1analisis pengaruh ipm

25
ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PDRB PER KAPITA, DAN JUMLAH PENGANGGURAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI JAWA TENGAH Prima Sukmaraga Dosen Pembimbing: Banatul Hayati, SE., M.Si FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2011 ABSTRAK Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama negara sedang berkembang, seperti Indonesia. Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain tingkat pendapatan masyarakat, pengangguran, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan lokasi lingkungan. Jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah relatif lebih tinggi dibanding provinsi lain di Indonesia, yaitu menempati peringkat kedua dalam hal jumlah penduduk miskin terbesar di Indonesia setelah Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan menganalisis bagaimana dan seberapa besar pengaruh variabel Indeks Pembangunan Manusia, PDRB per kapita, dan jumlah pengangguran terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) yang menggunakan data antar ruang ( cross section) Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 dengan bantuan software Eviews 4.1 Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah, PDRB per kapita berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah, dan jumlah pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah. Kata kunci : Jumlah Penduduk Miskin, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), PDRB per kapita, dan Jumlah Pengangguran

Upload: inggar-sanjaya

Post on 20-Dec-2015

27 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sebuah tantangan

TRANSCRIPT

Page 1: 1analisis pengaruh IPM

ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN

MANUSIA, PDRB PER KAPITA, DAN JUMLAH

PENGANGGURAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK

MISKIN DI PROVINSI JAWA TENGAH

Prima Sukmaraga

Dosen Pembimbing: Banatul Hayati, SE., M.Si

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2011

ABSTRAK

Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia,

terutama negara sedang berkembang, seperti Indonesia. Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain tingkat

pendapatan masyarakat, pengangguran, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan lokasi lingkungan. Jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah relatif lebih tinggi dibanding provinsi lain di Indonesia, yaitu menempati

peringkat kedua dalam hal jumlah penduduk miskin terbesar di Indonesia setelah Jawa Timur.

Penelitian ini bertujuan menganalisis bagaimana dan seberapa besar pengaruh

variabel Indeks Pembangunan Manusia, PDRB per kapita, dan jumlah pengangguran terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008. Metode

analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) yang menggunakan data antar ruang (cross section) Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 dengan bantuan software

Eviews 4.1 Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah, PDRB per kapita berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah, dan jumlah pengangguran

berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah.

Kata kunci : Jumlah Penduduk Miskin, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), PDRB per

kapita, dan Jumlah Pengangguran

Page 2: 1analisis pengaruh IPM

A. PENDAHULUAN

Pembangunan adalah suatu proses perubahan menuju ke arah yang lebih baik dan

terus menerus untuk mencapai tujuan yakni mewujudkan masyarakat Indonesia yang

berkeadilan, berdaya saing, maju, dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Pembangunan harus diarahkan sedemikian rupa sehingga setiap tahap semakin

mendekati tujuan.

Hidup layak merupakan hak asasi manusia yang d iakui secara universal.

Konstitusi Indonesia UUD’45, secara eksplisit mengakui hal itu dengan mengamanatkan

bahwa tugas pokok pemerintah Republik Indonesia adalah “memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan suatu keadilan so sial bagi

seluruh rakyat Indonesia”. Hal itu berarti, hidup bebas dari kemiskinan atau menikmati

kehidupan yang layak merupakan hak asasi setiap warga negara adalah tugas pemerintah

untuk menjamin terwujudnya hal itu. Pembangunan nasional pada dasarnya ialah

meningkatkan kesejahteraan umum yang adil dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia.

Oleh karena itu, salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan nasional

adalah laju penurunan jumlah penduduk miskin. Efektivitas dalam menurunkan jumlah

penduduk miskin merupakan pertumbuhan utama dalam memilih strategi atau instrumen

pembangunan. Hal ini berarti salah satu kriteria utama pemilihan sektor titik berat atau

sektor andalan pembangunan nasional adalah efektivitas dalam penurunan jumlah

penduduk miskin (Pantjar Simatupang dan Saktyanu K, 2003).

Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia,

terutama negara sedang berkembang. Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang

dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain tingkat pendapatan

masyarakat, pengangguran, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa,

lokasi, geografis, gender, dan lokasi lingkungan.

Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi

juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau

sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Hak-hak dasar yang

diakui secara umum meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan,

pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa

Page 3: 1analisis pengaruh IPM

aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak berpartisipasi dalam

kehidupan sosial politik

Banyak dampak negatif yang disebabkan oleh kemiskinan, selain timbulnya

banyak masalah-masalah sosial, kemiskinan juga dapat mempengaruhi pembangunan

ekonomi suatu negara. Kemiskinan yang tinggi akan menyebabkan biaya yang harus

dikeluarkan untuk melakukan pembangunan ekonomi menjadi lebih besar, sehingga

secara tidak langsung akan menghambat pembangunan ekonomi.

Kemiskinan merupakan penyakit yang muncul saat masyarakat selalu mempunyai

kekurangan secara material maupun non material seperti kurang makan, kurang gizi,

kurang pendidikan, kurang akses informasi, dan kekurangan-kekurangan lainnya yang

menggambarkan kemiskinan. Faktor lain yang sangat nyata tentang kemiskinan terutama

di kota-kota besar Indonesia, dapat dilihat dari banyaknya warga masyarakat yang

kekurangan makan dan minum, tidak memiliki tempat tinggal yang layak, bahkan digusur

dari pemukimannya, ribuan pekerja berunjuk rasa memprotes ancaman pemutusan

hubungan kerja (PHK), sikap dan perlakuan sewenang-wenang terhadap tenaga kerja

wanita di luar negeri. Kemudian ketidakadilan sosial ekonomi, selain oleh beragam

alasan juga disebabkan oleh praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme yang tidak sehat.

Kondisi kemiskinan di pemerintahan Provinsi Jawa Tengah tidak jauh berbeda

dengan di pemerintahan pusat (problem nasional), yakni masih tingginya jumlah

penduduk miskin jika di bandingkan dengan provinsi lain di pulau Jawa. Kemiskinan

merupakan issue strategis dan mendapatkan prioritas utama untuk ditangani. Hal tersebut

terbukti selain di dalam Renstra Jawa Tengah (Perda No. 11/2003), Pergub 19 tahun 2006

tentang Akselerasi Renstra, Keputusan Gubernur No. 412.6.05/55/2006 tentang

pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) juga di dalam draft

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Jawa Tengah tahun 2005-2025,

kemiskinan merupakan salah satu dari issue strategis yang mendapat prioritas untuk

penanganan pada setiap tahapan pelaksanaannya.

Penyebab kemiskinan bermuara pada teori lingkaran kemiskinan (vicious circke

of poverty) dari Nurkse 1953. Adanya keterbelakangan, dan ketertinggalan SDM (yang

tercermin oleh rendahnya IPM), ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal

menyebabkan rendahnya produktifitas. Rendahnya produktifitas mengakibatkan

Page 4: 1analisis pengaruh IPM

rendahnya pendapatan yang mereka terima (yang tercermin oleh rendahnya PDRB per

kapita). Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan

investasi. Rendahnya investasi berakibat pada rendahnya akumulasi modal sehingga

proses penciptaan lapangan kerja rendah (tercemin oleh tingginya jumlah pengangguran).

Rendahnya akumulasi modal disebabkan oleh keterbelakangan dan seterusnya (Mudrajad

Kuncoro, 1997).

Kualitas sumber daya manusia juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya

penduduk miskin. Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari indeks kualitas

hidup/indeks pembangunan manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

akan berakibat pada rendahnya produktivitas kerja dari penduduk. Produktivitas yang

rendah berakibat pada rendahnya perolehan pendapatan. Sehingga dengan rendahnya

pendapatan menyebabkan tingginya jumlah penduduk miskin.

Salah satu indikator tingkat kesejahteraan penduduk suatu wilayah adalah angka

PDRB per kapita. PDRB per kapita sering digunakan sebagai indikator pembangunan.

Semakin tinggi PDRB per kapita suatu daerah, maka semakin besar pula potensi sumber

penerimaan daerah tersebut dikarenakan semakin besar pendapatan masyarakat daerah

tersebut (Thamrin, 2001). Hal ini berarti juga semakin tinggi PDRB per kapita semakin

sejahtera penduduk suatu wilayah. Dengan kata lain jumlah penduduk miskin akan

berkurang.

Selain faktor- faktor di atas, adapula indikator lain yang digunakan untuk

mengukur jumlah penduduk miskin pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah yaitu

seberapa besar jumlah pengangguran yang ada pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa

Tengah tersebut. Pengangguran bisa disebabkan oleh bertambahnya angkatan kerja baru

yang terjadi tiap tahunnya, sementara itu penyerapan tenaga kerja tidak bertambah. Selain

itu adanya industri yang bangkrut sehingga harus merumahkan tenaga kerjanya. Hal ini

berarti, semakin tinggi jumlah pengangguran maka akan meningkatkan jumlah penduduk

miskin.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk membahas

mengenai jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah. Selain itu di dalam

penelitian ini juga akan dilihat bagaimana pengaruh variabel Indeks Pembangunan

Manusia (IPM), PDRB per kapita, dan jumlah pengangguran terhadap jumlah penduduk

Page 5: 1analisis pengaruh IPM

miskin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008. Untuk pengolahan data akan

digunakan metode regresi cross section atau data antar ruang.

Rumusan Masalah

Kemiskinan merupakan salah satu tolok ukur kondisi sosial ekonomi dalam

menilai keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah di suatu daerah. Banyak

sekali masalah-masalah sosial yang bersifat negatif timbul akibat meningkatnya

kemiskinan

Adapula beberapa permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain:

1. Jawa Tengah di tahun 2008 sebagai Provinsi dengan jumlah penduduk miskin

terbesar kedua setelah Provinsi Jawa Timur.

2. Masih adanya beberapa Kab/Kota di Jawa Tengah tahun 2008 yang menunjukkan

kecenderungan pertumbuhan jumlah penduduk miskin yang semakin meningkat.

3. Kondisi beberapa Kab/Kota di Jawa Tengah tahun 2008 menunjukkan adanya

peningkatan IPM, tetapi tidak diimbangi dengan penurunan jumlah penduduk

miskin.

4. Pada sebagian Kab/Kota di Jawa Tengah tahun 2008 menunjukkan adanya

peningkatan PDRB per kapita, tetapi tidak diimbangi dengan penurunan jumlah

penduduk miskin.

5. Kondisi lain yang dihadapi di Kab/Kota Jawa Tengah tahun 2008 menunjukkan

adanya peningkatan jumlah pengangguran, tetapi tidak diimbangi dengan

peningkatan jumlah penduduk miskin.

Dari masalah tersebut, muncul pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap jumlah

penduduk miskin di Jawa Tengah pada tahun 2008?

2. Bagaimana pengaruh PDRB per kapita terhadap jumlah penduduk miskin di Jawa

Tengah tahun 2008?

3. Bagaimana pengaruh jumlah pengangguran terhadap jumlah penduduk miskin di

Jawa Tengah tahun 2008?

Page 6: 1analisis pengaruh IPM

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis bagaimana dan seberapa besar variabel Indeks Pembangunan

Manusia terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah

2. Untuk menganalisis bagaimana dan seberapa besar pengaruh variabel PDRB per

kapita terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah.

3. Untuk menganalisis bagaimana dan seberapa besar pengaruh variabel jumlah

pengangguran terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah

Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah

1. Sebagai bahan masukan untuk mengetahui penyebab besarnya jumlah penduduk

miskin di Provinsi Jawa Tengah.

2. Sebagai dasar yang dapat digunakan dalam pengambilan kebijakan untuk

mengurangi jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah.

3. Sebagai bahan bacaan, referensi maupun penelitian lebih lanjut bagi mahasiswa

ataupun pihak lain yang tertarik pada penelitian tentang kemiskinan di Provinsi

Jawa Tengah.

B. TELAAH PUSTAKA

Definisi dan Ukuaran Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara, terutama

negara sedang berkembang. Pengertian kemiskinan secara luas adalah keterbatasan yang

disandang seseorang, keluarga, komunitas, atau bahkan negara yang menyebabkan

ketidaknyamanan dalam kehidupan, terancamnya penegakan hukum dan keadilan serta

hilangnya generasi serta hilangnya generasi bangsa.

Kemiskinan multi dimensional, artinya karena kebutuhan manusia itu bermacam-

macam, maka kemiskinan pun memiliki banyak aspek primer yang berupa miskin akan

aset, organisasi sosial politik, pengetahuan, dan keterampilan serta aspek sekunder yang

berupa miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan, dan informasi. Dimensi-

dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air,

perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat pendidikan

Page 7: 1analisis pengaruh IPM

yang rendah. Selain itu, dimensi-dimensi kemiskinan saling berkaitan baik secara

langsung maupun tidak langsung. Hal ini berarti kemajuan atau kemunduran pada salah

satu aspek dapat mempengaruhi kemajuan atau kemunduran aspek lainnya. Dan aspek

lain dari kemiskinan ini adalah bahwa yang miskin itu manusianya baik secara individual

maupun kolektif (Lincolin Arshad, 1999).

Ukuran kemiskinan menurut Nurkse (dalam Lincolin Arshad, 1999): pertama,

Kemiskinan Absolut: Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil

pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk menentukan

kebutuhan dasar hidupnya; kedua, Kemiskinan Relatif: Seseorang termasuk golongan

miskin relatif apabila telah dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh

lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat sekitarnya.

Kebutuhan dasar dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu kebutuhan dasar yang

diperlukan sekali untuk mempertahankan hidupnya dan kebutuhan lain yang lebih tinggi.

United Nation Research Institute for Social Development (UNRISD) menggolongkan

kebutuhan dasar manusia atas tiga kelompok yaitu: pertama, Kebutuhan fisik primer

yang terdiri dari kebutuhan gizi, perumahan, dan kesehatan; kedua, Kebutuhan kultural

yang terdiri dari pendidikan, waktu luang (leisure), dan rekreasi serta ketenangan hidup;

dan ketiga, Kelebihan pendapatan untuk mencapai kebutuhan lain yang lebih tinggi.

Kebutuhan dasar tidak hanya meliputi kebutuhan keluarga, tetapi juga meliputi

kebutuhan fasilitas lingkungan kehidupan manusia, seperti yang dikemukakan oleh

Internasional Labor Organization (ILO, 1976) sebagai berikut: pertama, kebutuhan yang

meliputi tuntutan minimum tertentu dari suatu keluarga konsumsi pribadi seperti

makanan yang cukup, tempat tinggal, pakaian, juga peralatan dan perlengkapan rumah

tangga yang dilaksanakan. Kedua, kebutuhan meliputi pelayanan sosial yang diberikan

oleh dan untuk masyarakat seperti air minum yang bersih, pendidikan, dan kultural

(Lincolin Arshad, 1999).

Penyebab Kemiskinan

Sharp (1996) mengidentifikasi penyebab kemiskinan dari sisi ekonomi: pertama,

Secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan

sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang; kedua, Kemiskinan

Page 8: 1analisis pengaruh IPM

muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia; ketiga, Kemiskinan

muncul akibat perbedaan akses dalam modal.

Teori Lingkaran Kemiskinan

Dari ketiga penyebab kemiskinan diatas bermuara pada teori lingkaran

kemiskinan (vicious circle of poverty). Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan

pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktifitas. Rendahnya

produktifitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya

pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi, baik invetasi

manusia maupun investasi kapital. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan

dan seterusnya. Logika berpikir ini dikemukakan oleh Ragnar Nurkse 1953, yang

mengatakan “ a poor country is a poor because it is poor” (negara miskin itu miskin

karena dia miskin).

Gambar 1

Lingkaran Kemiskinan Baldwin dan Meier

Sumber: Mudrajat Kuncoro, 1997

Menurut Nurkse ada dua lingkaran perangkap kemiskinan, yaitu dari segi

penawaran (supply) dimana tingkat pendapatan masyarakat yang rendah yang diakibatkan

oleh tingkat produktivitas yang rendah menyebabkan kemampuan masyarakat untuk

menabung rendah. Kemampuan untuk menabung rendah, menyebabkan tingkat

pembentukan modal yang rendah, tingkat pembentukan modal (investasi) yang rendah

menyebabkan kekurangan modal, dan dengan demikian tingkat produktivitasnya juga

rendah dan seterusnya. Dari segi permintaan (demand), di negara-negara yang miskin

perangsang untuk menanamkan modal adalah sangat rendah, karena luas pasar untuk

Keidaksempurnaan pasar Keterbelakangan, Ketertinggalan SDM

Kekurangan Modal

Produktivitas Rendah

Pendapatan Rendah Tabungan Rendah

Investasi Rendah

Page 9: 1analisis pengaruh IPM

berbagai jenis barang adanya terbatas, hal ini disebabkan oleh karena pendapatan

masyarakat sangat rendah. Pendapatan masyarakat sangat rendah karena tingkat

produktivitas yang rendah, sebagai wujud dari tingkatan pembentukan modal yang

terbatas di masa lalu. Pembentukan modal yang terbatas disebabkan kekurangan

perangsang untuk menanamkan modal dan seterusnya.

Gambar 2

Lingkaran Kemiskinan yang Tidak Berujung Pangkal dari Nurkse

DEMAND SUPPLY

Sumber: Suryana, 2000

Indeks Pembangunan Manusia

Ukuran pembangunan yang digunakan selama ini, yaitu PDB-dalam konteks

nasional dan PDRB-dalam konteks regional, hanya mampu memotret pembangunan

ekonomi saja. Untuk itu dibutuhkan suatu indikator yang lebih komprehensif, yang

mampu menangkap tidak saja perkembangan ekonomi akan tetapi juga perkembangan

aspek sosial dan kesejahteraan manusia.

Penghitungan IPM sebagai indikator pembangunan manusia memiliki tujuan

penting, diantaranya: pertama, Membangun indikator yang mengukur dimensi dasar

pembangunan manusia dan perluasan kebebasan memilih; kedua, Memanfaatkan

sejumlah indikator untuk menjaga ukuran tersebut sederhana; ketiga, Membentuk satu

indeks komposit dari pada menggunakan sejumlah indeks dasar; dan keempat,

Menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek sosial dan ekonomi.

Indeks tersebut merupakan indeks dasar yang tersusun dari dimensi berikut ini:

pertama, umur panjang dan kehidupan yang sehat, dengan indikator angka harapan

hidup; kedua, Pengetahuan, yang diukur dengan angka melek huruf dan kombinasi dari

angka partisipasi sekolah untuk tingkat dasar, menengah dan tinggi; ketiga, Standar hidup

Produktivitas

rendah

Pembentukan

modal rendah Pendapatan

rendah

Investasi

rendah

Permintaan

barang rendah

Investasi

rendah

Tabungan

rendah

Pembentukan

modal rendah

Pendapatan

rendah

Produktivitas

rendah

Page 10: 1analisis pengaruh IPM

yang layak, dengan indikator PDRB per kapita dalam bentuk Purchasing Power Parity

(PPP).

Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada skala 0,0 –

100,0 dengan katagori sebagai berikut:

Tinggi : IPM lebih dari 80,0 Menengah Atas : IPM antara 66,0 – 79,9

Menengah Bawah : IPM antara 50,0 – 65,9 Rendah : IPM kurang dari 50,0

PDRB per kapita

PDRB per kapita dapat dijadikan sebagai salah satu indikator guna melihat

keberhasilan pembangunan perekonomian di suatu wilayah. PDRB adalah nilai bersih

barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu

daerah dalam periode (Hadi Sasana, 2006). PDRB dapat menggambarkan kemampuan

suatu daerah mengelola sumber daya alam yang dimilikinya. Oleh karena itu besaran

PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing daerah sangat bergantung kepada potensi

sumber daya alam dan faktor produksi daerah tersebut. Adanya keterbatasan dalam

penyediaan faktor- faktor tersebut menyebabkan besaran PDRB bervariasi antar daerah.

Sedangkan PDRB per kapita dapat dihitung dari PDRB harga kosntan dibagi dengan

jumlah penduduk pada suatu wilayah.

Menurut BPS (2008) angka PDRB dapat diperoleh melalui tiga pendekatan, yaitu:

pertama, pendekatan produksi: jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh

berbagai unit produksi yang berada di suatu wilayah/provinsi dalam jangka waktu

tertentu; kedua, pendekatan pendapatan: balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor yang

ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam waktu tertentu; ketiga,

pendekatan pengeluaran: penjumlahan semua komponen permintaan akhir.

Pengangguran

Pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja

yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak

dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya (Sadono Sukirno, 2000).

Menurut Sadono Sukirno (2000) pengangguran biasanya dibedakan atas 3 jenis

berdasarkan keadaan yang menyebabkannya, antara lain: pertama, Pengangguran

Page 11: 1analisis pengaruh IPM

friksional, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh tindakan seseorang pekerja untuk

meninggalkan kerjanya dan mencari kerja yang lebih baik atau sesuai dengan

keinginannya; kedua, Pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh

adanya perubahan struktur dalam perekonomian; dan ketiga, Pengangguran konjungtur,

yaitu pengangguran yang disebabkan oleh kelebihan pengangguran alamiah dan berlaku

sebagai akibat pengurangan dalam permintaan agregat.

Menurut Edgar O. Edwards (dalam Lincolin Arsyad, 1999), untuk

mengelompokkan masing-masing pengangguran perlu diperhatikan dimensi-dimensi

sebagai berikut: pertama, waktu (banyak diantara mereka yang bekerja ingin bekerja

lebih lama, misal jam kerjanya per hari, per minggu, atau per bulan); kedua, Intensitas

pekerjaan (yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi makanan); dan ketiga, Produktivitas

(kurangnya produktivitas seringkali disebabkan oleh kurangnya sumberdaya-sumberdaya

komplementer untuk melakukan pekerjaan).

Berdasarkan hal-hal diatas Edwards memberikan bentuk-bentuk pengangguran

adalah: pertama, Pengangguran terbuka (open unemployment), adalah mereka yang

mampu dan seringkali sangat ingin bekerja tetapi tidak tersedia pekerjaan yang cocok

untuk mereka; kedua, Setengah pengangguran (under unemployment), adalah mereka

yang secara nominal bekerja penuh namun produktivitasnya rendah sehingga

pengurangan dalam jam kerjanya tidak mempunyai arti atas produksi secara keseluruhan;

ketiga, Tenaga kerja yang lemah (impaired), adalah mereka yang mungkin bekerja penuh

tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan; dan keempat, Tenaga kerja

yang tidak produktif, adalah mereka yang mampu bekerja secara produktif tetapi tidak

bisa menghasilkan sesuatu yang baik.

Salah satu faktor penting yang menentukan kemakmuran masyarakat adalah

tingkat pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh dapat terwujudkan, sehingga apabila tidak bekerja atau

menganggur maka akan mengurangi pendapatan dan hal ini akan mengurangi tingkat

kemakmuran yang mereka capai dan dapat menimbulkan buruknya kesejahteraan

masyarakat (Sadono Sukirno, 2004).

Page 12: 1analisis pengaruh IPM

Kerangka Pemikiran

Dapat digambarkan pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), PDRB per

kapita, dan jumlah pengangguran terhadap jumlah penduduk miskin dalam suatu

kerangka pemikiran seperti berikut:

Gambar 3

Kerangka Pemikiran

Hipotesis

Hipotesis adalah pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam penelitian

yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu hipotesis selalu

dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguhubungkan dua variabel atau

lebih (J. Supranto, 1997). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh negatif terhadap jumlah penduduk

miskin di Provinsi Jawa Tengah.

2. PDRB per kapita berpengaruh negatif terhadap jumlah penduduk miskin di

Provinsi Jawa Tengah.

3. Jumlah pengangguran berpengaruh positif terhadap jumlah penduduk miskin di

Provinsi Jawa Tengah.

+

-

-

Jumlah

Pengangguran

PDRB

Per kapita

Indeks Pembangunan

Manusia

Jumlah Penduduk

Miskin

Page 13: 1analisis pengaruh IPM

C. METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah penduduk miskin di Jawa

Tengah tahun 2008, sedangkan variabel bebasnya adalah Indeks Pembangunan Manusia

(IPM), PDRB per kapita, dan Jumlah Pengangguran.

Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel

atau konstruk dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun

memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel

tersebut. (M. Nasir, 1998). Sebagai panduan untuk melakukan penelitian dan dalam

rangka pengujian hipotesis yang diajukan, maka perlu dikemukakan definisi variabel

yang digunakan.

Definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

1. Jumlah Penduduk Miskin

Penduduk yang pendapatan per kapitanya kurang dari sepertiga rata-rata

pendapatan perkapita nasional, maka termasuk dalam kategori miskin. Dalam

penelitian ini data yang digunakan adalah data jumlah penduduk miskin pada

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah dalam satuan jiwa.

2. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran capaian pembangunan

manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Data IPM yang

digunakan adalah data IPM pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa tengah tahun

2008.

3. PDRB per kapita

PDRB per kapita adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dibagi dengan

jumlah penduduk di setiap wilayah Kabupaten/Kota Jawa Tengah. Data PDRB

per kapita yang digunakan adalah PDRB per kapita tahun 2008 atas harga konstan

tahun 2000. Variabel ini memiliki satuan rupiah.

4. Jumlah Pengangguran

Jumlah pengangguran adalah jumlah orang yang masuk dalam angkatan kerja

yang sedang mencari pekaerjaan dan belum mendapatkannya. Data jumlah

Page 14: 1analisis pengaruh IPM

pengangguran yang digunakan adalah jumlah pengangguran menurut

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008. Variabel ini memiliki

satuan jiwa.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data kuantitatif terdiri dari data

jumlah penduduk miskin, data indeks pembangunan manusia, data PDRB per kapita, dan

data jumlah pengangguran. Data yang digunakan sebagai latar belakang berupa tahun

periode 2006-2008.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data

yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi atau sudah dikumpulkan dari sumber lain

dan diperoleh dari pihak lain seperti buku-buku literatur, catatan-catatan atau sumber

yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Adapun data yang diambil adalah data

seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 29 Kabupaten dan 6 Kota.

Tahun yang dipilih adalah tahun 2006 sampai dengan tahun 2008.

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini sepenuhnya

melalui data sekunder. Data yang diperoleh merupakan data-data dari literatur yang

berkaitan baik berupa, dokumen, artikel, catatan-catatan, maupun arsip. Data yang

diperoleh kemudian disusun dan diolah sesuai dengan kepentingan dan tujuan penelit ian.

Untuk tujuan penelitian ini data yang dibutuhkan adalah data seluruh Kabupaten/Kota di

Provinsi Jawa Tengah yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah.

Meliputi data jumlah penduduk miskin, data Indeks Pembangunan Manusia, data PDRB

per kapita, dan data jumlah pengangguran.

Metode Analisis

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

analisis regresi linear berganda dengan menggunakan metode Ordinary Least Square

(OLS) yang menggunakan data antar ruang (cross section) pada Kabupaten/Kota di

Provinsi Jawa Tengah tahun 2008.

Analisi Regresi

Analisis regresi adalah studi ketergantungan dari variabel dependen pada satu atau

lebih variabel independen (Gujarati, 1999). Dalam analisis ini dilakukan bantuan program

Page 15: 1analisis pengaruh IPM

Eviews 4.1 dengan tujuan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen terhadap

variabel dependennya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

regresi berganda dengan metode kuadrat terkecil sederhana Ordinary Least Squares

(OLS). Metode ini diyakini mempunyai sifat-sifat yang ideal dan dapat diunggulkan yaitu

secara teknis sangat kuat, mudah dalam perhitungan dan penarikan interpretasinya.

Model yang digunakan dalam penelitian ini dijabarkan dalam fungsi sebagai

berikut:

POVt = β0 . IPMtβ1

. PDRBKtβ2

. Utβ3

......................................................................... (1)

Keterangan:

POVt = Jumlah penduduk miskin Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun

2008.

IPMt = Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

tahun 2008.

PDRBKt = PDRB per kapita Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008.

Ut = Jumlah pengangguran Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun

2008.

Namun dikarenakan adanya perbedaan satuan hitung masing-masing variabel

independen, maka analisis regresi dalam penelitian ini menggunakan model persamaan

regresi yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma, sehingga persamaannya

adalah sebagai berikut:

Log(POVt) = 0 + 1Log(IPMt) + 2Log(PDRBKt) + 3Log(Ut) + е ......................... (2)

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Letak Geografis dan Administratif Jawa Tengah

Jawa Tengah adalah sebuah Provinsi di Indonesia yang terletak dibagian tengah

Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat Samudra

Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur,

dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas wilayahnya 32.548 Km², atau sekitar 25 persen dari

luas Pulau Jawa. Propinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah

selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat), serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut

Jawa.

Page 16: 1analisis pengaruh IPM

Secara administratif, Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 29 Kabupaten dan 6 Kota.

Administrasi pemerintahan Kabupaten dan Kota ini terdiri atas 545 kecamatan dan 8.490

desa/kelurahan. Sebelum diberlakukannya Undang-undang Nomor 22/1999 tentang

Pemerintahan Daerah, Jawa Tengah juga terdiri atas 4 kota administratif, yaitu

Purwokerto, Purbalingga, Cilacap, dan Klaten. Namun sejak diberlakukannya Otonomi

Daerah tahun 2001 kota-kota administratif tersebut dihapus dan menjadi bagian dalam

wilayah kabupaten. Menyusul otonomi daerah, 3 kabupaten memindahkan pusat

pemerintahan ke wilayahnya sendiri, yaitu Kabupaten Magelang (dari Kota Magelang ke

Mungkid), Kabupaten Tegal (dari Kota Tegal ke Slawi), serta Kabupaten Pekalongan

(dari Kota Pekalongan ke Kajen).

Analisis Regresi

Model regresi yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda

(Ordinary Least Squares Regression Analysis). Untuk menganalisis faktor yang

mempengaruhi jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah, peneliti menggunakan model

data cross section tersebut untuk mengetahui pengaruh variabel Indeks Pembangunan

Manusia (IPM), PDRB per kapita (PDRBK), dan Jumlah Pengangguran (U) terhadap

Jumlah Penduduk Miskin (POV) di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008.

Tabel 1

Hasil Regresi Utama

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 47.27870 11.03304 4.285192 0.0002

LOG(IPM) -9.142908 2.839105 -3.220349 0.0030

LOG(PDRBK) -0.363599 0.178098 -2.041572 0.0498

LOG(U) 0.883459 0.124865 7.075333 0.0000

Jumlah Observasi = 35

R-squared = 0.811737

Adjusted R-squared = 0.793518

F-statistic = 44.55439

Prob(F-statistic) = 0.000000

Sumber : Output Pengolahan Data dengan Eviews 4.1 (Lampiran B) Persamaan yang signifikan pada taraf nyata 5%

Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan

pengujian normalitas dengan uji Jarque Berra atau J-B test. Jika nilai J – B hitung >

Page 17: 1analisis pengaruh IPM

J-B tabel, atau nilai probability Obs*R Squared lebih besar dari taraf nyata 5 persen,

maka dinyatakan bahwa residual Ut terdistribusi normal ditolak dan sebaliknya.

Gambar 4

Uji Normlitas

0

1

2

3

4

5

6

7

-0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6

Series: Residuals

Sample 1 35

Observations 35

Mean -1.51E-14

Median -0.056332

Maximum 0.600899

Minimum -0.793600

Std. Dev. 0.355897

Skewness -0.379696

Kurtosis 2.389863

Jarque-Bera 1.383875

Probability 0.500605

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan analisis J-B Test maka sebaran data

residual pada model regresi berdistribusi normal, dimana nilai hitung J-B Test sebesar

1,383875 dan probabililty 0,500605 sebesar yang artinya lebih besar 0,05.

2. Uji Autokorelasi

Salah satu uji formal untuk mendeteksi autokorelasi adalah Breusch-Godfrey atau

dengan nama lain uji Langrange Multiplier (LM). Berikut adalah hasil uji

autokorelasinya:

Tabel 2

Hasil Uji Langrange-Multiplier (LM)

Breusch-Godfrey Serial Correlat ion LM Test:

F-statistic 1.897393 Probability 0.139824

Obs*R-squared 7.679626 Probability 0.104044

Sumber : Output Pengolahan Data dengan Program Eviews 4.1

Pada hasil uji LM ini diketahui bahwa nilai Probabilitas Obs*R-squared sebesar

0,104044 > α. Dimana α = 5% atau 0,05. Berdasarkan pengujian Langrange Multiplier

diketahui bahwa kedua persamaan tersebut bebas dari autokorelasi.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedasitas dilakukan untuk mengetahui apakah semua disturbance term

memiliki varians yang sama atau tidak (Gujarati, 2003). Uji heteroskedastisitas dapat

Page 18: 1analisis pengaruh IPM

dilakukan dengan menggunakan uji white yang tersedia dalam program Eviews 4.1. Hasil

uji White pada persamaan adalah sebagai berikut:

Tabel 3

Hasil Uji Heteroskedastisitas

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 0.971201 Probability 0.462634

Obs*R-squared 6.029236 Probability 0.419923

Sumber : Output Pengolahan Data dengan Program Eviews 4.1

Dari hasil uji White diperoleh hasil bahwa pada persamaan dapat disimpulkan

bebas heteroskedastisitas. Hal ini ditunjukkan dari besarnya probability Obs*R Square >

taraf nyata.

4. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi dimana terdapat korelasi antar variabel

independen. Dalam hal ini disebut dengan variabel yang tidak orthogonal. Variabel yang

orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesamanya sama dengan

nol. Salah satu cara yang digunakan untuk menguji fenomena multikolineritas adalah

dengan membandingkan nilai R2 regresi parsial (auxiliary regression) dengan R2 regresi

utama, maka terjadi multikolinearitas. Tabel 4 menunjukkan R2 regresi parsial auxiliary

regression pada masing-masing persamaan:

Tabel 4

Hasil Uji auxiliary regression

Persamaan R2 auxilliary R

2 Regresi Utama

LOGIPM = LOG(PDRBK), LOG(U) 0.515382 0.811737

LOG(PDRBK) = LOG(U), LOG(IPM) 0.460436 0.811737

LOG(U) = LOG(PDRBK), LOG(IPM) 0.134970 0.811737

Sumber : Output Pengolahan Data dengan Program Eviews 4.1

Pada Tabel 4 terlihat bahwa nilai uji auxilliary regression terbesar terdapat pada

persamaan pertama sebesar 0,811737. Karena nilai R2 regresi utama lebih besar dari nilai

R2 hasil auxiliary regression yang berarti pada persamaan tersebut tidak ditemukan

adanya multikolinearitas.

Uji Statistik Analisis Regresi

1. Koefisien Regresi Secara Individual (Uji t)

Pengujian koefisien regresi secara individual (uji t) dilihat dari signifikansi nilai t-

hitung. Uji t bertujuan melihat signifikansi pengaruh variabel independen terhadap

Page 19: 1analisis pengaruh IPM

variabel dependen secara individual. Parameter suatu variabel dikatakan mempunyai

pengaruh signifikan jika nilai t-hitung suatu variabel lebih besar dari nilai t-tabel.

Dalam persamaan digunakan taraf keyakinan 95% (α=5%), dengan df = 32 (n-k =

35 – 3 = 32), maka diperoleh t tabel sebesar 2,037. Dari hasil uji-t dalam persamaan

dapat dilihat dalam Tabel 5 berikut:

Tabel 5 Nilai t-Statistic

Dependen Variabel : Jumlah Penduduk Miskin

Variabel Persamaan

Keterangan t-Statistic Prob.

LOG(IPM) -3.220349 0.0030 Signifikan

LOG(PDRBK) -2.041572 0.0498 Signifikan

LOG(U) 7.075333 0.0000 Signifikan

Sumber: Output Pengolahan Data dengan Program Eviews 4.1

Variabel Dependen : Jumlah Penduduk Miskin α = 5% ; t-tabel (5% ; df : 35-3 = 32) = 2,037

Berdasarkan Tabel 5, dapat disimpulkan bahwa variabel Indeks Pembangunan

Manusia (IPM), PDRB per kapita (PDRBK), dan Jumlah Pengangguran (U) berpengaruh

signifikan pada α = 5% terhadap variabel dependen yaitu jumlah penduduk miskin.

2. Koefisien Regresi Secara Serentak (Uji F)

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen (secara bersama-

sama) terhadap variabel dependen, secara statistik. Dalam persamaan pertama dan kedua

digunakan taraf keyakinan 95 persen (α = 5%), dengan df = 32 (n-k = 35 – 3 = 32), maka

diperoleh F tabel sebesar 2,90 dari hasil regresi persamaan, diketahui bahwa nilai F-

statistic pada persamaan sebesar 44,55439 dan nilai probabilitas F-statistic untuk

persamaan tersebut adalah 0,000000. Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa F

hitung > F tabel maka dapat disimpulkan dalam persamaan tersebut variabel penjelas

secara serentak dan bersama-sama mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara

signifikan.

3. Koefisien Determinasi (R2)

Hasil koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen secara statistik. Dari

hasil regresi utama pada Tabel 1, didapatkan hasil koefisien determinasi (R2) dari hasil

estimasi persamaan adalah sebesar 0,811737 artinya variabel independen (Indeks

Pembangunan Manusia, PDRB per kapita, dan Jumlah Penggangguran) dapat

Page 20: 1analisis pengaruh IPM

menerangkan variabilitas sebesar 81,1% dari variabel dependen (Jumlah Penduduk

Miskin).

Intepretasi Hasil

Dengan metode Ordinary Least Square (OLS) menggunakan jumlah penduduk

miskin sebagai variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel independen yaitu

Indeks Pembangunan Manusia, PDRB per kapita, dan Jumlah Pengangguran dengan

menggunakan data cross section tahun 2008, maka diperoleh nilai koefisien regresi yang

dapat dirangkum dengan persamaan fungsional sebagai berikut:

LOG(POV) = 47.27870284 - 9.142907931*LOG(IPM) -

0.3635990536*LOG(PDRBK) + 0.8834590113*LOG(U) ...................... (3)

Signifikan pada α = 5%

Pada persamaan 3, variabel independen yang berpengaruh signifikan secara

statistik terhadap jumlah penduduk miskin adalah variabel Indeks Pembangunan

Manusia, PDRB per kapita, dan Jumlah Pengangguran.

Interpretasi dari hasil regresi persamaan diatas adalah sebagai berikut:

Indeks Pembangunan Manusia

Hasil regresi persamaan menunjukkan slope koefisien dari Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) menunjukkan angka -9.142907931 yang berarti bahwa kenaikan 1 persen angka

Indeks Pembangunan Manusia akan menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar

9.142907931 persen. Pada persamaan tersebut Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

hubungannya negatif dan signifikan pada α = 5%.

PDRB per kapita

Hasil regresi persamaan menunjukkan slope koefisien dari PDRB per kapita

menunjukkan angka -0.3635990536 yang berarti bahwa kenaikan 1 persen angka PDRB

per kapita akan menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 0.3635990536 persen.

Pada persamaan tersebut PDRB per kapita hubungannya negatif dan signifikan pada α =

5%.

Jumlah Pengangguran

Hasil regresi persamaan menunjukkan slope koefisien dari Unemployment/ Jumlah

Pengangguran (U) menunjukkan angka 0.8834590113 yang berarti bahwa kenaikan 1

persen angka Jumlah Pengangguran akan meningkatkan jumlah penduduk miskin sebesar

Page 21: 1analisis pengaruh IPM

0.8834590113 persen. Pada persamaan tersebut Unemployment/ Jumlah Pengangguran

(U) hubungannya positif dan signifikan pada α = 5%.

E. PENUTUP

Kesimpulan

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji pengaruh variabel Indeks

Pembangunan Manusia (IPM), PDRB per kapita, dan jumlah pengangguran terhadap

jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah di tahun 2008. Berdasarkan uraian

hasil analisis pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Model regresi pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), PDRB per kapita,

dan jumlah pengangguran di Provinsi Jawa Tengah di tahun 2008 cukup layak

digunakan karena telah memenuhi dan melewati uji asumsi klasik, yaitu uji

normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

2. Hasil uji koefisien determinasi (R2) Indeks Pembangunan Manusia (IPM), PDRB

per kapita, dan jumlah pengangguran di Provinsi Jawa Tengah di tahun 2008

menunjukkan bahwa besarnya nilai R2 cukup tinggi yaitu 0,811737 artinya

variabel independen (Indeks Pembangunan Manusia, PDRB per kapita, dan

Jumlah Penggangguran) dapat menerangkan variabilitas sebesar 81,1% dari

variabel dependen (Jumlah Penduduk Miskin).

3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh negatif dan signifikan secara

statistik terhadap jumlah penduduk miskin tahun 2008. Hal ini mengindikasikan

bahwa peningkatan Indeks Pembangunan Manusia akan berakibat pada

meningkatnya produktivitas kerja dari penduduk, sehingga akan meningkatkan

perolehan pendapatan. Hal ini berarti juga semakin tinggi perolehan pendapatan

akan menyebabkan penurunan jumlah penduduk miskin. Hasil regresi ini

ditunjang dengan data bahwa adanya kecenderungan kenaikan Indeks

Pembangunan Manusia di Jawa Tengah tahun 2008 pada sebagian besar

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah diiringi dengan penurunan jumlah

penduduk miskin dibeberapa Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.

4. PDRB per kapita berpengaruh negatif dan signifikan secara statistik terhadap

jumlah penduduk miskin tahun 2008. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin

Page 22: 1analisis pengaruh IPM

besarnya PDRB per kapita maka semakin sejahtera penduduk suatu wilayah.

Dengan kata lain semakin besar PDRB per kapita, jumlah penduduk miskin akan

berkurang. Hasil regresi ini ditunjang dengan data bahwa kenaikan PDRB per

kapita di Jawa Tengah tahun 2008 pada sebagian besar Kabupaten/Kota di Jawa

Tengah diiringi dengan penurunan jumlah penduduk miskin dibeberapa

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.

5. Jumlah pengangguran berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap

jumlah penduduk miskin tahun 2008. Hal ini berarti, berkurangnya jumlah

pengangguran akan berakibat pada berkurangnya jumlah penduduk miskin di

suatu wilayah. Hasil regresi ini ditunjang dengan data bahwa berkurangnya

jumlah pengangguran di Jawa Tengah tahun 2008 pada sebagian besar

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah diiringi dengan penurunan jumlah penduduk

miskin dibeberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.

6. Berdasarkan perhitungan dengan uji F diketahui bahwa F-hitung sebesar

(44,55439) > F-tabel (2,90), sehingga H1 diterima dan H0 ditolak. Dengan kata

lain, hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh antara variabel Indeks Pembangunan

Manusia (IPM), PDRB per kapita, dan jumlah pengangguran secara simultan

terhadap jumlah penduduk miskin”.

Keterbatasan

Model dalam penelitian ini masih terbatas karena hanya melihat pengaruh

variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM), PDRB per kapita, dan jumlah

pengangguran terhadap jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah. Oleh karenanya

diperlukan studi lanjutan yang lebih mendalam dengan data panel dan metode analisis

yang lebih lengkap sehingga menggambarkan perkembangan jumlah penduduk miskin

dibeberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah yang lebih komprehensif

Saran

Dengan memperhatikan hasil analisis dan kesimpulan, maka beberapa saran yang

dapat direkomendasikan adalah sebagai berikut:

1. Perlu adanya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia. Tujuan ini dapat

dicapai melalui perbaikan kualitas dan pelayanan dibidang kesehatan, bidang

pendidikan, dan kemampuan daya beli masyarakat. Dengan kata lain akan tercipta

Page 23: 1analisis pengaruh IPM

kesejahteraan masyarakat yang lebih baik dan jumlah penduduk miskin akan

semakin berkurang.

2. Perlu adanya peningkatan kinerja pada sektor unggulan di Jawa Tengah, antara

lain di sektor pertanian, sektor perdagangan, dan sektor industri. Dimana ketiga

sektor tersebut memberikan kontribusi terbesar pada PDRB di Provinsi Jawa

Tengah, sehingga PDRB per kapita akan meningkat. Oleh karena itu upaya

mengurangi jumlah penduduk miskin bisa dilakukan melalui pengembangan dan

pembinaan pada masing-masing sektor tersebut.

3. Perlunya pengurangan jumlah pengangguran melalui penciptaan lapangan kerja

baru pada sektor unggulan di Jawa Tengah antara lain: sektor pertanian, sektor

perdagangan, dan sektor industri. Dimana tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah

banyak yang bekerja diantara ketiga sektor tersebut. Sehingga jumlah

pengangguran di Jawa Tengah dapat berkurang. Dan diharapkan laju

pertumbuhan lapangan pekerjaan semakin seimbang dengan pertumbuhan

angkatan kerja baru. Dan juga iklim usaha yang lebih baik dapat diciptakan oleh

pemerintah sebagai pengatur kebijakan tentunya akan berdampak pada penurunan

jumlah penduduk miskin.

Page 24: 1analisis pengaruh IPM

DAFTAR PUSTAKA

Apriliyah S. Napitupulu. 2007. “Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia

Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin di Sumatera

Utara”. http://www.google.com. Diakses tanggal 5 Oktober 2010.

Badan Pusat Statistik. 2005-2007. Indeks

Pembangunan Manusia Propinvi Jawa Tengah dan

Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah. Semarang.

________________ . 2006-2008. Data

dan Informasi Kemiskinan.

Semarang.

________________ . 2008. PDRB Jawa

Tengah. Semarang.

________________ . 2006-2009. Jawa Tengah Dalam Angka.

Semarang. Deny Tisna Amijaya. 2008. “Pengaruh

Ketidakmerataan Distribusi Pendapatan, Pertumbuhan

Ekonomi, dan Pengangguran terhdap Tingkat Kemiskinan di Indonesia tahun 2003-2004”.

Skripsi S1 IESP Fakultas Ekonomi UNDIP Semarang.

Dian Octaviani. 2001. “Inflasi,

Pengangguran, dan Kemiskinan

di Indonesia: Analisis Indeks Forrester Greer dan Horbecke”.

Media Ekonomi. Vol 7 No.2, hlm. 100-118.

Gujarati, Damodar.1999. Ekonometri

Dasar. Jakarta: Erlangga.

_______________.2003.Basics Econometrics, McGraw Hill International Company.

Hadi Sasana. 2001. “Produk Domestik

Bruto dan Strukturnya”. Diklat Teknis Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah

Propinsi Jawa Tengah, Oktober-November. Semarang.

Hermanto S., Dwi W. 2006. “Dampak

Pertumbuhan Ekonomi terhadap

Penurunan Penduduk Miskin di Indonesia: Proses Pemerataan

dan Pemiskinan”. Direktur Kajian Ekonomi, Institusi Pertanian. Bogor.

J. Supranto. 1997. Statistik Teori dan

Aplikasi. Jakarta: Erlangga.

Lincolin Arsyad. 1999. Ekonomi

Pembangunan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Penerbit BP STIE

YKPN. Mankiw, G. 2007. Macro Economic.

Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.

Mudrajad Kuncoro. 1997. Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah, dan Kebijakan. Edisi Ketiga.

Yogyakarta: Penerbit UPP AMP YKPN.

Muhammad Nasir. 1998. Metode

Penelitian. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Pantjar Simatupang dan Saktyanu K. Dermoredjo. 2003. “Produksi

Domestik Bruto, Harga, dan Kemiskinan”. Media Ekonomi

Page 25: 1analisis pengaruh IPM

dan Keuangan Indonesia. Vol. 51, No. 3, hlm. 191 – 324.

Rima Prihartanti. 2008. “Analisis

kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Ketimpangan Distribusi Pendapatan: Studi

Kasus antar Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah”. Skripsi

S1 IESP Fakultas Ekonomi UNDIP. Semarang.

Sadono Sukirno. 2000. Makro Ekonomi

Modern. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

____________ . 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sharp, Ansel M, Charles A. Register and

Paul W. Cerimes. 1996. Ekonomic of Social Issue. Edisi ke-12. Richard D. Irwin.

Chicago.

Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan (Prblematika dan Pendekatan).

Jakarta: Salemba Empat.

Thamrin Simanjuntak. 2001, Analisis Potensi Pendapatan Asli Daerah, Bunga Rampai Manajemen

Keuangan Daerah. Yogyakarta: Penerbit UPP AMP YKPN.

Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan

Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi

Ketujuh. (Terj). Haris Munandar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Tulus H. Tambunan. 2001.

Perekonomian Indonesia.

Jakarta: Penerbit Ghalia

Indonesia.

Wing Wahyu Winarno. 2008. Analisis

Ekonometrika dan Statistika dengan E-Views. Yogyakarta:

Penerbit UPP STIM YKPN. www.wikipedia.com