173760792 3b sanitasi rumah sakit pmm dan linen

Upload: meriherliza

Post on 02-Mar-2016

92 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • Penyehatan Hygiene dan Sanitasi Makanan Minuman

    A. Pengertian

    Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

    kebersihan individu. Misalnya, mencuci tangan, mencuci piring, membuang

    makanan yang rusak.

    Pengertian higiene menurut Dr. Azrul Azwar adalah usaha kesehatan

    masyarakat yang mempelajaripennngaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan

    manusia, upaya pencegahan timbulnya karena pengaruh lingkungan kesehatan,

    serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa hingga terjamin pemeliharaan

    lingkungan.

    Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

    kebersihan lingkungan. Misalnya, menyediakan air bersih, menyediakan tempat

    sampah dan lain-lain.

    Menurut Ehlers dan Stell (1958), sanitasi adalah usaha-usaha pengawasan

    yang ditujukan terhadap faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai

    penularan penyakit.

    Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman

    yang disajikan dan dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan, makanan dan

    minuman yang dijual didalam lingkungan rumah sakit atau dibawa dari luar rumah

    sakit.

    Jadi kesimpulannya, Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman di Rumah

    Sakit adalah salah satu upaya untuk mengamankan makanan dan minuman yang

    disajikan dan dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan, makanan dan minuman

    yang dijual didalam lingkungan rumah sakit atau dibawa dari luar rumah sakit dari

    kemungkinan risiko gangguan penyakit bawaan makanan terutama yang disebabkan

    oleh mikroba.

    B. Persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan

    1. Angka kuman E.Coli pada makanan harus 0/ gr sampel makanan dan pada

    minuman angka kuman E.Coli harus 0/100 ml sampel minuman.

  • 2. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman sebanyak-

    banyaknya 100/cm2 permukaan dan tidak ada kuman E.Coli.

    3. Makanan yang mudah membusuk disimpan dalam suhu panas lebih dari

    65,5 atau dalam suhu dingin kurang dari 4C. Untuk makanan yang disajikan

    lebih dari 6 jam disimpan suhu 5C sampai -1C.

    4. Maknaan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu 10C.

    5. Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu sebagai berikut :

    Suhu Peyimpanan Menurut Jenis Bahan Makanan

    Jenis Bahan

    Makanan

    Digunakan untuk

    3 hari atau kurang 1 minggu atau

    kurang

    1 minggu atau

    lebih

    Ikan, udang dan

    olahannya

    -50 C sampai 00 C -100 C sampai -

    50 C

    Kurang dari -100

    C

    Telur, susu dan

    olahannya

    50 C sampai 70 C -50 C sampai 00

    C

    Kurang dari -50 C

    Sayur, buah dan

    minuman

    100 C 100 C 100 C

    Tepung dan biji 250 C 250 C 250 C

    6. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80 -90 %.

    7. Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai, dinding,

    atau langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut :

    a. Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm

    b. Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm

    c. Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm

    C.Tata Cara Pelaksanaan

    1. Bahan Makanan dan Makanan Jadi

    a. Pembelian bahan sebaiknya ditempat yang resmi dan berkualitas baik.

    b. Bahan makanan dan makanan jadi yang berasal dari instalasi Gizi atau dari

    luar rumah sakit/jasaboga harus diperiksa secara fisik, dan laboratorium

    minimal 1 bulan Peraturan Mnteri Kesehatan No. 715/MenKes/SK/V/2003

    tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga.

  • c. Makanan jadi yang dibawa oleh keluarga pasien dan berasal dari sumber lain

    diperiksa kondisi fisiknya sebelum dihidangkan.

    d. Bahan makanan kemasan (terolah) harus mempunyai label dan merek serta

    dalam keadaan baik.

    2. Bahan Makanan Tambahan

    Bahan makanan tambahan (bahan pewarna, pengawet, pemanis buatan) harus

    sesuai dengan ketentuan.

    3. Penyimpanan Bahan Makanan dan Makanan Jadi

    Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam

    keadaan bersih, terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan

    hewan lain.

    a. Bahan Makanan Kering

    1. Semua gudang bahan makanan hendaknya berada di bagian yang tinggi.

    2. Bahan makanan tidak diletakkan di bawah saluran/pipa air (air bersih

    maupun air limbah) untuk menghindari terkena bocoran.

    3. Tidak ada drainase disekitar gudang makanan

    4. Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada rak-rak dengan

    ketinggian rak terbawah 15 cm 25 cm.

    5. Suhu gudang bahan makanan kering dan kaleng dijaga kurang dari 220 C.

    6. Gudang harus dibuat anti tikus dan serangga.

    7. Penempatan bahan makanan harus rapih dan ditata tidak padat untuk

    menjaga sirkulasi udara.

    b. Bahan Makanan Basah / Mudah Membusuk dan Minuman

    1. Bahan seperti buah, sayur, dan minuman, disimpan pada suhu

    penyimpanan sejuk (cooling) 100 C - 150 C.

    2. Bahan makanan berprotein yang akan segera diolah kembali, disimpan

    pada suhu penyimpanan dingin (chilling) 40 C - 100 C.

    3. Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai

    24 jam disimpan pada penyimpanan dingin sekali (freezing) dengan suhu

    00 C - 40 C.

    4. Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu kurang

    dari 24 jam disimpan pada penyimpanan beku (frozen) dengan suhu 00 C.

  • 5. Pintu tidak boleh sering dibuka karena akan meningkatkan suhu.

    6. Makanan yang berbau tajam (udang, ikan, dan lain-lain) harus tertutup.

    7. Pengambilan dengan cara First In First Out (FIFO), yaitu yang disimpan

    lebih dahulu digunakan dahulu, agar tidak ada makanan yang busuk.

    c. Makanan Jadi

    1) Makanan jadi harus memenuhi persyaratan bakteriologi berdasarkan

    ketentuan yang berlaku. Jumlah kandungan logam berat dan residu

    pestisida tidak boleh melebihi ambang batas yang diperkenankan menurut

    ketentuan yang berlaku.

    2) Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi atau dikemas dan

    tertutup serta segera disajikan.

    4. Pengolahan Makanan

    Unsur-unsur yang terkait dengan pengolahan makanan :

    a. Tempat Pengolahan Makanan

    1) Perlu disediakan tempat pengolahan makanan (dapur) sesuai dengan

    persyaratan konstruksi, bangunan dan ruangan dapur.

    2) Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan selalu dibersihkan

    dengan antiseptik.

    3) Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan sungkup

    asap.

    4) Intensitas pencahayaan diupayakan tidak kurang dari 200 lux.

    b. Peralatan Masak

    Peralatan masak adalah semua perlengkapan yang diperlukan dalam proses

    pengolahan makanan.

    1) Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat bercun kepada makanan.

    2) Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor.

    3) Lapisan permukaan tidak terlarut dalam asam / basa atau garam-garam

    yang lazim dijumpai dalam makanan.

    4) Peralatan agar dicuci segera sesudah digunakan, selanjutnya

    didesinfeksi dan dikeringkan.

    5) Peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam keadaan kering dean

    disimpan pada rak terlindung dari vektor.

  • c. Penjamah Makanan

    1) Harus sehat dan bebas dari penyakit menular.

    2) Secara berkala minimal 2 kali diperiksa kesehatannya oleh dokter yang

    berwenang.

    3) Harus menggunakan pakaian kerja dan perlengkapan pelindung

    pengolahan makanan dapur.

    4) Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari kamar

    kecil.

    d. Pengankutan Makanan

    Makanan yang telah siap santap perlu diperhatikan dalam cara

    pengangkutannya, yaitu:

    1) Makanan diangkut dengan kereta dorong yang tertutup dan bersih.

    2) Pengisian kereta dorong tidak sampai penuh, agar masih tersedia udara

    untuk ruang gerak.

    3) Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur untuk

    mengangkut bahan/barang kotor.

    e. Penyajian Makanan

    1) Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran dan peralatan

    yang dipakai harus bersih.

    2) Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan tertutup.

    3) Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan pada

    fasilitas penghangat makanan dengan suhu minimal 600 C dan 40 C untuk

    makanan dingin.

    4) Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat dan berpakaian

    bersih.

    5) Makanan jadi harus segera disajikan.

    6) Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada pasien.

    5. Pengawasan Higiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman

    Pengawasan dilakukan secara :

    a. Internal

  • Pengawasan dilakukan oleh petugas sanitasi atau petugas penanggung

    jawab kesehatan lingkungan rumah sakit.

    Pemeriksaan parameter mikrobiologi dilakukan pengambilan sampel

    makanan dan minuman meliputi bahan makanan dan minuman yang

    mengandung protein tinggi, makanan siap santap, air bersih, alat makanan

    dan masak serta usap dubur penjamah.

    Pemeriksaan parameter kimiawi dilakukan pengambilan sampel minuman

    berwarna, makanan yang diawetkan, sayuran, daging, ikan laut.

    Pengawasan secara berkala dan pengambilan sampel dilakukan minimal 2

    (dua) kali dalam setahun.

    Bila terjadi keracuan makanan dan minuman di rumah sakit maka petugas

    sanitasi harus mengambil sampel makanan dan minuman untuk diperiksakan

    ke laboraturium.

    b. Eksternal

    Dengan melakukan uji petik yang dilakukan oleh Petugas Sanitasi Dinas

    Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota secara insidentil atau mendadak

    menilai kualitas.

    Cheklis Tentang Hygiene dan Sanitasi Pengolahan Makanan Minuman di

    Rumah Sakit

    No. variabel Komponen yang Diamati Ya Tidak

    1. Pemilihan bahan

    makanan

    a. Bahan makanan dalam kualitas baik,

    tidak rusak dan tidak membusuk

    b. Bahan makanan yang dibeli dari

    sumber yang resmi atau jelas

    c. Kemasan bahan makanan terdaftar

    pada Departemen Kesehatan RI

    d. Melakukan pemeriksaan organoleptik

    seperti memegang, meraba, atau

    mencium bahan makanan

  • Buah-buahan :

    a. Utuh dan segar

    b. Kulit Tidak rusak

    c. Tidak ada warna tambahan

    d. Tidak ada bau busuk

    Sayuran :

    a. Daun segar

    b. Utuh

    c. Kulit tidak rusak atau tidak ada gigitan

    serangga

    d. Bersih dan tidak berubah warna

    Jenis biji-bijian :

    a. Bersih

    b. Kering

    c. Utuh

    d. Berwarna mengkilap

    e. Tidak berlubang

    Jenis ikan :

    a. Warna kulit cerah dan tidak rusak

    b. Dagingnya segar, elastis bila ditekan

    dengan jaribekasnya kembali keposisi

    semula

    c. Bau tidak busuk

    d. Lendir pada permukaan tidak

    berlebihan

    Jenis daging :

    a. Bau tidak busuk dan segar

    b. Elastis dan tidak kaku

    c. Warna cerah

  • d. Bila dipegang tidak rekat pada tangan

    dan masih terasa kebasahannya

    Jenis telur :

    a. Tidak rusak atau pecah

    b. Bersih fisik

    c. Tidak berbau busuk

    d. Tidak kering

    2. Penyimpanan

    bahan makanan

    a. Bahan makanan kering :

    1. Semua gudang bahan makanan

    berada dibagian yang tinggi

    2. Bahan makanan tidak diletakkan

    dibawah saluran atau pipa air untuk

    menghindari terkena bocoran

    3. Tidak ada drainase disekitar gudang

    makanan

    4. Semua bahan makanan disimpan

    pada rak-rak dengan ketinggian rak

    terbawah 15 cm 25 cm

    5. Gudang terbuat dari anti tikus dan

    serangga

    6. Penempatan bahan makanan rapi dan

    ditata tidak padat

    b. Bahan makanan basah / mudah

    membusuk :

    1. Bahan makanan seperti buah, sayuran

    disimpan pada suhu penyimpanan

    sejuk

    2. Bahan makanan berprotein yangakan

    segera diolah kembali disimpan pada

    suhu penyimpanan dingin

    3. Bahan makanan berprotein yang

  • mudah rusak untuk jangka waktu

    sampai 24 jam disimpan pada

    penyimpanan dingin sekali

    4. Bahan makanan berprotein yang

    mudah rusak untuk jangka waktu

    kurang dari 24 jam disimpan pada

    penyimpanan beku

    5. Pintu tidak sering dibuka

    6. Makanan yang berbau tajam (udang,

    ikan, dan lain-lain) harus tertutup

    3. Cara pebgolahan

    makanan

    a. Mencuci bahan makanan

    1. Buah-buahan dan sayur-sayuran yang

    dimakan mentah dicuci menggunakan

    air hangat

    2. Mencuci bahan makanan sebelum

    dipotong-potong atau diracik

    3. Mencuci bahan makanan dengan air

    mengalir

    4. Wadah yang digunakan untuk

    menyimpan bahan yang telah dicuci

    dalam keadaan bersih

    b. Memotong dan merajang makanan

    1. Memotong dan merajang bahan

    makanan tidak terlalu kecil

    2. Bahan makanan yang sudah dirajang

    langsung dimasak

    3. Bahan makanan yang sudah dipotong

    langsung dipisahkan tempatnya sesuai

    dengan jenisnya

    4. Alat untuk merajang bersih

    c. Pembuatan bumbu :

  • 1. Bahan yang busuk dibuang

    2. Bumbu yang sudah jadi langsung

    digunakan dan bumbu yang sisa

    diletakkan di lemari es

    3. Alat yang digunakan untuk

    menghaluskan tidakmengandung zat

    beracun dan berkarat

    4. Alat yang digunakan dalam kondisi

    bersih

    d. Memasak bahan makanan :

    1. Bahan makanan mencapai tingkat

    kematangan yang diinginkan

    2. Alat yang digunakan bersih fisik

    3. Mencicipi makanan dengan alat

    khusus

    4. Tempat

    pengolahan

    makanan

    a. Lantai :

    1. Bersih fisik

    2. Kedap air

    3. Tidak licin dan rata

    4. Berwarna terang

    5. Tidak terdapat retak

    6. Konus

    b. Dinding :

    1. Bersih fisik

    2. Kedap air dan rata

    3. Berwarna terang

    c. Pintu dan jendela :

    1. Terbuat dari bahan yang kuat dan

    mudah dibersihkan

    2. Rapat dari serangga dan tikus

  • 3. Menutup dengan baik dan membuka

    kearah luar

    4. Jumlah jendela mencukupi

    5. Jendela dilengkapi kassa

    d. Ventilasi :

    1. Tersedia dan berfungsi dengan baik

    2. Cukup menjamin rasa aman\

    e. Langit-langit

    1. Rata dan bersih secara fisik

    2. Tinggi minimal 2,5 m dari lantai

    3. Tidak terdapat lubang-lubang

    4. Berwarna terang

    5. Peralatan

    pengoolahan

    makanan

    a. Bahan peralatan :

    1. Bahan kuat

    2. Permukaan alat halus

    3. Mudah dibersihkan

    4. Tidak mengandung bahan berbahaya

    (timah, arsen, tembaga, seng,

    cadmium, dan lain-lain)

    5. Tidak rusak atau utuh

    b. Pencucian peralata :

    1. Pencucian menggunakan detergent

    2. Pembilasan dengan air mengalir

    3. Dibebashamakan dengan air panas

    c. Penyimpana peralatan :

    1. Peralatan pengolahan disimpan

    didalam rak tertutup

    2. Peralatan pengolahan disimpan dalam

    keadaan kering

  • 3. Rak penyimpanan peralatan terbuat

    dari anti karat dan tidak rusak

    4. Ruang penyimpanan peralatan tidak

    lembab terlindung dari sumber

    pencemar, dan binatang pengganggu

    6. Tenaga

    pengolah/penjamah

    makanan

    1. Sehat atau bebas dari penyakit

    2. Tidak merokok pada saat mengolah

    makanan

    3. Tidak mengobrol pada saat mengolah

    makanan

    4. Tidak menggaruk-garuk anggota

    tubuh dengan tangan pada saat

    mengolah makanan

    5. Tidak menggunakan perhiasan

    6. Menggunakan alat bantu saat

    mencicipi makanan

    7. Tidak berkuku panjang

    8. Selalu mencuci tangan sebelum,

    setelah mengolah makanan

    9. Menggunakan penutup kepala

    10. Menggunakan celemek

    11. Menggunakan sarung tangan

    12. Menggunakan seragam

    13. Berpakaian rapih

    14. Tidak terdapat luka terbuka pada

    anggota tubuh

    7. Fasilitas sanitasi a. Penyediaan Air Bersih :

    1. Tidak berbau, tidak berasa, tidak

    berwarna

    2. Jumlah mencukupi

    3. Angka kuman tidak melebihi nilai

    ambang batas

  • b. Tempat pencucian peralatan

    1. Tersedia air panas

    2. Tersedia air dingin untuk membilas

    3. Tersedia bahan pembersih atau

    detergent

    4. Terdapat 3 bak pencuci

    5. Tempat pencucian peralatan

    berhubungan dengan saluran

    pembuangan air limbah

    c. Tempat cuci tangan

    1. Terpisah dengan tempat cuci

    peralatan

    2. Terdapat sabun

    3. Terdapat pengering tangan

    4. Saluran pembuangan air tertutup

    5. Air yang digunakan bersih secara fisik

    (tidak bau, tidak berwarna, dan tidak

    berasa)

    d. Toilet :

    1. Terdapat sabun didalam toilet

    2. Air mengalir dengan lancar

    3. Jumlah toilet mencukupi kebutuhan (1

    buah untuk 10 orang karyawan)

    4. Toilet jauh dari tempat pengolahan

    makanan

    e. Tempat sampah :

    1. Terbuat dari bahan kedap air

    2. Memiliki penutup

    3. Mudah dibersihkan

  • 4. Dilapisi dengan kantong plastik

    5. Terdapat tempat sampah organik dan

    anorganik

    f. Pembuangan asap :

    1. Terdapat cerobong asap

    2. Terdapat saringan lemak pada

    cerobong

    3. Terdapat penyedot asap (extractor

    fan)

    4. Cerobong asap lancar

    g. Pembuangan air limbah :

    1. Terdapat saluran pembuangan air

    limbah

    2. Air limbah mengalir dengan lancar

    3. Saluran kedap air

    4. Saluran tertutup

    5. Terdapat grace trap

    h. Pengendalian serangga dan tikus :

    1. Ventilasi dipasang dengan kawat

    kassa

    2. Pintu dilengkapi dengan tirai plastik

    3. Terdapat alat listrik atau jenis lainnya

    untuk penangkal lalat

  • Pengelolaan Tempat Pencucian Linen (Laundry)

    Pengertian

    Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana

    penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam boiler)

    pengeringan, meja dan meja setrika.

    Menurut Wikipedia Indonesia, linen merupakan bahan yang terbuat dari serat

    tumbuhan rami (Linum usitatissium). Biasanya digunakan untuk membuat pakaian.

    Menurut Arifin yang dikutip dari Lencir Kuning menyatakan bahwa Sanitasi adalah

    suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular dengan jalan

    memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan

    masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor

    lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan. Kesehatan lingkungan adalah

    upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju

    keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia yang semakin

    meningkat. (Kuning, 2012)

    a. Pengertian Laundry

    Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan

    sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap

    (steam boiler), pengering, meja dan meja setrika. (KESEHATAN, 2004)

    b. Pengertian Linen

    Menurut Departemen Kesehatan RI dalam buku Pedoman Sanitasi Rumah

    Sakit Di Indonesia, dikatakan bahwa :

    c. Karakteristik Linen

    Karakteristik Linen menurut Menurut Djasio Sanropie, dkk dalam buku

    Sanitasi Rumah Sakit Untuk Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi dibagi

    menjadi 2, yaitu :

  • 1. Solied Linen (Linen Non infeksius)

    Yang dimaksud dengan solied linen adalah kain-kain yang sudah terpakai

    dan tidak fresh lagi.

    Sumber Solied linen berasal dari :

    1. Ruang Administrasi

    2. Apotik

    3. Ruang Tunggu

    4. Ruang Perawatan Non infection disease

    5. Dapur

    6. Laboratorium

    2. Fouled dan Infected Linen (Linen Infeksius)

    Yang dimaksud dengan fauled dan infected linen ialah kain yang kumuh

    (sangat kotor/dan juga kain yang terkontaminasi oleh kuman-kuman

    penyakit menular. Sumber fouled dan infected linen berasal dari ruang

    operasi, isolasi, ruang perawatan penyakit menular, poliklinik dan lain-

    lain). (Sanropie, Djasio, dkk, 1989, hal. 38-39)

    d. Tahapan-Tahapan Sanitasi Pengelolaan Linen

    Sanitasi Pengelolaan Linen di Rumah Sakit menurut Kepmenkes

    1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan

    Rumah Sakit tahapan-tahapan yang dilakukan adalah :

    1. Pengumpulan

    1. Pemilahan antara linen infeksius dan non-infeksius dimulai dari

    sumber dan memasukkan linen ke dalam kantong plastik sesuai

    jenisnya serta diberi label.

  • 2. Menghitung dan mencatat linen di ruangan. (KESEHATAN, 2004)

    Kain kotor dari masing-masing ruang perlu dicuci sesuai

    dengan karakteristik kain kotor, maka dalam pengumpulannya perlu

    dibedakan antara linen infeksius dan non infeksius. Kain kotor non

    infeksius perlu dikumpulkan dalam kantong yang berbeda dengan

    kantong pengumpulan linen infeksius. Hal ini untuk mempermudah

    penanganan selanjutnya. (Sanropie Djasio, dkk, 1989, hal. 39)

    2. Pengangkutan

    Pengangkutan kain kotor harus segera dibawa dari tiap tiap ruang dan

    langsung ketempat pencucian dengan menggunakan trolly. Trolly

    pengangkut linen tidak dibawa masuk keruangan, cukup di depan pintu

    saja. (Sanropie, Djasio, dkk, 1989, hal. 39)

    1. Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan

    kantong yang digunakan untuk membungkus linen kotor.

    2. Menggunakan kereta dorong yang berbeda dan tertutup antara linen

    bersih dan linen kotor. Kereta dorong harus dicuci dengan disinfektan

    setelah digunakan mengangkut linen kotor.

    3. Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh dilakukan

    bersamaan.

    4. Linen bersih diangkut dengan kereta dorong ayng berbeda warna.

    5. Rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri,

    pengangkutannya dari dan ke tempat laundry harus menggunakan

    mobil khusus. (KESEHATAN, 2004)

    Linen kotor merupakan sumber kontaminasi penting di rumah sakit.

    Penanganan linen rutin waktu membersihkan temat tidur, pengangkutan

    linen sepanjang koridor dan ruang-ruang rumah sakit. (DEPKES RI, 1992,

    p. 94)

    3. Penerimaan

  • 1. Mencatat linen yang diterima dan telah terpisah antara infeksius dan

    non-infeksius.

    2. Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya. (KESEHATAN, 2004)

    4. Pencucian

    1. Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas mesin

    cuci dan kebutuhan deterjen dan disinfektan.

    2. Membersihkan linen kotor dan tinja, urin, darah, dan muntahan

    kemudian merendamnya dengan menggunakan disinfektan.

    3. Mencuci dikelompokkan berdasarkan tingkat kekotorannya.

    (KESEHATAN, 2004)

    Dalam buku Pedoman Sanitasi Rumah Sakit Di indonesia, langkah-

    langkah pencucian linen adalah sebagai berikut :

    1. Pembilasan Pertama

    Guyuran air dingan yang bertujuan untuk menghilangkan noda-noda,

    terutama noda darah, tetapi kadang-kadang sebagian laundry tidak

    mempraktekkannya kecuali bila jelas nampak noda pada linen yang

    akan dicuci.

    2. Penyabunan

    Kegiatan pokok terjadi pada tahap penyabunan, suhu yang digunakan

    bervariasi. Namun disarankan untuk menggunakan air panas 65C-

    77C selama 30 menit. Sabun yang digunakan juga bervariasi, bahan

    pemutih yang digunakan biasanya Chlorin (100 ppm) yang mampu

    untuk menghancurkan bakteri vegetatif dan terutama ditujukan untuk

    membunuh kuman.

    3. Pembilasan akhir

    Pembilasan akhir biasanya menggunakan air panas dengan dengan

    suhu 74C-77C. Asam lemah seperti asam asetic atau Sodium

    Metasilikat sering juga ditambahkan untuk menghilangkan deterjen

    yang menempel pada linen dan memutihkan linen.

  • Dari proses pencucian terlihat jelas bahwa siklus pencucian linen dan

    kontak dengan air panas serta bahan kimia berfungsi untuk membunuh

    mikroba, tetapi meningkatnya bahan sintetis dengan warna yang lebih

    cemerlang bahan tersebut tidak dapat dicuci dengan temperature yang

    lebih tinggi (maksimum 50C) dan sering kali tidak perlu menggunakan

    beaching. Dengan demikian daya hancur terhadap mikroba juga

    menurun. (DEPKES RI, 1992)

    5. Pengeringan

    6. Penyetrikaan

    7. Penyimpanan

    1. Linen harus dipisahkan sesuai jenisnya.

    2. Linen baru yang diterima ditempatkan di lemari bagian bawah.

    3. Pintu lemari selalu tertutup. (KESEHATAN, 2004)

    8. Distribusi

    Pendistribusian dilakukan berdasarkan kartu tenda terima dari petugas

    penerima, kemudian petugas menyerahkan linen bersih

    kepada petugas ruangan sesuai kartu tanda terima. (KESEHATAN, 2004)

    e. Penanganan Linen Bersih

    Walau proses pencucian hampir telah mampu memberikan perlindungan

    terhadap linen, tetapi proses tersebut bukan sterilisasi. Perlu di ingatkan

    bahwa setelah linen dicuci dan kemudia linen dipindahkan ke mesin pemeras,

    pengering, penyeterika atau proses lainnya, sehingga masih mungkin

    terkontaminasi ulang. Tenaga bagian pencucian perlu menyadari hal ini dan

    sejauh mungkin diupayakan mengurangi kontaminasi. (DEPKES RI, 1992)

  • Terlepas dari desain yang ada, desain dasar ruang pencucian yang harus di

    perhatikan adalah :

    1. Harus ada pemisahan antara penyortiran linen kotor dan linen bersih.

    2. Mengurangi jarak transportasi antara satu proses dan proses berikutnya.

    3. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pekerja yang menangani linen

    bersih hendaknya menggunkaka seragam yang bersih dan terlatih dalam

    teknik kebersihan, mengenakan topi bagi yang berambut panjang dan

    selalu mempraktekan perilaku mencuci yang benar.

    4. Sebagai pembungkus linen bersih lebih baik menggunakan plastik

    daripada kertas. (DEPKES RI, 1992)

    f. Sarana dan Peralatan Sanitasi Pengelolaan Linen

    Sehubungan dengan sarana dan peralatan dalam peyelenggaraan Sanitasi

    Pengelolaan Linen di Rumah Sakit menurut Permenkes RI No.

    1204/MENKES/SK/2004 tentang persyaratan kesehatan RI Rumah Sakit :

    1. Di tempat laundry tersedia kran air bersih dengan kualitas dan tekanan

    aliran yang memadai, air panas untuk disinfeksi dan tersedia disinfektan.

    2. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan saluran

    pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat mencuci

    jenis-jenis linen yang tersedia mesin cuci yang dapat mencuci jenis-jenis

    linen yang berbeda.

    3. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius dan

    non infeksius.

    4. Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang dilengkapi

    dengan pengolahan awal (pre-treatment) sebelum dialirkan ke instalasi

    pengolahan air limbah.

  • 5. Laundry harus disediakan ruang-ruang terpisah sesuai kegunaannya yaitu

    ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang untuk perlengkapan

    kebersihan, ruang perlengkapan cuci, ruang kereta linen, kamar mandi

    dan ruang peniris atau pengering untuk alat-alat termasuk linen.

    6. Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai Laundry tersendiri,

    pencuciannya dapat bekerjasama dengan pihak lain dan pihak lain

    tersebut harus mengikuti persyaratan dan tatalaksana yang telah

    ditetapkan.

    7. Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen harus

    menggunakan pakaian kerja khusus, alat pelindung diri dan dilakukan

    pemeriksaan kesehatan secara berkala, serta dianjurkan memperoleh

    imunisasi hepatitis B.

    g. Bahan Sanitasi Pengelolaan Linen

    Menurut Djasio Sanropie, dkk dalam buku Komponen Sanitasi Rumah Sakit

    Untuk Instutusi Pendidikan Tenaga Sanitasi bahan yang diperlukan dalam

    sanitasi pengelolaan linen:

    1. Cygnetbleach

    2. Desinfektan

    3. Hamix

    4. Nobla

    5. Cygnet

    6. Sour

    (Sanropie, Djasio, dkk, 1989)

  • CHECKLIST PENGELOLAAN LINEN

    HASIL PENGAMATAN TAHAP PENGUMPULAN

    SANITASI PENGELOLAAN LINEN

    RUMAH SAKIT

    No Tahap Pengumpulan Keterangan

    Ya Tidak

    1 Pemilihan antara linen infeksius

    dan linen non infeksius

    2 Linen infeksius dan non infeksius

    dipisahkan dimasukkan ke

    kantong sesuai dengan jenisnya

    dan diberi label

    3 Linen kotor tidak diletakkan

    dilantai

    4 Linen kotor yang dikumpulkan,

    dicatat petugas ruangan

    5 Linen infeksius diperlakukan

    khusus dan dimasukan terlebih

    dahulu

    6 Pengambilan linen tidak dikibas-

    kibas

    Jumlah

    Presentase (%)

    Sumber: Data primer terolah tahun 2013

  • HASIL PENGAMATAN TAHAP PENGANGKUTAN

    SANITASI PENGELOLAAN LINEN

    RUMAH SAKIT

    No Tahap Pengangkutan Keterangan

    Ya Tidak

    1 Menggunakan trolley yang

    berbeda dan tertutup antara

    linen bersih dan kotor

    2 Trolley dalam keadaan bersih

    (secara fisik)

    3 Trolley tidak dibawa masuk

    keruangan/kamar

    4 Bagian dalam trolley dilapisi

    dengan plastik

    5 Waktu pengangkutan linen kotor

    berbeda dengan linen bersih

    6 Trolley langsung di bersihkan/

    dicuci setelah digunakan

    Jumlah

    Presentase (%)

    Sumber: Data primer terolah tahun 2013

    HASIL PENGAMATAN TAHAP PENERIMAAN

    SANITASI PENGELOLAAN LINEN

  • RUMAH SAKIT

    No Tahap Penerimaan Keterangan

    Ya Tidak

    1 Mencatat linen yang diterima

    2 Linen yang diterima telah

    dipisahkan antara infeksius dan

    non infeksius

    3 Linen dipisahkan berdasarkan

    dan warna tingkat kekotorannya

    Jumlah

    Presentase (%)

    Sumber: Data primer terolah tahun 2013

    HASIL PENGAMATAN TAHAP PENCUCIAN

    SANITASI PENGELOLAAN LINEN

    RUMAH SAKIT

    No Tahap Pencucian Keterangan

    Ya Tidak

    1 Menimbang berat linen terlebih

    dahulu

    2 Pada saat penerimaan linen tidak

    diletakkan dilantai

    3 Linen infeksius langsung

    didesinfeksi

    4 Linen yang bernoda darah

    dibersihkan terlebih dahulu

    5 Pencucian linen infeksius dan

    non infeksius dipisahkan

    6 Suhu air panas yang digunakan

    65C - 77C selama 30 menit

  • 7 Proses pencucian menggunakan

    deterjen

    8 Proses pencucian menggunakan

    desinfektan

    9 Proses pencucian menggunakan

    pemutih

    10 Proses pencucian menggunakan

    pelembut

    11 Proses pencucian menggunakan

    mesin cuci

    12 Proses desinfeksi menggunakan

    suhu air panas 700 C selama 25

    atau 950 C selam 10 menit

    13 Petugas linen kotor kontak

    dengan linen bersih

    14 Semua linen yang dicuci

    langsung dikeringkan

    15 Linen kotor yang ada di cuci

    habis dalam waktu satu hari

    Jumlah

    Presentase (%)

    Sumber: Data primer terolah tahun 2013

  • HASIL PENGAMATAN TAHAP PENGERINGAN

    SANITASI PENGELOLAAN LINEN

    RUMAH SAKIT

    No Tahap Pengeringan Keterangan

    Ya Tidak

    1 Setelah linen melalui proses

    pencucian, linen langsung

    dikeringkan

    2 Seluruh linen dikeringkan dengan

    mesin pengering (maks. 700C)

    3 Tidak kontak dengan linen kotor

    4 Linen tidak kontak langsung

    dengan petugas

    5 Linen dikeringkan habis dalam

    waktu 1 x 24 jam

    6 Linen yang telah dikeringkan

    ditempatkan pada trolly yang

    telah dibersihkan terlebih dahulu

    menuju ruang setrika

    Jumlah

    Presentase (%)

    Sumber: Data primer terolah tahun 2013

  • HASIL PENGAMATAN TAHAP PENYETRIKAAN

    SANITASI PENGELOLAAN LINEN

    RUMAH SAKIT

    No Tahap Penyetrikaan Keterangan

    1 Linen yang sudah kering

    langsung disetrika

    2 Linen di setrika satu per satu

    3 Linen langsung dipisahkan sesuai

    dengan jenisnya

    4 Menggunakan mesin plat press

    maupun roll pess untuk

    menyetrika dengan suhu min

    120C

    5 Linen tidak ada yang berjatuhan

    dan menyentuh lantai

    Jumlah

    Presentase (%)

    Sumber: Data primer terolah tahun 2013

  • HASIL PENGAMATAN TAHAP PENYIMPANAN

    SANITASI PENGELOLAAN LINEN

    RUMAH SAKIT

    No Tahap Penyimpanan Keterangan

    Ya Tidak

    1 Linen disimpan ditempat yang

    tertutup (lemari)

    2 Linen dipisahkan sesuai jenisnya

    3 Linen dibungkus dengan plastik

    4 Lipatan linen harus menghadap

    keluar agar memudahkan

    penghitungan maupun

    pengambilan

    5 Ruang penyimpanan bersih,

    bebas debu dan tidak lembab

    6 Pintu lemari penyimpanan selalu

    tertutup

    Jumlah

    Presentase (%)

    Sumber: Data primer terolah tahun 2013

  • HASIL PENGAMATAN TAHAP PENDISTRIBUSIAN

    SANITASI PENGELOLAAN LINEN

    RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

    TAHUN 2013

    No Tahap Pendistribusian Keterangan

    Ya Tidak

    1 Penyerahan linen bersih kepada

    petugas ruangan sesuai kartu

    tanda terima

    2 Pendistribusian linen terbungkus

    rapi dengan menggunakan plastik

    transparan di buat paket

    3 Petugas pendistribusian berbeda

    dengan petugas pengumpul linen

    kotor

    4 Menggunakan trolley yang

    berbeda dengan trolley linen

    kotor

    5 Trolley untuk pengambilan linen

    bersih tertutup

    6 Pendistribusian dilakukan oleh

    petugas laundry

    7 Pendistribusian linen

    berdasarkan blanko pengiriman

    8 Petugas menyerahkan linen

    bersih kepada petugas ruangan

    sesuai dengan linen yang

    diterima

    9 Pengambilan linen harus dengan

    sistem FIFO (first in first out)

    Jumlah

    Presentase (%)

  • Sumber: Data primer terolah tahun 2013

  • HASIL PENGAMATAN BAHAN - BAHAN YANG DIGUNAKAN

    DALAM PENGELOLAAN LINEN

    DI UNIT PELAYANAN LAUNDRY RS

    No Bahan-Bahan yang Digunakan Keterangan

    Ya Tidak

    1 Tersedia Deterjen

    2 Tersedia Desinfektan

    3 Tersedia Pemutih

    4 Tersedia Pelembut dan Pewangi

    5 Bahan-bahan yang tersedia diberi

    label/keterangan

    6 Bahan-bahan yang tersedia

    disimpan di tempat khusus

    Jumlah

    Presentase (%)

    Sumber: Data primer terolah Tahun 2013

  • HASIL PENGAMATAN SARANA YANG DIGUNAKAN

    DALAM PENGELOLAAN LINEN

    DI UNIT LAUNDRY RS

    No Sarana yang Tersedia Keterangan

    Ya Tidak

    1 Lokasi jauh dari pasien

    2 Lantai di plester dan kuat

    3 Lantai tidak licin dan kering

    4 Lantai rata dengan kemiringan 2-

    3%

    5 Tersedian kran air bersih untuk

    mencuci

    6 Tersedian kran air panas untuk

    mencuci

    7 Terdapat ruangan khusus untuk

    pencucian

    8 Saluran pembuangan air kotor

    tertutup

    9 Tersedia pre-treatment khusus

    laundry sebelum di alirkan ke

    IPAL

    10 Tersedia ruangan linen bersih

    dan linen kotor yang terpisah

    11 Tersedia gudang penyimpanan

    trolly

    12 Tersedia gudang untuk

    penyimpanan bahan dan alat

    13 Tersedia ruangan untuk

    penerimaan dan pencatatan linen

    14 Tersedia kamar mandi dan WC

    dan wastafel untuk petugas

  • 15 Ventilasi udara cukup (10% dari

    luas lantai)

    16 Pencahayaan cukup (200 lux)

    Jumlah

    Presentase (%)

    Sumber: Data primer terolah Tahun 2013

  • HASIL PENGAMATAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN

    DALAM PENGELOLAAN LINEN

    DI UNIT LAUNDRY RS

    No Peralatan yang Digunakan Keterangan

    Ya Tidak

    1 Tersedia mesin cuci

    2 Tersedia mesin pemeras

    3 Tersedia lemari penyimpanan

    linen bersih

    4 Tersedia mesin pengering

    5 Tersedia trolly yang berbeda

    untuk linen kotor dan bersih

    6 Trolly pengeringan linen bersih

    7 Trolly terbuat dari bahan anti

    karat, mudah dibersihkan dan

    tertutup

    8 Tersedia kantong pengumpul

    linen yang berbeda

    9 Kantong pengumpul linen sekali

    pakai

    10 Tersedia alat seterika

    11 Tersedia meja penerimaan linen

    yang sudah disetrika

    12 Tersedia timbangan duduk

    13 Tersedia mesin jahit

    Jumlah

    Presentase (%)

    Sumber: Data primer terolah Tahun 2011

  • Sumber: Data primer terolah Tahun 2011

    REFERENSI :

    1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

    1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan

    Rumah Sakit .

    2. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit dirjen PPM dan PLP, Dirjen Pelayanan Medik

    dan Departemen Kesehatan RI tahun 2002.

    3. Karya Tulis Ilmiah Milik Anita Widyastuti Studi Deskriptif Tentang Sanitasi

    Pengelolaan Linen Di Rsupn Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat Tahun

    2013

    4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang

    Persyaratan Kesehatan Rumah Sakit.

  • SANITASI RUMAH SAKIT

    TINGKAT 3-B

    KELOMPOK PKL

    BAGAS FALAH HAFIYYAN

    M. BUDI SULISTYO

    HANA NOVAYANTI

    SRI SHANTI WAHYUNI

    PROGRAM STUDI DIPLOMA III

    JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

    POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

    TAHUN 2013