2. analisis dan tinjauan teori 2.1. studi literatur

35
Univeritas Kristen Petra 8 2. ANALISIS DAN TINJAUAN TEORI 2.1. Studi Literatur 2.1.1. Tinjauan Judul Perancangan Perancangan 2.1.1.1. Pengertian Buku Buku adalah suatu media komunikasi yang mempunyai peran sangat penting dalam hal pengetahuan dan informasi pada saat ini, karena buku dapat dibaca dimana saja dan kapan saja. (“wikipedia”) Berdasarkan kamus Oxford Advanced Learners Dictionary, maka buku didefinisikan sebagai sejumlah lembaran kertas yang ditulisi dan dicetak serta disatukan dalam satu sampul buku. Sedangkan membaca diartikan sebagai periode aktivitas seseorang dalam suatu jangka waktu tertentu dalam hal ini adalah membaca buku sehingga akan diperoleh pengetahuan sekaligus hiburan. Maka dapat disimpulkan secara sederhana bahwa buku bacaan merupakan karya tulis yang dikomposisikan untuk memberikan informasi baik pengetahuan maupun yang bersifat hiburan positif namun bisa juga negatif bagi orang yang membacanya. Buku bacaan bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan dan mencerdaskan seseorang, mengembangkan intelektualitasnya, juga kreativitasnya, serta membentuk pola pikir dan budaya masyarakat. Namun buku juga dapat menjadi tidak berguna apabila berorientasi kepada kepentingan pribadi dan tidak berorientasi pada kepentingan dan manfaatnya bagi masyarakat umum. Sehingga buku bacaan harus memperhatikan segmennya, tujuan apa yang dikehendaki dan metode apa yang dipergunakan serta apakah dengan metode tersebut segmen konsumennya dapat menyerap dengan baik isi buku tersebut. Buku bacaan alat dan sarana yang tepat untuk mempropagandakan ide baik itu ide positif maupun negatif. 2.1.1.2. Pengertian Fotografi

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Microsoft Word - Chapter 2.doc2.1. Studi Literatur
2.1.1.1. Pengertian Buku
Buku adalah suatu media komunikasi yang mempunyai peran sangat
penting dalam hal pengetahuan dan informasi pada saat ini, karena buku dapat
dibaca dimana saja dan kapan saja. (“wikipedia”)
Berdasarkan kamus Oxford Advanced Learners Dictionary, maka buku
didefinisikan sebagai sejumlah lembaran kertas yang ditulisi dan dicetak serta
disatukan dalam satu sampul buku. Sedangkan membaca diartikan sebagai
periode aktivitas seseorang dalam suatu jangka waktu tertentu dalam hal ini
adalah membaca buku sehingga akan diperoleh pengetahuan sekaligus hiburan.
Maka dapat disimpulkan secara sederhana bahwa buku bacaan merupakan karya
tulis yang dikomposisikan untuk memberikan informasi baik pengetahuan
maupun yang bersifat hiburan positif namun bisa juga negatif bagi orang yang
membacanya.
mencerdaskan seseorang, mengembangkan intelektualitasnya, juga kreativitasnya,
serta membentuk pola pikir dan budaya masyarakat. Namun buku juga dapat
menjadi tidak berguna apabila berorientasi kepada kepentingan pribadi dan tidak
berorientasi pada kepentingan dan manfaatnya bagi masyarakat umum. Sehingga
buku bacaan harus memperhatikan segmennya, tujuan apa yang dikehendaki dan
metode apa yang dipergunakan serta apakah dengan metode tersebut segmen
konsumennya dapat menyerap dengan baik isi buku tersebut. Buku bacaan alat
dan sarana yang tepat untuk mempropagandakan ide baik itu ide positif maupun
negatif.
yang mengubah hidup manusia. Dahsyat! Ternyata usaha manusia untuk merekam
obyek atau peristiwa yang ditangkap matanya, sudah dimulai sejak 336 sebelum
Masehi (SM). Diawali dengan sekadar memanfaatkan proyeksi pantulan cahaya
matahari lewat sebuah lubang kecil di dalam ruangan gelap. Lama-lama mulai deh
digunakan cermin sebagai alat bantu pemantulan cahaya tersebut. Hingga gambar
yang dihasilkan dalam ruangan tersebut, semakin jelas(Leonardi 20).
Tidak puas hanya bisa melihat, orang pun berusaha mengabadikan hasil
pantulan cahaya tersebut. Maka dimulailah usaha mengembangkan media yang
bisa membuat pantulan tersebut menjadi gambar yang permanen (baca: foto).
Media foto tersebut dimulai dari lempengan logam, lalu kertas, hingga akhirnya
image digital yang kita kenal sekarang. Ini dia perkembangan teknologi fotografi:
336-323 SM: Aristoteles (ilmuwan dan filsuf asal Yunani)
memperkenalkan cara melihat Matahari, tanpa membuat mata sakit. Yakni dengan
media sebuah pelat logam, yang dibuatkan lubang kecil (kemudian disebut
sebagai teknologi lubang jarum) sebagai tempat mengintip. Melalui lubang ini,
kemudian sinar masuk dan membentuk pantulan cahaya. Metode yang
diperkenalkan Aristoteles inilah yang dijadikan prinsip optikal, suatu dasar teori
yang digunakan terus dalam pengembangan teknologi fotografi.
1038: Seorang ilmuwan Arab bernama Al-Hazan, memperkenalkan
sebuah model kerja penggandaan gambar, yang disebut camera obscura (berarti
"kamar gelap"). Cara ini memanfaatkan sebuah ruang gelap, yang salah satu
dindingnya dilubangi. Lewat lubang ini, kemudian sinar luar masuk dan
memproyeksikan gambar keadaan di luar ruangan tersebut.
1267: Model kerja camera obscura Al-Hazan disempurnakan dan
dibuatkan alatnya oleh Roger Bacon. Alat tersebut menggunakan beberapa cermin
untuk memantulkan cahaya yang masuk lewat lubang. Hasil pantulan tersebut
menciptakan proyeksi gambar kondisi di luar. Peristiwa proyeksi kondisi yang
"dibawa" cahaya tersebut, disebut sebagai ilusi optikal.
buatan Bacon yang berbasis pada metode camera obscura, sebagai piranti
pembantu dalam melukis. Malah dia sempat membuat skets alat kamera compact,
yang tetap berbasis metode tersebut. Sayang skets tersebut belum sempat Da
Vinci realisasikan, hingga 400 tahun kemudian.
1550: Girolamo Cardano memperkenalkan teknologi orbem e vitro, yang
kemudian disebut sebagai nenek moyang lensa kamera yang kita kenal sekarang.
Teknologi ini sudah menggunakan dua cermin cembung yang berfungsi sebagai
lensa, sehingga cahaya yang masuk mengalami dua kali pemantulan. Orbem ini
berhasil mengurangi distorsi dan memperjelas proyeksi gambar yang dilakukan
pada metode camera obscura.
bangsawan Venesia bernama Daniele Barbaro ini, memungkinkan adanya
pengaturan cahaya yang memantul pada dua lensa cembung tersebut. Ini membuat
proyeksi gambar yang terlihat jadi makin tajam.
1572: Dengan ditemukannya biconvex (dua lensa) dan diagframa,
kemungkinan penciptaan alat fotografi yang lebih ringkas semakin terbuka.
Dimulai oleh Friedrich Risner, yang menciptakan semacam gubuk kecil,
dilengkapi lensa. Gubuk ini bisa dipindah-pindah, untuk mencari obyek lain.
1657: Alat camera obscura yang lebih kecil dan bisa ditenteng,
diperkenalkan pada publik. Kalau kita sering nonton film koboi dengan seting
abad-17, mungkin familiar sama alat ini. Itu lho, yang mempunyai tiga kaki, dan
orang mengoperasikannya harus bersembunyi di balik kerudung kain.
1676: Johann Christoph Sturm, seorang profesor matematika di Jerman,
menciptakan cermin refleksi. Ciptaannya ini yang menginspirasikan penemuan
kamera berlensa tunggal.
melakukan penyempurnaan alat camera obscura-nya. Pertama, dia mengecat
hitam alat tersebut untuk mengurangi refleksi cahaya di dalamnya. Lalu, Zahn
juga melengkapi alatnya dengan beberapa cermin cembung, hingga bisa diganti-
ganti. Efeknya, sang pengguna alat bisa leluasa mencari lebar-sempit angle,
maupun dalam soal jarak (jauh-dekat) ke obyek. Teknik tersebut kemudian
menjadi inspirasi cara kerja kamera modern yang kita kenal sekarang.
1725-1837: Selain alat camera obscura semakin disempurnakan, orang-
orang pun berusaha menciptakan sebuah cara agar gambar yang dihasilkan alat
tersebut bisa diabadikan (baca: jadi sebuah foto). Bahan kimia dijadikan alat
dalam mengekplorasi penciptaan foto. Dimulai dengan penggunaan asam nitrat
yang dicampur kapur, kemudian diletakkan pada titik jatuh proyeksi gambar yang
dihasilkan lensa. Hingga penemuan Louis Daguerre, yang menggunakan
lempengan logam yang memanas karena cahaya Matahari.
Lempengan tersebut diletakkan dalam alat camera obscura, hingga bisa
langsung menyerap proyeksi gambar yang terpantul. Nantinya lempengan logam
tersebut diproses dengan menguapkan unsur merkuri pada logam. Setelah itu
dilanjutkan dengan mencuci lempengan dengan air garam mendidih. Maka
gambar hasil proyeksi dari alat camera obscura-nya muncul dan permanen.
1839: William Talbot memperkenalkan sebuah proses penciptaan gambar
dari hasil proyeksi alat camera obscura lainnya. Masih tetap menggunakan
lempengan logam, tapi sudah melakukan proses negatif-positif seperti layaknya
proses cuci-cetak foto modern. Proses bernama photography ini (begitu Talbot
menyebutnya), diakui sebagai inspirator proses foto modern.
1851: Kamera Giroux ditemukan Daguerre. Masih mengandalkan teknik
camera obscura, tapi bentuknya lebih simple. Penemuan kamera modern pun
dimulai!
1881: Seorang kasir bank di New York yang senang motret, berhasil
menemukan rol film, sebagai media penangkap proyeksi gambar pada kamera
Giroux. Walau belum sesederhana rol film modern seperti sekarang, penemuan
kasir bernama George Eastman ini menjadi milestone bagi teknologi fotografi
modern.
1885: Eastman menciptakan alat proses rol film menjadi sebuah foto di
atas kertas. Dia mematenkan penemuan rol film dan alat cuci cetak tersebut.
Kodak.
1888: Kamera Kodak portable box diperkenalkan Eastman ke publik. Alat
ini lebih ringkas dan sederhana ketimbang alat-alat fotografi sebelumnya. Dengan
munculnya alat ini, semua orang jadi bisa memotret, karena mudah digunakan.
1889-1900: Film seluloid (seperti yang kita kenal sekarang) ditemukan
Eastman cs. Maka teknik fotografi pun semakin mudah dan dikenal luas. Apalagi
saat Kodak Brownie (kamera yang sudah menggunakan rol film seluloid)
diperkenalkan. Era fotografi modern pun dimulai.
1907: Lumiere bersaudara memperkenalkan proses foto berwarna
sederhana. Auguste dan Louis Lumiere ini juga menemukan sistem kamera
gambar bergerak dan alat proyektor. Mereka menciptakan standar film 35 mm,
yang tetap dipergunakan hingga kini.
1924: Kamera Leica yang kecil dan sederhana dalam penggunaannya,
diperkenalkan seorang Jerman bernama Leitz. Kamera ini kemudian menjadi
standar para jurnalis di masa itu.
1935: Kodak memasarkan temuan terbarunya, film slide berwarna.
1947: Edwin Land menemukan film instant (diproses langsung dalam
kamera), dan mendirikan perusahaan Polaroid Land Company. Film instant
temuannya itu pun akhirnya disebut sebagai film Polaroid.
1963: Kamera videodisk yang menggabungkan kamera dengan komputer
yang telah ditemukan saat itu, diperkenalkan D Gregg. Era fotografi digital pun
dimulai.
1979: Dua perusahaan elektronik besar, Philips dan Sony, menciptakan
kamera video yang bukan hanya bisa merekam gambar bergerak, tapi juga
suaranya. Termasuk memperkenalkan kaset video sebagai media perekamnya.
1980: Compact disc (CD) diperkenalkan pertama kali oleh perusahaan
elektronik RCA, sebagai media perekam audio-visual.
1986: Kodak berhasil menemukan teknologi fotografi tanpa film, yakni
melalui sebuah sensor pada kamera yang bisa merekam 1,4 juta elemen gambar
(kemudian disebut sebagai megapixles).
Fotografi, merupakan teknik ilustrasi yang dipergunakan sejak
ditemukannya alat atau kamera yang diperlukan untuk memotret pada tahun 1665.
Yang merupakan penggambaran atau melukis obyek dengan menggunakan
cahaya. Fotografi terbagi menjadi dua macam, yaitu: fotografi dokumentasi yang
memotret obyek atau peristiwa penting tanpa memperhatikan segi estetisnya.
Sedangkan yang kedua adalah fotografi yang sangat memperhatikan segi estetis
dan keindahan dari obyek yang akan dipotret serta hasil dari fotografi tersebut,
yang kemudian menjadi media ekspresi keindahan dan seni baru yang disebut
dengan Piktoral.
dari suatu sudut pandang tanpa penyelesaian dari peristiwa yang diangkat.
(Sugiarto 75). Foto esai terdiri dari beberapa foto disertai dengan narasi yang
memperkuat foto tersebut baik panjang maupun pendek.
2.1.1.4. Pengertian Buku Essai Foto
Berdasarkan dari pengertian foto essai itu sendiri maka buku essai foto
adalah kumpulan foto-foto yang berisi opini pemotret dari sebuah sudut pandang,
disertai dengan narasi untuk memperkuat foto tersebut baik panjang maupun
pendek.
Komposisi merupakan suatu bentuk abstrak dari suatu gambar, basis
acuaan dan kerangka yang mendukung keseluruhan struktur dan konstruksi dari
elemen-elemen pada gambar tersebut.(Dabner 80) Komposisi mempergunakan
kaidah grid yang merupakan pedoman yang terdiri atas garis-garis lurus yang
saling memotong satu sama lain dan membentuk persegi. Grid dapat menentukan
posisi obyek yang tepat sehingga mudah dilihat dan juga mencapai keseimbangan
gambar, daerah-daerah yang kosong, jarak-jarak antar obyek juga menjadi bahan
pertimbangan, sekalipun bukan merupakan obyek perhatian utama dari pengamat,
namun secara tidak langsung mempengaruhi kenyamanan dalam melihat
gambaran tersebut. Hal ini tentu saja dengan tujuan yaitu dicapai keseimbangan
tanpa pembagian yang berkesan simetris membosankan.
Secara garis besar, unsur–unsur komposisi antara lain: garis (line), tekanan
atau kualitas gelap terang (value), bentuk dan ruang (shape and space), pola
(pattern), tekstur (texture), dan warna (colors), yang dapat dijabarkan sebagai
berikut:
digunakan untuk menggambarkan fenomena alam dan terkesan maskulin,
sedangkan garis lembut dapat menciptakan kesan feminin, melankolis, ataupun
kelunakan.
atau pengungkapan secara subyektif akan gagasan, membangkitkan berbagai
pengalaman, pikiran, atau paham, dan intuisi-intuisi (Mendelowitz dan Wakeham
64).
Garis yang sederhana menggambarkan suatu arah, membagi ruang,
memiliki panjang, memiliki lebar, corak atau warna, dan tekanan atau kontur.
Garis yang tergambar mampu mengungkapkan emosi dan temperamen yang
secara natural diekspresikan oleh subyek yang digambar.
Garis dapar dibedakan menjadi:
1. Garis Kontur
Garis kontur, yaitu garis yang melukiskan bagian tepi dari suatu bentuk
sehingga memisahkan setiap area atau volume yang ada disekitarnya. Garis kontur
yang sangat sederhana umumnya tidak bervariasi dari segi ketebalan, tidak
yang ekspresif akan mengajak mata pengamat untuk menerima garis tersebut
sebagai sebuah bentuk karena dibentuk dengan variasi tebal tipis garis serta
memiliki detail.
Garis kaligrafi atau penulisan indah. Garis kaligrafi terjadi jika keindahan dari
garis yang ditampilkan menjadi aspek utama bagi keindahan gambar, dimana
garis ini dapat menunjukkan masing-masing kualitas pribadi dari penggambarnya,
karena garis ini bersifat ekspresif yang menggunakan kekuatan tebal tipis untuk
mengekspresikan bentuk, tepi yang berpotongan, terang dengan gelap.
2.1.2.2. Kualitas Gelap Terang (Value)
Secara nyata putih merupakan tekanan yang paling rendah atau yang
paling terang, sedangkan hitam merupakan tekanan yang paling kuat atau paling
gelap dan diantaranya terdapat warna abu-abu. Setiap benda walaupun tidak
memiliki warna hitam atau putih, namun tetap saja mashi memiliki kualitas gelap
terang yang dapat dianalisa dan dikategorikan sebagai tingkatan kualitas gelap
terang atau value.
Bila garis mendiskripsikan bentuk obyek, maka value akan memperjelas
dan memperkaya garis sehingga bentuk 3 dimensi dari benda tersebut dapat
terlihat dan lebih hidup, tempat dan hubungan antar bentuk dapat ditentukan,
membentuk pola untuk menggambarkan tekstur obyek, serta memberikan kesan
dramatis. Derajat perubahan value tergantung dari kekontrasan antara bayangan
dengan cahaya, juga dari sumber cahaya yang menimpa obyek.
2.1.2.3. Bentuk dan Ruang (Shape and Space)
Bentuk mampu menghadirkan suasana berbeda layaknya bentuk
imajinatif, geometrik, dan sebagainya, bentuk merupakan sebuah presentasi
abstrak sebuah garis imajinasi yang menggambarkan sebuah obyek didalam
hubungannya dengan latark belakang, karakter tiga dimensi ang terbentuk.
Sedangkan ruang merupakan aspek negatif dari sebuah bentuk. Ruang dapat
16
dikenali dengan adanya gelap terang cahaya sehingga obyek menjadi bentuk yang
terpisah dari suatu ruang.
Merupakan bentuk dekoratif yang bersifat datar dan tidak memiliki value
atau kualitas gelap terang sehingga seperti silhouette atau siluet yang
meminimalkan volume obyek. Apabila pola bersifat dekoratif maka hanya
bertujuan untuk memperindah yang dapat terlihat pada pola dekoratif pada tekstil.
2.1.2.5. Tekstur (Texture)
Kualitas permukaan benda yang dapat dirasakan, baik kasar maupun halus,
keras maupun lembut yang disebut tekstur. Tekstur merupakan elemen desain
yang bersifat ekspresif dan emosional serta menggambarkan ciri khas pelukisnya
(Heller 8). Tekstur juga dapat menimbulkan kesan ekspresif yang dapat
menentukan kekuatan emosional dalam sebuah gambar.
Tekstur dapat dihasilkan dan berbentuk berbagai variasi kuat lemah warna
atau arsiran dan juga dapat diperoleh melalui percobaan yang menggunakan alat-
alat yang ada disekitar kita secara kreatif. Tekstur dapat berbentuk seragam
(pointilisme, melalui penemuan penggunaan alat-alat (spons, garam, dan
sebagainya yang dicampur dengan cat), serta tekstur yang ekspresif dengan
berbentuk kasar dan unik.
2.1.2.6. Warna (Colors)
Kualitas dari mutu cahaya yang dipantulkan oleh suatu obyek ke mata
manusia sehingga dapat membangkitkan perasaan manusia (Sudiana 38).
Warna di lain pihak merupakan elemen yang bercahaya dari suatu obyek
yang memiliki berbagai kualitas yang memberikan kesan volume dan komplesitas
dari obyek (Heller 33). Warna dihasilkan dari gelombang cahaya sejenis radiasi
elektromagnetik, yang terukur dengan satuan mikron. Warna-warna yang dapat
17
dilihat dengan kemampuan mata manusia antara 400-700 mikron, namun ada juga
warna-warna yang tidak terjangkau untuk dilihat karena panjang gelombangnya
berada diluar jangkauan kita.
yang terdapat didalam satu kesatuan ilustrasi.
Berikut ini penjabaran peran warna secara terperinci adalah: Identifikasi,
menarik perhatian, memberi pengaruh psikologis, mengembangkan asosiasi,
membangun ketahanan minat, dan menciptakan suasana.
Gambar 2.1. Spektrum warna sederhana
Sumber: www.sapdesignguild.org
warna sekunder dan tersier
18
Pertama adalah warna primer atau warna dasar terdiri atas tiga warna,
yaitu merah (magenta red), kuning (lemon yellow), dan biru (turquoise blue).
Warna ini merupakan warna-warna yang tidak bisa dicapai atau didapatkan
melalui pencampuran warna-warna lainnya, karena merupakan warna yang paling
dasar. Sedangkan warna-warna lainnya merupakan turunan atau pencampuran
ataupun kombinasi dari ketiga warna tersebut.
Kedua warna sekunder merupakan hasil dari pencampuran atau kombinasi
dari warna-warna primer tersebut diatas, dimana dalam lingkaran warna, warna-
warna sekunder merupakan lawan dari warna-warna primer. Warna-warna
sekunder berada pada posisi yang saling berlawanan dengan posisi warna-warna
primer, dan hal ini disebut juga dengan warna-warna komplementer.
Ketiga warna tertier merupakan warna-warna yang berada diantara
berbagai warna-warna yang ada yang merupakan turunan atau pencampuran dari
berbagai warna-warna sekunder tersebut. Warna ini biasanya ditulis lebih dari
satu warna, seperti: kuning kecoklatan, biru kehijauan, dan sebagainya.
Keempat warna komplementer merupakan warna-warna yang saling
berlawanan dalam lingkaran warna, berlawanan secara kontras dan jika keduanya
tercampur maka akan dihasilkan warna abu-abu netral. Misalnya warna ungu
dengan kuning, warna merah dengan hijau, dan warna biru dengan oranye, dan
sebagainya. Warna komplementer ini dapat menetralkan intensitas warna yang
terlalu kuat.
Kelima warna analogus merupakan warna yang mempergunakan terang
gelap dan intensitas dari warna yang terdekat, misalnya kuning kehijauan, dan
kuning oranye (didominasi oleh kuning), dan sebagainya. Sekalipun lebih
berwarna daripada monochromatic, namun warna analgus juga menciptakan
keharmonisan dan suasana hati yang tenang karena hubungan yang dekat dengan
warna-warna yang dipakai.
Yang pertama adalah warna Monochromatic, yaitu warna yang
menambahkan atau mengurangi intensitas dari satu warna saja. Gambar yang
hanya memiliki satu warna (monochrome), warna dan kedalamannya
tergambarkan pada kualitas gelap terang warna, yang mana gambar ini tidak
mempresentasikan kenyataan atau realitas yang ada, namun mengidentifikasikan
sebuah keseimbangan antara cahaya dan bayangan dari obyek. Gambar
monochrome memberikan kesan kelonggaran dan kebebasan bagi pengamatnya
untuk memiliki imajinasi tentang obyek gambar serta partisipasi didalam
memahami obyek. Kedua adalah warna Polychromatic/ Optical Color, yaitu
warna yang menggunakan banyak kandungan warna yang dicampurkan, tidak
semata-mata menambah intensitas dan kuat lemahnya seperti halnya
monochromatic. Polychromatic membuat obyek menjadi lebih realis dan ekspresif
sebab pencampuran warna didasarkan pada warna-warna yang sesungguhnya
dilihat pada kehidupan nyatan sehari-hari.
3. Klasifikasi Warna Berdasarkan Sensasi yang Ditimbulkan
Disini terdiri dari tiga jenis warna yaitu yang pertama adalah warna-warna
panas (hot). Warna merah, kuning, dan percampuran-percampuran diantaranya.
Kedua adalah warna-warna dingin (cold). Warna biru, hijau, dan percampuran-
percampuran diantaranya. Terakhir yang ketiga adalah warna-warna netral
(neutral). Warna putih, abu-abu, dan juga warna hitam.
4. Klasifikasi Warna Berdasarkan Karakteristiknya
Hue, yaitu mengacu pada warna-warna tersebut dalam lingkaran warna,
misalnya merah, biru, kuning, hijau, dan sebagainya. Hue merupakan kualitas
yang membedakan antara warna yang satu dengan warna yang lainnya atau
keunikan dari masing-masing warna. Chroma, yaitu kekuatan dan kelemahan
warna yang mengacu pada intensitas warna, misalnya warna kuning memiliki
intensitas warna yang kuat sedangkan warna ungu kurang kuat intensitasnya.
Kemudian Value, seperti yang telah dipaparkan diatas, merupakan gelap terang
bila dibandingkan dengan warna hitam dan warna putih. Penambahan warna
hitam dapat menjadikan gelap, sedangkan penambahan warna putih dapat
menjadikan kebih muda atau terang. Dalam hal ini value warna dapat dibedakan
20
menjadi 2 yaitu Tint, warna dengan value tinggi atau warna-warna yang dianggap
lebih ringan atau terang karena penambahan warna putih. Lalu Shade, warna
dengan value rendah atau warna-warna yang dianggap lebih gelap atau berat
karena penambahan warna hitam.
Untuk mencapai suatu target value tertentu dari sebuah warna, sangat
dipengaruhi dari warna-warna sekitarnya. Warna-warna yang saling
berdampingan dapat mempengaruhi bentuk obyek dan juga penampilan warna itu
sendiri dengan memperbandingkan apakah warna tersebut lebih terang atau lebih
gelap dibandingkan warna yang mendampinginya.
5. Klasifikasi Warna Berdasarkan Maknanya
Masing-masing warna memiliki makna tertentu seperti juga kata-kata.
Warna yang dilihat oleh mata masuk kedalam jiwa kita seperti suara yang
terdengar oleh telinga. Maka terjadi sebuah standar warna yang diklasifikasikan
berdasarkan atas makna-makna simbolik dan persepsi individu terhadap warna
tersebut, antara lain:
sportivitas.
cepat marah, warna yang paling sulit diterima mata. Meningkatkan konsentrasi,
dan saling meningkatkan metabolisme.
Hijau: alami, warna yang paling mudah diterima oleh mata, meningkatkan
penglihatan, ketenangan, menyegarkan, membuat rileks, dan kesuburan. Hijau tua
melambangkan kejantanan, kuno, dipercaya membawa keberuntungan yang jelek.
Biru: warna langit dan lautan, warna yang paling populer, menimbulkan
reaksi yang berlawanan dengan merah, kedamaian, ketenangan, warna dingin, dan
merupakan simbol kesetiaan.
Hitam: warna yang melambangkan otoritas dan kekuatan, membuat orang
akan tampak lebih ramping jika mengenakan pakaian warna hitam, warna yang
kebijaksanaan, dan elegan.
cocok dikombinasikan dengan berbagai macam warna apapun, steril atau higienis,
ketenangan, memberikan kekuatan spiritual atau batin, iman atau kepercayaan,
kemurnian, berkesan hampa, dan kesegaran.
Abu-abu: netral, sebagai background, berkesan pembatalan, keadaan
terjepit, dan ragu-ragu.
Coklat: tanah, keras, warna bumi, alami, keaslian, warna kayu, kesedihan,
kesuburan, ketenangan, kesan orang tua, dan warna kesukaan para kaum pria.
2.1.3. Tinjauan Unsur Komposisi
berbentuk persegi empat panjang dengan kedua sisi lebih panjang dibandingkan
dengan kedua sisi yang lain yang lebih pendek, baik mendatar maupun tegak.
Namun subyek dari gambar atau obyek yang akan digambar akan menentukan
bentuk dari bidang yang dikehendaki, jika menggambarkan pemandangan alam
atau landscape maka bidang berbentuk datar atau memanjang secara horisontal.
Karena hal ini akan memberikan kesan luas atau lebar dan lebih berkesan
dramatis sesuai dengan obyek yang akan digambar. Sedangkan untuk
penggambaran lukisan potret maka akan menggunakan bidang gambar yang tegak
atau berdiri secara vertikal. Hal ini dikarenakan penggambaran potret yang berdiri
membutuhkan bidang yang tegak pula dan juga untuk menghindari semakin
banyaknya ruang kosong jika penggambaran potret digambarkan dengan bidang
yang mendatar.
perkembangannya, hal ini karena untuk mencapai bentuk yang lebih menarik.
Komposisi beraneka ragam terjadi sejak ditemukannya kamera sehingga orang
mulai berani untuk melakukan manipulasi komposisi (Davenport 90). Hal ini
dapat dilakukan dengan permainan grid yang dapat digunakan sebagai garis bantu
untuk membuat dan menentukan letak obyek, sehingga obyek dapat berada pada
tempat yang unik, menarik, dan juga seimbang. Umumnya pengaturan komposisi-
komposisi ini tetap menggunakan elemen-elemen untuk menjaga keseimbangan
gambar, seperti bayangan, subyek pembantu, latar belakang, pewarnaan, gradasi,
dan sebagainya.
menarik. Warna yang netral dengan area yang bertekstur cenderung mengurangi
berat dari komposisi. Sebuah area yang luas dapat diseimbangkan dengan area
yang sempit, namun menggunakan warna yang berintensitas kuat dan kontras
tinggi. Misalnya latar belakang yang berwarna hitam polos akan meningkatkan
perhatian penonton kepada obyek lukisan, namun komposisi ini bersifat formal
dan tradisional.
Perspektif merupakan hukum yang memprediksi dan menjelaskan tentang
ragam dan cara bagaimana suatu obyek yang tampak semakin berkurang dan
semakin kecil ukurannya saat obyek tersebut berada pada jarak yang jauh dari
pengamat (Heller 18). Basis dari semua perspektif adalah titik terang dari semua
garis paralel pada horison, horison adalah batas dimana mata kita melihat terjauh
atau kaki langit. Hukum perspektif yaitu semua garis paralel atau sejajar yang
tampak akan menuju pada suatu titik yang sama. Aspek penting lainnya yaitu
obyek-obyek yang berjarak sama, tampak semakin mengecil hingga mendekati
horison. Jarak antara obyek yang berjarak sama tersebut dilakukan secara konstan.
Dalam ilmu perspektif dikenal dengan perspektif satu titik lenyap,
perspektif dua titik lenyap, dan perspektif tiga titik lenyap. Perspektif satu titik
lenyap biasanya penggambaran obyek secara frontal dan datar setinggi horison
pada salah satu sisi datarnya atau depannya dengan bagian belakang obyek yang
kelihatan semakin mengecil karena menjauh dari mata menuju ke titik lenyap.
Penggambaran dengan perspektif dua titik lenyap merupakan penggambaran
obyek, misalnya meja yang tampak pada kedua sisi sampingnya, atau
penggambaran obyek dengan salah satu sisi siku meja tersebut menghadap ke
depan dan kedua sisi yang lain kelihatan mengecil dan terus menuju ke titik
lenyap, tergantung panjang sisi dari meja tersebut. Namun hal ini
penggambarannya masih tetap menggunakan sudut pandang mata datar.
Penggambaran perspektif tiga titik lenyap adalah sama dengan penggambaran
perspektif dua titik lenyap namun penggambarannya menggunakan perspektif
mata burung atau tampak atas dari obyek, maupun menggunakan perspektif mata
kodok atau tampak bawah dari obyek. Dalam perspektif tiga titik lenyap tersebut,
titik lenyap yang ketiga mengacu pada sumbu Z, dimana dalam hal ini juga
berlaku semakin menjauh bagian obyek dari mata si pengamat maka akan
terkesan semakin kecil, begitu pula sebaliknya. Pada penggambaran obyek
lingkaran, semakin datar atau sejajar obyek dengan mata pengamat, maka
permukaan obyek yang berbentuk datar tersebut akan terlihat semakin elips,
begitu pula sebaliknya.
Pencahayaan didalam gambar berkaitan dengan aspek kualitas gelap
terang (value), karena aspek cahaya menentukan kualitas gradasi suatu obyek.
Dengan pengaturan tekanan gelap terang maka akan dicapai bentuk 3 dimensi.
Elemen-elemen dari cahaya yang menentukan skala gradasi antara lain:
Highlights (Cahaya Maksimum) atau bagian obyek yang memiliki warna
paling ringan atau paling terang dibandingkan dengan bagian lainnya dan
biasanya muncul dari permukaan yang paling halus atau mengkilap. Highlights
berupa bintik sinar yang kuat dan mengena pada bagian puncak dari permukaan
yang menghadap ke arah sumber cahaya.
Lights (Cahaya) dan Shadow (Bayangan) merupakan kualitas gelap terang
yang paling luas areanya, berada diantara highlights dan juga pusat bayangan.
Core of The Shadow (Pusat Bayangan) yaitu area dimana konsentrasi
bayangan yang paling gelap, posisinya paralel dengan sumber cahaya, pusat
bayangan tidak menerima penerangan.
Reflected Light (Pantulan Cahaya) yaitu area dimana cahaya dipantulkan
kembali dari permukaan yang tidak seberapa jauh, yang berfungsi sebagai pengisi
dan membuat obyek semakin jelas bentuknya.
Cast Shadow (Pantulan Bayangan) yaitu bayangan yang terjadi dari obyek
pada bidang yang berdekatan, biasanya lebih gelap daripada pusat bayangan.
Disamping pengertian tentang bayangan dalam tinjauan tentang teori tata
cahaya dalam menggambar termasuk diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Cahaya Natural
Pada teknik penggambaran dengan cahaya ini memiliki kesulitan karena
dipengaruhi oleh musim, warna, dan arah cahaya dan bayangan yang terjadi yang
selalu konstan berubah sejalan dengan waktu. Namun penggambaran dengan
cahaya ini terkesan menarik dan menimbulkan kesan kontras serta suasana
tertentu.
Pencahayaan dalam ruang ini bersifat ideal karena cahaya tidak langsung
mengena dari atas sehingga pewarnaan yang diakibatkan pencahayaan tersebut
menjadi halus dan membaur serta tidak mudah mengalami perubahan.
Pencahayaan ini tidak menghasilkan tepian yang kuat dan kontras pada obyek
sehingga gambar tidak terlalu kuat dan menonjol. Pencahayaan menjadi tampak
merata dan mendominasi keseluruhan bidang gambar. Pencahayaan ini juga
memerlukan berbagai macam penekanan gelap terang, supaya obyek yang
digambar tidak terlihat datar.
3. Cahaya Latar Belakang
Pada penggambaran dengan pencahayaan ini memiliki tepian pada obyek dengan
kontras yang tinggi karena pantulan cahaya dari belakang dibandingkan dengan
bagian depan obyek yang tidak terkena cahaya. Karena pencahayaan ini
dipantulkan pada bagian belakang obyek maka membuat obyek nampak
menonjol. Namun demikian penggambaran dengan teknik pencahayaan ini
terkesan menyilaukan dan sulit untuk mengamati bagian depan obyek secara
nyaman karena detail yang suram dan kurang mendapatkan cahaya dibandingkan
dengan daerah pinggiran obyek. Oleh karena itu diperlukan reflektor yang dapat
memantulkan cahaya sehingga dapat mengenai bagian depan obyek yang dapat
mengurangi kontras yang kuat antara bagian depan obyek yang dapat mengurangi
kontras yang kuat antara bagian depan obyek dengan daerah tepian obyek
tersebut, dan juga menjadikan bagian depan obyek menjadi lebih terang dengan
detail yang dapat terlihat.
Cahaya ini berasal dari sumber cahaya selain matahari, seperti
pencahayaan yang didapat dari berbagai bentuk dan jenis lampu dalam ruangan
studio. Hal ini memiliki keuntungan yaitu cahaya yang disorotkan tidak terlalu
berlainan arah dan memiliki refleksi hyang tampak kuat dan tegas. Namun juga
memiliki kekurangan yaitu pencahayaan yang terlalu kuat sehingga mengurangi
detail obyek karena bayangan yang kuat dan kekontrasan yang tinggi akibatnya
obyek akan tampak datar. Hal ini dapat diatasi dengan berbagai peralatan yang
menunjang dan juga kreativitas, seperti menggunakan peralatan soft box atau
payung pemantul yang ada dalam peralatan fotografi, serta dapat juga diatur jarak
cahaya tersebut ke obyek atau dengan mengurangi kuat intensitas cahaya tersebut
(Dabner 78).
2.1.4. Tinjauan Foto Berdasarkan Bidang Kajian
1. Fotografi Editorial, yang merupakan ilustrasi buku, yang sering dijumpai pada
buku-buku novel, buku-buku bacaan anak atau orang dewasa, buku olahraga,
kartun dan karikatur politik, dan sebagainya. Yang mana selain untuk
memperjelas cerita atau penyampaian pesan dalam buku tersebut sebagai
visualisasi pesan, ilustrasi ini juga dapat digunakan sebagai jaket atau sampul
buku yang dapat berguna untuk menarik perhatian konsumen (Leonardi 56).
promosi dan pemasaran, yang meliputi Ilustrasi Fashion, ilustrasi ini dapat
berbentuk fotografi maupun gambar untuk mempromosikan dan menjual
produk fashion. Ilustrasi Produk, berfungsi untuk menggambarkan berbagai
produk yang diproduksi semenarik mungkin untuk dipromosikan dan
ditawarkan kepada konsumen. Yang terakhir adalah Ilustrasi Pariwisata, yang
pada umumnya menggambarkan pemandangan alam, arsitektur, dan figur-
figur tertentu pada daerah yang dipromosikan (Leonardi 56).
2.1.4.1. Tinjauan Fotografi Berdasarkan Alat
1. Pemakaian kamera analog dan digital dimana yang menjadi pembeda adalah
alat yang digunakan. Kmaera analog masih menggunakan film seluloid
sedangkan kamera digital adalah kamera yang telah menggantikan
penggunaan film seluloid dengan sensor penangkap cahaya.
2. Pemakaian jenis kamera, dalam fotografi ada tiga jenis kamera yaitu, kamera
SLR, kamera medium format, dan kamera large format. Disini ketiga kamera
tersebut dapt dibedakan berdasarkan ukuran fisiknya dimulai dari kamera SLR
yang mempunyai ukuran terkecil hingga kamera large format denga ukuran
yang paling besar, begitu pula dengan jenis film yang dipakai (untuk kamera
dengan sistem kerja analaog) kamera SLR memiliki ukuran filam yang
terkecil. Sedangkan pada kamera digital yang menjadi pembeda adalah
penggunaan sensor penangkap cahayanya, dengan kamera SLR yang paling
kecil.
3. Pemakaian alat bantu pencahayaan. Alat Bantu pencahayaan disini adalah alat
yng dipergunakan untuk menambah cahaya pada obyek yang akan di ambil
gambarnya. Alat bantu ini terdapat dua jenis yaitu, alat bantu dngan cahaya
sendiri disebut flash dan alat bantu yang bekerja dengan cara memantulkan
cahaya lain ke obyek.
2.2. Tinjauan Judul Perancangan
2.2.1. Perancangan Buku Essai Foto tentang Kehidupan Malam di Surabaya
1. Aspek fungsional
mendapatkan berbagai info dan wawasan. Selain itu sebuah buku bisa
memberikan sebuah inspirasi bagi seseorang, dan yang terakhir, buku bisa
memberikan motivasi sendiri bagi seseorang yang membacanya.
2. Aspek Estetika
ilmu-ilmu komposisi dan desain.
marketnya.
Dari ketiga aspek tersebut, maka timbullah pendekatan verbal visual yang
menghasilkan sinergi/kolaborasi yang berkaitan dengan nilai fungsi, nilai estetika
dan nilai ekonomis suatu produk perancangan buku.
Perkembangan Buku
bagian dari perkembangan novel grafis, meskipun pada saat itu belum
diidentifikasikan sebagai sebuah karya novel grafis. Awalnya adalah ketika
penerbit Melodi di Bandung menerbitkan dua karya epik karya R.A. Kosasih yaitu
Mahabharata dan karya Johnlo yaitu Raden Palasari pada tahun 1954.
Disebut–sebut sebagai novel grafis karena muatan sastrawinya amat
kental, memuat cerita wayang Mahabharata, pertarungan antara kebaikan dan
keburukan pada jaman Jawa Kuno dan diwariskan turun temurun melalui
pagelaran wayang kulit maupun wayang orang.
Pada tahun 1968 Ganes TH menerbitkan Si Buta dari Gua Hantu, yang
mengawali kebangkitan kedua industri komik Indonesia sekaligus mengawali tren
komik silat yang berjaya sepanjang 1970-an sampai 1980-an, kemudian muncul
komik-komik super hero yang bergaya kebarat-baratan, antara lain: Hasmi
dengan serial Gundala Putra Petir (merupakan adaptasi dari jagoan Amerika,
28
Flash), Wid NS dengan serial Godam (terinspirasi Superman), Kus Br. Dengan
serial Laba-Laba Merah (mirip dengan Spiderman), dan sebagainya dimana
komik-komik ini cukup populer (Kulsum 107).
Mulai tahun 1990 hingga sekarang ini, para komikus dan ilustrator resah
dengan situasi cergam Indonesia tidak lagi mempunyai pasaran yang luas,
sekalipun mereka berada di penerbit-penerbit raksasa, ide-ide orisinil dalam
cergam tersebut kurang dihargai yang hal ini disebabkan oleh tudingan penguasa
Orde Baru yang merugikan potensi cergam dan komik Indonesia. Hal ini juga
diperparah dengan banyaknya komik dan cergam impor yang digemari, berbagai
kemunculan komik dari Jepang dan Barat yang ditunjang oleh berbagai media
pendukungnya memanfaatkan kesuksesan tersebut, seperti anime (film animasi
Jepang), merchandise, industri pakaian, dan sebagainya yang membuat komik
impor beserta tokohnya menjadi semakin populer dan semakin dekat dengan
konsumennya. Komik impor memperoleh pasaran yang lebih luas dengan alasan
lebih mudah dan hemat untuk memperoleh hal cipta atau penerbitan daripada
komik lokal, yang menyebabkan kurangnya minat dan dorongan bagi pembeli
lokal, kurangnya kesempatan untuk mempublikasikan dan tradisi lokal yang
digeser oleh komikus luar negeri, serta adanya prasyarat yang cukup berat bagi
komikus untuk lolos dari Departemen Penerangan.
Perkembangan cergam dan komik Indonesia sendiri banyak diwarnai oleh
komik dan cergam asing yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
seperti Manga (komik Jepang), cergam Walt Disney (Sleeping Beauty). Winnie
The Pooh, dan sebagainya) padahal terjemahan buku asing tersebut dapat
menurunkan kualitas isi buku tersebut. Permasalahan lainnya adalah industri
perbukuan baik cergam maupun komik, dan juga buku-buku lainnya lebih
mengutamakan orientasi pasar daripada perkembangan buku dalam negeri.
Penerbit diuntungkan dengan permintaan masyarakat akan buku-buku asing yang
lebih digemari dibandingkan dengan buku-buku lokal, akibatnya penerbit besar
Indonesia juga lebih banyak memproduksi buku-buku impor yang diterjemahkan.
Namun kita tidak bisa hanya menyalahkan cergam dan komik luar negeri
yang sangat digemari tersebut, kita harus melihat bahwa komik dan cergam dalam
negeri sendiri juga banyak kekurangannya. Cergam di Indonesia kurang memiliki
kesatuan antara penulis, ilustrator, dan juga editor yang mana hal ini berdampak
pada kualitas cergam yang tidak memiliki keseimbangan antara aspek visual dan
verbal, karena keduanya tidak dapat saling mendukung sebagai elemen yang sama
pentingnya. Didalam negeri sendiri, banyak para ilustrator dan penulis komik
ternama yang justru meningkatkan kecintaan masyarakat, terutama anak-anak
terhadap komik asing. Hal ini disebabkan para penulis dan ilustrator tersebut
mengadopsi gaya asing secara mentah-mentah atau imitasi dan kehilangan
identitas budaya sendiri. Seperti yang kita ketahui segala sesuatu yang berupa
peniruan dan tidak memiliki kualitas yang lebih baik dari karya aslinya, akan
menduduki posisi kedua bahkan mungkin lebih rendah. Penyebab lainnya sebagai
upaya untuk menarik simpati konsumen dan menggeser komik impor dengan cara
meniru gaya komik impor, yang pada kenyataannya justru semakin menjatuhkan
kualitas komik lokal itu sendiri. Masyarakat menjadi tidak bersimpati dan
menganggap tipe ilustrasi tersebut setengah-setengah, tidak terlalu ke Indonesia
namun juga tidak persis gaya Jepang atau Barat.
2.2.1.2. Penjelasan Tema / Judul Buku
Pada buku essai foto ini, dimana akan dijelaskan bagaimana kehidupan
malam dapat mempengaruhi sebuah proses pendewasaan seorang remaja. Buku
ini akan sangat membantu para orang tua selaku ”penjaga” remaja-remaja tersebut
untuk lebih mengenal bagaimana kehidupan jaman sekarang. Dan bagi para
remajanya sendiri buku ini diharapkan mampu untuk membuka mata mereka
tentang arti kehidupan malam bagi mereka.
2.3. Tinjauan Buku
Asal mula bacaan berasal dari pictograph atau piktograf yang banyak
ditemukan diberbagai gua dan prasasti purbakala, dimana banyak ditemukan
gambar yang saling beruntutan merangkai cerita. Pada perkembangannya
penulisan dilakukan diatas tempurung hewan seperti kura-kura namun dalam
jumlah terbatas. Dalam perkembangan selanjutnya buku baca modern berasal dari
abad ke-15 yang saat itu terbentuk balok-balok kayu yang diukir, setiap halaman
berisi teks maupun ilustrasi. Buku ilustrasi yang paling terkenal yaitu Biblia
Pauperum (Poor Man’s Bible).
Perkembangan buku bacaan mengikuti perkembangan didalam hal proses
percetakan. Pada abad ke-16 dan 17, penggunaan potongan-potongan kayu mulai
digantikan oleh lempengan-lempengan papan atau lempengan tembaga yang
diberi ukiran dan juga digambar dengan semacam zat asam seperti tembaga atau
mineral yang memberikan lapisan asam tipis. Namun penemuan ini hanya
berlangsung hingga abad ke-18, dimana terjadi revolusi didalam seni membuat
buku bacaan dengan ukiran kayu dan teknik lithografi (teknik cetak offset). Proses
ini kemudian semakin dikembangkan didalam percetakan buku-buku ilustrasi dan
majalah.
Pada akhir abad ke-19, seni mengukir pada kayu dan juga lithografi
digeser dengan teknik atau proses foto mekanik yang memungkinkan reproduksi
teknik melukis dan menggambar dengan variasi yang lebih banyak. Namun
eksploitasi dari proses yang cepat dan murah tapi teledor ini mengaburkan potensi
artistik pembuatnya, sehingga beberapa pelukis dan ilustrator besar memilih tetap
menggunakan cara lama yang dihidupkan kembali, meskipun ada juga yang
mempergunakan teknik foto mekanik untuk menghasilkan efek yang bagus.
Buku-buku ilustrasi yang bertemakan fiksi menjadi semakin populer pada abad
ke-19 yang lebih populer dibandingkan pada masa abad ke-20.
Di Indonesia kontribusi buku-buku dan berbagai media cetak lainnya
sangat besar didalam perjuangan kemerdekaan pada masa kolonialisme karena
dapat menjadi sarana yang kritis untuk dapat menunjukkan kesadaran bahwa
dibutuhkan suatu bentuk pergerakan bersama untuk mencapai masyarakat yang
merdeka dan bersatu. Namun berlawanan dengan pemerintah kolonial yang
melakukan aksi penghancuran buku-buku yang dianggap mengganggu situasi
politik.
Pada saat itu, dunia literatur selalu diawasi dan dimusuhi oleh pemerintah
sehingga pengekangan banyak ditemui dijaman ini. Kejadian tersebut terulang
31
kembali pada masa pemerintahan Orde Baru. Berbagai buku bacaan di Indonesia
mengalami pengekangan, beberapa buku yang dianggap kritis dan membahayakan
pemerintah dilarang beredar, akibatnya rakyat seperti “dibungkam”, tidak ada
kebebasan untuk mengeluarkan pendapat dan seolah-olah pemerintah mengalami
ketakutan akan pemikiran kritis oleh rakyat yang dapat membongkar sesuatu hal
yang ditutup-tutupi. Berbagai macam media massa baik cetak maupun elektronik
dikontrol ketat dan selalu diawasi dengan ancaman pencabutan SIUPP jika
dianggap melanggar. Semua aspek diseragamkan dan segala perbedaan
diharamkan, dengan alasan demi persatuan dan kesatuan bangsa (Fatwa, 1031).
Buku-buku yang diperbolehkan untuk beredar terkesan datar dan menutup-nutupi
apa yang ada didalam kenyataan, yang beralasan bahwa buku-buku bacaan
tersebut dianggap mengganggu ketertiban umum, menghina pemerintah, tidak
sesuai dengan ideologi negara, bertentangan dengan ajaran agama, merusak nilai
agama, menurunkan kewibawaan pemerintah, dan sebagainya yang bertujuan
tidak mengakui perbedaan perspektif, kemajemukan sudut pandang dan
keragaman pendapat pribadi, serta upaya pelecehan dan pembodohan masyarakat.
2.3.2. Jenis-jenis Buku
melalui isinya sebagai berikut :
Gaya desain (graphic style) adalah suatu ragam hias atau model
visualisasi karya visual atau grafis yang merujuk pada pola atau gaya tertentu
sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat(Heller 80). Pada
perkembangan masyarakat atau jaman selanjutnya, gaya desain atau visualisasi
menjadi titik acuan dan wacana untuk menciptakan gaya berikutnya.
Munculnya gaya desain dipengaruhi beberapa hal seperti:
Revolusi Industri, memunculkan pemikiran mendukung teknologi dan
eksplorasi rasio manusia. Pada perkembangan berikutnya dengan eksplorasi
teknologi industri muncul gaya desain baru.
Menolak Revolusi Industri karena dampaknya merugikan, dengan cara
mencari gagasan baru yang berbeda (post-strukturalis, ekspresif, berbeda
dengan yang sebelumnya) dan mencari makna baru dengan romantisme masa
lalu atau nostalgia.
fungsional. Karya desain yang dibuat tidak hanya menekankan pada aspek
visualnya saja. Pada era ini terdapat suatu usaha untuk mengatasi kesenjangan
antara seni dan industri, meninggalkan simbolisme dan beralih ke
rasionalisme.
Plakatstil: poster dan stilt gaya. Plakatstil pada dasarnya adalah seni
poster yang lahir di Berlin, Jerman untuk mempromosikan produk. Ciri
Visual: pemanfaatan ruang kosong untuk menonjolkan produk dan tidak ada
ornamen.
2. Wiener Werkstatte
Dipengaruhi oleh gaya Art and Craft di Inggris, berdiri di Austria 1903
oleh Josef Hoffmann, kolomam Wienner dan Fritz Warndofer. Yang unik
adalah setiap produk dari bengkel Wienner Werkstatte selalu ada merk dagang
dan cap seperti ‘VW’.
Aliran Ekspresionisme berasal dari kata ekspresi atau spontan. Dimulai
1900-1906, ketika Van Gogh berkarya dengan warna-warni yang berani,
Gaugin dengan distorsi orang besar dan gemuk dan Paul Cezanne dengan
kebebasan pada karyanya. Pelopor Ekspresionisme adalah Eduard Munch
(1863-1944) dari Norwegia dengan karya bcrjudul The. Ekspresionisme
menjadi aliran avant-garde pertama abad 20. Tema utama yang diangkat
seputar masalah kematian, kesakitan, dan dorongan seksual.
Modern
Modern berasal dari kata kata Latin Modo yang berarti `barusan'.
Namun pengertian modernisme hams dibedakan dengan pengertian kita sehari-
hari tentang sesuatu yang paling barn dan muktahir. Moderen sebagai isme
adalah serangkaian pemikiran dan gerakan dalam berbagai bidang kehidupan
yang muncul sejak ahun 1900 hingga 1950. Pada zaman ini, karya desain
dibuat sudah mengutamakan segi atau aspek fungsinya, selain itu karyanya
juga bersifat rasional dan objektif. Sehingga menghasilkan kecenderungan
baru dalam desain seperti misalnya bentuk geometris dan terukur ,
menghilangkan elemen dekoratif, layout atau tata letak yang asimetris namun
teratur, sistem grid yang jelas, warna-warna dengan intensitas yang redup dan
dingin, serta backgroung yang hersih. Sebenarnya ciri visual pada
moderenisme ini hampir sama dengan modernisme awal, karena masa waktu
yang berlangsung tidak terpaut waktu yang lama, bahkan mungkin terjadi
secara bersamaan.
1. Futurism
Aliran seni di Italia yang didirikan oleh Filippo Marinetti. Gerakan ini
diinspirasi dari kehidupan yang herubah karena penemuan mesin yang
menghasilkan unsur gerak dan kecepatan yang sangat berpengaruh bagi
kehidupan manusia di awal ahad ke-20. Ciri visual dari gaya ini, sedikit
abstrak, kolase kubisme dan pemakaian huruf yang ditampilkan sebagai
memusingkan, gaya ini juga mendapat pengaruh Kubisme. Kubisme pada
dasarnya adalah perubahan cara melukis yang sebelumnya menggunakan gaya
dengan pendekatan perseptual atau penginderaan ke gaya dengan pendekatan
konseptual. Upaya-upaya seniman Kubisme menampilkan obyek dalam bentuk
geometric serta cara pemotongan citra dari obyek tanpa ekspresi menandakan
lahirnya gaya visual moderen, fotografi, teknologi mesin dan arsitektur.
3. Konstruktivism
berkembang di Rusia. Estetika konstruktivisme berkaitan dengan bentuk atau
bidang geometris kinetik sebagai cerminan jaman modern yang dikuasai mesin.
Tokohnya El Lisstzky yang mengatakan konstruktivisme adalah pelopor avant
garde seni di Rusia. Seni harus dinikmati semua kelas secara merata. Ciri visual
dari Konstruktivisme: daerah luas warna murni, konstruksi geometri yang kuat,
photomontage, tipografi san serif yang tebal, huruf yang singkat dan mudah
dibaca.
De Stijl adalah aliran seni yang tidak representasional, tidak ilustratif
ataupun naratif. De Stijl menggunakan bentuk-bentuk geometris dengan susunan
konstruksi yang sangat teknis. Tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Piet
Mondrian. Neo Plasticisme adalah sebuah gaya dalam De Stijl yang menekankan
kelenturan bidang dengan cara memanfaatkan garis vertikal-horisontal dan warna.
Ciri Visual dari De Stijl adalah: huruf tebal dan sedikit, dengan warna datar dan
bentuk yang geometris.
Gaya Bauhaus yang diterapkan pada karya dcsain Walter Gropius, Lazlo
Moholy-Nagi, dan Bayer-Schmidt, diperlihatkan sangat dipengaruhi oleh gaya
dan berdasarkan pada grid. Penggunaan warna-warna primer dengan gambar yang
biasanya realis menjadi montase atau fotografi, tipografi san serif yang asimetri,
bersih dan meyakinkan. Selain itu bahan yang digunakan pun bahan yang modern.
6. New Typography
Ciri yang lain timbul dari aliran atau gaya The New Typography yang
diterapkan pada karya-karya Lissitzky, Moholy-Nagi, Renner, Tschichold,
Sutnar, dan Zwart adalah masih dipengaruhi oleh Futurism, Vorticsm dan Dada.
Terlihat pada karyanya yang geometris dan menolak semua ornamen,
mementingkan fotografi, memperhatiakan white-space, mengijinkan barisan
huruf yang ditata secara secara miring atau vertikal, juga adanya pembatasan
pada warna dasar, dan huruf tetap sama yakni san serif.
7. Art Deco
Berawal dari pameran yang berjudul Paris Exposition des Art
Decoratrfs et Industries pada tahun 1925 di Perancis, didapatlah nama Art
Deco (1924-1937). Dalam kamus karya Guy Julier, Art Deco tidaklah
dianggap sebagai sebuah gerakan namun hanyalah gaya atau kecenderungan
dalam desain. Perancis sebagai pusat Art Deco telah memiliki sekolah seni
dekoratif The Martine School sejak tahun 1911. Di Perancis perkembangan
Art Deco ini juga dipengaruhi oleh dunia mode.
Ciri visual dari gaya Art Deco adalah beberapa karya desain
menggunakan gaya Streamline, yang mana artinya garis arus, dengan
bentukan yang ramping dan lurus dengan ujung meruncing atau membulat
sehingga dapat mengikuti alur atau arus air dan udara, pada masa ini gaya
desainnya juga menerapkan bentuk yang aerodinamik dan banyak
menggunakan warna gradasi yang halus, serta warna yang mengesankan efek
kilauan atau lengkungan logarn. Gaya Art Deco seringkali juga
memanfaatkan bahan-bahan sederhana tapi tetap menampilkan kesan mewah.
8. Dada
36
Dada adalah sebuah aliran seni anti estetis dan anti seni yang berkembang
antara tahun 1916 di Zurich, Swiss hingga tahun 1922. Aliran ini cenderung
menganut pemikiran absurd dan nihilis, yang disebabkan kekecewaan para
seniman pada masa itu terhadap penderitaan umat manusia akibat Perang Dunia
I. Mereka beranggapan bencana itu disebabkan oleh pengagungan berlebih
terhadap logika dan rasionalisme. Oleh sebab itu cara menyelamatkan diri dalam
situasi kacau (chaos) tersebut adalah dengan anarki politik, cmosi alamiah,
intuisi dan irasionalitas. Karena sikapnya tersebut maka aliran ini dianggap
destruktif, sok beda namun juga diakui kreatif
Late modern
jaman modern ke jaman postmodern. Gaya-gaya yang dipakai merupakan
gaya-gaya yang dipakai pada jaman terdahulu, namun sudah dimodifikasi
sehingga tampak lebih moderen. Masa ini merupakan reaksi terhadap gerakan
moderenisme, juga menerapkan teknik neo-modernisrne klasik secara luas tapi
tetap dengan dogma yang berhubungan dengan sekolah dan gerakan ortodok
dibuang. Adanya penggabungan ide-ide keabstrakan, dinamisme dan asimetri
dari Eropa. Selain itu adanya keinginan untuk menciptakan desain yang tidak
perlu universal dan dapat lekang oleh waktu, dan yang paling utama adalah
menitikberatkan pada keinginan konsumen, dan boleh dibilang desainer
bukanlah segalanya, dan bukan seperti seniman yang "bekerja" untuk dirinya
sendiri.
Gaya desain Swiss International Style terpengaruh gaya De Stijl, Bauhaus,
New Typography dan Contruktivisin. Desainnya cenderung matematis dan
berdasarkan grid, desainnya mengurangi ornamen, objek yang digunakan tidak
lagi berupa gambar tapi fotografi, namun tipografi yang digunakan tetap san serif.
2. Corporate Style
yang hemat, dan mengutamakan fotografi gerak.
kebudayaan popular, lukisan primitif, gaya Victorian, Art Nouveau, Art Deco
sebagai sumber inspirasinya.
Berbekal simbolisme dalam seni rupa tradisionalnya, komunitas kota yang
rekat, maraknya dunia teater, dan lemahnya garis keras Stalin, membuat senirnan
poster Polandia berhasil mengembangkan corak artistik yang kaya dengan tafsir
dan gaya personal senimannya. Pada gaya poster Polandia, unsur art yang kental,
metafora visual yang aneh dan ganjil dengan campuran antara gaya Art Nouveau,
Pop Art dan Surealism yang terlihat baru mambuat gaya desain poster Polandia
terasa agak janggal, aneh dan lain dari biasanya. lntinya, gaya desain poster yang
berkembang di Polandia tidak mengikuti aturan yang ada, malah Para desainernva
membuat pakem sendiri bagaimana seni poster di Polandia itu scharusnya. Ciri
visual dari desain Polish ini adalah: teknik visualisasi sebagian besar bercirikan
manual, jarang sekali menggunakan teknik fotograti, untuk font biasanya
menggunakan hand-writing font dan sebisa mungkin singkat, padat dan jelas karena
minim instruksi, warna-warna yang dipakai merupakan warna-warna kusam atau
warna tanah, dan karya desainnya cenderung berimajinasi secara liar.
5. Psychedelic
Indian dan tipografi Victorian, dan desainnya ditampilkan dengan warna yang
mencolok, desainnya banyak ditemui di jalanan yang nantinya melahirkan gaya
Punk.
Gaya desain Jepang Modern menampilkan area 3 dimensi yang antigun
dengan fotografi dan komputer, nilai-nilai Barat seperti Pop Art, komik, televisi
dan film diubah menjadi bentuk yang kontemporer yang mencerminkan Jepang
yang berteknologi tinggi. Desain ini juga berangkat dari metodc
Contructivismdan Bauhaus, dan meniru kecenderungan New Wave dan
Pada masa Postmodernisme (1975-sekarang), desain sudah masuk ke
dalam era digital atau digitalisasi. Masa ini terjadi karena sebagai dampak dari
revolusi sains dan teknologi. Pada masa postmodernisme bersifat radikal dan form
follow fun. Disini visualisasi tidak harus bagus-bagusnya saja atau cenderung
menggunakan objek yang cantik, tapi juga harus memperhatikan efek, yang
penting bukan persepsinya tapi efek dari persepsinya.
Secara sederhana definisi Postmodernisme adalah sebuah pemikiran yang
mengkritik pandangan Modernisme melalui cara pandang yang cenderung pada
keanekaragaman, kejenakaan, berantakan, dan cenderung pada penggambaran
walaupun terkadang juga memiliki keteraturan geometris. Menurut pemikiran
Postmodernisme, universalisme melupakan atau menganggap tidak penting latar
belakang sosial-budaya dari suatu masyarakat. Pemikiran Postmodernisme lebih
percaya pada konsep yang kontekstual dengan situasi dan kondisi yang ada, tidak
bersifat universal.
Desain Postmodernisme secara garis besar terbagi dua gaya yakni Punk
dan New Wave. Boleh dibilang gaya bukan berdasarkan dogma, dan juga ada
unsur penolakan terhadap kemurnian modernisme. Gaya ini juga 1ebih ke
historisme, ekletik/ pastiche, pluralism dan parody, Kisch, Camp, juga reaksi
terhadap tehnologi komputer. Hilangnya batas antara high dan muss culture,
juga melayani tuntutan komersial. Adanya majalah komunikasi menjadi sebuah
proses refleksi diri. Tipografi menjadi wacana praktis, tidak untuk dipahami
sebagaimana terbaca tetapi memberi peluang pilihan pengertian. Gayanya
cenderung playfull dan kompleks, interdisiplin sebagai pendekatan terhadap
grafts, dan adanya kesadaran akan pentingnya Corporate Identity.
Desain Postmodernisme memiliki ciri visual: bentuk geometrik yang
tampak main-main, bentuk yang mengapung, memiliki banyak lapisan, tidak
berdasarkan dogma, berwarna meriah, memakai tipografi dengan letter space
yang bertentangan.
Tahun 1980 Ettore Sottsass, JR desainer Alchimia memisahkan diri dan
membentuk kelompok desain Memphis dengan aplikasi di furniture,
perlengkapan lampu dan keramik. Tokoh yang lain adalah Michele De Lucchi,
Andrea Branzi, Arata Isozaki, Shiro Kuramata serta Michael Graves. Beda
Alchimia dengan Memphis adalah Memphis lebih untuk komersial dan tidak ada
simbol masa lalu, kalau Alchimia orientasinya lebih ke eksperimen dan
menggunakan simbol historis.
2. New Wave
New Wave dibagi menjadi dua yakni American New Wave dan European
New Wave. Pada American New Wave, desain banyak menggunakan teknik
fotografi, teknologi elektronik dan desain yang berlapis-lapis. Pada European
New Wave ciri desainnya adalah: digital era, efek fotografls, efek animasi,
desain berlapis, dan eksperimen terhadap gambar dan huruf.
3. Punk
Gaya Punk merupakan keturunan spiritual langsung dari Psychedelic.
Ciri visual dari gaya Punk adalah: memiliki ciri penataan yang kasar, anti
kemapanan dan desainnya terlihat asal tempel.
4. Dekonstruksi
Merupakan gaya desain era digital yang gaya desain dan landasan
filsafatnya merupakan latar belakang dari ketertarikan desainer terhadap hal
tertentu, seperti tipografi sebagai objek eksperimental. Disini desain menjadi
wacana baru dan yang pasti eksplorasi ide dan gagasan menggunakan bantuan
komputer. Ditinjau dari nilai estetiknya, dekonstruksi yang merupakan bagian
dari digital era masuk dalam pengertian meta-estetik yang maksudnya tidak
terfokus objek estetiknya, Form Follow Fun, dimana orang tidak lagi berbicara
mengenai tampilan visual dan fungsi tetapi lebih ke bermain-main dengan
imajinasi. Dekonstruksi merupakan reaksi dari modernisme. Kehadiran
dekonstruksi dilihat sebagai bagian dari postmodernisme yang secara filsafat
pengetahuannya, harus menerima suatu kenyataan bahwa manusia tidak boleh
40
terpaku pada suatu sistim pemikiran: yang ketat dan kaku. Kalau moderenisme
berusaha menciptakan keteraturan, maka dekonstruksi justru ingin
mengembalikan ke dasar-dasar yang begitu jamak, apabila ada sesuatu yang
"tertutup" maka harus ada yang "terbuka", sehingga menjadi majemuk di sini
dekonstruksi berusaha memecah dan memilah-milah.
2.4.2. Perkembangan gaya desain secara umum
Dengan memiliki hakekat sebagi sebuah upaya manusia dalam
memecahkan masalah sehari-hari untuk meningkatkan kualitas hidup, maka
perkembangan desain sangat berkaitan erat dengan perkembangan budaya
manusia yang senantiasa berubah dan bertambah sesuai dengan kebutuhan
manusia pada saat itu.
Secara garis besar menurut Heller ada tiga tahap perkembangan gaya
desain dalam desain komunikasi visual:
1. Perkembangan peran desain diawali dengan masa Follow Meaning (bentuk
mengikuti arti atau makna). Desain sebagai penghias yang mengacu kepada
subjek tertentu sehingga lebih dikaitkan pada masalah ornamen saja, desain
sebagai barang atau aktivitas tambahan, misalnya: kursi untuk raja harus
dibuat seindah mungkin sesuai dengan kesan mewah, berbeda dengan kursi
untuk rakyat biasa. Contoh desain di zaman ini: gaya Victorian dan Art and
Craft.
2. Sangat menonjolkan unsur makna dan dekoratif yang dominan. Sedangkan
bagi gaya Art Noveau. Jugendstil dan Glassgow, unsur dekoratif telah
rnengalami perkembangan menjadi bentuk lengkungan sehingga merupakan
generasi baru dan inovatif. Hal ini menyebabkan Art Noveau menjadi lava
peralihan yang tidak lagi full meaning dan dikategorikan sebagai awal dari
desain modern (Early Modern).
41
3. Pada awal tahun 1950-an, zaman strukturalis Form Follow Function (bentuk
mengikuti kegunaan/fungsi) ungkapan visual dalam desain tidak lagi melihat
pola-pola masa lalu sebagai acuan. Desain tidak dekoratif namun mencari
kemungkinan-kemungkinan lain sehingga mengalami penambahan dan
perubahan total. Desain hanya mengacu kepada fungsi atau kegunaan semata.
Pada zaman ini, gaya desain termasuk gaya modem, yaitu: Plakatstijl,
Futurism, Constructivism, Bauhaus, dan sebagainya.
4. Pasca Perang Dunia, Post Strukturalis atau Post Modern, peran desain
komunikasi visual berubah menjadi Form Follow Fun (bentuk mengikuti
konsep) sesuai dengan selera pribadi, bersifat subjektif dan sebagai reaksi anti
logika yang menjadi penyebab Perang Dunia. Desain bersifat pemberontakan
dan sindiran dan hanya dapat dimengerti oleh desainer pembuatnya saja. Fase
ini merupakan gejala timbulnya Postmodernisme. Gaya Postmodernisrne
meliputi: American New Wave, Memphis, American Punk, American Post-
Modern, European New Wave.
2.5. Tinjauan Aspek Historis
Dilihat dari aspek historis, sebuah buku biografi diciptakan bisa terdiri dari beberapa faktor, seperti banyaknya buku-buku cerita sejarah yang memuat cerita- cerita untuk menghormati tokoh-tokoh, akhirnya timbul kecenderungan tokoh membuat buku otobiografi atau biografi. Kemudian sebuah buku digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang sebenarnya dari hal-hal yang berhubungan dengan tokoh. Banyak kita jumpai sebuah buku biografi yang kesannya membangga- banggakan seorang tokoh, sedangkan ada juga orang yang membaca buku itu merasakan sesuatu yang terlalu membanggakan diri. Itu semua bisa terlihat dari berbagai testimonial-testimonial dari orang-orang yang tahu betul siapakah tokoh itu, dekat dengan tokoh itu, dan merasakan langsung dampak darai kinerja ataupun eksistensi tokoh tersebut pada lingkungannya. Bagi masyarakat yang belum mengenal sosok tokoh tersebut, kehadiran buku biografi akan sangat membantu memahami secara objektif seorang tokoh agar tidak timbul persepsi yang keliru tentang tokoh.
Kehadiran buku biografi dapat pula dianggap sebagai medium untuk mempersepsikan konstruksi tertentu atau dengan kata lain sebuah buku biografi dapat dipakai sebagai alat untuk mengkonstruksi kepentingan-kepentingan dari tokoh tersebut. Seperti contohnya buku biografi Presiden Soeharto, Presiden Gus Dur, dan lain-lain.
Tinjauan aspek historis dari buku biogarfi adalah sebagai media literasi, yang artinya mengaca pada fenomena. Bahwa bangsa yang berbudaya adalah bangsa yang memakai buku sebagai sarana untuk memperoleh pencerahan. 2.6. Tinjauan Aspek Kultural Di dunia ini, terutama Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau, berbagai bangsa, suku, budaya dari beberapa perbedaan-perbedaan itu timbul banyak sekali cerita, kisah, dongeng, pengalaman sejarah, dan lain-lain yang wajib dan perlu di ketahui. Suatu cara dimana semua itu bisa diketahui banyak masyarakat yaitu dengan melakukan penyampaian secara turun temurun. Dengan cara itulah bisa mengenal, mengerti, memahami apa yang telah terjadi di belakang sejarah kehidupan kita. 2.7. Tinjauan Aspek Kehidupan Di dalam kehidupan, seseorang yang ingin maju selalu mencari sesuatu yang bisa membuat seseorang maju ini bisa dilihat dari seseorang yang kemampuan inteligensinya ada merasa sebuah bacaan itu berarti dan selalu mencari buku yang bermutu. Karena mereka menyadari pentingnya sebuah buku sebagai aspek motivasi bagi mereka.