1930_antena prinsip dan aplikasi

166

Upload: achmad-bayhaki

Post on 28-Dec-2015

762 views

Category:

Documents


95 download

DESCRIPTION

Antena, prinsip dasar dan aplikasinya

TRANSCRIPT

M"nAHAILMU

AntenaPrinsip fi. Aplikasi

Mudrik Alaydrus

ANTENAPrinsip & Aplikasi

Oleh : Mudrik Alaydrus

Edisi PertamaCetakan Pertama, 2011

Telp.Fax.

f''*" u

%z l12

: 027 4-889836; 0274-889398:0274-889057

q

1{it,

II

/ WX /t I 2otz

Hak Cipta O 2011 pada penulis,Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau rnemindahkan

sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun

mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa

izin ternrlis dari penerbit.

GRAHA ILMURuko Jambusari No. 7AYogyakarta 55283

E-mail : [email protected]

l..i

,J';'

Ii

'1i,1,

Alaydrus, Mudrik

ANTENA (Prinsip & Aplikasi) /Mudrik Alaydrus

-Edisi Pertama - Yogyakarta; Graha l1mu, 2011xii + 324 hlm, 1 Ji1. : 23 cm.

ISBN : 978-9'1 9-7 56*"7 31,'6

1 - Teknik I. Judul

Kata Pengantar

i era informasi, yang ditandai dengan penyebaran berita

yang sangat cepat, dan berita yang bisa diakses kapan dan

dari mana saja, pengiriman data secara nirkabel (wireless, tanpa

kabel) menjadi tulang punggung penyebaran informasi tersebut. Dengan

komunikasi nirkabel, tidak diperlukan lagi kabel yang menghubungkan

sumber berita dengan pemakai berita, sehingga hubungan komunikasi inimenjadi lebih fleksibel dan menunjang mobilitas dari pengguna.

Di samping elektronika telekomunikasi, seperti modulator, osilator,

dll., pada sistem komunikasi nirkabel diperlukan komponen yang bernama

antena. Secara definisi, antena pada sebuah pemancar berfungsi sebagai

pengubah gelombang yang tertuntun di rangkaian elektronika menjadi

gelombang yang merambat bebas di udara, dan sebaliknya pada sebuah

penerima. Tugas bagi perancang antena adalah membuat transisi iniseeflsien mungkin, yaitu gelombang dari pemancar yang dihasilkan oleh

komponen-komponen elektronika ini harus diubah semaksimal mungkin

menjadi gelombang bebas. Gelombang yang dipancarkan melalui antena

ini akan didistribusikan ke udara dengan suatu pola tertentu, misalnya ke

semua arah, atathanya ke suatu arah tertentu saja. Pemitihan pola pancar

ini tergantung dari aplikasi antena masing-masing.

Dcngan perkembangan teknologi dan aplikasi nirkabel, bermunculan

pula berbagai jenis antena yang dirancang dengan karakter-karalternya

yang berbeda-beda. Buku ini ditulis untuk memberikan ulasan tentang

prinsip dasar dari antena dan pemakaiannya di pelbagai aplikasi.

Bab I membahas dasar, sejarah singkat dan esensi antena dalam

telekomunikasi, yang dilanjutkan dengan bab 2 tentang besaran-besaran

penting yang rnengkarakteristikkan antena. Besaran-besaran penting ini

menjadi pararneter dalarn spesifrkasi sebuah antena, yang hams dipenuhi

pada proses perancangannya.

Karena dasar dari ilmu dan teknologi antena adalah elektromagnetika,

tidaklah lengkap kalau tidak disinggung persamaan-persamaan Maxwell

dan solusinya. Bab 3 mendapatkan tugas untuk melakukannya, solusi

untuk struktur antena sederhana, yaitu dipol dan loop Hertz diberikan di

sini. Bab 4 memberikan solusi untuk antena yang lebih aplikatif, yaitu

dipol panjangyangjuga sering digunakan pada aplikasi nirkabel dewasa

ini. Antena dipol panjang ini adalah jenis antena kawat.

Dalam banyak aplikasinya, sering kali digunakan sekelompok an-

tena, yang membentuk suatu formasi tertentu. Kelompok antena ini dina-

makan array. Bab 5 membahas teori dasar array, dan efek dari perubahan

parametemya terhadap pola pancar antena.

Bab 6, 7 dan 8 membahas jenis-jenis antena aperture, horn, reflek-

tor dan antena mikrostrip. Di sini dijelaskan prinsip dasar masing-masing

antena, perancangan dengan menggunakan rumus dan kurva sederhana,

sarnpai penggunaan software.

Perkembangan multimedia, yangditandai dengan semakin besarnya

data yang harus dikirimkan, seperti video, menuntut jaringan komunikasi

nirkabel yang semakin berkinerja tinggi, memiliki lebar pita yang besar,

bahkan sangat besar, atau multiband. Bab 9 membahas jenis-jenis antena

yang memiliki karakter seperti itu. Bab 10 membahas pengukuran besaran-

besaran penting antena. Dua terobosan menarik yang dilakukan pada teknik

vt Antena: Prinsip don Aplikasi Kato Pengontar

antena, yaitu teknik konfigurasi ulang antena dan sistem Multiple InputMultiple Output (MIMO) menjadi pokok bahasan di bab I l.

Bab 12 ditulis untuk aplikasi antena pada beberapa sistem nirkabelyang populer sekarang ini, yaitu sistem seluler, Wireless Local AreaNetwork (WLAN) dan Radio Frequency ldentification (RFID). Bab terakhirmemberikan ulasan singkat beberapa metode numerik yang biasanyadipakai untuk menganalisa dan merancang antena, yang diharapkan bisamemberikan gambaran singkat kepada pembaca, metode apa yang bisamereka gunakan dan software mana yang bisa dipakai.

Buku ini ditulis sebagai suatu bentuk karya yang didedikasikanuntuk masyarakat Indonesia, yang diharapkan menjadi satu literatur dalambidang teknologi nirkabel. Dan penulis berpesan, bahwa suatu tujuan dancita-cita hanya bisa dicapai dengan keyakinan, ketekunan dan kesabaran.

Ketiganya harus dijalankan secara konsisten dan kontinu. Semoga AllahSWT merestui usaha kita.

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Maryam ZA yang se-

lalu menemani dengan penuh pengertian dan perhatian, juga kepada anak-anak kami, Zainal Abidin, Muhammad Fatih, Adni, Muhammad Aymandan Sofia.

Jakarta, Januari 201 I

Mudrik Alaydrus

Ilaftar Isi

KATA PENGANTAR vDAFTAR ISI ixBAB I PENGENALANANTENA 1

1.1 Pendahuluan I1.2 Esensi Antena pada Dunia Telekomunikasi Wireless 4

1.3 Jenis-jenis Antena g

BAB II BESARAN PENTING PADA ANTENA2.1 Diagram Radiasi

2.2 Direktivitas dan Gain

2.3 Polarisasi

2.4 Impedansi Masukan

2.5 Lebar Pita Kerja Antenna (bandwidth)

2.6 Datasheet Antena

BAB III PERSAMAAN MAXWELL DAN SOLUSINYA PADAANTENA KECIL3.1 Persamaan Maxwell3.2 Potensial Vektor dan Skalar

3.3 Solusi:PotensialTerretardasi

l718

23

30

35

37

38

4t41

46

50

3.4 Aplikasi Integral Radiasi pada Dipol Hertz

3.5 Aplikasi Integral Radiasi pada Loop Hertz

BAB IV ANTENA KAWAT4.1 Dipol Pendek

4.2 Dipol Panjang

4.3 Dipol Setengah Gelombang (Dipol )" l2)4.4 Antena Yagi-Uda

BAB V ANTENA ARRAY5.1 Pendahuluan

5.2 Array dua Antena

5.3 Array Linier N Antena

BAB VI ANTBNAAPERTURE DAN HORN6.1 Pendahuluan

6.2 Teorema Keunikan (Uniqueness Theorem) dan

Teorema Ekuivalensi (Equivalence Theorem)

6.3 Antena Aperture Persegi Panjang

6.4 Simulasi dengan program Wipl-D6.5 Antena Hom Sektor E

6.6 Antena Horn Sektor H6.7 Antena Horn Piramid

6.8 Antena Hom Berulir (Comrgated Horn)

BAB VII ANTENA REFLEKTOR7.1 Pendahuluan

7.2 Sistem Reflektor Dasar

7.3 Sistem Reflektor Banyak

BAB VIII ANTENA MIKROSTRIP8.1 Pendahuluan

8.2 Metode Analisa: Model Saluran Transmisi

8.3 Metode Analisa: Model Cavity8.4 Pencatuan antena mikrostrip

8.5 Antena Mikrostrip dalam Array

55

62

75

75

78

86

87

95

95

97

106

131

131

133

137

t49t52161

163

168

169

r69170

184

187

187

189

r99206

2t0

Antena: Prinsip dan AplikasiDaftar lsi

BAB IX ANTENA BROADBAND, ULTRAWIDEBAND DANMULTIBAND9.1 Pendahuluan

9.2 Antena Helix9.3 Antena planar

9.4 Antena Log Periodik9.5 Antena Fractal

9.6 Antena Ultrawideband (UWB)

BAB X PENGUKURAN BESARAN ANTENA10.1 Pendahuluan

10.2 Skema Sistem Pengukuran Besaran Antena10.3 Pengukuran Diagram Radiasi

10.4 Pengukuran Gain10.5 Pengukuran Impedansi dan Faktor Refleksi

2ts215

216

22t223

229

233

237

237

239

245

247

2s0

BAB XI PERKEMBANGAI\ KIIUSUS PADA TEKNIKANTENA 255

I l.l Antena yang bisa Dikonfigurasi Ulang(Reconfigurable Antennas) ZSA

ll.2 Multi Antenna Systems: Antena Cerdas (Smart

Antennas) dan MIMO ZS9

BAB XII ANTENNAS IN ACTION12.1 Antena Stasiun Basis (Base station) di Komunikasi

Bergerak

12.2 Antena pada Alat Komunikasi Genggam(Handheld)

12.3 Antena di RFID12.4 Antena di WLAN

BAB XIII APLIKASI METODE NUMERIK PADA ANTENA 29313.1 Pendahuluan 29313.2 Metode Persamaan Integral (Integral Equation

Method) 29413.3 Metode Elemen Hingga (Finite Element Method) 300

271

273

280

282

288

13.4 Metode Diferensi Hingga Wilayah Waktu (Finite

Difference Time Domain) 301

13.5 Metode Frekuensi Tinggi (High Frequency

Methods)

13.6 Metode Hibrida

DAFTAR PUSTAKAGLOSARIUMTENTANG PENULIS

307

310

313

317

321

-oo0oo-

xlt Antena: Prinsip dan Aplikasi

Pengenalan Antena

1.1 PENDAHULUAN

Antena adalah elemen penting yang ada pada setiap sistem teleko-munikasi tanpa kabel (nirkabel/wireless), tidak ada sistem telekomunikasiwireless yang tidak memiliki antena.

Pemilihan antena yang tepat, perancangan yang baik dan pemasangan

yang benar akan menjamin kinerja (performansi) sistem tersebut.

Sebuah contoh yang khas adalah pada aplikasi penerimaan sinyalpada pesawat televisi terestrial. Dengan menggunakan antena yang me-miliki gain (faktor pemfokusan) yang tinggi, seperti antena Yagi, kualitassinyal terima bisa diperbaiki secara signifikan.

Antena adalah sebuah komponen yang dirancang untuk bisa meman-carkan dan atau menerima gelombang elektromagnetika. Antena sebagai

alat pemancar (transmitting antenna) adalah sebuah transduser (pengubah)

elektromagnetis, yang digunakan untuk mengubah gelombang tertuntundi dalam saluran transmisi kabel, menjadi gelombang yang merambat diruang bebas, dan sebagai alat penerima (receiving antenna) mengubah ge-

lombang ruang bebas menjadi gelornbang tertuntun (gambar 1.1).

waveguide

gelombangterhutun

Gambar l.l Peran antena di sistem komunikasi nirkabel

Dengan definisi antena di atas, adalah suatu kepastian, bahwa di setiap

sistem komunikasi tanpa kabel terdapat komponen yang bisa mengubah

gelombang tertuntun menjadi gelombang ruang bebas dan kebalikannya,komponen ini adalah antena.

Pada sistem komunikasi tanpa kabel yang modern, sebuah antena

harus berfirngsi sebagai antena yang bisa memancarkan dan menerima

gelombang dengan baik untuk suatu arah tertentu.

Sejarah perkembangan antena dirunut balik pada konsep yang

dikembangkan oleh James Clerk Maxwell, yang menyatukan teori listrikdan magnet menjadi teori elektromagnetika, yang dirangkumnya didalam sebuah sistem persamaan yang kemudian dikenal dengan namapersamaan-persamaan Maxwell. Dengan persamaan yang diturunkandi tahun 1873 ini ia meramalkan adanya medan listrik dan magnet yang

merambat di ruang bebas tanpa adanya kabel. Medan listrik dan magnet

yang berubah dengan waktu ini dan merambat di udara, disebut jugagelombang elektromagnetika. Dengan bantuan persamaan ini Maxwellmemprediksikan bahwa pada dasarnya cahaya juga merupakan gelombang

elektromagnetika dan gelombang elektromagnetika merambat di udara

dengan kecepatan cahay a.

Sembilan tahun setelah kematian Maxwell, tahun 1886 HeinrichHertz melakukan verifikasi terhadap prediksi Maxwell secara eksperimen.

Dia membangun dua buah alat berbentuk permukaan silinder yang terpisah

sekitar I meter (alat ini kemudian dikenal dengan nama antena reflektor

gelombmg. rumg bebas

waveguide /\\z\YLIselombmsremm ..--

Antena 1rcmmcr

gelombaugrumg bebas

\ w+Antena penerima

Antena: Prinsip dan Aplikasi Pengenolan Antena

silinder di gambar 1.2). Dengan alat ini dia bisa membuktikan adanyainduksi sinyal pada antena yang satu akibat sumber yang dipasangkanpada antena yang lainnya. Peristiwa ini merupakan momen kelahiran daritelekomunikasi tanpa kabel modern yang gunanya bisa kita rasakan sekalidewasa ini. Atas dasar eksperimen ini Hertz dikenal dengan nama Mr.Antenna.

Setahun setelah kematian Hertz,di tahun 1901 Guglielmo Marconiberhasil merealisasikan telekomunikasi jarak jauh, dari kota Cornwall diInggris ke kota Newfoundland di benua Amerika, dengan menggunakangelombang elektromagnetika. Antena yang dipergunakan adalah 50 buahantena pemancar yang vertikal, yang dilibatkan dengan bantuan kawatsecara horizontal dengan 2 tonggak kayu yang berjarak 60 meter (gambar

1.3). Sebagai antena penerima dipergunakan sebuah kawat vertikal denganpanjang 200 m yang mengambang di udara dengan bantuan sebuah layang-layang.

Sejak saat itu perkembangan antena makin cepat, dan berkembangpula jenis-jenis antena sesuai dengan tuntutan padanya di setiap bidangaplikasi.

Gambar 1.2 Antena refiector silinder yang bekerja padafrekuensi 455

MHz

Gambar 1.3 Antena vertikal yang digunakan oleh Marconi pada

frekuensi 70kJIz

1.2 ESENSI ANTENA PADA DUNIA.TELEKOMUN IKASI WIRELESS

Sebuah antena didefinisikan sebagai piranti yang dipergunakan un-tuk rnengubah gelombang tertuntun di pemancar menjadi gelombang ruang

bebas. Gelombang radio ini akan merambat di ruang bebas dari pemancar

ke penerima. Di penerima, arrterra akan mengubah gelombang ruang bebas

ini menjadi gelombang tertuntun.

Keberadaan antena pada sistem telekomunikasi tanpa kabel menjadisuatu yang tidak bisa dihindarkan. Setiap aplikasi menuntut suatu karak-teristik dari antena yang dipakainya, yang harus didapatkan pada proses

perencanaan perancangan antena. Berikut ini diberikan tiga bidang aplika-si penting dari penggunaan antena:

l. Telekomunikasi

Penggunaan antena pada sistem telekomunikasi ini, diprioritaskanketimbang penggunaan kabel (saluran transmisi) dikarenakan oleh alasan-

alasan ketidak-mungkinan, ketidakpraktisan dan ketidakefi sienan:

Antena: Prinsip don Aplikasi Pengenalan Anteno

a. Telekomunikasi antara pengguna yang bergerak, seperti sistem sclu-

ler.

Gambar 1.4 menunjukkan antena panel yang biasa digunakan di

stasiun basis (Base Transceiver StationlBTS) sistem seluler. Gambar

sebelah kiri menunjukkan foto antena yang ditutupi oleh radome

(radar dome) yang melindungi bagian dalam antena dari pengaruh

cuaca. Bagian dalam antena terdiri dari 6 buah dipole dengan reflektor

di belakangnya. Masing-masing dua dipole dipasangkan ke arah

horizontal, dan berbaris tiga dipole ke arah vertikal.

WffiFoto dan 3 x 2 dipole di dalamantena

diagram radiasi

Gambar 1.4 Panel antennas 730 684 Kathrein 890 - 960 MHz

(data dari perusahaan Kathrein)

Gambar sebelah kanan menunjukkan diagram radiasi horizontal dan

vertikal antena tersebut. Di bidang horizontal didapatkan beamwidth

(lebar pancaran efektif) sebesar 65o, sedang di bidang vertikal 18".

Semakin besar jumlah elemen di bidang horizontal ataupun vertikal,

akan semakin kecil beamwidth-nya, pengarahan energi menjadi

semakin terfokus ke arah pancarar, utama.

Dalam penggunaannya di menara, antena panel sering dipasangkan

dalam jumlah tertentu dengan arah pancaran berbeda-beda seperti

yang ditunjukkan di gambar L5. Diagram radiasi dari gabungan antena

tersebut secara praktis bersifat omnidireksional.

r:l11I F-A-*IT

r= D

b.

Gambar 1.5 Antena panel yang dipasangkan pada menara(data dari perusahaan Kathrein)

Telekomunikasi broadcasl (televisi dan radio), antena pemancar di-tempatkan di tengah-tengah wilayah yang akan disuplai dan antenayang dipergunakan antena omnidireksional. Jika antena pemancarterletak di pinggir wilayah penyuplaian, maka antena direksional-lahyang akan digunakan. Penggunaan antena pada aplikasi televisi men-dapat saingan dengan penggunaan "TV-cable", yang padanya diper-gunakan kabel-kabel yang menghubungi setiap rumah pelanggannya.Di sini tentu akan ada pemilihan mana yang lebih diprioritaskan. Te-tapi pada dasarnya jika jarak pemancar-penerima cukup jauh, makaantena akan lebih mungkin dipergunakan karena faktor atenuasi kabelyang cukup besar. Gambar 1.6 contoh antena aplikasi TV broadcast.Telekomunikasi hubungan gelombang mikro (microwave link system),

di sini dipergunakan antena direksional dengan gain yang sangat tinggi(beam width yang kecil), sehingga terbentuk hubungan komunikasiyang dinamakan point-to-point (gambar I .7).

c.

Antena: Prinsip dan Aplikasi

YG-053

Gambar 1.6 Kiri: qntena pemancar broadcast, kanan: antena Yagi

penerima broadcast TV

Gambar 1.7 Antena microwave link sebagai penghubung point to point

2. Radar

Antena merupakan pilihan satu-satunya untuk komunikasi dengan

benda bergerak. Di teknik radar, antenayangdipergunakan harus memilikibeamwidth yang sangat kecil, sehingga bisa membedakan objek satu

dengan yang lainnya (resolusi tinggi).

Pengenolan An,tena

Gambar 1.8 Antena pemandu rudal patriot

3. Astronomi Radio

Seperti juga halnya pada teknik radar, untuk aplikasi astronomipergunakan antena yang memp:unyai beamwidthyang sangat sempit.

Gambar 1.9 Arecibo Observotory, Puerto Rico

di-

I t.

8 'r 1"'i:,,-j .. ',:.

Anteno: Prinsip don Aplikasi Pengenalon Antena

1.3 JENIS.JENIS ANTENA

Buku ini memberikan prinsip dasar tentang antena, teknik perancang-

an dan aplikasinya. Walaupun akan ditekankan pada prinsip dasar setiap

antena dan aplikasinya, tetapi, bahkan untuk level pemula, kita tetap akan

bertemu dengan persamaan-persamaan Maxwell, perhitungannya dengan

vektor, diferensiasi dan integrasi (analisa vektor). Sebelum kita masuk ke

sana, di bagian dari bab ini kita akan berkenalan dahulu dengan jenis-jenis

antena yang ada, karakteristiknya dan kegunaannya.

Antena yang paling sederhana dan yang paling luas penggunaannya

adalah antena dipol. Antena dipol terdiri dariduabuah kawatyang terpisah

satu dengan lainnya (gambar 1.10a), yang pada fungsinya sebagai antena

pemancar, ia akan dihubungkan dengan sumber tegangan, dan pada fungsi

sebagai antena penerima, akan dihubungkan dengan beban.

Gambar l.l0 Antena dipol dan monopol di atas penghantar besar

Antena itu sendiri dianggap berfungsi secara resiprok, artinya, ka-

rakteristik dari antena satna apakah ia dipakai sebagai antena pemancar

ataupun sebagai antena penerima.

Antena dipol bersifat omnidireksional, artinya antena ini memancar-

kan energinya, pada suatu potongan bidang tertentu, sama rata ke semua

arah. Tidak ada arah yang diprioritaskan dalam penyuplaian energinya.

Tipe antena omnidireksional digunakan pada aplikasi TV/radio broadcast,

pemancar terletak di tengah-tengah wilayah penyuplaian. Dalam peneri-

maan sinyal, antena omnidireksional juga akan mendeteksi sinyal dari

semua arah di bidang potongan teisebut. sehingga antena jenis ini digu-nakan oleh sebuah alat penerima jika tidak diketahui dari arah mana sinyalradio datang

Dengan memanfaatkan bidang penghantar, dengan bantuan sebuahkawat yang berada vertikal di atasnya, kita bisa mendapatkan antena dipoldengan kawat bayangan (gambar l.lOb). Gambar 1.l r menunjukkan fotoantenna monopole, yang terbuat dari sebuah konektor tipe N, yang padapenghantar bagian dalamnya disolderkan kawat sepanjang 3 cm. Antenaini bekerja sangat bagus pada frekuensi 2,4 GHz.

Gambar l.ll Foto antena monopol

Di banyak sekali aplikasi teknis, seperti radar, sistem seluler, di-inginkan antena yang mengkonsentrasikan pancaran energinya pada suatuarah tertentu, sedangkan ke arah lain tidak diinginkan terjadinya penyu-plaian energi. Untuk mencapai tujuan ini, biasanya hanya sebuah antenadipole tidak bisa digunakan, karena antena dipol mempunyai karakteristikpancar yang omnidireksional. untuk mendapatkan suatu karakter peman_caran (yang disebut juga diagram radiasi/pancar) tertentu, dipergunakanbeberapa buah antena dipol yang disusun sedemikian rupa membentuk se-buah grup antena, atauanay.Ada bermacam-macam susunan array, misar-nyaanay satu dimensi /l-D (gambar l.l2).

10 Anteno: Prinsip dan AplikasiPengenalan Anteno

Gambar l.l3 Array dua dimensi (2D)

S=0o

lo=o.)-l

\.-\r\ 'i\-t,, ,_-----\

"\t\, '\\5);:-:'-\*=0" -\="

a) b) c)

lo=o.)'1.a.y I

i+itNli+)L./ v)

(

I

I

I

I

l./

Gambar 1.12 Array satu dimensi dengan antena dipol sebagaipenyusunnya

Array satu dimensi akan mempunyai diagram radiasi yang akanmengonsentrasikan energinya hanya ke satu arah sudut tertentu, misalnyahanya untuk sudut I atau g ffan-like radiation diagram). Supaya bisadidapatkan pengonsentrasian energi di dua arah sudutQtencil-like radiationdiagram) sering kali dipergunakan array dua dimensi, yang merupakanpengembangan array satu dimensi ke arah yang orthogonal dengannya,seperti terlihat di gambar 1.13.

Gambar f .i4 adalah foto aritenna Yagi yang sering dipergunakanpada aplikasi penerimaan TV di rumah. Aplikasi di gambar ini, antena

Yagi digunakan untuk jaringan komputer tanpa kabel (Wireless LocalArea Network/WLAIt). Perbedaan kedua aplikasi ini di samping terletakpada frekuensi kerjanya, juga pada polarisasi gelombang yang digunakan.Pada aplikasi TV, gelombang elektromagnetika berpolarisasi horizontal,sehingga elemen dipole harus terletak horizontal, sedangkan pada aplikasiWLAN, polarisasi yang dipergunakan vertikal, sehingga orientasi elemendipole juga harus vertikal.

Gambar l.l4 Antena Yagi dengan 9 elemen (satu driven elemen terlihatdengan konektor SMA, 7 director dan sebuah refiector melengkung)

Gambar 1.15 menunjukkan aplikasi array dua dimensi pada antenna

stasiun basis, yang mempunyai tujuan mendapatkan beamwidth yang lebihkecil di kedua bidang penting (bidang horizontal dan vertikal).

ittr-r-*1r i

12 Antena: Prinsip don Aplikasi Pengenalan Anteno 13

Flat panel antennas untuk frekuenst900 MHz 1800 MHz

Gambar L.lS Array 2D dengan elemen antena dipol pada antena stasiun

basis

Jenis antena yang menggunakan teknologi lain adalah antena hom,

yang bisa dilihat di gambar 1.16. Antena horn menggunakan teknologi

waveguide (pemandu gelombang yang berbentuk seperti pipa air).

Gambar l.16 Antena horn

Bagian tjung waveguide dibiarkan terbuka, sehingga diharapkan

gelombang yang merambat di dalam waveguide akan memancar di bukaan

itl (aperture). Untuk menjaga refleksi gelombang supaya tetap kecil, pada

bagian transisi waveguide-udara, bagian dat'^ waveguide diperlebar seperti

berbentuk corong, sehingga gelombang elektromagnetik yang merambat

di dalam waveguide menuju ruang bebas mengalami perubahan geometri

secara gradual.

Waveguide yangdiperbesar

Teknik lain dalam menggunakan waveguide sebagai antena adalah

dengan membuat slot (torehan/potongan/irisan) pada waveguide di bagian

badannya. Sehingga gelombang elektromagnetik bisa'merembes' keluardari waveguide dan merambat di udara. Gambar 1.17 adalah variasi slotantena dengan teknologi waveguide, yang sudah tersusun dalam bentukartay.

Slotpadabagian kiri digambar l.l7 harus dibuatmiring, seandainyategak tidak akan terjadi pemancaran yang efektif. Demikian juga slot pada

gambar bagian kanan, tidak dibuat tepat di tengah bidang, tetapi akan kearah pinggir, supaya pemancaran menjadi besar.

Gambar l.l7 Array dengan elemen dasar antena slot

Gambar 1.18 adalah salah satu contoh aplikasi penggunaan arraydari antena slot pada sistem radar. Di aplikasi ini, sekumpulan antena slotyang tersusun dalam array dua dimensi dipasangkan di hidung (nose) darisebuah pesawat tempur, sehingga antena ini akan memiliki beamwidthyang sangat tipis di dua bidang tersebut. Pancaran utama antenna ini bisadi-'steer' dengan cepat dengan bantuan phasa sinyal penyuplaian yang

divariasikan dengan bantuan prosesor sinyal digital. Radar pada pesawat

ini disebut j uga phased array radar.

Untuk lebih mengonsentrasikan energi ke suatu orientasi tertentu

seringkali dipergunakan reflektor sebagai tambahan untuk antena dipolataupun horn. Di gambar I . I 5 sudah kita lihat antena dipol yang ditempatkandi depan reflektor datar akan menghasilkan pemancaran secara dominanhanya ke arah depan, dan sangat sedikit ke arah belakangnya. Gambar 1.19

menunjukkan sebuah antena horn yang dikombinasikan dengan sebuah

reflektor parabola untuk menerima sinyal dari satelit.

waveguide

Antena: Prinsip dan Aplikosi

Gambar l.l8 Array dengan elemen antena slot pada hidung pesawat F'1 6 (http : //www. airforce-tec hno logy. com/proi ects/fl 6/index. htm l)

Gambar l.l9 Antena refiektor parabola

dibuat dengan teknologi yang berbeda dengan

adalah antena mikrostrip (gambar 1.20). AntenaJenis antena yang

kedua teknologi di atas,

Pengenolan Antena

ini terbuat dari sebuah substrate dielektrika yang mempunyai lapisan metal

di bawahnya dan di sebelah atasnya melalui proses etching atau litograhpydibentuk suatu form profil tertentu, yang disebut juga patch (di bawah

berupa segi empat denganfeed-nya).

Gambar 1.20 Antenna Mikrostrip tipefractal

Antena ini diterapkan misalnya untuk aplikasi-aplikasi yang me-

mentingkan aerodinamis dari suatu struktur, misalnya penggunaan antena

pada roket, pesawat terbang, dll.

Di buku ini, kita akan mempelajari bentuk dasar dari antena-antena

tersebut di atas, karakteristik pancarnya, kelebihannya, variasinya dan

aplikasi yang khas untuk setiap antena itu.

-oo0oo-

16 Antena: Prinsip don Aplikosi L".:, I'rrtih

Besaran Pentingpada Antena

Dalam melakukan penilaian pada sebuah antena digunakan besa-

ran-besaran penilai. Yang dengan bantuan besaran-besaran penting ini,kita bisa menentukan apakah suatu antena cocok dipakai pada aplikasiyang kita dalami.

Ada beberapa besaran penting sebagai karakteristik dari setiap an-

tena. Besaran-besaran penting dari setiap antena biasanya ditentukan pada

pengamatan medan jauh (far-field).

Berikut ditampilkan beberapa besaran-besaran karakteristik terse-

but:

Diagram radiasi : sebagai besaran yang menentukan ke arah sudut mana

sebuah antena memancarkan/mendistribusikan ener-

ginya.

Direktivitas D : besaran yang menyatakan perbandingan antara kera-

patan daya maksimal dengan kerapatan rata-rata.

Gain G : direktivitas dikurangi dengan kerugian pada antena.

Pada antena yang tak memiliki kerugian, G : D. Gain

menentukan seberapa besar sebuah antena memfokus-

kan energi pancarnya.

Polarisasi

Impedansi

Bandwidth

: menyatakan arah dan orientasi dari medan listrik da-

lam perambatannya dari antena pemancar.

: adalah impedansi masukan antena dilihat dari saluran

transmisi penghubungpemancar dan antena. lmpedansi

masukan antena harus mendekati nilai impedansi ge-

lombang saluran transmisi supaya tidak terjadi reflek-si.

Besaran lainnya yang dipakai untuk mengkuantifikasigelombang refleksi juga digunakan faktor refleksi atau

rasio gelombang tegangan berdiri (voltage standingwave ratioNSWR)

: lebar pita frekuensi, di interval ini kinerja antena ma-

sih sesuai dengan data-datayang diberikan.

2.1 DIAGRAM RADIASI

Diagram radiasi adalah besaran yang paling penting pada antena.

Diagram radiasi menggambarkan distribusi energi yang dipancarkan olehantena di ruang. Besaran ini diukur/dihitung pada medan jauh (far-field)dengan jarak yang konstan ke antena, dan divariasikan terhadap sudut,

biasanya sudut t} dan g. Sehingga bisa dibedakan antena-antena yang

mempunyai sifat pancar isotrop, yang hanya ada secara fiktif, antena

omnidireksional, yang bersifat isotrop hanya di suatu bidang potong

tertentu, dan antena direksional, yang bisa mengonsentrasikan energinyake arah sudut tertentu.

Gambar 2.1Diagram radiasi tiga dimensi dari antenna dipole

t8 Antena: Prinsip dan Aplikosi Besaran Penting poda Antena 19

Sinyal terima

- sama besar

Sinyal terimamengecil

Gambar 2.2 Diagram radiasi 2D dipole a) bidang horizontal b) bidangvertikal

Sebagai contoh yang sederhana adalah antena dipol yang diletakkandi sumbu asal dari sistem kordinat. Antena ini mempunyai diagram pancar

secara tiga dimensi seperti yang terlihat di gambar 2.1. Sebuah bentukkonsentrasi energi yang seperti bentuk donat.

Bentuk ini didapat dengan melakukan perhitungan atau pengukuran

di atas titik-titik pengamatan yang terletak di atas sebuah bola (fiktif) deng-an radius r. Jarak ini, r, harus cukup besar sehingga titik+itik ini berada dimedan jauh antena. Mengenai definisi medan jauh akan dibahas nanti, disini hanya diberikan batasannya, yaitu

2D2

1.(2.1)

D adalah dirnensi terbesar antena dan l, adalah panjang gelornbang

pada frekuensi yang digunakan. Diagram radiasi antena secara tiga dimensi

adalah diagram radiasi yang lengkap. Tetapi seringkali diagram radiasi 3D

tidak praktis digunakan. Sebagai pengganti, dipakai diagram radiasi 2D

yang didapat dari pengamatan di bidang-bidang utamanya, yaitu bidang

horizontal dan bidang vertikal.

Jika kita amati karakteristik radiasi dari antena ini pada bidang

horizontal (bidang HAI plane), maka kita akan memotong donat ini dengan

bidang xy, dan bidang yang terpotong berbentuk lingkaran (gambar 2.2a).

Dalam kordinat polar, artinya jika kita bergerak pada bidang horizontal

pada jarak yang konstan, maka kita akan mendapatkan energi yang sama,

ke sudut g manapun kita bergerak.

Gambar 2.3 mengilustrasikan proses penerimaan sinyal untuk kondisi

penerima yang bergerak di bidang horizontal (lingkaran a). Dengan hanya

memvariasikan sudut g tetapi jarak yang tidak berubah, akan didapatkan

sinyal yang sama.

antenapenerima

rFantenapemancar

t'i

' .':t

'i[ I9lt

f,

Gambar 2.3 Penerimaan sinyal pada jarakyang sama tetapi beda sudut

pada antena pemancar omnidirel<s ional

Tetapi jika kita amati pada bidang vertikal (bidang E/ E plane), kitapotong donat tersebut misalnya dengan bidangyz,makaakan kita dapatkan

bentuk seperti di gambar 2.2b). Dalam kordinat polar berarti, pada sudut

9:0'tak ada pancaran, dan dengan membesarnya $ akan membesar pula

kontribusi pancaran ke arah sudut itu, sampai mencapai maksimalnya

pada 9:90", kemudian mengecil, dan kembali nol pada 9=180". Gambar

Anteno: Prinsip dan AplikasiBesaron Penting pada Antena 21

2.3 lingkaran b) menunjukkan kondisi penerimaan tersebut. pada bidanghorizontal didapatkan penerimaan yang terbesar. Jika kita berpindah keatas atau ke bawah (level ketinggian berbeda dengan antenna pemancar),maka sinyal terima akan mengecil,

Di samping penggambaran secara polar, ada pula penggambaran se-cara kartesian. Di gambar 2.4 a) ditunjukkan pancaran di bidang horizontalyang konstan untuk semua arah 0'< S < 360". Sedangkan di bidang vertical(gambar 2.4b), pancaran utama ke arah $ = 90o. Ke arah atas dan bawahtidak ada pancaran, karena bernilai 0.

Gambar 2.4 a) Diagram radiasi horizontal antena omnidireksionalsecara kartesian, b) Diagram radiasi vertikal

Gambar 2.5 menunjukkan diagram radiasi dari sebuah antena di-reksional (direktif) secara kartesian, dengan sumbu horizontalnya meru-pakan sudut, misalnya <p. Didefinisikan di sini, tp: 0" adalah arah pancaran

utama, dan di gambar 2.5 bisa dilihat diagram radiasinya memiliki nilaimaksimum. Menjauh dari arah radiasi utama, pancaran antena mengecilsecara monoton, sehingga sampai pada suatu besar tertentu pancaran ener-gi ini bisa dianggap tak lagi memberikan kontribusi. Di dalam fisika ilanteknik didefinisikan suatu batasan, jika daya mengecil sampai ke 50% daridaya maksimalnya (atau 70,7%o dari intensitas listrik/magnetnya), makakita mendapatkan batas untuk wilayah efektif tersebut. Dan wilayah efek-

tif tersebut mempunyai Iebar pancar yang dibatasi oreh kedua sudut bataspada daya 50yo' rnterval ini disebut jugaiarf-power beamwidth (hpbw)atau secara singkat beamwidth.Daya/medan

t,.8

.6

.4

.2

0,

Gambar 2.5 Diagram radiasi anteno direksional (direktiflMakin menjauh dari radiasi utama (main robe\ pancaran antenamakin mengecil, dan sampai pada garis nol, yang artinyake arah suduttersebut tak ada pancaran energi sama sekari. sudut intervar yang dibatasioleh level nol ke nol ini disebut juga first null beamwidth (fnbw).Dan seperti yangjuga dihrnjukkan pada gamba r 2.5,pancarunenergi,dengan makin membesarnya sudut, ,"Ltuf, mencapai rninirnum lyaitulevel nol)' bisa kembari membesar dun ,,encrpai suatu (rokar) maksimum,maksimum ini disebut juga radiasi samping (side lobe).

Pada banyak sekali aprikasi antena, tinggi dari side robeini tidak bo_leh terlalu besar, sehingga harus ada perbandingan minimar tertentu antara

;f#*: pada main tobe dengan,",""*i,u, oriu'r;;;;:;;' ;:;;tak boleh

22Antena: Prinsip dan Aptikosi Besoron penting poda Antena

23

pada sudut tepat bertorak berakang pada sudut arah pancaran utama/

ff;:r';:;;ita dapatkan arah vang dina'makan u.ut pur.r"r, o.,"u"n*

2.2 DIREKTIVITAS DAN GAINKarakteristik nannr, enra6^ r:i,^

.n e t d),,",* *.,, ;*Tffi lTx"flJffi ,H

ffff fffl##,^ffi_:ffi|,j,llTkan

mendapatkan medar ,"o,u rur* r"*rur.u,iingri au.i

E = E(s,e)(2.2)

dan medan magnet yang juga merupakan fungsi dari kedua sudut tersebut,11= A(6,*;

keduanya saling terkait, safu dengan

r(rr,p)= lr(,r,,p)Z

lainnya sesuai dengan

2,, adalahnnnedansrgelombangruangbebas,den gan Zo = JiJ; =120nohm' Persamaan Q'4) *.*b.Ikunil;;;*., proporsiona I antaramedanmagnet dan medan ristrik, tetapi secara vektor keduanya saring tegak lurussatu dengan lainnya' Lebih lengkaprru utun dibahas ai uuu u]riturnvu.

Di bab pembahasan dasar erektromagnetika nanti juga akan ditu-runkan besaran lain yaitu vektor ,rr"iirg (kerapatan daya), yang secarasingkatnya di sini dituliskan dengan ! ---"a

(2.3)

(2.4)

(2.s)s(o,e)=

);0,(o,e1a,.Vektor poynting menggambarkan aliran daya, yangpada rumusdi. atas mempunyai arah radiai tetua, Ouri

sebagai r,ng.i ou.r J o*,p. seaaneku*#ffi:":ilffiT:Tffi n#dengan perhitungan integrasi r;;;;;antena pemancar itu. tertutup yang menyelubungi

r, = ff,i(s,g) ,6A

Kerapatan daya S(9,<p) di suatu tempat menggambarkan potensi daya

elektromagnetika yang bisa diterima. Tugas dari perancang antena adalah

meletakkan sebuah antena dengan luasan efektif tertentu A"rn sehingga

didapatkandayaterimaminimalyangbisadikirimkankeelektronikapenerima (Pr:S A"u).

Berikut ini diamati aliran pengiriman daya untuk antena isotrop dan

antena direksional.

Antena isotrop mempunyai intensitas pancar yang sama merata ke

semua arah, jadi persamaan (2.2) menjadi

E(o,q)= Eo = konstan

Pancaran energi Yang merata

bola di gambar2.6.

(2.6)

(2.7)

ini divisualisasikan dengan sebuah

Bolaselubungfikrif

Gambar 2.6 Pancaran energi pada antenna isotrop

Dengan mengintegrasikan kerapatan daya terhadap permukaan bola

didapat daya total yang dipancarkan dan dengan persamaan (2'7)

", =

fl S(o,q ). aa = *qo f,e)da = |a: $a'

Dengan luas permukaan bola 4nf ,maka

,,=*4+*'

24 Antenoi PrinsiP dan APlikosi Besoron Penting podo Anteno 25

r dipilih bebas, tetapi pengamatan harus berada di far-field dari antena,

atau r >> 1,.

lika Prdiberikan, kita bisa menghitung d di setiap jarak titik peng-

amatan dari antena

(2.8)

Antena direksional mengkonsentrasikan energi ke suatu arah

tertentu. Jika dipergunakan daya pancar yang sama seperti pada antena

isotrop, maka akan didapati perbandingan medan listrilc/magnet antara

antena isotrop dan antena direksional seperti ditunjukkan di gambar 2.7.

',=ff- !

l[*il 1magnet

Gambar 2.7 Perbandingan distribusi medan listrik pada antena isotrop

dan direksional

Pada arah-arah tertentu, antena direksional mengirimkan intensitas

yang jauh lebih besar dibandingkan dengan yang dikirim oleh antena

isotrop, dan pada arah yang lain intensitasnyajauh lebih kecil dibandingkan

oleh antena isotrop. Jadi antena direksional mengalokasikan energi secara

berbeda pada setiap sudut pancarnya.

Untuk mengkuantifikasikan kemampuan pengalokasian energi ini,didefinisikan perbandingan kerapatan daya dari antena direksional terha-

dap kerapatan daya antena isotrop sebagai fungsi direktivitas D(S,g) dari

antena direksional itu, yaitu

, .rr(o,.p)D(o,q)= +

" _-'

It22" u

Sehingga didapatkan

D(o,q)=tryl (2.e\

Karakteristik antena direksional yang menggambarkan seberapa

besar energi dikonsentrasikan pada arah tertentu itu dinamakan direktivitas

Do, dengan definisi

p, = (D(o,q)),"^ (2.10)

Dan gain dari antena didefinisikan dengan bantuan efisiensi dari antena ,

Go =\Do Q'll)

Dengan bantuan persamaan (2.9) dan (2.8) intensitas listrik antena

direksional bisa dituliskan dengan:

E(o,q)= Wr@d +(2.12)

Dengan fungsi gain G(o,q)= ED(o,q) dan dengan c(o,q)= G, g(8,e),yang mana g(O,q) adalah fungsi gain ter-norm dengan nilai maksimalnya l.

Maka dengan efisiensi E: l, medan listrik antena direksional bisa

dituliskan dengan

(2.r3)

Gain dari sebuah antenna Go hanya berlaku pada satu arah pancaran

tertentu yang disebut dengan pancaran utama (main beam). Jika pada

aplikasinya, antena tidak diorientasikan (di-pointing) dengan pancaran

E(o,,p)= ffWn t

Antena; Prinsip don Aplikasi 27

utamanya ke penerima, maka didapatkan nilai fungsi gain G(,g,g) yanglebih kecil dari G .

Contoh 2.1:

Diberikan diagram radiasi dari sebuah antena (Kathrein typ 7394l gr)dalam skala logaritma (dB)

-3003060 120 150 180 210 240 270 3oo 330 36(

Tentukanlah masing-masing untuk bidang E dan bidang H:a. Holf-power beam width (hpbw)b. First-null beam width (fnbw)c. Peredaman energi pada pancaran samping ke-satu (first side lobe

isolation)

d. Peredaman energi pada pancaran belakang (back tobe isolation)

Jawab:

a. hpbw ditentukan pada saat intensitas medan menjadi 0.707 pada skalalinier dan skala logaritma pada 20 log 0.707:-3 dB. Dari gambar dibawah kita dapatkan:

E plane: sekitar 10.

H plane: sekitar 90o

1. www.kathrein.de

Besaron Penting poda Antena

b. fnbw : E plane sekitar 15'dan tak ada pada H plane

c. Peredaman side lobe pertama pada E plane sekitar 13 dB, dan tak ada

side lobepada H plane

d. Isolasi back lobe pada E plane sekitar 23 dB dan pada H plane sekitar

22 dB.

-3 dB

120 150 180 210 240

Contoh 2.2:

Diberikan intensitas medan listrik dari sebuah antena

dan03'g5L.2

a. Hitunglah half-power beam width (hpbw) pada bidang E dan bidang

H

b. Tentukanlah first-null beam width (fnbw) di kedua bidang

c. Tentukanlah fungsi direktivitasnya dan direktivitasnya serta gain-nya

jika efisiensi dari antena itu 85%

270 300 330 36(

28 Antena: Prinsip dan Aplikasi29

.lawab:

a. Dengan persamaan (2.5)

s@,q)= )- n'(o,q)a, = );22..1(.cost) .)ra,= K.coso \a,

[r(n,*)L". terjadi pada O = 0', dan definisi hpbw adalah

s(s,e)= j[r{n,*[,"..

Pada bidang E (fungsi dari $): terjadi pada saat cos0 = 0.5, atau

pada O : 600'sehingga hpbw:2 600: l20o

Pada bidang FI (fungsi dari g): karena fuirgsi di atas bukan merupakan

fungsi dari rp maka tak ada hpbw untuk bidang H, antena bersifat

omnidireksional.

b. Pada bidang E: radiasi nol pada saat coS$ = 0, atau pada r} : 900,

sehingga fnbw:2 '900: l80o

Pada bidang H: kembali karena fungsi di atas bukan merupakan fungsi

dari q maka tak ada fnbw untuk bidang H.

c. Dari definisi fungsi direktivitas di persamaan (2.9)

o(*,<p)=[+3J'J',

=^@!yangmana{bisadihitung dengan E" \ Zn r

Pradalahdaya pancar total yang bisa dihitung dengan persamaan (2.6)

dan dengan elemen luas dalam kordinat bola

dd=-r2 sin0.d$.dg.d,2Inl2 ,

r, = ffS(s,s).

aa = r. I, ! *'n. iu,.,' sins. d,. ds. de

Pr = K {or' Io'*'s'sins' ds = K' 2"' r'

Besoran Penting pada Antena

' lo'sn

zs d s = K rl- l*, zsl,","

Pr = K'n

-E'4 Lo'-tWl,12r

22, . K..os8"-fD (O,q)= gf.Tt- = 4'coso

2r'D,, = [D(,],g)},. = [+. cos0[ o* = 4 (Direktivitas)

dan gain G, =\'Do = 0,85 .4:3,2

2.3 POLARISASI

Fotarisasi dari sebuah antena menginf<lrmasikan ke arah mana me-

dan listrik memiliki orientasi dalam peramhatannya.

Ada dua macam polarisasi:

l. Polarisasi linier

Pada polarisasi linier, arah medan listrik tidak berubah dengan wak-

tu, yang benrbah hanya orientasinya saja (positif-negatif)'

Garnbar 2.8 rnenunjukkan sebuah gelornbang yang merniliki polari-

sasi linier yang vertikal. Medan listrik terletak secara vertikal. Di gambar

itu, arah medan listrik selalu menunjuk ke arah sumbu x positif atau negatif

clan arah medan magnet-nya selalu ke sumbu y positif atau negatif'

Gambar 2.8 Polarisasi linier (ke arah x/vertikal)

30 Antena: PrinsiP dan APlikosi Besoron Penting pada Antena 3t

Polarisasi linier vertikal bisa dihasilkan dengan antena dipole yang

vertikal. Gelombang yang memiliki polarisasi linier vertikal ini juga harus

diterima dengan antena yang bisa menghasilkan polarisasi vertikal. An-tena horn dan antena reflektor juga menghasilkan polarisasi vertikal sesuai

dengan peletakannya. Jika bidang lebar didatarkan, maka akan dihasilkan

poladsasi vertikal. Jika bidang lebarnya didirikan, akan didapatkan polari-

sasi linier horizontal (medan listrik terletak horizontal)"

Aplikasi pemancar radio AM dan telepon seluler menggunakan ge-

lombang yang dihasilkan dengan polarisasi vertikal, sedangkan aplikasi

televisi menggunakan polarisasi horizontal.

2. Polarisasi Eliptis

Berbeda dengan polarisasi linier, pada gelombang yang mempunyai

polarisasi eliptis, dengan berjalannya waktu dan perambatan, medan listrikdari gelombang itu melakukan putaran dengan ujung panah-panahnya ter-

letak pada sebuah per-mukaan silinder dengan penampang elips.

Pada kasus tertentu panjang sumbu utama dari penampang elips ter-

sebut sama, sehingga berbentuk lingkaran. Gambar 2.9 menunjukkan ori-

entasi dari medan listrik yang terpolarisasi eliptis.

Polarisasi eliptis digunakan dengan tujuan mengantisipasi kemung-

kinan penerimaan sinyai yang tidak diketahui polarisasinya. Pada apli-

kasi satelit, sinyal akan mengalami depolarisasi ketika menembus awan.

Polarisasi gelombang akan berubah ke arah yang tidak bisa diprediksikan.

Bagi gelombang berpolarisasi eliptis hal ini tidak berpengaruh. Juga pada

aplikasi Radio Frequency ldentification (RFID) biasanya petnancar/ reader

menggunakan antena yang berfrekuensi eliptis (circular) untuk menganti-

sipasi posisi dan orientasi bebas dari tag yang harus dideteksinya.

Antena helix (spiral) adalah contoh antena yang menghasilkan ge-

lombang berpolarisasi eliptis. Dua buah antena dipole yang diletakan sa-

ling tegak lurus dan arus/tegangan yang mencatunya berbeda phasa 90o

juga menghasilkan polarisasi eliptis ini.

Gambar 2.9 Polarisasi eliptis

Contoh 2.3

Struktur antena dipole yang diletakan saling tegak lurus satu dengan

lainnya digunakan sebagai antena pemancar. Sistem pencatunya terdiri

dari pembagi daya (splitter\ yang mengirim daya P, ke antena I melalui

penggeser phasa Qthase shifter) sebesar <p, dan daya P, ke antenna 2.

Tentukanlah polarisasi dari sistem antena di atas untuk kasus-kasus berikut

ini

(a) P, : P, Pr:0(b) P, : Pr,9:0(c) P, : ll3P,Pr:213 P, g : 0

(d) P, : P, q:90o

32 Antena: Prinsip dan AplikosiBesaran Penting pado Antena 33

(e) P, : Pr, g: -90"

(0 P,- 1t3 P, Pr:213P,<p:99,

Jawab:

(a) Dengan mengandaikan tak terjadinya induksi pada antena 2, hanyaantena I yang dialiri arus listrik, sehingga akan terbentuk gelombangyang berpolarisasi horizontal.

Untuk kasus kebalikannya P, : 0 dan F, : P, akan terbentuk gelombang

dengan polarisasi vertikal.

(b) P, : Pr, g:0: arus yang mencatu antena memiliki amplitude dan phasa

yang sama. Membesar dan mengecil pada waktu yang bersamaan,

tetapi memberikan arah vektor medan listrik masing-masins ke arah ydan x, sehingga terbentuk polarisasi 45,,. Diilustrasikan di gambar cli

bawah ini sebelah kiri.

F, : l/3 P, F, : 2/3 P, rq:0Seperti kasus di atas, tetapi anterura 2 mendapatkan amplitudo arus

lebih dari antena 1, yaitu dengan faktor 16, sehingga komponen xdari medan listrik lebih besar dengan faktor tersebut dibandingkandengan komponen y. Polarisasi gelombang yang tebentuk membuatsudut 35,2o.

P, : Pr, g:90'Arus pencatu untuk kedua antena sama, tetapi antenna I terlambat 90"

dibandingkan dengan antena 2. Jika antena 2 memiliki bentuk arus

sinus, maka antena I memiliki bentuk arus cosinus. Demikian jugamedan listrik yang dihasilkannya.

(c)

(d)

(e)

Gambar di barvah ini menunjukkan arus yang terbentuk pada kedua

antenna yang akan menghasilkan komponen medan listrik sesuai

dengan orientasi antena-antena tersebut. Pada F0 didapatkan medan

listrik ke arah y maksimal dan komponen x bernilai nol. Dengan

berjalannya waktu (membesarnya variabel t) komponen y dari medan

listrik mengecil, komponen x membesar sampai ke maksimal pada

saat t : T/4, yang pada saat itu komponen y menjadi nol.

Pada interval waktu Tl4 < t <T/2, komponen x mengecil menuju nol,

sedangkan komponen y membesar kembali, tetapi ke arah negatif. Hal

ini divisualisasikan oleh gambar orientasi medan listrik di bawah ini.Dari gambar bisa diambil kesimpulan polarisasi yang terbentuk adalah

sirkular (sebagai kasus khusus dari eliptis) ke kiri, karena putaran

orientasinya ke kiri dilihat dari arah perambatan gelombang.

P, : Pr, g: -90'Merupakan pertukaran kasus d). Antena I rnerniliki arus pencafu

berbentuk sinus, dan antena 2 berbentuk kosinus. Sehingga yang ter-

bentuk nantinya adalah polarisasi sirkular ke kanan.

Ant I

34 Anteno: Prinsip don Aplikosi Besaran Penting pada Anteno 35

(t) P, : 113 P, Pr:2t3P,q:99"

Polarisasi yang terbentuk eliptis ke kiri.

2.4 IMPEDANSI MASUKAN' lmpedansi masukan didefinisikan sebagai impedansi yang diberikan

oleh antena kepada rangkaian di luar, pada suatu titik acuan tertentu. Se-perti divisualisasikan pada gambar 2.10, saluran transmisi penghubungyang dipasangkan antena, akan melihat antena tersebut sebagai beban deng-an impedansi beban sebesar Z,^.

Impedansi ini merupakan perbandingan tegangan dan arus atauperbandingan komponen medan listrik dan medan magnet yang sesuai

dengan orientasinya.

Impedansi masukan penting untuk pencapaian kondisi matchingpada saat antena dihubungkan dengan sumber tegangan, sehingga semua

sinyal yang dikirirn ke antena akan terpancarkan" Atau pada antena pe-nerima, jika kondisi matching tercapai, energi yang ditenma antena akanbisa dikirimkan ke receiver.

HqI

EnV

Gambar 2.10 Antena sebagai beban dari rangkaian sebelumnya

Prinsip penyesuaian impedansi dan efek dari ketidaksesuaian (zrs-matching\ beserta akibatnya berupa refleksi secara detail bisa dipelajari

di [MA09]. Di sini hanya akan diambil beberapa besaran penting dan

maknanya.

Kondisibeban dengan

transmisi dengan impedansi

refleksi sebesar

---Z,r- Zu

Z +Zlno

t-lrl

impedansi Z,,yan9 dipasangkan pada saluran

gelombang sebesar Zo akan mengakibatkan

(2.16)

(2.14)

Yang secara logaritma bisa dihitung dengan

rau =2olodrl (2.1s)

Selain dari itu dalam mengkuantifikasikan besaran refleksi, bisa di-

gunakan rasio gelombang tegangan berdiri (Voltage Standing Wave Ratiol

VSWR) dengan hubungan

VSWR =t+lrl

Dalam aplikasinya sebuah antena sering dianggap telah merni-

liki kinerja refleksi yang bagus jika fuktor refleksinya raa I - l0dB atau

l"l<O,f t6 (10 ?i, energinya direfleksikan kembali ke pemancar) dan

vswR < 1,92.

iirl lr23

FGk'FnsilGHzl45

36 Anteno: Prinsip dan Aplikasi Besaran Penting pada Anteno 37

Gambar 2.1 I menunjukkan hasil pengukuran faktor refleksi sebuah

:rutcrrir monopole yang dirancang pada frekuensi 2,45 GHz. VSWR dari

,urtcna ini ditampilkan pada gambar 2.l2.Ketiga gambar ini ekuivalen dan

l,isa saling dihitung satu dengan lainnya dengan menggunakan persamaan-

l)crsarnaan (2.15) dan (2.16).

Frekuensi [GHz]

Gambar 2.12 Rasio gelombang tegangon berdiri (voltage standing wave

ratio)

2.5 LEBAR PITA KERJA ANTENNA (BANDWIDTH)

Bandwidth sebuah antena didefinisikan sebagai interval frekuensi,

di dalamnya antena bekerja sesuai dengan yang ditetapkan oleh spesifikasi

yang diberikan. Spesifikasi tersebut meliputi: diagram radiasi, tinggi dari

,side lobe, gain, polarisasi, impedansi masukar/faktor refleksi seperti yang

teiah diterangkan pada bagian sebelumnya.

Di gambar 2.11 dan 2.12 telah ditunjukkan contoh bandtvidth dari

sebuah antena yang didefinisikan berdasarkan level faktor refleksi atau

VSWR yang harus dipenuhi sesuai dengan spesifikasi yang diberikan. Di

aplikasi tersebut terlihat bandwidth sekitar 350 MHz, yang bisa dikatakan

cukup lebar.

Gambar 2.13 menunjukkan faktor refleksi dan vSWR untuk suatuantena yang memiliki interval kerja dari 1,3 GHz sampai 6 GHz, ataudengan bandwidth sekitar 4,7 GHz. Antena tipe ini dikenal dengan namaantena u I traw ideb arzd (UWB).

fi,0'lIII

F€kreBi lGHTl

,ri

Gambar 2.13 Kiri: faktor refieksi antena ultrawideband Kanan: vsn/Rantena ultrawideband

2.6 DATASHEET ANTENA

Berikut ini dilarnpirkan sebuah datasheet dua buah antena dari pe-rusahaan Kathrein.

Eurocell Panel T-ad6-lVertical Polarization f-rr-lHalf-power Beam Width l--6s"*l

llNTHrlEINAntennon ' Eloclronlc

s0 wat (at50 rc ffibrmt b@oratus)

VPol PanC 900 65' lTdEli 9.7

737 547870 - S0 MHz

1/dBrHalfewerb6am widlh H9lano'65"

Eolane 8 5'

(2x{3 ffi 6der)

9kg

u0 N lat 150 [dh)200 kdh

J8 Antena: Prinsip don Aplikosi Besoron Penting poda Antena 39

-<-T--x.1 ,{ t,--4",r/lL \'ir0,x*ffi\tf,j/,#.A/\ l,/\a/ /\r\Thz- \r'\

L,l---+*<++t\A-XS{Iv-tj-v/

\L-l

-oo0oo-

Persamaan MaxweIIdan Solttsinga Pada

Antena Kecil

3.1 PERSAMAAN MAXWELL

Dalam melakukan pengamatan yang serius dan tepat terhadap suatu

masalah dan fenomena di disiplin ilmu elektromagnetika, tidaklah lengkap

dan benar, jika tidak membahas dan menggUnakan persamaan-persamaan

Maxwell. Persamaan (3.1) sampai (3.4) adalah persamaan Maxwell untuk

sinyal harmonis (sinus) dalam bentuk integral,

$n al = ll?"+ 1ofi) aSr(s) s

{E ai =-ffV-+ lr|l aSr(s) s

ffb as = IIIp"o,S(r') Y

ffE as=lJIp^a,

(3.1)

(3.2)

(3.3)

(3.4)

s(z) v

Sedangkan (3.5) sampai (3.8) untuk sinyal harmonis dalam bentuk

diferensial,

YxH =j"+ jatD (3.5)

VxE --J,- jaE

Y-D=p"

Y.E=p.

(3.6)

(3.7)

(3.8)

Kedua himpunan persamaan di atas ekuivalen, persamaan (3.5)

sampai (3.8) digunakan untuk pengamatan di setiap titik posisi, sedangkan

persamaan (3. I ) sampai (3.4) menggambarkan f'enomena elektromagnetika

secara global pada suatu wilayah luas atau wilayah volume.

Persamaan-persamaan Maxrvell dihasilkan dari suatu perjalanan riset

yang panjang, yang merupakan kombinasi dari eksperimen-eksperimen dan

formulasi matematika. Persamaan Maxwell didapatkan dari eksperimen

yang dilakukan oleh Coulomb, Ampere, Oerstedt, Lenz,Faraday dan yang

lainnya. Operasi vektor seperti curl, divergensi dan gradient, serta integral

volume, integral permukaan tertutup dan terbuka serta integral garis

tertutup dan terbuka merupakan hasil kajian dari disiplin ilmu matematika,

khususnya analisa vektor.

Di dalam persamaan Maxwell, besaran J. lk"rupatan arus magnetis)

dan p - (muatan volume magnetis), adalah besaran fiktifyang ditambahkan

supaya persamaan Maxwell menjadi simetris dan lebih mudah untuk

diproses. Dalam menjelaskan fenomena yang terjadi, persamaan Maxwelldalam bentuk integral dapat membantu pemahaman lebih jelas.

Persamaan (3.1) menerangkan hukum Ampere, yang fenomenanya

pertama kali ditemukan oleh Oerstedt. Arus listrik , " = IIi ".tlS ,

yang

mengalir di dalam sebuah kawat, rnembangkitkan medan magnet, seperti

ditampilkan di gambar 3.1a.

Medan magnet tersebut berputar mengelilingi sumber, arus listrik di

dalam kawat, yang menghasilkannya. Jika kita amati gambar 3.1.b yang

menunjukkan kawat yang terpotong, yang membentuk struktur kapasitor.

Di ruang antara kedua elektroda, yang diandaikan terbuat dari isolator ideal

(dielektrika tanpa kerugian), tidak ada arus listrik. Tetapi, pengamatan

menunjukkan terbentuk juga di sana medan magnet, yang juga berputar

Anteno: Prinsip dan Aplikasi Persamoan l{ioxwell dan Solusinya pado Antena Kecil 43

rrrerrgclilingi ruang hampa tersebut. Maxwell melengkapi mmus yang

tliturunkan oleh Ampere, dengan memasukkan term ke dua di sisi sebelah

k;rrnn persamaan (3.1), bahwa di sana terdapat kerapatan arus yang juga

rrrcrubangkitkan medan irtagnet. Jenis kerapatan arus ini berbeda dengan

v;urg rnengalir di kawat. Besaran ini adalah kerapatan fluks elektris yang

l,t.rrrbah dengan waktu. Pada sinyal konstan tidak akan terbentuk medan

rnugnet di sana.

a) b)

Camtrar 3.1 a). Medan magnet akibat aliran orus listrik di sepanjang

kowat b). Medan magnet pada kawat yang terpotong (celah membentuk

kapasitor).

Gambar 3.2 Bukti berlakunya httkum kontinuitas arus

Keberadaan kerapatan fluks elektris yang berubah dcngan waktu

ini juga membuktikan tetap berlakunya hukum kontinuitas arus (hukum

Kirchhoff arus). Dengan membentuk divergen dari persamaan (3.5)

didapatkan

v &xfr>v.i"+iov.D

Sisi kiri persamaan di atas menurut analisa vektor pasti bernilai nol,sedangkan term ke dua di sebelah kanan bisa digantikan dengan persamaan(3.7), menjadi

0=V.J"+ jap,,atau

Y-J" =- jap" (3.9)

Persamaan (3.9) disebut juga persamaan kontinuitas arus elektris(KCL, Kirchhoff Current Law).

Persamaan (3.2) diturunkan oleh Faraday ketika melakukan penga-matan proses induksi, terbentuknya tegangan (integrasi medan listrik se-panjang garis) akibat perubahan medan magnctis induksi B (di sebut jugakerapatan fluks magnetis), atau lebih tepatnya perubahan fluks magnetis.

Jadi persamaan (3.1) dan (3.2) saling komplementer. Persarnaan(3.1) menerangkan, medan listrik menghasilkan medan magnet, sedang

persamaan (3.2) menerangkan, medan magnet menghasilkan medan lis-trik. Kedua medan ini membentuk medan elektromagnetika, yang salingmembangkitkan satu dari lainnya sehingga memungkinkan terjadi peram-batan gelombang.

Persamaan (3.3) dan (3.4) melengkapi persamaan Maxwell, denganmenerangkan, bahwa penyebab medan listrik adalah muatan listrik, sedangpenyebab medan magnet adalah muatan magnetis.

Kedua himpunan persamaan di atas dilengkapi dengan hubunganmaterial, yang di sini dibatasi hanya untuk material linier dan isotrop,

D =eE

B=lLH

(3. l0)

(3.1 1)

yang mana t =t,t. dan p=p,F, . e, adalah permitivitas ruanghampa, yang besarnya 8.854x10a2 Flm, €. adalah permitivitas relatifsetiap materi dibandingkan dengan ruang hampa. p, adalah permeabilitasruang hampa, bernilai 1"257x10-6 Hlm, 1L, adalah permeabilitas relatifmateri dibandingkan dengan ruang hampa. Dengan to dan p, kita bisa

Antena: Prinsip dan Aplikasi '' 45tI

,t

!l

it

rncndapatkan kecepatan cahaya, c:v l{,1t =2.9975x108 m/s, atau

scring dibulatkan menjadi 3x108 m/s.

Dalam menggunakan persamaan-persamaan Maxwell di atas, di

srrrnping hubungan materiat, kita masih memerlukan informasi mengenai

kondisi batas, yang dengannya persamaan diferensial yang akan muncul

rrrnti, tersolusikan secara unique. Di sini akan kita batasi hanya pada dua

kasus, yaitu, kasus bidang batas antara dua buah ruang dielektrika (gambar

3.3a), yang menghasilkan hubungan-hubungan, kerapatan fluks listrik dan

rnagnet memiliki komponen normal (tegak lurus terhadap bidang batas)

yang kontinuitas.

Dnt = Drz

Brt = Bnz

Medan listrik dan magnet memiliki komponen tangensial (yang

terletak pada bidang batas) yang kontinuitas

E,r= E,z

H,r= H,z

Kasus ke dua adalah bidang batas yang dibentuk oleh dielektrika dan

penghantar ideal (gambar 3.3b), yang menghasilkan hubungan-hubungan,

kerapatan fluks listrik berkomponen normal menghasilkan kerapatan

muatan di atas permukaan penghantar

Dnt = P,

Kerapatan fluks magnetis nol di kedua ruang (di bidang batas),

B,r=B,r=0

Medan listrik tangensial nol di permukaan kedua ruang

Eu= E,r=0

Persamaan firiaxwell dan Solusinyo podo Antena l,Geil*iI

l

Dan medan magnet tangensial menghasilkan arus listrik permukaan di ataspenghantar ideal,

Hu=J"

B,t

D,2

Wayah Iet, Ft

Bil=Bd2=0

Da=0

D1= nualan permakaaa

Wilayah I6r , lttBot =

Drt:

a) b)

Gambar 3.3 Kondisi bidang batos untuk a). Dua witayah dierektrikab). Dielektrika berbatasan dengan metal ideal

3.2 POTENSIAL VEKTOR DAN SKALARDalam mencari sorusi dari persamaan Maxweil, seringkali kita

kesulitanjika langsung menggunakan besaran-besaran medan di persamaantersebut. Potensial vektor dan skalar diperkenalkan sebagai alat bantu untukmempermudah pencarian solusi persamaan Maxwell.

Besaran-besaran potensial ini bersifat fiktif tidak memiliki maknafisika secara langsung, tetapi mempunyai makna matematika. Gambar3.4 menunjukkan bagan proses penentuan medan elektromagnetika, jikasumber elektris dan magnetis diketahui. penentuan medan langsung darisumber membutuhkan perhitunganyangsangat rumit. Dengan terlebih da-hulu menentukan potensial-potensial, dan darinya dihitung medan elektro-magnetika, kesulitan tersebut bisa direduksi secara signifikan. Terutamaimplementasi numeris dari prosedur ini menunjukkan kondisi tersebut. Dibagian berikut ini, kita akan menampilkan potensial-potensial yang dihasil_

lffi wuwnz

fi E,,=6r=6 Metslideal

Z n,,=o Vl.?it='-,,t.rmukaon %'///ttt7777arrrr." '

46 Anteno: Prinsip don Aptikasi Persamaan fuloxwell dan Solusinya pado Anteno Kecil 47

kan dari sumber-sumber elektris dan magnetis tersebut, yang pengamatan-

nya akan dilakukan secara terpisah, dan setelah ini dikombinasikan untuk

kasus, jika semua besaran tersedia.

sumber sangat sulit (I)Besoran medan

Gambar 3.4 Potensial vektor dan skalar sebagai besaranfiHif pembantu

3.2.1 Potensial vektor magnetis dan potensial skalar elektris

Pertama-tama diamati kasus tidak adanya sumber magnetis (i , = 0 ,p. = 0 ), sehingga persamaan (3.5), (3.6) dan (3.8) menjadi

YxFt = j"+ jtr'Dy xE = _i:oil

V.E=0

Karena divergen dari curl selalu bernilai nol (dari analisa vektor),

maka medan magnet induksi di persamaan (3.1a) bisa dituliskan sebagai

hasil curl dari suatu vektor yang tak dikenal I ,

E =y x) (3.15)

Dengan mengganti medan magnet induksi di persamaan (3.13)

dengan persamaan (3. 15), didapatkan

yxE =-iai =-7oyxZ = v"@ + irl)o

(3.12)

(3.13)

(3.14)

Dari matematika juga dikenal curl dari gradien selalu bernilai nol,maka argumen dari persamaan terakhir di atas bisa dinyatakan sebagai

gradien dari suatu skalar yang tidak dikenal rp,

E + i atl - -Y e,, atau dituliskan juga dengan

E =_j@A_Vg, (3. l6)

Sampai di sini kita telah mendefinikan dua buah besaran, secara

murni dari matematika, dan kita tidak bermaksud untuk mencari makna

fisika dari besaran-besaran tersebut. 2 disebut juga potensial vektormagnetis dan g" disebut potensial skalar elektris. Jika keduanya

diketahui, maka dengan persamaan (3.15) dan (3.16) bisa dihitung medanelektromagnetikanya. Step II2 di gambar 3.4 telah kita dapatkan.

Sekarang bagaimana menghubungkan sumber dengan potensial?

Kita ambil persamaan (3.12), yang dengan persamaan (3.10) dan

(3.11) menjadi ( p konstan)

l-:VxB =J"+ jtuileEp

dengan menggunakan persamaan (3.15) dan (3.16), didapatkan

v "

(v "

))= vi "+ yroep(- 7ro 7 -v q

")/ -\v(v . 7)- v2 tr = i "

+ a2 elri- i<oepVg,

v2 tr + a2 qrl= -pi " *o(o. ; + yrep.p, ) (3.17)

Dalam melakukan pendefinisian terhadap e,, telah dilakukanpembentukan gradien dari potensial skalar itu, dan ini telah cukup menurutteorema Helmholtz. Sedangkan untuk l, baru dilakukan pembentukan

curl. Sebagai pelengkap juga harus dilakukan perhitungan divergen dari

vektor A. Karena vektor ini bebas dipilih, maka dibentuklah divergenyang akan mempermudah persamaan (3.17), yaitu

(3.18)

48

Y.A=-,rorpq"

Antena: Prinsip dan Aplikasi 19

Persamaan (3.18) disebut juga kondisi Lorentz (Lorentz condilion/

auge).

t)cngan demikian dari persamaan (3.17) didapatkan

Y'7+a'eP4=-VJ"

Sebagai dasar dari perhitungan potensial vektor magnetis A, jika

arus listrik diberikan.

l)engan menggunakan(3.7), (3.10) dan (3.16) didapat

v .D = e" + ey .E = p" = rv (- iatr-vq")= p"

Dengan kondisi Lorentz, persamaan (3. I 8) menj adi

.rov. A+Y'<p"=-y = rrl'ePQ, +V'9, =-yAtau

Y'g, +lo'e4q" = -?Persamaan (3.20) ini adalah penghubung antara sumber elekhis

dengan potensial skalar elektris.

3.2.2 Potensial vektor elektris dan potensial skalar magnetis

Dengan mengambil kasus komplementar dari sub 3.2.1, yaitu tidak

adanya sumber elektris (j "

=0 ,Pn =0), persamaan (3'5)' (3'6) dan (3'7)

menjadiyxfr=itl,DvxE-*i,,-ji.l'iV'D=0

Dengan melakukan proses yang analog, dengan mendefinisikan

D =-! xFfr=-jtr,F-Vg.

Persamoan Moxwell dan Solusinyo poda Antena Kecilil

(3.1e)

(3.20)

(3.21)

{3.22)

(3.23)

(3.24)

(3.2s)

3.2.3 KombinasiPotensial

Secara umum medan listrik dan magnet bisa dihitung dengan me-ngombinasikan kedua jenis potensial yang dibahas di dua subbab sebelurn.Dengan persamaan (3. I 6) dan (3 .24) menggunakan kondisi Lorentzdi per-samaan (3.18), bisa dihitung medan listrik:

serta kondisi Lorentz untuk potensial vektor elektris

V .F = -./os pq_

didapatkan persamaan-persamaan

potensial

Y2F +a2epF = -Ei^

Y'q^+o2e llq^=-Pp̂

(3.26)

diferensial untuk masing-masing

(3.27)

(3.28)

(3.2e)

(3.30)

berikut

(3. le)

(3.20)

(3.27)

(3.28)

E = -ia) -r( -J-, ;)-1o,. "" (.ut, ) t,

dan medan magnet dengan persamaan (3. I 5), (3 .25) dan (3 .26)

E =-i,'F-r(-J-, rl*1v,;\rrre p ) p

3.3 SOLUSI: POTENSIALTERRETARDASI

Setelah mendapatkan persaman-persamaan diferensial

Y'7+a'epi= -li "

V2<p" +o2e trL(p" =-P"tV'F+co'epF = -Ei^

Y'g^+rrl'epq. - -P,p

Antena: Prinsip dan Aplikosi Persamoan lAaxwell dan Solusinya pada Antena Kecil 51

lullils utama sekarang adalah mencari solusi dari persamaan tersebut di

, r I rrs. Persamaan (3. I 9) dan (3.27) memiliki besaran berupa besaran vektor,

lrrng tetapi jika kita amati pada kordinat kartesian, bisa dianalisa setiap

kornponen (x,y dan z) masing-masing secara terpisah, misalnya komponen

z tlari vektor ,4

Y2 A- + k' 2, -- -ltJ,.,

tlcngan k2 = az E;.r . Sehingga dengan demikian keempat persamaan itu

rncmiliki bentuk yang sama. Solusi dari persamaan (3.31) bisa digunakan

sccara analogi untuk persamaan lainnya.

Persamaan (3.31) menunjukkan kondisi pada gambar 3.5a, sebuah

kerapatan arus listrik yang terletak di titik asal dan mempunyai arah

orientasi ke z. Karena persamaan tersebut adalah persamaan diferensial,

berarti berlaku di semua titik di ruang bebas di gambar 3.5a). Lebih presisi

lagi persamaan (3.31) diterangkan dengan bantuan fungsi delta

YzA,+kz A,=-pJ".,6(i)

yang artinya, sumber diletakkan di titik asal.

/ + 0menjadi

YzA,+k24,=o

(3.31)

(3.32)

Pada titik selain titik asal

(3.33)

a)

Gambar 3.5 a) Arus listrik di titik asal,

b)

b) Arus listrik di tilik v'

Untuk mendapatkan solusi persamaan (3.32) diamati dahulu persa-

maan (3.33), yang pada kordinat bola berlaku

kz ;' = i*?*). ;** *('' *k). r*'u ff * o' n'

Karena sumber yang digunakan di gambar 3.5 adalah sumber titik,yang mempunyai simetri putar (rotational symmtery) baik di arah gataupun g, maka, persamaan (3.33) juga bersifat simetris terhadap keduavariabel ini, yang artinya bukan merupakan fungsi darinya, sehinggaturunan terhadap $ dan g bernilai nol, maka

++(,' +). k2 A, =s :) +(,, +\. k2r2 A, =sr'dr\ dr ) ' dr( dr )

Dengan melakukan substitusi p = rA, menjadi

+*k, p=odr-

Yang solusinya dikenal dari matematika atau di [MA09] menjadi

p(r) = Cr's-ib * Cr'e*jb , atavdengan besaran asal

o-ib o+ikrA,(r)=Ct':-;+Cr':-; (3.34)

Term pertama di persamaan (3.34) menggambarkan gelombangyang bergerak dari titik asal ke luar radial ke arah r positif, sedangkan termkedua gelombang dari luar ke dalam ke titik asal (arah r negatif). Secara

fisikalis, nilai C, : 0, karena hanya ada gelombang keluar.

Nilai C, bisa ditentukan dengan mengamati kasus ft: 0, sehinggatidak ada retardasi (keterlambatan phasa) dan kita mendapatkan kasus

statik [BL07]. Dari pengamatan elektrostatika solusi masalah ini sudah

dikenal dengan

Y2V =- (3.3s)p

t:+ V =J-P I

4ner

52

6 (,)

Antena: Prinsip dan Aplikasi Persamaon lAoxwell don Solusinya pada Antena Kecil 53

Jika terdapat komponen vektor lain dari arus listrik, akan dibang-

kitkan pula vektor potensial magnetik dengan komponen vektor tersebut,

schingga secara lengkap memiliki bentuk

Se lrirrgga persamaan (3.34) dengan Cr: pJ",/(4n) menjadi

A,(r)=Y!=-'eio'+It r

zo\ =l' j" .'-tr'

4nr

tr(r\=wj"."-'oo4nR

Demikian juga halnya secara analogi fisikalis, jika sumber arus tidak

tcrletak di titik awal, tetapi di sembarang titik i' ,maka

(3.36)

(3.37)

(3.38)

clengan * = lfrl =17 -/'l sebagai jarak dari titik sumber ke titik peng-

amatan P.

Istilah potensial ter-retardasi dipergunakan untuk memberikan nama

kepada besaran potensial yang kita gunakan, yang diakibatkan oleh suatu

sumber arus pada waktu yang berbeda (waktu sebelumnya). Hal ini terjadi,

karena gelombang elektromagnetik rnerambat dengan kecepatan tertentu

yang hingga, sehingga untuk menempuh suatu jarak tertentu diperlukan

suatu waktu tempuh tertentu pula, jadi efek dari gelombang ini (atau

dari sumber arus itu) dirasakan setelah beberapa saat kemudian. Secara

phasor, karena kita menggunakan sinyal harmonis, itu bisa diamati pada

pergeseran phasa pada besaran-besaran yang menggambarkan gelombang

elektromagnetik ini.

Seandainya kita memiliki sumber arus yang tersusun secara tiga

dimensi (3D) seperti pada gambar 3.6a.

Gambar 3.6 a) Arus volume, b) Arus permukaan, c) Arus pada kawat

Maka penentuan vektor potensial magnetis dilakukan dengan inte-

grasi volume,

-yl,-r!i(,)=f"ll*$F# dv' (3.3e)

bidang

(3.40)

l, -,'lJika sumber arus yang dianalisa terdistribusi pada suatu

tertentu (gambar 3.6b), maka dengan menggunakan hubungan

i(r').dv'= i s(l')'da'

integrasi radiasi di atas menjadi

)G\= p 1i'(7',)e-iolu-u'l oo'\/ 4rti li_Fl

Dan untuk kasus satu dimensi (sumber pada garis di gambar 3.6c), dengan

i (, '). dv' = I (i ') . a ,(r '). dt' , maka

dl' (3.41)

7(/) OiseUut juga potensial ter-retardasi, karena efek dari sumber arus

yang menyebabkan terbentuknya potensial ini didapatkan setelah selang

waktu tertentu, yaitu bisa dilihat dari faktor eksponensial di rumus-rumus

di atas. Untuk elemen arus yang terletak di titik i' , yangberjarak l, - l'ldari titik pengamatan, terjadi keterlambatan (pergeseran phasa) sebesar

54 Anteno: Prinsip dan Aplikosi Persamaan lAoxwell dan Solusinya pado Antena Kecil 55

t,l,' i:'l , atau waktu sebesar tlr - r 'l/c,l =."8& .1, -, 'l , dan dengan

,,/1, ,,. = 1/c, rnaka keterlambatan sebesar li -, 'l/r. Ini adalah waktu

r :rrrr', diperlukan gelombang elektromagnetika untuk menernpuh iarak'., 1:rrrh l" - " 1

. Eiemen-elernen arus yang lain, yang memiliki jarak yang

1,,'r'hcda pula dari titik pengamatan, akan datang ke titik pengamatan dengan

l,t'srrr keterlambatan yang berbeda pula. Semua kontribusi ini dijumlahkan

r r r rt trk mendapatkan potensial keseluruhan.

3.4 APLIKASI INTEGRAL RADIASI PADA DIPOLHERTZ

Dipol Hertz adalah sebuah antena fiktif yang diperkenalkan untuk

rrrcrnpermudah pengamatan awal. Ciri dari dipol Hertz adalah panjangnya

yrrng mendekati nol / -+ 0, tetapi mornen arus nya tidak nol I 'l * 0 -

oP

Gambar 3.7 Dipol Hertz di titik asal

Dipol Hertz ini diletakkan di titik asal seperti ditampilkan di gambar

3.7, sehingga 7'=0, I konstan, dan d,(/') = d,, sehingga integral

radiasi di persamaan (3.41) menjadi

i(r)=#f)+grv dl'= F "I4n

- ikre"

- blsa

r

.a_["'r' dr't, r

dengan mengandaikan I -+ 0, maka

jang dl '.dianggap konstan sepan-

(3.42)

Yang diberikan dalam komponen kartesian (komponen z)

Untuk perhitungan berikutnya, vektor potensial magnetis di atas

akan diubah ke kordinat bola, dengan aturan konversi

A, = A,sin0cos<p + l, sin0sinq + l, cosO

4 = A,cosOcosg + l, cos0sing - l, sin0

4 = -A, sing + l, costP

Maka karena hanya A, + 0

. tr - -e-jo'A. -:-.1./.-cosd (3.43a)'$tr

AQ)= ! t .t ."-'' .d- = A-d.qtr

A*=-+'1'l'e' sin*qIE T

Aq =0

bab ini, hasilnya:

H :+'r r ( i**1.] 4'sin$' d*= H*'d*4n \.- r) r

Dengan diketahuinya A , dengan bantuan rotasi, kita bisa dapatkan medan

magnet dari dipol Hertz dari persamaan (3.30) dengan nilai F = 0 karena

tak ada arus magnetis.

Untuk perhitungan lengkapnya bisa dilihat di apendiks A di akhir

(3.43b)

(3.a3c)

(3.44)

Untuk menentukan medan listrik E digunakan persamaan MaxwellI (persamaan (3.5))

Yxfr -./os E+i (dengan i=0 untuk r*0)atau dengan E = +.V x fi . Perhitungan lengkapkan pada apendiks B:

Joe

56 Anteno: Prinsip don Aplikosi Persamoan lAaxwell dan Solusinya pada Anteno Kecil 57

Secara umum medan magnet dan listrik dari dipol Hertz (struktur:urlcna yang paling sederhana) ini, sangatlah kompleks. Berikut ini akanrlilakukan spesialisasi, yaitu dengan mengamati medan pancaran ini di

larak yang sangat dekat dengan antena, wilayah ini disebut juga wilayahrrrcdan dekat(nearfield region) danjuga untukjarak yang sangatjauh dariirntcna (far field region).

Ncar Field region:

Dengan r yangsangat kecil, atau dengan ! ,, jO,maka juga ber-111 rlaku , )) , )) -, untuk medan magnet

r-r-r

E= | (2,.t.( ir,*l) {l.coss.dirrrc (4n \" , ) ,2 --- - -'r

.[r ,(-u.+.;)+sins a$)

n =L.I.t.+.sinr).241r r' e

dan medan listrik

E = f-.. r . t. +."-'l p"on). d, +sino. du )41t iuoe r'

(3.45)

(3.46)

(3.47)

Medan magnet di persamaan (3.46) yang merupakan bentuk umumdari arus dan medan listrik di persamaan (3.47) yang merupakan bentukumum dari tegangan, saling terpisah secara phasa sejauh 90", sifat yangmirip dimiliki oleh kapasitor dan induktor.

Transpor day a (v e kt o r P o y n t i n g) wtlk n e a r fi e I d adalah

- 1-S =:ExH

2

::(+ r t -!-.+(2cos$.n,+sine.zslz\an _tcos r' "' )

.[*,,#,,,*,*)

s =*[1. r.,'l' * {ftrcose.z, +sin e.a*)),(srn s.a*)2\4x ) jruot ,

,5 untuk wil ayahnearfieldadalah besaran yang dominan dengan komponen

imajiner, sehingga

f "" ne]S)= 0 : di nearfield daya efektif sangat kecil sehingga bisa

diabaikan dibandingkan daya reaktif.

Far Field region:1

Dengan r yang sangat besar, atau dengan I aa ik, maka jugalllr

berlaku + << -; (( l, medan magnet menjadir'r'r

fi = +. I . r." t*

.sinr!. d, = Hrd,4nr'Dan medan listrik

E = +]-., . r." tu'

.sinrl. do = Eodo4tt arc r

Dengan

Zo

maka difarfieldberlaku

Eu = ZoH*

r,lJrre _ kIu |r-={;=;r/Fe = ot(r)t

(3.48)

(3.4e)

(3.50)

(3.5 l)

Gelombang far field dipole Hertz mempunyai polarisasi O , jika kita

merujuk, sumbu z adalah sumbu vertikal, maka gelombang ini terpolarisasi

secara vertikal.

58 Anteno: Prinsip don Aplikosi Persamoon Maxwell dan Solusinyo pada Antena Kecil

Medan magnet dan medan listriknya saling tegak lurus dan se-phasa.

N4 c r n p unyai ketergantungan dengan I I r terhadapj arak dan ketergantungan

sint) terhadap sudutnya. Karena medan listrik dan magnet (sifat radiasi)

tlrrri dipol Hertz ini tidak tergantung dari sudut {p, maka dipol Hertz

I re rs i fat omnidireksional.

Vektor Poynting untuk far field adalah:

- I - -*.S : -ExH2

: f,(r,r *ar), (a*a*Y = )z,lu *l' a,

- t r(L.,./.l.sins)'a-2""14n r

(3.s2)

Gambar 3.8 Transpor daya (vektor Poynting) yang merupakan

kerapatan daya per-satuan luas. Integrasi terhadap luasan tertentu

menghas ilkan daya yang menembus nya

Daya yang dipancarkan oleh dipol Hertz bisa dihitung dengan

melakukan integrasi bidang terhadap vektor Poynting:

r-tP, = ))nejs|.aa (3.s3)

Pada dasarnya bidang integrasi bisa dipilih secara bebas, tetapi kare-

na vektor Poynting yang dimiliki hanya mengandung komponen radial,

jadi dipilih permukaan bola dengan radius r'

Dengan elemen luasan pada kordinat bola (gambar 3'8)

ffi = 12 sin0 dO d<P d,

,, :["[ir.(*, r !,i,s)' u, "sinededrpz,

*, --lr"(* , ,)T j.-'ed$de'

-Lr(k r22r

'r

- ,-'loi'' ') J arp'Jsin', sas

Idengan sin3 O = I (l sin8 - sin 3o)

,r=lr.l*, ,)

=i'.(* ")z fi.t.rY

D _ U\ ''T - rzn

Fungsi direktivitas dari dipol Hertz adalah:

-t^ ', S'4tr2d,D($,9)= h

," il-3cose+1."'r*],

^821t. -6

(3.s4)

(3.55)

z,(r .t .*)2

12*

= 1sin2 s2

60

p(s,,p)=

Antenai PrinsiP dan APlikasi

-t

\0.5

06-

04.

o2

0

n_2

{4

{E

{8l5

Gambar 3.9 Diagram radiasi tiga dimensi dipol Hertz

Gambar 3.10 Diagram radiasi bidang vertikal dipole Hertz

Direktivitas dipol Hertz I Do = (p(f,q))."* = 1'5

Lebar beam (beam width) dari dipol Hertz adalah 2 ' O'*n'

Fungsi direktivitas maksimal pada sin2 d = 1 + 1! = !Q0' dan

menjadi ll2 Pada

sin2 8ro.r", = I I 2 =+ gso"/.P -- 450,

jadi beam width diPoleHertz : 90o'

Persomoon llaxwell dan Solusinya Wdo Antena Kecil

Selain dari itu kita juga bisa menghitung resistansi radiasi dari dipolHertz. Dari daya pancar yang didapati di atas, maka dengan

r, =)r2n,,o (3.s6)

Arus ldiberikan oleh sumber, yang dengan melalui resistansi radiasi

R,o, akan dipancarkan daya efektif Pr. Dari hasil di atas terlihat, jika Isangat kecil dibandingkan panjang gelombang l, , rnaka dipol menjadi takefektif (karena P, sangat kecil).

Gambar 3.9 menampilkan diagram radiasi tiga dimensi dari dipolIlertz. Sedangkan diagram radiasi bidang vertikal ditampilkan di gambar

3.10.

3.5 APLIKASI INTEGRAL RADIASI PADA LOOPHERTZ

Sebagai pasangan dari dipol Hertz adalah struktur antena yang terbuat

dari sebuah loop kecil yang memiliki radius a (a <<)") yang ditampilkan digambar 3.11. Sekarang, sebagaimana halnya dipol Hertz kita juga akan

rnenganalisa karakteristik pancar dari loop kecil ini (loop Hertz).

Gambar 3.ll Loop Hertz (loop dengan radius yang kecil, a << )'")

62 Antena: Prinsip dan AplikasiPersamaon lAoxwell dan Solusinya poda Anteno Kecil

n, =!]t( to.L\*. cose, dan+TE \ r) r-

Hn= I r.o' (!* io-lr,rl{a..irs4rc \r ) r-

H* =0

E=r- #('u.+)+sins i,

Nearfield regionz

I ..->> lkr: 2In a2 e-jb ITE a2 e'jbH =::-1 . cosd . d" + _ 3 .smd .au (3.59)hr rt 4It r'

Ina2 -"e-j*";* k' , .sin0.i*4It r'

l)r'ngar1 menggunakan integrasi radiasi persamaan (3.41) bisa didapatkan

r cklor potensial magnetis (Apendiks C memberikan perhitungan lengkap)

': - ntxa2(.. l\e-jk'A=A*d*=*l ik+_ l- .sin9.d*Y r' 4n I r) r

Analog dengan perhitungan pada dipol Hertz di sini kita dapatkan

rucdan magnet dan listrik (lihat apendiks D dan E untuk perhitungannya):

(3.57a)

(3.s7b)

(3.57c)

(3.s8)

.r(De(3.60)

Di sini juga terlihat E dun F tldut se-phasa, berarti daya reaktif dominan

di dekat antenna.

Farfield region:I ..-<< lKr

dan

i_

FI =- IT.o' *, {.sino .d,t = Hudu (3.61)4Ttr"

= I ltt 2 -ikr[, - - . - t! tot 9:- sin d. dr = -Z,H od* e.6z)jae 4n r

Ketergantungan terhadap jarak dan sudut pada loop Hertz sama

dengan pada dipol Hertz, tetapi polarisasinya sekarang horizontal.

V e k t o r P oy n t i n g ttnfttk for fi e I d adalah:

S = lo * tt. = )z,ln rl' a, = ir,($ r,\z

1..1,g Ir)Dan daya pancar

,, =)r,(#u)"!!sin3 sdsd<p = ,?rz,(o*)a

rz (3.64)

Resistansi radiasi:

*,=?=lz,@rcl (3.65)

Diagram radiasi loop sama dengan dipol Hertz.

Apendiks A Perhitungrn fr dan i pada Dipot Hertz

v*tr= | [a(4.hs)-au)r-rsin$\ aS A0 ) '

.i[*# -#),'.i(ry-*)udengan spesialisasi dari hasil integrasi untuk dipol Hertz di atas:

Aq =0

(3.63)

u Antena: Prinsip don Aplikasi Persamaon lAaxwell don Solusinya poda Antena Kecil 65

Au * "f (q) =t

A,.* f (q) +

clan dengan

J Y.l.l.n-'* "o.sl\an r )__p.1./.r,*'rin*

a$4nr

*=i|(ir'*,' ''e-'Jt'sin$+ *' '

ry'"n) 4

, =l', ,'(io.11 4 sine'd* =Hq'dq4n [" r) r

Apendiks B Perhitungan medan listrik pada dipol Hertz

+ E= *'o, E , dengan medan magnet yang hanya memiliki/ole

komponen 9,

E= | .[ r a(H*'ins) .r--!a('ar) = ')

Tore [rsin9- A9-'-' , A, 'ot )

r a(H, sin s)= 1 1 . r .t .(,r * 1''1. ,-rn'

. aGin' s)

rsin$ AS rsin$ 4zc \.' r) r 0S

=+r t(ir.!\+coss4x \- r) r

E4 =o

3rp

3A, =o

D<p

oA, =

a$

LaQu) :!.J-.r .r.r 0r r4n

trr),(('r.:) "

dr

:(u -*-i)"'.YV!.)=1.,r . r . t.( *r-Z-+),-.,?..sinsr Or r 4fi \ r r')

Jadi medan listrik dipol Hertz:

E=-J-(+, ,.( io.1l + cose d.Troe [4n (' r ) ,2

* l -, . r .( - 1,' . L. +\a-L si,s. asl4n ( r ,') r

Apendiks C Vektor Potensial Magnet dari Loop Hertz

56

Gambar 3.12

Antena: Prinsip dan AptikasiPersomaan llaxwell don Solusinya pada Anteno Kecil 67

Bagaimanakah arah 7' dan ke mana arus 1 mengalir, perhatikan

r isualisasi berikut:

i'= cose'd, + sinq'd,

Arus mcngalir ke arah:

d.p, = -sin<P' d, + cosg' d,

dan dengan dl'= a dq'.

Posisi titik pengamatan di i yangbisa dituliskan dengan komponen

kartesiant. ^_'\i =rd, =rbin0.cosgd, +sin0.singd, +cos0d,)

Sehingga dengan aturan kosinus l, -, 1 = ^lr'

+ a2 -27 - V' ,

l; -;1 =

=

=@)G\ =

t, I o'i(- "'

*'a, * to'*'u, )'-'*.fffi(*.il r.,4n i, ,lr2 +rz -2arsingcos(g'-<p)

Vektor potensial magnetis ini bisa juga kita tuliskan di dalam

kordinat bola, dengan

7=A,d,+Adu+A*d*,yang mana masln

A' = tr'a'

uI a2FA -' I' 4rtn

'1' = 7'd"

g-masing komponennya bisa ditentukan dengan

( sin g' d, - d " + cos rp' d, . a,) e- io J7;F -*'- o *'t'' -o

(-sing'd, .do + cosg'd, .d o)e-ik'!'i"'-z'''""0"'u'-' de'r)",! r' + a' - 2 ar sin Ocos(g' - g)

| - r= =\--i*tlii-z,,tinzrcos(9'-q)(-srnp'a,.aa+cos(P'ar.a,)e''Y - --'""'dp'

^lr' + o' - 2 ar sin ocos(g'- g)

Pada gambar 4.8 di atas, titik pengamatan P terletak pada kordinat

(r,8,q ). Dari simetri struktur bisa dilihat, bahwa titik pengamatan tidak

tergantung dari posisi kordinat asimutal, sehingga untuk mempermudah

perhitungan kita ambil g = 0, tanpa mengurangi berlakunya hasil analisa

ini pada sudut yang lain.

Selain dari itu untuk menghitung hasil kali vektor satuan di kartesian

dan di bola digunakan hubungan berikut:

d, = sin0 cosg a, + sin0 sintp d, + cos0 i,do = cosO cosq a, + cos8 sing d, - sin0 d,

Z.p = -sintp d, + cos<P d,

Jadi dengan I = 0 berlaku:

d,.d, =sinOcos(p =sin0 dan dr'd, =sin0sintp =Q

2f sinrp'e - Y,[7 *r' -z r, "i" o"." 9'

n"=#[A, = tr'a,

o,=#[

A,=

- -sinq - 0 dan d,'dr = cosq = 1

u I a ^'f; sin (D'e-r^^t' au -Lur>t'u'vstv'F.a.ql:

4n Jo ,lr' + a2 -2arsinocosg'de'

d,'du =coSOcoS(p=cosO dan dr'du =cosdsin<p=6

, lt I a "'f sin ,'"-irJ'\"\z**o*'o'A., -- -r:-' cos ?, I

-

dtp'4tr -"'" J,

S\ o' -2orri"6cosp,.oq

68

aa

Antena: Prinsip don Aplikasi Persamaan hlaxwell don Solusinya poda Antena Kecil 69

cos(pt e

,'+a' -2arsinOcostP'

a,[r+ra*" o""r9'

Ar= de'

Sekarang kita amati komponen I . Integrasi di atas takbisa dilakukan

r:rnpa menggunakan aproksimasi. Di sini kita akan melakukan aproksimasi

rcrhadap integrandnya, yaitu dengan mengambil a sangat kecil, sehingga

integrand di atas akan didekati dengan deret Mcl-aurin:

"-n{7 *"'-z*ti"o"tO

Fungsi f(a) =

Didekati dengan deret Mclaurin:

-zfrPta I4, I

r

"- jk

r-;-Substitusi p = rl 12 + o2 - 2ar sin$cosg'

a(f@) =of .ap0a 0p 0a

- 2arsin Scosg'

- iip.e-itq -"-ir'P2p

af _ a (u,*1_ar-orl , )-

=-( ,o*rl'3\ p) p

0p a-rsin$cosg'

--:0a ,lr' * a2 -Zarsingcosrp'

a(f @) = _( ,0* f'lal. a - rsinecos<P'

oa \.' p) p p

-2arsinOcosg'

f(a)=f(,=o)*+ry:.=, ".+ryP|.=, *.+%P1.= o

o'*-

yang akan dibatasi sampai term linier, dengan

- ikr

.f (a = 0) =:-

a(f@)) =

0a

12 +a2 -2arsin$cosg'

,2 +o2

untuk a: 0 = p: r,maka

4Jll =_( ,0.1).1oa lo=o \ r) r- rsin Scosg'

/ t\ -/rr: [;*

* ;)+.sin scoss'

Sehingga

f * { *,(io . :)+. sin scos p,

Maka

4 = #'!*'*'[+ *'(io . :)+''in s'o"a )a'a'

' PIa ( o.!\{.sins2fcos2e,ds,n'o= *a1l r) r io*=#o(,r.i)*sin$ n

4^ = FI xa2

l, rt * 1) r-'' . rin s'1p 4n \t," ,

,) r 'o,rv

Perhitungan komponen r dan O bisa dilakukan dengan jalan yangsama, dan hasilnya

Ar=Au=Q,

sehingga

A : A*dr = r#(,0.)+ sins z*

70 Antena: Prinsip don Aplikasi Persamaan Aiaxwell dan Solusinya podo Anteno Kecil

Apendiks D Medan Magnet Loop Hertz

Mcdan magnet dihasilkan dari rotasi 7-.lH =j-YxA

tl

karena A hunyumemilikikomponen tp :

Y x)= I =

uq']'n) a,-!aV!o) r,rsin$ aS ' r 0r

r a(4sins)= I y!!t_l ,o *!\"-to'. aGin2 s)

rsin$ ag rsin$ 4n (.' r ) r 69

=*P(,r.:)+ cos$

y04) -1ur,,' '(('o * i)''') ,,,*

rdrr{nAr

'((r.r)' .')

=-)"-i* -ir( i**1),-,,0r r' " (- r)

=-(L* jk-k"\4\r ) r

=-#(l*,0-*,,)"t ,ins

B - 2 I na2 ( to .!\*. cos$. d"4T. \ r) r'

* tn"2 (! + jk-t'r\nt!.sins.ze4n \r )r'

n , =2t !o' ( ,o - !\r!.cos $, dan4fi \ r) r'

Ho= lno (!* i*-t,r)" '.*".rrngo 4n (r '' ) ,,

Apendiks E Medan Listrik Loop Hertz

Medan listrik loop Hertz:

-lE-_.YxHjae

Dengan

He=0,Ils * /(9), dan

H, * "f (<p)

Yxfr =!(a('u") -9!'\ur( 0r aS, *

la(.H*) _t Ina2r0r r4n

,(G.'r-u,)*)0r

,((i . +_u)"'.) =? i _

5)"-, * _, r(i. +

t a(rrrr)_ tna2 ( :r3 t2 . zit . 2 \ -rrz;tr=-;[- io -;.f.;)';'^nt aH, __ztna2 (**l)r 1'..insr dS 4n (" r) rt

.sin S

-r,'),-i*

72 Anteno: Prinsip don Aplikosi Persomaan lloxwell don Sotusinyo pada Anteno Kecil 73

E =_l_ (_r!t (_ ir,, _L*+.4..l,-'n' .,'n s,r0rt [ +Tt I r r- r") r

2Ira2(.. l' -ikr \4Tc \ r/ r' )

p=J- @( io .t-){.sine.d,"/('l)€ 47t\ r)r

.oo0oo-

Antena Kawat

Antena dipol atau monopol adalah jenis antena yang paling banyak

digunakan dalam aplikasi komunikasi tanpa kabel. Aplikasi pada pe-

nerima broadcast, yang pada penggunaannya tak rnementingkan di arah

sudut mana penerima terletak, maka antena jenis ini akan diprioritaskan,

seperti antena pada handphone, pada komputer yang terhubungkan dengan

WLAN, dan lain-lain.

Keuntungan lain dari jenis antena ini adalah mudah untuk <tripoduksi

dan murah.

Berikut ini kita akan mengamati antena dipol, yang pembahasannya

seperti pada dipol Hertz. Kita akan memvariasikan panjang dari antena

dipol ini dan melihat efek yang ditimbulkannya. Pembahasannya terutama

sekali akan lebih difokuskan pada wilayah medan jauh (far.field region)

sehingga analisa elektromagnetika-nya akan menjadi jauh lebih mudah.

4.1 DIPOL PENDEK

Dengan mengandaikan panjang dipol /, dengan ).150 <l< )"110 ,

distribusi arus pada dipol pendek bisa kita aproksimasikan berbentuk segi

tiga (gambar 4.1), dengan nilai arus yang maksimum di tengahnya.

Arus segitiga tersebut secara matematis bisa diberikan dengan

,. [,

-T)""*ko<z'<LI(z') - (4.1)

Pada ujung dipole, nilai arus harus nol, karena tidak ada lagi jalurarus di sana. Dari [MA09] diketahui, arus akan membentuk fungsi sinus

ke arah dalam kawat. Karena panjang kawat yang masih sangat pendek,

baru ditemui bentuk kontur yang linier dari fungsi sinus (ingat untuk lxl-+0, sin(x) = 1;.

Gambar 4.1 Arus berbentuk segitiga pada antena dipole pendek

Di apendiks 4.A diturunkan ekspresi untuk vektor potensial magnetis-

nya, yaitu

,. (t*l)""r"k-L<z'<o

AG)=!*{u24It r (4.2)

Hasil di atas sama dengan yang kita dapatkan pada pengamatan

dengan dipol Hertz di bab 3, karena kita melakukan tepat aproksimasi yang

sama. Yang berbeda adalah faktor %pada vektor potensial magnetis, yang

disebabkan oleh bentuk arus yang besar di tengah ({) dan nol di pinggir.

:!_2

Antena: Prinsip dan AplikasiAntena Kowat

sin21n//1.1

n

Sehingga dengan analogi dari bab 3, medan magnet dan listrik pada

kondisi medan jauh adalah

fr =+ * , .t ."-tr' .sin rJ. d, = H rd,24n r 'dan

(4.3)

(4.5)

E = Zo'H*'du 9.4)

Diagram radiasi dipol pendek sama dengan dipol Hertz, dengan

hpbw : 90o. Resistansi radiasinya menjadi seper-empat dari dipol Hertz

(karena R,od n (E', I I

R,.d =+(*\r.

Resistansi radiasi sebagai besaran kuantitatif untuk menyatakan

apakah pemancaran antena efektif atau tidak. Dengan resistansi radiasi

yang besar, maka daya pancar akan membesar untuk suatu nilai arus yang

diberikan. Pada dipole Hertz dan dipole pendek, resistansi radiasi berban-

ding lurus dengan kuadrat panjang per panjang gelombang. Tapi harus di-ingat, persamaan (4.5) ini diturunkan dengan asumsi 1150 <l S 1ll0 .

Resistansi radiasi ini didapati dari membagi daya pancar dengan

nilai efektif arus. Sehingga hanya merupakan besaran banhr saja dan tidak

memiliki makna seperti halnya resistansi pada umumnya.

Impedansi masukan yang dibahas di bab 2 yang memberikan peng-

aruh penting pada kondisi refleksi sinyal bisa dihitung dengan bantuan re-

sistansi/impedansi radiasi ini melalui perbandingan day a, y ang didapatkan

dengan

Zr= Z roa(4.6)

Dan resistansi masukannya

n Rrr,ln,,=;_1tdlx.)

Untuk dipole pendek menjadi.

o=t(ffiI2"'" 6a ( sin(

Pada interval nilai )"150<l <20C)..21o.

20-

-(

)- si,@ tA.)"' (4.8)

1110, resistansi masukannya sekitar

(4.7)

4.2 DIPOL PANJANG

Dari pembahasan saluran transmisi [MA09] diketahui, bahwa arus

yang mengalir di atas sebuah saluran transmisi tergantung dari beban yang

dipasangkan pada ujungnya. Untuk aplikasi antena dipole, saluran transmisi

ini dibiarkan dalam kondisi open. Ujungnya terbuka, sehingga akan

terjadi refleksi yang sempurna. Refleksi ini menyebabkan terbentuknya

gelombang arus berdiri, bahwa besar atau kecil dari bentuk arus akan tetap

pada suatu posisi tertentu. Di ujung saluran transmisi ini arus harus bernilai

nol, dan ke arah sisi dalam antena akan terbentuk arus dengan fungsi sinus.

Gambar 4.2 menunjukkan distribusi arus sesuai dengan kaidah dari saluran

transmisi untuk panjang kawat yang berbeda-beda.

l<2)

Gambar 4.2 Distribusi arus listrik pada antena dipole panjang

E$

31

2

.P$f\ 'I=+

VDD'='

78 Anteno: Prinsip dan Aplikosi Anteno Kowat

Dengan mengandaikan, jika kawat saluran transmisi ini dikembang-

kirn, dibuka saling menjauhi satu dari lainnya dan distribusi arus di sana

ridak mengalami perubahan, maka dalam pembahasan pada antenna dipole

panjang juga bisa digunakan arus yang bisa didekatkan dengan fungsi si-

nus ini, yaitu secara umum dengan persamaan

," '*[o[1-,'),nt t o<,'<!-(4.e)I(z') =

Distribusi arus pada antena simetris, arus yang dikirimkan oleh gene-

rator ke suatu arah tertentu, akan kembali dengan arah yang berlawanan, di

antena arus ini akan bersuperposisi secara konstruktif untuk menghasilkan

medan jauh.

Jadi penggambaran arus paling mudah kalau dilakukan dari ujung

antena ke tengah.

Di gambar 4.2, pada antena dengan panjang l=?'"12, di tengah

antena akan terbentuk nilai maksimal arus. Pada antena dengan panjang

I =7t, ,arus akan melakukan perubahan setengah periode, sampai kembali

rnenjadi nol di tengah antena (pada posisi feeding-nya). Pada panjang

l=3?yl2 kembali di tengah antena nilai arus maksimal, pada panjang

I = 2)"kembali arus di tengah nol, dan pada panjan g 3?" I 2< / < 21, arus

di tengah antena memiliki nilai 0 I I I I o. Distribusi arus pada antena

pada kenyataannya sedikit berbeda dengan pendekatan di atas, tetapi untuk

analisa di sini sekarang kita cukup melakukan pendekatan seperti ini.

Analisa arus pada posisifeeding sangat penting untuk menentukan

impedansi/resistansi masukan dari antena, pada saat dihubungkan dengan

sumber tegangan (generator). Jika pada feeding dihubungkan sumber

tegangan V, maka pada antena yang di posisi feeding-tya memiliki arus

maksimal akan memiliki resistansi masukan yang kecil, karena Rn - ll ISedangkan antena yang memiliki arus nol pada posisi feeding, akan

,.,'"[o(1+,')u,tut - !-.,'=o

mendapatkan resistansi masukan yang sangat besar. Untuk mendapatkanresistansi masukan yang sesuai dengan yang kita inginkan, kita bisamenggeser posisi feeding-ny a.

Dengan diketahuinya arus pada antena, kita bisa melakukan per-hitungan vektor potensial magnetis dengan integral radiasi, dan pengama-tan akan kita khususkan pada medan jauh. Persamaan (3.41) dari bab 3

kembali dipergunakan di sini

(3.41)

dengan

d,Q')=d, sebagai arah aliran arus untuk antena yang memanjang disumbu z di gambar 4.3. Untuk jarak titik sumber ke titik pengamatan akan

dilakukan pendekatan medan jauh, yang masing-masing berlaku untukterm phasa, yaitu

l, -, 1= Q' + r'2 -Zr. r'cos0)" = r - z' cos6 dengan r' = z,

Dan term amplitudo (farak di penyebut) bisa diganti dengan lf -l]=,dl'= dz'

Dan distribusi arus .I(/') seperti diberikan di persamaan (4.9), menjadi-kan

)(,)= *r,(' {,',((i -, ) "-j"('n'*"f) 0,,

. j,'*[(:.,'))*:'*')

80 Antena: Prinsip dan Aplikasi Antena Kowot 81

Gambar 4.3 Integrasi perhitungan vektor potensial magnetis

Perhitungan integrasi ini sampai pada perhitungan medan magnet

dan listrik dari dipol panjang bisa diambil di apendiks 4.A, yaitu

(4.r0)

(4.r r)

Eu = Zo. Hr (4.12)

Gambar 4.4 menampilkan diagram radiasi vertikal dari antena dipol

dengan panjang yang berbeda-beda. Terlihat dengan memanjangkan di-pol dari l"/4 menjadi 1", pada gambar sisi kiri, diagram radiasinya semakin

He

dengan k =+

Hr='r+lr 1.oro'l-ro,

sinO

fokus, yang ditandai dengan diagram yang menguncup. Hal ini mengin-

dikasikan beamwidth yang mengecil dan gain yang membesar. Jika dipol

terus diperpanjang, untuk 1,2 l. diagram juga semakin menguncup, tetapi

terbentuk pancaran samping (side lobe) yang menginformasikan menga-

lirnya juga energi ke arah tersebut. Dan jika terus diperpanjang, side lobe

tadi akan membesar, sedangkan main lobe mengecil, sehingga terjadi pe-

rubahan arah pancar utama dari antena dipole ini.

Gambar 4.4 Diagram radiasi untuk dipole panjang

Gambar 4.5 Diagram radiasi

Gambar 4.5 menunjukkan diagram radiasi tiga dimensi untuk dipol

dengan panjang masing-mas ing I ,2 ?" dan 2 ?,".

82 Antena: Prinsip dan Aplikosi Antena Kawat

d,.dd =

83

Dengan menggunakan program Matlab atau Octave (listing di

lrrrrrpiran bab ini) bisa ditentukan half power beamwidth (hpbw) antena

,lt:rrgan suatu panjang tertentu yang diberikan di tabel 4.1

Tabel 4.1 Beamwidth antena dipol sebagaifungsi dari pcnjangnya

Fanjang dipol (dalam l. ) hptrw

0,01 90"

0,25 87'

1,2

47,8"

35,5' (terbentuk side lobe)

Medan listrik (persamaan (4.11)) dan medan magnet (persamaan

(4.12)) adalah dua buah fungsi yang secara bersama-sama membawa

cnergi keluar dari antena menuju titik-titik pengamatan. Fungsi kedua

medan ini identis dengan tegangan dan arus pada rangkaian listrik, yang

membawa daya ke pemakai. Hasil produk vektor dari kedua besaran inididefinisikan sebagai vektor Poynting sesuai dengan persamaan (3.52) di

bab 3, menjadi

Daya pancar dipol panjang bisa dihitung dengan mengintegralkan

vektor Poynting sekeliling antena,

78"

64,

0,5

0,75

1.0

2

I|t-Ls=1,.(*lrL

:,.(*r{i)P, =:llz.lr,l'

a

,r 1.or,} l-.o,

sinO

"or{ ,L"orD

]',',,,

,Mode

I7t-I

P, = L4n z.r.' i# ["o,(n f .o'o

)-'"'(' * )' ^Resistansi radiasi dipol panjang menjadi (dengan R,o,t = Zf, t tj1

R,.d = * r.i#[""'(" f "o,o )- "",(^ *)' ^

Resistansi(Cl )

400.

350

300

250

200

150

100

,

12345Panjang antena dalam ).

Gambar 4.6 Resistansi radiasi (putus-putus) dan resistansi masukan

antena

Resistansi masukan antena bisa dihitung dengan menggunakan per-

samaan (4.7)

n Rroa

"in- . 1. ,t"' sin'(d I 1)

Antena: Prinsip dan AplikosiAntena Kawot 85

Kedua resistansi ini ditampilkan di gambar 4.6,yang resistansinya

tlihitung dengan integral numeris (listing program di apendiks).

Fungsi direktivitas yang perhitungannya didefinisikan di persamaan

(1.55), untuk dipol panjang menjadi

D(o,e)=ry=

,[:[:'-]-:f"ll'"L sino ]

i#[.".[, *.",u )- ""'[" *)' ^ini

Dan direktivitasnya adalah nilai maksimum dari fungsi direktivitas

sinO

D=-' i#[."'( *"*u)-.".(, i)'^

Untuk menghitung direktivitas, kita harus mengetahui nilai

maksimum dari diagram radiasi (diferensial, kemudian mencari theta

dari fungsi nol + metode numerik akar persamaan), setelah itu integrasi

terhadap theta pada term di penyebutnya (integrasi numeris seperti pada

perhitungan resistansi radiasi). Penentuan maksimum dengan Matlab

atau Octave bisa dengan fungsi max, sehingga penentuan direktivitas bisa

dipermudah secara signifikan.

Gambar 4.7 menampilkan direktivitas dari dipol sebagai fungsi dari

panjangnya.

2

I-costE tn f .oros

direklivilu

panjang anlennadalam ),

Gambar 4.7 Direktivitas dipol sebagaifungsi dari panjang antena

4.3 DIPOL SETENGAH GELOMBANG (DIPOL ).t2)Dipol Setengah Gelombang (Dipol ?'" 12) adalah dipol dengan

panjang setengah dari panjang gelombang pada frekuensi kerjanya,

dipol ini adalah salah satu dipol yang paling sering dipergunakan. Hal

ini dikarenakan resistansi masukannya 73{1,, yanE sangat dekat dengan

impedansi karakteristik 75 Cl dari beberapa saluran transmisi, sehingga

memudahkannya untuk me-match sambungan saluran transmisi ke antena,

terutama pada saat resonansi. Karena alasan di atas kita akan secara spesial

membahasnya sekarang.

Medan magnet dan medan lishik dipol setengah gelombang adalah:

Hq

lt ^ I In:cosd l-cosl :2 t 12sind

["o,

t-. I^ e-jb

t2n r

86

Eu = Zo'H*

Antena: Prinsip don Aplikasi Antena Kawat

l);rya pancarnya:

P=)-2.r,'i#*"(1*'upl )an resistansi radiasi dipol panjang

R,.d -- # = j z.i#."" (;*, o) o = 7 3{l

(dengan Z"=120n{l)I)irektivitasnya:

D= nilai maksimum padaon, 1r I "l 1ll_cos.l _

{sinO l20

')D^= --i-=1,644' 0,8219

4.4 ANTENA YAGI.UDA

Untuk menaikkan direktivitas atau gain dari antena kawat, sering-

kali digunakan dipol reflektor atau direktor. Dipol reflektor adalah kawat

yang diletakkan di dekat dipole yang diberi sumber (driven dipole) yang

bertugas merefleksikan balik gelombang yang mendatanginya. Sedang-

kan dipol direktor adalah kawat di sekitar driven dipole yang bertugas

meneruskan gerakan gelombang yang mengenainya. Antena yang meng-

gunakan biasanya sebuah reflektor dan sejumlah direktor contohnya An-

tena Yagi-Uda. Jenis antena ini digunakan dari frekuensi 100 MHz sampai

ke beberapa GHz.

o=A2

[;'"'u)'u

Gambar 4.8 menunjukkan antena Yagi-Uda dengan sebuah reflektordan 4 buah direktor.

Sebagai driven dipole digunakan dipole yang panjangnya sekitarsetengah panjang gelombang, atau tepatnya 60/o lebih kecil dibanding

setengah panjang gelombang (= 0,47 l") sehingga memiliki impedansi

masukan sekitar 50 ohm. Atau seringkali digunakan folded dipole yang

memiliki performansi lebar pita yang lebih lebar dan memiliki impedansi

masukan yang kurang lebih empat kali lebih besar dibandingkan dengan

dipole biasa. Ke folded dipole ini disambungkan saluran transmisi pipihyang memiliki impedansi gelombang/karakteristik sekitar 240 ohm.

Sebagai reflektor digunakan dipole dengan panjang setengah panjang

gelombang, atau juga sering dipakai beberapa dipole untuk mendapatkan

efek refleksi yang lebih baik. Jarak reflektor dari driven dipole sekitar0,25L.

Reflektordriven dipol

Direktor 3

Direktor 4

Direktor.,*":#T;-':::r::;'S"oo"rearahanyangbaik. Panjang director sekitar l% lebih pendek dari driven dipole.

Gambar 4.9 menunjukkan pengaruh jarak direktor I ke driven dipoleterhadap gain antena Yagi-Uda dengan sebuah direktor. Lokasi untuk gainoptimal sekitar 0,15 1,, yaitu dengan gain sekitar 9,4 dB.

88 Anteno: Prinsip dan Aplikosi Antena Kowot 89

Dengan menggunakan jarak direktor 1 ke driven dipole 0,156),tlilakukan analisa berikutnya yang menghasilkan gain optimal pada jaraktlircktor 2 ke direktor satu di besaran 0,251" dengan gain 10,6 dB, sepertitcrlihat di gambar 4.10.

Perancangan dengan jumlah direktor yang lebih banyak bisa diterus-kan dengan cara yang sama.

n'u I

ell

,.u I

6' 8!Eclg, u[

6.5

6L_0 0.1 0.15 0.2 0.25

D, in tr.

0.3 0.35

Gambar 4.9 Pengaruh jarak direktor I ke driven dipole terhadap gain

Perhitungan antena Yagi dengan metode sederhana dikembangkanoleh para penggemar radio amatir, dan disediakan di internet dengan namaYa gi C al cul ator (http : I I vk5 dj . mountgamb ier. org N agi N agi.html ).

Perhitungan antena Yagi secara serius bisa dilakukan dengan soft-ware seperti NEC2, Wipl-D, FEKO, dsb. Untuk lebih lengkapnya bisa di-baca lebih lanjut di bab 13 tentang metode numerik di antena.

0.15 0.2D2 in ),

Gambar 4.10 Variasi jarak direktor 2 ke direktor l, dengan D, : 0,156?u

Apendiks 4.A. Perhitungan vektor potensial magnetis pada

dipole pendek

Untuk perhitungan integral radiasi kita akan melakukan pengan-

daian yang akan mempermudah perhitungan, yaitu dengan menganggap

lf - f1 = r untuk pengamatan far field, sehingga dari dengan menggu-

nakan persamaan (3.41), vektor potensial magnetis menjadi

,r'l

)

dengan pengandaian di atas, r adalah konstanta dan bisa dikeluarkan dari

integral,

z(r) =

--(it -+y''. j, (' . +Y')+

0.35

lr-r1

x) Antena: Prinsip don Aplikosi Antena Kawat 91

Aa) = **(1,, - *)iJ,' .l',. +f:,,)+

=p r,a,( !__!__( _L*1'))r-'n'4n [z 4 I ,'o)) r

7G)=l*eau.24n r -

Apendiks 4.8. Perhitungan medan listrik dan magnet dipolpanjang

Kembali dengan menggunakan persamaan (3.41) dan persamaan

arus (4.9),

A(,) = * r,(i,,,(_[i _,,) "ikz,c.so

d,t

Maka

i$)=t:!.+r

. i,'.[( i.,')) n'* *'o r,'YDari matematika didapat

Jsin(a + bx). e"'dx = #V'in(a + bx) - b cos(a+ bx)l

',[lr#X*[,0-"'*[ r(i- '')). o*'(o(l-')), '

-|,ffi[lr.*o,i,[r(i-,,))_-*,('(i-,'))1-,,,}#

;(r) = * u, *#lr -

"'r l"'" o

- (- rr *, u, (* !). o*.(- ; )

z(i)=*,o1'_;lr,"'*l*"o+7/ccoszrsi"(rl)-r"*(ri\+r"

Di kordinat bola:

A, = A, cos0 * /(g)

+

[rr "o, o,

^(r i)- r "{- ; )). o"-

ui*" "l*

4 =-A, sinf + /(g) Ac =o

E =lvr7 = L L(a("q,) -ae.1-! p.[ Er ao )'

d(rAo)-'[-'t*o,.,,r2[0"-i""'..,n*"""(01)-o*-(o;)]+""'l0r dr

# = - + F#,il* .,,ri"*o + ir cos osin(-l)- * *,1- r)]o$l

uu, _u(* r*olo "'ru"'.' .,0 *, o,^(o r)- o

","(o r\{ ",, o)

ao ao

aA, _ p. 1" 2 e-ik'

a?, 4n k' r

Untuk pengamatan farfield, terlihat hanya komponen yang pertama

saja yang akan memberikan kontribusi, sehingga

F, = i * #lr, .

"'o !*"' + 7* cos zesin(o

* )- o

"". (r +\+ r,

+ ;r cos resin(* ; )- . *,(- i)1"

-

92 Anteno: Prinsip dan AplikasiAntena Kawat

-oo0oo-

93

'

i = j * *['"'(o j *',)- *'(* i ). ;[,*(* j *, r)* *, r,*(o :\]+, r

tak berkontribusi pada daya efektif

Sehingga wtukforfield:

n = j *#[."'(or*.o)- *'(r i\+,.dan dengan

Eu = ZoH*

Apendiks 4C Listing program (Matlab atau Octave)

Penentuan beamwidth antenafunction BW=beamwidth (LL)thet.a:0. 0 : 0. 000L :pi;HH: (cos (pi*LL*cos (theta) ) -cos (pi*LL) ) . /sin (theta) ;IHmax,pos]=max(HH);HH=HH/Hmax;posmax=theta (pos) ;ii=1;dif (ij-) =abs (HH (pos+ii) -0.5*sqrt (2.0) \ ;while dif(ii)>1.0e-4,ii=ii+1;dif (ii) =abs (HH (pos+ii) -0.5*sqrt (2.0) ) ;

endpos_3dB=theta (pos+ii ),BW=abs (2. * (posmax-pos_3dB) ) *180/pi;

Perhitungan resistansi radiasifunction Rrad=radiation_resistance (LL)N=L00;de1 tatheta=pi /N;theta=del-tatheXa / 2. ;func=0 . 0;for ii=1:N,A=cos (pj.*LL*cos (theta) ) -cos (pi*LL);B=A*A/sin (theLa) ,.

func=func+B;theta=theta+del-tatheta ;

endRrad=50 . 0 * func*deltatheta ;

1

Antena Arrag

5.1 PENDAHULUAN

Diagram radiasi dari sebuah antena secara sendiri (single antenna)

biasanya relatif lebar, misalnya dipole setengah panjang gelomb ang (l /2 )')rnemiliki beamwidth 78o, atau dipole dengan panjang lambda 48o. Antena

yang memilibi beamwidth lebar akan memiliki direktivitas dan gain yang

relatif rendah.

Pada komunikasi jarak jauh digunakan antena yang memiliki gain

yang tinggi. Dengan gain yang tinggi ini, bisa didapatkan nilai EquivalentIsotrop Rodiated Power (EIRP) yang juga tinggi, yang akan menjaminjangkauan (range) yang lebih besar.

Pada aplikasi radar digunakan antena yang memiliki beamwidthyang sangat sempit, yang akan menentukan resolusi sudut dari radar terse-

but, sehingga bisa mendeteksi objek-objek yang berdekatan sebagai objek

deteksi yang terpisah.

Untuk mendapatkan antena yang seperti ini, kita bisa memperbesar

ukuran dari antena itu sarnpai melebihi panjang gelombangnya. Tetapi al-

ternatif seperti ini akan memberikan masalah baru, yaitu munculnya side

lobetambahan dengan peredaman yang mengganggu. Makin panjang/besar

antena tersebut, makin banyak pula side lobes-nya (bab 4 antena kawat),juga masalah yang berkaitan dengan mekanis dari antena yang terus mem-

besar.

Di bab ini diperkenalkan cara lain, yaitu dengan menggunakan

beberapa antena yang disusun menurut konfigurasi geometris dan elektristertentu. Susunan antena ini disebut array (grup antena). Antena-antena

yang disusun menjadi grup&elompok ini biasanya antena yang sejenis

(misal array dipol, array waveguide, array mikrostrip), hal ini diprioritaskan

untuk mempermudah analisis, sintesis dan juga fabrikasi.

Medan listrilc/magnet total dari array adalah superposisi secara vek-torial medan yang dihasilkan dari masing-masing antena. Dalam meng-

hasilkan suatu diagram radiasi tertentu, ke arah pancar yang diprioritaskanuntuk mendapatkan direktivitas yang tinggi, diupayakan medan vektornyasaling bersuperposisi secara konstruktif (saling menjumlahkan), sedang-

kan ke arah pancar lain yang diinginkan memiliki direktivitas rendah, su-

perposisinya diupayakan berlangsung secara destruktif (saling mengura-

ngi/menghilangkan).

Ada lima parameter yang bisa digunakan untuk mengonfrol diagram

radiasi dari array:

1. Konfi gurasi geometris array

a. linier: antena disusun pada suatu garis tertentu

b. circular: disusun di atas suatu lingkaran

c. planar: tersusun pada suatu bidang dua dimensi

d. secara tiga dimensi di ruang

Jarak dari satu elemen antena ke elemen yang lain.

Amplitudo arus atau tegangan yang dipasangkan padafeeding elemen

antena.

4. Phase arus atau tegangan padafeeding.

5. Diagram radiasi dari masing-masing elemen.

2.

J.

96 Antena: Prinsip don Aplikasi Antena Array 97

Antena I dicatu dengan arus 1,

- rpIz = I. e', (I: amplitudo arus, dan B

5.2 ARRAY DUA ANTENAPengamatan kita mulai dengan stuktur yang paling sederhana, yaitu

array yang tersusun dari dua buah antena dipole Hertz dengan panjang l,yang terletak di atas sumbu z (gambar 5.1). Kedua antena tersebut diorien-tasikan secara vertikal, satu sama lainnya terpisah oleh jarak sejauh d, dandiletakkan simetris terhadap sumbuy, sehingga posisi antenna I di z: dl2dan antena 2 di z: -d12.

= 1."'* sedang antena 2 dengan

: phasa arus).

Akan dilakukan pengamatan pada titik p, yang terletak pada jarakr, dengan sudut $ dari sumbu z. pada perhitungannya nanti, titik p ini di-andaikan berada di medanjauh dari kedua antena tersebut, sehingga bisadilakukan pendekatan-pendekatan yang akan mempermudah perhitungan-nya.

P(r, $, <p)

Antena I

Gambar 5.1 Dua dipole Hertz yang membentuk arralt

Dengan medan listrik dari dipol Hertz untuk kondisi medan jauhyang diberikan pada persilmaan (3.49)

-I-I

(5.1)

maka medan listrik total di titik P seperti ditunjukkan di gambar 5.1

E =*r,,1+.sin {2,,, *"-4*"r+) .sinf,do,,'],r.r,4nl-t12)

Dengan mengandaikan titik P berada di medan jauh, maka dapat

diambil pendekatan seperti pada gamba t 5 .2, y aitugaris-garis dari masing-

masing dipol Hertz dan garis dari titik asal menuju ke titik P secara paralel,

atau

Eo*,ouo=fi2 , , +.sind.dr,

8r =Oz =8

Sehingga persamaan (5.2) menjadi

E = lLz , ,1"-'(r^-t) *"-'lo'-*) l.in ua,,u - 4ou ' 'l. 4 '-i, )""""0

(s.3)

Untuk jarak dari antena ke titik P kembali digunakan pendekatan

medan j auh, y ang menghasilkan, masing-masing untuk variasi phasa

dr = r--cos0 (5.4),2

dr.t = r +f cos0 (5.5)"2

dan untuk variasi amplitudo

rr=r2=r (5.6)

98 Antena: Prinsip dan Aplikasi Anteno Array 99

antena I

-I-I

Gambar 5.2 Pendekatan medan jauh untuk perhitungan medan listrik dititik P

Persamaan (5.3) menjadi

"-i(r,+r!*"0*f )l+-

fin z]au

)

E =*, , , +.sinee. aol"'(oi*'*t) *"-'(ri"'*'))4nr"[.,

, =*, , , +.sind. ao.zcoslr&cdcoso+ B) (s.7)

Pada hasil perhitungan di atas, didapatkan medan listrik yang di-hasilkan oleh array yang terdiri dari dua dipol Hertz

E --Lz - , .,1 ''tlr'-ri*""-t)4xl.'

E = Eo,oo, r",,,' AF (5.8)

I

Jadi lf'merupakan fungsi dari jarak kedua dipol satu dengan lainnya(geometri dari anay) dan fungsi dari phasa arus pembangkit pancaran.

Contoh 5.1

Lakukanlah pengujian pendekatan jarak r, dan r, di atas untukamplitudo dan phasa.

Jawab:

II

Dengan menggunakan segitiga AOp dirr menggunakan rumus kosinus

,, = b, + Q t zal - 2r.t / 2d co, ol',

(s.e)

P(r, $,q)

gambar, bisa dihitun g jarak

. - ,"lran Eaipotuno seperti di persamaan (5.1) yang merupakankarakter dari antenna penyusun array ini, dan dengan AF sebagaifahoryang dihasilkan oleh pembentukan array ini (AF : Array Factor)

AF = z"orllra "os

rl+ B), densan k = 2n I ).

Dengan deret Taylor 1(t+ x),, = l+ x / 2 untuk fx[<<l), menjadi

, = {'-14.oro )='-1a.oro( 2r -).z"uu

untuk 1 bisa dirakukan perhitungan yang sama untuk mendaparkan

, = { r* 14.oro )=, *la.o.o( 2r -)"2-uu

Il lil;, ,1,#;I::X-$iengaruh di ampritudo, yaitu t/r, atau t/r,, dan

untuk merihat pengaruh di kedua bagian itu d,akukan anarisadengan nilai-nilai khusus, misalnya jarak ke titik p sebesar , = zoometer,jarak antar antenna d: I meter lworse caselkasus ekstrem cos g = I).Ilt = r - -dcosO =200m_0,5 m: 199,5 m, maka l/rr:0,0050125

m-rdan

I12 = r +-dcosO= 200 m * 0,5 m = 200,5 m, memberi kan l/rr:I

I

0,0049975 ma,

sedangkan I/r: Q,QQ5 6-r.

Sehingga untuk pendekatanerror sebesar 0,25yo.

l/r, = l1y dan l/r, = l/r memberikan

pendekatan ini tak boreh dirakukan untuk phasa, karena kerebihanatau kekurangan factor ld.o.O akan menjadi penting akibat dikalikandengan kons tanta phasa klung -.ngundung informasi panjang gerombang.Jadi harus diamati factor nf"oro, jika jarak antena sebanding denganpaniang gelombang, misal aplikasi di atas digunakan urt t r..tr.rr],300 MHz yang panjang gerombangnya rebih kec, dari r m, factor tersebutsudah memberikan deviasi sebesar r 1g0".

Antena Arroy rcl

='('-l"o"J"

t@Antena: Prinsip don Aptikasi

b.F =n l2 c.0=-n12Jawab:

E Uitu nol jika E r,*, ,oo = 0 , yaitu dari karakter antena penyusun

array ini

atau AF :0 yang diakibatkan oleh pengelompokan antena.

Jadi pada t} = 0o dan O = 180" (E*o,,Hertz = 0 ), dan

Contoh 5.2:

Diberikan array seperti di gambar 5. I , tentukanlah posisi nol medan

listrik total untuk jarak kedua dipol 7 = I dun phasa arus sebesar4

a' F =0

AF = 2"o,(o .

l"o, o. +)= o

atau dengan d =I, AF =z.or[f,.o, o. +)=oFungsi kosinus memiliki nilai nol jika argumennya:

( l\l'. ,f dengan n: "',-2,-1,o,1,2,...

Jadi lcoso *L =(r.;}r dengan n : ..., -2,-r,0, t,z, ...

a. 9=0:makacoso= {".*)

Di sini terlihat dengan n = ..., -2, -1, O, 1,2,..., cost} >l ataucos0 < -1, sehingga tidak ada solusinya.

Jadi hanya ke arah O = 0' dan O = 180' tidak terjadi pemancaran,yang diakibatkan oleh dipol Hertz itu sendiri.

b. F =r 12:makacos0+r=y'r*f') =+ cos0 = 4n+l( 2) --

Solusi hanya untuk z : 0, cos0 = 1, atau O = 0o

Anteno: Prinsip dan A,plikasi Antena Array 103

T

c. F = -n l2'. makacoso -, : o(,.;) + cost = 4n +3

Solusi hanya untuk n : -1, cosO = -1, atau O = 180' .

Gambar AF dan diagram radiasi array ditampilkan berikut ini.

Untuk kasus B = 0, tak ada perubahan yang signifikan pada diagram

radiasi. Sedangkan pada B =frt 12, diagram radiasi array mengalami

perubahan dibandingkan dengan dipole Hertz. Terjadinya perubahan arah

pancaran utama yang mengarah sekitar 30" ke atas atau ke bawah dari

bidang horizontal.

9=n/2

F = -nlZ

Contoh 5.3:

sekarang kita akan mengorientasikan dipol Hertz ke arah horizontal,seperti ditampilkan di gambar berikut. Analisa diagram radiasi array.

Jawab:

Maka dengan acuan sudut $, dipor Hertz memiriki diagram pancardengan fungsi cos8.

sedangkan AF memiliki bentuk yang sama seperti contoh sebelum-nya, karena tak ada perubahan parameter pada fungsi tersebut.

Gambar berikut ini menampilkan diagram radiasi array. pada kasusF = rc I 2 , antewra I berfungsi sebagai reflektor, sehingga arah pancaranutama akan ke -180,, sedangkan untuk F =-nl2 terbentuk kondisisebaliknya.

-T

-,I I

I

*

1U Antena: Prinsip don AplikosiAnteno Arroy 105

$=nlZfi=nl! 9=-n/Z

Dari pengamatan sederhana ini kita bisa melihat efek yang ditimbul-kan oleh array dengan bermacam-macam phasa dan orientasi antena.

Contoh 5.4;

Amati fungsi AF untuk jarak antarantena yang divariasikan dari)'|4,X12,3?'14, dan 1".

Jawab:

Gambar berikut menunjukkan AF yang mengubah akibat variasijarak antara kedua dipol Hertz

d:?"

5.3 ARRAY LINIER N ANTENA

Sekarang kita akan lakukan pengamatan pada array yang secara

umum terdiri dari N buah elemen antena. Gambar 5.3 menunjukkan arraytersebut yang disusun secara vertikal di sepanjang sumbu z. Jarak antaraantena yang berdekatan sama, yaifu d, sehingga besar total antena adalah(N- l)d

Gambar 5.3 Array linier yang terdiri dari N buah antena di sepanjang

sumhu z

Kepada masing-rnasing elemen diberikan arus pencatu yang me-rniliki amplitudo yang sama tetapi phasa yang berbeda, yaitu phasa yang

membesar secara linier dengan,

f _ftr - t

Iz = I 'ei\

I'=I'ej29atau secara umum

I,=I'"ib-t)9Jarak dari setiap antenna ke titik pengamatan

adalah

(s.10)

P di medan jauh

fr=T

rz = r -dcos0,

\ = / -2'dcos0

Antena Arral106 Antena: Prinsip dan Aplikosi 107

atau secara umum

rn = r -("-1)'dcos8Dengan analogi perhitr,rngan seperti pada array dua

array untuk struktur array di gambar 5.3 menjadi

AF =1.t, "i(kdcoso+f)

* "iz(u"oso+0)

a "fi(kd

coso+fl) + ... * "i(tt-t\ucosarp)

Dengan

P :ftdcos9+p

menjadi

AF : I * siv I si2v I ei3v + ... * si(N-t)v

(s.11)

elemen, faktor

(s.r2)

(s.13)

(s.14)

(s. l s)

Cari alternatif yang penulisannya lebih korrpak akan diturunkan di

sini, yaitu dengan mengalikan rumus ini dengan e/v , sehingga

AF.eiv- eiv + si2v a gitv q ei4v... * giNv

Dengan mengurangi persamaan (5.15) dengan (5.14) menjadi

AF.eiv - AF-eiNv - |

AF -(eiv -1)= ei*v -l.Ntt/ .NV/J . -J

"e ' -e-tt/ .tl/

J j J1e'-e

. Ntt,

DjNtt/ _l oJ ziL'-

erY -l iYe2

AF="j('-'Eq"'"15,

Dengan mengambil titik referensi di tengah-tengah array ini, maka

eksponsial di atas bisa dihilangkan, sehingga

108 Anteno: Prinsip dan AplikasiAntena Arroy 109

(5.16)

Faktor array mempunyai nilai maksimal AF^ : N.

Atau dengan me-norm faktor array di atas, kita dapatkan

AF, (5. l7)

1N

0.9

0.

o.7

0.6

0.5

o.4

0.3

o.2

0.'t

ou-'t o

_-..r+ w

Gambar 5.4 AFNuntuk array denganN: i dan N : 6 sebagaifungsidari y

'',(r)

AF

I

-5

1

0.9

0.8

o.7

0.6

0.5

o.4

0.3

v/2

I

stn

sin6Y2

o.2ll- "t -

0.1

%'

Gambar 5.5 AF terjadi dari pembagian dua buahfungsi sinus berbeda

periode

5.3.1 Posisi Nol Array N Antena

Posisi nol dari array N antena bisa didapat dengan menjadikan

persamaan (5.17) menjadi nol

3 4 s 6t 7 B

AF,, = L,"N ""[tJ=o',"[5)

(s.1e)

(s.20)

(s.2t)

"*, ,tr[*)= o o"n*u, syarat ,*(]). o

'.[ry)=o,jikary= *n'n= * =*#^

112 Antena: Prinsip dan Aplikasi Antena Arroy

(s.22)

Untuk n : 0, n: N, dan seterusnya syarat di persamaan (5.20) tidaktcrpenuhi, jadi hanya untuk n : 1,2,3,..., N-I. Sehingga terdapat N - Iposisi nol untuk 0 <r{ <2n, dengan posisi yang diberikan oleh persamaan

(s.21).

Posisi sudut I yang menghasilkan AF bernilai nol, bisa ditentukanclengan persamaan (5.13), yaitu:

tlZn=kdcos|+ 0N

o*,,, =arccos l++1.* ,*-e ) 6.23)

dengan n 10, N,2N, ...

Contoh 5.6:

Untuk N : 6, tentukan ke arah sudut mana tidak terjadi pemancaran,

asumsikan seluruh antena dicatu secara se-phasa dan jarak antarelemen

0,5 1".

Jawab:

Dari persamaan (5.21) didapatkan V yang menghasilkan AF men-

jadi nol, yaituuntuk n=|,2,3,4,5:V =t1rc ,t?n,X1n,+ln, dans3333+]-nJ

Sedangkan posisi arah pemancaran bisa ditentukan dengan persa-

maan (5.23)

derrgan n:4, 1,2,....

'r(5)= o, jika \=**'tE 1 Y =!m'2n

dengan m: O,1,2, ...

o,., =arccos [*+1- # r*-o)=arccos [-;]Karena nilai cosinus minimal -l dan maksimal *1, maka hanya ter-

dapat nilai untuk n : 1,2 dan3, yaitu:

n = 1 : O*u, = arccos 0,333 = 70,53' dan

Otuul = arccos (-0,333) =109,47"

n = 2: 8*u,, = arccos 0,667 = 48,19' dan

Or,rurt = arccos (-0,667) = 131,81"

n:3 : Oy,rr = arccos 1= 0'dan

O*utr = arccos (-l) = 180'

(s.24)

5.3.2 Posisi Nilai Maksimum Faktor Array N Antena

Nilai maksimum terjadi jika kasus # terpenuhi, yaitu pada

saat persamaan (5.23) memiliki nilai n: 0, N, 2N, ...

Maka persamaan (5.23) menjadi

o*u*= ***l*(xz*r-e)]dengan fl:0,1,2, .....

Posisi nilai maksimum di atas adalah maksimum global yang meru-

pakan nilai AF yang paling tinggi. Di dalam aplikasi antena, maksimum

giobal ini adalah main beam. Selain itu AF mempunyai nilai maksimum

yang lain, maksimum lokal, seperti yang terlihat di gambar 5.5. Di aplikasi

antena, maksimurn lokal ini adalah side lobes.

Posisi nilai maksimum ini secara aproksimatif bisa diketahui deng-

an menentukan nilai maksimum dari fungsi sinus di pembilang, dengan

114 Anteno: Prinsip don Aplikasi Anteno Array 115

pengecualian nilai maksimum yang pertama dan terakhir dalam interval

0<yS2r.Di garnbar 5.5 terlihat ada sedikit perbedaan antara posisi nilai

maksimum untuk sin(Ny l2) dan lF.

' (t'tv\ttl?,J memnunvai maksimum Pada

ry=-(;."}' =* =t(r+ rd*n

v =t(l +zfiLn (s.2s)

IUntuk N : 6: V, = ;fi nilai pertama, jadi bukan maksimum dari AF

b1

V , = *n =1,571, secara eksak posisi maksimum AF pada 1,51252

5

V , = lTc = 2,618, secara eksak2,6027f)

7Y q =;ft =3,6652, secara eksak didapat 3,6805

oa1

V, = ifi = 4,7 124, secara eksak didap at 4,7 7 07, danz

t\I e = ;fr nilai terakhir, jadi bukan maksimum dari AF

o

Posisi di atas tentu saja bisa dilengkapi dengan nilai-nilai negatifdari y dan periodisitasnya dengan periode 22.

Tabel 5.1 menyatakan hasil dari perhitungan posisi side lobes dan

peredamannya secara aproksimatif dan eksak.

1

Tabel 5.1 Posrsi aproksimat if dengan peredamannya dibandingkan

dengan hasil eksak

Sidelobes ke

Posisiapproks.

Per6daman app.' Posisi eksak Peredaman eksik

I 1,571 0,2357 = -12.55d8 1,5125 0.2392: 2.43d8

2 2,618 0,1725: -15.2619d8 2,6027 o.1727: s.2530d8

3 1,665 0,1725: -ts.26l9dB 3,6805 O.1727 = s.253odB

4 4,712 0,2357: -12.55d8 4,7707 0.2392: 2.43d8

Nilai peredaman didapatkan dengan memasukkan nilai posisi y ke

persamaan (5.17), misalnya untuk Vr : 1,571, maka peredamannya adalah

nilai AF* di sana

l]ntuk N : 6, pendekatan ini menghasilkan 0,4637, dengan hasil eksak

0.4695.

[)ari gambar 5.5 bisa diaproksimasikan nilai yang kurang lebih sama.

Contoh 5.7:

Lakukan analisa kesalahan yang dihasilkan persamaar. (5.26) untuk

array dengan N:2, sampai N: 10.

Jawab:

.N Hasil eksak ,' Persamaan (5.26) Error [7ol

2 1,5708 1,3910 12,93

l 0,9756 0.9273 5,21

4 0.7153 0,6955 2,8s

5 0,5665 0,5564 1,82

6 o,4695 0,4637 t,25

7 0,401I 0,3974 0,93

8 0,3503 0,3478 0,72

9 0,3109 0,309 l 0,s8

l0 0,2795 0,2782 0,47

Sesuai dengan pendekatan yang dilakukan untuk persamaan (5.26),

yang akan bagus jika antena yang dimiliki memiliki beamwidth kecillsempit, dalam hal ini memiliki N yang besar. Tabel memberikan hasil

kuantitatif tambahan. Untuk N > 5, kesalahan sudah dibawah2%o.

Contoh 5.8

Diberikan sebuah array yang terdiri dari 6 buah elemen antena isotrop

yang dicatu dengan arus yang memiliki amplitudo sama dan se-phase.

Jika jarak antarantena sebesar setengah panjang gelombang, sketsakanlah

diagram radiasi array ini.

Jawab:

Data yang kita miliki adalah, N: 6, B : 0, d/)": 0,5, dan untuk ele-

men berupa antenna isotrop, diagram radiasinya sama dengan AF, yaitu

AFu

. (a,rv \sml

-l_t \2 )=L

' .r"(,Y) 6

\2)

sin(3x1,571) =

I -l = _0,235j

sin(1,571l2) 6 0,707

IN

I

N='{ry)

+ 20logl- O,X57l= -12,55 dB

5.3.3 Beam lYidth Atay

Karena maksimum dari AF terletak di ry:0, maka untuk antena

yang sangat direktif besar kemungkinan batas beam width-nya tak jauh

dari y:0.Untuk nilai y yang sangat kecil, AF bisa diaproksimasikan menjadi

AF*V2

Sehingga dengan menggunakan tabel

diks 5.A kita bisa mendapatkan batas beam

di atas menjadi

Nv - +1.39r

2

116

si seperti diberikan di apen-

width irri dengan pendekatan

(s.26)

Antena: Prinsip don Aplikosi Anteno Array 117

AF*

'',(f)Yang ditunjukkan di gambar 5.5. Dengan

\t =2n4"or0+ B =n cos0lL

Untuk O berlaku interval 0 <8 < 180', sehingga dengan

kita dapatkan hubungan sudut pancaran dengan besaranV =zr cos0bantu y.

1l

20 40 60) 20 40 60 80 100 120 140 160 180

Kita akan memulai pengamatan dari $ : 0o yang berarti pemancaran

ke arah vertikal ke atas. Nilai y: zr ini akan menghasilkan AFu: 0 seperti

yang kita lihat di gambar 5.6.

Dengan membesarnya S, yang berarti arah pancaran akan menuju

bidang horizontal, nilai ry akan mengecil, sampai menuju nol pada saat

S :90', yang pada gambar 5.6 akan kita dapatkan main beam dari AF.

118 Antena: Prinsip dan Aplikosi Antena Array 119

1rl

i

0.9r

0.81

o7)

06i

0.5i

O.4'I

i

0.31

021

0.1ii

I

9e

V

Gambar 5.6 AF dengan korespondensi 9, untuk dll: 0,5 dan B:0Jika $ terus diperbesar, \y akan bernilai negatif, tetapi kita akan

mendapatkan nilai AF yang berupa pengulangan dari nilai di pemancaran

di atas bidang horizontal.

Diagram radiasi ditampilkan di gambar 5.7. Main beam mempunyaiarah pada bidang horizontal 90'. Side lobes seperti yang diberikan di tabel5.1,

t'

v ,llil.:.,,i.it'l:. g

r,571 9=cos-r(v/n):60'

2,618 34"

3,665 = -2,618 r46.

4,712= -1,571 120.

4 \-2 \o

Gambar 5.7 Diagram radiasi aruay 6 elemen, dengan d/)t: 0,5 danp:0

Contoh 5.9:

Amatilah kasus di contoh 5.8 tetapi dengan perbedaan phasa pada

arus pencatu sebesar 30'.

Jawab:

o =,.("^e *!)= e =ee,sr

180

-------i

Gambar 5.8 Grafik penghubung sudut pancar $ dan variabel bantu ty

7n/6 =3,665

v/

-5rd6 = -2,618

120

120 Antena: Prinsip dan Aplikasi Anteno Arroy

B : 30' yang secara radian bernilai B : nl6. Tak ada yang berubahpada AF, tetapi untuk fungsi penghubung sudut pancar $ dan besaran ban-tu y menjadi

V =rucos0+16

Fungsi ini divisualisasikan di gambar 5.8. Fungsi kosinus dengan

amplitude n, digeser ke atas sejauh r/6. Sehingga nilai V : 0, sekarangterjadi untuk arah pancar yang lain, yaitu

0=zcos O*+ = d=cos-r (-ll 6)=99,59"

Diagram radiasi dimulai pada $ :0, atau pada y :7n/6=3,665, danberakhir pada $ : 180o, atau pada \y :-5fi16: -2,618, yang keduanya ter-letak di side lobes. Gambar 5.9 menunjukkan korespondensi sudut pancardengan AF.

I = 99,5f1

0.9

0.8 ----

9o- aS = 180'(V = -2,618)3 = 0' (V = t66Tf-------->

Gambar 5,9 AF dengan korespondensi 9, untuk dh: 0,5 dan p:jA,

0.7-- -l

0.6---

0.5- ----

0.4- -

0.3 ----io'2-

i

0.1- - :

Diagram radiasinya diberikan

menyebabkan terjadinya perubahan

ke arah bawah.

pada gambar 5.10. Phasa sebesar 30o

arah pancaran (tilting) sebesar 9,59'

Gambar 5.10 Diagram radiasi array 6 elemen, dengan d/L: 0,5 dan

9: iUContoh 5.10:

Pada sebuah array denganjarak antarelemen sebesar setengah pan-

jang gelombang, berapa beda phasa yang harus diatur sehingga main beam

akan mengarah pada 87o

Jawab:

.Iarak antarantena d: 0,5 ), menghasilkan persamaan berikut ini.

V =ncoso+BKarena main beam terletak pada y : 0, maka dengan $:87", di-

dapatkan nilai phasa

B : - ncos 87o : - 0,052 n : - 9,42o.

Contoh 5.11:

Diberikan sebuah array yangtersusun dari 6 buah elemen yang seje-

nis dengan amplitudo arus yang sama dan phasa arus yang berubah secara

122 Antena: Prinsip don AplikasiAntena Arroy 123

linier dengan 0 =30" . Jarak antarelemen d =?u. Berikanlah sketsa daritliagram radiasinya, tentukanlah arah pancaran maksimalnya, arah sidelobes dan besar redamannya.

.lawab:

Persamaan (5. l3) menjadi

y =2tr$"oro +F =2n'1. 6

dari persamaan tersebut, nilaiGambar 5.11 menunjukkan grafik

minimal -5,7 6 dannilai maksimal 6,8 1.

8

6,81

'5,760 20 40 60 80 100 120 140 160 180

Gambar 5.ll Grafik penghubung sudut pancar $ dan variabel bantu t4t

_ltcosr) + -

rttl

\ :\-'\ \ii i

\i

i--f--\\ \ \

---,- i i--l\lltirllillt

l

li11ltl

!ltt- - - t - - - - - - -t- - - - l-

lirrl

i

I

i

Tl

Ii

I

i

L

il

I

I

I

I

I

l

40 60 80

Gambar5.l3 Radiasi array 6 elemen, dengan dlL: I dan B: jg'

124 Anteno: Prinsip don AplikasiAntena Arroy 125

Maksiraum global terjadi pada ty = ZiT = 2tt cos 8+ tr I 6 + O = 23,56" dan

V = 0 = 2tT cos 8+ n I 6 * O = 94,J8'

Arah-arah side lobes, dengan menggunakan data pada tabel 5.1 :

Dan tambahan side lobe pada O = 180' atau tlr = - 5,'16, dengan

peredaman yang bisa dihitung dengan : AF,. =!N- 6

=0,644 atau

-3,82 dB.

v t)=arccos[[. +]"]Peredaman

(tabel 5.1)

4,712 u.".o,[[*,, n - [)r zx.l = ou,r' t2.55dB

?, 3,665 60. 5.2619d8

2,618 70,53" 5.2619d8

4 r,571 80,4, 2.55d8

5 -1,571 109,47, 2.55d[j

6 -2,618 120. 5"2619dB

7 -3,665 l3l,8l. 5.2619d8

8 4,712 146,44. 2.55dB

r)')

Fungsi si(x)

;;':j*"iidj.i*.]j: : ,1 11.,* x' si6i1"1"":1''

0.00 1.00000000

0.01 0.99998333

0.02 0.99993333

0.03 0"9998500r0.04 0.999733350.05 0 e99581390.06 0.999400i r

0.07 0.999183s30.08 0.99893367

0.09 0"998650550.r0 0.998334170.lr 0.997984550.12 0.997601730.r3 0.99718571

0.14 0.99673653

a.$ 0_9962s422

0.16 0.995738790.17 0.995190290.t8 0.994608740.19 0.993994180.240.99334665

1.25 0.759187701.26 0.75562726t.27 0.752047921.28 0.74844989l-29 0.744833381.30 0.74119ti60t.3t 0.73"154516

I "i2 0.731875081.33 0.730186,75

i.34 0.?2648100].35 $.722"t58041.36 0"7190r8091.37 {J.71526136

1.38 0.?l l4t{8071.39 0"70769843

1.40 0.70389266l"4l 0.70007099r.420.6962336/r.43 0.69238081t.44 0.68851274r.45 0.68462965

2.s0 0.23938886z.st 0.23s23t442.52 0.231083592.53 0.226945512.54 4.222811412.55 0.218699502.s6 0.21459t972.s7 0.21049s032.58 0.205408882.59 4.2{}}.333"1?-

2.60 0. r9rJ269762.61 A.tq4'217182.62 4.190176202.63 0.r851.4?002.64 0.182129782_65 4.178124732.66 0.r74132052.67 0.t70t51942.68 0.166184572.69 0.162230142.70 0.15828884

3.75 -0.3.76 -0.3.77 -0.3.78 -0.3.79 -0.3.80 -0.3.8 t -0.3.82 ."0.

3.83 -0.3.84 -0.3.85 -0.3"86 -0.3.87 -CI.

3.88 -0.3.89 -0.3.90 -0.3.91 -0.3.92 -0.3.93 -0.3.94 4_3.9s -0.

524t61554185695593027576500659345056101523626605964281 tl65876776744V 596899354705 1463

7201085734822074928687fis$A7774705791 18958()46600

81788228308560

126 Anteno: Prinsip don AplikasiAnteno Array 127

X si(X) X siQ() Xsi(X) X si(X)

0.2r 0.992666190.22 0.99195283a.n 0.99t206620.24 4.9904276r0.25 0.98961 5840.26 0.988771350.27 A9878942t0.28 0.986984460.29 0.986042160.30 0.985067360.310.984060t20.32 0.983020s00.33 0.981948570.34 0.980844390.3s 0.97s708020.36 0.978539s4037 A.977339010.38 0.976105500.39 0.974842090.40 0.973545860.4t 4.9'72217870.42 0.9708s8220.43 0.969466980.44 A.968044240.45 0.966590080.46 0.965104580.47 0"963587840.48 0.9620399,50.49 0.96046r000.50 0.958851080.51 0.957210290.52 0.95s538730.53 0.953836490.54 0.952103690.s5 0.950340420.s6 0.948546780.57 0s46722890.s8 0.944868860.59 0.942984780.60 0.941070790.61 0.939126980.62 0.9371s348

.46 0.68073176

.47 0.67681929

.48 0_67289246

.49 0.66895 r 5l

.50 4.65499665s10.66102813

"52 0"65744615.53 0"65305094.54 0.64904275.55 0.64502178.56 0.64098828.s7 0.63694247.s8 0.63288459.59 0.5288148s.60 0.62473350.61 0.62064077.62 0.61653688.63 0.61242247.64 0.60829657.65 0.60416062.66 0.60001445.67 0.59s85829.68 0.59169238.69 0.5875169s.70 0.58333224.71 0.s7913848.72 0.5749359r.73 0.57072476.74 4"56650328

"75 036227768.76 0.55844223

"77 0.ss379914.78 0.s49s.1866

.79 0.54s29102

.80 0.54r02546

.810.53675522

.82 0.53247754

.83 0.52819366

.84 0.52390380

.85 0.51960822

.86 0.51530714

.87 0.51100081

2.71 0.154360862"72 0.t54446392.73 0.146s456CI2"74 0.142658682.75 0.138785822.76 0.134927192.77 0.131082982.78 0.127253362.79 0.123438s22.80 0.1 19638632.81 0.1 15853862.82 0.1t 2084382.83 0.108330382.84 0.t04592032.85 0.100869482.86 0.097t629r2.87 0.093472492.88 0.089798392.89 0.086140762.94 0.082499772.91 0.078875582.92 0.07s268362.93 0"071678262.94 0.06810s442"95 0.064550052.96 0.0610122s2.97 0.057492202"98 0.0-s3990042.99 0.050505923.00 0.047040003.010.043s92423.02 0.040r63333.03 0.0367s2873.04 0.03336r 18

3.05 0.029988413"06 0.026634693.07 0.023300r73.08 0.019984973.09 0.01668925

3.10 0.013413123.1I 0.010156723.12 0.00692018

3.96 -0.1

3.97 -0.1

3"98 -0.13_99 -0.14.00 -0.14.01 -0.1,1.02 -0.14.03 -0.1

4.04 -0.1.1.05 -0"1

4.06 -0.14.07 -0.1

4.08 -0.1

4.09 -0.14.10 -0.14.1 I -0.24.12 -0.2

4.13 -0.24.t4 -4.2

4"15 -0.2

4"16 -0.2

4.17 -4.2

4.18 -0.i4.19 -4.2

4.24 -0.2

4.21 -4.2

4"22 -0.i4.23 -0.1

4"24"0.24.25 -0.2

4.26 -4.2

4.27 -0.2

4.28 -0.2

4.29 -0.2

4.30 -0.24.31-0.24.32 -0.2

4.33 -0.2

4.34 -0.2

4.35 -0.2

4.36 -0.2

4.37 -0.2

841s8 I 7

85605948682893880271 5

892046290349379147342925727993647509469759957?-30996724039770043986s2349957978004828 I

0r 36145022157503045750385 149

0463303053904046123660683286075 I 804

0817927088 I 559a9$00710019771058573l r 1280311646't31214188t26t3s7t306t8st34867913888461426694146223014954621s263961555041

X si(X) Xsi(X) Xsi(X) X si{X)

0.63 0.935150410.64 0.933 I 17880.65 0.93105601

0.66 0.928964930.67 0.926844760.68 0.924695620.69 0.922517660.70 0.920310980.71 0.918075730.72 0.9158t2040.73 0.913520050.74 0.91I199880.75 0.908851680.76 0.9064',t5590.77 0.90407r740.78 0.901640280.79 0.89S18136

0.80 0.8966951 I0.810.894181700.82 0.89r641260.83 0.889073940.84 0.886479900.85 0.883859300.86 0.881212280.87 0.878539010.88 0.875839640.89 0.873 1 1432

0.90 0.870363230.91 0.867586530.92 0.8647843',1

0.93 0.86195593

0.94 0.859104360.95 0.856226850.96 0.853324550.97 0.850397644.98 0.847446300.99 0.844470691.00 0.84147098l.0l 0.83844737l-02 0_83540002

1.03 0.83232912t.o4 0.82923483

l.88 0.s0668947t.89 0.502373341.90 0.49805268r.9t 0.493727711.92 0"48939868r.93 0.485065831.94 0.480729391.95 0.476389601.96 0.472046691.97 0.467700921.98 0.463352501.99 0.45900 t692.00 0.4s46487r2.010.450293812"02 0"44593 ,122

2.03 0.441579182.04 CI.437219932.05 0"432859692.06 0A28498'n2.07 0.42413'123

2.08 0.419775472.09 0.415413682.to o-4t 105208

2.1I 0.40669091

2.12 0.402330422.13 0397970822.14 0.393612352.15 0.389255252.16 0.384899752.17 0.380546082.r8 0.376194472.19 0.371845162.20 0.361498372.21 0.363154332.22 0.3588t3282.23 0.354475442.24 4350141042.25 0.345810312.26 0.341483482.27 0.337160772.280.332842422.29 0.32852864

3.13 0.003703643.14 0.00050721

3.15 -0"002668973.16 -0.005824783. r7 -0.008960103.18 -0.01207481

3.19 -0.015158793.20 -0.018241923.21-0"021294083.22 -0.42$25173.23 -0.427335063.24 -0.030323643.25 -0.03329081

3.26 -0.036236463.27 -0.039160483.28 -0.042062163.29 -$.4449432t3"30 -0.047801733.31 -0.050638203.3',2 -0.053452543.33 -0.056244643.34 -0.059014423.35 -0.061761783.36 -0.064486633.37 -0.067r88883.38 -0.069868443.39 -0.072s2s223.40 -0.075159153.41-0.077770133.42 -0.0803s8093.$ -4"082922953.44 -0.085464533.45 -0.087983053.46 -0.090478t43.47 -0.092949833.48 -0.09s398043.49 -0.497822723.50 -0.rc4223783.51 -0.102601173.52 -0.104954823.53 -0.107284673.54 -0.10959065

4.38 -0.215814044.39 -0.2160s4954.4A -0.2t6273204..41 -0.215468884.42 -0.216642084.43 -0.2t6792894.44 -0.216921384.45 -0.217027654.46 -0.2171I1804.47 -0.217173904.48 -4.217214064.49 -0.21723236+50 -4.217228924.51-0.217203814.52 -0"217157144.53 -0.217089004.54 -0.216999514.55 -0.216888764.56 -0.216756854.57 -0.216603904.58 -0.216429994.59 -A.216235254.60 -0.216019784.61 -0.215783694.62 -0.21552't094.63 -0.2r5250101.64 -0.214952824.65 -0.214635364.66 -0.214297864.67 -0.2r39404t4.68 -0.213563154.69 -0.213166t84.7CI -4.212749634.7t -0.212313624.72 -0.211858274"73 -0.211383714.74 -0.210890054.75 -0.210317434.76 -0.20984s974.77 -0.209295804.78 -0.208727044.79 -0.20813983

128 Antena: Prinsip don Aplikosi Antena Arroy 129

TiI

;

X si(X)

230 4,324219662.31 0.J r991.570

232431s617002.33 0.31t3237'l2.34 0.30703674'2.35 03A2754{:22.36 0.298479142.310.2942nA2238 4.2899474"12.39 0.28s691722.40 4.281442992.4t 0.2772A1192.42 A 272967442.$ 4.268741052.44 0"264522542-45 0.26A312122.46 0.256110012.4't 4.2s1916422"48 0.247731562.49 0.24355563

3.55 -0.1 118t2723..5fi 0. I I 4l -]0823.57 -0 i163648tt3.58 -{.}.1 18.57485

3.51) -0. I ilfl1{r0rr'j:i.60 -0 1229323-$

3"61 -0.125059773.62 -0"t27172903.6-?, -0. l2926lii3.64 -0.11t32617

3.65 -0.133365213.65 -().13518 t 803.67 -0.137,172S0

3.68 -0. r 39339493.69 -0.141281,523.70-0.143t98963.71 -0.r45091783.72 -0.146959963.73 -0. I 48803463.74 -0.1s062227

4"n0 -0.207534294.8 r -0.?06910574.82 -0.2062687t{4.U3 -0.20560907zt 84 -0.2049i 156

4.{t5 -0.204236404.86 -$.2A352.37221.87 -0.202793654.88 -0.202046_14

4.89 -0.201281924.90 -0.200-50053

4.91-0.t991A2374.q2 -0. i9ti887424.9-r -fJ.198{i5599

4"9,1 -0. 197208 I 5

4.95 ."0. 19634405

4.96 -0. i95463854.S7 -0"r94557684.gti -0.r936_5570

4.99 -4.19272804

.0s 0.82611736

.46 4.82291687

.07 0.81S81 156

.08 0.81662760

.ttq 0"8134i919

.i0 0.81018851

. t 1 0.8069-1575

.r20.80366111

" 1r 0.80036.477t4 {'}.7t)70469_7

.15 4.79370777

.16 4.79034,"75!

.i7 A.78696(t32

.t8 0.78356442

.19 0.780i4199

.20 a.'77669924

.21 0.77323636

.22 0.76975357

.23 0.766251A6

.24 0.7627290',3

I

Antena APetturedan Horn

6.1 PENDAHULUAN

Antena apertur adalah jenis teknologi ke dua yang dibahas di

buku ini untuk membuat struktur antena' Antena apertur menggunakan

teknologi waveguide(pemandu gelombang)' Jenis yang sederhana adalah

sebuah waveguideyang dipotong penampangnya dan dibiarkan terbuka'

Gambar 6. I mentrnjukkan contoh antena aperture yang berbentuk potongan

waveguide,dengan ujung satu tertutup metal dan ujung satunya terbuka

dan terhubung d"ng"' ruang bebas' Energi masuk ke waveguide melalui

konektor kabel koax seperti ditunjukkan di gambar ini'

+ aPerlure

U

Pr

konektorkosx

Gambar 6.1 Antena aP:erture terbuat dari waveguide segiempat

Di dalam realisasinya, ada dua masalah yang bisa muncul pada antena

aperture ini. Yang pertama terkait ilengan gelombang yang direfleksikanoieh antena ini. Ferubahan struktur dari waveguide yang mempunyaidirnensi a x b ke ruang bebas merupakan perubahan media secara besar

unfuk perambatan gelombang, hal ini berpotensi menyebabkan refleksiyang besar. Ke dua, gain antena aperture mempunyai besar tergantungdari besar aperturnya itu sendiri. Jika diinginkan gain yang tinggi, makawaveguide harus diperbesar. Hal ini akan membawa pengaruh pada

merambatnya juga mode gelombang ordo tinggi selain mode fundamentai(mode H,r). Tentang hal ini bisa dilihat lebih detail di [MA09].

Untuk mereduksi kedua problem di atas, dikernbangkanlah tipeantena horn. Di sini antena apertur akan memiliki bentuk yang diubah

sedemikian rupa, sehingga diharapkan energi tertuntun yang mengalir didalam waveguide, dengan bantuan antena ini, bisa berubah secara efisienmenjadi energi yang merambat bebas di udara. Supaya perubahan inioptimal, artinya diharapkan tak ada energi (atau hanya minimal) yang

direfleksikan kembali ke generator, terhadap gelombang yang merambatjangan terdapat gangguan, baik berupa perubahan geometri atau punperubahan material y ang ada di sepanj ang perambatan gelombang tersebut.

Untuk mendapatkan refleksi yang minimal, maka dicoba untuk melakukanperubahan secara perlahan terhadap media perambatan gelombang, dariwaveguide (yang penampang memiliki besar tertentu) ke udara bebas(dengan besar tak terhingga), dengan cara seperti diperlihatkan di gambar

6.2.

Pembesaran aperture yang baru ini pada antena horn secara otomatisjuga akan memperbesar gain yang akan terbentuk.

Di bab ini kita tidak akan membahas performansi antena pada faktorrefleksinya. Hal ini kita kembalikan pada performansi transisi dari kabelkoaxial ke waveguide melalui adapter. Di sini diamati diagram radiasi an-

tena apertur dan horn serta gain yang akan dihasilkannya.

Jika di dalam waveguide ini merambat gelornbang elektromagnetika

dengan suatu mode (misalnya mode I{,0 ), bagaimanakah kita menentukan

medan elektromagnetika di bagian iuar (far-field)?

Pendekatan yang dilakukan pada masalah ini adalah dengan mencari

suatu distribusi arus tertentu, yang dengannya dan integral radiasi yang

diperkenalkan di bab 3, bisa diturunkan persamaan-persamaan untuk dia-

gram radiasi.

Distribusi arus ditentukan dengan bantuan teorema-teorema yang

dikenal di medan elektromagnetika, dan akan dibahas di bagian berikut

ini.

llorn Piramid

Gambar 6.2 Antena horn

6.2 TEOREMA KEUNTKAN (UNIaUENESSTHEOREM) DAN TEOREMA EKUIVALENSI(EQUTVALENCE THEOREM)

Di dalam elektromagnetika berlaku teorema keunikan (gambar

6.3) yang menyatakan: pada sebuah wilayah (yang mengandung kerugian/

lossy medium) medan elektromagnetikanya bisa ditentukan dari sumber

arus listrik/magnetik ditambah komponen tangensial medan listrik pada

seluruh bidang pembatasnya (pembungkusnya), atau komponen tangen-

sial medan magnet pada seluruh bidang pembatasnya, ataukomponen tan-

132 Antena: Prinsip dan Aplikosi Anteno Aperture dan Horn 133

gensial medan listrik pada sebagian bidang pembatasnya dan pada bagian

pembatas yang lain diberikan komponen tangensial medan magnet. Bidangpembatas kedua ruang ini adalah S.

Selain itu ada juga teorema ekuivalensi (gambar 6.3) menyatakan

dua problem yang ekuivalen jika memenuhi syarat-syarat tertentu. Teorema

ini didasarkan pada terorema keunikan, bahwa dengan memberikan kom-ponen tangensial dari medan listrik dan medan magnet pada permukaan

pinggir/pembungkus ruang yang kita bahas, maka problem kita lengkap.

Pada gambar 6.3 kita akan mencari medan elektromagnetika di ruang bebas

(ruang A yang dibatasi oleh sebuah bola dengan radius r -i -). Di dalam

ruang A terdapat ruang B (ruang B c ruang A), yang di dalamnya terdapat

arus pembangkit medan elektromagnetika di seluruh ruang itu. Di ruang B

ini mungkin arus listrik dan magnet J, M terdistribusi secara kompleks

atau tak kita ketahui susunannya sehingga tidak memungkinkan kita untuk

menggunakan integral radiasi untuk menentukan medan elektromagnetika

dari antena tersebut. Teorema keunikan menyatakan ada struktur lain yang

sama dengan solusinya jika kita mengenal medan listrik dan magnet ta-

ngensial hanya pada permukaan (bidang S) pembungkus volume ruang

B, tanpa harus mengetahui apa yang terdapat di dalam ruang B.

Gambar 6.3 Visualisasi teorema keunikan (uniqueness theorem) dan

teorema el':uivalensi (equivalent theorem)

Dan dengan teorema ekuivalensi, medan listrik dan magnet tangen-

sial pada permukaan volume ruang B (bidang S) bisa diubah masing-ma-

134 Antena: Prinsip dan AplikasiAntena Aperture don Horn 135

sing menjadi arus magnet

dengan rumus

j, = fix*o, dan

permukaan dan arus listrik permukaan, yaitu

Ms =-fixE*m

dengan vektor normal satuan firuang A.

Jadi dengan dimilikinya informasi akan medan tangensial pada per-

mukaan suatu volume, kita bisa mendapatkan distribusi arus yang akan

digunakan pada integrasi radiasi untuk perhitungan medan listrik dan mag-

net, terutama di medan jauh.

Contoh 6.1: Aplikasi teorema keunikan dan teorema ekuivalensi

Sebuah antena aperture yang terbuat dari sebuah waveguide dengan

bidang aperture pada bidang penghantar ideal yang tak terhingga luasnya,

seperti pada gambar 6.4a).

Andaikan medan listrik tangensial pada aperture diberikan, yain E,.Tentukan model yang ekuivalen dengan problem ini untuk mendapatkan

medan radiasi di ruang bebas.

o) b)

Gambar 6.4 o) Problem antenna aperture, b) Aplikasi teorema keunikan

(6.1)

(6.2)

pada bidang S yang diarahkan ke

Ruong

tf,tu, ,(:,'a'-i"..,' ll- |l. vwewt* | E, RwvA I

\"...

-T -0...,'j

+

Jawab:

Pertama-tama didefinisikan dulu ruang A dan ruang B" Ruang Adibatasi oleh sebuah lingkaran yanei sangat besar. Di daiam lingkaran initerdapat ruang B" Ruang B melingkupi semua bagian yang tidak dikenalsec&ra detail (waveguirte dll.). Pennukaan pembungkus ruang B (bidang

S) terdiri dari bagian hidang penghantar yang tak hingga besamya (bagian

kanan atas), aperture waveguide (kanan tengah) dan penghantar takhingga (kanan bawah) dan ditutup pada sisi yang tak terhingga (kiri secara

keseluruhan), gambar 6.4b) menunjukkan hasil ini. Bagian kiri secara

keseluruhan terletak di tak terhingga, sehingga efbknya tak ada untuktempat lain. Oleh sebab itu bidang S yang kita amati hanya yang sebelah

kanan. Di sini kita berusaha untuk menerka medan tangensial padanya dan

arus ekuivalensi yang dihasilkan melalui persamaan (6.1) dan (6.2).

Perhatikan bidang S kanan atas, karena terbuat dari penghantar ideal,

maka tidak ada medan lisrik yang tangensial {Erun= 0), jadi dengan

persamaan (6.2), di sanaM, = 0, sedangkan medan magnet tangensial

biasanyatidak 0 ( fr,"^ # 0 ), sehingga kemungkinan mengalir arus listrikdi sana J, * 0. Hal ini juga berlaku pada bagian penghantar di bawah.

Pada bagian aperture, biasanya medan listrik dan magnet transversal ada,

sehingga di sana ada J, * 0 dan fu , = -ixE,. Hasilnya ditunjukkan

di gambar 6.5a.

Karena ruang B sekarang menjadi kosong dari medan listrik dan

magnet, maka kita bebas mengisinya dengan material apapun. Di sini di-anjurkan untuk mengisinya dengan penghantar listrik ideal, karena dengan

demikian kita menutup secara singkat jalur arus listrik yang menyebabkan-

nya menjadi short, sehingga seluruh arus listrik harus nol (gambar 6.5b).

Di gambar 6.5c), dengan bantuan metode image kita mendapatkan model

akhir dari problem pemancaran antena aperture pada bidang penghantar

ideal yang terbentang tak hingga ini.

136 Anteno: Prinsip don Aplikasi Anteno Aperture dan Horn 137

Y

A

Ruang bebas,

Eo,[.

7r*o

fu"=0l-.Jr*0I

; fu,=-fi"E,!+n

1r+o

fur=0

A

(///t:l Ruang bebas,,,s l; - t",!"

A

Ruang bebas,

r", uo

jr=o

fur=o

'sB

Ruong bebus,

E"']r""'-'-"-"'1 -'Js=0

I

i fu'=-2fi"E'I..-->N

jr=o

fur=o

a) b) c)

Gamhar 6.5 a.) Teorerna elruivalensi secartt umum, b) Iv{engisi ruangB dengan penghantar ideal, c) Dengan metode image, aras magnetis

menjadi dwa kali lebih besar

6.3 ANTENA APERTURE PERSEGI PANJANG

Contoh 6.2: Antena aperture segiempat dengan medan listrikkonstan

Gambar 6.6 Aperture segiempat pada bidang penghantar tak terhingga

Diberikan sebuah antena aperture pada bidang penghantar ideal

yang terbentang tak terhingga. Jika pada aperture berlaku medan listrikyang konstan dan memiliki arah ke sumbuy,

f-grx<gE,=E,drpuou] 7 i

l- r" =,Bagaimanakah bentuk medan radiasinya?

Jawab:

Dengan menggunakan hasil di contoh 6.l dan fi = d,,

maka hasil persamaan (6.2), yaitu -frxE,=-Eod.xdu=EoA,,menjadikan

pada- a I 2< x I a I 2; -b I 2 3 y <b I 2

selain dari yang diatas

/s = 0 di rnanapun juga

Karena sumber arus yang dimiliki terdistribusi di atas sebuall bi-

ciang, maka pffrsamaan (3.40) untuk integrasi arus listrik digunakan, dan

persamaan yang mirip untuk arus magnetis yang merupakan solusi dari

l-za"E, =zEod*-tMr=1

Iodan

persamaan (3 .27 ), y aitu

F(,)=*$ffi1,,, (6.3)

Karena nilai arus listrik J, = 0 , maka nilai A= 0. Arus magnetis

.F terkonsentrasi di - a I 2 < x < a I 2; - b I 2 < y < b I 2, wilayah ini pula

yang rnenjadi batasan integrasi A, dengan elemen satuan bidang

da'= dx''d!'

138 Anteno: Prinsip don Aplikosit39

1

Jarak dari sumber arus ke titik pengamatan lf - i'l Uiru didekatidengan cara

Untuk amplitudo: lf - rt= r

Untuk phasa: l, - t1= r - r'coSV

ry adalah sudut yang dibentuk oleh garis dari titik nol ke titik peng-

amatan dan garis dari titik nol ke titik sumber seperti terlihat di gambar

6.7.

Dengan menggunakan produk perkalian skalar

i.V'=rrtcosty

Memberikan hubungan

r'cosy = i'.d, = Q' A, * f' d r) (rinOcosg d, + sinOsing d, +cos0d, )

= x'sin0 cosg + y'sin0 sing

Gambar 6.7 Besaran penting untuk integrasi antena apertur

Anteno Aperture dan Horn

(6.4)

(6.s)

T!

Maka persamaan (6.3) secara umuin untuk pendekatan medan jauh

menjadi

, o- jk'-

F (r\ = :-L-- ll u,(, t) e- ik"cosY/ da'\/ 4tr r

atau dengan

i = I! * rQ; ') "'ir"'"""v da'

A

menjadi FG)=?l-f41T r

Jika arus listrik juga ada, akan dihasilkan vektor potensial magnetis

Z(,)=** SSJ,(i ,1u-,*'|cosv/ dat

+lt r

atau dengan

li/ = JJJ, (i')

"- it''"o"v 4o'

A

menjadi tt(r\=I-L*4rt rDari penulisan seperti persamaan (6.6) sampai (6.1 I ) bisa diturunkan

medan listrik dan magnet untuk medan jauh menjadi

Dan untuk medan listrik dan magnetnya:

E, =0 (6.t2)

(6.13)

(6.14)

(6.rs)

Antena: Prinsip don Aplikasi

,"=-#(rr+z,No)

ur=#(4-2,x,)

(6.6)

(6.7)

(6.8)

(6.e)

(6.10)

(6.1 1)

n,=#[r,-Z)nr=-#(.,.2)

Dengan komponen Ndan Z di kordinat bola

No = cos0 cosgi/, + cosO sing{l/* = -sin<Pl/, + cos<PN,

I,, = cosO cos<pZ, + cosO sinrpZ,

z* = -sinqr, + costPr-,,

Karena i = 0, maka dengan persamaan (6.10) didapatkan ,fr = 0 .

Dengan persamaan (6.7) bisa dihitung

(6.16)

(6.t7)

(6.18)

(6.1e)

(6.20)

(6.21)

bl2 at

i = lJ fu rrikr'cosv' dst = 2Ed, J Jerr('''in *"o' e+t"stnBsino)d*r ,lrr

S -bl2-al2

bl2 al2

L = 2Ed* J eia'"r"o"r"odr, leir*''inocoss

d*t-bl2 -a/2

dengan

u'

f ", r',,, 0,,n,

dy, - ----)-pi b.. o,n olt u2,, -_i,, Jksrnusrn(p

= r ,i[rf ,i, *r'"r)

"iksrnBsing

140

H, =0

Anteno Aperture don Horn

tf,stnosins

141

"'1,

r"'*'"^

o *" e dx' = ari(r f .ir rl"o. o )

L = 2abE.si(rlsin u, ^

r\'r(o tsin ercos p.l 4

Di kordinat bola berlaku:

ro = coS rlco seL, = 2abE" cosoco, rri(rf rm,rri, e) r(k;sin ocosp)

L p = - sin tpL, - 1ab E,.i" r ri(r f ri., rrrin p ). ri[r I *m rl*, e )

Medan listrik dan magnetnya adalah:

,, =L?#t i,r,(rf,in rlsinp),i(rf,i" u.o,p) g.zz)

,, = &2#tcos zlcos p si (o *r*rrsin p ) .i[t f ,i",r"o, e')

(6.23)

H-=-Z H-=Z $.24)

Pengamatan pada bidang-bidang E dan H akan menghasilkan

spesialisasi dari diagram radiasi tiga dimensi di atas.

Pada bidang E (rp = 90" ):

r jk-2abE"-e-'ik'

4tzr

E* =o

l'lda bidang H (<p = 0'):

Eo =0

v jk .2abE, . s-ik'Le- 4m

cos z). ,i[r f ,* ,r) (6.26)

',[o]'r o) (6.2s)

Diagram radiasi secara tiga dimensi dari antena ini diberikanrrrcnurut persamaan (6.22) dan (6.23) untuk a =b=3)v pada gambar

6.8. Sedangkan diagram radiasi di bidang E dan H ditampilkan di gambar

09

08

o.7

05

0.5

0.4

0.3

o.2

0.1

01

Q=00

Gambar 6.8 Diagram radiasi tiga dimensi

Q=900

142 Antena: Prinsip dan AplikasiAnteno Aperture dan Horn t43

T

Posisi Nol:

Pada bidan gE @ = 90' ):

Dengan 'i[r f i" r, )=

o +

[Jntuk

b =)y , tak ada solusi, untuk kasus ini hanya ada satu posisi nol.

b =3A, On.2 =0,73 = 41,83' .

Pada bidang H (q = 0'):

cos d, '.i[r{sin d, )= 0, selain pada coso, = 0" (2 )

(atau O, = 1; pada posisi nol. ,, 2,pada bidang H perhitungannya seperti pada bidang E, yaitu

r x\8r,, = arcsinl n-: I dengan n = 1,2,3 ....\ a)

Beam Width

Pada bidangE ((p = 90'): dicari sudut O, , yang mana berlaku

IEu(8,)=;iE,.,*

Persamaan (6.25)rn..t"rit* hubungan

,i[r4ri, o,)=i

Dengan menggunakan tabel fungsi si(x):ry di apendiks 5A (bab5), kita bisa mencari argument x untuk fungsi si(x) supaya didapatkan nilaitersebut

.i[r].i" d, )= #

= 0.707 r,maka dengan nilai

x : 1,39 si(x): A.70769843

x : 1,40 si(x): 0.70389266

'i"[r]'i"* )= o

Untuk

* ir**, =n.rt :+ D,., ="..',r(r*)dengan n:1,2,3....

Nol pertamar o.nr,r = r...t"[]),

b = ),, 8*.r=1,571=90' .

b = 3)" , 8* ,, = 0,34 = 19,47', .

Nolkedua: 8r., = ur.rinfZ])t 5/

Antena: Prinsip dan Aplikosi Antena Aperture don Horn

Dengan interpolasi data di atas maka si(x):0.7071 terletak pada x : 1,391

Jadi

fr4sin0,, = 1.3912'

arau hpbw : zarcsin( Ll .391 ): zur"rin( o.+428+)[*b / t b)

Untuk

b =)", hpbw : zur"rin( o.+428.+)= 0.g17 = 52,5'7oI r)

b = 3)u, hpbw : zur"rin( 0.4428 1)= 0.296= 16.98o

[ 3iPada bidang H (9 = 0o):

Di sini kita menetapkan cos O.ri( t{rin zf )= 0.7071, dan hanya

bisadidapatkan \ 2 )

Secara numerik dengan mencari akar persamaan. Artinya untuk se-

tiap besar

Antena, misalnya a =37v, persamaan di atas menjadi

.f (o), - cos a9, .si(3zrsin sr)-0.7071= 0

-f (rJ), = rirQrc sinoo )e,ee+tunor = o

146 Anteno: Prinsip dan Aplikasi Antena Aperture dan Horn

T

\

,l\

a

6810129H

Gambar 6.10 Fungsif terhadap 9,

Fungsifi$r) ini divisualisasikan di gambar 6. 10. Dan dengan metode

Newton bisa kita dapatkan solusinya sekitar 8,37'.

Posisi Side Lobe

Pada bidangB (9 = 90'): Side lobe terjadi pada saat fungsi si(x)mencapai maksimum lokal. Dengan melihat fungsi si(x) atau tabel diappendiks 5A, kita temukan maksimum lokal dari fungsi si pada

x: 4.49 (nilai yang lebih baiknya pada 4.49341),

",r, (o lsinor,.,\= a.qg (first side tobe)

( +.qq )"\maka d51.1 - arcstnl

-; I dan dari gambar

\ lt b)

x: 7 .7 (tcpatnya 7 .72525) atau ( kf sin dr.,, \= 7 .7 lr"rond side lobe)(2 '' )

ilit i\

T

Peredaman Pada Side Lobe (Side Lobe Level)

Berapa besar energi dipancarkan ke side lobe kadang kala menjadi

besaran yang penting untuk meyakinkan bahwa besarnya, misalnya tak

lagi signifikan. Untuk itu perlu diperhatikan berapa besar pancaran antena

ke arah sudut itu dibandingkan dengan pancaran maksimalnya.

Pada side lobe pertama di bidang E, nilai pada maksimum lokal per-

tama terletak pada x = 4,5 dengan nilai si(x:4,5): -0.21722892, jadi be-

sar dari pancaran ke arah ini dibandingkan dengan pancaran maksimalnya

Side Lobe Level = 20log(0.21722892)= -13.2616 ds.

Contoh 6.3 Waveguide Segiempat dengan Mode Fundamental

Pada praktiknya, distribusi medan listrik konstan di contoh 6.2 tidak

ada. Sekarang bagaimana perubahan hasil, jika di aperhrre kita miliki mode

fundamental I1,o?

Jawab:

Mode fundamental memiliki nilai medan listrik (yang dicocokkan

untuk kordinat gambar 6.6 dan 6.7, jadi bukan fungsi sinus, tapi kosinus)

Eo = Eocos

Arus magnetis bisa dihitung dengan cara yang sama, dan dengan

persamaan (6.7) bisa didapatkan Z dengan integrasi

L = llttreio,'costz75r =2Ed, Js -bl2

b/2 a/2

L = 2E "d, t eior'"'"o"'"o dy' t co

-blz -al2

Dengan membandingkan fungsi I di contoh ini dengan di contoh6.2, terlihat tak ada perubahan untuk bidang E. Hal ini bisa dimengerti,karena gelombang /1,0 memiliki perubahan hanya di arah x'.

Perbandingan lengkap hasil di contoh 6.2 dan6.3 diberikan di tabel6.l

Tabel 6.1 Perbandingan hasil untuk aperture dengan medan listrikkonstan dan dengan modefundamental H,,

6.4 SIMULASI DENGAN PROGRAM WIPL.D

Di subbab ini akan ditunjukkan hasil-hasilgan elektromagnetika dari antena aperture dengan

gram WIPLD. Antena aperture ini dirancang untuk

Antena Aperture don Horn

.' [- !<*<g":y, e.d,

I _i=, ='!12 2

'j r*t(, *)'no'"*'r-

lsin osin o) d*t drt

,("*)*'inocosed*'lsimulasi perhitun-

menggunakan pro-

frekuensi 7.33 GHz

Medan jauh,dengan

kaX = -5111

tlcos(D2

-- kbI - - sln ,ysln o

2

- ahkE e-jb

zltr

sinX sinlu^ = L slno--XYE'c =ccosocos-Yry

,,=-2,H,=Z

E =H, =0

E,= H,=Q

- ta ^ cosXZo =--Lsln{p-

' x'-{Ll12)

^ ,r^ ^ cosX sinlEo =--OCoSUcos9--_e 2_____ .

",_(ll y

H,='2.',=Z

sin IY

I{alf-power beamwidth [']

Bidang n{arrX1, {{ 50,6Bidang E(b>>L): y X

Bidane H (urtl"), 50'6

dlA

68,8BidangH(a>>?): o17

Peredamanatenuasi pertama(dB)

Bidang E: -13,26 Bidang E: -13,26

Bidang H (a>>1")' -13,26 Bidang H (a>>1"): -23

Direktivitas4n- ab--; Luas= 47t--;;,f /f '," (*ff\

Ffisicnci qnarfrrra O Ql

148 Antena: Prinsip dan Aplikasi 149

T

(1,:40,93 mm). Lebar dan tinggi waveguide masing-masing 34,8 mrn dan

I 5,2 mm, jadi al?v: 0,85 dan bl)" : 0,37 .

Analisa mode yang mampu merambat [MA09] di dalam waveguide

ini bisa dilakukan dengan membandingkan frekuensi cut'off masing-

masing mode dengan frekuensi kerja. Pada frekuensi 7,33 GHz mode I/,0

merupakan satu-satunya yang mampu merambat di sepanjang waveguide.

Hasil perhitungan memberikan data faktor refleksi yang lebih baik,yaitu -13 dB.

Cambar 6.13 menunjukkan diagram radiasi untuk bidang H masing-

rnasing untuk antena aperture dengan dan tanpaJlange. Nilai beamwidth

rrntuk antena dengan flange adalah

2 x 37,6' : 75,2o, dan tanpaflange 2 x 30 = 60'.

I

$,0i.c'Oio-15,

ll

-20I

-zs',

-30' 050I [o]

Gambar 6.13 Diagram radiasi bidang H

Tabel 6.1 memprediksikan nilai 68,8" l(a I 7) = 80,9' dan

50,6" l(a I 2) = 59,5'.

Antena aperture dengan flange, seperti ditunjukkan oleh gambar

6.13 dan gambar 6.14 untuk bidang E, memberikan front to back ratioyang lebih besar.

Gain kedua antenna kurang lebih 7 dB, sedangkan dari perhitungan

tabel 6.1 5,97 dB untuk efisiensi aperture 1,0 dan 5,05 dB untuk efisiensi

aperture 0,81.

{--

Gambar 6.11Antena aperture pada simulasi numeric dengan WIPL-D

untuk mensuplai energi digunakan konektor coarial yang dipasang-

kan sejauh t: l},Zmm dari penutup dan dengan kawat dalam sepanjang h

= 10,2 mm. Dengan panjang horn I : 80 mm (gambar 6'l l)'

Hasil perhitungan numeris dengan program Wipl-D [KO00] mem-

berikan faktor refleksi sebesar -l I dB-

Pada simulasi yang lain ditambahkan sebuah waveguideflangeya$g

digunakan untuk memodelkan ground. Flange ini berdimensi 80 mm x

54,8 mm (gambar 6.12).

Gambar 6.12 Antena aperture denganfiange

I

tL

I

h

t50 Antena: PrinsiP dan APlikosi Antena Aperture don Horn 151

'\.-.--_ _ -_ ___

270

Gambar 6.14 Diagram radiasi bidang E dalam bentuk polar

6.5 ANTENA HORN SEKTOR E

6.5.1 Geometri dan Gelombang pada Horn Sektor E

Geometri dari antena horn sektor E dilihat dari samping akan

mempunyai bentuk seperti ditampilkan di gambar 6.15.

Di dalam waveguide gelombang merambat dengan suatu phasa ter-

tentu yang konstan pada bidang z.Tetapipenggunaan metoda yang dikem-

bangkan di sub bab 6.2 (teorema ekuivalensi) dilakukan pada bidang di

gambar 6.2 yangdiarsir pada bagian sebelum. Tetapi di bidang itu, karena

adanya perbesaran penampang dat'r waveguide, maka phasa dari gelom-

bang, medan listrik dan magnet, tidak lagi sama.

Gambar 6.15 Geometri antena Horn E dari samping

Di gambar 6.15, dengan bantuan pendekatan yang dilakukan padawaveguide rudial, bisa didefinisikan sebuah pusat phasa, dan keluar daripusat phasa ini phasa dari gelombang akan bervariasi secara radial danlinier. Di gambar ini diilustrasikan sebuah permukaan bola yang merupakanpermukaan se-phasa dengan gelombang di titik tengah waveguide, darrdengan bantuan titik pusat phasa bisa didefinisikan deviasi phasa di titiklain di bidang arsir itu

- rb"'

"-'T; dengan Pr = P. cosv.

Sehingga jika di waveguide merumbat modus H,rmaka

Er'= Er'= H n'=0

E r' (x', ),') = u, *"(*.'). t *^

.. v'2' 2ptH,,(x,,y,)= jE,(T*d) ,*[;,') ,

152 Anteno: Prinsip dan APlikasi Anteno Aperture dan Horn 153

T

H i (*,, y,) = -*"",(;r) .

"-'o*

Pr = P" coslye

6.5.2 Radiasi pada Horn Sektor E

Setelah medan listrik dan magnet pada bidang integrasi (arsir)

diketahui, langkah selanjutnya adalah menentukan arus yang mengalir disana, yaitu dengan

i, = fixfron oun

fu' =-frxE'^'

Maka menjadi

r,(*,, !,)= *.".(;r') "-r *

untuk

-al21x'1a12-b,12<y'<brl2M,'Q',y')= r, .or(l t);r*

Perhitungan medan pancar seperti yang dilakukan di rnodul sub 6"3

di sini hanya akan ditampilkan medan listrik difar-Jield, yang secara tiga

dimensi bisa dilihat di gambar 6.16. Terlihat diagranr radiasi rnemfokuskan

energinya pada bidang E, karena terjadi pembesaran dimensi di bidang E

ini.

Gambar 6.16 Diagram radiasi tiga dimensi antena horn E (data p,:6?u,

b,=2,75?,", a:0,5?'")

Bidang E (0 = n l2),dengan E, dan E*

,II

," - -'^ry: n,l-n'*"",, [fl (r+coso) . rQ,,,t;1. "-,*

dengan

FQ;,tr,)=lc7)- c(r,')]- i [s(rr') - s(r,')]

yans mana r,'= lm e- o, sino)

dant;=rffi (.+-0,sino)

(6.27)

154 Anteno: Prinsip don Aplikasi Anteno Aperture don Horn 155

serta c(x) = 1*'(i,' )r, tt,l =i'^(;r)*

Bidang H (0 = 0), dengan E, dan Eu:

fkt_

trn'p,b.

-tl2

/ t-I ii

-?I

rliperbesarnya penampang waveguide pada bidang E ini. Di gambar-

li,mbar itu juga terlihat, dengan diperbesarnya sudut perebaran penarnpangwtveguide mula-mula beam width mengecil, tetapi jika terus diperbesarlrcam width ini membesar kembali.

I --- r50"I

-'' L--?-I Boo

Gambar 6.18 Diagram radiasi pado bidang E dan H untuk sudut hornyang berbeda

Direktivitas horn sektor E bisa dihitung dengan hubungan sebagaiberikut ini:

l

l2d1\

Gambar 6.17 Diagram radiasi padc bidang E dan H

Dari gambar-gambar diagram radiasi 6.17 dan 6.18 terlihat untuk

bidang H didapatkan beam width yang sangat besar sedangkan untuk

bidang E didapatkan beam width sebesar kurang lebih 15". Hal ini akibat

]

t.,""u"'] '-'-'

(6.28)

(6.2e)

dan tr" rbl -- ---]m'tl

ii' r:0.".

l -^\q'

-" --:t0'!

II

pr =6tr.hr -:r5)\a.0.5[.&'.U:51e f'-plnqq

----lr..p[aor-L -\i -/r:i.=ri8" 7i:+. |r'i,

ii--''lt '-l

,"=*;t["(h)*(h\ (6.30)

Persamaan (6.30) bisa digunakan untuk menghitung direktivitas dariantena horn sector E. Dengan mengunakan data b, dan p, dalam safuanpanjang gelombang 1., persamaan ini divisualisasikan dalam bentuk grafikdi gambar 6.19. Gambar ini, di samping bisa digunakan untuk analisa antena(rnenentukan direktivitas jika geometri diberikan) juga bisa digunakan

te -- i2..-)<.,,/ \/,\.'/' \l./ / _' 'J

do/1.

i -- - i

i.

--!i:o'-.rll\ ---t{- /

^1,^r

156 Antena: PrinsiP don APlikasiAntena Aperture dan Horn 157

T

untuk merancang antena (menentukan geometri jika direktivitas tertentu

diinginkan).

Contoh 6.4:

Diberikan sebuah waveguide dengan dimensi a x b:0,51, x 0,31,.

Rancanglah sebuah antena horn sektor E yang memiliki gain 15,44 dBi.

Jawab:

Jika pada awal desain tersedia woveguide dengan a = 0.5)v, maka

kurva vertikal menjadi 2'D* sehingga untuk mendapatkan direktivitas

sebesar 15,44 dB, yang secara linier bernilai l0r5'44/r0 :35, ditarik garis

pada nilai 2x35:70. Dari gambar 6.19 itu terlihat panjang'pelebaran'

waveguide p, harus lebih besar dair 3I)",dengan interpolasi sekitar 402(pada frekuensi 5 GHz, sekitar 2,4 m) dengan panjang 4 = 9,5?v .

Jika p, yang diambil lebih panjang, misalnya A = 50)", maka

dengan 4 = 7,5)" bisa pula dicapai direktivitas yang sama.

r-l

bllL

Gambar 6.19 Direktivitas ternormalisasi dengan a/L sebagaifungsi darib, dan p,

('ontoh 6.5:

Dengan menggunakan gambar 6.20, dirancang sebuah horn sector E

lxrda frekuensi 7,33 GHz dengan waveguide penghubung a: 35,8 mm dan

l' 15,2 mm. Antena harus memiliki direktivitas sebesar I 1,4 dBi.

Tentukan data lainnya , b, dan p ,.

,l:rwab:

b1/i,

Gambar 6.20 Direktivitas antena horn sektor E

Panjang gelombang 40,93 mm, maka )"la : 40,93135,8 : 1,14.

Dengan direktivitas 11,4 dBi yang ekuivalen dengan l0rr,4/r0 : 13,8, maka

DrMa: 13,8 x l,l4: 15,73.

Dengan menarik garis vertikal dan mengambil titik potongnya pada

pr:2)":81,86 mm dan br:2)u:81,86 mm, didapatkan geometri lengkap

dari horn sektor E.

Untuk memvalidasi grafik perancangan ini, dilakukan simulasi deng-

an WIPL-D, dengan data-data di atas. Gambar 6.21 memberikan bentuk

visual dari horn sektor E yang dirancang.

II

I2

30.--

,ui

l

I

20iol':iul

O-151

I

I

10l -!

I

I

uI

V0;

tl10 15

0

Anteno: Prinsip don Aplikasi Anteno Aperture dan Horn 159

Dari hasil perhitungan

12,3 dBi.computer didapatkan direktivitas sebesar

-100 -50 0 50 100 150

sP) atau o tl

Gambar 6.22 Diagram radiosi horn E di gambor 6.21, garis putus-putus

bidang H dan garis lurus bidang E

Gambar 6.21 Struhur geometri antena horn E yang disimulasikan

dengan WIPL-D

Gambar 6.22 menunjukkan diagram radiasi vertikal (bidang E)

dan horizontal (bidang H). Terlihat diagram radiasi di arah vertikal lebih

terfokus dibandingkan bidang horizontal. Bidang H

10

5

0

6'_E-5;Ea -10:._Eo -15

-20

-25

-30

6.6 ANTENA HORN SEKTOR H

Antena horn sektor H memiliki pembesaran penampang pada sisiyang tegak lurus dengan antena horn sektor E, sehingga diagram radiasi-nya tepat kebalikan darinya. Bidang E memiliki beam width yang lebar,scdangkan bidang H memiliki beam width yang kecil. Gambar 6.23 dan6-24 menunjukkan diagram radiasi hom sektor H.

Bidang E

Gambar 6.23 Diagram radiasi tiga dimensi antena horn H (data p,:6?",

a,:5,5)'", F:0,25?")

,-*="

l+ P) *i

l0r - 49.15'.,\.i : \.

!50" 'tJf

l

Gambar 6.24 Diagram radiasi antenq horn H

Anteno Awrture don Horn 16l160 Antena: Prinsip dan Aplikasi

D u = +

" le\c@)- c(u)l' + [s(")- s(,I, ]

dengan

"=+(+.h)'danv=;[Gambar 6.25 a,dalfr kurva untuk mendesain antena horn sektor H,

grafik ini dihasilkan dengan persamaaa (6.31)-

T__._---'-*_-t

50-,- -----

arh

Gambar 6.25 Direfuivitos temormalisasi dengan bll sebagaifungsi dari

Direktivitas horn sektor H bisa dihitung dengan hubungan sebagai

berikut ini:Contoh 6.6:

Untuk merancang antena horn sektor H, tersedia sebuah waveguide

dengan ukuran a x b = 0,5 1" x 0,25 X. Dirancang hom sektor H dengan

direktivitas 15,44 dB pada frekuensi 5 GHz.

Jawab:

Jika pada awal desain tersedia waveguide dengan b = 0.25)',makakurva vertikal menjadi 4.Dr, sehingga untuk mendapatkan direktivitas

15,44 dB atau dalam linier 35 ditarik garis pada nilai 4. 35 : 140.

Dari gambar 6.25 terllhat panjang 'pelebaran' waveguide p, harus

sebesar 1001,, yang pada frekuensi 5 GHz dengan panjang gelombang 6

cm menjadi sekitar 6 m. Dengan pelebaran horn di sektor g a, =18).,atau 108 cm.

6.7 ANTENA HORN PIRAMID

Antena horn piramid adalah antena horn yang memiliki pelebaran

di dua bidang utamanya. Sebagai konsekuensi logis dari pelebaran di dua

sektor ini, maka pemfokusan energi juga terjadi di dua bidang utama, se-

hingga antena horn piramid secara umum memiliki gain/direktivitas yang

cukup tinggi.

Antena horn piramid sering digunakan sebagai antena pengukur un-

tuk menentukan gain dari antenna lainnya. Antena ini juga dipakai sebagai

feed, sehingga disebutjugafeedhorn, pada sistem antena reflektor parabo-

la yang akan dibahas di bab berikut.

Gambar 6.26 menunjukkan foto antena horn piramid yang diproduk-

si oleh perusahaan Narda untuk band K (18 - 26,5 GHz), dengan dimensi

aperture 38,3 mm x29,4 mm (AXB) dan panjang 65,2mm. VSWR maksi-

mal antena ini di band K sebesar 1,15 dan gain membesar secara linier dari

15 dBi pada 18 GHz sampai l9 dBi pada26,5 GHz.

Gambar 6.27 menunjukkan sketsa yang menggambarkan dimensi

penting pada antenna horn piramid.

(6.3 r)

a,)-w)"[6al

150

II

100!0

162

a, daa p,

Antena: Prinsip dan Aplikasi Antena Aperture don Horn 163

I

\c

Gambar 6.26 Horn piramid dari perusahaan Narda

Gambar 6.27 Sketsa geometri antena horn piramid a) Tampilan tigadimensi, b) Tampilan dari samping, c) Tampilan dari atas

Gambar 6.28 menunjukkan diagram radiasi dari dua antena hornpiramid yang berbeda. Untuk bisa membangun/membentuk hom piramid

ini secara mekanis, ada syarat yang harus dipenuhi oleh geometrinya.

Dengan menghitung panjang piramidp" di gambar 6.27b,

(6.32)

(6.33)

bidang H bidang E bidang H bidang E

Gambar 6.28 Diagrarn radiasi tiga dimensi dari dua qntena hornpiramid

Contoh 6.7:

Apakah Horn piramid di gambar 6.28 bisa difabrikasi?

Jawab:

Horn 1 memiliki data pr:pr:6)u, ar:5,5?,", br:2,75)r, r0,5X",b:0,25?,"

Drlgg4 .gnggunakan gambar 6.27b) bisa dihitung

p" = ^l

pr' * O2Stl = 6,1555, dan dengan gambar 6.27c)bisa dihitung

yang

IB

I

J'

I

pi= p2= 6i"

at = 5,51'

bt =2,7il'

P1= Pr= 6lar =121"6r = 61"

tu Anteno: Prinsip dan Aplikasi Antena Aperture dan Horn 165

po = tl pr' *0,25a1 = 6,6

T

Maka dengan persamaan (6.34) dihasilkan

D, =ffioP, =i#s.o,z.sl3'7,5 =76,58= 18,84 dBPersamaan (6.32) memberikan nilai

p "

= (br - qrl@" I b,)' - 0,25 = 2,5 (6,1555 I 2,7 5)2 - 0,25 = 5,4545 ),

Dan persamaan (6.33)

pt =(ar-d.'lbrla,f -0,25 =sL.JG,ats,s)z -0,25 =5,4545).

Jadi horn piramid I bisa difabrikasi.

Horn piramid 2 memberikan hasilp .: pt:5,75t,.Dengan demikian,

horn pyramid 2 juga bisa difabrikasi.

Direktivitas antena horn piramid bisa dihitung sebagai kombinasi

direktivitas horn sektor E dan H, dengan

DrdanD, bisa ditentukan dengan persamaan (6.30) dan (6.31).

Contoh 6.8:

Sebuah horn piramid dengan dimensi pr: pz:67', ar:5,57', br:2,75?'", a:0,57v, dan b : 0,25?'. Hitunglah direktivitas antena horn piramid

ini

Jawab:

Contoh 6.7 telah mengecek, bahwa antena horn piramid ini bisa di-fabrikasi.

Dari gambar 6.29 bisa diambil data untuk horn sektor E, yaitu di-

dapatkan

DrMa:26, maka dengan a: 0,5l, didapatkan Dr: 13

Juga untuk horn sektor H,

D H Xl b : 30, maka dengan b : 0,25 2,. didapatkan D, : 7,5

.35

30

Sruu,

o_

$€ro-

1

a,rl)t dan b,rllt

Gambar 6.29

Program komputer PCCAD memberikan diagram radiasi bidang Edan H seperti diberikan di gambar 6.30. Beamwidth untuk bidang E dan Hmasing-masing 18,7o dan20,7o dengan direktivitas 18,8 dB.

Gambar 6.30 Diagrom radiasi horn piramid di contoh 6.8

Antena Aperture dan Horn

lI

l

,,=#D,D, (6.34)

60 40 -20 0 20 40 60 80

s1o; atau 6 1o1

166 Anteno: Prinsip don Aplikosi

T

6.8 ANTENA HORN BERULTR (CORRUGATEDHORN)

Efisiensi apertur yang dimiliki oleh antena horn yang dikenalkanpada bagian sebelum ini terbatas pada5A% sampai 60%.

Tetapi dengan dipergunakannya uliran (corrugation) seperti yang

terlihat pada gambar 6.31 didapatkan efisiensi apertur yang mempunyai

be*aran 75% sarrpai 80%.

Gembar 531Antena horn corntgated (beruli)

Hal lain yang tercapai dengan membuat uliran (corntgation) adalah

terbentuknya pola pancar yang memiliki polarisasi silang (cross polari-zation) yang rudah" 56fuingga trntuk penggunaan hom lingkaran (coni-

cal hom), dua bidang utarna polarisasi bisa dimanfaatkan sebagai 'media

hnsrnisi' tambrhen-

Antena Reflektor

7.1 PENDAHULUAN

Antena yang mempunyai gain (atau direktivitas) yang tinggi meru-pakan komponen yang vital pada komunikasi tanpa kabel jarak jauh, se-

perti sambu ngan r el ay radio, sambungan gelombang mikro (p o inb t o -p o in tmicrowave link), dan hubungan satelit. Juga pada aplikasi penting lainnyaseperti astronomi dengan gelombang radio dan aplikasi radar dengan reso-lusi (kepekaan sudut) yang tinggi.

Antena reflektor adalah jenis antena yang paling sering digunakandalam pe-realisasiannya, karena dengan antena reflektor kita bisa denganmudah mendapatkan gain di atas 30 dB. Antenareflektoryang dibahas pada

modul ini adalah antena reflektor yang memilikifeed (pengumpan energi)berupa antena horn, seperti yang dibahas di bab 6. Dengan ditambahkannyasebuah reflektor yang berbentuk geometri berupa parabola, maka gaindari sistem antena ini bisa diperbesar secara signifikan. Batasan dari gainyang bisa dicapai hanyalah geometri dari reflektor itu sendiri yang terusmembesar.

tfi

-oo0oo-

Anterlr: Pridp rfun Aplikasi

T

7.2 SISTEM REFLEKTOR DASAR

7.2.1 Prinsip

Dari matematika, struktur parabola (tepatnya paraboloid untukstruktur permukaan di ruang tiga dimensi) didefinisikan dengan: jarak darititik-titik paraboloid ke sebuah bidang (di gambar 7.1 bidang z:0) dijum-lahkan dengan jarak dari titik-titik itu ke titik fokus (dalam hal ini titik 0)

adalah konstan.

Untuk menentukan nilai konstan di atas, kita gunakan titik khusus,

yaitu titik puncak paraboloid (titik apex), maka nilai konstan sama dengan

2F (F adalahjarak Fokus, dari 0 ke apex).

Jadi AP + OP :2F, dengan kordinat bola yang digunakan di gambar

7.1 maka,

rcos0 lr=2F,atau2F (7.1)r-

I + cos0

Dengan cosS= zlr=zl , maka persamaan (7.1) menjadi

,[P'*l =2F

=--

il-

,,lp'+22 +z,a^n ,[p' * r' =2F - z

Dengan mengkuadratkan sisi kiri kanan, akhirnya didapatkan persa-

maan di sistem kordinat silinder

p'=4F(F-z) (7.2)

Di kordinat kartesian

x'+y'=4F(F-z)

2F

.rA

--;------E

h<,titik 0

(

v

Persamaan (7 .l\-(7 .3) menggambarkan suatu struktur geometri yang

terbentang tak terhingga. Struktur parabola bisa dibatasi dengan mendefi-nisikan diameter maksimalnya, yaifir D.

Jadi D dan F adalah dua besaran karakterisktik untuk sebuah pa-

rabola. dan seringkali sebuah parabola dispesifikasikan dengan D (dia-

meternya) dan perbandingan FlD.

Dengan mendefinisikan sudut terbesar0, untuk bagian paling ping-gir dari reflektor (reflector rim\, menggunakan persamaan (7. I ).

DIz 2F" sin0o 1+ cosO,

.lsrn -t)2U

*Jt2"

I= tan -r)20

(7.3)

(7.4)

D sin0,

-==|4F 1+cos8,

p --:"'iu,

r"rlu, =4F l+2cosz1o -t2"

Gambar 7.1 Geometri antena paraboloid, titikfokus di titik asal 0

Persamaan (7.1) menggambarkan kordinat antena paraboloid dalam

sistem kordinat bola. Untuk menuliskannya dalam kordinat silinder dan

kartesian, dilakukan langkah-langkah berikut ini.

oo=2arct*(#o)

p'+z'

170 Antena: Prinsip don Aplikasi Antena Reflektor 171

-T

0.5

0.4

0.3

o.2

0.1

0

-0.1

4.2

-0.3

4.4

feed di tilikfokus

Gambar 7.2 Sketsa parabola dengan parameter F/D

Gambar 7.2 menampilkan geometri dari parabola dengan parameter

F/D.lika perbandingan FID mendekati tak hingga, parabola ini menjadi

datar. Sudut 8o semakin mengecil urtuk F/D yang semakin membesar.

Nanti akan ditunjukkan untuk kasus sudut 8o yang kecil ini, diperlukan

feed yang memiliki gain yang besar (beamwidth yang kecil). Untuk nilaiFID:0.25 ujung dari reflektor (refiector rim)berada pada bidang apertur.

Pada antena reflektor,feedlsumber pemancar primer diletakkan pada

titik fokus dan iluminasinya diarahkan ke reflektor parabola, sehinggajika berkas iluminasi (ray) mengenainya (gambar 7.3), berkas ini akan

direfleksikan sesuai dengan hukum Snellius:

Sudut datang: sudut pantul

titikfokus O

Gambar 7.3 Refieltsi gelombang datang pada antena reflektor

Berkas iluminasi direfleksikan pada titik pantul r* (xp, yR, zR), yang

terletak pada bidang parabola, dengan * z _ ,, 2

**' * y*' = 4F' (F - r o), atau z R - F - :L-:!-,4FUntuk memudahkan pengamatan, tanpa mengurangi generalisasi

dari problem yang dibahas, kita batasi untuk dua dimensi dengan /n : 0,

maka

_T

-0.s11 0.6 0.4 0.2

2

z^ = F -xn"4F(Berkas datang mempunyai arah Or*: i = x nd , +l F

atau sebagai vektor satuan, 1.

Q, =

,-'*[o -#)'

172 Antena: Prinsip clan AplikasiAnteno Reflektor

4.2 ^1 XD I 2x^ + I'- 'l----l--x"" l6F'2" ,(;4lt

173

-7

F _X*,4F

dan berkas pantul pada bidang z:0, dengan kordinat xe yangditentukan besarnya, sehingga

r'= (r, - **h, - z nd, =G o - **h,

atau sebagai vektor satuan

Go - **h. 6o - *^h, -

kata lain, berkas ini akan direfleksikan secara paralel. Sehingga setelah

berkas-berkas pancaran ini direfleksikan oleh reflektor parabola didapat-

kan pancaran energi yang paralel, atau didapatkan phasa gelombang yang

datar. Gambar 7.4 memvisualisasikan proses refleksi ini.

titikfokas

Gambar 7.4 Gelombang refiel<si akan merampat secara paralel

Energi yang dipancarkat olehfeed primer di titik fokus, tanpa ke-

beradaan reflektor parabola, akan berdivergensi, terbagi ke ruang, dengan

bentuk phasa yang memiliki bentuk bola. Tetapi dengan keberadaan re-

flektor, energi pancaran bisa lebih dikonsentrasikan ke arah refleksinya,

karena berkas sinyal akan paralel dan tidak menyebar di ruang.

Gambar 7.5 menunjukkan foto sebuah antena parabola dengan

beberapajenis antena horn yang dipergunakan sebagaifeed primer, yang

akan diletakkan di titik fokus dari antena reflektor tersebut. Memposisikan

feed ini dilakukan dengan penopangnya ("struts").

Di gambar 7.6 terlihat antena parabola yang dimontasi pada sebuah

menara. Antenajenis ini sering kali digunakan sebagai penyuplai sinyal yang

digunakan oleh penyedia jasa internet. Antena parabola yang digunakan

/zlr*rt-[4r

,EF

(z\-l'-#)u,'

-[.- #),"r\

r -]t-la-4F l',/

*r2 -2*or*.[.. #)'*( , -'*'l'I 4F)

dr, =

6o - *^Y

Reflektor parabola pada titik r* memiliki bidang normal:

xR=:- 2F ^

Dengan hukum Snellius (dalam hal ini cosinus sudut datang:cosinus sudutpantul)

fi'du=7'6u'

Dari perhitungannya akan didapatkan hasil x, = xR.

Jadi berkas yang dipancarkan olehfeed primer akan mengenai suatutitik di reflektor, berkas ini akan direfleksikan, sesuai dengan hukum re-fleksi, ke posisi dengan nilai.r yang sama dengan titik refleksi, atau dengan

174 Anteno: Prinsip don Aplikasi Anteno Reflektor 175

T

tidak terbuat dari metal yang solid, tetapi dari beberapa potong metal yang

disusun secara berdekatan. Pada ketiga antena reflektor di gambar 7.6 ini,polarisasi yang digunakan horizontal yang terlihat dari potongan-potongan

metal penyusun reflektor yang diletakkan horizontal.

Gambar 7.5 Antena parabola danfeed hornnya

Gambar 7.6 Montasi antena parabola di tower

7 .2.2 Metode Perhitungan Medan Jauh

7.2.2.LMetode Optik Fisika (Physical Optics)

Metode optik fisika didasarkan pada perhitungan medan pancaran

(dengan integrasi) dari suatu struktur arus tertentu, seperti yang biasa kita

lakukan selama ini. Problem utama dari metode ini adalah menemukan arus

yang akurat. Arus yang tak akurat akan berimbas pada hasil integrasinya,

yaitu medan jauh yang juga tidak akurat.

Tetapi, mendapatkan distribusi arus yang akurat bukanlah suatu

yang mudah. Pada metode optik fisika dilakukan pendekatan sebagai beri-

kut ini:

Bennula darifeeder antena parabola itu, yang seringkali berupa an-

tena horn. Feeder ini merupakan sumber primer yang akan mengirimkan

gelombang (medan elektromagnetika) yang akan mengenai reflektor (gam-

bar 7.7), dengan melakukan pengandaian bahwa medan magnet feederprimer ini tak berubah dengan keberadaan reflektor, maka distribusi arus

listrik pada reflektor bisa didekatkan dengan

j =2.fix4 (7.s)

fr adalahvektor normal dari reflektor (yang berubah tergantung titik mana

yang diamati) dan fr adalah medan magnet feeder primer pada posisi

pengamatan di reflektor (uga berubah tergantung titik mana di reflektor

diamati).

'0\ eGambar 7.7 Prinsip dasar optikfisika (Physical Optics)

J\

t\/a

176 Anteno: Prinsip dan Aplikosi Antena Reflektor 1n

Setelah distribusi arus dikenal, dengan tidak memperhatikan reflek-tor itu lagi, akan dilakukan integrasi permukaan untuk menghitung medan

listrik di medan jauh.

7.2.2.2 Metode Optik Geometris (Geonrctrical Optics)

Pendekatan lain untuk melakukan aproksimasi medan jauh dari

sebuah antena parabola adalah dengan menggunakan optik geometris, yang

mana pancaran dari gelombang elektromagnetika bisa dianggap seperti

berkas cahaya, yang dipancarkan, jika berkas ini mengenai suatu struktnr,

ia bisa direfleksikan dan didifraksikan (gambar 7.8).

Untuk mencapai titik Pr berkas elektromagnetika akan merambat

setelah mengalami refleksi atau setelah mengalami difraksi.

Sedangkan titik P, hanya akan dicapai setelah berkas mengalami

difrasi pada pinggir reflektor parabola tersebut.

Jika sebuah titik bisa dicapai melalui beberapa cara, misalnya titikP,, maka artinya akan ada beberapa kontribusi medan elektromagnetikayang mendatanginya. Medan elektromagnetika total di titik itu adalah

superposisi dari masing-masing nilai.

Keuntungan dari metode optik geometris dibandingkan dengan

metode optik fisika adalah tak adanya integrasi yang harus dilakukan, se-

hingga perhitungannya menjadi sangat cepat, juga untuk titiktitik yang

berada di balik reflektor, seperti titik P2, hasil perhitungarrtya, dengan

membandingkannya dengan hasil pengukuran, lebih baik dari hasil optikfisika.

Gambar 7.8 Prinsip dasar optik geometris (Geometrical Optics)

Tetapi metode optik geometri yang dipakai untuk perhitungan an-

tcna parabola di sini, seperti halnya metode-metode pada optik geome-

tri lainnya, akan memberikan hasil yang salah jika titik pengamatan yang

kita ambil terletak pada kaustik. Di sana nilai medan elektromagnetikanya

rnenjadi tak hingga.

Di bab 13 akan diperkenalkan metode perhitungan lainnya, seperti

rnetode persaman integral, metode elemen hingga, metode diferensi hingga,

dan metode frekuensi tinggi yang sebagian dibahas di sini, serta metode

hibrida, yang merupakan kombinasi beberapa buah metode tersebut.

7.2.3 Gain Antena Reflektor

Gain maksimal yang bisa dicapai oleh sebuah antena reflektoradalah

G,,o=# n* (7.6)

Aoo adalah luas permukaan apertur dari reflektor parabola, atau

Aq = tDz I 4, (7.7)

dengan D diameter reflektor parabola.

Gain maksimal ini hanya akan tercapai, jika:

l. Amplitudo dan phasa medan listrik/magnet yang diiluminasikansepanjang reflektor konstan, dan

2. Tak ada spill over

Gambar 7.9 Pemancaran horn

unifurm

Anteno Reflektor

Gambar 7.10 lluminas i reflectorsecara uniform

178 Antena: Prinsip dan Aplikosi 179

Sehubungan denganfeedingantena reflektor akan kita amati gambar-

gambar berikut ini.

Gambar 7.9 mungkin bisa dikatakan sebagai iluminasi yang

homogen, karena power yang keluar danfeeding sama (di-normkan pada

0 dB),tetapi karena sisi paling luar dari reflektor terletak paling jauh; untuk

iluminasi pada reflektor yang konstan, diambil iluminasi dari

feeding seperti pada gambar 7.10, jadi sedikit mempunyai iluminasi yang

membesar ke arah luar.

Tetapi pada praktiknya iluminasi seperti itu tidak dapat dicapai. Digambar 7.1 I ditampilkan beberapa bentuk iluminasi dari horn dengan gain

yang besar dan gain yang kecil. Di gambar itu juga ditampilkan perbedaan

(/oss) antara iluminasi horn itu dengan iluminasi ideal yang diinginkan.

Illaminarton bss Illumination loss

flova$,

Spill over loy'

\,-20 dB

-10 dB0dB\ - 0dB--

Gambar 7.ll lluminasi refiektor parabola denganfeed dengan gainyang kecil (kiri) dan dengan gain yang besar (kanan)

Karena iluminasi yang ideal tidak akan pernah tercapai, gain maksi-md di atas juga tidak akan pernah tercapai. Dengan menggunakan efisiensi

Untuk mengaproksimasikan efisiensi aperture ini dengan mudah, di-rr mb i I karak teristik fe e d in g y arrg sederhana, yaitu dengan fu ngsi cosinus,

untuk 6 3 n2

untuk 6 2 n2

(7.e)

atau seperti terlihat di gambar 7.12 denganberbagai macam nilai v90

Gambar 7.12 Diagram radiasifungsif ($) di persamaan (7.9)

Feedingyane memiliki gain yang besarbisa direpresentasikan deng-an nilai v yang besar.

Gambar 7.13 menunjukkan efisiensi antena reflekor parabola yang

diberikan di persamaan (7.8) sebagai koreksi untuk perhitungan gain antena

dengan parameter v. O, didefinisikan di gambar 7.2.

Dari gambar 7.13 untuk mencapai efisiensi apertur yang besar, ada

suatu besaran sudut tertentu yang tergantung dari gain iluminasi (v).

It

,,l,tllltl\t

,I,IItt\

apertur, €* maka

G =#-Aoo-€no

IN

(7.8)

Antena: Prinsip dan Aplikasi Antena Reflektor 181

Jika dengan iluminasi yang diberikan reflektor terlalu besar

(8, > $o,n,) maka akan dihasilkan illumination /oss yang banyak pada

sisi reflektor yang harusnya ter-iluminasi secara baik.

Sedangkan jika ukuran reflektor terlalu kecil (O, < &o,oo,),maka ke-

balikannya terjadi spill over /oss yang besar pada pinggiran dari reflektor.

Sehingga di sini di-setting ukuran reflektor yang akan mencapai

efisiensi maksimal.

A 0.e

""1'lo.g

0.7

0.6

0.5

4.4

0.3

0.2

0.1

Gambar 7.13 Efisiensi aperture antena parabola sebagaifungsi dari

faldor iluminasi v dan sudut pemaflcaranfeed horn $,

Tabel 7.1 menunjukkan hubungan aproksimasi antara parameter

v, yang didefinisikan di persamaan (7.9), dengan beamwidth dan gain

dari antena horn yang dipergunakan sebagaifeeder untuk reflector yang

digunakan.

Tabel 7.1 Hubungan parameter v dengan beamwidth dan gain

Contoh 7.1:

Untuk suatu aplikasi pada frekuensi 5 GHz diperlukan suatu an-

tena yang sangat high-gain misalnya > 28 dBi. Andaikan hanya tersedia

.feed horn yang merniliki gain yang sangat moderat (7,8 dBi), misalnya

diaproksimasikan dengan parameter v : 2. Desainlah sebuah antena pa-

rabola!

Jawab:

Pada frekuensi 5 GHz : panjang gelombang l,:0,06 m.

Untuk mencapai gain yang maksimal misalnya 30 dBi (linier 1000)

pada panjang gelombang di atas diperlukan luas aperture, dengan persa-

maan(7.6)

G.* = *.n., =+ Aop =G,u* .

#=1000. ffi= 0,286 m2,A'

atau dengan persamaan (7.7) diameter parabola menjadi

o=^@-=\xAop = [o' :+

Dengan gambar 7.13, untuk mendapatkan efisiensi yang optimal

pada v : 2, dirancang antena dengan 8o = 53o, atau dengan titik fokusyang berjarak (gambar 7.2):

^W=0.6 m=6ocm.\l 3.1416

:.r:vi

I 90" 5,1

2 6s,4" 7,8

3 54" 9,s

4 47" 10,7

5 42. fi,76 38,40 t2,5

l0 30. 14,6

182 Antena: Prinsip dan Aplikosi Antena Reflektor 183

-T

a=za,ct\#r)+ p_4. 0,5

Efisiensi yang didapat sekitar 0,81, sehingga gain yang didapat menjadi

1000x0,81 :810 atau 29,1 dBi.

7.3 SISTEM REFLEKTOR BANYAK

Pada antena dengan memiliki banyak reflektor,feeder primer tidaklagi diletakkan di depan reflektor utama. Pada dua contoh paling sederhana

dari antena dengan refl ektormultiple, p ada gambar 7. I 4, terlihat penggunaan

dari subreflektor, sebagai reflektor pembantu, yang akan merefleksikan

gelombang daifeeder primer ke arah reflektor utama.

0,6D

-*[+) = 0,3 m = 30 cm. Pada antena cassegrain dipergunakan sub-reflekto r yangmempunyaiI rc ntuk hiperbola, sedangkan pada antena gregorian bentuk sub-reflektornyabcrupa eliptis.

Gambar 7.15 merupakan contoh praktis dari sebuah antena parabolaoassegrain.

frekuensi 18 sampai 40 GHz

R4le*tor utma

R$lctb,

a) b)

Gambar 7.14 a) Antena Parabola Cassegrain, b) Antena ParabolaGregorian

Gambar 7.15 Antena Cassegrain

-oo0oo-

tu Antena: Prinsip dan AplikosiAntena Reflektor 185

-T

Antena Mikrostrip

8.1 PENDAHULUAN

Perkembangan dari teknologi antena mikrostrip terkait secara erat

dengan perkembangan teknologi struktur pemandu gelombang mikrostrip(microstrip lines), lihat [MA09]. Pemandu gelombang mikrostrip secara

sederhana bisa kita sejajarkan dengan rangkaian pada printed circuit board(PCB) yang biasa ditemukan pada elekhonika berfrekuensi rendah, yaituberupa lajur-lajur pipih yang terletak di atas suatu substrat yang terbuat

dari material dielektrika. Lajur-lajur pipih ini dihasilkan dengan proses

etching. Keuntungan pemandu gelombang mikrostrip dibandingkan deng-

an waveguide adalah bentuknya yang low-profil, yang mudah dan murah

untuk diproduksi secara massal.

Substrat

(dielekti*a)

't

Polch (meul)

Gambar 8.1 Antena milvostrip planar dengan bentuk patch bebas

T

Keuntungan ini juga diturunkan kepada antena mikrostrip yang bisadilihat di gambar 8.1.

Bentuknya yang low-profile, dengan ketebalan substratnya yang

hanya mempunyai besaran milimeter memudahkan antena ini untukdimontasikan hampirpada seluruh tempat. Misalnya antena ini akan sangat

menguntungkan jika dipasangkan pada badan dari sebuah roket (dengan

melengkungkannya), tanpa harus mengganggu sifat aerodinamis dari rokettersebut.

Pada dasarnya antena mikrostrip terdiri dari sebuah substrat, yang

dikatakan sebagai pembawa dari antena tersebut (secara mekanis), yang

di atas substrat ini dibentuk macam-macam form dari antena itu sendiri(potch) melalui proses etching, dan di balik substrat ini terdapat metalisasi

bawah.

Di samping kelebihan antena mikrostrip di atas, antena jenis inijugamemiliki kekurangan, yang terutama sekali adalah, gain yang dicapainyasangat kecil, sekitar 6 dBi, mempunyai bandwidth yang kecil, dan hanya

bisa memancarkan sinyal dengan daya yang relatif kecil, maksimal 100

Watt.

Secara historis, pada awalnya fenomena pemancaran yang terjadipada struktur mikrostrip dicoba untuk direduksi, karena memang sebuah

rangkaian mikrostrip tidak boleh memancarkan gelombang elektromag-netika, ini akan bisa mengganggu komponen lain. Cara untuk mereduksipancaran adalah dengan menggunakan konstanta dielektrika (permitivitas

relatif) yang besar danjuga substrat yang tidak terlalu tebai dibandingkanpanjang gelombang. Sehingga dengan demikian medan elektromagneti-kanya akan terkonsentrasi pada sekitar rangkaian mikrostrip. Fenomena

pemancaran elektromagnetika ini diamati pada awal tahun 50-an. Dan jauh

setelah itu pada tahun 70-an, barulah teknologi mikrostrip dipergunakan

sebagai materi penyusun model antena yang baru, yang fleksibel untukdimontasikan pada banyak sekali tempat pada berbagai macam aplikasi.

Berlawanan dengan konsep yang dipergunakan pada pemandu ge-lombang mikrostrip, pada antena mikrostrip, karena yang diinginkan adalahtcrjadinya pemancaran yang maksimal, maka permittivitas relatif yang di-ambil kecil, sedangkan tebal substrat yang dipergunakan sebaiknya besar,

sehingga diharapkan medan elektromagnetikanya tidak terkonsentrasi pada

substrat, sehingga dengan adanya medan yang keluar dari substrat ke udaraakan memberikan kontribusi pada proses pemancaran energi.

Dengan membandingkan kelebihan dan kekurangan dari antena mi-krostrip, ternyata pada banyak sekali aplikasi, kelebihan antena ini melam-paui kekurangan yang dimilikinya, sehingga antena mikrostrip menjadiprioritas di sana.

Di samping mendapatkan bidang aplikasi yang sangat dominan pada

militer (pada pesawat terbang, roket, satelit, dll.), antena mikrostrip jugadari tahun ke tahun makin sering dipakai pada aplikasi sipil, misalnya pada

sistem komunikasi mobil dan satelit, global positioning system (GpS),pada radar, kedokteran, dan masih banyak lagi yang tak bisa satu-satudisebutkan di sini.

8.2 METODE ANALISA: MODEL SALURANTRANSMISI

Karena antena mikrostrip merupakan evolusi dari saluran transmisimikrostrip, di bagian ini terlebih dahulu dibahas hal-hal yang pentingterkait dengan saluran transmisi mikrostrip [MA09]. Gambar 8.2 adarahbentuk umum dari sebuah saluran transrnisi mikrostrip. Struktur yangditampilkan di gambar tersebut terdiri dari sebuah substrate dielektrikadengan ketebalan h dan memiliki permitivitas relatif e,. Bagian bawahsubstrate ini dilapisi metal secara keseluruhan, yang berfungsi sebagaiground sttruktur ini. Sedangkan bagian atasnya terbentuk strip dengan lebarw. Ketebalan strip t, biasanya diabaikan. Ketebalan s u b s tr at e, permiti vitasrelatif dan lebar strip menentukan impedansi gelombang mikrostrip ini.

188 Antena: Prinsip don AplikasiAntena hlikrostrip 189

-T

Hammerstad dan Jensen [MA09] memberikan rumus yang cukupakurat, dengan u: Wlh

- t'*' * t'. '[r * ]''1 "' (8.1)€r,"[=-,

z \ u I

Yang mana

].*''t'.(#l] *',=l+lh

49ground

Substratdielektrika

Gambar 8.2 StruWur saluran transmisi mikrostrip

l, adalah porjung saluran transmisi ini dan berpengaruh pada perubahan

phasa dan atenuasi gelombang yang merambat di sepanjang Z.

Dalam melakukan analisa terhadap saluran transmisi mikrostrip,

sering kali digunakan besararr permitivitas relatif efektif e.,"n, yang digu-

nakan untuk menggantikan ruang yang tersusun dari kombinasi udara dan

,Jielektrika dengan nilai e,. Gambar 8.3 menunjukkan struktur asal penam-

pang mikrostrip, dan struktur penggantinya.

Gambar 8.3 Pendefinisian permitivitas relatif efektif sebagai alat bantu

analisa

a = 6.560[e" - o's ["'I e,+3 J

Untuk l<u<15, a = l, dan untuk €. ) l, b = 0,54, sehingga unfukwilayah yang diberikan ini persamaan (8.1) bisa didekatkan dengan

,,.*=T.+(*f)"" (8.2)

Gambar 8.3 menunjukkan permitivitas relatif efektif sebagai

fungsi dari permitivitas relatif substrate dan perbandingan lebar strip dan

tebal substrate. Di gambar 8.4 bisa dilihat jika lebar strip dibandingkantebal substrate sangat kecil, permitivitas relatif efektif rnendekati nilai0,5 (e. + l) yang merupakan nilai rata-rata kedua permitivitas dielektrikyang digunakan oleh struktur mikrostrip (udara dan dielektrik), hal inidikarenakan medan listrik terbagi secara hampir nnerata di udara dan didielektrika (lihat gambar 8.3). Sedangkan untuk nilai Wh yang besar, nilaie,"n mendekati nilai e. itu sendiri, karena hampir seluruh medan listrikterkonsentrasi di dielektrika.

t90 Anteno: Prinsip don Aplikasi Anteno filikrostrip 191

:T

'0 5 10 15 20W/h

Gambar 8.4 Permitivitas relatif ejektif sebagaifungsi dari e,dan tY/h

Setelah rnendapatkan nilai permitivitas relatif efektif, impedansi

gelombang saluran transmisi mikrostrip bisa dihitung dengan

V,

Garnbar 8.5 Sketsa antena mikrostrip segiempat dengan./be.d mikrostrip

Di u.jung awal dan ujung patch diasumsikan saluran transrnisi yang

dalam kondisi terbuka (.open), yaitu pada posisi -rr: 0 dan x: L,,, medan

listrik akan melebar keluar (fringe), yang secara elektrornagnetis bisa

dimodelkan dengan kapasitansi (gambar 8.5). Di sini pengaruh kapasitansi

itu diganti dengan perpanjangan patch secara fiktif sebesar LL, yan1diberikan dengan [GargO1],/

z =--\ r,l 4*" h,lr,,* l.' LL, =0,412h'8"etr +0J00

'u+0'262E,,$ 0,258 rz + 0,813

Sehingga total panjang efektif patch menjadi

L*,, = L" +2M,

,F(;I ](8.3)

1 ro.ooo 1'1528

dengan F = 6+(2n-6)e [ " i, dan { =120nt2.

Jika impedansi gelombang saluran transmisi diinginkan memilikibesar 50 O, maka lebar strip bisa dipilih dengan

*=ff['[#) ,] (8.4)

(8.s)

(8.6)

Antena mikrostrip segiempat akan diump an (feed) dengan mikrostrippenghubung ini. Dimensi dari antena mikrostrip segiempat ini adalah Z"-rWr, seperti yang diberikan di gambar 8.5.

Dengan digunakannya panjang efektif ini, medan listrik di kedua

ujung saluran transmisi yang terbuka (open) bisa dianggap lurus (tidakmelengkung) dari patch ke ground, atau kebalikannya.

Untuk mode dasar (TMr,) berlaku hubungan

L.fr',, =

I

8l - -lzl-

192 Antena: Prinsip dan Aplikasi Antene lvlikrostrip

2f,rl;; (8.7)

-T

Lebar dari patch bisa dihitung dengan

Sisi terbuka (open) dari antena mikrostrip (patch) dimodelkan deng-

an bantuan admitansi I, (€lambar 8.5), dengan(8.e)

(8. l0)

(8. l 1)

w.= "' 2f,

Ys:G+jB

o=hl,*w)'l*u=&[-,-o,u,u^(T)'l *

Rangkaian pengganti di gambar 8.6 ini berlaku untuk feed dengan

mikrostrip line dengan L, : 0, Lr: L"x* untuk coax via feed dengan L , :

x* Lr: L",1,p- Lt, danfeed dengan inset dengan tambahan I-.

Contoh 8.1:

Digunakan substrate tipe RT/Duroid 5880 (e,

mm) untuk membuat antena mikrostrip segiempat

GHz.

Jawab:

Dengan persamaan (8.8) dihitung lebar patch (dengan 8,,"ff = E, )

(8.8)

:2.2 and l, : 1,588

pada frekuensi 2,45

Persamaan (8.10) dan (8.1l) berlaku untuk ft < 0,11,,, karena untuktebal mikrostrip yang besar, distribusi medan listrik dan magnet tidak bisa

lagi diandaikan un ifu rm.

Di gambar 8.5 diberikan rangkaian pengganti untuk menentukan im-pedansi masukan antena mikrostrip unbtkfeed dengan mikrostrip. Secara

umum, diberikan rangkaian pengganti di gambar 8.6, yang berlaku untuk

feed lainnya, yaitu dengan coaxial dari bawah ground atau coax viafeed(gambar 8.1l) dan/eed denganmenggunakan inset (gambar 8.12)

Gambar 8.6 Rangkaian pengganti secara umum untuk beberapa jenis

feeding

r-c-u"r.p-rIW- 3,0xl0Em/s

2.Z,45xt}eusJ-ZJtqg= 42,1 mm,

Yt Yt

w.= " E-=, 2f,\ e,.* +t ffi=48'4mm'

€, "r =+.+('.*f " =+.+('.#l =2,tt4.

Dengan persamaan (8.7) dihitung panjang efeklif dari patch

dengan perpanjangan dari persamaan (8.5)

, €,.d - 0,300 u+0,262Mr=0,412h '-- , =0,412- €,,"nt -0,258 u +0,813

. 1,5ss*ro. ?l 891!i99 .10-,48+0,2622,1148 -0,258 30,48+ 0,813

LL, = 0,6543mm. 1,3. 0,9824 = 0,8356 mm

3,0x108m/s

2.2,45x10e1/s

Dan dengan persamaan (8.2) bisa dihirung E.q (u: 48,4/1,588:30,48)

194 Anteno: Prinsip dan Aptikasi Anteno ttikrostrip 195

Sehingga panjang geometris p atch menjadi

L"=Lqr,r- 2M, =40,43mm

Contoh 8.2: Antena mikrostrip dengan feed miktrostrip (gambar 8.5)

Diberikan Wr: 144 mm, Lp:76 mm, W: 4,3 mm, h: 1,59 mm,t,:2,62 dan tan6 : 0,001. Tentukanlah impedansi masukannya untukfrekuensi 1,197 GHz.

Jawab:

Lebar strip 4,3 mm, dengan tebal 1,59 mm dan permitivitas 2,62nrenghasilkan Zo:50,6 ohm atal Yo: 19,8 msiemens dan r,."ff :2,184.

Sedangkan patch dengan lebar strip 144 mm, dengan tebal 1,59 mmdan permitivitas 2,62 menghasilkan Zo: 2,5 ohm atan Y,,: 0,4 Siemens

dan tr,"u:2,579.

Persamaan (8.5) memberikan perpanjangan di sisi open sebesar(dengan u:Wo/h=90,6)

AI p - o,4l2h'tr'efl' +o'3oo

'u +o'262

er,41,-0,258 a+0,813

= o,4t2.r,sq.-. ?'11? *

9'?09 .e0,6 + 0,262

2,579 -0,258 90,6+ 0,813

:0,81 mm

Sehingga dengan (8.6) Lp'tr = 76 mm - 2.0,8lmm =77,62mmDi Smith chart terjadi perputaran sejauh e = I 80' . 4L p,4il, I ?,",fl. .

Dengan 1" =250,63 dan

1,r = 1,1 W =250,63mml"{ffi =156,07 mm didapat

Q = 180' . 4lp,"ff I L*, - 358,1' (dianggap satu putaran penuh)

.21

,) f =4'8mS

lr.2ln= w, l-s.636,,[2!h\ I 1=4,8mS.5.r=24,48mSt2ol,ol [r,Jl o

Sehingga I'r: (4,8 + j 24,48) mS

Karena perputaran sekitar 360 rnaka kedua I's tidak berubah dan

diparalelkan untuk mendapatkan nilai total Y,n: (9,6 + j 48,96) mS.

Contoh 8.3: Rancang antena mikrostrip segiempat dengan inset

Sebuah substrate mikrostrip dengan tebal 0,1588 cm dan konstanta

permitivitas relatiye 2,2 digtnakan untuk merancang antena mikrostrip

segiempat pada frekuensi l0 GHz. Dimensi antena mikrostrip ini Lrx W,

adalah 0,906 cm x 1,186 cm.

Tentukanlah impedansi masukannya dan lakukan perbaikan terhadap

performansi refleksi antena ini dengan inset.

Jawab:

Panjang gelombang di ruang bebas adalah

Ao =3'108 m/s/l0roHz = 3 cm

Komponen real dari admitansi open dihitung dengan

"= *, lr_l_(ul\'lt20x,l 24\?,"" ) )

I

o

196 Antena: Prinsip don Aplikasi Antena lAikrostrip 197

-Y

_ l,t86cm [r_ t .IZrro,rssA.rn)'ll20.3cml 24 \ 3cm ) )

=0.003279 S

Hasil yang lebih akurat didapat dengan persamaan

/=_ 2+cos(X) + X. Si(X)+sr(X) Il2on2 o

maka dengan X =4+86 =2,484, didapat dari tabel integral sinusJ

x.Si(X) = ft'n

P dp, diketahui si(2,484):1,7746 (dengan fungsi sinint diiP

Matlab/Octave)

,dengan X=koW,

R, (r) = R, .o.'[ "+)t Lr)

Jika resistansi masukan baru yang diinginkan bernilai 50 ohm,maka

50e = 2z;,64a."o"r(n-J-] = jt-:--- cos-r10,4676;\. 0,906 cm / 0,906 cm

x -1'0842.0,906 cm=03127 cm.7t

8.3 METODE ANALISA: MODEL CAVITY

Dasar dari metode ini adalah dengan berkumpulnya muatan-muatan

listrik pada bagian bawah dat'r patch yang akan membentuk medan listrikbersama dengan muatan-muatan listrik berlawanan jenis yang berada dimetalisasi bawah.

Gambar 8.7a memberikan sebuah patch segiempat dengan dimensiW dan L. Sasaran kita sekarang adalah menentukan diagram radiasi daristruktur mikrostrip ini dengan pendekatan (model) cavity.

Cavity adalah istilah yang dikenal dalam teknik gelombang mikrountuk menggambarkan suatu struktur beresonansi. Bagaimana antena mi-krostrip segiempat bisa diamati dengan model cavity ini?

a) b)

Gambar 8.7 a) Struktur antenq mikrostrip dan b) pemodelan medan

listrik pada sisi samping patclr

Antena Mikrostrip

Q- - 2 - 0,7915 + 2,484. 1,77 46 + 0,2461 I= 0,001573 Sl2hn2 C2

Karena ada dua kondisi open yang mengalami coupling, diperlukanjluga G,r, yang rumusnya

Admitansi gandeng dengan persamaan di atas, dihitung secara numerikyang untuk data-datapatch danpanjang gelombang yang diberikan, meng-hasilkan nilai G,r: 0,00061683 S. Sehingga resistansi masukan menjadi

D- I -

IKiu =

216 a 6)= @ = 228'64{l

Dengan inset akan didapatkan resistansi baru yang lebih kecil, deng-an (gambar 8.l2)

Anteno: Prinsip dan Aplikasi

Perhatikan gambar 8.7b. Dengan mengandaikan pengaruh medan

Iistrik yang mengalami kelengkungan (fringe) telah digantikan dengan

8,,* dan L*,maka medan listrik akan lurus dari patchke ground dan

sebaliknya. Pada kubus tersebut, di keempat sisinya bisa kita dapatkan

medan listrik tangensial, yang besarnya akan diberikan nanti. Sedangkan

pada sisi atas Qtatch) dan bawah (ground) medan listrik tangensial bernilai

nol karena pengandaian metal ideal. Secara umum medan listrik di bidang-

bidang samping pclcft memiliki fungsi

E=E.*,(*;)*,(ry)r, (8.12)

Untuk pembahasan di buku ini, kita hanya tertarik untuk mengamati

mode dasar, yaitu untuk lzl : 1 dan r : 0, sehingga persamaan (8.12) men-

jadi

E=E..",(?) ,., (8.1 3)

dan pada sisi sepanjang sumbuy diandaikan medan listriknya kons-

tan.

Dengan menggunakan analisa model resonator, maka problem pada

gambar 8.7a akan diganti dengan problem pada gambar 8.7b, yaitu dengan

mengabaikan medan listrik 'fringe' dan menyetel bahwa pada setiap sisi

kita mengenal medan listriknya.

Yaitu pada

Ar: z:0 (metalisasi bawah) E, = 0, dan

Au: z:h (padapatch) Eu = 0

Dengan demikian kita telah mendefinisikan sebuah volume, yangpada pennukaannya kita rnengenal semua me<lan listriknya. sehinggauntuk bisa menghitung medan jauh (tentunya dengan titik pengamatan diluar kotak volume ini) kita tinggal menggunakan rnetoce ekuivaiensi yangdiperkenalkan di bab 6 (contoh 6.1 dan 6.2) untuk mendapatkan kerapatanarus magnetis sebagai sumber untuk medan yang dipancarkan.

Sehingga dengan teorema ekuivalen didapatkan sumber arus mag-netis pengganti, pada

A,: x:L (0 < y <W) fu, = -2ilrxE, = -2d,x(- A,.d,)= _2E,.d,

Ar: x:0 (0 < y 3W) fu, - -ZfirxE, - 2d,x(8,.A,)=_2E,.d,

A,:y:o (0s x< L) fu, -2E".o.[U).;.(z)'Ao:y:W(O< x<L) fuo--2Eo.or[I'x'\ -

\ t )o'Faktor 2 pada setiap arus di atas karena pengaruh metalisasi bawah.

v

A,:x:L(O< y<W)

Ar:x:0(O< y<W)

Ar'y:0(O< x<L)

A.:y:W(O<x<L)

E, = -Eo 'd,

E, = E,'d,

flz = -4, frt=4,

E,= 8..",(T) u,

Eo= E,."t[?) ,,

//

frt = -d,

Gambar 8.8 Visualisasi bidang-bidang pada model cavity

Antena llikrostrip200 Antena: Prinsip dan APlikasi201

T

Dari arus magnetis ini bisa dihitung potensial vektor elektris F

dengan bantuan persamaan (6.3), yang di medan jauh merupakan hasil

integrasi

; - €o 'e- jo'

r =_> IJtt,.eik;.i'da4ltr , A,

dengan d, =sin0cosQa, +sindsinqd, +cosO d,,danpada

A,: /'= Ld, + y'd, + z'd,

Ar i'= Y'd, + z'd,

Ar: /'= x'dr+z'd,

Ao: 7'= x'd, +WAy + z'4,

F =2E",::fi1- d, ' s)k(1";nocose+)''sindsine+ z'cosl)rb'r 4rr" 4nr ttr. ,

dengan

X = k*sin0cosg ; Y =kYsintsing ; Z = k*cosg2 2 )-"""Medan listrik: E = j @. Z,(a,x F)

Eu = it,khE,*I, or'* '-.- , w ,r*1"o. x "i,rr"irLZ (8.16)zn, Yn\xf

srnq +-c( J Z

E* = it,khE.#*"ul-;#;"oss +Zsin*]*. y "iny,,\Z

(8.17)

Untuk bidang g =0'(bidang E) berlaku X=ft1sin6 dan I/=0(sinY/Y: l) 2

Eo = ie ,klrthE,ff*r(otrr"". ,in[rt.o, *)I ( .2 .l dan Er=g (8.1g)lh/ k-costj

2-

{l- d, . eik(rsinosine+z'cos0)ib'r drt

. ii-'(?).O

.r,no'"" ocose+z'cuo)6*t ur'l

. i i-

*r[? )'

u,' "u'''

"'^ B cos e + w sin 0 sin e*' *" n' *' o,')

Maka didapatkan (perhitungan lengkapnya di apendiks 8A)

F = Fd"+ Frd,

F*=Eor#;otrr;#yY

F = -E €o'"-t* Wsin

Iz sin Ztv- uo 4nr y Z

dan untuk bidang Q = 90" (bidang H) berlaku X = 0 ;

Y = kYsirnt2

E,t=0 O^, ,r= je,kVlrhEoff"orO

Persamaan-persamaan di atas hanya berlaku untuk

*=X = 0,0477

'r,[rf ,i,ul

kLsina2

(8.14)

(8. l 5)

(8.1e)

(8.20)

l" di persamaan (8.20) adalah panjang gelombang efektif (:)"0/ $,* l.

202 Antena: Prinsip dan APlikasi Antena llikrostrip 203

Dengan mengamati kasus h :0,04X, maka Z = 0,04n cos d dan L:X12,w:1./s

0

-5 1

]E

ii I020406080s [o]

Gambar 8.9 Diagram radiasi mikrostrip h: 0,04X, L:M2, dan W:M5

Gambar 8.9 memberikan diagram radiasi untuk bidang E dan Hdengan parameter yang diberikan di atas. Untuk bidang E didapatkan

beamwidth sebesar 60" dan bidang H sebesar 88".

Secara umum beamwidth antena mikrostrip bisa dihitung dengan

(8.21)

BW, =)si11 (8.22)

Dengan kedua persamaan ini dan contoh kasus di atas didapatkan BWu :58,3'dan BWr:83,3".

Sedangkan gain atau direktivitas dari antena mikrostrip ini bisa di-dapatkan dengan

(8.23)

dengan G konduktansi radiasi yang bisa dihitung dengan

o= z (tr\tsc,ll )

6'-10p.I.C

.o -15coDo> -20

-25

-30

o,=*=

G" =8,89'ro-t*,

D= 2 (*\=tsc,l), )

t-

, iW untukz <a3s)'

A7-i;e unruk 0,352 <W <2).

1W6Oi untuk 2.1<w

(8.24)

Untuk kasus di atas, yaitu W1L:O,2,dengan persamaan (g.24)

,didapatkan gain

(o,z)' =6 atau 7,7BdBi.

lf

melode momiltnodel csviy

Bidang E (8=90') BidangH(g=0")Gambar 8.10 Diagram radiasi antena mikrostrip segi empat tBALsJ

..intrirff; Frinsip dan loplikcst Antena lrlikrostrip205

-T-

Gambar 8.10 menunjukkan perbandingan hasil pengukuran diagram

radiasi dengan hasil perhitungan dengan metode moment (bab 13 lebih

lengkapnya) dan hasil aproksimasi dengan model cavity.

Antena mikrostrip segiempat yang berukuran L x W (0,906 cm x1,186 cm) di atas substrat dengan ketebalan 0,1588 cm dan permitivitas

relatif 2,2. Antena bekerja pada frekuensi l0 GHz.

8.4 PENCATUAN ANTENA MIKROSTRIP

Untuk mengirimkan energi dari sumbernya ke antena mikrostripdiperlukan suatu pencatu(feeding). Di buku ini hanya akan diperkenalkan

teknik pencatuan dari kabel coaxial, sehingga ujung dari sistem pencatuan

ke bagian eksternal akan berbentuk konektorladaptor koaxial. Gambar

8.1I menunjukkan pencatuan antena mikrostrip dengan bantuan konektor

koaxial. Dari bagian bawah dari PCB @round) yang dibor sampai ke bagian

atas Qtatch) dimasukkan penghantar bagian dalam dari konektor sehingga

konektor dalam tersebut mengenai patch dan disolder bersama. Penghantar

luar konektor akan disambungkan dengan metalisasi bawah.

Yy

a) tampak tiga dimensi

Gambar 8.ll Pencatu coaxial dari bagian bawah.

Posisi pencatuan, yang ditandai dengan kordinat (r,,%) harus dipilihsedemikian rupa, sehingga terjadi matching antara konektor ke luar yang

biasanya dibuat standar 50 ohm dengan impedansi masukan dari antenna

mikrostrip ini. Pembahasan yang lebih lengkap akan kita lakukan di bawahnanti.

Sedangkan gambar 8.12 menunjukkan cara pencatuan lainnya, yaitudengan menggunakan mikrostrip penyambung ke patch.

as L;:0,1657

a) tampilan 3D b) tampak dari atas dengan

struktur matching (inset)

Gambar 8.12 Pencatuan dengan mikrostrip penyambung

Pada gambar sebelah kiri ditunjukkan secara tiga dimensi pencatuandengan mikrostrip penyambung. Konduktor dalam dari konektor coaxialdihubungkan dengan mikrostrip bagian atas, sedangkan konduktor luardihubungkan dengan ground. Gambar sebelah kanan menampilkan strukturtersebut dari tampak atas, dengan tambahan struktur matching.

Untuk pencatuan menurut gambar 8.11, impedansi masukan akanbernilai 50 ohm jika posisi pencatuan diletakkan pada posisi (r., %) dengan

[Garg01]

r-l--_l?=

b) tampak samping

lar.tr- = -----:-cos' 2tr

-r E'0Ct

{& (8.2s)

(8.26)W

v --/s

2

R, dihitung dengan persamaan (5.24).

206 Antena: Prinsip don Aplikosi y'rfteno llikrottrip 207

_T

Contoh 8.4:

Rancanglah sebuah antenna mikrostrip segiempat untuk frekuen-si WLAN 2,45 GHz. Tersedia sebagai PCB bahan FR4 (e, : 4,5) deng-

an tebal I mm. Tentukanlah data-data perancangan dan beamrvidth serta

gain yang akan didapatkan.

Jawab:

Frekuensi 2,45 GHz memiliki panjang gelombang l'".= 122,45 mm.

Karena diinginkan irnpedansi gelombang bernilai 50 ohm, makadengan persamaan (8.4) bisa dihitung

,=r#l'[#)-']

W:23,22mm.

Dengan persamaan (8.2) dan u: Wlh:23,22

€ * -',*l *9;)(t*]9)'''o =4,rg, menjadikan panjang"r,"If _ 2 ,

21,,;;

gelombang efektif

A", = L -122'45 mm

= 59,82 mm .

,1t,,* ,14,19

Karena panjang efektif dari patch di-set setengah panjang gelom-bang, 2",, :29,91 mm, maka dengan rnemperhatikan perpanjangan akibat'fringe field'yang bernilai AI di kedua sisi, yaitu dengan persamaan (8.5)

M = 0,412h.e ""n' - 0'300

.u + 0'262' t,,"tf-0,258 z+0,813

4,49.23,492 =0.46mm=0,412.r*..J,r,

24,035

sehingga panjang r,;;;,";;*r; ., persamaan (8.6)

L=L"t- 2M=29mm.

Konduktansi radiasi, dengan W/ tr"tt = 23,22mm/59,82mm = 0,3gg2

dan persamaan (8.19) menjadi

G. =+Y- ^.L= I 0,3882-0,0034=0.003r1.' 60 )" 30n, 60 -'"""'Q

Maka posisi dari pencatuan didapatkan dengan (8.20) dan (g.21)menjadi

1*, -r mcl 59.82 mmxs =-cor

{ ^. ---:--cos' 50C).0.00311

C)

= 9,52 mm . 1,1661 = I 1,1 mm

Beamwidth antenna mikrostrip didapatkan dengan persamaan (9.16)dan (8.17),

/L f:1, )BW'E - 2sin-'l --" L [r1:r'*h' )

Anteno: Prinsip dan AplikasiAnteno filikrostrip 209

-?TI

Gain atau direktivitas dari antenna mikrostrip ini didapatkan dengan

persamilan (8.18)

D=-2-(Y\ -- -]-t0,3882)'z =6,48 atau8,12dBi.rsc,\1 ) 15.0,0031 '

atau 8,12 dBi.

8.5 ANTENA MIKROSTRIP DALAM ARRAY

Array antenna dengan teknologi mikrostrip memiliki kelebihan

dibandingkan dengan teknologi lainnya adalah elemen-elemen dan struk-

tur pencatuan semua elemen ini (feeding structure) dibuat dengan proses

yang sama, yaitu dicetak pada PCB secara bersamaan.

Gambar 8.13 menunjukkan pembentukan array mikrostip. Hal pen-

ting yang harus diperhatikan adalah penggabungan beberapa elemen pada

sebuah saluran mikrostrip penghubung. Penggabungan ini bisa menyebab-

kan terjadinya kondisi unmatched, yang harus dikompensasi dengan pe-

milihan lebar strip yang disesuaikan dengan percabangan di ujung saluran

transmisi ini.

Hal lain yang bisa menimbulkan masalah adalah, jika ada banyak

elemen mikrostrip digabungkan menjadi array, akan terbentuk jaringan

pengumpan (feeding network) yangsangat kompleks, dan memiliki potensi

memberikan kontribusi terhadap pemancaran, YanE bisa mengganggu

kontribusi pemancaran yang sebenarnya. Solusi untuk masalah ini adalah

dengan dipergunakannya pengumpanan secara elektrodinamis melalui

lubang (slots).

IT ITII+ #

Gambar 8.13 Contoh beberapa array mikrostrip

Apendiks 8A Perhitungan potensial vektor elektris pada antenamikrostrip

F =2E,r;:( ,,fro^ **,iTd*0'tinr,sinp+'t6 ,)dy,d/+i!"r(7!rina{4+rbosd,or,*}

.,.fii*{T). e,,rGti" o"*r*, e o I dx, dz,

- "u* ""o"' ^111*{+)

"-t "'**''" r4' 4r'} J

F = z r. 5!L (- u,U,*"' o*, * 1).1

"ir'*" 0 4r,!

",r',,^ o",,,

4, *

+ a,(p - "

i r* "a

x,, o ). I "

i on* o *, i*{+). ", *,^ * n a,,

) ***

i "t"'*, a,, = 7*b**h= #G** o - r)

210 Antena: Prinsip don Aplikasi

Anteno Mikrostrip 211

.?

w

| "i['stnosino

1rt - "

0

i.*(?), ik,s;aoc.se dx,

Ef ,.,* _, [r*,i,, o"o, o-.(?)

.;","(+)1,,*.'**,lr

( ( p "rn " "o", cos(fl + L sin(tr)). r''"*'-"' - 0*.ln a"o. r + o))

t; I - (t.in u"o'pf [(

-j!Y!Jff9-.(r,,"* u"*r + l )

[;)-*''"'"ospf

_ -iksinocose (,*"":*"'*n@f*L*, *=-;=.r--lc av r(;)-*"' tcosel ( J

.- lksindcosrp ^ ( kLsinficos4t\ ir"iryt"'o

(n\2 l. 2 )Ii J

-(r'i'u'*r)

F =2E,,'#:l_ r,[",'"'I**' * " '*"^1""'

]'"'***" .\",r,.*n,^,*, *

. u.l"* - "'v+* \-* i.",(? ) e

i kx'sin ocos s di,\",*o*' r,'

(' rr-:-.o^^--\ ,iusitrrs, i*wsinosine W'sin, Y sn-Llsinp\

F __4E^€. _"-i* | -. .orlzrtnu.orpLr4ry=, .n , t t- )- 4nrl' ( 2 I kltsinfsingl2

- . ( kwsinrl*in.r_)4fq . - iksinocosg"',"1--,-f ' (;T_* ocossl

) ../lcicosrg\,"o"(kLsinocosgl*ryt* ;te ''t''t. z If2tlay

Dengan W -+ 0

i!v:\tt" e-n' *i"[ LY l]\o lYg

2

jkV sitOsirg

-+ldane 2 - I

2

F =4 w n.r.€.:3! *,(r*f*),{ry-),4,y "#a,

Denganmemasukkan L:?,"/2:maka kZ =T X=,F =4 w h E.*, *{;,i.o.o,r).,,(*";'o1,'r"-* ."Ya,

-oo0oo-

khcosO

212 Antena: Prinsip don AplikosiAntena hlikrostrip 213

Antena Broadband,Ultrawideband dan

Mtrltiband

9.1 PENDAHULUAN

Pada banyak aplikasi, sebuah antena harus mampu bekerja pada pitaspektrum frekuensi yang lebar (broadband), bahkan juga harus bekerja

lrada rentang frekuensi yang sangat lebar (ultrawideband) ata.u bekerjapada wilayah-wilayah frekuens i yang terpi sah (mu I t ib an d) _

wilayah frekuensi kerja sebuah antena didefinisikan sebagai intervalfiekuensi, di mana besaran karakteristik antena memenuhi spesifikasi yangtliberikan. Misalnya return /oss minimal harus l0 dB. Sehingga akandidapatkan batasan awal frekuensi yang memenuhi spesifikasi itu{. danlratasan atasf* serta frekuensi tengahf, yang biasanya disebut frekuensirancang antena. Dalam mengkuantifikasi antena berdasarkan lebarliekuensi kerjanya, didefinisikan dua buah besaran yang berupa rebar pitarelatif, yaitu

BW, - {r{rc0u,

Dan

'*r=*

(e.l)

(e.2)

--??

Definisi di persamaan (9.1) biasanya digunakan untuk antena pita

sempit, seperti dipole (biasanya sekitar 10%). sedangkan untuk antena pita

lebar digunakan persamaan (9.2). Antena broadband biasanya memiliki

BLV*=_ful"fr22.

Sedangkan menurut badan regulasi telekomunikasi A,merlka (F e dera I

Communications ComissionFCC) mengklasifikasikan ultrawideband

dengan aplikasi yang memiliki lebar pita lebih besar dari 500 MHz atau

BW p > 2OYo.

Di bab ini akan ditunjukkan beberapa contoh antena yang memi-

liki wilayah kerja yang lebar dan sangat lebar, juga antena yang memiliki

wilayah kerja secara terpisah (multiband).

9.2 ANTENA HELIX

Antena helix yang dibahas di buku ini terbuat dari kawat yang dili-

litkan dengan melingkari suatu diameter tertentu (biasanya lingkaran) dan

naik secara linier membentuk spiral. Karena itu antena helix sering juga

disebut antena spiral.

Gambar 9.1 menunjukkan antena helix dengan parameter geo-

metrinya. D adalah diameter gulungan antena, Z tinggi antena, S keting-

gian sebuah putaran, sehingga dengan Nbuah lilitan menjadi I : N^S.

Panjang kawat untuk satu putaran, seperti divisualisasikan di gambar

9.1, dengan persamaan PYhagoras

(e.3)

Dan panjang total kawat yang diperlukan untuk membuat antena helix ini

adalah

c[=tan (e.s)

Secara umum, antena helix memiliki polarisasi eliptis.

Gambar 9.1 Geometri antena helix

Antena helix bisa dibedakan dengan dua modus operasinya, modusnormal yang memancarkan energinya secara omnidireksional dan modussumbu, yang memancarkan energinya secara terkonsentrasi ke suatu arahtertentu (gambar 9.2).

Gambar 9.2 Kiri:modus normal (broadside), kanan: modus sumbu/axis(end-fire)

t*)

(e.4)Lx = N'Lo

Besaran lain yang dipakai adalah sudut kemiringan gulungan (pilch

angle), yang didefinisikan seperti di gambar 9.1 dengan

(nPI *s'

216 Antena: Prinsip dan AplikosiAntena Broodband, Ultrawideband dan lAultibond 217

Pada modus normal, dimensi antena helix kecil dibandingkan pan-jang gelombang. Sehingga bisa diasumsikan arus yang mengalir di antena

konstan. Diagram radiasi antena helix modus normal bisa diaproksimasi-kan sebagai superposisi sekumpulan antena loop Hertz dengan diameter

D dan sekumpulan antena dipole Hertz dengan panjang S (di sini terlihatorthogonalitas dari medan listrik).

Medan listrik medan jauh antena dipole Hertz dengan panjang S

Modus sumbu lebih sering dipakai pada berbagai aplikasi komuni_kasi wireless. Gambar 9.2 seberah kanan menunjukkar;r;;;rtamanyake arah sumbu dari antena tersebut. Unfuk mendapatkan modus ini, ,s danD harus sebanding dengan panjang gelombang. Nilai yang sering digu-nakan adalah 3 / 4 < C / ?L < 4 / 3 (nilaimendekati optimal C t t" =l ), jarakantargulungan S = ?u / 4 dansudut kemiringan gulun gan 12, < a <14, .

Dalam melakukan perancangan antena hetix ini dipakai rumus_rumus yang diturunkan secara empiris (dari pengukuran) oleh John Kraus[KR0 1 ], misalnya impedansi masukan (resistif)

Persamaan (9.6) dan (9.7) menunjukkan polarisasi eliptis, dengan

perbandingan kedua komponen, yang didefinisikan sebagai rasio komponen

E'= iz kl"se-ib

"noUJOI +nr

Dan medan listrik medan jauh antena loop Hertz dengan diameter D

Er = Z,t'(o l2-l I'"-i* ,'nu4r

(axial ratiol APt)

AR=84= js. = ?ry=

lu,l t*,D2 (,rnY

" - (nol

'- hAtau sudut kemiringan menjadi

o=t,n-'(*)=,,,'[H)

R = 1a0.9

l,

Lebar pancaran (half power beamwidth)

BW[',]- s2t'2c.J.^/s

Gain

G = l5,l/ C'S

t (e.r3)

I)an perbandingan komponen medan listrik (axial ratio/AR)

AR =2N +l

2N

Contoh 9.1:

Anarisa antena helix pada frekuensi *LAN 2,45 GHzdengan 15lilitan menggunakan pendekatan optimum. Dapatkan data geometri lainnyarlan hifunglah beamwidth, gain danaxiar ratio antena ini..lawab:

Pada frekuensi2,45 GHz, panjang gelomban g 2 =12,24 cm.

(e.6)

(e.7)

(e. I l)

(e.t2)

Jlka AR: 0 (murni loop) atau menuju tak hingga (murni dipol),polarisasi antena bersifat linier. Untuk mendapatkan polarisasi sirkularatau AR : l, maka persamaan (9.8)

AR=l= ,24.= , atau(,aY

(e.8)

(e.e)

(e.10)

(9,14)

218 Antena: Prinsip don Aplikasi turtena Broodband, Ultrawidebond don lvluttiband219

-T

Dengan perancangan optimum berlaku Cl?r"= 1, dan a =13".akan didapatkan C = ).=12,24cm. Dari gambar 9.1 didapatkan diametcr

helix D:C/r:3,9 cm, persamaan 9.5 memberikan nilai jarak antarlilitan

sebesar

s =rcD tanct, = 2,8 cm.

Dengan persamaan (9.12), (9.13) dan (9.14) didapatkan

BWI' 1 = 52trz _ 52. (12,24)3t2

= 2g,1,cJ.rrs n,24.115.2,8

Gambar 9.4 ditampilkan sebuah antena helix komersial yang bekerjadi frekuensi 5 sampai 6 GHz. AR diberikan dengan 0,5 dB, atau 10(0,5/20) :1,059.

Frekuensi kerja 5 -6GHzvswR <2Gsin 10. . 11.5 dBi

3dB beamwidth 39. - 45"

Axial ratio + 0,5 dB

Front-back ratio >15 dB

Daya maksimal 60 w (cw)Konektor SMA female

Ukuran 55 mm (diameter ground) x 92 mm

Gambar 9.4 Antena helix komersial (www.q-par.com)

9.3 ANTENA PLANAR

Antena planar yang dibahas di buku ini dibatasi pada antena yangterbuat dari metal tipis, yang memiliki suatu bentuk tertentu seperti digambar 9.5. Antena diletakkan di atas bidang ground, yang di baWahnyadipasangkan konektor koaxial sebagai tempat feed dan interface untttkpengukuran

6 =61,r c'i

=ts . ,, . (t?,2+)' 2,a = 5 L4i :- 17,12 dB

(12,24)'

2N- |AR= = 3l / 30 = 1,0333 : 0,28 dB.

Perhitungan dengan Mininec menghasilkan faktor refleksi yang cu-

kup bagus untuk frekuensi dari 2 GHz sampai 3,4 GHz, seperti ditampilkan

di gambar 9.3 (kiri). Khusus untuk frekuensi 2,45 GHz dihitung diagram

radiasi di bidang vertical (gambar 9.3, kanan). Terlihat gain yang didapat-

kan sekitar 13 dB, sedikit berbeda dengan hasil yang didapatkan di atas,

dengan beamwidth sekitar 2 x 19' : 38'. Sedangkan AR : 1,077.

30 40 50 60

I lol

Gambar 9.3 Kiri: faktor refleksi antena di contoh 9.1

Kanan: diagram radiasi bidang vertikql

2N

2.8

IGFlzl

2.2 2.470 80 90

220 Antena: Prinsip Con Aplikasi Antena Broadband, Ultrowidebond don tAulti band 221

t/'t

Gambar 9.5 Beberapa bentuk geometri antena planar

Dengan memvariasikan bentuk geometri dan besarnya, bisa didapat-

kan karakteristik antena tertentu, baik jumlah pita kerjanya (dualband,

triband, quadband, dan seterusnya) ataupun posisi dari masing-masing

frekuensi kerja ini. Di [MAF09] ditunjukkan suatu metode optimasi deng-

an menggunakan simulated annealing, yang bisa mendapatkan struktur

antena planar beserta ukuran-ukurannya. Masukan dari proses ini adalah

nilai-nilai frekuensi kerja antena.

Gambar 9.6 kiri adalah geometri yang diberikan sebagai keluaran

(output) dari metode numerik berbasiskan metode persamaan integral

(pembahasan metode ini di bab 13) berbantuan metode optimasi simulated

annealing,jika sebagai masukan (input) diberikan dua frekuensi 0,9 GHz

dan2,4 GHz. Di gambar 9.6 kiri ini, antena diberikan dengan terdiskretisasi

menjadi segitiga-segitiga kecil sebagai model pada metoda momen.

Di gambar 9.6 sebelah kanan ditunjukkan perbandingan dengan

metode lain (Wipl-D) dan pengukuran dengan Vector Network Analyzer

(VNA). Terlihat dengan jelas,pada kedua frekuensi pilihan ini didapatkan

minimum.

Gambar 9.7 adalah hasil lainnya, jika sebagai masukan diberikan

frekuensi 2,4 GHz dan 5,8 GHz. Maka akan keluar hasil geometri yang

jelas lebih kecil dari struktur di gambar sebelumnya, karena frekuensi

kerjanya membesar.

i\illi!i!;liItI

-10

-15

Gambar 9.6 Antena dualband 0,9 GHz dan 2,4 GHz

all unib in mm

6

Gambar 9.7 Antena dualband 2,4 GHz dan 5,8 GHz

9.4 ANTENA LOG PERIODIK

Antena log periodik memiliki kemiripan dengan antena yagi-Uda

@ab a). Perbedaannya adalah, direktivitas/gain yang dicapai antena logperiodik lebih kecil, tetapi memiliki lebar pita kerja yang lebih lebar, danbesaran geometri antena Yagi-Uda tidak mengikuti aturan tertentu, sedang-

kan pada antena log periodik mengikuti suatu perbandingan tertentu.

-25:

-30:

'350

sr0

'20,

-25

-30

'350 i

7I

3

1

ii!i!i!.liii!t.{l

1

I

8f

222 Antena: Prinsip dan Aplikasi Antena Broadband, Ultrowideband dan lAultiband 223

YI

Di gambar 9.8 diberikan sebuah antena dipole log periodik, dengan

jumlah dipole sebanyakN. Dipole semakin membesar dari nomor 1 sampai

ke N.

Notasi untuk geometri-geometrinya adalah

panjang total dipole ke-rjarak dipole ke-n dari titik acuan

diameter kawat dipole ke-rjarak antar kawat pada dipole ke-n

dipole ke-N

diPole ke-n+l

dipole ke-n

aao

Rn+t -------------'--

Gambar 9.8 Geometri antena dipole log periodik

Aturan perancangan yang dipakai pada antena dipole log periodik

adalah perbandingan yang konstan dari dua dipole yang berdampingan,

didefinisikan sebagai faktor skala t (scale.factor)

Tetapi secara praktis sering digunakan kawat yang berdiameter sama(d,: d),juga jarak antara kawat di dipole juga sama (s,: s).

Dalam merancang antena log periodik ini akan digunakan beberapapersamaan-persamaan dan kurva yang akan diberikan di bawah ini.

Dengan menggunakan kontur direktivitas/gain yang diberikan digambar 9.9 akan didapatkan t dan o optimal, jika suatu nilai direktivitastertentu diinginkan. Dengan menggunakan kedua nilai itu bisa dihitungsudut o dengan

o( = tan-,I-L1lL4o,-l

(e.t7)

Dipol terpanjang dan terpendek ditentukan oleh frekuensi minimumdan maksimum yang digunakan untuk mendefinisikan bandwidth. Adatiga besaran bandwidth relatif yang digunakan, yaitu lebar pita relatif yang

d i inginkan (r e qu ir e d b a ndw i d th) B, y ang bisa dihitung dengan

B - f^u*fJ mrn

lebar pita relatif dari wilayah aktif (bandwidth of the active region) 8",,

In

Rn

dn

.th

:=Udn+t

;ud,

il

I

-- l, - Rn -

d, -

s,

l,*r Rr*t dr*t sr+l

dan faktor jarako (spasingfactor)

B o, = l,l + 7,7 (l - c)2 cot a

dan lebar pita relatif terrancang (designed bandwidth) B"

B, = B.Bo, =a[,t+ 7,7(l-c)'zcota)

panjang (/."*) bisa didapatkan dengan

,,=+['-j,)"*"

Panjang total struktur, dari dipole terpendek (/-,,) sampai dipole ter-

(e. l 8)

(e.1e)

(e.20\

(e.21)(e.15)

(e.16)

'''i'';:-:-'[ i'

224 Antena: Prinsip dan Aplikasi Ante no Broadband, Ultrawi deband dan lAulti band 225

T

Fsktor skala t

Gambar 9.9 Kurvo direktivitas optimal sebagaifungsi t dan o

Dengan panjang gelombang maksimal

Dari hasil di persamaan (9.24) tersebut dan jarak relatif rata-rata

o '= o I ^f t ,denganbantuan gambar 9. 10 bisa diaproksimasikan impedansi

karakteristik dari saluran transmisi penyambun g Z,(feeding line), dengan

/1,, resistansi masukan (50 O).Z,/RN

Z/R"

Gambar 9.10 Impedansi karakteristik saluran transmisi penghubung

dari antena log periodik sebagaifungsi dari impedansi karakteristikdipole dan o'

Jarak kawat pada setiap dipole dihitung dengan

, =a"orn(Zu\Ir20 J

(e.2s)

Contoh 9.2:

Rancanglah sebuah antena log periodik dipole yang bekerja pada

frekuensi VHF (54 MHz sampai 216 MHz). Gain/direktivitas yang di-inginkan adalah 8 dB dan impedansi masukan 50 ohm. Diameter kawatyang digunakan untuk saluran penyambung WeO dan elemen terbesar

adalah L,9 cm dan elemen terkecil 0,48 cm.

Jawab:

Untuk nilai optimal, direktivitas 8 dB memberikan nilai o : 0,16

dan r:0,86.

Fa*tor jarak o

t.l.::

0.L0

u. t$

0.16

il_ l,l

0. rl

ti. t il

0.tllt

rl"{,h

{.t.t1.,1

I

ll dB

i0.5 dB

ll) dB

11.5 LtB

{l dB

il 9ry,g,ur, )r-''-. tI/

8.5 {lBx dB 7.s riB l (rE 6.5 dB

6

5

4

3

I

0. l2I.00.30.2l5

U.9{r o..,1 0.tiui.)..s-l U.7r-)

(e.22)

adalah

(e.23)

a _ 'tt v"max -'mil f .

Sebagai pelengkap data geometri, terakhir yang dibutuhkanjumlah dipole yang digunakan

lnBN=l+----i-' ' ln(ll r)

Untuk mendapatkan jarak antarkawat pada setiap dipole digunakan

pendekatan berupa impedansi karakteristik rara-rata dari semua elemen,

yaitu

(e.24)^(+)-z,zs)a

s' = 0.06-

\ tn

ri=qltiit\

\

226 Anteno: Prinsip don Aplikosi Antena Broadbond, Ultrawidebond dan ttuttiband 227

Persamaan (9.17) memberikan sudut

d = tan-tftt - o,ao;z+.0,16]= lz,3o .

Karena antena log periodik ini harus bekerja dari 54 MHz sampai

216 MHz, maka dengan persamaan (9.18) didapatkan lebar pita relatifyangdiinginkanB:4.

Lebar pita relatif dari wilayah aktif dengan (9.19) menjadi

B o, = l,l + 7,7 (l - c)2 cot a : 1,1 + 7,7 - 0,0796 . 4,5864 = l,',l 9

dan lebar pita relatif terrancang B, = B.Bo, =7,16..

Persamaan (9.22) memberikan panjang gelombang maksimal dan

panjang dipole maksimal tr*, = t]fgbA = 5,556 m

.f^,n 54 x l0ol/s

dan /,ou* = I.* l2 = 2,7778m.

Sedangkan panjang total struktur, dari dipole terpendek (/",,") sampai

dipole terpanjang (/_*) bisa didapatkan dengan persamaan (9.21), yaitu

, = +(r- *" )"- " = 1,38e m . (1 - t t 7,t6). 4,s864= 5,48 m

Jumlah dipole yang dibutuhkan untuk mendapatkan direktivitaspada lebar pita yang diberikan adalah (persamaan (9.23))

N =l+'1'', =1* l'9685

=r4-lln[/r) 0,1508

Jarak relatif rata-rata: o' = o / Ji = 0,16 / rF,.86 = 0J725.

Perhitungan impedansi karakteristik rata-rata dari semua elemen

dengan persamaan (9.24), dibutuhkan perbandingan l, I d,, yang bisa di-hitung dengan l^* I d* , dengan d^ *:1,9 cm,

Z, =l2o

Kombinasi Z, =328,2{1, dengan R.n : 50 dl, Z,/ R,n = 6,56 dano'=0,1725 dengan grafik 9.10 memberikan nilai aproksimasi sekitarZ. I Ri, : 1,1 , atau Z, = 55d)

Dan terakhir jarak kawat pada setiap dipole dihitung dengan persa-rrraan (9.25), s = 1,9 cm. cosh(55 I I2O)= 2,1 cm.

Untuk melengkapi rancangan dihitung semua data panjang dipole

dan posisinya, dengan bantuan gambar 9.8, yaitu, tano, = l, l(2R,,), atauR, =1, /(2tana)dan persamaan (9.15) serta (9.16) melengkapi tabel

9.1

Tabel9.l Geometri antena log periodik

n. !-t2.7178 6,37 1.9

2 2,3889 s,4782 ,63

3 2,0545 4,11t3 ,41

4 1,7668 4,O517 ,2t5 r,5195 3,4844 ,04

6 I,3068 2,9966 0,89

7 I,1238 2,5771 0,77

8 0,9665 2,2163 0,66

9 0,8312 ,9060 0,57

l0 0,7148 ,6392 0,49

II 0,6r47 ,4097 0,42

t2 0,5287 ,2r23 0,36

l3 0,4547 ,0426 0,31

t4 0,3910 0,8966 0,2"t

9.5 ANTENA FRACTAL

Fractal adalah sebuah istilah yang diperkenalkan di geometri yangmelukiskan keadaan lama lebih baik dibandingkan dengan konsep geometri

t"t# )-

z,zs)a = n0fin(277 ,78 / L,s) - z,zsk) = 328,2{l

228 Antena: Prinsip don Aptikasi Antena Broadband, Ultrowidebond dan ltultibond 229

T

sebelumnya (Euclidean). Geometri Euclidean yang merangkurn titik, garis,

permukaan dan volume, bersifat halus, bisa dinyatakan dengan mudah

melalui sebuah persamaan dan digunakan untuk memodelkan struktur alam

seperti garis pantai, gunung, dan lain-lain. Pemodelan garis pantai misalnya

dilakukan secara pendekatan dan sangat sederhana. Jika diperbesar akan

tampak model garis pantai yang lurus, yang tidak menggambarkan realitas

dengan besar. Geometri fractal, juga menggunakan garis, tetapi tidak

digambarkan dengan sebuah fungsi sederhana, melainkan dibentuk dengan

konsep scaling dan self-similarity. Gambar 9.11 menunjukkan proses

pembentukan struktur fractal von Koch, yang digunakan untuk membuat

antena dipole fractal.

Gambar 9.ll Geometrifractal tipe von Koch

Jika antena fraktral tipe von Koch di atas diletakkan di atas ground,

yang digunakan unfuk mempermudah pencatuan dengan konektor koaxial

di bawahnya, maka akan didapatkan faktor refleksi seperti yang ditunjukkan

di gambar 9.12. Kasus ini untuk ketinggian antena 8 cm. Gambar 9.12 inimenunjukkan hasil untuk antena von Koch iterasi ke 0 (dipole paling kiridi gambar 9.1 1) dan iterasi ke 5 (tidak ada di gambar 9.1 I , gambar paling

kanan iterasi ke 4).

Antena fraktral memiliki karakter menghasilkan faktor refleksi yang

kecil pada beberapa wilayah terpisah {multiband). Bahkan seperti yang

terlihat di gambar 9.12 minimum pertama antena (sekitar 450 MHz) von

Koch iterasi ke-5 terletak pada frekuensi yang lebih kecil dari minimumpertama iterasi 0 (sekitar 920 MHz), sehingga dengan memperkecilketinggian antena iterasi ke-5 dengan faktor450/920:a,49 bisa didapatkankondisi seperti pada iterasi 0. Jadi antena fractal juga menawarkanrniniaturisasi dari antena.

Foktor reJleksi

f tcHzl

Gambar 9.12 Faktor reflel<si antenafractal tipe von Koch untuk iterasi 0dan iterasi ke 5

contoh lain dari antena fraktal adalah antena sierpinski gasket(gambar 9.13). Antena Sierpinski gasket ini terbuat dari sebuah segitigasama sisi (di sini dimensinya a:r0 cm). Antena ini diletakkan di atasbidang ground,yang dlfeed dengan konektor koaxial di bawahnya. prosesgenerasi antena fraktal tipe ini juga mirip seperti tipe von Koch. Denganrnemperkecil (scale down) struktur awal, sisi a, menjadi a/2, sehinggaluasnya menjadi % dari luas awal, dan menyusun segitiga-segitiga kecilseperti di gambar 9'13 ini. Iterasi selanjutnya berjalan dengan cara yangsama.

2

230 Antena: Prinsip dan Aplikasi Antena Broadband, lJ Itrawi debond dan lAulti bond 231

-Yt

Gambar 9.13 Antena Sierpinski Gasket dua dimensi

Gambar 9.14 menunjukkan hasil pengukuran antena Sierpinski

gasket yang difabrikasikan dengan kuningan yang memiliki tebal 0,5 mm.

- 1st,-.- 2il

--- 3rd

frequency [GHz]

Gambar 9.14 Pengukuranfaktor refieksi antenq Sierpinski Gasket dua

dimensi

Ekstensi dari antena ini adalah, antena sierpinksi gasket tiga dimensi,

yang fotonya ditampilkan di gambar 9.15.

Gambar 9. 16 memberikan hasil pengukuran antena Sierpinksi gasket

tiga dimensi. Yang didapatkan dari eksplorasi jenis antena ini adalah

bandwidth yang didapatkan lebih lebar dari versi dua dimensinya.

Gambar 9.15 Antena Sierpinski gasket tiga dimensi

reflectlon factor [dB]0

-2

4-6

-8

-10:,

iilrtttttttttttttttnl2

-12

-'t4

-16

-18

-2oo i 23frequency [GHz]

Gambar 9.16 Pengukuranfaktor refleksi antena Sierpinski gasket tigadimensi

e.6 ANTENA ULTRAWTDEBAND (UWB)

Ultrawideband adalah aplikasi yzmg menggunakan spektrum frekuen-

si sangat lebar dengan tujuan mendapatkan kecepatan transfer data (data

rate)yangtinggi. Sinyal yang memiliki sifat ultrawideband juga digunakan

untuk pemposisian (ltositioning) yang sangat akurat. Karena trand frekuen-si yang digunakan oleh aplikasi UWB ini sedianya telah terpakai untuk

,,,

Antena: Prinsip dan APlikasi Antena Broadband, Ultrowideband dan ltultiband 233

aplikasi-aplikasi lainnya, di tahun 2002, badan regulasi telekomunikasi

Amerika (Federal Communications Comis s ionF CC) mengeluarkan reko-

mendasi penggunaan frekuensi 3,1 GHz sampai 10,6 GHz untuk aplikasi

UWB, terutama yang terkait dengan pancaran maksimal yang diizinkan.

Ada beberapa antena UWB yang diperkenalkan di buku ini, yang

pertama adalah sebuah cakram (disc)yang dicetak di atas sebuah struktur

mikrostrip yang memiliki ketebalan h: 1,6 mm dan permitivitas relatifE, :3, dan diumpan (fee{ dengan saluran transmisi coplanar. Untukmendapatkan saluran transmisi coplanar dengan irnpedansi gelornbang

50 ohm, harus dipilih *r:4 mm dan g : 0,33 mm [WA9l]. Antena ini

ditunjukkan di gambar 9.17. Data-data tambahan lainnya adalah L: l0mm, I, :0,3 mm, W:47 mm, dan r:12,5 mm.

ft

Faktor reJleksi ldBJ

I 2 3 4 5 6 7 A I 1011 12131415

Frekuensi IGHz]

Gantbar 9.17 Antena cakram diumpan dengan saluran transmisi

coplanar

Hasil perhitungan dengan metode numerik berbasiskan FiniteIntegration Technique (FIT) yang digunakan di program CST MicrowaveStudio Suite menunjukkan kine{a bagus dari sekitar 2,75 GHz sampai

lebih dari l5 GHz. Pengukuran memverifikasikan hasil teoretis tersebut.

Alternatif lainnya adalah juga antena cakram, tetapi sekarang di-umpan dengan saluran transmisi mikrostrip (gambar 9.18). Substrate yang

digunakan adalah FR4 dengan ketebaran 1,5 mm dan permitivitas relatifsekitar 4,7.Lebar mikrostrip pengumpan digunakan Wr:2,6 mm untukmendapatkan impendansi gelombang 50 a. Data-data geometri lainnya lvx L : 42mm x 50 mm, L,: 20 mm, h : 0,3mm, dan r: l0 mm.

_ Faktor refleksi [dBJ

7-0

r-s:

-10

i -rsL

-20

' -25

I -go

-35

rao23 4 5 6 7 8 9 101112131415

Frekuensi [GH4]

Gambar 9-18 Antena cakram yang diumpan dengan saluran transmisimikrostrip

Antena ini memberikan faktor refleksi yang bagus (< -10 dB) padasekitar 2,69 GHz sampai 10,16 GHz (perhitungan) dan sekitar 2Jg GHzsampai 9,78 GHz (pengukuran).

-oo0oo-

W

ground

0

-5

.10

"15

-?o

.25

.30

-35

.44

-45

- - smurlasr

\1l1t1l1l1l1

tI

t'tItl

234 Anteno: Prinsip don Aplikasi Anteno Broadband, lJltrawidebond dan llultibond 235

PengukJrranBesaran Antena

10.1 PENDAHULUAN

Dalam proses perancanganisuatu antena ada tiga larigkah pentingyang biasanya dilakukan:

Perhitungan secara teoretis

Tahap pertama dilakukan perkiraan kasar akan besaran dari dimensiantena dengan menggunakan rumus siederhana, yang dikenal dengan namarule of thumb. Hal ini telah dibahas di bab-bab sebelumnya di buku ini.Penentuan dimensi yang lebih tepai dilakukan dengan bantuan softwareyang bekerja dengan basis metode numerik untuk elektromagnetikayang merupakan solusi dari persamaan Maxwell secara eksak ataupunpendekatan. Hal ini akan dibahas di bab 13 tentang metode numerik untukantena.

Langkah ini memberikan rnodel atau abstraksi dari antena nyata,yang dianggap bisa mewakili apa yamg ada di lapangan. Perhitungan

secara teoretis memiliki keuntungan kemurahannya, relatif cepat, variasiparameter bisa dilakukan secara bebas ,dan memberikan risiko yang tidakbesar.

Y

Fembuatan (fabrikasi secara mekanis)

Bentuk dan ukuran detail antenna yia,ng didapatkan pada langkah

pertatna,merupakandatapentingyangakan'digunakanpadatahapfabrikasi'

Di sini akan dibuat antena yang terdiri dari kawat yang dibentuk suatu pola

tertentu, atau terbuat dari lempengan me'tal (aluminium, kuningan, dll')

yang akan dipotong dengan bentuk dan ukuran tertentu, bahkan dilubangi,

atau terbuat dari PCB yang akan di-etch dengan pola tertentu yang telah

dicetak di atasnYa.

Pengukuran (validasi)

Antena yang telah dibuat akan diulrur performansi elektrisnya deng-

anmengamatibesaran-besaranpentingantenauntukmemastikankeber.hasilan dari proses perancangan itu sendiri'

Sering kali langkah-langkah ini ditrlang secara iteratif sampai tujuan

yang diinginkan tercapai. Dewasa ini prengulangan dalam jumlah besar

i"r,rnyu hanya dilakukan pada langkah pertama' sehingga waktu' tenaga

dan biaya bisa dihemat secara signifihan. walaupun teori dan metode

analisa antena telah cukup maju, tetapi. tetap saja akan terjadi pengulangan

dalam langkah akhirnYa.

Teknik pengukuran besaran antena adalah proses mengukur besaran-

besaran karakteristik dari antena, sepelrti

Diagramradiasi(secaratigadirnensi,atauduadimensipadabidang

azimuth (horizontal), bidang elevasi (vertikal) atau suatu bidang tertentu

yang miring di ruang).

Gain dan direktivitas, yang nrenentukan kemampuan antenna dalam

rnemfokuskan energinya ke suatu arrah tertentu'

Faktor refleksi (return loss, atau impedansi masukan)' yang menen-

tukan besaran gelombang yang akan ditolak untuk dipancarkan pada an-

tenapemancar,ataugelombangyangditolakuntukditerimapadaantenapenerima.

Polarisasi, yang menentukan arah orientasi dari medan listrik, yang

juga menentukan kualitas dari penerimaan.

Di dalam praktiknya, sebuah antena selain harus memenuhi besaran-

besaran elektris yang digariskan dalam perancangannya, antena itu juga

harus memenuhi beberapa tuntutan lainnya yang non-elektris, seperti

antena yang dimontasikan pada pesawat terbang harus memiliki suatu

ketahanan mekanis dan termis tertentu, atau antena pemancar radio/TVyang dipasang pada gunung harus tahan, sampai beban maksimal tertentu

atau tenggang waktu tertentu, terhadap pengaruh cuaca yang ada di sana.

Juga ketahanan terhadap tiupan angin dsb.

Di bab ini hanya akan dibahas besaran-besaran penting antena, yaitu

factor refleksi, diagram radiasi, gain dan polarisasi.

,1O.2 SKEMA SISTEM PENGUKURAN BESARANANTENA

Gambar 10.1 menunjukkan bagan sistem pengukuran antena. Sistem

ini terdiri dari sebuah pemancar dengan antena pemancarnya yang disebut

sebagai antena pengukur. Antena yang akan diukur (antenna under testl

AUT) diletakkan pada sebuah meja yang bisa diputar. Sistem ini dilengkapi

dengan komputer yang akan mendeteksi nilai yang diterima dari antena

yang diukur ini dan bisa mengontrol posisi/sudut dari antena.

Sistem pengukuran ini, karena menghendaki besaran karakteristik

antena, yang biasanya didapat pada kondisi medan jauh (far field),harusmemenuhi kondisi medan jauh.

Kondisi ideal dari medan jauh adalah gelombang yang dipancarkan

oleh antena pengukur mengenai AUT sebagai gelombang datar homogen.

Pada praktiknya antena pengukur memancarkan gelombang dengan

front gelombang yang berbentuk bola (untuk titik di medan jauh). Tetapi

untuk jarak yang sangat jauh dari antena pengukur, kurvatur dari frontgelombang ini sudah sangat kecil, sehingga di keseluruhan dimensi dari

AUT gelombang ini bisa dikatakan datar dan homogen.

238Anteno: PrinsiP don APlikosi Pengukuran Besaran Antena 239

Antena yang diukur Derrgan model di gambar 10.2, bagian tengah dari AUT adalah

bagian yang paling dahulu dikenai gelombang. Bagian sebelah ujung atas

dan bawah AUT adalah yang paling terakhir terkena gelombang. Ujungatas atau bawah AUT memiliki jarak dari antena pengukur sejauh R + 6 ,

yang dengan aturan Pyhtagoras bisa:dihitung menjadi

pemancal

R+E=

2D2R>_t.

=^[,.[#l)",trEI

R+5= ^[,.(#l )'' = o[,+(*l

)

Gambar l0.l Bagan Sistem Pengukuran Antena

Untuk menghitung kesalahan phasa yang dilakukan dengan pendeka-

tan ini diamati gambar 10.2 secara lebih mendetail'

dengan mengandaikan dimensi AUT jauh lebih kecil dibandingkan jarak

R, dan dengan pendekatan menggunakan deret Taylor (t + *)t2 = I + lx , untuk

l.l. r 2

R+6= **L.L8R

Sehingga antara bagian tengah dengan bagian pinggir AUT terdapat

diferensi phasa sebesar

^ 2nlDz nD2A(D=k.b=-.-.-=-.-'I8R4)vR

Jika untuk pengukuran didefinisikan kesalahan/diferensi phasa inirnaksimal sebesar Lq = 22,5o = 1, maka

8'

L<D=2.5o =L=n.D' + n=2?'8 4l"R )t

Artinya, antena yang diukur harus terpisah oleh jarak tertentu darirrntena pengukur, sehingga kondisi far field terpenuhi, yaitu

It

Frun gclontung blo

(10.1)

(10.2)Gambar 10.2 Front phasa yang keluar dari antena berbentuk bola'

menyentuhantennaundertest(AW)secaratidakbersomaan'Dadalahdimensi terbesar antena

Anteno: PrinsiP don APlikasi Pe ngu ku r on Besar an Ant e no 241

-I

D adalah 6i,rensi dari antena yang diukur dan l, adalah panjang

gelombang dari sinyal yang dipergunakan dalam pengukuran'

Contoh l0.l:

Jika sebuah AUT berbentuk dipole dengan panjang 5 meter, diukur

performansi penerimaannyapada frekuensi kerja 3 GHz, tentukan berapa

jarak minimal pengukurannYa?

Jawab:

Panjang gelombang untuk frekuensi 3 GHz adalah l,=3x108m/s / 3 x lOe Hz = 0,1 m,, maka jarak minimal yang harus dipenuhi:

*r2'25m2 =5oo meter.0,1 m

Dari contoh 10.1, gambaran besaran jarak minimal yang dibutuh-

kan untuk pengukuran antena yang berdimensi besar dibanding dengan

panjang gelombang, akan memberikan problem yang sangat serius dalam

melakukan pengukuran antena, karena untuk jarak yang sedemikian be-

sar ini, sangatlah sulit untuk mengondisikan lokasi pengukuran bebas dari

gangguan sinyal-sinyal lain, bebas noise, danjuga lokasi yang bebas dari

pengaruh refleksi yang akan mempengaruhi hasil pengukuran'

Lokasi yang terbuka untuk pengukuran antena disebut outdoor

ranges.Pengukuran juga sering dilakukan di dalam ruangan yang tembok-

temboknya dilapisi oleh material peredam echo untuk mengurangi reflek-

sinya. Fasilitas pengukuran antena di dalam ruangen ini disebut indoor

ranges (anechoic chamber), seperti terlihat di gambar l0'3'

Gambar 10.4 menunjukkan dua jenis piramida absorber yang dipakai

pada anechoic chamber. Kedua piramida ini memiliki bentuk geometri

yang berbeda, danmemiliki kelebihan dalam menyerap gelombang sesuai

dengan arah dari mana datangnya gelombang elektromagnetika.

Gambar 10.3 Anechoic chamber pada group Hochfrequenztechnik rech.

Univ. Dresden

Gel.datanglegsk lurus

(Jamtrar 10.4 Dua jenis bentuk geometri absorber yang biasa digunakan

Absorbsi yang

242 Antena: Prinsip dan APlikasi ltengu kuran Besaron Antena

-7

Absorber dengan bentuk piramida memberikan performansi penye-

rapan yang bagus jika gelombang yang datang secara tegak lurus, sehingga

bagus untuk diletakkan di bagian belakang antena. Sedangkan bentuk takik

bagus untuk gelombang datang secara miring, sehingga bagus untuk di-

letakkan di bagian samping.

Pada praktiknya, piramida yang digunakan ini hanya mampu untuk

memberikan faktor refleksi sebesar sekitar -30 dB (0,001 atau lo/o refleksi)

untuk frekuensi 1-2 GHz dan membaik untuk frekuensi di atas itu.

Contoh 10.2:

Antena parabola dengan dimensi 2 m x 1,5 m x 3 m digunakan pada

frekuensi 7 GHz. Tentukan jarak minimal berlakunya far-field (medan

jauh)

Jawab:

Dimensi terbesar antena dalam hal ini 3 m, jadi digunakan D: 3 rn,

dan panjang gelombang I : 3 x 108 m/s I 7 xl}e Hz=0,042! p, maka

jarak minimal yang harus diPenuhi:

ou- 2'9m2

=420 meter.0,0429m

Contoh 10.3 menunjukkan kondisi yang sangat berbeda.

Contoh 10.3:

Antenadipole denganpanjang 20 cm, yang dipasangkanpada sebuah

access point apllkasi l4/ireless Local Area Netyvort (wLAN), digunakan

untuk menyuplai ruangan di kantor. Pada jarak berapa antena ini memenuhi

spesifikasi yang dituliskan di data sheet antena tersebut?

Jawab:

Dengan D : 20 cm, dan panjang gelombang I = 3 x I 08 ml s I 2,45 x lOe

Hz=12,24cm, maka pada jarak berikut pengguna komputer dengan

wireless card telah di medan jauh antena dipole tersebut

oa2=!?o=" '=65,4 cm.12,24cm

Access point yangbiasanya diletakkan beberapa meter di atas lantairnengakibatkan setiap pemakai WLAN sudah selalu berada di medan jauhdari pemancar ini.

10.3 PENGUKURAN DIAGRAM RADIASI

Diagram radiasi dari sebuah antena pemancar adalah distribusicnergi yang dipancarkan oleh antena itu ke ruang, jadi diagram radiasiadalah fungsi dari sudut elevasi O dan sudut asimut rp dan bukan fungsidari jarak r. Untuk mengetahui diagram radiasi ini secara pengukuran,dilakukan pengukuran dengan mensampel medan listrik/magnet yangdihasilkan oleh AUT dengan menggunakan antena pengukur.

Antena pengukur digerakkan pada permukaan sebuah bola untukmelakukan variasi terhadap sudut elevasi O dan sudut asimut g dengansuatu inkremen sudut yang menentukan resolusi dari sampling nilainya(gambar 10.5).

variasi elevasi 9, untuk mengukurdiagram venikal

variasi azimut g, untakmengukar diagram horizo ntul

Gambar 10.5 Pengukuran diagram radiasi secara tiga dimensi

Pengukuran Besaron Antena 245244 Anteno: Prinsip dan APlikosi

Pada praktiknya pengukuran tiga dimensi sangat memakan waktu

yang lama dan upaya yang tinggi. Sebagai gantinya dilakukan dua

pengukuran pada bidang referensi tertentu, yang padanya pancaran utama

antena terletak (bidang vertikal dan horizontal). Dan juga dalam melakukan

pensamplingan nilai, misalnya menentukan nilai pancaran pada bidang

horizontal atau azimut (variasi <p ), bukannya antena pengukur yang

berputar di bidang tersebut mengitari AUT, tetapi justru AUT-nyalah yang

akan diputar pada sumbunya.

Gambar 10.6 Pengukuran diagram radiasi pada bidang horizontal

Seperti yang sebelumnya diceritakan, pengukuran diagram radiasi

sebuah antena adalah suatu proses yang sulit, karena adanya gangguan sin-

yal lain (pada ruang terbuka), ataupun sinyal multipath akibat refleksi pada

struktur di sekitar tempat pengukuran. Pengukuran sebaiknya dilakukan

di anechoic chamber. Jika tidak ada, alternatif yang bisa diambil adalah

tetap di sebuah ruang, yang sedikit banyak terbebas dari sinyal lain (ini

bisa dilakukan pengukuran awal, tanpa menggunakan generator sendiri,

untuk mendeteksi keberadaan sinyal akibat generator lain). Ruang yang

digunakan harus cukup besar, sehingga sinyal refleksi pada tembok sisi

kiri-kanan, depan-belakang dan atap diharapkan sudah mengecil secara

signifikan. Pengaruh lantai menjadi satu-satunya yang akan memberikan

pengaruh penting terhadap hasil pengukuran.

Gambar 10.7 menunjukkan pengaruh refleksi pada lantai terhadap

hasil pengukuran diagram radiasi untuk antena yang fokts (high gain

antenna) dan yang tidak fokus (low gain antenna). Dengan memakai nilai

jarak antar antena R dan ketinggian kedua antena H tertentu, pada antena

dengan gain yang tinggi, refleksi pada lantai tidak akan mengganggu nilai

pengukuran yang sebenarnya. Sedangkan pada antena yang memiliki

heamwidth yang sangat lebar (gain yang rendah), refleksi pada lantai harusdiredam dengan meletakan absorber di sana.

Gambar 10.7 Pengaruh refiel<si pada lantai untuk low dan high gainantenna

10.4 PENGUKURAN GAIN

Pengukuran diagram radiasi yang dibahas pada bagian 10.3 adalahpengukuran secara relatif dari medan yang diterima terhadap variasi sudutpengamatan. Pengukuran gain dari antena akan melengkapi data secaraabsolut.

Cara yang paling sederhana untuk mengukur gain sebuah antenaadalah metode dua antena. Dalam pengukuran ini dipergunakan dua an-tena yang sama, yang belum diketahui gain-nya. Antena ini dipakai se-bagai antena pengukur sekaligus sebagai AUT. Jadi harus difabrikasi duabuah antena yang eksak sama.

Jika kedua antena ini dipisahkan sejauh R, antena pengukur meng-gunakan daya pancar sebesar P, , maka daya terima untuk orientasi opti-mal kedua antena adalah

o =[#)'Gro'GRo'Pr

246 Antena: Prinsip don Aplikosi pengukuron Besoron Antena 247

Untuk antena yang sama (andaikan identis) berlaku G7o = Gpo = G,,,

maka dari daya yang diterima, bisa dihitung gain dari kedua antena terse-

but

pemancsfr

Jawab:

Karena daya terima berbanding lurus dengan gain, atau dengan per-hitungan logaritma

P"[dBm] = GldBl+KGo=

4TrR

)"

(10.3)

Dengan memfabrikasi dua buah antena tersebut dengan hati-hati,

diharapkan bisa dibuat dua antena identis di atas, yang bisa dipergunakan

sebagai antena standard untuk pengukuran gain antena-antena lainnya.

Antena ini disebut standard gain antenna.

Dengan tersedianya antena dengan gain yang terstandar (untuk suatu

lebar frekuensi tertentu), kita bisa melakukan pengukuran perbandingan

untuk menentukan gain dari antena lain. Metode ini disebut metode per-

bandingan gain (gain comparison method), yang diilustrasikan di gambar

10.8.

standard gain antenna G6 P,1

Alat ukur

AUT Gz, P,z

Gambar 10.8 Pengukuran gain dengan metode perbandingan gain

Perhitungan gain dengan metode ini diterangkan pada contoh 10.4'

Contoh 10.4:

Pada pengukuran gain antena, digunakan antena yang dikenal gain-

nya, yaitu 17 dBi, dan diketahui power sinyal terima -72 dBm. Antena itu

kemudian diganti dengan antena yang tak dikenal gainnya, ternyata sinyal

terimanya menjadi -79 dBm. Tentukanlah gain antena yang ke dua terse-

but.

Hasil gain yang didapat di atas secara intuitif dan sederhana dariperbandingan daya terima (yang dalam logaritma direpresentasikan dengan

diferensi/perbedaan). Kasus spesial adalah, jika sesudah pergantian antena

didapatkan daya terima yang sama, maka gain AUT sama dengan gainantena standar.

Metode ini mensyaratkan pengukuran daya terima yang presisi, se-

hingga dibutuhkan power meter atau spectrum analyzer yang memilikiakurasi yang baik. Juga antena standar yang gainnya telah ditentukan deng-an presisi juga. Beberapa pembuat antena ternama menawarkan antena-

antena seperti ini.

Ada pula cara penentuan gain dengan menggunakan beamwidthantena tersebut, yang terdiri dari hasil kali beamwidth bidang E (vertikal)BW, dan bidang H (horizontal) Bt4t, atau merupakan definisi beamwidthbidang (main beam solid angle)

Q M = BWsBWtt

Dan gain bisa diaproksimasikan dengan

^4nc _€_{)M

(10.5)

s adalah efisiensi pancaran, yang nilainya sering diberikan dengan 0,63.llll/udan BW,,diberikan dalam radian,yang kalau diubah ke derajat melaluihubungan

Maka

P,1[dBm]=Gr[dB]- K =

Pada pengukuran ke dua

P.2[dBm]=Gz[dB]' K =

-72dBm=l7dB- K = K=-89dBm

-79 dBm=Gz[dB]-89dBm = Gz = l0dB

(10.4)

248 Antena: Prinsip don Aplikasi Pengu kuran Besoran Anteno 249

Y

BWr,a = BW t,u,o# = O,Ol7 |BW'E.H,o

Sehingga persamaan (10.5) menjadi

26000

BWH,oBltrE,o

Contoh 10.5:

Pada contoh 6.8 tentang antena horn diberikan beamwidth

masing 18,7" dan 20,7o, tentukanlah gain antena ini.

Jawab:

Dengan persamaan ( I 0.7) didapatkan

c= --.12609.0-r = '.1u099 - =67,17=18,27dB.

BWH,oBWE,o 18,7x20,7

Dari teori saluran transmisi [MA09] dikenal, impendasi beban, disini impedansi masukan antena bisa dihitung dengan faktor refleksi yang

diketahuilrT'

Zin.,qur =fi.Z, (10.g)

clengan P = lfl.e/I faktor refleksi dengan nilai mutlatnya lfl dan

phasanya | .

Nilai mutlak dari faktor refleksi bisa dihitung dengan

bt _vswR -ltl- 61atpa1

dengan VSWR (voltage standing wave ratio) yang didefinisikan sebagai

perbandingan nilai tegangan maksimal dengan tegangan minimal yang

terbentuk di sepanjang saluran transmisi penghubung

VSLYR =V^^*Y^i,

(10.6)

(10.7)

masing-

(10.e)

(l 0.10)Perhitungan dengan program PCCAD memberikan hasil 18,8 dB.

10.5 PENGUKURAN IMPEDANSI DAN FAKTORREFLEKSI

Impedansi dari suatu antena bisa diukur apabila kita bisa mengetahui

faktor refleksi yang ditimbulkan antena itu jika dipasangkan pada suatu

kawat pengalibrasi, gambar 10.9 memvisualisasikan kondisi mismatch

yang menyebabkan gelombang refleksi.

Zo impedansi kawatpenghubung

Zir,agT impedansi masukanantena

Gambar 10.9 Visualisasi refiel<si gelombang akibat kondisi mismatch

Distribusi gelombang tegangan di atas saluran transmisi bisa di-dapatkan dengan menggunakan struktur pengukur yang bernama'slottedline'lMA09l.

Misalnya, dari gambar 10.10 didapatkan

yswR=v^u* =-!{=3V^in 0'5 ,

Sehingga nilai mutlak faktor refleksi didapatkan menjadi

,_, vswR- I 3-llrl: vswR*t= 3*1 = 0,t

*,u, lflru = 20log(0.5) = -6,02dB

.ladi dengan (0,5)2:0,25,maka25o/o daya akan direfleksikan kembali.

250 Antena: Prinsip don Aplikasi Pengukuran Besaran Antena 251

48.51 4. 6l a2

Gambar 10.10 Distribusi gelombang tegangan sepanjang saluran

tronsmisi

Phasa dari faktor refleksi bisa dihitung dengan mengambil suatu

posisi x tertentu di kawat penghubung (misalnya di gambar ), jika antena

terletak di sebelah kanan, maka x adalah panjang seperti pada gambar, dan

phasa

y=9r1Qn-t\,l\g

n adalah jumlah minimal tegangan antaratitik referensi dan antena dan 1,,

panjang gelombang di dalam kawat penghubung.

Sekarang, pengukuran faktor refleksi dari sebuah antena dilakukan

dengan menggunakan alat Vector Network Analyzer (VNA), yang bisa

dengan cepat memberikan informasi tentang besaran refleksi pada suatu

lebar frekuensi tertentu. Gambar 10.11 menunjukkan sebuah VNA yang

diproduksi perusahaan Rohde-Schwarz. VNA ini bisa mengukur secara

umum parameter scatte:ring pada rentang frekuensi 20 MHz sampai 40

'.-T

GHz. Karena alat ukur tipe ini memiliki empat buah gerbang (port),makabisa mengukur parameter tersebut untuk piranti empat gerbang secara

otomatis S, (untuk ii : 1,2,3 dan 4).

Gambar l0.ll Network Analyzer l0 MHz - 40 GHz (Rohde-Schwarz)

Alat ukur ini bisa menampilkan hasil faktor refleksi secara linierataupun dalam besaran logaritma (dB), dan juga sebagai besaran VSWR.Gambar 2.11 dan2.l2 di bab 2 menunjukkan beberapa hasil pengukuranyang didapatkan dengan alat VNA.

Tiga produsen ternama alat ukur VNA ini adalah Rohde-Schwarz"Agilent dan Anritsu.

-oo0oo-

,l-ra

itl

llri

i

lI

I

t

i

tI

252 Antena: Prinsip dan Aplikosi pengukuran Besaran Antena 253

nPerkernbangan l(ItttsJrs

pada Teknik Arttena

Setelah membahas jenis--ienis antena yang bermacam-macam

dcngan kelebihan dan kekurangannya, di bab ini akan ditunjukkanusaha-usaha lainnya yang dikembarigkan dalam memodifikasi antena

untuk didapatkannya suatu kinerja tertentu. Usaha ini dilakukan dengan

melibatkan pendekatan teoretis (biasanya solusi persamaan Maxwelldengan bantuan metode numerik) yang didukung dengan sebuah aturan

perancangan secara umum (rules o-f thumb) sebagai cara awal untukmengembangkan struktur baru yang diharapkan rnemberikan hasil yang

bisa diterima.

Antena yang bisa dikonfigurasi ulang mampu mengubah impedansi

masukan (faktor refleksi), diagram radiasi (gain) dan polarisasi gelombang

dari antena tersebut, biasanya digunakan saklar (switch).

Konsep antena cerdas dikembangkan terutama pada modifikasi dia-gram radiasi antena yang mengarahkan pancaran utamanya (main beam)kearah tertentu, yang diyakini sebagai arah dari sinyal yang akan ditangkap,

dan mengarahkan zero-nyapada arah datangnya sinyal pengganggu (inter-

ferers). Yang dibutuhkan di sini adalah antena array dan jaringanfeeding

berbantuan prosesor sinyal untuk mengubah amplitudo dan phasa arus dan

tegangan. Dengan mendapatkan kondisi yang seperti ini, maka rasio daya

radio (/lvlEMS).

sinyai yang diinginkan terhadap daya sinyal pengganggu (interferensi) atau

CII meniadimaksimal, sehingga bisa memaksimalkan kapasitas sistem'

Pendekatan dengan menggunakan antena array lainnya (multi

antenn a sy st ems) adalal dengar memanfaatkan kondisi saluran nirkabel

yang sangat penuh dengan lcattering (hamburan)' yang menyebabkan

munculkan fenomena jati, uuryut (multipath)dari pemancar ke penerima'

Jalur banyak ini dirnanfaatkan menjadi 'jalur-jalur terpisah" yang bisa

menaikkankapasitassistemmenjadikelipatandariyangadadellanfaktorjumlahantenayangterlibatdidalamarraytersebut.KonsepinidikenalLogu., nama Multiple Input Multiple Output (MIMO)'

11.1 ANTENA YANG BiSA DIKONFIGURASI

u LANG irii-conrlcuRABLE ANrEN NAS)

Panjangefektifsebuahantena'berartifrekuensikerjanya'bisadiubah dengan menambahkan atau mengurangkan panjang antena secara

elektronis, optis, mekanis atau lainnya' Ada beberapa jenis saklar (switch)

yang dipakai untuk melakukan hal ini (gambar 11'1)' misalnya dengan

diodaPlN,FET,saklaroptisdansistemmikroelektromekanisfrekuensi

Di gambar 11.1 digunakan saklar optik (silicon yang bersifat

photoconducting). Jika kedua saklar tertutup, antena akan memanjang dan

bekerja pada frekuensi 2,26 GHz. Sedangkan pada kondisi saklar terbuka,

antena memendek, menjadikan frekuensi kerjanya membesar menjadi 3,15

GHz.

Ke kedua saklar optis ini dilakukan penyinaran dengan menggunakan

cliode laser infra merah yang dialirkan melalui sebuah fiber optik. Gambar

1i.1 (kanan) menunjukkan hasil faktor refleksi pada spektrum frekuensi

i,5 GHz sampai 4,0 GHz. Sebagai parameter digunakan daya cahaya yang

diiluminasikan ke kedua saklar tersebut. Terlihat dengan memberikan daya

0 mW (tak ada iluminasi), saklar akan terbuka (ofJ), antena beresonansi

pada frekuensi tinggi. Jika diiluminasi dengan 20 mW, saklar akan tertutup

(on), terjadi resonansi pada frekuensi rendah.

SI\L,\korektrr

Gambar ll.2 Milcrostrip Yagi antenna dengan empat buah saklar

tzH04l

Gambar ll.2 menunjukkan sebuah antena Yagi yang berbasiskan

teknologi mikrostrip. Antena ini memiliki sebuah director dan reflector.

Mikrostrip yang digunakanmemiliki ketebalan 6,35 mm dengan permitivitas

relatif 2,2. Strip yang memiliki lebar W:W^:Z mm ini terpisah oleh jarak

s: 20 mm (0,25 Xo). Besaran geometri lainnya adalah L.:28,5 mm (0,46

Is), g : 12,5 mm, Lr:25,9 mm (0,42 ?"r), L,:32 mm (0,52 l.r) dan 6:1,85

mm. Antena ini beresonansi pada frekuensi 3,65 GHz.

0

"10

-'15o

.302.o 2.5 3'o

FGqumo/ (GH4

Gambar ll.l Perubahan paniang dipole dengan saklar (switch) dan

J:aktor reflerui yang dihasirkan dengan parameter daya iluminasi ke

kedua saklar [PA06]

256Antena: PrinsiP dan APlikasi

Perkembangon Khusus pado Teknik Antena

----Y

Strip tengah di-feed, strip kiri dan kanan memiliki masing-masing

dua saklar. Diamati tiga buah kasus, saklar I danz on, saklar 3 dan 4 ffimaka strip kiri fiadi reflektor) akan lebih panjang dari strip yang driven

(tengah) dan strip kanan lebih pendek (adi direktor). Maka diagram radiasi

akan condong ke kanan. Jika kebalikannya, saklar 1 dan 2 ofl sedangsaklar

3 dan 4 on, maka strip kiri menjadi direktor, strip kanan menjadi reflektor.

Femancaran akan condong ke kiri. Seandainya semua saklar ffi strip kitidan kanan menjadi director. Diagram radiasi di visualisasikan di gambar

11.3 untuk perhitungan (menggunakan software dari Ansoft HFSS, lihat

bab 13) dan pengukuran.

Realisasi saklar untuk antena ini ditunjukkan pada gambar I 1.4. Jikasumber DC memiliki nilai positif, maka diode PIN akan dibias secara maju,sehingga saklar tertutup, sedangkan untuk polaritas negatif, PIN akan dibiasterbalik, sehingga saklar tertutup. Resistor R dipakai sebagai pembatas arus

DC, L sebagai penghalang sinyal RF dan C sebagai penghalang sinyal DC.Aliran sinyal DC ditunjukkan di gambar ll.4 dengan bantuan garis putus-putus. Sedangkan sinyal RF bergerak dari kiri ke kanan.

Penggunaan diode PIN diprioritaskan dibandingkan diode biasa,karena diode PIN rnemiliki linieritas yang lebih baik, sehingga tidak meng-hasilkan efek-efek asing yang bisa muncul. Memiliki isolasi yang lebihbaik pada saat saklar terbuka, dan memiliki kecepatan yang tinggi padaproses penyaklaran (on dan ffi.

11.2 MULTI ANTENNA SYSTEMS: ANTENACERDAS (SMART ANTENNAS) DAN MIMO

Jumlah pengguna jaringan nirkabel yang terus menanjak dan jenisdata yang dikirimkan pun semakin beragam, menjadikan tuntutan terhadap

sistem nirkabel semakin tinggi, baik dari segi jangkauan (coverage), se-

hingga pengguna bisa memanfaatkan jaringan ini di mana pun dan kapanpun juga, dari sisi kapasitas (cupacity), sehingga bertambahnya pengguna

dan bertambahnya besar data yang ditransmisikan tetap bisa diberikan la-yanan dengan baik, dan memiliki realibilitas yang tinggi (Quality of ser-vice/QoS) yang sesuai dengan spesifikasi yang diberikan.

Interferensi saluran yang sama (co-channel interference) yang me-ningkat karena jumlah pengguna bertambah, menjadi pembatas di kapasi-tas. Masalah fading yang diakibatkan oleh jalur banyak dan delay spreadjuga menjadi hambatan dari perbesaran kapasitas ini.

Penggunaan antena cerdas (smart antennas/SA) menjadi salah satu

cara unfuk memaksimalkan kapasitas yang tersedia, dengan cara 'memilih'pengguna yang diinginkan dan'menolak' pengguna interferensi. TeknologiMultiple Input Multiple Output (MIMO) yang memanfaatkan tedadinyamuhipath (semakin banyak semakin baik) bertugas untuk mengefisiensikan

0.0d8

Gambar ll.3 Diagram radiasi pada bidang H (di gambar I1'2

RFout

Gambar ll.4 saklar.frekuensi radio dengan menggunakan diode PIN

RFin

menyilang melalui diPole)

258 Antena: PrinsiP dan APlikosi Perkembongan Khusus poda Teknik Antena

penggunaan kapasitas, yang ditandai dengan bit per second per Hz (bps/

Hz).

Kedua teknologi ini mensyaratkan menggunakan rangkaian mikro-

elektronika yang cepat yang mampu melakukan pemrosesan data secara

digital (digital s ignal proces sing)

Istilah cerdas di sini bukanlah merujuk pada antenanya, tetapi pada

kemampuan dari pemrosesan sinyal digitat pada sistem antena cerdas ini.

Gambar 11.5 menunjukkan kemampuan dari sistem antena cerdas yang

mampu mengarahkan pancafan utamanya ke arah 120o (setelah mengetahui

dari mana sinyal berita datang dan ke mana sinyal berita harus dikirim)

dan mengarahkan zero ke arah-arah interferers (setelah diketahui dari arah

mana datangnya gangguan).

Q=90ocl

r"(/) adalah sinyal yang diambil oleh antena z. Secara umum sinyalini mengandung sinyal yang diinginkan dan yang tidak diinginkan(interferensi). Setelah membagi sinyal tersebut ke komponen in-phase danquadratunrya keduanya dikalikan dengan faktor pembeban w,,,, danwg,n,yang secara teknis merupakan penguatan amplitude sinyal dan pergeseran

phasa (phase shifting). Sinyal-sinyal tadi dijumlahkan menghasilkan s(t)Antenna 1

x,r(t)

Outputs(t)

Referencesignal (t)

Errorsignale (t)

Gambar ll.6 Pembobotan dan mekanismefeedback

Untuk mendapatkan sinyal yang diinginkan, sinyal s(f) ini diban-dingkan dengan sinyal referensi (sinyal yang diinginkan tersebut). Jikas(f) tidat sama dengan sinyal referensi, akan didapatkan kesalahan(er-ror)e(t), yang akan digunakan sebagai trigger perubahan pada faktorpembobot melalui sebuah mekanisme/eedback. Secara matematis, sinyalkeluaran array adalah

N

s(l) = Iwr,,xp,n(t)n=lP=I,Q

(11.1)

o=l 50u,trI g=l 20n

iireflectorr

Gambar ll.5 Diagram radiasi untuk sebuah pengguna yang diganggu

empat inlerferers

Sebuah antena array bisa melakukan pengarahan ini, yang disebut

juga beamforming, karena adanya variasi pada phasa dan amplitude dari

sistem pencatuannya (feeding), di gambar 11.5 dinamakan pernbobotan

(weighting) dengan w1t. .t w* Di bab 5 tentang dasar array telah dibahas

secara dasar.

260 Anteno: Prinsip dan Aplikasi Perkembangan Khusus pada Teknik Anteno 261

Sinyal kesalahan adalah beda dari sinyal keluaran

referensi

1y

e(t) ='11; - \wr,,x r,,(t)n=lP=l,Q

Energi (mean-square) dari kesalahan menjadi

rL' t,l]= r[' <,i- z !*,.,r1(r)x",,, (r)]+n=lP=I,Q

NM> i* e,nr r,,El* r.,1,1r r,,,g1f

ry=l- -n1l_ _

Atau dengan notasi matrix

itu dari sinyal

(1 1.2)

(r16)

v r,r lu[.' r,ll]= -z[s]+ z[ofw]= s

maka

lrl= hI'[s]

(l1.8)

(l l.e)

dengan

$ryf=lw1.1,wB,r,

I r(t).rr.r (/) II 11r1rr.,ir1 |

isl= l-l , I

I r(r)r1,r(r) |

lr1rtx,., trl_l

r [" ol] = rb' <,i- zlwY ls)* lwl' lolw)

,r,*,*g,n)'

I rl,r*r,r xt,txp,r xt,rxt.N rt.rjp.ru II xp.r.rr,r xe.txe,r rp.rrt.,v x9.1xp,,v

i

tol=rl : : : : i

| ,r,rrr,, xr.Nxp.r rr,,lxr,,v ,r.nrrO,,.,

I

[rp,,vxl,r xe,yxg,r "' xp.xxr,N r0.rrO.ru -]

Di sini akan divariasikan faktor pembeban untuk menghasilkan ke-

salahan yang minimal, jadi akan dilakukan diferensiasi persamaan (1 I '4)terhadap W, dan men-set-nya menjadi nol,

Tabel ll.l menunjukkan faktor pembobot yang dihasilkan untukmasing-masing arah yang diinginkan untuk kasus 6 dipol tanpa dan denganreflektor.

(11'3) Dengan menggunakan faktor pembobot ini sebagai amplitude danphasa dari masing-masing array, maka didapatkan diagram radiasi untukbeberapa arah sinyal yang diinginkan (dengan arah yang lainnya yalgdiberikan di gambar I 1.5 sebagai interferensi) di gambar I 1.7.

(r 1.4)Tabel ll.l Faktor pembeban untuk enam array

n

,, rSinyil beriti dail',,,t!:,r':::l:,,iiiihr:l:ll,llir:tlr :

tilrrtli:.: 90fri.:iltllrlrtllrl,llrrli:i,,i,r!rt.ii,:.:lilliltL.ilili,ilarllllilr'

riilt,,.itri rlti, lllllll:.,1 r,i'rilri

;irtff;;;l,1,1,r,.':r .r::t,tltr,,,lllr:.t;r

ltl,ti.t.t,

i "': i,l

w-rt i ffiI 0. I 735 - 0.0380 0.0658 0 0.1 360 0.2126 0.065'1 0

2 -0.1942 0.0008 0.1 825 0 -0.1942 -0.1966 0. l 839 0

J 0.0740 0.1284 0.2467 0 0.2030 -0.0553 0.2492 0

4 -0.0729 -o.1290 o.2467 0 -0.2029 0.05s7 0.2492 0

5 -0.0995 0. l 668 0. l 825 0 0.0672 -0.2680 0. I 839 0

6 0.1209 -0.1300 0.0658 0 -0.0089 0.2522 0.0657 0

(11.5)

(1 1.7) Di gambar I 1.7 terlihat, pada arah yang diinginkan, diarahkan pan-caran utamanya, dan pada saat yang bersamaan, ke arah interferensi, di-arahkan zero-zero dari diagram radiasi ini.

Arah datang dari masing-masing sinyal, baik yang diinginkan atau-pun interferensi, bisa didapatkan dari beberapa carayang diperkenalkan di

Iruoe].

Antena: Prinsip dan Aplikasi Perkembongon Khusus pada Teknik Antena 263

-=

o 20 40 *uin o.n?3"=

,oo 12o 't4o 1oo 1ao

Gambar 11.7 Diagram radiasi untuk masing-masing arah sinyal yang

diinginkan (dengan reflektor)

MIMO menawarkancara lain untuk memperbesar kapasitas sistem-

nya. Perhatikanlah gambar 1 1.8 yang melukiskan keadaan pemancaran dan

penerimaan pada sebuah sistem komunikasi dengan menggunakan banyak

antena (multi qntennq system), baik di pemancar ataupun di penerima.

a< >-a>-5>-5

tvl

Sinyal yang diterima oleh masing-masing antena, adalah kombinasilinier dari sinyal-sinyal yang dikirimkan antena pemancar. Matriks propa-gasi [H] merupakan elemen penting dalam sistem MIMO ini. Matriks initerbentuk oleh lingkungan propagasi, lingkunganlah yang akan menentu-

kan secara signifikan apakah sistem MIMO akan berdaya guna atau tidak.

lt = httxt ., hr2x2 a htzxz

lz=hztxt+h22x2+hrrx,lt=httxr+hrrx2+hrrx,

Atau secara matriks

bl= tgl t l

(11.10)

(11.il)

Target dari langkah berikutnya adalah memberikan korespondensi

langsung sinyal terima dan sinyal kirim secara langsung. Oleh sebab itudilakukan dekomposisi matriks berikut ini

lnl= [u] lnl lrr)' (1 1.12)

Dengan matriks [u] dan [/]H, sebagai matriks Hermitian, yang memilikisifat-sifat

tu).lulH =lr)

IVl.tr/lH =lrl

lrladalah matriks satuan, dan matriks diagonal

,[f +#]Dekomposisi ini dilalrukan dengan bantuan metode yang dikenal dimatematika [KRE98] dengan nama Singular Value Decomposition/SYD.Matlab [MATxx] dan Octave [OCTxx] menyediakan fungsi built-in untukSVD ini dengan input mafrks ffi dan output ketiga matriks l4,lv7 dan

lDl.

(r 1.13)

(1 l.l4)

(1 l.l5)

ln dB

264

Ix]

Gambar ll.8 Sistem MIMO

Antena: Prinsip dan Aplikasi Perkembongan Khusus pada Teknik Antena 265

Gambar I1.9 atas, menunjukkan penambahan pada sisi pemancar,

berupa sebuah cara pengkodean, yaitu Space Time Coding (STC) yang

berupa perkalian sinyal berita [x,]. dengan matriks I Zl menghasilkan sinyal

fx], dan pada sisi penerima berupa pendekodean, Space Time Decoding(STDC), yang mengalikan sinyal terima pl dengan matriks [t/]H untukmendapatkan sinyal yang akan diteruskan ke penerima [y"].

['l= kl [,,.l

Lr,l=luY .b,l

Dcngan persamaan ( 1 1. I 1) dan (1 1.12)

:, j--lr Y V,l irlIX' [, l[,^I

antarelemen antena bisa dilakukanantena ifu sendiri.

dalam proses perancangan sistem

(1 1.1 6)

(r1.17)

[xJ

xs7

+

tvJ

L.!anilcngansiiatmatriks Jrrl dan ltrlttyangHermitian(l l.l3)dan(11.14),t't ict i; atl i

l"r" l= l-r.1. k,I (t I .18)

Penambahan pengkodean dan pendekodean space time

n:emungkinkan diagonalisasi dari matriks secara keseluruhan, sinyal terima

irerbanding Iurus langsung terhadap sinyal kirim dan tak ada pengaruh dari

sinval icirim iainnya. Secara teoretis, pada setiap kondisi propagasi, atau

unfuk iettap rnarnKs ffll bisa dilakukan SVD. El'ektivitas riari MIMO akan

l{j;'rilrrli ,larr rriiar-nrtai Eigen (cigcn volrte) a/\ . f"rU"saran kapasirus

sistcsl terjacti sccara efbktit" jika nilal-nilai trigen ini besar (sarna besar satu

dt:ngan rxlrulya i.

I'.iilai eigen yang besar atau sama besar menunjukkan korelasi antar-jalur propagasi yang minimal dan juga korelasi antarelemen-lemen antena

yang ininimal.

Korelasi "ialur propagasi yang minimal terjadi, iika lingkunganpropagasi memberikan kondisi yang penuh dengan refleksi dan difraksi,yang disebut dengan kondisi rich scattering. Pada prakteknya hal initerjadi apa adanya, karena secara asumsi, perancang sistem MIMO tidak

memiliki opsi untuk melakukan perubahan padanya. Sedangkan korelasi

>->->-

Gambar ll.9 Space Time Coding dan Space Time Decoding

[wIT09] menunjukkan perancangan antena MIMO pada alat komu-nikasi genggam dengan menggunakan software csr Microwave Studio(bab 13), yang mencari korelasi antarelemen yang minimal dengan me-letakkan posisi elemen pada tempat berbeda-beda. Antena MIMO dengandua elemen ini dirancang pada frekuensi 2,6 GHz. Gambar l l.l0 menun-jukkan struktur yang dirancang dan nilai coupling antarelemen yang di-dapat. Terlihat jarak antarelemen dan orientasinya satu dengan yang lainmempengaruhi korelasi ini.

IT

Xs2

_.>

IsJ

!s,t

---a

!s,2

-+

!",3

--+

Antena: Prinsip dan AplikasiPerkembangan Khusus poda Teknik Antena 267

iekteusi [GHz]

Gambar ll.l0 Konfigurasi elemen antena dan coupling antarkedua

elemen

hr=3-h::2. h:=0.8: ar=7, a:=3, ar=3.5,ar=6.6- a:=l 1.5, ae=4.75: a:=8.1, as:6 25,

ao:2: br=4.'1, b::9.5. br: I 1.85; br:4.75;wr: l: s=0.8: cr=5.25. c:=l 1.5, c::5.1;crd.l- cl=8.7, t=2.2:

Gambar ll.ll Geometri antena MIMO quad-band (ukuran dalam mm)

Sebuah rancangan antena MIMO untuk empat frekuensi berbeda

(quad-band) diperkenalkan di [8H09], antena ini tersusun dari kombinasi

slot berbentuk C dan potongan berbentuk T (gambar 1 l.l 1). Ground yang

digunakan berukuran 50 mm x 100 mm dan ketinggian antena 3 mm. Hasil

simulasi dan pengukuran ditunjukkan di gambar ll.l2. Terlihat faktor

refleksi yang minimum di empat frekuensi berbeda. Decoupling di empat

wilayah frekuensi inipun lebih bagus dari -15 dB.

penprkuru S 11

. ' simrlirsi 311

pelgrlruan Sr.

- lren!$huan S.,sirurlasi S;1

- permrkrual S11

2.O 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.s 6.0

Frequency {GHz)

Gambar ll,l2 Hasil pengukuran dan simulasi

-oo0oo-

o

€-sg -10[)I -15ts

H -zo(Lrrr -25c

$ -eo(to _il6g)

-44

II

5

_--l'*t\-

\.*-/ghfital E ffir'

mrew Iffik=

268 Antena: Prinsip dan APlikosi Perkembangan Khusus podo Teknik Antena 269

-T

Di bab ini secara khusus ditunjukkan penggunaan antena pada be-

berapa aplikasi penting dewasa ini, dan diyakini akan terus me-mainkan

peran krusial dalam beberapa dekade ke depan.

Sistem komunikasi seluler adalah satu dari beberapa perkembangan

terpenting dari sivilisasi manusia di akhir abad ke-20 yang laiu. Dengan

sistem seluler digital, dimungkinkan komunikasi di mana pun, kapan pun,

bahkan berbagai jenis data bisa dikirimkan. Global System for Mobile

Communicaliorzs (GSM) adalah sistem komunikasi bergerak yang bekerja

secara digital. Dengan kemampuan roaming (menjelajah pengguna sistern

komunikasi ini di manaprn) dan hand over (pterpindahan dari suatu wilayalr/

cell ke wilayah lainnya), GSM menawarkan kinerja yangjauh lebih baik

dari sistem komunikasi bergerak generasi sebelumnya.

Tabel l2.l Sistem komunikasi seluler danfrekuensi kerjarrya

Nama alternatif '

Downlink [MHz]

GSM 8OO AMPS 824-849 869-894

P.GSM 9OO Primary GSM 890-9 I 5 93s-960

E.GSM 9OO Extended GSM 880-91 5 92s-960

GPS I 564-l 586

GSM 1800 DCS 18OO l7l0-1785 I 805-1880

Tabel l2.l Lanjutan

Nama Band Name elternatif. Frekuensi

Uplink [MHzl

Frekuensi

Downlink IMHzI

GSM 19OO PCS I9OO I 850-t910 r 930-1990

UMTS 3C r 885-2025

l7l0-l7ss (us)

2110-2200

21 r0-215s (US)

B02.l1bls,/n wifi (rsM) 2400-2483.s

802.11a/Wj wifi (uNri) 5r50-5350 (UNrr), s470-5725, 5725-5825 (lSM/UNII), 4900-5000 (Japan), 5030-5091 (Japan)

802.15.4 Zis.Bee 898, 91.5, 2400 (rSM)

802.1 5. 1 1a Bluetooth 2400-2483,s (rSM)

802.15.3 [JWB Biasanya > 500 MHz di dalarn spectrum 31 00

- 10600 MHz

802. I 6 WiMAX Mobile: 2-6 CHz. fixed < l1 ClIz

Selain itu, GSM juga mampu menangani jumlah pengguna dalam

jumlah yang banyak dan detail sistemnya yang dibuat ietbtka (open

architecture), yang menyebabkan jumltih perusahaan (vendor) yang

memproduksi komponen dan sistem GSM menjadi bertarnbah. Kedua

kelebihan terakhir menyebabkan harga yang harus dikeluarkan menjadi

murah, dan sistem GSM menjadi semakin diterima rnasyarakat luas.

Generasi berikutnya adalah 3G (third generation), yang diwakili oleh

[Jniversal Mobile Telecommurication Sltstems (UMTS) dan 4G (fourth

generation), dengan nama Long Term Evolution (LTE). Selain dari itu ada

sistem komunikasi lainnya yang juga mendapat celah pasar cukup besar,

yaitu llireless Local Area Network (WLAN), dan yang memiliki prospek

cukup besar di masa mendatang Worldwide Interoperabilityfor Microwave

Access (WiMAX).

Aplikasi lainnya yang akan dibahas di bab ini adalah teknik iden-

tifikasi benda dengan menggunakan gelombang radio Radio Frequency

I den t ifi c a t i o,r (RFID).

Tabel 12.1 menunjukkan sistem yang bekerja menggunakan gelom-

bang radio dan frekuensi tempat kerjanya.

12.1 ANTENA STASTUN BAS|S (BASE STATTON) DtKOMUNIKASI BERGERAK

Tuntutan dasar yang diberikan kepada sistem seluler (GSM, UMTSataupun LTE) ada tiga: memberikan sinyal ke pelanggan yang berada diwilayah kerja (angkauan atau coverage), memberikan kapasitas saluran

minimal tertentu, sehingga pengguna bisa mengirimkan informasi secara

wajar (capacity) dan memberikan jaminan kualitas layanan dengan suatu

key performance indicatorlKPl tertentu (quality of servicelQoS).

Dalam memberikan pemenuhan. ketiga tuntutan di atas, sistem

telekomunikasi dibuat dan dirancang secara ketat dengan memenuhi

spesifikasi yang diberikan. Antena sebagai antarmuka (interface) daripemancar/penerima dan udara, memainkan peranan yang krusial. Dalam

menjamin sinyal yang memadai, pada proses perhitungan link budget,

besaran-besaran penting antena akan memberikan pengaruh yang signifikanpada keberhasilan sistem telekomunikasi ini.

Pada sistem seluler, wilayah yang akan diberikan jasa komunikasi

akan dikorespondensikan dengan suatu jaringan terstruktur tertentu, secara

teoritis digunakan struktur enam sisi, sehingga seluruh luasan bisa ditutupitanpa celah (gambar 12.1).

Gambar l2.l Struktur sel dan antena sektor tiga 12U

Antennas in Action272 Anteno: Prinsip dan Aplikosi 273

Pada gambar 12.1 digunakan antena sektoral dengan beamwidth

120'. Antena ini diletakkan di titik pertemuan tiga buah segienam, dua

antena lainnya diletakkan pada titik lainnya, sehingga sebuah cell akan

disuplai oleh tiga buah antena dengan frekuensi kerja yang berbeda-beda

untuk menghindari interferensi. Sebagai altematif bisa juga digunakan

antena sektoral dengan beamwidth 60" (atau sedikit lebih besar), Yang

bersama-sama dengan lima antena lainnya akan menyuplai sebuah cell.

Sedangkan pada aplikasi lainnya, kadang-kadang juga digunakan antena

omnidireksional, yang logisnya diletakkan di tengah-tengah cell.

Gambar 12.2menunjukkan sebuah antenayang diproduksi perusahaan

Kathrein (www.kathrein.de). Antena type 730 368 ini digunakan untuk

di base transceiver station (BTS) untuk menyuplai mobile station (MS).

Gambar sebelah kiri menunjukkan antena yang dibungkus oleh radom

(radar dome), sebagai pelindung antena ini dari lingkungannya (cuaca,

burung, dll.). Bagian dalam antena ditunjukkan di gambar 72.2 tengah.

Antena type 730 368 adalah sebuah aray 2 x 4. Ke arah horizontal terdapat

dua antena dipole dengan jarak 13,3 cm dan vertikal terdapat masing-

masing empat antena dengan jarak dari ujung bawah antena yang paling

tinggi ke ujung atas antena di bawahnya sejauh 13 cm. Panjang dipole itu

sendiri 19 cm. Panjang antena ini secara keseluruhan 129,4 cm dengan

lebar 25,9 cm. Jarak dipole ke reflektornya sebesar 6 cm. Tebal antena

berikut radom adalah 9,9 cm.

Gambar 12.2 sebelah kanan menunjukkan model yang dibuat untuk

melakukan perhitungan arus yang mengalir di atas antena, dan dari arus ini

bisa dihitung diagram radiasi antena. Model ini terdiri dari elemen-elemen

segitiga yang kecil untuk digunakan dalam metode persamaan integral

(ihat bab l3 untuk lebih detailnya).

Antena type 730 368 ini bekerja pada frekuensi 806 MHz sampai

960MHz, jadi memenuhi spesifikasi frekuensi untuk sistem GSM 800 dan

GSM 900, baik sebagai pemancar (downlink) ataupun sebagai penerima

(uplink). Dengan polarisasi yang vertikal dan gain sekitar 15 dBi, antena

ini dijamin memilikifrekuensi tersebut.

VSWR yang lebih kecil dari 1,5 di seluruh interval

loringan distribusi

energy ke setiap

ontena

' l"ii

.{d q-t*e

Gambar 12.2 Antena Kuthrein type 73A 368 (www.kathrein.de), satuan

clalam cm

I-ai bidang horizr:rntal, antena tipe ini rnemiliki beqiruu:idth sekitar

65", sehingga antena ini cocok untuk sektor 6, karena suclut 360" harus

dibagi bersatna dengan -5 antena lainnya dengan heamwidth yang sa.rna.

Sedangkan pada biiang vertikal. sesuai dengan jurnlah dipole yang

lebih banyak, dihasilkan beamwidth yang sangat kecil, yaitu sekitar 13,5o,

jadi antena ini sangat mengonsentrasikan energinya di bidang vertikal.Karena antena ini tidak rnemiliki fitur electric downtilt, pada montasinya

di menara BTS, antena ini harus dimiringkan ke bawah (downtilt) secara

mekanis.

!$s*1**?

w

:iit6,.H

u!r$i

. i:f.,

Antena: Prinsip dan Aplikasi Antennas in Action274

275

Gambar 12.3 Datasheet antena Kathrein type 73a 368

Gambar 12.4 menampilkan diagram radiasi antena 730 368 ini pada

bidang horizontal dan bidang vertikal. Sebagai perbandingan, ditunjukkan

hasil perhitungan dengan metode persamaan integral, dan data pengukuran

yang diberikan oleh perusahaan Kathrein. Kesesuaian perhitungan dan

pengukuran terlihat sangat bagus pada arah pancaran utama, sedang pada

arah pemancaran yang rendah terlihat deviasi. Hal ini sangat mungkin

terjadi, karena pada nilai yang kecil (<-20 dB) fluktuasi kecil akan terlihat

besar.

210 270

Gambar 12.4 Kiri: diagram radiasi horizontal, kanan: diagram radiasvertikal (730 368) Garis solid: hasil perhitungan, garis putus: hasil

pengukuran

Gambar 12.5 Antena dualband dan cross polar 45", type 742 264 dariperusahaan Kathrein (semua satuan cm)

Jenis antena lainnya yang ditampilkan di sini juga dari perusahaan

Kathrein, antena dual band dengan polarisasi silang (cross polarization),seperti yang ditampilkan di gambar l2.5,karena antena ini bekerja pada

dua wilayah frekuensi yang berbeda, akan terdapat dua konektor. Dankarena juga memiliki polarisasi silang, untuk masing-masing frekuensijuga terdapat dua konektor. Secara keseluruhan terdapat empat konektortipe DIN 7-16 dibagian bawah antena ini.

Di gambar 12.5 tengahditampilkan masing-masing 8 dipole denganpanjang l7 cm untuk polarisasi -45" dan +45.. Antena ini digunakan untukfiekuensi 824. .960 MHz.

Sedangkan untuk frekuensi I 7 10. . 21 80 MHz, masing-masing jugadigunakan 8 dipole dengan panjang 5x1,4 cm :7 cm.

Dari datasheet antena di gambar 12.6, didapatkan gain masing-ma-sing 14 dB untuk frekuensi 824. .960 MHz dan sekitar 17 dB untuk 1710..2180 MHz. Beamwidth bidang horizontal untuk kedua frekuensi sama,

sekitar 65".

5O0 W (al 50'C ambrenl iemFratura)

F.illal/ hteral/ roarede2ml140/490N

276 Anteno: Prinsip dan Aplikosi Antennos in Action 277

2 x 16.5 dBi

polar ratp

Side,obe spplessis lot

Typrcally > 50 dB (82.1-963 /./ 1710-2180 MHz)

(at 50 'C ambient tempetaturei

4 x 7-rd lffiale llong nrck)

2x, P6dro[ bottom, cootrnuousry aq,ustable

\Mnd lmd (ar i 50 krrh,

Gambar 12.6 Datasheet Antena type 742 264

Gambar 12.7 dan 12.8 menampilkan diagram radiasi untuk kedua

wilayah frekuensi, masing-masing untuk bidang horizontal dan vertikal.

Gambar 12.7 Diagram radiasifrekuensi 824-960 MHz, horizontal (kiri)'

vertiknl (kanan)

Gambar 12.8 Diagram radiasifrekuensi I7l0-2180 MHz, horizontal(ki ri), vert ikal (knnan)

Kap

pelindung

downtilt denganputaran

(long neck)

Gambar 12.9 Detail pilihan input untuk masing-masingfrelarcnsi, dan

penyetelan downtilt

Gambar 12.9 menunjukkan detail pilihan konektor untuk inpzt mas-

ing-masing wilayah frekuensi, dan juga penyetelan downtilt yang diperlu-kan.

lubang

ventilasi

,/t'--_--\.

x'l,'\ --i*---/ /\ ,)"/'v \ .,'/ i --- /(iX -i--- i.Ki-r- 1:}K3r r. \--r'\'l'\ \ -.-'Vrol -V -

\ -!.- ,/ 'l\\ \/' lr\ >1- 3: .l'\,/ '- '-1"ot----.

278 Antena: Prinsip dan Aplikasi Antennos in Action 279

12.2 ANTENA PADA ALAT KOMUNIKASIGENGGAM (HANDHELD)

Antena pada alat komunikasi genggam memiliki tuntutan akan ter-

batasnya tempat, sehingga antena tersebut harus berbentuk kecil, tanpa

harus mengorbankan kinerja elektromagnetika-nya secara signifikan. Ma-

salah lain yang biasanya muncul adalah pengaruh pemakai alat komunikasi

ini (tangan yang menggenggam telepon, atau kepala yang menempel pada

telepon), yang ketika proses perancangan antena tidak diperhatikan.

Di sini akan dilihat proses perancangan antena pada alat komunikasi

genggam pada frekuensi 2 GHz. Digunakan bidang groun d dengan ukuran

100 mm x 60 mm. Antena ini dirancang dengan menggunakan software

FEKO Lite (www.feko.info).

Gambar 12.10 menunjukkan antena monopol, yang diletakkan di

pinggir bidang ground, berjarak masing-masing 10 mm dari sisi ground.l0A mm

I lOmm-al0 mm

Gambar 12.10 Antena monopol di atas bidang ground

Untuk mendapatkan karakteristik faktor refleksi yang bagus pada

frekuensi 2 GHz, kawat antena monopol dibuat setinggi 36,5 mm. Simulasi

yang dilakukan dengan software FEKO memberikan faktor refleksi seperti

ditampilkan di gambar 12.12 pada kurva garis. Pada frekuensi 2 GHz,

factor refleksi senilai -21 dB. Antena ini memiliki bandtvidth (batas <-10

dB) dari sekitar 1,8 GHz sampai sekitar 2,34 GHz.

Antena monopol ini memang memiliki kinerja yang sangat bagus

pada frekuensi 2 GHz, tetapi mengambil tempat yang cukup besar ke arah

vertikal (sangat tebal). Usaha untuk menipiskan piranti genggam dilaku-

kan dengan membelokkan kawat monopol ke arah horizontal, dengan

membatasi ketebalan sebesar 10 mm (gambar l2.ll).

Bentuk yang dibelokkan ini jika disimulasikan dengan FEKO akan

memberikan hasil seperti di gambar lzJ2,kurva putus titik. Kinerja antena

menjadi memburuk secara signifikan. Tidak ada wilayah yang memilikinilai lebih kecil dari -10 dB. Hal ini disebabkan antena yang sangat

kapasitif. Kapasitansi yang dimiliki struktur ini dikarenakan panjang kawat

yang sedikit lebih kecil dari seperempat panjang gelombang, yang akan

mentransfonnasikan open di ujung antena menjadi kapasitor yang besar.

Kapasitansi ini harus dikompensasi dengan induktasi yang dipasangkan

secara parallel ke feeding. Untuk itu ditambahkan sebuah cabang kawat,

yang ujungkan di-short ke ground. Kawat berujung short ini menjadi

induktif (gambar 12. I 1).

26,5 mm

<+038 mm

+==+s

Gambar l2.ll Antena L dan antena F (IFA) di atas bidang ground

Antena yang dinamakan Inverted F Antenna (IFA) memiliki factorrefleksi yang ditunjukkan dengan kurva putus-putus di gambar 12.12.

Terlihat hasil yang cukup bagus untuk frekuensi 2 GHz (sekitar -15,05

dB), dengan bandwidth dari sekitar 1,9 GHz sampai 2,1GHz.

Konektor koax

280 Antena: Prinsip dan Aplikasi Antennos in Action 281

't.5-'1.s i.6 1.7 1.8 , rn"n*nl tor,Ar.t

2.2 2-3 2.1 2.6

Gambar 12.12 Faktor refleksi monopol, antena L dan antena F

peran gka t peman ca r- penerima ( t r ans c e it, e r). Pada tag y ang bersi fat pasif,bahkan tag tidak rnerniliki sumber energi.

anlenat

Ileader

anlena

lag

Gambar 12.13 Bagan sistem RFII)

Energi, yang diperlukan oleh tag untuk bisa bekerja, dikirimkanoleh reader, bersama-sama dengan clock, dan data ke arah tag. Tagmenggunakan energi ini untuk mengirimkan data yang disimpan di dalammemorinya. IC yang tersedia dewasa ini [DO08] memerlukan daya 10-

30 pW untuk bisa berfungsi, yang dihasilkan oleh rangkaian penyearah(rectifying circuit). Karena rangkaian penyearah ini memiliki efisiensisekitar 30Yo,makadaya sebesar 30-100 pW (-15,23 dBm sampai -10 dBm)harus diterima dari reader. Reader memiliki sensitivitas yang jauh lebihtinggi, mampu menerima sinyal yang rendah (<-70 dBm). Karena kondisiini, jalur kritis adalah jalur dari reader ke tag. Jika diberikan nilai EIRP(di bab 2) diberikan, maka jangkauan maksimal sistem RFID ini telah

ditetapkan, dan sebaliknya, jlka jangkauan yang diinginkan diberikan,maka harus diset EIRP pemancar.

Gain dan diagram radiasi antena reader memainkan peranan pentingdalam rancangan sistem RI'ID. Besar dan bentuk kuantitatif dari keduanya

ditentukan oleh aplikasi yang diinginkan, yang menyebabkan berbedanyajangkauan dan wilayah interogasi sistem ini.

Yang pasti, antena yang dirancang harus mampu mengkonversi ener-

gi yang dikirimkan oleh reader dan meneruskan sinyal yang diterimanyake reader, faktor refleksi antena tersebut harus kecil (< -10 dB).

Tuntutan lainnya adalah, reader harus tetap bisa membacatag,wa-laupun tag tersebut diorientasikan secara bebas terhadap reader, artinya

ot-'i

12.3 ANTENA DI RFID

Pengidentifikasian adalah suatu proses pengenalan terhadap suatu

objek (benda, manusia, hewan, dll.) sehingga bisa dilakukan suatu tindakan

lanjut terhadap objek tersebut. Manusia mampu melakukan identifikasi

terhadap objek dengan sangat baik, dengan bantuan panca inderanya dan

dilakukannya proses perbandingan dengan apa yang telah dikenalnya (otak

sebagai data base). Mesin atau komputer diharapkan mampu mencontoh

kemampuan ini.

Identifikasi d engan bar code adalah salah satu usaha untuk melakukan

pengkodean dengan lebar garis dan mengkorespondensikannya dengan

suatu data biner tertentu. Cara identifikasi bar code memiliki kekurangan

pada harusnya terbentuk hubungan Line of Sighl (LOS) antata bar code

tersebut dengan alat pembacanya (reader). Hal ini dikarenakan reader

bar code bekerja dengan gelombang inframerah. Pengidentifikasi dengan

gelombang radio (Radio Frequency ldentificationlRFlD) adalah suatu

cara penentuan identitas secara tanpa kontak. Gambar 12.13 menunjukkan

sistem RFID dan proses pengidentifikasian suatu objek yang padanya

ditempelkan tag (sisi kanan). Tag terdiri dari chip Qntegrated Circuit/

IC) yang memiliki memori yang bisa ditulis dan dihapus, dan memiliki

282 Antena: Prinsip dan Aplikosi Antennas in Action 283

tak tergantung pada polarisasi gelombang yang mengenainya. Antena yang

paling tepat digunakan harus memiliki polarisasi sirkular.

Ukuran dan harga antena tersebut adalah parameter lain, yang dalam

perancangan antena reader bisa memberikan pengaruh signifikan dalam

pemilihannya.

Gambar 12.14 menunjukkan antena RFID yang memiliki polarisasi

sirkular. Polarisasi ini didapat dengan potongan miring pada dua sisi di-

agonal yang berseberangan.

*_1,

Gambar 12.14 Dimensi antena patch dengatt reflector (iarak 2 cm),

semua satuan dalam cm

Gambar 12.15 menampilkan faktor refleksi dalam bentuk mutlak

logaritma dan dalam diagram Smith. Terlihat pada interval frekuensi 880

MHz sampai 970 MHz, kinerja faktor refleksi antena ini sangat bagus

(< -15 dB).

't8.0 seo goo gto eio sso go g6o rimhh|d f*rl

9ro

Gambar 12.15 Faktor refletcsi dalam dB, marker 1: 900 MHz (-16'7 dB),

marker 2: 924 MHz ('19,9 dB), dan marker i: 941,5 (-45,4 dB)

Antena pa<la gambar 12.14 digunakan untuk sistemreaderyang tidak

bergerak (fi*eA diletakan pada suatu tempat tertentu, misalnya di gerbang

suatu toko untuk mengawasi barang-barang yang akan keluar toko.

Tag bertugas menerima sinyal (energi, clock dan data) dari reader,

dan memancarkan kembali data ke reader, sehingga tag harus juga memiliki

struktur antena. Tuntutan di penggunaannya terhadap antena di tag adalah

harga yang murah dan ukuran yang kecil.

Secara elektris, antena tag harus match dengan IC, sehingga energy

yang datang bisa diterima dengan baik. IC memiliki impedansi paralel

yang besar, antena harus mampu menyediakan rangkaianmatching-nya di

ruang yang sempit tersebut.

IC memiliki impedansi yang dominan kapasitif bisa di-match

dengan menambahkan induktansi secara serial dan parallel, dengan target

menjadikan komponen riil impedansi beban sama dengan komponen riilimpedansi sumber dan komponen imaj inerkeduanya saling mengompensasi.

Contoh berikut ini memvisualisasikan proses matching pada tag.

Contoh 12.1: Matching tag

Sebuah IC, yang digunakan pada tag sistem RFID memiliki input

impedansi berupa susunan serial resistor 15 ohm dan kapasitor I pF. IC

ini akan disambungkan dengan antena dipole dengan impedansi berupa

susunan serial dari resistansi radiasi sebesar 50 ohm, kapasitansi 0,45 pF

dan induktansi 54 nH. Gunakanlah rangkaian matching L (komponen

dengan struktur seperti alphabet L) pada frekuensi 915 MHz

Jawab:

Kondisi aktual saat ini diilustrasikan dengan bantuan rangkaian

listrik berikut dan diagram Smith (dasar diagram Smith bisa dipelajari dari

tMA09l). Pada diagram Smith ditunjukkan posisi sumber (1-j1,6), posisi

beban (0,3-j3,5) dan posisi beban matching (1+j 1,6) harus berada.

Dengan bantuan sebuah induktansi serial (255

bisa dikompensasikan reaktansi di rangkaian ini, tetapi

terlalu jauh dri 50 ohm.

Antennas in Action

ohm, atau 44nH)

resistansi 15 ohm

Antena: Prinsip dan APlikasi 285

Dengan transformasi L akan dilakukan proses matching,yaitu mem-

bawa beban dari titik beban saat ini ke titik beban matching. Transformasi

L terdiri dari komponen serial diikuti komponen paralel, atau kebalikan-

nya. Di contoh ini digunakan komponen serial di sisi beban, dan kompo-

nen paralel di sisi sumber. Dalam proses perancangan komponen matching

ini digunakan diagram Smith kombinasi impedansi dan admitansi, yang

akan memudahkan secara signifikan penentuan nilai komponen yang harus

ditambahkan (untuk serial besaran impedansi dan untuk parallel besaran

admitansi).

Tahap pertama membawa komponen imajiner dari -j3,5 ke -j, deng-

an menambahkan induktansi serial sebesar j2,5 (125 ohm atat2l,7 nH}Tahap pertama ini menggunakan diagram Smith impedansi (garis solid)'

Langkah ke dua, dengan menggunakan diagram Smith admitansi

(garis putus-putus), memindahkan titik dari j0,93 ke -i0,47 , atau dikurangi

sejauh -j1,4 (-j0,028 S atau 6,2 nH)

antenaRangkaian

matching

Gambar 12.16 menunjukkan antena tag dan IC yang bisa ditemukandi pasar. Tag ini diproduksi oleh perusahaan Texas Instrument. Panjang

total antena yang tereduksi menjadi 9 cm (dari yang seharusnya setengah

panjang gelombang, sekitar 16 cm) dikompensasikan dengan pembebanan

kapasitif dan struktur yang berliku (meander). Transformasi L diberikan

dengan L seri dan L paralel.

Pembehanankapasirtf

Gambar 12.16 Tag yang diproduksi perusahaan Texas Instrument

Antennos in Action

IC

II!

0,45pF 54 nH II

"I50o -j390c,j3l0or

21,7 nH i lpF

!

j125C)

6,2nH-j 28 mS

175 Q

15c)

I

L sqial

286 Anteno: Prinsip dan Aplikasi

Gambar 12.17 Tag yang diprodul<si perusahaan Alien Technologt

S edangkan gambar I 2. I 7 bentuk tag lain, yang diproduksi perusahaan

Alien Technology

,12.4 ANTENA DI WLAN

Perkembangan teknologi prosesor, sebagai otak dari kornputer,

sampai menuju wilayah keriaGHz dan dengan teknik multi-core, membuat

komputer memiliki kemampuan yang sangat hebat dalam melakukan

perhitungan-perhitungan yang kompleks. Kemampuan penyimp anan data,

baik secara pernanen (hard disk) ataupun tidak permanen{Random Access

MemorylRAM), menambah nilai sukses dari sebuah komputer. Komputeryang rnemiliki kinerja yang tinggi, tetapi tidak terhubung pada sebuah

jaringan, akan menjadi tidak efektif. Jaringan komputer lokal (Local Area

N etworklL AN) dikembangkan untuk menghubungkan komputer-komputer

pada suatu wilayah yang kecil, misalnya di sebuah kantor atau sekolah.

Standarisasi LAN diberikan melalui IEEE802.3 dengan nama Ethernet.

Setiap komputer yang akan dikoneksi pada sebuah jaringan, harus memilikiantarmuka jaringan, yang dinamakan Ethernet card (atau LAN card).

Sebuah kabel (biasanya RJ45) menghubungkan komputer itu meialui

LAN card ke sebuah pusatnya yang biasanya digunakan router. Standar

kecepatan LAN dewasa ini mencapai 100 Mbps. Kekurangan mendasar

dari jaringan komputer menggunakan kabel adalah fleksibilitasnya yang

rendah. Ke setiap komputer harus dipasangkan kabel, yang kemungkinan

harus menembus tembok, atap ruang atau lantai. Dan setiap komputer

terikat oleh tempatrya, tanpa bisa bergerak bebas ke sana kemari.

Wireless Local Area Network (WLAN), yang sering juga disebut

WiFi, adalah alternatif menarik untuk LAN. Keuntungan WLAN terhadap

LAN hanyalah pada tidak diperlukannya kabel ke setiap komputer.

Komputer hanya harus memiliki sebuah WLAN card, yang dewasa ini

standar untuk setiap Laptop. Komputer dengan WLAN card terhubung

ke jaringan melalui sebuah access point yang dihubungkan ke jaringan

computer yang lebih besar. Standarisasinya diberikan di IEEE802.Il.Tabel12.2 memberikan informasi tentang data-data lapis fisikal dan MACuntuk WiFi.

Tabel 12.2 Standar IEEEB}2.11

IEEE8O2.I1 f [GHzlData rate

(Mbps)Modulasi

JangI<aqan

indoor {nr)

Jangkquan

outdoor{$)

a 5 54 OFDM <35 <120

b 2,4 11 DSSS <38 <140

2,4 54 OFDM <38 <140

n 2,4&5 600 OFDM <70 <250

Gambar 12.18 menunjukkan contoh antena array dengan empat

elemen yang digunakan untuk frekuensi keqa2,45 GHz. Antena ini terdiridari p at c h dengan strukt ur distribus i energinya, dan r efl e c t o r yang berj arak

5 mm dari patch.

Gambar 12.18 Dota antena dalam mm, dan.foto prototype antena,f :2,45 GHz

Gambar 12.19 sebelah kiridianalisa dengan program FEKO.

Antennos in Action

menunjukkan rnodel antena ini, yang

Antena dan reflektornya dimodelkan

a,l = 2,45 GHz

288 Antena: Prinsip dan Aplikosi 289

dengan elemen-elemen segitiga yang kecil-kecil. Dua buah lingkaran di

gambar tersebut menunjukkan bidang pengukuran diagram radiasi antena.

Sedangkan gambar 12.19 sebelah kanan adalah faktor refleksi yang di-

dapatkan. Antena ini memiliki faktor refleksi yang lebih kecil dari -10 dB

pada frekuensi kerja 2,435 GHzsampai 2,475 Gl7z.

Gambar 12.20 menampilkan diagram radiasi yang juga dihitung

dengan FEKO. Gain yang didapatkan memiliki nilai 13 dBi dengan

beamwidth sekitar 28" di kedua bidang.

Antena ini bisa digunakan untuk aplikasi luar ruang pada hubungan

komunikasi p o int- to -p o int (PzP).

-5

E -,0g'6 -15o)

6'6

II

-150 -100 -50 0 50

s f"l

100 150

2.4 2.5 2.6frekuensi [GHz]

Gambar 12.19 Model antena pada program FEKO, dan hasil

p erh it un g a n fakt o r r efl e ks i

Gambar 12.20 Diagram radiasi antena, pada kedua bidang utamanya

-oo0oo-

290 Antena: Prinsip dan AplikasiAntennas in Action 291

Aplikasi MetadeNumerik pada

Antena

13.1 PENDAHULUAN

Di bab 3 tentang persamaan Maxwell dan solusinya ditunjukkandasar perhitungan antena secara serius, dengan bermula pada persamaan

Maxwell baik dalam bentuk integral di persamaan (3.1)-(3.a), ataupun

bentuk diferensial (3.5)-(3.8), yang dilengkapi dengan data materialnya dipemamaan (3.10) dan (3.1l), beserta kondisi batas yang menutup wilayahpengamatan (untuk ruang bebas digunakan kondisi eksak di fungsi Green

dan dengan pendekatan menggunakan bidang batas penyeraplabsorbingboundary condition (ABC) atauperfectly matched layer (PML)).

Solusi problematika antena, berupa diagram radiasi, gain, faktorrefleksi dsb., sangat sulit didapatkan secara eksak, yang dilakukan pada

bab-bab sebelum adalah dengan melakukan berbagai macam asumsi yang

secara praktis sering bisa diterima. Yang menjadi pertanyaan adalah,

sejauh mana formulasi pendekatan ini memberikan hasil yang masih bisaditerima akurasinya. Untuk menjawab hal ini, perlu diketahui prosedur

pensolusian masalah dengan cara yang lebih akurat, sehingga didapatkanpersentasi kesalahan yang akan muncul. Pensolusian yang lebih akurat

dilakukan dengan menggunakan metode komputasi yang berbasiskanpada perhitungan numerik dari persamaan Maxwell dan turunannya. Ada

banyak metode numerik yang diperkenalkan selama ini. Di buku ini akan

diulas secara singkat beberapa metode, seperti metode persamaan integral,

yang biasanya dijawab dengan metode moment (method of momentlMoM)

lHA92, GI08, KO00l, metode elemen hingga (finite element methodl

FEM) [JI02], metode diferensi hingga wilayah waktu (finite dffirence

time domainlFDTD) [TA05], metode frekuensi tinggi (seperti geometrical

opticslGO, physical opticslPO, dan uniform theory of dffiactionNTD)

[NA90], dan metode kombinasi beberapa buah metode single di atas, yang

dikenal dengan metode hybrid.

Ulasan yang diberikan di sini dibatasi pada prinsip kerja, kelebihan

dan kekurangan masing-masing metode serta contoh aplikasi pada peran-

cangan dan analisa antena. Contoh software yang dikembangkan, baik se-

cara komersial ataupun disebarkan secara bebas (free), juga diberikan di

bab ini.

13.2 METODE PERSAMAAN INTEGRAL (INTEGRALEQUATION METHOD)

Metode perhitungan yang paling sering digunakan untuk menganalisa

dan merancang antena adalah metode persamaan integral, karena metode ini

bisa memodelkan ruang terbuka (open boundary condition) yang muncul

di problem antena secara eksak melalui fungsi Green. Metode ini pertama

kali diperkenalkan di tahun 60-an [HA92]. Dasar dari metoda persamaan

integral adalah eksploitasi persamaan Maxwell dalam bentuk diferensial.

Persamaan-persamaan Maxwell beserta atributnya itu mengarah

pada persamaan gelombang yang diberikan di (3.19) untuk Potensial

vektor magnetis tr lurpersamaan (3.27) Potensial vektor elektris F.Dari solusi kedua persamaan gelombang ini bisa dihitung medan listrik dan

medan magnet sesuai dengan persamaan (3.29) dan (3.30) yang dituliskan

kembali di bab ini

(13.1)

(t3.2\

Solusi persamaan (3.19) diberikan di persamaan (3.39) sampai(3.41), untuk struktur permukaan (misalnya permukaan antena hom)

7(,) = J! c nQ,,'\1 n(r,Va,Q,

dan secara analog solusi persamaan(3.27\ menjadi

F (,) = J! c, (r, r')un (i')Ao'o

in?') adalah kerapatan arus listrik yang mengalir di dalam suatuvolume i,Q ') dengan wilayah Q = V , ataukerapatan arus listrik mengalirdi atas sebuah permukaan yang terbuat dari metal atau dielektrika j, (/ ')dengan d2= A, atau arus listrik yang mengalir sepanjang sebuah kawatI,@'h,(i') dengan dl=L. Sedangkanfun! ') adalah kerapatan arus

magnetis, pada kasus antena terbuat dari penghantar, berlaku funG')= O

. Untuk berikutnya di buku ini dibatasi pada permukaan metal, sehingga

FG)= o.

GuQ,V')adalah fungsi Green, yaitu vektorpotensial magnetis akibatkerapatan arus listrik berbentuk impuls Dirac,

p1 = - 1,::F -v( -l-v. r)*lvr;[*r.t ) p

(13.3)

(13.4)

(13.s)

Di persamaan (13.3), kerapatan arus listrik yang mengalir di seluruhpermukaan A tidak diketahui besar dan arahnya, sehingga tahap pertama

adalah memastikan distribusi arus di atas permukaan antena, dengan

menggunakan bidang batas bahwa medan listrik tegak lurus terhadapmetal, maka antena kawat digunakan

d, . 2171= g (13.6)

d, adalahvektor satuan yang ditentukan oleh orientasi antena kawat.

GnG,v')=*,#

n =-ioi-"[#" ;)-io..

294 Antena: Prinsip don Aplikasi Aplikasi lietode Numerik pada Antena 295

Dan untuk antena bidang digunakan

ixE1t1=g (13.7)

I

edge dalm

'-------'

Gambar 13.2 Definisi edge dalam dan edge luar, segitiga I dan 2 diapit3 edge dalam, segitigd 3 diapit 2 edge dalam dan I edge luar

Dengan bantuan edge inilah didefinisikan arus-arus listrik, yang ke-

luar dari setiap titik membesar secara linier, menuju ke edge yang berada

di hadapannya. Dengan menggunakan data di gambar 13.3, edge ij meru-

pakan edge dalam, yang akan memberikan kontribusi arus dengan besar

\;*n

Gambar l3.l Diskretisasi antena horn menjadi segitiga yang kecil

Maka untuk kasus antena bidang persaman (13.7) dengan (13.1) dan

(13.3) menjadi

Karena solusi untuk persamaan (13.8) sangat sulit, dilakukan

pendekatan dengan mendiskretisasi seluruh permukaan antena menjadi

elemen-elemen luasan yang kecil, di gambar 13.1 digunakan segitiga yang

kecil, yang dengannya distribusi arus beserta arahnya bisa diaproksimasikan

dengan cara yang lebih mudah, misalnya kombinasi dari beberapa buah

fungsi linier. Fungsi-fungsi linier yang terlibat dalam membentuk arus di

atas segitiga adatigabuah, yang didefinisikan sesuai dengan jumlah sisi

penyusun segitiga. Gambar 13.2 menunjukkan inset pembesaran dari salah

satu bagian dari antena horn di gambar 13.1. Sisi segitiga ini dinamakan

edge, yang merupakan suatu

sistem persamaan linier.

296

degree offreedom atau variable pada suatu

i, adalah amplitudo arus untuk edgj U, yang merupakan edge ke-

n dari keseluruhan edge di problem ini, 0,7(/) adalah fungsi basis yang

menggambarkan arus di segitiga I ini dari kontribusi edge ij, kontribusi

lainnya di segitiga itu datang dari edge ik dan jk. A, adalah luas segitiga

I ini.

Gambar 13.3 Informasi vektorial untuk penurunanfungsi basis bagi

kerapatan arus

fi adalahbidang normal (tegak lurus) terhadap permukaan antena.

i,FuG) = i,!-!!-ZAT

(13.e)

n -l- ir!!c u(v,v'V n(,'VA' - hv(v !!c,(i,,)i nr'*'l = o (r3.8)

Antena: Prinsip dan Aplikasi Aplikasi lAetode Numerik poda Antena 297

Jadi untuk kerapatan arus listrik digunakan pendekatan dengan

N

Jn1;1=I i,F,(r)n=l

Maka

- ;rt,, fl E, r;l .!l o,O,r,F,(v, )dA,

(13.12)

untukz: l. .N.

Persamaan (13.12) adalah sistem persamaan linier dengan N buahvariabel tak dikenal dan dengan Nbuah persamaan, sehingga secara umumbisa dijawab dengan inversi matrix.

Kelebihan dari metodepersamaan integral (metode moment) terletakpada karakter dari metode ini yang menggunakan fungsi Green, sehinggasyarat batas radiasi di ruang yang terbuka dipenuhi secara otomatis. Metodeini, jika struktur yang diamati dalam besaran panjang gelombang, bekerjadengan cepat dan memberikan hasil yang sangat akurat.

Kekurangan metode persamaan integral adalah kerumitannya, jikastruktur yang diamati memiliki inhomogenitas material yang tinggi.

Ada banyak software komersial yang dikembangkan dengan berbasispada metode persaman integral, misalnya FEKO (www.feko.info), Wipl-D (www.wipl-d.com) yang bisa mensimulasikan problem umum tigadimensi di ruang bebas. Sonnet (www.sonnetsoftware.com), MicrowaveOffice AWR (web.awrcorp.com), IE3D Zeland (www.zeland.com) yangbisa menghitung antena mikrostrip di struktur berlapis planar.

Sedangkan programfree yan1bisa didapatkan di internet misalnyaMstrip40 (http:llrze-falbala.rz.e-technik.ftr-kiel.de/-splitt/hnnUmstrip.

htm) untuk antena mikrostrip. NEC2 (www.nec2.org), MMANA (http://www.smeter.net/antennas/mmana.php) dan mininec (www.emsci.com)

bisa digunakan untuk menghitung antena kawat. Sonnet, FEKO dan Wipl-D menawarkan versi lite yang bisa didownload.

(13.10)

Maka dengan menggunakan persamaan (13.10) persamaan (13.8)

dengan menukar posisi integral dan penjumlahan (tanda sumasi) menjadi

- 7rf ,, ; x ![ c nQ,,'fi ,1i' 1dA'n=l Ae

(13.1 1)

Persamaan ( I 3 . 1 1) memiliki n variabel yang tidak dikenal, dan hanya

bisa dijawab, jika tersedia r buah persamaan. Untuk mendapatkannya

digunakan metode momen (prosedur Galerkin), dengan mengalikan secara

titik (scalar product) persamaan tersebut dengan d.,(7), yang maka

F,(r)=frxd,(i), adalah fungsi basis untuk tetrahedral (sebagai versi

tiga dimensi dari segitiga) yang akan dipakai pada pembahasan metode

elemen hingga narti (finite element methodlFEM), dengan n: l. . N.

Dan mengintegralkannya untuk wilayah segitiga tempat setiap

d "(7)

berlaku, sehingga didapatkan

- r.JI a ^g1.f r, nx ![ c ^(i,i'fi ,1i' 1d.e'

Ae n=l Ae

Dengan hubungan vektor,

A.$"8)=-fu"a) e

n=l Ae Ae

= hV,,. l)li, r,r v[ v l)o ^0,r'F.odA,),

- hy,,,r, o[o l! c uQ,r'ff ,<r've')= o

= hl" a ^(i)'i,,,,. o[o' [,[

c ^F,,"F,c)dA)

298 Antena: Prinsip dan Aplikasi Aplikasi lAetode Numerik pada Antena 299

13.3 METODE ELEMEN HINGGA (FlNlTE ELEMENTMETHOD)

Metode elemen hing ga (F ini t e E I em en t Me t h o d IFEM) adalah metode

numerik yang paling sering dipakai di disiplin rekayasa. Terutama di teknik

sipil dan teknik mesin, FEM digunakan cukup intensif untuk menghitung

performansi gedung, jembatan ataupun mesin, dan perambatan panas dan

fluida di struktur teknik mesin.

Gambar 13.4 Diskretisasi sebuah antena miktrostrip berpolarisasi

eliptk dengan besar elemen tetrahedral yang berbeda-beda

Di teknik elektro, FEM biasa dipakai pada aplikasi frekuensi rendah,

misalnya pada simulasi mesin listrik, transformator.

Untuk aplikasi antena secara umum, FEM bisa memodelkan problem

yang memiliki dielektrika yang beraneka-ragam. FEM mendiskretisasikan

volume yang dimilikinya ke dalam volume yang kecii-kecil, biasanya

digunakan tetrahedral. Gambar 13.4 menunjukkan diskretisasi yang

berbeda-beda dari sebuah antena mikrostrip. Gambar bagian kanan bawah

menunjukkan bagian dalam dari antena (dielektrika) untuk diperlihatkan

pembagian volume secara detail. Setiap tetrahedral yang kecil ini bisa

memiliki material yang berbeda-beda, tanpa memperkompleks problema

yang harus disolusikan. Matriks yang terbentuk dengan FEM biasanya

juga hanya terisi sedikit (disebut juga sparse matrix), yang relatif lebih

efi sien untuk diinversikan.

Metode elemen hingga bermula pada sebuah fungsional. Fungsional

adalah istilah yang dikenal di matematika terapan,yang artinya fungsi dari

suatu fungsi. Fungsional ini harus diminimalkan sesuai dengan kondisiyang terjadi di alam, selalu menuju pada energi yang paling rendah.

Dengan melakukan pengamatan pada tetrahedral, maka setiap elemen

memiliki enam buah edge, yang masing-masing berupa variabel yang akan

dikalikan dengan fungsi basis d, (i) . Proses ini akan mengarah seperti

pada rnetode persamaan integral, pada sebuah sistem persamaan linier,yang bisa disolusikan dengan aljabar linier, baik dengan cara konvensional(eliminasi Gauss) ataupun secara iteratif.

FEM adalah metode yang bekerjapada problem tertutup. Sehingga

untuk aplikasi antena, haruslah digunakan batasan fiktif, yang bertugas

untuk menutup ruangan yang akan diamati dan didiskretisasi. Permukaan

penutup wilayah kerja ini adalah bidang yang memiliki sifat absorbing

boundary conditions (ABC), atau permukaan yang berbentuk lapisan-

lapisan yang mampu menyerap gelombang dating (pedectly matched

layer/PML). Atau sebagai alternatif, FEM dikombinasikan dengan metode

persamaan integral sebagai metode hibrida.

Metode komersial yang berbasiskan FEM misalnya program HighFrequency Structure Simulator (HFSS) yang dikembangkan oleh peru-

sahaan Ansoft (www.ansoft.com). Sedangkan program yang disebarkan

secara bebas di internet contohnya ElectroMagnetic Analysis Program/EMAP (www.cvel.clemson.edu/modeling/EMAc/EMAP0.

13.4 METODE DIFERENSI HINGGA WILAYAHWAKTU (FlNlTE DIFFERENCE TIME DOMATN)

Metode diferensi hingga adalah metode yang sangat mudah di-mengerti. Dasar dari metode ini adalah penggunaan diferensi (pengurang-

an) sebagai pengganti diferensiasi.

Dengan menggunakan kasus satu dimensi, pengamatan propagasi

gelombang ke arah z danharrya terdapat komponen E,dan I1r, persamaan

(3.5) dan (3.6) menjadi

300 Antena: Prinsip dan APlikasiAplikasi hletode Numerik pada Antena 301

Persamaan (13.13) menerangkan medan listrik yang berubah den-

gan waktu pada suatu posisi tertentu berhubungan dengan kerapatan arus

listrik di tempat yang sama, dan perputaran medan magnet (akibat curl

VX) mengitari medan listrik tadi sesuai aturan tangan kanan. Merujuk

pada gambar 13.5, kita bicara tentang segiempat yang diarsir

Ei., - Eij' t( nij'1,?, - H;it-!t?r ') I ,,-,,,-- N = -;[

^, )-;"'*''H;,:71,

Dan persamaan (13.14) menghasilkan, dengan segiempat yang

ortogonal di gambar yang sama

aH, aE, aE* tdHy I_---Y -.7 +F"-, -=

-1J",ydz ""'''- at - dt e dz t

* = -r *., -t + - !' = -i*-i'',

ET,,=EI:I :#[

Hiil,?, - Hi,,ii,?, _ _t ( r:.,u - o:,, ')_ 1r"

^t rrl & f i" m'Y'i+tt2

H ;:ii,?, = H i,ll,7, i# @ !,, u - E i,t> N L r i,,,,*,,,

Garnbar 13.5 menunjukkan skema leapfrog yang perumusannya

dinyatakan di persamaan (13.15) dan (13.16).

Pada persamaan (13.15), Ei., adalah medan listrik pada posisi i(dalam satuan panjang i dz, dengan dz diskretisasi ke arah z) pada waktu n

(dalam satuan waktu n dt, dengan dl diskretisasi waktulsarnpel waktu pada

pengamatan), dan Ej'lt adalah nilainya pada step waktu sebelumnya,yang

pada step waktu pertama m : I di-set dengan nilai 0.

Hijt.!t?, dan Hi,ltlzadalah medan magnet yang berada ada waktu

antara medan listrik sekarang dan terdahulu, dengan posisi mengapit medan

listrik itu. Sedangkan .I! ,t.!2 adalahsumber eksitasi pada posisi yang sama

dengan medan listrik.

Dengan persamaan (13.16) dihitung medan magnet dengan cara

yang sama. Jadi medan listrik dan medan magnet saling menghasilkan

seperti halnya perambatan gelombang yang sebenarnya.Hi::l'7,

)- o't""''

(13. l3)

(r3.14)

(13.1s)

(l 3. l6)

Lz

X7

+v

Untuk kondisi dua dimensi (H", E, dan Er), persamaan

menjadi

aH- - aH- - aE- - dEu -;U, -ffU, = J

".d, + J

".rd, +effa, +e

U;4,

aE, taH, I ,= a, =i a, -;""''

aE, raH- l -.,' at --Z a* -;""''

dEu _ AE, _ ..aH, -' a - - --: a, = -J ^.rQ,

- ll--al- a,Ex'dydt

aH- I aE- t AE" IJ --------l-

-:--

I1 il r.ay pDx $"^''

Maxwell

(13.17)

(13.18)

(l 3.1e)

Gambar 13.5 Proses perambatan medan listrik dan rnagnet dengan

kordinat posisi yang bergantian untuk keduanya, iuga waktu, disebut

skema leapfrog

Dengan persamaan (13.17) dan (t 3.18) masing-masing bisa dihitung

nilai E dan Erpada waktu aktual di setiap titik

r.r !ll'

302 Anteno: Prinsip dan AplikasiAplikasi l,Aetode Numerik pada Anteno 303

g :,,ri-r, z - E !,,1i -t r z

Lt

i+7

i+t/2

j

j-1/2

j-1

n:;)1'z-n:;)li, _Lr ,!7

Ly -;r e'x'i'i-rt2H:::j' - H:;:l' _ t El,i,j*trz - E,|,i,j_trz

Lt

L y,i+1.2,.j - Ei,i*riz,i I_:J:AI

Ly

E 1.,,i -,,, = E i,|i -t r z. : # Q, ::ll' - H i,' I ?,) u L 4,' 1.] -r r z (r3.20)

^ n rn-lLy,i+,2.i , - D y.i+,2,i , t( H::iii - H:::j: \-l ,,-rt2 -

N =-;[ ^, )-i" "''''"''''i

l1,,,*rrz,i , = Ei,,l*vz.i y -ii!r::'l!,?, - n::il') *lt:;,1:,r2,1 o3 '2r)

H:j,'l, = H:;,,1, .i#br.,.i+uz- EI.i,,_,,,)

- i*b;,,+, 2,i - ni,,-,,,,i)- t' ! t i,,,,,, (13.22)

i-1/2 i+7/2 i+7

x

Gambar 13.6 Visualisasi struktur medan listrik E,dan Erdan medan

rnagnet H, di wilayah perhitungan dua dimensi

sedangkan persamaan (3.19) memberikan formula untuk menghi-

ttng H,

Perusahaan Remcom (www.remcom.com) menawarkan software

yang berbasiskan FDTD dengan nama XFDTD. Rilis terbarunya adalah

XFDTD version 7. Gambar 13.7 menunjukkan gambar antena inverted FLyang bekerja pada dua frekuensi (dual band), yaitu pada 2,45 GHz dar. 5,2

GHz.

H']-d;

L*

Gambar 13.7 Geometri antena inverted FL dual band 2,45 GHz dan 5,2

GHzl

I Nakano, Sato, Mimaki. "An Inverted FL Antenna for Dual-Frequency Operation." IEEETransactions on Antennas and Propagalion, vol. 53, no. 8,pp.2417-2421, August 2000.

Aplikosi lletode Numerfk pada Antena 305

k'i

vt,rl

---------w

't*

I

I

I

I

I

I

I

I

modificd/-"parasitic

v*I- A,

-i- H,'->

.*--* --t-

3M Antena: Prinsip don APlikasi

theo.exp.o o 0

VSWR- 4.0 mm* J.0 mnr

't 3 4 5 6 '?

Frekuensi IGHzI

Gambar 13.8 Perbandingan vswRyang dihitung dengan xFDTD dan

pengukuran

Gambar 13.8 menampilkan hasil perhitungan dengan XFDTD yang

dibandingkan dengan hasil pengukuran.

Software komersial lainnya adalah CST Microwave Studio Suite,

yang berbasiskan Finite Integration TechniquelFlT, yang rnerupakan va-

rian dari FDTD tetapi beracttan pada persarnaan Maxwell bentuk integral,

produk ini bisa ditemui di alamat www.cst.com. Empire yang dikembang-

kan oleh perusahaan IMST (www.empire.de), dan semcad (www.semcad.

com).

Ada banyak software yang secara cuma-cuma bisa didapatkan di

internet dan sebagian diberikan dalam bentuk source code, baik dalam

bahasa Matlab/octave, c, c++ ataupun Fortran. Misalnya JFDTD (http:l/

www.thecornputationalphysicist.com/jfdtd.html), MEEP (http://ab-ioitio.

mit.edu/wiki/index.php/\rIeep). Kumpulan program untuk Matlab/Octave

diberikan di site http://www.uni-kassel.delfbl6ltetlmarklein/nfti- e.html.

13.5 METODE FREKUENST TtNGGt (HtcHFREQUENCY METHODS)

Pendekakn yang dilakukan pada metode frekuensi tinggi berbedadengan yang dikembangkan pada metode perhitungan di bagian sebelum-nya. Metode yang berbasiskan pada pendekatan optik ini sangat efisienpenggunaannya, tetapi mensyaratkan benda-benda yang terlibat harussangat besar. Semakin besar benda ini, semakin akurat perhitungannya,oleh sebab itu metode frekuensi tinggi dinamakan juga metode asimtotik(asymptotic methods).

Dasar dari pendekatan asimptotik adalah integral arus pada suatuluasan untuk menghitung medan listrik/magnet yang dihasilkannya pada

suatu titik pengamatan tertentu yang biasanya cukup jauh dari sumber arus.

Jika bidang integrasi cukup besar, yang ditandai dengan perbandingan luas

wilayah ini dengan kuadrat dari panjang gelombang X2 adalah angka yang

besar, maka integrasi bisa dipermudah dengan hanya mengamati titiktitik'panas' (hot spots) tertentu saja. Hot spots ini muncul karena hanya dititik-titik ini integrasi tidak saling terkompensasi menuju nilai nol, akibatkondisi titik yang berada pada posisi ekstremal (saddle points). Karenaperbandingan luas dengan fu2 harus besar, bisa pula terjadi jika l" bernilaikecil, atau frekuensi kerja sangat besar.

Dalam evaluasi integrasi dan ditemukannya hot spots ini, penelitianmetode frekuensi tinggi berhasil mengkorespondensikan titik+itik inisebagai titik refleksi dan titik difraksi gelombang elektromagnetika yangmengenainya, sehingga dengan berhasil dilokalisirnya titik-titik penting ini,medan listrik/magnet di pengamatan bisa didapatkan dengan menghitungkontribusi langsung (direct wave atau line of sightlLos),kontribusi refleksi(refiected waves) dan kontribusi difraksi (diffracted waves),

E 1t1 = E''" (i) +\ E *,, 1r1 + \ E o., 1r1ij

(13.23)

Refleksi terjadi akibat gelombang elektromagnetika mengenai se-

buah bidang, dan di sana berlaku hukum refleksi (sudut refleksi sama be-

2,45 GHz

V

5,2 GHz

*_l__-

r\a

Af,

306 Antena: Prinsip dan APlikasi Aplikasi l etode Numerik pado Antena 307

sarnya dengan sudut datang). Jika titik sumber l' , titik pengamatan i dan

infonnasi bidang diberikan, dengan bantuan geometri bisa ditentukan titikrefleksi To,yaitu dengan mencerminkan antena ke bidang, dan dari titikantena cerminan ini ditarik garis menuju titik pengamatan (gambar 13.9).

Jika garis tersebut menembus bidang, seperti pada titik pengamatan 1 dan

2, maka ditemukan titik refleksi ro .

veklor normal

bidang

titik pengamuan I i

titik pengamalan 2 ro

tirik pengamalan 3 i

Antena cerminan

Gambar 13.9 Refleksi gelombang pada sebuah bidang datar

Gelombang refleksi di titik pengamatan bisa dihitung dengan

mengetahui medan listrik/magnet yang dipancarkan antena di titik refleksi

(sebelum terjadi refleksi) fii" (va). Dengan mengalikan medan listrik/

magnet ini derrgan faktor refleksi didapatkan medan sesudah terjadinya

refleksi E^(/o). Faktor refleksi pada sebuah bidang penghantar ideal

adalah I dan -1, tergantung apakah medan listriknya tegak lurus atau

parallel terhadap bidang tersebut. Secara umum, medan listrik memiliki

kedua komponen ini, sehingga medan listrik refleksi dihitung dengan

Sedangkan medan listrik di titik pengamatan harus dihitung denganmemperhatikan faktor divergensi gelombang dari titik refleksi ke titikpengamatan, beserta pergeseran phasanya.

Persoalan ini menjadi relatif mudah, karena perambatan gelombangberlangsung di udara yang homogen, dan gelombang merambat melaluijalur lurus dari suatu titik asal ke titik tujuannya. perubahan phasa jugaterjadi secara linier, sedangkan amplitudonya mengecil (gelombang ber-divergensi) sesuai dengan aturan kekekalan energi. Fenomena ini dibahasdalam suatu disiplin yang dinamakan optik geometris (geometrical optics/ GO).

Gambar 13.10 Fenomeno difraksi sebagai kompensasi medan di tigawilayah iluminasi

Go gagal bekerja jika terdapat diskontinuitas bidang refleksi.Diskontinuitas bidang refleksi maksudnya, bidang refleksi memiliki ujung.Di problem ini akan terbentuk wilayah LoS yang di dalamnya terdapatgelombang lansung (Los), wilayah refleksi yang di dalamnya terdapatgelombang refleksi dan adanya wilayah bayangan, yang ke dalam wilayahini tak ada gelombang langsung atau refleksi yang masuk (gambar 13.10).Sehingga akan terbentuk dua buah batasan. pada kedua batasan ini terjadidiskontinuitas gelombang, yang tak boleh terjadi di fisika.

posrsianlerra

it

menggunakan tensor refl eksi,

- l-r olR=l I

L0 - r.J

Dan medan listrik refleksi (pada titik refleksi), didapat dengan

(t3.24)

(13.2s)

1 rejtehsi 7r,.Ya -' --"

3AB

E *(in) = R' E"'" (Vn)

Antena: Prinsip dan Aplikasi Apli kasi l(etode Numeri k pado Anteno 309

Keller [NA90] memperkenalkan metode difraksi geometri untukmenerangkan adanya gelombang difraksi jika mengenai pinggiran bidang.

Gelombang difraksi ini akan masuk ke semua wilayah, tennasuk ke

wilayah bayangan. Di kedua batasan, gelombang ini akan mengompensasi

diskontinuitas, sehingga medan listrik dan magnet menjadi kontinyu"Teori difraksi yang paling sering dipakai dewasa adalah Unifurrn Theory

o.f Diffraction (UTD).

Tempat terjadinya difraksi (titik difraksi) bisa juga ditentukan secara

geometris. Dan seperti halnya pada refleksi, pada difraksi juga diperkenal-kan tensor difraksi, yang untuk perhitungan detailnya bisa didapatkan di

lNAeOl.

Kelebihan metode frekuensi tinggi ini adalah tuntutan memori kom-puter (RAM) yang kecil dan tak tergantung frekuensi, juga prosesnya yang

mudah untuk diamati.

Kekurangannya adalah hanya bekerja pada struktur yang sangat be-

sar dibandingkan dengan panjang gelombang, dan kesulitan dalam penen-

tuan titik+itik refleksi difraksi pada struktur dengan dielektrika.

Perusahaan Ticra (http :/&vlvw.ticra.comO menjual software GRASP9yang bisa menganalisa antena parabola. Software ini menggunakan metode

moment, GO dan UTD. Edisi mahasiswa juga bisa didownload di website diatas. Software FEKO juga menawarkan opsi GO dan UTD, yang biasanya

dikombinasikan menjadi metode hibrida dengan metode moment.

Karena UTD sering kali dipakai untuk simulasi perambatan gelom-

bang untuk analisa sistem seluler, banyak software yang dikembangkan

untuk analisa ini, misalnya Radio Propogation Simulators (www.actix.com/radioplan_rps/).

13.6 METODE HIBRIDA

Seperti yang diperkenalkan pada bagian sebelumnya, setiap metodeyang ada memiliki kekurangan-kekurangan yang tak bisa dihilangkan.Kombinasi metode-metode perhitungan ini satu dengan lainnya, yang dise-

but juga metode hibrida, bertujuan untuk mengeksploitasi kelebihan setiapmetode dan mengeliminasi kelemahannya.

Kombinasi MoM dan FEM rnenghasilkan metode yang mampumenganalisa antena yang rnemiliki struktur yang tak hanya terbuat darimetal, tapi juga mengandung dierektria yang tidak homogen. contohsederhana adalah antena mikrostrip di gambar 13.4. Metode FEM sangatefisien untuk memodelkan inhornogenitas, tetapi tidak mampu memodelkanbidang batas yang terbuka (open boundary condition), sebariknya MoMmemiliki kemampuan menghitung masalah terbuka dengan eksak.

Kombinasi FEM dan MoM ini dilakukan dengan merakukandekomposisi wilayah penggunaan kedua metode tersebut (gambar 13.r 1).Pada interfuce keduanya, kontinyuitas komponen tangensial dari medanlistrik dan medan magnet harus dijaga. Sehingga akan didapatkan dua buahsistem persamaan linier yang saling terkait satu dengan lainnya.

Gambar l3.ll Dekomposisi bagian daram dimoderkan oreh FEM danwilayah luar dengan metode persomaan integral (MoM)

Solusi dari sistem persamaan ini didapat dengan bantuan inversematrix, baik secara langsung ataupun iteratif. pustaka tvo06] memberikanprosedur perhit,ngan secara detail dengan contoh-contoh aktual.

Jika problem yang dihadapi adalah antena yang memiliki reflektoryang besar, atau bidang metal yang akan menyuritkan kita daram mem-bahasnya, yang dikarenakan proses diskretisasinya memberikan jumlahelemen yang sangat banyak, sehingga membutuhkan RAM yang sangat

310 Antena: Prinsip don AplikasiAplikosi fuletode Numerik poda Anteno

311

besar bahkan terlalu besar dibandingkan RAM yang tersedia. Di karena-

kan struktur ini juga memiliki potongan antena yang kecil, teori diffraksi(UTD) juga tidak bisa digunakan secara utuh. Oleh sebab itu metode hi-brida kombinasi Metode persamaan integral (MoM) dan UTD menjadi al-

ternatif yang sangat bagus.

Gambar 13.12 Kombinasi MoMdan UTD

Hal penting yang ada di kombinasi MoM dan UTD adalah, diperha-

tikannya struktur UTD yang menyebabkan terjadinya perubahan arus pada

struktur MoM. Di gambar l3.l2hal ini ditunjukkan pada interaksi antar-

elemen di antena melalui misalnya refleksi pada bidang datar [MA0l].

Kombinasi antara MoM, FEM dan UTD juga diperkenalkan di re-

ferensi [MA0l].

Software komersial yang menawarkan kemampuan kombinasi be-

berapa metode misalnya FEKO, SuperNEC (www.supemec.com), dan

GEMACS (www.gemacs.com).

Dengan kemampuan terbatas, SuperNEC untuk akademisi disediakan

secara cuma-cuma selama safu tahun.

Daftar Pugitaka

[AL07] Ben Allen, et al (eds.), uhra-wideband Antennas ond propagation

for Communications, Radar and Imaging, Wiley, New Jersey ,2007.[8A89] constantine Balanis, Advanced Engineering Electromagnetics,

Wiley, New York, 1989.

[BA05] constantine Balanis, Antenna Theory, Anolysis and Design, 3ded., Wiley, New york,2005.

[BE07] Jennifer T. Bernhard, Reconfigurabre Antennas, Morgan &Claypool pubI.,2007.

[8H09] Rashid A. Bhatti, J.-H. Choi, S.-O. park, euad_band MIMOAntenna Array for portabre wireress communicarions Terminars,IEEE Antennas and Wireless propagation Letters, vol. g, 2009, pp.129-132.

ltsL07] Jean van Bladel, Erectromagnetic Fierds,2nd ed.,IEEE press, NewJersey, 2007.

[cH09] Zhi Ning chen, K.-M .Luk, Antennasfor Base stations in wirelessCommunications,McGraw Hill, New york, 2009.

[Do08] Daniel Dobkin, The RF in RFID, Newnes, Burlington, MA.,2008.

312

-oo0oo-

Anteno: Prinsip don Aplikosi

[GA0 I ] Ramesh Garg, et al., Microstrip Antenna Design Handbook, Artech

House, Boston,2001.

tGIO8l Walton C. Gibson, The Method of Moments in Electromagnetics,

CRC, Boca Raton, Fl. 2008.

lHA92l Roger F. Harrington, Field Computation by Moment Methods,

IEEE Press, Piscataway, NJ, 1992.

[JI02] Jianming Jin, The Finite Element Method in Electromagnetics,2nd

ed., Wiley, NY,2002.

[KO00] Branjo M. Kolundzija, J.S. Ognjanovic, T.K. Sarkar, WIPL-D:

Electromagnetic Modeling of Composite Metallic and Dielectric

Structures, Software and User's Manual, Artech House, Boston,

2000.

tKROll John D. Kraus, R.J. Marhefka, Antennas for all Applications,3'd

ed., McGraw Hill, New York, 2001.

IKRE98] Erwin Kreyszig, Advanced Engineering Mathematic,s, 8'h ed.,

McGraw Hill, New York, 1998.

[MATxx] Matlab, www.mathworl<s. com.

[MA01] Mudrik Alaydrus, Hybridmethode zur Loesung komplexer

elektromagnetischer Feldprobleme: Kombination der Finite-

Elemente-Methode, eines Integrationsgleichungsverfahrens und

der Vereinheitlichten Geometrischen Beugungstheorie, Dissertation

University Wuppertal, 2001 (dalam bahasa Jerman) bisa diakses di

http://elpub.bib.uni-wuppertal.de/edocs/dokumente/fb I 3/diss200 I /alaydrus/dl30l07.pdf

[MA09] Mudrik Alaydrus, Saluran Transmisi Telekomunikasl, Graha

Ilmu, Jogjakarta, 2009.

lMAF0gl Mudrik Alaydrus, Planor antenna design controlled by simulated

annealing,Frequenz, vol. 63, no. 7-8,2009, pp. 139-143

tNAgOl D.A. McNamara, Q.W.I. Pistorius, J.A.G. Malherbe, Introduction

to the untform Geometrical Theory of Dffiaction, Artech House,

Mass., 1990.

[OCTxx] Octave, http://www.gnu.org/softrv arel octav el

[PA06] Chinthana J. Panagamuwa, A. Chauraya, J.C.Vardaxoglou,

Frequency and beam reconfigurable antenna using photoconductiong

switches, IEEE Trans. On Antennas and Propagation, vol. 54, no. 2,

February 2006.

[PO82] Branko D. Popovic et al, Analysis and Synthesis of Wire Antennas,

Wiley, Chichester, 1982

[ST98] Warren L. Stutzman, G. A. Thiele, Antenna Theory and Design,2nd ed., Wiley, New York, 1998.

[TA05] Allen Taflove, Susan C. Hagness, Computational Electrodynamics :

The Finite-Dffirence Time-Domain Method, 3rd ed. Norwood, MA:Artech House,2005.

[TU09] Engin Tuncer, B. Friedlander, Classical and Modern Directional-of-Arrival Estimation, Academic Press, Burlington, MA., 2009.

[VO06] John L. Volakis, K. Sertel, B.C. Usner, Frequency Domain HybridFinile Element Methods for Electromagnetics, Morgan & ClaypoolPubl.,2006.

[WAgl] Wadell, 8.C., Transmission Lines Design Handbook, ArtechHouse, 1991.

[WI07] Werner Wiesbeck, Antennen und Antennensysteme, Vor-lesungsskriptum Universitaet Karlsruhe, 2007 .

[WIT09] Tilmann Wittig, V. Sokol, MIMO Antenno Simulation, UGM2009, Darmstadt.

http : //www. cst. com/Content/Documents/Events /UG M2 009 / 3 - I -4 - MI MO-A nt enn a - S imu I at io n. p df

lZH04)5. Zhang, G.H. Hufl J.Feng, J.T. Bernhard, A pattern reconfigur-able microstrip parasitic aruay, IEEE Trans- On Antennos and Prop-agation, vol. 52, no. 10, October 2004.

-oo0oo-

314 Antena: Prinsip dan Aplikosi Doftor Pustoko 315

Array Fqctor

Bandwidth

Beamwidth

Broadca.gt

Diagram radiasi

DipolDirektif

EIRP

Faktor refleksi

Elosarium

Faktor yang terbentuk karena penggabungan beberapa

buah antenna.

Lihat lebar pita.

Lihat lebar paflcaran.

Pemancaran ke segala arah.

Polapancaran antena yang menggambarkan, bagaimanaenergi yang dipancarkan antena terdistribusi di ruang.Jenis antena yang menggunakan kawat.Antena direktif memiliki kemampuan mengarahkanenerginya ke arah tertenfu.

Equivalent Isotrop Radiated Power, daya pancar yangdi-ekuivalensikan dengan antena isotrop.

Besaran yang menggambarkan besaran sinyal yangdirefleksikan kembali oleh antena ke pemancar. Jikadiberikan dalam dB, maka nilai mutlaknya adalahreturn loss.

Finite Dffirence Time Domalr, metode numerikmenggunakan prinsip diferensi hingga, diskretisasisegiempat.

FDTD

FEM Finite Element Method, metode numerikyang mendis- Monopol Jenis altena yang menggurakan kawat, seperti dipole,

loetisasikan ruang pengamatannla dengatr tetrahe- tapi hanya satu tangkai, sebagai gatti tangkai ke dua,

dral. digmakan ground.

Fractal Jeds a.Dtena yang memiliki sifj,t sev-sirnilarily drn Multiband Ar ens yang memiliki karakter yang baik pada bebe-

memiliki karakter multiband. rapa wilayah frekuensi kerjanya.

Gair Gaindarisebuahutenalebihbersrtibesarpemfokusan Nirkabel Tanpa kabel (wr'reless).

energy yang bisa dilakuko a ena tersebut ke suatu Omnidireksional Antetra yatrg memancarkan energitrya sama rata pada

arah t6tenhr. suatu bidang teltenfu.

Helix Jenis antena ysng biasanya mengunakan kawat yang Polarisasi Arah orie asi medatr listrilc

berputar seperti pegas. Point to Poiht Kommikasi dari suatu posisi ke satu posisi lain meng-

Hom Jenis antena yang menggun*at waveguide, yurg di- gurakan antem dengan gain tinggi (sangat fokus).

potong pada penampatrgnya. Recorfgurable Jeds antena yarg bisa dikonfigurasi kamkier keda-

Isotrop Antena yang memancarkan energinya sama mta ke [ya.

semua amh. Reflektor Jenis antena yang menggunakan pemantul berbentuk

Irbar pita Interval frekuensi kelja antena yang memiliki karaker p.rabola untuk lebih memfokuskEr eneryinya.

sesuai dengan spesifikasi,sng diminta. Retum Loss Lihat faktor refleksi.

LEbar parcaran Wilayah efektif pemaocaran energi dari sebuah atr- RFID Radio Freque cy ldeitification, sistem ntukabel yang

teda. digmakan untuk heqidentiflkasi berda.

Medan dekat Wilayah di sekitar antena, dishibusi rnedan listrik dan tIfD UniIorfirTheory ofDiflraction, metode ftekuensitinggi

magrct sangot kompleks. yang menggunakrm gelombary refleksi dan difiaksi

Medaajauh Witayah yang agakjauh dari anteoa, medan listrik dan u uk menggambarkal efek timbal balik gelombang

mapet saling tegak luus. Biasanya dalam kotrdisi di dan he,da

wilayah ini antem dipergunaka[ WA Vector NetworkA alwr, alatukuruntukmetre ukan

Mikostrip Jeris antena yang menggumkan Pinted Cirait Board faktor refleksi dari antenna.

(pCB). Voveguide Salah satu jenis salu'an tralsmisi yang diguakafl

MIMO Muttiple ltput Multiple Orrprr, sistem aDte[a dengat pada frekuensi tinggi, biasanya berbentuk segiempat,

beberapabuah antena baik dipemarcar atau di peneri- li4karan atau elips.

m4 yang bertujuan melaikkan data-rare pengiriman Yagi-Uda Jenis antena Yagi-Uda adalah antena anay dipole,

inforrrasi. yang terdiri daxi dipole yaf,g di-drive, dipole reflek-

MOM Method of Mo ent, metode rumerik yang menggu- tor dan dipole direkto!. Yagi dan Uda adatah penemu

nakan fungsi Cree!, sehiogga bisa memeluhi karakler antena ini.

radiasi secara eksak. -oo0oo-

318 Antena: PrinsiP dan APlikasi Glosarium 319

Tentang Penulis

udrik Alaydrus lahir tahun 1971 di Jakarta. Tahun 1997 iamendapatkan gelar Dipl.-Ing di bidang Teknik Elektro dariUniversitas Hannover, Jerman. Dari tahun 1997 sampai2002

ia menjadi staf pengajar dan peneliti di kelompok riset ElektromagnetikaUniversitas Wuppertal, Jerman. Sejak awal 90-an penulis mendalamibidang aplikasi elektromagnetika di teknologi telekomunikasi khususnyapada teknologi frekuensi tinggi dan dikenal sebagai expert dalam bidangComputational Electromagnetics. Hasil penelitiannya dirangkumkandalam disertasi doktoralnya di Universitas Wuppertal tahun 2001. Hinggakini hasil penelitiannya bisa ditemukan di jurnal-jurnal nasional daninternasional, seperti IEEE, dan disitasi oleh Google Scholar. Sejak tahun2003 penulis menjadi dosen tetap di Universitas Mercu Buana, Jakarta,mengajar dan meneliti di program sarjana dan pasca sarjana. MudrikAlaydrus adalah dosen profesional bersertifikat dan anggota IEEE dan

VDE. Penulis bisa dikontak melalui email: [email protected].

-oo0oo-