2. gangguan penghidu baru - hal 18

Upload: irmaarmiyah

Post on 16-Feb-2018

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18

    1/20

    GANGGUAN PENGHIDU

    I. PENDAHULUAN

    Fungsi penghidu dan pengecapan yang normal sangat berperan dalam nutrisi dan

    penting untuk mempertahankan gaya hidup yang sehat. Gangguan penciuman umumnya

    sukar didiagnosa dan sukar untuk diobati biasanya karena kurangnya pengetahuan pada

    individu. Penghidu dan pengecap merupakan kedua insiden yang saling berkaitan,

    terutama dalam hal merasakan makanan.1

    Stimulusnya berupa rangsangan kimiawi, bukan rangsangan fisika seperti pada

    pengelihatan dan pendengaran. Reseptor organ penghidu terdapat di region olfaktorius di

    hidung bagian sepertiga atas. Serabut saraf olfaktorius beralan melalui lubang!lubang

    pada lamina kribrosa os etmoid menuu ke bulbus olfaktorius di dasar fossa kranii

    anterior. Partikel bau dapat mencapai reseptor penghidu bila menarik napas dengan kuat

    atau partikel tersebut larut dalam lendir yang terdapat di daerah permukaan mukosa

    daerah olfaktorius. Gangguan penghidu akan teradi bila ada yang menghalangi

    sampainya partikel bau ke reseptor saraf atau ada kelainan nervus olfaktorius, mulai dari

    reseptor sampai pusa olfaktorius. "isebut hiposmia bila daya menghidu berkurang,

    anosmia bila daya menghidu hilang, dan disosmia bila teradi perubahan persepsi

    penghidu.1,#

    $ntuk pemeriksaan fungsi nervus olfaktorius, tes yang dapat dilakukan beberapa

    cara yaitu tes odor sti%, tes alkohol 1# inci, &he $niversity of Pennsylvania smell

    'ndentification &est dan Sniffin Stick test.(,)

    Sniffin stick test berasal dari *erman dan sudah dikembangka dengan baik. &es ini

    mempunyai ( fungsi yaitu kemampuan mendeteksi bau, membedakan bau!bau yang

    berlainan serta kemampuan mengidentifikasi bau.(,+

    II. ANATOMI

    . -idung uar-idung luar berbentuk pyramid dengan bagian!bagiannya dari atas ke bawah/ 10

    pangkal hidung bridge0, #0 batang hidung dorsum nasi0, (0 puncak hidung hip0, )0

    ala nasi, +0 kolumela dan 20 lubang hidung nares anterior0. -idung luar di dibentuk

    1

  • 7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18

    2/20

    oleh krangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, aringan ikat dan

    beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan dan menyempitkan lubang

    hidung. 3erangka tulang terdiri dari 10 tulang hidung os nasal0, #0 prosesus frontalis

    os maksila dan (0 prosesus nasalis os frontal, sedangkan kerangka tulang rawan

    terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di bagian baah hidung, yaitu

    10 sepasang kartilago nasalis lateralis superior, #0 sepasang kartilago nasalis nasalis

    lateralis inferior yang disebut uga sebagai kartilago alar mayor dan )0 tepi anterior

    kartilago septum. *aringan lunak di antara hidung luar dan dalam dibatasi di sebelah

    inferior oleh 3rista piriformis dengan kulit penutupnya, di medial oleh septum nasi,

    dan tepi bawah kartilago lateralis superior sebagai batas superior dan lateral.1,2,4

    Gambar

    1.

    natomi hidung luar2

    5. -idung "alam

    Struktur ini membentang dari os internum di sebelah anterior hingga koana di

    posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Septum nasi merupakan

    struktur tulang di garis tengah, secara anatomi membagi organ menadi dua hidung.

    Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dab periosteum pada

    bagian tulang, sedangkan di luarnya dilapisi oleh mukosa hidung. Pada dinding lateral

    terdapat ) buah konka. 6ang terbesar dan letaknya paling bawah ialah konka inferior,

    kemudian yang lebih kecil ialah komka media, lebih kecil lagi adalah konka superior

    dan yang terkecil disebut sebagai konka suprema konka suprema ini biasanya

    rudimenter. 3onka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila

    dan labirin etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema merupakan bagian

    2

  • 7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18

    3/20

    dari labirin etmoid. "i antara konka!konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga

    sempit yang disebut meatus. &ergantung dari letak meatus, ada tiga meatus yaitu,

    meatus inferior, medius dan superior. 7eatus inferior terdapat muara ostium 0 duktus

    nasolakrimalis. 7eatus medius terletak di antara konka media dan dinding leteral

    rongga hidung. Pada meatus medius terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan

    sinus etmoid anterior pada meatus superior yang merupakan ruang di antara konka

    superior yang merupakan ruang di antara konka superior dan kona media terdapat

    muara sinus etmoid posterior dan sinus sphenoid.1,2

    Gambar #. natomi

    hidung bagian

    dalam2

    8. Pembuluh "arah

    -idung

    5agian atas rongga

    hidung mendapat

    pendarahan dari

    a.etmoid anterior dan

    posterior yang merupakan cabang a.oftalmika dari a.carotis interna. 5agian bawah

    rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a.ma%illaris interna, a.sfenopalatina

    yang keluar dari foramen sfenopalatina bernama n.sfenopalatina dan memasuki

    rongga hidung dibelakang uung posterior konka media.1

    Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang!cabang

    a.sfenopalatina, a.etmoid anterior, a.labialis superior dan a.palatina mayor yang

    disebut pleksus 3iesselbach ittle9s rea0. Pleksus 3iesselbach letaknya superficial

    dan mudah cedera oleh trauma, sehingga sering menadi sumber epistaksis

    perdarahan hidung0 terutama pada anak.

    :ena!vena membentuk pleksus kavernosus yang rapat dibawah membram

    mukosa. Pleksus ini terlihat nyata diatas konka media dan inferior, serta bagian

    3

  • 7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18

    4/20

    bawah septum dimana membentuk aringan erektil. "rainase vena terutama melalui

    vena oftalmika, fasialis anterior dan sfenopalatina.2

    Gambar (. Pleksus 3iesselbach11

    ". System imfatik

    Suplai limfatik

    hidung diperkaya oleh aringan pembuluh anterior dan

    posterior. *aringan limfatik anterior adalah kecil dan bermuara sepanang pembuluh

    vasialis yang menuu pintu leher. *aringan ini hampir seluruh bagian anterior hidung

    sampai vestibulum dan daerah prekonka.2

    *aringan limfatik posterior mengurus mayoritas anatomi hidung, menggabungkan

    ketiga saluran utama di daerah hidung belakang yaitu saluran superior, media dan

    inferior. 3elompok superior berasal dari konka media dan superior dan bagian

    dinding hidung yang berkaitan, beralan diatas tuba eustachius dan bermuara pada

    kelenar limfe retropharingea. 3elompok media, beralan di bawah tuba eustachius

    mengurus konka inferior, meatus inferior, dan sebagian dasar hidung, dan menuu

    rantai kelenar limfe ugularis. 3elompok inferior berasal dari septum dan sebagian

    dasar hidung, beralan menuu kelenar limfe di sepanang pembuluh ugularis

    e%terna.2

    ;. Persarafan -idungSaraf yang terlibat langsung pada hidung adalah saraf cranial pertama untuk

    penghidu, divisi oftalmikus dan maksillaris dari saraf trigeminus untuk impuls afferen

    sensorik lainnya, saraf fasialis untuk gerakan otot!otot pernapasan dari hidung luar,

    4

  • 7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18

    5/20

    dan system saraf otonom. &erdapat pula suplai saraf hidung terutama melalui

    ganglion sfenopalatina, guna mengontrol diameter vena dan arteri hidung dan uga

    produksi mucus, dengan demikian dapat mengubah pengaturan hantaran, suhu, dan

    kelembaban aliran udara.2

    Fungsi penghidu berasal dari nervus olfaktorius. Saraf ini turun melalui lamina

    kribrosa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel!

    sel reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.1

    Gambar ).

  • 7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18

    6/20

    +. Refle% nasal. 'ritasi mukosa hidung akan menyebabkan refle% bersin dan napas

    berhenti, rangsangan bau tertentu akan menyebabkan sekresi kelenar air liur,

    lambung, pancreas.

    5agian dari fungsi penghidu yang terlibat adalah neuroepitel olfaktorius, bulbusolfaktorius dan korteks olfaktorius.1),1+

    .

  • 7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18

    7/20

    Gambar 2. 7embran mukus dari neuroepitel olfaktorius.1=

    7elalui proses inhalasi udara, odoran sampai di area olfaktorius, bersatu dengan

    mukus yang terdapat di neuroepitel olfaktorius dan berikatan dengan reseptor protein G

    yang terdapat pada silia. 'katan protein G dengan reseptor olfaktorius akan menyebabkan

    stimuli guanine nucleotide, yang akan mengaktifkan en@im adenilat siklase untuk

    menghasilkan second messenger yaitu adenosin monofosfat.12!14'ni akan menyebabkan

    masuknya

  • 7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18

    8/20

    bertambahnya usia.12,14kson dari sel reseptor yang masuk akan bersinap dengan dendrit

    dari neuron kedua dalam gromerulus. Peralanan impuls di bulbus olfaktorius Gambar

    =0.14

    Gambar =. Proyeksi skematik neuroreseptor olfaktorius ke bulbus olfaktorius.

    8. 3orteks olfaktorius

    &erdapat ( komponen korteks olfaktorius, yaitu pada korteks frontal merupakan pusat

    persepsi terhadap penghidu.Pada area hipotalamus dan amygdala merupakan pusat

    emosional terhadap odoran, dan area enthorinal merupakan pusat memori dari odoran

    gambar B0.1=

    Gambar B. 3orteks olfaktorius.

    8

  • 7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18

    9/20

    Saraf yang berperan dalam sistem penghidu adalah nervus olfaktorius < '0.

    Filamen saraf mengandung utaan akson dari utaan sel!sel reseptor. Satu enis odoran

    mempunyai satu reseptor tertentu, dengan adanya nervus olfaktorius kita bisa mencium

    bau seperti bau strawberi, apel, dan lain!lain.1+,12

    Saraf lain yang terdapat dihidung adalah saraf somatosensori trigeminus < :0.

    etak saraf ini tersebar diseluruh mukosa hidung dan keranya dipengaruhi rangsangan

    kimia maupun nonkimia. 3era saraf trigeminus tidak sebagai indera penghidu tapi

    menyebabkan seseorang dapat merasakan stimuli iritasi, rasa terbakar, rasa dingin, rasa

    geli dan dapat mendeteksi bau yang taam dari amoniak atau beberapa enis asam. da

    anggapan bahwa nervus olfaktorius dan nervus trigeminus berinteraksi secara fisiologis.1)

    Saraf lain yang terdapat dihidung yaitu sistem saraf terminal < C0 dan organ

    vomeronasal :7C0. Sistem saraf terminal merupakan pleksus saraf ganglion yang

    banyak terdapat di mukosa sebelum melintas ke lempeng kribriformis. Fungsi saraf

    terminal pada manusia belum diketahui pasti. Crgan rudimeter vomeronasal disebut uga

    organ *acobson9s. Pada manusia saraf ini tidak berfungsi dan tidak ada hubungan antara

    organ ini dengan otak. Pada penguian elektrofisiologik, tidak ditemukan adanya

    gelombang pada organ ini.1),1+

    IV. INSIDEN

    -asil survey tahun 1BB) menunukkan bahwa #,4 uta penduduk dewasa merika

    menderita gangguan pengecapan. "itemukan bahwa 22D persen penduduk merasakan

    bahwa mereka mengalami penurunan ketaaman pembauan. -ilangnya fungsi pembauan

    atau pengecapan dapat mengancam iwa penderita karena penderita tak mampu

    mendeteksi asap saat kebakaran, atau tidak dapat mengenali makanan yang telah basi.

    3aren sekitar =?D gangguan pengecapan merupakan kelainan pembauan.B

    V. ETIOPATOGENESIS

    Gangguan penghidu dapat disebabkan oleh proses!proses patologis di sepanang alur

    olfaktorius. 3elainan ini dianggap serupa dengan gangguan pendengaran yaitu berupa

    defek konduktif atau sensorineural. Pada defek konduktif transport0 teradi gangguan

    transmisi stimulus bau menuu neuroepitel olfaktorius. Pada defek sensorineural,

    9

  • 7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18

    10/20

    prosesnya melibatkan struktur saraf yang lebih sentral. Secara keseluruhan, penyebab

    utama defisit pembauan adalah penyakit pada hidung atau sinus, sebelum teradinya

    infeksi saluran nafas atau karena virus dan trauma kepala. 5erikut ini adalah defek

    konduktif dari gangguan penghiduB/

    10 Proses inflamasi atau peradangan dapat mengakibatkan gangguan penghidu.

    3elainannya meliputi rhinitis radang hidung0 dari berbagai macam tipe, termasuk

    rhinitis alergi, akut atau toksik. Penyakit sinus kronik menyebabkan penyakit

    mukosa yang progresif dan seringkali diikuti dengan penurunan fungsi penghidu

    meski telah dilakukan intervensi medis, alergi dan pembedahan secara agresif.

    #0 danya massaEtumor dapat menyumbat rongga hidung sehingga menghalangi

    aliran odoran ke epitel olfaktorius. 3elainannya meliputi polip nasal dan

    keganasan.

    (0 bnormalitas developmental misalnya ensefalokel, kista dermoid0 uga dapat

    menyebabkan obstruksi.

    )0 Pasien pasca laringektomi atau trakheotomi dapat menderita hiposmia karena

    berkurang atau tidak adanya aliran udara yang melalui hidung. Pasien anak

    dengan trakheostomi dan dipasang kanula pada usia yang sangat muda dan dalam

    angka waktu yang lama dapat menderita gangguan penghidu meski telah

    dilakukan dekanulasi, hal ini teradi karena tidak adanya stimulasi sistem

    olfaktorius pada usia dini.

    Sedangkan untuk defek sensorineural atau sentral adalah sebagai berikutB/

    10 Proses infeksiEinflamasi menyebabkan defek sentral dan gangguan pada transmisi

    sinyal. 3elainannya meliputi infeksi virus yang merusak neuroepitel, Sarkoidosis

    yang mempengaruhi struktur saraf, dan sklerosis multipel.

    #0 Penyebab congenital menyebabkan hilangnya struktur saraf. 3allmansyndrome

    ditandai oleh nosmia akibat kegagalan ontogenesis struktur olfaktorius dan

    hipogonadisme hipogonadotropik.

    (0 Gangguan endokrin uga berpengaruk pada fungsi pembauan.

    10

  • 7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18

    11/20

    )0 &rauma kepala, operasi otak atau perdarahan subarachnoid dapat menyebabkan

    regangan, kerusakan atau terpotongnya filia olfaktoria yang halus dan

    mengakibatkan anosmia.

    +0 "isfungsi pembauan uga dapat disebabkan oleh toksisitas dari obat!obatan

    sistemik atau inhalasi. 5anyak obat!obatan dan senyawa yang dapat mengubah

    sensitivitas bau, diantaranya alkohol, nikotin dan bahan terlarut organik.

    20 *umlah serabut pada bulbus olfaktorius berkurang dengan lau 1D per tahun.

    5erkurangnya struktur bulbus olfaktorius ini dapat teradi sekunder karena

    berkurangnya sel!sel sensorik pada mukosa olfaktorius.

    40 Proses degeneratif pada sistem saraf pusat penyakit Parkinson, l@heimer disease

    dan proses penuaan normal0 dapat menyebabkan hiposmia. Pada kasus l@heimer

    disease, hilangnya fungsi pembauan kadang merupakan geala pertama dari proses

    penyakitnya. Sealan dengan proses penuaan, berkurangnya fungsi pembauan

    lebih berat daripada fungsi pengecapan, dimana penurunannya nampak paling

    menonol selama usia dekade ketuuh. alau dahulu pernah dianggap sebagai

    defek konduktif murniakibat adanya edema mukosa dan pembentukan polip,

    rhinosinusitis kronis nampaknya uga menyebabkan kerusakan neuroepitel

    disertai hilangnya reseptor olfaktorius yang permanen.

    VI. MACAM-MACAM KELAINAN PENGHIDU

    'ndera penghidu merupakan fungsi nervus olfaktorius, sangat erat hubungannya dengan

    indera pengecap yang dilakukan oleh nervus trigeminus, karena seringkali kedua sensoris

    ini bekera bersama!sama. Partikel bau dapat mencapai reseptor penghidu ika menarik

    nafas dengan kuat. Gangguan penghidu akan teradi bila ada yang menghalangi partikel

    bau ke reseptor saraf atau ada kelainan pada nervus olfaktorius, mulai dari resptor sampai

    pusat olfaktorius.1,2

    dapun macam!macam gangguan penghidu, yaitu1,),1?/

    10 -iposmia

    -iposmia adalah menurunnya atau berkurangnya daya penghidu. "apat

    disebabkan oleh obstruksi nasal, seperti pada rhinitis alergi, rhinitis vasomotor,

    hipertrofi konka, deviasi septum, polip dan tumor.

    11

  • 7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18

    12/20

    #0 nosmia

    nosmia adalah hilangnya daya penghidu. "apat timbul akibat trauma di daerah

    frontal, temporal atau oksipital. Selain itu, anosmia uga dapat teradi setelah

    infeksi oleh virus, tumor dan akibat proses degenerasi pada orangtua.

    (0 Parosmia

    Parosmia adalah sensasi penghidu yang berubah. &erutama disebabkan karena

    trauma.

    )0 3akosmia

    3akosmia adalah halusinasi bau. "apat timbul pada epilepsi, lobus temporalis

    mungkin uga terdapat pada kelainan psikologi atau kelainan psikiatrik dan

    psikosis.

    VII. DIAGNOSIS

    dapun langkah!langkah untuk menegakkan diagnosis gangguan penghidu yaitu

    berdasarkan geala klinis, anamnesis dan pemeriksaan fisik.

    . Geala 3linis

    7engetahui onset dan perkembangan gangguan penghidu dapat menadi hal yang

    sangat penting untuk menegakkan diagnosis. nosmia unilateral arang menadi

    keluhan, hanya dapat dikenali dengan mengui bau secara terpisah pada masing!

    masing lubang hidung. nosmia bilateral, dilain pihak membuat pasien mencari

    pertolongan dokter. Pasien!pasien yang menderita anosmia biasanya mengeluhkan

    hilangnya kemampuan merasa meskipun ambang rasanya mungkin berada pada

    kisaran normal. Pada kenyataannya, mereka mengeluhkan hilangnya deteksi rasa

    yang sebagian besar merupakan fungsi dari penghidu.B,11

    5. namnesis

    5anyak faktor yang dapat menyebabkan berkurang dan hilangnya daya penghidu.

    Pada anamesis perlu ditanya lama keluhan, apakah dirasakan terus!menerus atau

    hilang!timbul dan apakah uniEbilateral. Pada parosmia atau kakosmia perlu lebih

    dielaskan bagaimana baunya. dakah penyakit atau trauma yang diderita

    sebelumnya dan adakah pemakaian obat!obatan sebelumnya, dan macam obat

    12

  • 7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18

    13/20

    serta lama pemakaiannya. Selain itu perlu diketahui apakah ada kelainan sensoris

    lain.1,B,1?

    8. Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisik diperhatikan sistem saraf dan anatomi hidung, terutama pada

    daerah kepala dan leher. Pemeriksaan rhinoskopi anterior dan posterior untuk

    melihat apakah ada kelainan anatomik yang menyebabkan sumbatan hidung,

    perubahan mukosa hidung, tanda!tanda infeksi dan adanya tumor.1,1?

    VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Fungsi penghidu dibutuhkan untuk /

    a. 7emastikan keluhan penderita

    b. 7engevaluasi kemauan terapi

    c. 7enentukan deraat gangguan permanen

    angkah pertama dalam pemeriksaan sensorik adalah menentukan deraat seauh

    mana keberadaan sensasi kualitatif. 5eberapa metode sudah tersedia untuk

    pemeriksaan penciuman.

    a0 &es 7enghidu

    &es ini untuk mendeteksi adanya gangguan menghidu. Selain itu, untuk

    mengetahui apakah gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan saraf atau

    penyakit hidung lokal. &es menghidu merupakan tes yang subektif.

    8ara pemeriksaan /

    Periksa lubang hidung. pakah ada sumbatan atau kelainan setempat,

    misalnya ingus, atau polip. -al ini dapat mengurangi ketaaman penciuman.

    at pengetes yang digunakan sebaiknya @at yang dikenal sehari!hari seperti

    kopi, the, tembakau, eruk. *angan menggunakan @at yang dapat merangsang

    mukosa hidung seperti mentol, amoniak, alkohol dan cuka. at pengetes

    didekatkan ke hidung pasien dan disuruh menciumnya. &iap lubang hidung

    diperiksa satu per satu dengan cara menutup lubang hidung sebelah dengan

    tangan dan mata tertutup.1,1

    13

  • 7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18

    14/20

    Gambar 1?. &es 7enghidu

    b0 &es lkohol 1# inci

    &es alkohol 1# ini ini menggunakan paket alcohol isopropyl yang baru saa

    dibuka dan dipegang pada arak sekitar 1# inci dari hidung pasien.

    c0 &he $niversity of Pensylvania Smell 'dentification &est $PS'&0

    &es ini sangat dianurkan untuk pemeriksaan pasien dengan gangguan

    penciuman. &es ini menggunakan )? item pilihan!ganda yang berisi bau!

    bauan scratch and sniff berkampsul mikro. Sebagai contoh, salah satu itemnya

    berbunyi H5au ini paling mirip seperti bau I a0 8okelat b0 Pisang c0

    5awang putih d0 *us buahJ kemudian pasien harus menawab salah satu dari

    pilihan awaban yang ada.),1#,1(

    Gambar 11. lat dan prosedur kera &es $PS'&

    d0 Sniffin Stick &est

    Sniff stick tes ini adalah tes penghidu yang menggunakan alat seperti penEstick

    yang dapat mengeluarkan bau. &es ini mempunyai ( tahap yaitu mengetahui

    ambang batas penghidudengan butanol Threshold Test0, tes diskriminasi

    penghidu Discrimation0 dan tes identifikasi penghidu Identification0.),1#,1(

    Instruksi Sniffin Stik T!st "

    1. Sniffin stick adalah seenis spidol dengan enis bau tertentu

    #. *ika penutup spidol dibuka semakin lama, maka semakin tercium bau yang

    dilepaskan. -ali ini bisa menyebabkan kontaminasi bau dari lingkungan

    dan uga bisa bisa menurunkan kegunaan dari spidol tersebut.

    14

  • 7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18

    15/20

    (. Spidol ini didekatkan sekitar #cm di depan lubang hidung. Selama

    pemeriksaan mata pasien ditutup dan untuk penguian lateralisasi salah

    satu hidung ditutup.

    ). "isarankan pemeriksa menggunakan sarung tangan yang tidak berbau

    +. &es ini harus selalu dilakukan di ruangan yang berventilasi baik tanpa

    dipengaruhi enis bau yang lain.

    2. Pasien tidak boleh makan atau minum selain air putih serta merokok 1+

    menit sebelum pengukuran.

    Gambar 1#. Sniffin Stick &est 3it

    Sniffin stick test terdiri dari tiga bagianEtahap yaitu/ ),1#,1(

    a. &es ambang batas penghidu dengan butanol T#r!s#$%& ' T0

    Spidol diberi label dengan nomor merah dari 1!12. Spidol dengan penutup warna

    merah dan angka merah mengandung bau butanol pada pengenceran tertentu. Spidol

    yang memiliki nomor 1 mempunyai konsentrasi bau yang tinggi sedangkan spidol

    yang memiliki nomor 12 memiliki konsentrasi yang lebih rendah. 3emudian pasien

    diberikan ( spidol dimana # diantaranya tidak mengandung bau odorless0 dan spidol

    yang ketiga berisi butanol. *ika pasien memiliki ambang batas dengan nomor 1

    artinya pasien tidak dapat membedakan antara butanol dan pengencer, maka dinggap

    pasien anosmia.

    b. &es diskriminasi penghidu Disri(in)ti$n ' D0

    15

  • 7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18

    16/20

    Spidol diberi label dengan nomor hiau dari 1!12. &arget spidol yang digunakan untuk

    membedakan bau harus mempunyai penutup warna hiau. Pasien ditawarkan ( spidol

    dengan nomor yang sama, dimana # spidol berisi odoran yang sama sedangkan spidol

    warna hiau mempunyai bau yang berbeda dan digunakan sebagai target penentu.

    "ari ketiga spidol tersebut, pasien disuruh menentukan odoran mana yang memiliki

    bau yang berbeda. Skor untuk dismkriminasi penghidu disesuaikan dengan umlah

    odoran yang diawab dengan benar, yaitu ? K 12.

    c. &es identifikasi penghidu I&!ntifi)ti$n ' I0

    Spidol diberi label dengan nomor biru 1!12. Pasienharus memilih satu dari ) pilihan

    odoran sesuai dengan yang diuikan. 8ontohnya/ apel, bawang merah, wortel, atau

    coklat. 7eskipun pasien merasa tidak yakin ataupun merasa bahwa mereka tidak

    mencium odoran sama sekali, mereka tetap harus memilih 1 pilihan forced choice0.

    dapun enis!enis odoran yang digunakan pada tes identifikasi adalah sebagai

    berikut / eruk,peppermint, turpentine, cengkeh, kulit, pisang, bawang, mawar, ikan,

    lemon, kopi, anise, kayu manis, liquorice, apel dan nanas. Skor untuk identifikasi

    penghidu disesuaikan dengan umlah pilihan yang diawab dengan benar, yaitu ? K

    12.

    &es ini harus dilakukan sesuai dengan urutan. "ari ketiga tes yang dilakukan

    harus diberi eda waktu (!+ menit.

    'nterpretasi tes Sniffin9 Sticks adalah dengan menumlahkan ketiga tahap pemeriksaan

    Threshold + Discrimination + Identification0 atau yang dikenal dengan TDI-score.

    pabila &"'!score L12.+ dikatakan anosmia, 12.+ K (?.+ dikatakan hiposmia, dan M(?.+

    dikatakan normosmia.

    Gambar 1(. 8ara pemeriksaan Sniffin9 Stick &est

    16

  • 7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18

    17/20

    dapun pemeriksaan laboratorium yang dilakukan seperti pemeriksaan evaluasi alergi,

    defisiensi nutrisi, penyakit keganasan atau sistemik, seperti diabetes atau

    hipotyroidisme.1?

    Pada pemeriksaan 8&!scan dapat dilakukan tetapi harus berdasarkan indikasi yang

    spesifik. 8&!scan ideal untuk pemeriksaan sinus dan penyakit hidun. Pemeriksaan ini

    memberikan gambaran dari hidung dan cavitas sinus, dasar tengkorak dan klep

    olfaktorius. 8&!Scan memberikan informasi yang detail pada penyakit mukosa,

    abnormalitas struktur hidung dan adanya sinusitis atau proses keganasan. 7R' lebih baik

    untuk membedakan aringan lunak, tetapi 7R' kurang sensitive terhadap abnormalitas

    tulang. 7R' merupakan suatu pilihan radiologis untuk mengevaluasi bulbus dan traktus

    olfaktorius, seperti gangguan penghidu karena penyebab intracranial.1?

    I*. PENATALAKSANAAN +,,/

    -iposmia yang hilang timbul dan bervariasi deraatnya dapat disebabkan oleh

    rhinitis vasomotor, rhinitis alergi atau sinusitis. 3eluhan ini dapat hilang bila

    penyebabnya diobati. Pada polip nasi, tumor hidung rhinitis kronis spesifik rhinitis

    atrofi, sifilis, lepra, skleroma, tuberkulosis0 teradi hiposmia akibat dari sumbatan,

    yang akan hilang bila penyakitnya diobati(.

    Rinitis medikamentosa akibat dari pemakaian obat tetes hidung menyebabkan

    hiposmia atau anosmia yang akan sembuh bila pemakaian obat!obatan penyebabnya

    dihentikan(

    &umor n.olfaktorius bentuknya mirip polip nasi. "iagnosis pasti berdasarkan

    pemeriksaaan histologi dan diterapi dengan pembedahan.(

    Faktor usia lanut dapat menyebabkan berkurang atau hilangnya daya

    penghidu, terutamanya tidak mampu menghidu @at yang berbentuk gas. 3elainan ini

    tidak dapat diobati.(

    &rauma kepala ringan atau berat dapat menimbulkan anosmia. &rauma dapat

    mengenai daerah oksipital atau frontal. Pada pascatrauma, dapat teradi parosmia,

    17

  • 7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18

    18/20

    yaitu penciuman bau sangat berbeda dengan yang seharusnya dan biasanya tercium

    bau yang tidak enak dan kadang!kadang sensasi bau ini timbul secara spontan.

    3elainan penghidu ini mungkin dapat sembuh, yang akan teradi dalam beberapa

    minggu setelah trauma. 5ila setelah tiga bulan tidak membaik, berarti prognosisnya

    buruk (

    &umor intrakranial yang menekan n.olfaktorius mula!mula akan menaikkan

    ambang penghidu dan mungkin akan menimbulkan masa kelelahan penghidu yang

    makin lama makin memanang. Csteomata atau meningiomata di dasar tengkorak

    atau sinus paranasalis dapat menimbulkan anosmia unilateral. &umor lobus frontal

    selain menyebabkan gangguan penghidu sering uga disertai dengan geala lain, yaitu

    gangguan penglihatan, sakit kepala dan kadang!kadang keang lokal.

    (

    ;pilepsi lobus temporal dapat didahului oleh aura penghidu. Seringkali

    halusinasi bau yang timbul adalah bau busuk atau bau sesuatu yang terbakar, arang

    yang bau wangi. Geala ini tidak menetap.(

    3elainan psikologik seperti rendah diri mungkin menyebabkan merasa bau

    badan atau bau napas sendiri. Pasien setelah diperiksa, bila ternyata tidak ada

    kelainan perlu diyakinkan dan dihilangkan gangguan psikologiknya. 3elainanpsikiatrik seperti depresi, ski@ofrenia atau demensia senilis dapat menimbulkan

    halusinasi bau. 3asus demikian perlu diruuk ke seorang psikiater. (,2 3adang!kadang

    ada keluhan hilangnya penghidu pada pasien hysteria atau berpura!pura malingering0

    pascaoperasi hidung atau trauma. 5ila diperiksa biasanya pasien mengatakan tidak

    dapat mendeteksi ammonia.(

    T!r)0i

    . Hi0$s(i) K$n&uktif

    18

  • 7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18

    19/20

    &erapi bagi pasien!pasien dengan kurang penciuman hantaran akibat rinitis

    alergi, rinitis dan sinusitis bakterial, polip, neoplasma, dan kelainan!kelainan

    struktural pada rongga hidung dapat dilakukan secara rasional dan dengan

    kemungkinan perbaikan yang tinggi. &erapi berikut ini seringkali efektif dalam

    memulihkan sensasi terhadap bau yaitu pengelolaan alergi, terapi antibiotik, terapi

    glukokortikoid sistemik dan topikal dan operasi untuk polip nasal, deviasi septum

    nasal, dan sinusitis hiperplastik kronik.1

    /. Hi0$s(i) S!ns$rin!ur)%

    &idak ada terapi dengan kemanuran yang telah terbukti bagi kurang

    penciuman sensorineural. $ntungnya, penyembuhan spontan sering teradi.

    Sebagian dokter menganurkan terapi @ink dan vitamin. "efisiensi @ink yang

    mencolok tidak diragukan lagi dapat menyebabkan kehilangan dan gangguan

    sensasi bau, namun bukan merupakan masalah klinis kecuali di daerah!daerah

    geografik yang sangat kekurangan. &erapi vitamin sebagian besar dalam bentuk

    vitamin . "egenerasi epitel akibat defisiensi vitamin dapat menyebabkan

    anosmia, namun defisiensi vitamin bukanlah masalah klinis yang sering

    ditemukan di negara!negara barat. Paanan pada rokok dan bahan!bahan kimia

    beracun di udara yang lain dapat menyebabkan metaplasia epitel penciuman.

    Penyembuhan spontan dapat teradi bila faktor pencetusnya dihilangkanN

    karenanya, konseling pasien sangat membantu pada kasus!kasus ini. 1

    O. PROGNOSIS

    3elainan penghidu dapat membaik sesuai dengan penyebabnya. Gangguan

    penghidu yang disebabkan karena polip nasi, tumor hidung, rhinitis kronis spesifik

    rhinitis atrofi, sifilis, lepra, tuberculosis0 menyebabkan hiposmia akibat sumbatan yang

    akan hilang apabila penyakitnya diobati. Rhinitis medikamentosa akibat pemakaian obat

    tetes hidung yang menyebabkan hiposmia atau anosmia, akan sembuh apabila pemakaian

    obat!obatan penyebabnya dihentikan. ain hal ika gangguan penghidu akibat infeksi

    virus yang merusak nervus olfaktorius prognosisnya buruk karena tidak dapat diobati.

    Faktor usia lanut dapat menyebabkan hilangnya daya penghidu, terutama tidak mampu

    19

  • 7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18

    20/20

    menghidu @at yang berbentuk gas, kelainan ini tidak dapat diobati. &rauma kepala ringan

    ataupun berat dapat menimbulkan anosmia, pasca trauma dapat uga teradi parosmia,

    penciuman bau sangat berbeda dengan yang semestinya terkadang ini mungkin dapat

    sembuh setelah beberapa minggu pasca trauma. 5ila setelah ( bulan tidak membaik maka

    prognosis buruk. 3elainan psikologik seperti rendah diri mungkin merasa bau badan atau

    napas sendiri.