementara itu, jenis ketergantungan industri

keuangan yang lahir pada akhir abad 19, maka ekonomi negara tergantung lebih terpusat

pada ekspor bahan mentah dan produk pertanian. Ekspor bahan mentah menyebabkan

terkurasnya sumber daya negara, sementara nilai tambah yang diperoleh kecil. Sumbangan

pemikiran Santos terhadap teori dependensi sebenarnya berada pada bentuk

ketergantungan teknologi industri. Dampak dari ketergantungan ini terhadap dunia ketiga

adalah ketimpangan pembangunan, ketimpangan kekayaan, eksploitasi tenaga kerja, serta

terbatasnya perkembangan pasar domestik negara dunia ketiga itu sendiri. Asumsi dasar

teori dependensi ini menganggap ketergantungan sebagai gejala yang sangat umum ditemui

pada negara-negara dunia ketiga, disebabkan faktor eksternal, lebih sebagai masalah

ekonomi dan polarisasi regional ekonomi global (Barat dan Non Barat, atau industri dan

negara ketiga), dan kondisi ketergantungan adalah anti pembangunan atau tak akan pernah

melahirkan pembangunan. Terbelakang adalah label untuk negara dengan kondisi

teknologi dan ekonomi yang rendah diukur dari sistem kapitalis. Hal ini juga

mempengaruhi pandangan-pandangan teoritisi Dependensi diatas bahwa kemiskinan di

suatu negara disebabkan karena faktor eksternal. Kemiskinan dilihat sebagai akibat dari

bekerjanya kekuatan-kekuatan luar yang menyebabkan negara yang bersangkutan gagal

melakukan pembangunannya. c) Akar Permasalahan Kemiskinan di Indonesia?

Apabila kita perhatikan kemiskinan yang terjadi di Indonesia adalah bentuk kemiskinan

struktural (buatan) karena sebenarnya secara alamiah Indonesia mempunyai potensi dan

sumber daya yang cukup untuk tidak mengalami kemiskinan. Kemiskinan struktural adalah

kemiskinan akibat dari super struktur yang membuat sebagian anggota atau kelompok

masyarakat tertentu mendominasi sarana ekonomi, sosial, politik dan budaya. Struktur ini

menyebabkan tidak adanya pemerataan, tidak berkembangnya kualitas dan daya kreasi

rakyat dalam pelaksanaan pembangunan serta terpinggirkannya partisipasi masyarakat

dalam pelaksanaan pembangunan

Penggalian tentang kemiskinan yang selama ini cenderung dilakukan pada batas angka-

angka statistik makro yang kurang mendalam serta tidak detail dalam mengungkap latar

Page 16: 2. KEMISKINAN (MAKALAH SEM 1)

Hal

16

belakang masyarakat miskin. Akibatnya tidak dapat melihat persoalan secara

komperehensif mengenai dimensi-dimensi kemiskinan, karena sesungguhnya persoalan

kemiskinan terkait dan saling mempengaruhi dengan persoalan yang lainnya. Pada sisi lain

studi tentang kemiskinan juga cenderung over akademis yang kurang memiliki daya guna

pemecahan persoalan yang sifatnya praksis penanggulangan kemiskinan, sekaligus gagal

mengungkap akar penyebab kemiskinan.

Ada tiga sisi yang menjadi akar penyebab dari terjadinya kemiskinan struktural yaitu :

1. Pemahaman akan kemiskinan yang tidak tepat dan sepihak. Kemiskinan lebih dikaji dari

aspek ekonomi saja. Aspek-aspek lain yang berkaitan erat dengan persoalan kemiskinan

seperti aspek politik, kultural, serta sosial dikaji secara terpisah. Persoalan kemiskinan

dipahami tanpa mengkaji dampak dari kebijakan publik atau pemerintah terhadap

keberadaan rakyat miskin

2. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak melibatkan masyarakat yang terkena

sasaran, baik di tingkat perencanaan maupun sampai ke tingkat pelaksanaannya.

3. Tidak ada evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di perkotaan untuk melihat

dampak yang terjadi. Oleh karena itu sudah seharusnya kita mengerti apa yang menjadi

masalah mendasar dalam proses mengentaskan kemiskinan ini. Pemahaman kemiskinan

saat ini mempunyai arti yang lebih luas yang didefinisikan sebagai kemiskinan majemuk

yaitu suatu kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan asasi atau esensial sebagai manusia.

Kebutuhan asasi tersebut meliputi kebutuhan akan subsistensi, afeksi, keamanan, identitas,

proteksi, kreasi, kebebasan, partisipasi, waktu luang. Kemiskinan subsistensi pada rakyat

miskin kota seperti yang terjadi di Yogjakarta (lampiran) merupakan contoh dimana

rendahnya pendapatan, tak terpenuhinya kebutuhan akan sandang, pangan, papan serta

kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya. Kemiskinan perlindungan karena meluasnya budaya

kekerasan atau tidak memadainya sistem perlindungan atas hak dan kebutuhan dasar rakyat

miskin kota; kemiskinan afeksi terjadi karena adanya bentuk-bentuk penindasan, pola

hubungan eksploitatif antara manusia dengan manusia dan manusia dengan alam;

kemiskinan pemahaman karena kualitas pendidikan yang rendah, selain faktor kuantitas

yang tidak mampu memenuhi kebutuhan; kemiskinan partisipasi karena adanya

diskriminasi dan peminggiran rakyat dari proses pengambilan keputusan; kemiskinan

identitas karena dipaksakannya nilai-nilai asing terhadap budaya lokal yang mengakibatkan

Page 17: 2. KEMISKINAN (MAKALAH SEM 1)

Hal

17

hancurnya nilai sosio kultural yang ada. Dimensi kemiskinan majemuk yang dialami

masyarakat miskin dapat teridentifikasi dari beberapa aspek berupa rendahnya

kesejahteraan, akses pada sumber daya, kesadaran kritis, partisipasi dan posisi tawar.

Aspek ekonomi bukanlah satu-satunya penyebab kemiskinan. Faktor-faktor yang lain,

seperti politik dan sosial budaya, mempunyai peranan yang sangat kuat dalam

melatarbelakangi munculnya lingkaran kemiskinan yang tak terselesaikan. Paradigma

ekonomi yang dipakai dalam penyusunan pembangunan, membuat pemilik modal

menguasai segala-galanya. Penguasaan ekonomi dengan dalih demi ‘keuntungan bersama’,

menjadi penyebab dasar kemiskinan dalam masyarakat dan menimbulkan kebijakan

ekonomi yang semena-mena. Aspek sosial budaya banyak sekali mempengaruhi terjadinya

proses pemiskinan. Tradisi yang ada tidak sedikit yang memberikan ‘pembenaran’ dalam

pemenuhan kebutuhan dasar. ‘Pembenaran tradisi’ bahwa anak harus ikut menanggung

kemiskinan keluarga, di satu sisi memunculkan kasus pekerja anak; dan di sisi lain terjadi

pemberontakan yang melahirkan realita anak jalanan pada banyak kota di Indonesia.

Modernisasi yang dipaksakan, memunculkan kemiskinan dalam bentuk yang lain.

Kepentingan politik tidak bisa dilepaskan dari kemiskinan yang terjadi. Struktur birokrasi

yang tidak aspiratif terhadap rakyat miskin menimbulkan banyak kebijakan yang semakin

memiskinkan rakyat d) Adakah kesalahan perspektif pembangunan? Bila kita telusuri lebih

teliti bahwa kesimpulan yang ditemukan akan lebih memandang bahwa perspektif

pembangunan pemerintah selama ini tentang kemiskinan, sebagai realitas yang selalu

dilihat dari sudut ekonomi, dimana batasan kemiskinan adalah suatu kondisi di mana orang

tidak memiliki harta benda atau mempunyai pendapatan di bawah batasan nominal tertentu.

Kemiskinan selalu dilihat bahwa persoalan individu manusia itu kenapa miskin atau

persoalan yang ada dalam manusia itu sendiri. Tingkat kemiskinan ini dinilai atau

ditentukan berdasarkan ukuran-ukuran materi yang sudah didefinisikan sebelumnya,

seperti: kondisi fisik dari bangunan atau lingkungan permukiman. Pengertian kemiskinan

yang ekonomistik ini akan melahirkan bentuk-bentuk kebijakan penanggulangan

kemiskinan dalam bantuan ekonomi saja. Kebijakan pengentasan kemiskinan dari

pemerintah melalui program yang ada seperti : program recovery, hanya menjadi program

penyaluran dana bantuan saja tanpa mencoba memahami kemiskinan yang menjadi

penyebabnya. Kebijakan itu cenderung semakin memiskinkan masyarakat, karena

Page 18: 2. KEMISKINAN (MAKALAH SEM 1)

Hal

18

menimbulkan ketergantungan ekonomi, tanpa memberikan solusi untuk lepas dari

lingkaran kemiskinan. Perspektif inilah dalam teori pembangunan cenderung mengarah

pada perspektif Modernisme. Akibatnya Kebijakan pemerintah yang berkait dengan

penanggulangan kemiskinan selama ini tidak memenuhi target dan sasaran; bahkan

cenderung memunculkan kemiskinan yang baru sebagaimana dalam artikel (lampiran). Hal

ini didasarkan bahwa pemerintah selalu menggunakan prinsip trickle down effect yang

melihat bahwa proses pelipatan modal atau keuntungan akan terdistribusi kepada

kelompok-kelompok di bawahnya. Seperti program dengan setiap masyarakat dibentuk

kelompok, diberi modal, motivasi berwirausaha, kapasitas manajerialnya ditingkatkan,

aktivitasnya didampingi, serta dikontrol kinerjanya, namun ini menjadi kontradiktif

pemerintah giat membantu permodalan UKM, tapi di sisi lain, kebijakan menaikkan BBM

juga mencekik UKM. Belum lagi, pada saat bersamaan, pemerintah mengizinkan

membludaknya retail industry seperti mal, hypermart, dan warung kelontong franchise

masuk sampai pelosok akibatnya sulit bisa bersaing melawan supermarket. Ada juga

kebijakan program lebih merupakan pendekatan ekonomi dengan dasar belas kasihan.

Seperti BLT ataupun raskin dinilai banyak kalangan tidak menyelesaikan persoalan

kemiskinan. “Dampaknya seperti orang dikasih ikan yang langsung habis. Kalau kita

memberi kail dan umpan, mereka bisa mencari ikan sendiri “.

Selain itu juga ada kebijakan pemerintah untuk program pengentasan kemiskinan banyak

menggunakan dana recovery yang merupakan dana pinjaman atau hutang dari luar negeri.

Seperti program pengentasan neoliberal yang bersifat “penyesuaian” (adjustment),

bertujuan menyiapkan orang miskin agar mampu bersaing di pasar bebas. Bahkan diantara

program tersebut merupakan program-program structural adjustment atau kepentingan dari

negara-negara maju yang didesakkan oleh lembaga donor macam World Bank dan IMF,

semisal Program Jaringan Pengaman Sosial (JPS), P2KP dan Program Pengembangan

Kecamatan (PPK), merupakan contoh model replikasi kebijakan liberal dalam menangani

kemiskinan. Program tersebut banyak memunculkan permasalahan; karena tidak tepat ke

sasaran dan pelaksanaan program yang tidak jelas. Program ini tidak hanya menimbulkan

pemiskinan secara ekonomi, namun dalam konteks yang lebih luas meliputi sosial, budaya

dan politik. Rakyat miskin menjadi sangat tergantung pada bantuan orang lain atau luar

negeri dan tidak inisiatif untuk bangkit dari kemiskinan dengan kemampuan sendiri. Beban

Page 19: 2. KEMISKINAN (MAKALAH SEM 1)

Hal

19

utang dari dana pinjaman menjadi terbebankan ke rakyat miskin. Perspektif demikian yang

oleh Teoritisi dependensi dikatakan bahwa bantuan negara maju dengan melakukan

replikasi pembangunan pada negara berkembang terutama replikasi program

penanggulangan kemiskinan dengan disertai bantuan atau hutang lunak justru akan

menyebabkan ketergantungan pada negara berkembang atau dunia ketiga dan ini justru

yang menjadikan penyebab kemiskinan.

4. Kesimpulan

Ada 3 kelompok teori pembangunan yang berkembang di dunia yaitu : 1) Teori

modernisasi ; 2) Teori ketergantungan atau lebih dikenal dengan teori Dependensi. ; 3)

Teori yang merupakan reaksi terhadap teori ketergantungan atau lebih di kenal Post

Modernisme. Dalam melihat masalah kemiskinan Perspektif Teori Modernisasi lebih

melihat bahwa kemiskinan ini disebabkan oleh faktor-faktor internal atau faktor-faktor

yang terdapat di dalam negeri negara yang bersangkutan. Sedangkan pandangan-

pandangan teoritisi Dependensi mengatakan bahwa kemiskinan di suatu negara disebabkan

karena faktor eksternal. Kemiskinan dilihat sebagai akibat dari bekerjanya kekuatan-

kekuatan luar yang menyebabkan negara yang bersangkutan gagal melakukan

pembangunannya. Selama ini di Indonesia perspektif pembangunan pemerintah tentang

kemiskinan merupakan suatu realitas yang selalu dilihat dari sudut ekonomi, kemiskinan

selalu dilihat bahwa persoalan individu manusia itu kenapa miskin atau persoalan yang ada

dalam manusia itu sendiri. Tingkat kemiskinan ini dinilai atau ditentukan berdasarkan

ukuran-ukuran materi yang sudah didefinisikan .Pengertian kemiskinan yang ekonomistik

ini akan melahirkan bentuk-bentuk kebijakan penanggulangan kemiskinan dalam bantuan

ekonomi saja. Akibatnya Kebijakan pemerintah yang berkait dengan penanggulangan

kemiskinan selama ini tidak memenuhi target dan sasaran; bahkan cenderung

memunculkan kemiskinan yang baru. Bahkan banyak program yang memunculkan

permasalahan; karena tidak tepat ke sasaran dan pelaksanaan program yang tidak jelas.

Banyak Program kemiskinan ini tidak hanya menimbulkan pemiskinan secara ekonomi,

namun dalam konteks yang lebih luas meliputi sosial, budaya dan politik. Rakyat miskin

menjadi sangat tergantung pada bantuan orang lain atau luar negeri dan tidak inisiatif untuk

bangkit dari kemiskinan dengan kemampuan sendiri. Beban utang dari dana pinjaman

Page 20: 2. KEMISKINAN (MAKALAH SEM 1)

Hal

20

menjadi terbebankan ke rakyat miskin. Perspektif demikian yang oleh Teoritisi dependensi

dikatakan bahwa bantuan negara maju dengan melakukan replikasi pembangunan pada

negara berkembang terutama replikasi program penanggulangan kemiskinan dengan

disertai bantuan atau hutang lunak justru akan menyebabkan ketergantungan pada negara

berkembang atau dunia ketiga dan ini justru yang menjadikan faktor penyebab kemiskinan.

Akar kemiskinan di Indonesia tidak hanya harus dicari dalam budaya malas bekerja

keras. Keseluruhan situasi yang menyebabkan seseorang tidak dapat melaksanakan

kegiatan produktifnya secara penuh harus diperhitungkan. Faktor-faktor kemiskinan adalah

gabungan antara faktor internal dan faktor eksternal. Kebijakan pembangunan yang keliru

termasuk dalam faktor eksternal. Korupsi yang menyebabkan berkurangnya alokasi

anggaran untuk suatu kegiatan pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat miskin juga

termasuk faktor eksternal.

Sementara itu, keterbatasan wawasan, kurangnya ketrampilan, kesehatan yang

buruk, serta etos kerja yang rendah,  semuanya merupakan faktor internal.  Faktor-faktor

internal dapat dipicu munculnya oleh faktor-faktor eksternal juga. Kesehatan masyarakat

yang buruk adalah pertanda rendahnya gizi masyarakat. Rendahnya gizi masyarakat adalah

akibat dari rendahnya pendapatan dan terbatasnya sumber daya alam. Selanjutnya,

rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) adalah akibat dari

kurangnya pendidikan. Hal yang terakhir ini juga pada gilirannya merupakan akibat dari

kurangnya pendapatan. Kurangnya pendapatan merupakan akibat langsung dari

keterbatasan lapangan kerja. Dan seterusnya begitu, berputar-putar dalam proses saling

terkait.

Mengurai berbagai faktor penyebab kemiskinan tidak mudah dan tidak jelas harus

mulai dari titik mana. Keterbatasan lapangan kerja, misalnya, seharusnya bisa diatasi

dengan penciptaan lapangan kerja. Namun penciptaan lapangan kerja bukanlah hal yang

begitu saja dapat dilakukan, misalnya dengan meminjam dari sumber-sumber pembiayaan

luar negeri. Buktinya, pinjaman luar negeri Indonesia pada saat ini sudah mencapai lebih

dari US$140 milyar, namun tetap tidak mudah bagi banyak warga negara, khususnya yang

tidak memiliki ketrampilan khusus, untuk mendapatkan lapangan kerja.

Page 21: 2. KEMISKINAN (MAKALAH SEM 1)

Hal

21

Upaya meningkatkan penguasaan iptek masyarakat juga bukan perkara yang

mudah. Masalah utamanya adalah biaya pendidikan. Tetapi bukan hanya itu, budaya

menghargai simbol-simbol formal di masyarakat Indonesia merupakan hal yang sangat

menghambat kemajuan penguasaan iptek. Entah sejak kapan, manusia Indonesia merasa

lebih terpandang di lingkungan masyarakatnya apabila telah memiliki ijazah kesarjanaan

daripada memiliki kemampuan nyata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Akhirnya

dunia pendidikan pun tidak tergerak untuk mencetak manusia-manusia siap pakai. Sekolah-

sekolah kejuruan kurang berkembang. Orang  merasa lebih bergengsi apabila tamat dari

sekolah umum daripada sekolah kejuruan karena para siswa sekolah kejuruan dianggap

kurang berkemampuan secara intelektual dibandingkan anak-anak dari sekolah umum.

Alhasil, Indonesia tidak memiliki cukup tenaga teknis dan insinyur-insinyur lapisan

menengah yang tumbuh dari bawah. Padahal sebagai salah satu negara sedang berkembang

kebutuhan akan tenaga-tenaga teknis amat besar. Merekalah yang akan membentuk lapisan

tenaga kerja menengah Indonesia dan menjadi infrastruktur lunak bagi pengembangan

teknologi lebih canggih pada tahap berikutnya. Dengan demikian, kemiskinan yang dialami

Indonesia di tengah-tengah kelimpahan sumber daya alamnya antara lain disebabkan oleh

sistem pendidikan yang kurang sesuai dengan tahap perkembangan Indonesia.

Yang perlu segera dilaksanakan adalah membangun suatu paradigma

pembangunan  yang memihak kepada penduduk miskin. Dalam membangun paradigma

golongan miskin perlu diikutsertakan, misalnya melalui perwakilan mereka. Pemerintah

daerah dan pemerintah desa sebaiknya hanya melakukan pekerjaan yang benar-benar

mampu mereka kelola. Untuk mencapai kemampuan manajemen tersebut, Pemerintah

Daerah dan pemerintah desa perlu bekerjasama dengan pihak-pihak lain yang berminat

dalam program penanggulangan kemiskinan.

Dalam jangka panjang pemerintah bersama pihak-pihak lain yang berminat harus

menanggulangi permasalahan tekanan donor menyangkut liberalisasi ekonomi agar tidak

lebih jauh merugikan penduduk miskin. Otonomi daerah dan desa hendaknya diarahkan

terutama untuk menanggulangi kemiskinan lokal. Dengan hilangnya kemiskinan, maka

akan berkembang aspirasi demokrasi yang lebih besar dan lebih dewasa.

Page 22: 2. KEMISKINAN (MAKALAH SEM 1)

Hal

22

Dalam proses ke arah itu dibutuhkan pendampingan yang akan membantu

mendorong tumbuhnya partisipasi penduduk miskin dalam proses pembangunan di

lingkungannya. Juga perlu menguatkan kemampuan kelembagaan penduduk miskin

dengan pelatihan dalam satuan kelompok-kelompok penduduk miskin bentukan mereka. Di

dalam kelompok, mereka menjadi sadar akan posisi dan apa penyebab kemiskinan mereka,

dan membuka peluang menggalang pemecahan masalah kemiskinan bersama.

BAB IV

Page 23: 2. KEMISKINAN (MAKALAH SEM 1)

Hal

23

KESIMPULAN

Kesimpulan utama dari kajian ini adalah bahwa percepatan penanggulangan

kemiskinan dapat dilakukan dengan mengubah paradigma pemberdayaan masyarakat dari

yang bersifat top-down menjadi partisipatif, dengan bertumpu pada kekuatan dan sumber-

sumber daya lokal. Penanggulangan kemiskinan yang tidak berbasis komunitas dan

keluarga miskin itu sendiri akan sulit berhasil. 

Proses otonomi daerah yang sedang berlangsung di Indonesia saat ini, meskipun

gamang pada awalnya, diyakini nanti akan berada pada jalur yang  pas. Yang diperlukan

adalah konsistensi dari pemerintah pusat untuk membimbing ke arah otonomi yang

memberdayakan tersebut. Maka disarankan agar program-program penanggulangan

kemiskinan ke depan mengarah pada penciptaan lingkungan lokal yang kondusif bagi

keluarga miskin bersama komunitasnya dalam menolong diri sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Page 24: 2. KEMISKINAN (MAKALAH SEM 1)

Hal

24

Wikipedia.http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan . 05 Desember 2010. 18:15

WITA

Ekonomi Rakyat.http://www.ekonomirakyat.org/edisi_14/artikel. 05 Desember

2010. 19:05 WITA

Kompas. http://www.kompas.com. 20 November 10:00 WITA