1992 langkah perhitungan pondasi

49
PERHITUNGAN PONDASI Posted on Maret 8, 2010 by handoko10 Analisa Data dan Penyelidikan Tanah Pondasi merupakan struktur bawah yang berfungsi untuk meletakkan bangunan di atas tanah dan meneruskan beban ke tanah dasar. Untuk itu perlu dilaksanakan penyelidikan kondisi tanah pada lokasi yang akan dibangun. Dari Hasil Tes Boring (Boring Log) Kedalaman ±0,00 m s/d -0,20 m berupa tanah urugan batu dan sirtu. Kedalaman -0,20 m s/d -3,00 m lapisan tanah berupa jenis lempung kelanauan berwarna abu-abu. Kedalaman -3,00 m s/d -5,00 m lapisan tanah berupa pasir kelanauan berwarna abu-abu. Kedalaman selanjutnya berupa lempung berwarna abu-abu. Dari Hasil Tes Sondir Sondir dilakukan pada lima titik sondir, dengan hasil sebagai berikut: - Titik sondir 1 (S 1 ) tanah keras (q c = 55 kg/cm 2 ) di kedalaman -18,60 m. - Titik sondir 2 (S 2 ) tanah keras (q c = 50 kg/cm 2 ) di kedalaman -18,60 m. - Titik sondir 3 (S 3 ) tanah keras (q c = 50 kg/cm 2 ) di kedalaman -19,60 m. - Titik sondir 4 (S 4 ) tanah keras (q c = 50 kg/cm 2 ) di kedalaman -18,60 m. - Titik sondir 5 (S 5 ) tanah keras (q c = 50 kg/cm 2 ) di kedalaman -19,40 m.

Upload: tiyabece09

Post on 24-Apr-2017

306 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

PERHITUNGAN PONDASIPosted on Maret 8, 2010 by handoko10

Analisa Data dan Penyelidikan Tanah

Pondasi merupakan struktur bawah yang berfungsi untuk meletakkan bangunan di atas tanah dan meneruskan beban ke tanah dasar. Untuk itu perlu dilaksanakan penyelidikan kondisi tanah pada lokasi yang akan dibangun.

Dari Hasil Tes Boring (Boring Log)

Kedalaman ±0,00 m s/d -0,20 m berupa tanah urugan batu dan sirtu. Kedalaman -0,20 m s/d -3,00 m lapisan tanah berupa jenis lempung kelanauan berwarna

abu-abu.

Kedalaman -3,00 m s/d -5,00 m lapisan tanah berupa pasir kelanauan berwarna abu-abu.

Kedalaman selanjutnya berupa lempung berwarna abu-abu.

Dari Hasil Tes Sondir

Sondir dilakukan pada lima titik sondir, dengan hasil sebagai berikut:

- Titik sondir 1 (S1) tanah keras (qc = 55 kg/cm2) di kedalaman -18,60 m. - Titik sondir 2 (S2) tanah keras (qc = 50 kg/cm2) di kedalaman -18,60 m.

- Titik sondir 3 (S3) tanah keras (qc = 50 kg/cm2) di kedalaman -19,60 m.

- Titik sondir 4 (S4) tanah keras (qc = 50 kg/cm2) di kedalaman -18,60 m.

- Titik sondir 5 (S5) tanah keras (qc = 50 kg/cm2) di kedalaman -19,40 m.

Dilihat dari lima macam analisa data tanah di atas, maka lapisan tanah keras yang paling dalam yaitu pada kedalaman -19,60 m berupa tanah lempung kelanauan berwarna abu-abu.

Pemilihan Jenis Pondasi

Dalam merencanakan suatu struktur bawah dari konstruksi bangunan dapat digunakan beberapa macam tipe pondasi, pemilihan tipe pondasi didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:

Fungsi bangunan atas Besarnya beban dan berat dari bangunan atas

Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan

Jumlah biaya yang dikeluarkan

Page 2: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

Pemilihan tipe pondasi dalam perencanaan ini tidak terlepas dari hal-hal tersebut di atas. Dari pertimbangan hasil penyelidikan tanah dari aspek ketinggian gedung dan beban dari struktur di atasnya, maka jenis pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang pancang dengan penampang bebentuk lingkaran.

Adapun spesifikasi dari tiang pancang tersebut adalah:

Mutu beton (f’c) = 25 Mpa Mutu baja (fy) = 400 Mpa

Ukuran = ø 50 cm

Luas penampang = 1962,5 cm2

Keliling = 157 cm

Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang

Berdasarkan Kekuatan Bahan

Tegangan tekan beton yang diijinkan yaitu:

σb = 0,33 . f’c ; f’c =25 Mpa = 250 kg/cm2

σb = 0,33 . 250 = 82,5 kg/cm2

Ptiang = σb . Atiang

Ptiang = 82,5 . 1962,5 = 161906,25 kg = 161,906 t

dimana: Ptiang = Kekuatan pikul tiang yang diijinkan

σb = Tegangan tekan tiang terhadap penumbukan

Atiang = Luas penampang tiang pancang

Berdasarkan Hasil Sondir

Daya dukung tiang dihitung dengan formula sebagai berikut:

Dimana: qc = Nilai konus hasil sondir (kg/cm2)

Ap = Luas permukaan tiang (cm2)

Page 3: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

Tf = Total friction (kg/cm)

As = Keliling tiang pancang (cm)

Data hasil sondir S3 untuk kedalaman -19,60 m, didapatkan:

Ø qc = 50 kg/cm2

Ø Tf = 1376 kg/cm

Ptiang =

= 75914,733 kg= 75,915 t

Sehingga daya dukung yang menentukan adalah daya dukung berdasrkan data sondir, Ptiang = 75,915 t ~ 76 t.

Menentukan Jumlah Tiang Pancang

Untuk menentukan jumlah tiang pancang yang dibutuhkan digunakan rumus acuan sebagai berikut:

Dimana: n = jumlah tiang pancang yang dibutuhkan

P = gaya vertikal (t)

Ptiang = daya dukung 1 tiang (t)

Page 4: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

Gambar 4.37 Denah Pondasi

Tabel 4.39 Perhitungan Jumlah Tiang Pancang

Tiang P(t) Ptiang (t) n Pembulatan

P1 139.897 76 1.841 6P2 244.489 76 3.217 6P3 221.046 76 2.909 4P4 182.926 76 2.407 6P5 155.869 76 2.051 6P6 223.195 76 2.937 4P7 337.106 76 4.436 9P8 307.909 76 4.051 6P9 294.281 76 3.872 6P10 211.856 76 2.788 6P11 220.124 76 2.896 4P12 318.799 76 4.195 6P13 218.344 76 2.873 6P14 182.241 76 2.398 4P15 213.336 76 2.807 4P16 196.017 76 2.579 4P17 133.608 76 1.758 4P18 234.393 76 3.084 6P19 282.346 76 3.715 6P20 185.102 76 2.436 4P21 130.565 76 1.718 4P22 230.095 76 3.028 6P23 270.542 76 3.560 6P24 160.972 76 2.118 4P25 136.840 76 1.801 4

Page 5: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

P26 241.257 76 3.174 6P27 289.285 76 3.806 6P28 157.370 76 2.071 4P29 95.562 76 1.257 4P30 146.670 76 1.930 4P31 167.866 76 2.209 4P32 96.012 76 1.263 4

Menghitung Efisiensi Kelompok Tiang Pancang

dimana: m = Jumlah baris

n = Jumlah tiang satu baris

Ө = Arc tan dalam derajat

d = Diameter tiang (cm)

S = Jarak antar tiang (cm)

Ø syarat jarak antar tiang

atau

Ø syarat jarak tiang ke tepi

Tipe-tipe poer (pile cap) yang digunakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Page 6: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

Gambar 4.38 Tipe Pondasi

Tabel 4.40 Perhitungan Efisiensi Kelompok Tiang

Poer d (cm)

S (cm) m n q efisiensi

P1 50 125 2 2 21.801 0.242 1.000 0.758P2 50 125 2 3 21.801 0.242 1.167 0.717P3 50 125 3 3 21.801 0.242 1.333 0.677

Tabel 4.41 Perhitungan Daya Dukung Kelompok Tiang

Poer efisiensiPtiang (ton)

satu tiang (ton)

jumlah tiang

daya dukung group (ton) cek

Tipe 1 0.758 76 57.590 4 230.360 > 223.195 ton

Tipe 2 0.717 76 54.522 6 327.129 > 318.799 ton

Tipe 3 0.677 76 51.453 9 463.079 > 337.106 ton

Perhitungan Beban Maksimum Yang Diterima Oleh Tiang

dimana:

Page 7: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

Pmak = Beban maksimum yang diterima oleh tiang pancang (t)

SPv = Jumlah total beban (t)

Mx = Momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu x ™

My = Momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu y ™

n = Banyaknya tiang pancang dalam kelompok tiang pancang (pile group)

Xmak = Absis terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang

Ymak = Ordinat terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang

nx = Banyaknya tiang pancang dalam satu baris dalam arah sumbu x

ny = Banyaknya tiang pancang dalam satu baris dalam arah sumbu y

Sx2 = Jumlah kuadrat absis-absis tiang pancang (m2)

Sy2 = Jumlah kuadrat ordinat-ordinat tiang pancang (m2)

Pondasi Tipe 1

Beban maksimum yang diterima pada pondasi tipe 1

SPv = 223,195 t

Mx = 1,671 tm

My = 0,455 tm

Page 8: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

Xmak = 62,5 cm = 0,625 m

Ymak = 62,5 cm = 0,625 m

Sx2 = (0,6252) + (0,6252)

= 0,781 m2

Sy2 = (0,6252) + (0,6252)

= 0,781 m2

n = 4

nx = 2

ny = 2

Pmak =

= 56,649 t …< P1 tiang = 57,590 t

Pondasi Tipe 2

Beban maksimum yang diterima pada pondasi tipe 2

SPv = 318,799 t

Mx = 0,096 tm

My = 0,058 tm

Page 9: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

Xmak = 125 cm = 1,25 m

Ymak = 62,5 cm = 0,625 m

Sx2 = (1,252) + (1,252)

= 3,125 m2

Sy2 = (0,6252) + (0,6252)

= 0,781 m2

n = 6

nx = 3

ny = 2

Pmak =

= 53,179 t …< P1 tiang = 54,522 t

Pondasi Tipe 3

Beban maksimum yang diterima pada pondasi tipe 3

SPv = 337,106 t

Page 10: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

Mx = 0,022 tm

My = 2,062 tm

Xmak = 125 cm = 1,25 m

Ymak = 125 cm = 1,25 m

Sx2 = (1,252) + (1,252)

= 3,125 m2

Sy2 = (1,252) + (1,252)

= 3,125 m2

n = 9

nx = 3

ny = 3

Pmak =

= 37,734 t …< P1 tiang = 51,453 t

Kontrol Terhadap Geser Pons

4.8.7.1 Pile Cap Tipe 1 dan Tipe 2

Karena kolom tidak tertumpu pada pile, maka P yang diperhitungkan adalah P kolom.

P = 318,799 t

h = 0,7 m

t =

=

= 87,582 t/m2

Page 11: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

= 8,76 kg/cm2 < 10,28 kg/cm2

t < t ijin = (tebal pile cap cukup, sehingga tidak memerlukan tulangan geser pons).

4.8.7.2 Pile Cap Tipe 3

Karena kolom tertumpu pada pile, maka P yang diperhitungkan adalah P tiang pancang.

P = 37,734 t

h = 0,7 m

t =

=

= 14,31 t/m2

= 1,431 kg/cm2 < 10,28 kg/cm2

t < t ijin = (tebal pile cap cukup, sehingga tidak memerlukan tulangan geser pons).

Penulangan Tiang Pancang

Penulangan tiang pancang dihitung berdasarkan kebutuhan pada waktu pengangkatan tersebut ada dua kondisi, yaitu satu tumpuan dan dua tumpuan.

Kondisi I (Dua Tumpuan)

Page 15: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

= 721,219 kgm

D1 =

=

= 831,176 kg

Dari kedua kondisi di atas diambil yang paling menentukan yaitu:

M = 721,219 kgm

D = 1413 kg

Gambar 4.41 Penampang Tiang Pancang

Data yang digunakan:

- Dimensi tiang = ø 50 cm

- Berat jenis beton = 2,4 t/m3

- f’c = 25 Mpa

- fy = 400 Mpa

- h = 500 mm

- p = 70 mm

- øtulangan = 22 mm

- øsengkang = 8 mm

Page 16: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

- d = h – p – øsengkang – ½ øtulangan

= 500 – 70 – 8 – 11 = 411 mm

- d’ = p + øsengkang + ½ øtulangan

= 70 + 8 + 11 = 89 mm

4.8.8.3 Tulangan Memanjang Tiang Pancang

Mu = 721,219 kgm = 7,212 kNm

kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,00027

Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

karena ρ < ρmin maka dipakai ρmin

As = ρ.b.d. 106

= 0,0035 . 0,500 . 0,411 . 106

= 719,25 mm2

Digunakan tulangan 2D22 (As = 760 mm2)

Page 19: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

vu = MPa

vc = MPa

fvc = 0,6 x 0,8333 = 0,50

vu < fvc Þ dipakai tulangan praktis

Digunakan tulangan sengkang ø8 – 200.

Gambar 4.42 Penulangan Tiang Pancang

Penulangan Pile Cap

Pile Cap Tipe 1

Penulangan didasarkan pada:

P1 = Pmak = 56,649 t

Mx = My = = 35,406 tm

Penulangan Arah x

Page 20: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

Mu = 35,406 tm = 354,06 kNm

Tebal pelat (h) = 700 mm

Penutup beton (p) = 70 mm

Diameter tulangan (øD) = 16 mm

Tinggi efektif arah x (dx) = h – p – ½ øD

= 700 – 70 – ½ .16

= 622 mm

kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,00294

Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

Page 21: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

ρ < ρmin maka dipakai ρmin

As = ρ.b.d.106

= 0,0035 . 1 . 0,622 . 106

= 2177mm2

Dipakai tulangan D16 – 75 (As terpasang = 2681 mm2)

Penulangan Arah y

Mu = 35,406 tm = 354,06 kNm

Tebal pelat (h) = 700 mm

Penutup beton (p) = 70 mm

Diameter tulangan (øD) = 16 mm

Tinggi efektif arah y (dy) = h – p – Dx – ½ øD

= 700 – 70 – 16 – ½ .16

= 606 mm

kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,0031

Page 22: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

ρ < ρmin maka dipakai ρmin

As = ρ.b.d.106

= 0,0035 . 1 . 0,606 . 106

= 2121mm2

Dipakai tulangan D16 – 75 (As terpasang = 2681 mm2)

Pile Cap Tipe 2

Penulangan didasarkan pada:

P1 = Pmak = 53,179 t

Mx = = 66,474 tm

My = = 33,237 tm

Penulangan Arah x

Mu = 66,474 tm = 664,74 kNm

Page 23: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

Tebal pelat (h) = 700 mm

Penutup beton (p) = 70 mm

Diameter tulangan (øD) = 19 mm

Tinggi efektif arah x (dx) = h – p – ½ øD

= 700 – 70 – ½ .19

= 620,5 mm

kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,0057

Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

ρmin < ρ < ρmax maka dipakai ρ

As = ρ.b.d.106

= 0,0057 . 1 . 0,6205. 106

= 3538,62 mm2

Dipakai tulangan D19 – 75 (As terpasang = 3780 mm2)

Page 24: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

Penulangan Arah y

Mu = 33,237 tm = 332,37 kNm

Tebal pelat (h) = 700 mm

Penutup beton (p) = 70 mm

Diameter tulangan (øD) = 19 mm

Tinggi efektif arah y (dy) = h – p – Dx – ½ øD

= 700 – 70 – 19 – ½ .19

= 601,5 mm

kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,00295

Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

ρ < ρmin maka dipakai ρmin

As = ρ.b.d.106

= 0,0035 . 1 . 0,6015. 106

Page 25: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

= 2105,25 mm2

Dipakai tulangan D19 – 125 (As terpasang = 2268 mm2)

Pile Cap Tipe 3

Penulangan didasarkan pada:

P1 = Pmak = 37,734 t

Mx = My = = 47,168 tm

Penulangan Arah x

Mu = 47,168 tm = 471,68 kNm

Tebal pelat (h) = 700 mm

Penutup beton (p) = 70 mm

Diameter tulangan (øD) = 19 mm

Tinggi efektif (d) = h – p – ½ øD

= 700 – 70 – ½ .19

= 620,5 mm

Page 26: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,00398

Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

ρmin < ρ < ρmax maka dipakai ρ

As = ρ.b.d.106

= 0,00398 . 1 . 0,6205 . 106

= 2467,68 mm2

Dipakai tulangan D19 – 100 (As terpasang = 2835 mm2)

Penulangan Arah y

Mu = 47,168 tm = 471,68 kNm

Tebal pelat (h) = 700 mm

Penutup beton (p) = 70 mm

Diameter tulangan (øD) = 19 mm

Tinggi efektif arah y (dy) = h – p – Dx – ½ øD

Page 27: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

= 700 – 70 – 19 – ½ .19

= 601,5 mm

kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,00424

Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

ρmin < ρ < ρmax maka dipakai ρ

As = ρ.b.d.106

= 0,00424 . 1 . 0,6015 . 106

= 2553,06 mm2

Dipakai tulangan D19 – 100 (As terpasang = 2835 mm2)

Perhitungan Tie Beam

Page 28: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

Ukuran sloof 600 x 400 cm

Data tanah: – f = 29,326o

- c = 0,115 kg/cm2 = 1,15 t/m2 = 11,5 kPa

- g = 1,758 t/m3

Tanah tersebut didefinisikan sebagai tanah sangat lunak karena c < 18 kPa, sehingga untuk menghitung qu digunakan rumus sebagai berikut:

qu =

c’ = t/m2

go = = = 17,246 t/m3

Dari tabel faktor kapasitas dukung tanah (Terzaghi), diperoleh:

f = 29,326o ® – Nc’ = 18,4

- Nq’ = 7,9

- Ng’ = 5,4

qu =

= 16,185 t/m2

Berat sendiri = = 0,576 t/m

q = = 7,054 t/m

Perhitungan Gaya Dalam

Page 29: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

Gambar 4.43 Denah Tie Beam

Perhitungan gaya dalam untuk S1

- Perhitungan momen

Mtump = = = 26,388 tm

Mlap = = = 13,194 tm

- Perhitungan gaya lintang

Dtump = = = 23,631 t

Dlap = D berjarak 1/5L dari ujung balok

= = 14,179 t

Untuk perhitungan gaya dalam tie beam lainnya ditabelkan sebagai berikut:

Tabel 4.42 Gaya Dalam pada Tie Beam

SloofL

(m)0.5*L 1/5*L

q

(kg/m)Momen Gaya Lintang

Mtump

(kgm)

Mlap.

(kgm)

Tump.

(kg)

Lap.

(kg)

Page 30: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

S1 6.7 3.35 1.340 7.054 26.388 13.194 23.631 14.179S2 5.45 2.725 1.090 7.054 17.460 8.730 19.222 11.533S2 5.25 2.625 1.050 7.054 16.202 8.101 18.517 11.110S3 8 4 1.600 7.054 37.621 18.811 28.216 16.930S4 6 3 1.200 7.054 21.162 10.581 21.162 12.697S5 3.5 1.75 0.700 7.054 7.201 3.600 12.345 7.407S5 2.75 1.375 0.550 7.054 4.445 2.223 9.699 5.820S5 2.5 1.25 0.500 7.054 3.674 1.837 8.818 5.291

Perhitungan Penulangan Tie Beam

Penulangan S1

a) Tulangan Lentur

M tump = 26,388 kgm = 263,88 kNm

M lap = 13,194 kgm = 131,94 kNm

Tinggi sloof (h) = 600 mm

Lebar sloof (b) = 400 mm

Penutup beton (p) = 40 mm

Diameter tulangan (D) = 22 mm

Diameter sengkang (ø) = 10 mm

Tinggi efektif (d) = h – p – ø – ½ D

= 600 – 40 – 10 – ½ . 22

= 539 mm

d’ = p + ø + ½ D

= 40 + 12 + ½ . 22

= 61 mm

f’c = 25 Mpa

fy = 400 Mpa

Tulangan Tumpuan

Page 31: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

Mu = 263,88 kNm

kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,0076

Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

karena ρmin < ρ < ρmax maka dipakai ρ

Dipakai tulangan tekan 2D22 (As terpasang = As2 = 760 mm2)

As1 = ρ.b.d.106

= 0,0076 . 0,40 . 0,539 . 106

= 1648,490 mm2

As = As1 + As2

= 1630,835 + 760

= 2408,490 mm2

Digunakan tulangan tarik 7D22 (As = 2661 mm2)

Tulangan Lapangan

Page 32: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

Mu = 13,194 kNm

kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,0037

Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

karena ρmin < ρ < ρmax maka dipakai ρ

Dipakai tulangan tekan 2D22 (As terpasang = As2 = 760 mm2)

As1 = ρ.b.d.106

= 0,0037 . 0,40 . 0,544 . 106

= 792, 349 mm2

As = As1 + As2

= 792, 349 + 760

= 1552,349 mm2

Digunakan tulangan tarik 5D22 (As = 1901 mm2)

Periksa lebar balok

Page 33: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

Maksimal tulangan yang hadir sepenampang adalah 7D22, dengan posisi 2 lapis (5D22 untuk lapis dasar dan 2D22 untuk lapis kedua)

Jarak minimum tulangan yang disyaratkan adalah 25 mm.

Lebar balok minimum:

2 x p = 2 x 40 = 80 mm

2 x ø sengkang = 2 x 10 = 20 mm

5 x D22 = 5 x 22 = 110 mm

4 x jrk min tul = 4 x 25 = 100 mm

Total = 310 mm

Jadi lebar balok sebesar 400 mm cukup memadai.

b) Tulangan Geser

Tulangan Geser Tumpuan

Vu = 23,631 t = 236309,00 N

Vn = MPa

Vc = MPa

Vs = Vn – Vc = 393848,33 – 179666,67 = 214181,67 N

Periksa vu > fvc:

vu = MPa

vc = MPa

fvc = 0,6 x 0,8333 = 0,50

vu < fvc Þ perlu tulangan geser

Page 34: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

Periksa fvs > fvs mak:

fvs = vu – fvc = 1,096 – 0,50 = 0,596 Mpa

f’c = 25 MPa → fvs maks = 2,00 (Tabel nilai fvs maks, CUR 1 hal 129)

fvs > fvs mak Þ OK

Perencanaan sengkang

mm2

Digunakan tulangan sengkang ø = 10 mm, luas dua kaki As = 557 mm2

mm

smax = mm

Digunakan tulangan sengkang ø 10 – 150.

Sengkang minimum perlu = mm2

Luas sengkang terpasang 157 mm2 > 50 mm2

Tulangan sengkang ø10 – 150 boleh dipakai.

Tulangan Geser Lapangan

Vu = 14,178540 t = 141785,40 N

Vn = MPa

Vc = MPa

Vs = Vn – Vc = 236309,00 – 179666,67 = 56642,33 N

Periksa vu > fvc:

Page 35: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

vu = MPa

vc = MPa

fvc = 0,6 x 0,8333 = 0,50

vu < fvc Þ perlu tulangan geser

Periksa fvs > fvs mak:

fvs = vu – fvc = 0,658 – 0,50 = 0,158 Mpa

f’c = 25 MPa → fvs maks = 2,00 (Tabel nilai fvs maks, CUR 1 hal 129)

fvs > fvs mak Þ OK

Perencanaan sengkang

mm2

Digunakan tulangan sengkang ø = 10 mm, luas dua kaki As = 157 mm2

mm

smax = mm

Digunakan tulangan sengkang ø 10 – 250.

Sengkang minimum perlu = mm2

Luas sengkang terpasang 226 mm2 > 83,33 mm2

Tulangan sengkang ø10 – 250 boleh dipakai.

Page 36: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

About these ads

Tahapan-tahapan pengerjaan pile cap, yaitu :1. Setelah dilakukan penggalian tanah, dilakukan pemotongan pile sesuai elevasi pile cap yang diinginkan.2. Tanah disekeliling pile digali lagi sesuai dengan bentuk pile cap yang telah direncanakan.3. Pada pile dilakukan pembobokan pada bagian betonnya hingga tersisa tulangan besinya yang kemudian dijadikan sebagai stek pondasi sebagai pengikat dengan pile cap. Pembobokan hanya sampai elevasi dasar pile cap saja.4. Melakukan pemasangan bekisting dari batako disekeliling daerah pile. Penggunaan batako ini dipilih karena batako cukup kuat untuk menahan beban sebagai bekisting serta cukup murah untuk pada akhirnya ditimbun bersama saat pengecoran.5. Sebagai landasan pile cap, dibuat lantai kerja terlebih dahulu dengan ketebalan 10 cm.6. Melakukan pemasangan tulangan-tulangan pile cap yang meliputi tulangan utama atas dan bawah, persiapan stek pondasi, pemasangan kaki ayam, beton decking dan pemasangan stek pile cap sebagai penghubung menuju kolom.7. Sebelum dilakukan pengecoran, tanah disekitar bekisting ditimbun kembali untuk menahan beban pengecoran dan meratakan kondisi tanah seperti semula.8. Setelah semua persiapan sudah matang, maka dapat dilakukan pengecoran pada pile cap.

Metode Pelaksanaan Pembuatan Pile Cap :

1. Tahap pertama, dilakukan pengecoran dengan bucket dan pipa tremie untuk daerah stage 1, lalu diratakan dengan menggunakan vibrator.

2. Tahap keduan beton di curing dan besi tulanagan dibersihkan dari kotoran dan debu.

3. Tahap ketiga, beton stage 1 yang telah kering diberikan bonding agent pada pemukaannya untuk pengecoran stage 2 yaitu pengecoran pelat basement. Bonding agent in berfungsi sebagai pengikat beton lama dengan beton baru.

4. Tahap Keempat, pengecoran stage 2 dengan menggunakan concrete pump untuk pelat basement. Pada pengecoran ini menggunakan beton yang dicampur dengan waterproofing intergral (Conplast X421M)

Page 37: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

Pekerjaan Pile Cap dan Tie Beam pada Gedung Baru Universitas   Semarang Posted on April 9, 2010 by handoko10

Setelah proses pemancangan selesai dilanjutkan dengan pemotongan tiang pancang dan dilanjutkan dengan pekerjaan pile cap dan Tie beam Pekerjaan ini merupakan pekerjaan awal dari stuktur atas (upper structure) setelah pekerjaan struktur bawah (sub structure) selesai dilaksanakan. Semua bahan yang digunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku. Adapun pekerjaan pile cap dan tie beam ini meliputi :

1. Penulangan pile cap dan tie beam

2. Bekisting pile cap dan tie beam

3. Pengecoran pile cap dan tie beam

4. Pembongkaran bekisting pile cap dan tie beam

5.1.1 Penulangan Pile Cap dan Tie Beam

Sebelum membahas mengenai langkah-langkah penulangan pile cap dan tie beam maka terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai pekerjaan penulangan keseluruhan secara umum.

Penulangan adalah pekerjaan yang bertujuan untuk membentuk dan memasang besi tulangan beton sebagai kerangka struktur pada konstruksi beton agar sesuai dengan gambar rencana. Fungsi tulangan pada beton adalah untuk menahan gaya tekan, gaya geser dan momen torsi yang timbul akibat beban yang bekerja pada konstruksi beton tersebut. Sesuai dengan sifat beton yang kuat terhadap tekan, tetapi lemah terhadap tarik. Oleh karena itu perencanaan dan pelaksanaan pembesian harus dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar yang telah direncanakan oleh perencana struktur yaitu dalam hal :

a. Ukuran diameter baja tulangan.

b. Kualitas baja tulangan yang digunakan.

c. Penempatan / pemasangan baja tulangan.

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan pembesian penulangan pada proyek ini antara lain:

Page 38: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

1. Pabrikasi Besi

Proses pabrikasi besi terdiri dari pekerjaan pemotongan dan pembengkokan besi tulangan. Pemotongan dilakukan karena panjang besi dipasaran adalah 12 meter, sedangkan panjang tulangan elemen struktur yang digunakan terdiri dari bermacam-macam ukuran sesuai perhitungan tulangan. Pemotongan besi digunakan dengan Bar Cutter.

Pembengkokan dilakukan untuk membentuk tulangan yang disesuaikan dengan perencanaan. Jika terjadi kesalahan pada pembengkokan maka besi tulangan tersebut tidak boleh dibengkokkan kembali tetapi harus dipotong, hal ini untuk menghindari timbulnya retak-retak ditempat pembengkokan ulang tersebut karena sifat getas baja. Pembengkokan dilakukan dengan Bar Bender dengan berbagai macam diameter ukuran.

Sebelum mengerjakan proses pabrikasi besi, bagian pembesian menyusun daftar bengkok dan potong baja tulangan berdasarkan gambar pelaksanaan (shop drawing) yang dibuat oleh Kontraktor Utama. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun daftar bengkok dan potong baja tulangan adalah :

a. Sambungan antar tulangan harus ditempatkan sedemikian rupa pada daerah yang momennya nol atau dengan menggunakan sambungan lewatan sehingga gaya dan batang yang satu dapat disalurkan ke batang yang lain. Panjang dan bentuk baja tulangan direncanakan secara ekonomis sehingga bagian-bagian sisi atau yang tidak terpakai didapat seminimal mungkin.

b. Memperhitungkan teknik pemasangan tulangan sehingga tidak menyulitkan dalam pelaksanaan di lapangan.

2. Pemasangan Tulangan

Baja tulangan dan sengkang yang telah dipotong dan dibengkokan dibawa ke lapangan untuk dipasang pada posisi sesuai denah gambar pelaksanaan. Kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan pemasangan tulangan antara lain :

a. Pemeriksaan diameter, panjang, dan bentuk tulangan dilakukan sebelum baja tulangan tersebut dipasang.

b. Jarak antar tulangan serta jumlah tulangan, baik untuk tulangan lentur maupun tulangan geser diatur sesuai gambar.

c. Sengkang dipasang secara manual. Penyambungan sengkang pada tulangan utama dengan menggunakan kawat bendrat.

d. Memastikan daerah-daerah dan ukuran panjang penyaluran sambungan lewatan dan panjang penjangkaran.

e. Pemeriksaan tebal selimut beton dengan memasang beton decking sebagai acuan selimut beton yang akan dicor.

Page 39: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

Setelah pekerjaan lantai kerja selesai dilaksanakan, maka dilanjutkan dengan pembesian pile cap dan tie beam.

Langkah-langkah pembesian pile cap :

1. Menentukan daftar lengkungan bengkok besi, dimana digunakan besi D 22 mm, dengan jarak antar tulangan 150 mm sama untuk semua pile cap tetapi berbeda untuk jumlah tulangan dan tinggi pile cap sesuai dengan gambar rencana.

2. Semua besi yang telah disediakan kemudian dibengkokkan sesuai dengan daftar diatas kemudian dirakit diluar lokasi sesuai dengan gambar rencana. Digunakan kawat bendrat sebagai lekatan antar tulangan.

3. Tulangan pile cap yang telah jadi kemudian diangkat dan dipasang pada lokasi pile cap yang telah ditentukan.

4. Tulangan pile cap dilekatkan dengan tulangan luar pondasi tiang pancang yang telah dihancurkan betonnya dengan menggunakan kawat bendrat sehingga tulangan pile cap tampak benar-benar kuat dan kokoh.

Gambar 5.3 Penulangan Pile Cap

Langkah-langkah pembesian tie beam:

1. Penyediaan tulangan besi yang akan digunakan sesuai dengan yang tertera didalam gambar rencana, yaitu besi D 16 mm dengan jarak sengkang 150 mm

2. Tulangan dipasang dilokasi didahului dengan tulangan pokok untuk mempermudah pekerjaan.

Page 40: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

3. Sengkang dipasang dengan jarak 150 mm sama untuk keseluruhan tulangan. .

4. Tulangan pokok diikatkan pada sengkang dengan kawat bendrat agar jaraknya tidak berubah.

5. Sambungan tulangan sebesar 40 kali diameter tulangan pokok harus dilakukan selang-seling dan penempatan sambungan di tempat-tempat dengan tegangan maksimum sedapat mungkin dihindari.

6. Sambungan lewatan harus ada overlapping / tidak sejajar antara tulangan atas dengan tulangan bawah. Dipasang beton decking padatulangan sloof tersebut yang berfungsi untuk membuat selimut pada beton sehingga tidak ada tulangan yang tampak karena dapat menyebabkan tulangan berkarat. Tebal beton decking yang dipasang harus disesuaikan dengan tebal selimut beton yang direncanakan.

Gambar 5.4 Penulangan Tie Beam

5.1.2 Bekisting Pile Cap dan Tie Beam

Setelah pembesian pile cap dan tie beam selesai dilaksanakan maka, tahap selanjutnya memasang bekisting untuk pile cap dengan diikuti oleh bekisting tie beam. Bekisting dibuat dengan papan kayu bengkirai dengan rangka kayu yang kuat.

Adapun langkah-langkah pekerjaan pembuatan dan pemasangan bekisting untuk pile cap adalah sebagai berikut :

1. Mengadakan pengukuran dan penandaan / marking posisi bekisting yang akan dipasang dimana untuk tiap-tiap pile cap berlainan ukurannya tergantung berapa titik pondasi yang menahannya.

Page 41: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

2. Bekisting dirakit sesuai dengan ukuran pile cap masing-masing, dimana digunakan kayu multipleks.

3. Bekisting diolesi dengan menggunakan mud oil agar tidak terjadi kesulitan-kesulitan pada waktu. pembongkaran bekisting.

4. Bekisting dipasang tegak lurus pada lokasi pile cap yang sudah diberi tanda kemudian bekisting yang, sudah terpasang seluruhnya dikunci dengan menggunakan kayu 8 / 12 dan paku secukupnya agar kedudukan bekisting tersebut tetap stabil, tidak mengalami goyangan pada waktu. pengecoran dilaksanakan.

Gambar 5.5 Bekisting Pile Cap

Langkah-langkah pekerjaan pembuatan dan pemasangan bekisting untuk tie beam adalah sebagai berikut:

1. Mengadakan marking posisi bekisting yang akan dipasang.

2. Pemotongan papan kayu dan perakitan bagian-bagian bekisting yang akan dibuat disesuaikan dengan ukuran tie beam tersebut.

3. Sebelum bekisting dipasang, terlebih dahulu bekisting dibagian dalam diolesi dengan menggunakan mud oil, hal ini berfungsi agar pada waktu pembongkaran bekisting tidak mengalami kesulitan.

4. Pemasangan bekisting tegak lurus pada lokasi tie beam yang telah ditentukan kemudian dikunci dengan menggunakan kayu 8 / 12 dan paku secukupnya sebagai penahan goyangan.

Page 42: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

Gambar 5.6 Bekisting Tie Beam

5.1.3 Pengecoran Pile Cap dan Tie Beam

Untuk pengecoran pile cap dan tie beam dalam proyek ini menggunakan beton ready mix, dengan mutu beton K-300 sesuai dengan rencana. Adapun langkah-langkah pengecoran antara pile cap dan tie beam pada umumnya sama sehingga diringkas dijadikan satu.

Langkah-langkah tersebut antara lain:

1. Membersihkan lokasi pengecoran dari segala kotoran dan air yang menggenang dengan menggunakan pompa air.

2. Membuat tanda / marking pada bekisting yang menunjukan batas berhentinya pengecoran baik pada bekisting pile cap maupun bekisting tie beam

3. Mengatur dan mengarahkan penuangan beton sesuai dengan metode pelaksanaan.

4. Agar semua adonan beton dapat masuk kedalam tulangan pile cap dan tie beam maka digunakan alat vibrator untuk meratakanya serta ditekan dengan tekanan tinggi agar beton tersebut dapat memadat.

5. Mengontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat pelaksanaan pengecoran.

6. Menghentikan pengecoran dan meratakan serta menghaluskan permukaan beton dengan menggunakan alat pertukangan manual / plester.

Page 43: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

Gambar 5.7 Membersihkan tulangan dan bekisting dengan Water Pump

Gambar 5.8 Pengecoran Pile Cap dan Tie beam dengan beton readymix

Page 44: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

Gambar 5.9 Pengecoran lewat talang untuk menjangkau poer yang jauh

Gambar 5.10 Pemadatan pengecoran dengan Concrete Vibrator

5.1.4 Pembongkaran Bekisting Pile Cap dan Tie Beam

Page 45: 1992 Langkah Perhitungan Pondasi

Pembongkaran bekisting pada proyek ini dilakukan 2-3 hari setelah pengecoran, dengan syarat pile cap dan sloof tidak menerima beban di atasnya. Alasan lain dilakukannya pembongkaran itu agar bekisting dapat digunakan untuk bagian yang lain.