172203875-referar-gco

31
1 1. Pendahaluan Pada referat untuk gangguan cemas organik akan dibahas dua bagian yang penting yaitu gangguan cemas dan gangguan mental organik yang mendasari timbulnya gejala cemas. Dokter umum berperan penting dalam menentukan gejala gangguan jiwa itu disebabkan oleh gangguan organik atau disebabkan oleh factor psikogenik seperti fobia social, agoraphobia, gangguan obsesi-kompulsif, gangguan stress pasca trauma atau gangguan cemas menyeluruh. Terdapat beberapa penyakit organic yang menganggu system neuroendokrin pada tubuh sehingga dapat menimbulkan gejala-gejala cemas. Dalam hal ini, penting untuk membedakan gangguan cemas ini disebabkan oleh factor psikogenik atau kelainan organic. Antara penyakit yang dapat menimbulkan gejala cemas adalah hipotiroid dan feokromasitoma yang timbul akibat kelainan pada system neuroendokrin sedangkan gangguan cemas pada epilepis lobus temporalis disebabkan oleh gangguan neurotransmitter. Oleh itu, pada makalah ini, akan dibahas terlebih dahulu pengertian tentang gangguan cemas itu sendiri. Setelah itu, barulah dibahas tentang penyebab gangguan cemas yang bisa disebabkan factor psikogenik ataupun organic. Selain itu, akan dibahas juga tentang penegakan diagnose dan terapi yang sesuai untuk penyebab gangguan cemas tersebut serta komplikasi yang dapat timbul akibat penyakit yang mendasari gangguan cemas tersebut sehingga dapat mempengaruhi prognosis bagi kondisi pasien tersebut. Kecemasan merupakan pengalaman emosional yang berlangsung singkat dan merupakan respon yang wajar, pada saat individu menghadapi tekanan atau peristiwa yang mengancam kehidupannya. Pada tahun 1894, Freud menciptakan istilah „‟anxiety neurosis‟‟. Kata anxiety diambil dari kata „‟angst” yang berarti „‟ketakutan yang tidak–perlu‟‟ . Pada mulanya Freud mengartikan kecemasan (anxietas) sebagai transformasi lepasnya ketegangan seksual yang menumpuk melalui sistem saraf otonom dengan menggunakan saluran pernafasan. Kemudian kecemasan ini diartikan sebagai perasaan takut atau khawatir yang berasal dari pikiran atau keinginan yang direpresi. Dapat pula diartikan sebagai suatu respon terhadap situasi yang berbahaya. Kecemasan merupakan pengalaman yang bersifat subjektif, tidak menyenangkan, tidak menentu, menakutkan dan mengkhawatirkan akan adanya kemungkinan bahaya atau ancaman bahaya, dan seringkali disertai oleh gejala-gejala atau reaksi fisik tertentu akibat peningkatan aktifitas otonomik.

Upload: asri-mukti-nanta

Post on 26-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

gco

TRANSCRIPT

Page 1: 172203875-referar-GCO

1

1. Pendahaluan

Pada referat untuk gangguan cemas organik akan dibahas dua bagian yang penting yaitu

gangguan cemas dan gangguan mental organik yang mendasari timbulnya gejala cemas. Dokter

umum berperan penting dalam menentukan gejala gangguan jiwa itu disebabkan oleh gangguan

organik atau disebabkan oleh factor psikogenik seperti fobia social, agoraphobia, gangguan

obsesi-kompulsif, gangguan stress pasca trauma atau gangguan cemas menyeluruh. Terdapat

beberapa penyakit organic yang menganggu system neuroendokrin pada tubuh sehingga dapat

menimbulkan gejala-gejala cemas. Dalam hal ini, penting untuk membedakan gangguan cemas

ini disebabkan oleh factor psikogenik atau kelainan organic. Antara penyakit yang dapat

menimbulkan gejala cemas adalah hipotiroid dan feokromasitoma yang timbul akibat kelainan

pada system neuroendokrin sedangkan gangguan cemas pada epilepis lobus temporalis

disebabkan oleh gangguan neurotransmitter. Oleh itu, pada makalah ini, akan dibahas terlebih

dahulu pengertian tentang gangguan cemas itu sendiri. Setelah itu, barulah dibahas tentang

penyebab gangguan cemas yang bisa disebabkan factor psikogenik ataupun organic. Selain itu,

akan dibahas juga tentang penegakan diagnose dan terapi yang sesuai untuk penyebab gangguan

cemas tersebut serta komplikasi yang dapat timbul akibat penyakit yang mendasari gangguan

cemas tersebut sehingga dapat mempengaruhi prognosis bagi kondisi pasien tersebut.

Kecemasan merupakan pengalaman emosional yang berlangsung singkat dan merupakan

respon yang wajar, pada saat individu menghadapi tekanan atau peristiwa yang mengancam

kehidupannya.

Pada tahun 1894, Freud menciptakan istilah „‟anxiety neurosis‟‟. Kata anxiety diambil

dari kata „‟angst” yang berarti „‟ketakutan yang tidak–perlu‟‟ . Pada mulanya Freud mengartikan

kecemasan (anxietas) sebagai transformasi lepasnya ketegangan seksual yang menumpuk

melalui sistem saraf otonom dengan menggunakan saluran pernafasan. Kemudian kecemasan ini

diartikan sebagai perasaan takut atau khawatir yang berasal dari pikiran atau keinginan yang

direpresi. Dapat pula diartikan sebagai suatu respon terhadap situasi yang berbahaya. Kecemasan

merupakan pengalaman yang bersifat subjektif, tidak menyenangkan, tidak menentu,

menakutkan dan mengkhawatirkan akan adanya kemungkinan bahaya atau ancaman bahaya, dan

seringkali disertai oleh gejala-gejala atau reaksi fisik tertentu akibat peningkatan aktifitas

otonomik.

Page 2: 172203875-referar-GCO

2

Istilah kecemasan dalam psikiatri muncul untuk merujuk suatu respons mental dan fisik

terhadap situasi yang menakutkan dan mengancam. Secara mendasar lebih merupakan respon

fisiologis ketimbang respon patologis terhadap ancaman. Sehingga orang cemas tidaklah harus

abnormal dalam perilaku mereka, bahkan kecemasan merupakan respon yang sangat diperlukan.

Ia berperan untuk menyiapkan orang untuk menghadapi ancaman (baik fisik maupun

psikologik). Perasaan cemas atau sedih yang berlangsung sesaat adalah normal dan hampir

semua orang pernah mengalaminya

Menurut DSM-IV yang termasuk gangguan kecemasan adalah gangguan panik dengan

dan tanpa agorafobia, agorafobia tanpa riwayat gangguan panik, fobia spesifik dan sosial,

gangguan obsesif-kompulsif, gangguan stres pascatraumatik, gangguan stress akut, gangguan

kecemasan menyeluruh, gangguan kecemasan karena kondisi medis umum, gangguan

kecemasan akibat zat dan gangguan kecemasan yang tidak ditentukan, termasuk gangguan

kecemasan-depresif campuran.

Jika memeriksa pasien dengan kecemasan, dokter harus membedakan antara jenis

kecemasan yang normal dan patologis. Gejala kecemasan patologis antara lain rasa was-was

yang berlebihan, ketakutan, penarikan diri dari masyarakat dan lingkungan, kesukaran

berkonsentrasi dan berfikir, gejala-gejala somatik seperti tremor, panas dingin, berkeringat, sesak

napas, jantung berdebar, serta dapat pula ditemui gejala gangguan persepsi seperti

depersonalisasi, derealisasi dan mungkin terdapat gejala yang lain. Kecemasan normal

ditemukan misalnya pada bayi yang ditinggal orang tuanya, anak yang masuk sekolah untuk

pertama kalinya, atau orang dewasa yang menghadapi hari tuanya dan saat mau meninggal. Pada

umumnya kecemasan merupakan fenomena normal dalam mengiringi proses pertumbuhan dan

perkembangan, pada pengalaman-pengalaman baru dan pada hal-hal yang belum pernah dicoba.

Page 3: 172203875-referar-GCO

3

Definisi

“Anxietas adalah perasaan yang sangat tidak menyenangkan,agak tidak menentu dan kabur

tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini biasanya disertai dengan reaksi badan yang khas

dan yang akan datang berulang bagi seseorang. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut,

sesak nafas, jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau

buang air besar. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. “ ( Harold I. LIEF)

“Anenvous condition of unrest” ( Leland E. HINSIE dan Robert S CAMBELL) “

“Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan bahaya

atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman, keseimbangan, atau

kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya.” ( J.J GROEN)

Menurut Capernito (2001) kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok mengalami

perasaan gelisah dan aktivitas sistem saraf autonom dalam berespons terhadap ancaman yang

tidak jelas, nonspesifik. Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan,

keadaan emosional yang dimiliki seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau kejadian

dalam hidupnya. (Rivai, 2000).

Klasifikasi cemas menurut penyebabnya

Menurut Binder dan Kielholz dan Galderen kecemasan itu dapat dibagi menurut sumber sebabnya

sebagai berikut :

1. Kecemasan hati nurani (concience-induced anxiety)

Disini kecemasan timbul karena individu mempunyai kesadaran akan moralitas. Kecemasan

disinipun melindungi individu terhadap perbuatan-perbuatan yang bersifat amoral atau tidak bermoral.

2. Kecemasan neurotik

Disini kecemasan berasal dari dalam tubuh, dan tidak berhasil dihilangkan oleh individu,

sehingga kecemasan bersembunyi dalam gangguan lain seperti pada fobia, reaksi obsesif kompulsif,

reaksi konversi dan pada gangguan psikofisiologik.

Page 4: 172203875-referar-GCO

4

Dalam psikiatri terdapat free-floating anxiety dan bound anxiety. Free-floating anxiety

merupakan kecemasan yang tidak terdapat pada salah satu gagasan melainkan mengembara kian kemari.

Sedangkan dalam bound anxiety kecemasan terikat pada gagasan seperti pada fobia dan obsesi. Free

floating anxiety merupakan inti dan gejala penting menentukan pada kecemasan neurotik. Dalam garis

besarnya kecemasan neurotik dapat terjadi menurut skema di bawah ini :

Kecemasan akut (fear)

Represi dan konflik

Kecemasan menahun

Stress

Kurang efektifnya mekanisme pembelaan

Kecemasan neurotik

3. Kecemasan psikotik

Kecemasan disini bukanlah merupakan gejala inti atau yang menentukan. Melainkan sebagai

gejala biasa, yang kadang-kadang merupakan penjelmaan dari segala depresi dangan agitasi. Kecemasan

dapat juga dirasakan begitu hebat sehingga penderita tidak dapat berbuat apa-apa selain diam saja.

Biasanya kecemasan ini disertai dengan waham-waham, halusinasi dan perbuatan-perbuatan yang

destruktif.

4. Kecemasan sosial

Kecemasan sosial ini akan dirasakan individu, kalau ia takut terhadap pendapat umum atau

pendapat lingkungannya mengenai perbuatannya dikenal :

a. Cemas jika memperlihatkan diri di depan umum

b. Cemas kalau-kalau kehilangan kontrol atas dirinya

c. Cemas kalau-kalau memperlihatkan ketidakmampuannya

Page 5: 172203875-referar-GCO

5

Teori tentang gangguan kecemasan

1. Teori psikoanalisa

Evolusi teori Freud tentang kecemasan dapat dikembalikan dari tulisannya pada tahun 1895

Obsessions and Phobias sampai bukunya di tahun 1895 Studies in Hysteria dan akhirnya pada bukunya di

tahun 1926 Inhibitions, Symptoms and anxiety. Menurut Sigmund Freud, kecemasan disebabkan oleh

karena impuls yang tidak terkontrol, ego yang tidak dapat diterima dan super ego yang terganggu. Dalam

keadaan normal hal tersebut di atas akan direpresi di bawah alam sadar dalam bentuk mekanisme

pertahanan. Jika represi tersebut tidak berhasil dipertahankan maka akan timbul mekanisme pertahanan

lain seperti konversi, pengalihan dan regresi yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.

Berdasarkan teori di atas, maka kecemasan dapat terbagi atas :

1. Id / impulse anxiety : perasaan tidak nyaman pada anak

2. Separation anxiety : pada anak yang merasa takut akan kehilangan kasih sayang orangtuanya.

3. Castration anxiety : merupakan fantasi kastrasi pada masa kanak-kanak yang berhubungan

dengan pembentukan impuls seksual.

4. Super Ego anxiety : pada fase akhir pembentukan Super Ego yaitu pada masa prepubertas.

2. Teori perilaku

Kecemasan merupakan suatu kondisi sebagai respon terhadap stimulus / suasana lingkungan yang

spesifik. Konsep perilaku pada kecemasan non-fobia terdapat perasaan bersalah, penyimpangan

pemikiran yang berlawanan, maladapatasi perilaku dan gangguan emosional. Menurut salah satu model,

pasien yang menderita gangguan kecemasan cenderung menilai lebih (overestimate) terhadap derajat

bahaya dan kemungkinan bahaya di dalam situasi tertentu dan cenderung menilai rendah (underestimate)

kemampuannya untuk mengatasi ancaman tersebut.

3. Teori eksistensial

Teori eksistensial tentang kecemasan memberikan model untuk gangguan kecemasan umum

(generalized anxiety disorder), dimana tidak terdapat stimulus yang dapat diidentifikasi secara spesifik

untuk suatu perasaan kecemasan yang kronis. Biasanya untuk gangguan cemas menyeluruh, seseorang

merasa cemas akan hidupnya dan perasaan takut akan kematian.

Page 6: 172203875-referar-GCO

6

4. Teori biologis

Teori biologis tentang kecemasan telah dikembangkan dari penelitian praklinis dengan model

kecemasan pada binatang, penelitian pasien yang faktor biologisnya dipastikan, berkembangnya

pengetahuan tentang neurologi dasar dan kerja obat psikoterapeutik. Pada dasarnya berhubungan dengan :

1. Sistem Saraf Otonom

Stimulasi SSO menyebabkan gejala tertentu misalnya kardiovaskular (sebagai contoh takikardi),

muskular dengan gejala nyeri kepala, gastrointestinal dengan gejala diare, dan pernapasan dengan

gejala takipneu.

2. Neurotransmitter

Tiga neurotransmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan berdasarkan penelitian

pada binatang adalah norepinefrin, serotonin dan gamma-amonibutyris acid (GABA).

a. Norepinferin

Gejala kronis yang ditunjukan oleh pasien dengan gangguan cemas berupa

serangan panik, insomnia, terkejut, dan autonomic hyperarousal, merupakan

karakteristik dari peningkatan fungsi noradrenergik. Teori umum dari keterlibatan

norepinephrine pada gangguan cemas, adalah pasien tersebut memiliki

kemampuan regulasi sistem noradrenergik yang buruk terkait dengan peningkatan

aktivitas yang mendadak. Sel-sel dari sistem noradrenergik terlokalisasi secara

primer pada locus ceruleus pada rostral pons, dan memiliki akson yang menjurus

pada korteks serebri, sistem limbik, medula oblongata, dan medula spinalis.

Percobaan pada primata menunjukan bila diberi stimulus pada daerah tersebut

menimbulkan rasa takut dan bila dilakukan inhibisi, primata tersebut tidak

menunjukan adanya rasa takut. Studi pada manusia, didapatkan pasien dengan

gangguan serangan panik, bila diberikan agonis reseptor β-adrenergik (

Isoproterenol ) dan antagonis reseptor α-2 adrenergik dapat mencetuskan serangan

panik secara lebih sering dan lebih berat. Kebalikannya, clonidine, agonis reseptor

α-2 menunjukan pengurangan gejala cemas.

b. Serotonin berhubungan dengan perasaan cemas dan depresi. Ditemukannya

banyak reseptor serotonin telah mencetuskan pencarian peran serotonin dalam

gangguan cemas. Berbagai stress dapat menimbulkan peningkatan 5-

Page 7: 172203875-referar-GCO

7

hydroxytryptamine pada prefrontal korteks, nukleus accumbens, amygdala, dan

hipotalamus lateral. Penelitian tersebut juga dilakukan berdasarkan penggunaan

obat-obatan serotonergik seperti clomipramine pada gangguan obsesif kompulsif.

Efektivitas pada penggunaan obat buspirone juga menunjukkan kemungkinan

relasi antara serotonin dan rasa cemas. Sel-sel tubuh yang memiliki reseptor

serotonergik ditemukan dominan pada raphe nuclei pada rostral brainstem dan

menuju pada korteks serebri, sistem limbik, dan hipotalamus.

c. GABA . Peranan GABA dalam gangguan kecemasan didukung paling kuat oleh

manfaat Benzodiazepin yang meningkatkan aktivitas GABA reseptor GABAA

didalam pengobatan beberapa jenis gangguan kecemasan. Data tersebut

menyebabkan beberapa peneliti menghipotesiskan bahwa beberapa pasien dengan

gangguan kecemasan memiliki reseptor GABA yang abnormal.

3. Penelitian Genetika

Penelitian genetika telah menghasilkan data yang kuat bahwa sekurang-kurangnya suatu

komponen genetika berperan terhadap perkembangan gangguan kecemasan. Hampir

separuh dari semua pasien dengan gangguan panik memiliki sekurang-kurangnya satu

sanak saudara yang menderita gangguan tersebut

4. Neuroanatomi

Berdasarkan pertimbangan neuroanatomis, daerah sistem limbik dan korteks serebri

dianggap memegang peran penting dalam proses terjadinya cemas.

Korteks Serebri

Korteks serebri bagian frontal berhubungan dengan regio parahippocampal, cingulate

gyrus, dan hipotalamus, sehingga diduga berkaitan dengan gangguan cemas. Korteks temporal

juga dikaitkan dengan gangguan cemas. Hal ini diduga karena adanya kemiripan antara

presentasi klinis dan EEG pada pasien dengan epilepsy lobus temporal dan gangguan obsesif

kompulsif.

Sistem Limbik

Selain menerima inervasi dari noradrenergik dan serotonergik, sistem limbik juga

memiliki reseptor GABA dalam jumlah yang banyak. Ablasi dan stimulasi pada primata juga

Page 8: 172203875-referar-GCO

8

menunjukan jikalau sistem limbik berpengaruh pada respon cemas dan takut. Dua area pada

sistem limbik menarik perhatian peneliti, yakni peningkatan aktivitas pada septohippocampal,

yang diduga berkaitan dengan rasa cemas, dan cingulate gyrus, yang diduga berkaitan dengan

gangguan obsesif kompulsif.

Gambaran tentang kecemasan

Neale dkk (2001) mengatakan bahwa kecemasan sebagai perasaan takut yang tidak

menyenangkan dan apprehension, dapat menimbulkan beberapa keadaan psikopatologis

sehingga mengalami apa yang disebut gangguan kecemasan. Walaupun sebagai orang normal,

diakui atau tidak, kita dapat saja mengalami kecemasan, namun kecemasan pada orang normal

berlangsung dalam intensitas atau durasi yang tidak berkeanjangan sehingga individu dapat tetap

memberikan respon yang adaptif.1,

Untuk memahami kecemasan yang mempengaruhi beberapa area dari fungsi-fungsi individu,

Acocella dkk (1996) mengatakan bahwa kecemasan seharusnya melibatkan atau memiliki 3

komponen dasar, yaitu1, 2

:

1. Adanya ungkapan yang subjektif (subjective reports) mengenai ketegangan, ketakutan

dan tidak adanya harapan untuk mengatasinya.

2. Respon-respon perilaku (behavioral responses), seperti menghindari situasi yang

ditakuti, kerusakan pada fungsi bicara dan motorik dan kerusakan tampilan untuk

tugas-tugas kognitif yang kompleks.

3. Respon-respon fisiologis (physiological responses), termasuk ketegangan otot,

peningkatan detak jantung dan tekanan darah, nafas yang cepat, mulut yang kering

nausea, diare, dan dizziness.

Page 9: 172203875-referar-GCO

9

2. Epidemiologi

Jenis kelamin wanita 2-3 kali lebih sering terkena dari pada laki-laki, walaupun

kurangnya diagnosis gangguan panik pada laki-laki mungkin berperan dalam distribusi yang

tidak sama tersebut. Perbedaan antara kelompok Hispanik, kulit putih non-Hispanik, dan kulit

hitam adalah sangat kecil. Faktor sosial satu-satunya yang dikenali berperan dalam

perkembangan gangguan panik adalah riwayat perceraian atau perpisahan yang belum lama.

Gangguan paling sering berkembang pada dewasa muda - usia rata-rata timbulnya adalah kira-

kira 25 tahun, tetapi baik gangguan panik maupun agorafobia dapat berkembang pada setiap

usia. Sebagai contohnya. gangguan panik telah dilaporkan terjadi pada anak-anak dan remaja.

dan kemungkinan kurang diagnosis pada mereka.

Survei terkini di Amerika melaporkan bahwa 15 - 33% pasien yang datang berobat ke

dokter non psikiater merupakan pasien dengan gangguan mental. Dari jumlah tersebut sepertiga

daripadanya menderita gangguan kecemasan. Di Indonesia penelitian yang dilakukan di

Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat tahun 1984 menunjukkan bahwa di puskesmas

jumlah gangguan kesehatan jiwa yang sering muncul sebagai gangguan fisik adalah 28,73%

untuk dewasa dan 34,39% untuk anak.

3. Etiologi

Faktor Biologis

Faktor biologik yang berperan pada gangguan ini adalah „‟neurotransmitter‟‟.Ada tiga

neurotransmitter utama yang berperan pada gangguan ini yaitu, norepinefrin, serotonin, dan

gamma amino butiric acid atau GABA. Namun neurotransmitter yang memegang peranan utama

pada gangguan cemas adalah serotonin, sedangkan norepinefrin terutama berperan pada

gangguan panik.

Dugaan akan peranan norepinefrin pada gangguan cemas didasarkan percobaan pada

hewan primata yang menunjukkan respon kecemasan pada perangsangan locus sereleus yang

Page 10: 172203875-referar-GCO

10

dilakukan dengan pemberian obat-obatan yang meningkatkan kadar norepinefrin sehingga dapat

menimbulkan tanda-tanda kecemasan, sedangkan obat-obatan yang menurunkan kadar

norepinefrin akan menyebabkan depresi.

Peranan Gamma Amino Butiric Acid pada gangguan ini berbeda dengan norepinefrin.

Norepinefrin bersifat merangsang timbulnya kecemasan, sedangkan Gamma Amino Butiric Acid

atau GABA bersifat menghambat terjadinya kecemasan ini. Pengaruh dari neutronstransmitter

ini pada gangguan kecemasan didapatkan dari peranan benzodiazepin pada gangguan tersebut.

Benzodiazepin dan GABA membentuk “GABA Benzodiazepin complex” yang akan menurunkan

anxietas atau kecemasan.

Satu penelitian (PET; positron emission tomography) melaporkan suatu penurunan

kecepatan metabolik di ganglia basalis dan substansia alba pada pasien gangguan cemas

menyeluruh dibandingkan dengan kontrol normal.

Faktor genetika

Satu penelitian menemukan bahwa hubungan genetika mungkin terjadi antara gangguan

cemas menyeluruh dan gangguan depresif berat pada wanita. Penelitian lain menemukan adanya

komponen yang terpisah tetapi sulit untuk ditentukan pada gangguan cemas menyeluruh. Kira-

kira 25 persen sanak saudara derajat pertama dari pasien dengan gangguan cemas menyeluruh

umum juga terkena gangguan. Sanak saudara laki-laki lebih sering menderita suatu gangguan

penggunaan alkohol. Beberapa laporan penelitian pada anak kembar menyatakan suatu angka

kesesuaian 50 persen pada kembar monozigotik dan 15 persen pada kembar dizigotik.

Faktor Psikodinamika

Sebagamana diketahui, Sigmund Freud sebagai bapak dari pendekatan psikodinamika

mengatakan bahwa jiwa individu diibaratkan sebagai gunung es. Bagian yang muncul

dipermukaan dari gunung es itu, bagian terkecil dari kejiwaan yang disebut sebagai bagian

kesadaran. Agak di bawah permukaan air adalah bagian yang disebut pra-kesadaran, dan bagian

yang terbesar dari gunung es tersebut ada di bawah sekali dari permukaan air, dan ini

merupakan alam ketidaksadaran (uncounsciousness). Ketidaksadaran ini berisi ide, yaitu

dorongan-dorongan primitif, belum dipengaruhi oleh kebudayaan atau peraturan-peraturan yang

Page 11: 172203875-referar-GCO

11

ada di lingkungan. Dorongan-dorongan ini ingin muncul ke permukaan/ ke kesadaran,

sedangkan tempat di atas sangat terbatas. Ego, yang menjadi pusat dari kesadaran, harus

mengatur dorongan-dorongan mana yang boleh muncul dan mana yang tetap tinggal di

ketidaksadaran karena ketidaksesuaiannya dengan superego, yaitu salah satu unit pribadi yang

berisi norma-norma sosial atau peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan sekitar. Jika

ternyata ego menjadi tidak cukup kuat menahan desakan atau dorongan ini maka terjadilah

kelainan-kelainan atau gangguan-gangguan kejiwaan. Neurosis adalah salah satu gangguan

kejiwaan yang muncul sebagai akibat dari ketidakmampuan ego menahan dorongan ide.1

Jadi, individu yang mengalami gangguan cemas, menurut pendekatan psikodinamika

berakar dari ketidakmampuan egonya untuk mengatasi dorongan-dorongan yang muncul dari

dalam dirinya secara terus menerus sehingga ia akan mengembangkan mekanisme pertahanan

diri. Mekanisme pertahanan diri ini sebenarnya upaya ego untuk menyalurkan dorongan dalam

dirinya dan bisa tetap berhadapan dengan lingkungan. Tetapi jika mekanisme pertahanan diri ini

dipergunakan secara kaku, terus-menerus dan berkepanjangan maka hal ini dapat menimbulkan

perilaku yang tidak adaptif dan tidak realistis.1

Ada beberapa mekanisme pertahanan diri yang bisa dipergunakan oleh individu, antara lain1, 4

:

1. Represi, yaitu upaya ego untuk menekan pengalaman yang tidak menyenangkan dan

dirasakan mengancam ego masuk ke ketidaksadaran dan disimpan di sana agar tidak

menganggu ego lagi. Tetapi sebenarnya pengalaman yang sudah disimpan itu masih punya

pengaruh tidak langsung terhadap tingkahlaku si individu.

2. Rasionalisasi, yaitu upaya ego untuk melakukan penalaran sedemikian rupa terhadap

dorongan-dorongan dalam diri yang dilarang tampil oleh superego, sehingga seolah-olah

perilakunya dapat dibenarkan.

3. Kompensasi, upaya ego untuk menutupi kelemahan yang ada di salah satu sisi kehidupan

dengan membuat prestasi atau memberikan kesan sebaliknya pada sisi lain. Dengan

demikian, ego terhindar dari ejekan dan rasa rendah diri.

4. Penempatan yang keliru, yaitu upaya ego untuk melampiaskan suatu perasaan tertentu ke

pihak lain atau sumber lain karena tidak dapat melampiaskan perasaannya ke sumber

masalah.

Page 12: 172203875-referar-GCO

12

5. Regresi, yaitu upaya ego untuk menghindari kegagalan-kegagalan atau ancaman terhadap

ego dengan menampilkan pikiran atau perilaku yang mundur kembali ke taraf

perkembangan yang lebih rendah.

Para ahli dari aliran humanistik-eksternal mengatakan bahwa konsep kecemasan bukan

hanya sekedar masalah, yang bersifat individual tetapi juga merupakan hasil konflik antara

individu dengan masyarakat atau lingkungan sosialnya.1

Jika individu melihat perbedaan yang sangat luas antara pandangannya tentang dirinya

sendiri dengan yang diinginkan maka akan`muncul perasaan inadekuat dalam menghadapi

tantangan di kehidupan ini, dan hal ini menghasilkan kecemasan. Jadi menurut pandangan

humanis eksternalis, pusat kecemasan adalah konsep diri, yang terjadi sehubungan dengan

adanya gap antara konsep diri yang sesungguhnya (real self) dan diri yang diinginkan (idea

self). Hal ini muncul sehubungan tidak adanya kesempatan bagi individu untuk

mengaktualisasikan` dirinya sehingga perkembangannya menjadi terhalang. Akibatnya,

dalam menghadapi tantangan atau kendala dalam menjalani hari-hari, di kehidupan

selanjutnya, ia akan mengalami kesulitan untuk membentuk konsep diri yang positif.

Setiap kita sebenarnya perlu mengembangkan suatu upaya untuk menjadi diri sendiri

(authenticity), sedangkan individu yang neurotis, atau mengalami gangguan kecemasan

adalah individu yang gagal menjadi diri sendiri (inauthenticity) karena mereka

mengembangkan konsep diri yang keliru/palsu1

Ada 2 tahapan belajar yang berlangsung dalam diri individu yang menghasilkan

kecemasan yaitu:1

1. Dalam pengalaman individu, beberapa stimulus netral tidak berbahaya atau tidak

menimbulkan kecemasan, dihubungkan dengan stimulus yang menyakitkan (aversive)

akan menimbulkan kecemasan (melalui respondent condotioning)

2. Individu yang menghindar dari stimulus yang sudah terkondisi, dan sejak penghindaran

ini menghasilkan pembebasan/terlepas dari rasa cemas, maka respon menghindar ini

akan menjadi kebiasaan (melalui operant conditioning)

Dari sudut pandang kognitif, gangguan kecemasan terjadi karena adanya kesalahan

dalam mempersepsikan hal-hal yang menakutkan. Berdasarkan dari teori kognitif, masalah

Page 13: 172203875-referar-GCO

13

yang terjadi dari individu yang mengalami gangguan kecemasan adalah terjadinya

kesalahan persepsi atau kesalahan interpretasi terhadap stimulus internal maupun eksternal.

Indivisu yang mengalami gangguan kecemasan akan melihat suatu hal yang tidak benar-

benar mengancam sebagai sesuatu yang mengancam. Jika individu mengalami pengalaman

sensasi dalam tubuh yang tidak biasa, lalu mengintepretasikannya sebagai sensasi yang

bersifat catastropic, yaitu suatu gejala bahwa ia sedang mengalami sesuatu hal seperti

serangan jantung, maka akan timbul rasa panik. 1

4. Patofisiologi

Pada kecemasan terjadi mekanisme sebagaimana terjadi pada stress. Terjadi pengaktifan

sistem saraf simpatis dan aktivasi hipotalamus-hipofisis-adrenal. Bila sebagian besar daerah

sistem saraf simpatis melepaskan impuls pada saat yang bersamaan, maka dengan berbagai cara,

keadaan ini akan meningkatkan kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas otot yang besar,

diantaranya dengan cara :

1. Peningkatan tekanan arteri

2. Peningkatan aliran darah untuk mengaktifkan otot-otot bersamaan dengan penurunan

aliran darah ke organ-organ, seperti traktus gastrointestinalis dan ginjal, yang tidak

diperlukan untuk aktivitas motorik cepat

3. Peningkatan kecepatan metabolisme sel di seluruh tubuh

4. Peningkatan konsentrasi glukosa darah

5. Peningkatan proses glikolisis di hati dan otot

6. Peningkatan kekuatan otot

7. Peningkatan aktivitas mental

8. Peningkatan kecepatan koagulasi darah.

Page 14: 172203875-referar-GCO

14

Seluruh efek diatas menyebabkan orang tersebut dapat melaksanakan aktivitas fisik yang

jauh lebih besar daripada bila tidak ada efek tersebut. Keadaan ini sering disebut sebagai respons

stress simpatis. Sistem simpatis terutama teraktivasi dengan kuat pada berbagai keadaan emosi,

termasuk didalamnya kecemasan dan stres.

Jika stress menyebabkan keseimbangan terganggu, maka tubuh kita akan melalui

serangkaian tindakan (respons stres) untuk membantu tubuh mendapatkan kembali

keseimbangan. Perjuangan untuk mempertahankan keseimbangan ini disebut sebagai sindrom

adaptasi umum. Ini adalah cara tubuh bereaksi terhadap stres dan untuk membawa kembali

sistem tubuh ke keadaan yang seimbang.

Tahapan salah satu responnya disebut fase alarm, yang dicirikan oleh aktivasi langsung

dari sistem saraf dan kelenjar adrenal. Berikutnya fase resistensi, yang ditandai dengan aktivasi

hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA) axis. HPA axis adalah sistem terkoordinasi dari tiga

jaringan endokrin yang mengelola respon kita terhadap stres.

HPA adalah bagian utama dari sistem neuroendokrin yang mengendalikan reaksi

terhadap stres dan memiliki fungsi penting dalam mengatur berbagai proses tubuh seperti

pencernaan, sistem kekebalan tubuh dan penggunaan energi. Spesies dari manusia ke organisme

yang paling kuno berbagi komponen dari sumbu HPA. Ini adalah mekanisme untuk satu set

interaksi di antara kelenjar, hormon dan bagian-bagian tengah otak yang menengahi sindrom

adaptasi umum.

Sedikit kenaikan kortisol memiliki beberapa efek positif termasuk semburan energi untuk

alasan bertahan hidup, peningkatan fungsi memori, semburan lebih rendah meningkatkan

kekebalan dan kepekaan terhadap rasa sakit.

Masalah terjadi ketika kita meminta tubuh kita bereaksi terlalu sering atau dengan

perlawanan yang berlebihan - baik dari yang dapat mengakibatkan meningkatnya kadar kortisol.

Ketika stres diulangi, atau konstan, kadar kortisol meningkat dan tetap tinggi - menyebabkan

fase ketiga dari sindrom adaptasi umum yang tepat disebut sebagai overload. Pada tahap

overload, sistem tubuh mulai memecah dan risiko penyakit kronis meningkat secara signifikan.

Page 15: 172203875-referar-GCO

15

Diketahui bahwa orang-orang normal tingkat kortisol dalam aliran darah puncaknya

terjadi pada pagi hari dan berkurang seiring berjalannya hari itu. Sekresi kortisol bervariasi antar

individu. Satu orang dapat mengeluarkan kortisol lebih tinggi daripada yang lain dalam situasi

yang sama. Penelitian juga menunjukkan bahwa orang-orang yang mengeluarkan tingkat kortisol

lebih tinggi sebagai respons terhadap stres juga cenderung makan lebih banyak makanan, dan

makanan yang lebih tinggi karbohidrat daripada orang yang kurang mengeluarkan kortisol.

Neurotransmitters

Tiga neurotransmitters utama yang berhubungan dengan dasar dari penelitian binatang

dan respon kepada penanganan obat adalah norepinephrine, serotonin, dan β-asam aminobutyric

(GABA). Sebagian besar informasi dasar neuroscience tentang eksperimen binatang membentuk

paradigma tingkah laku dan agen psikoaktif. Satu diantarnya adalah eksperimen untuk

mempelajari test konflik, dimana binatang secara simultan menghadiahi stimuli yang positif

(e.g., makanan) dan negatif (e.g., goncangan elektrik). Obat-obatan Anxiolytic (e.g.,

benzodiazepines) cenderung untuk memberikan fasilitas adaptasi pada binatang terhadap situasi

ini, sedangkan obat-obatan lain (e.g., amfitamin) secara lebih lanjut mengganggu respon tingkah

laku binatang.1

Norepinephrine

Gejala kronis pasien dengan gangguan cemas, seperti serangan panik, kesulitan untuk

tidur, adalah karakteristik noradrenergic yang meningkat. Teori umum tentang peran dari

norepinephrine dalam ketidakteraturan dipengaruhi oleh pasien,yang mungkin mempunyai satu

sistem noradrenergic yang buruk pengaturannya sehingga terjadi ledakan sekali-kali dari

aktivitas ini. Badan sel dari sistem noradrenergic terutama dilokalisir pada tempat ceruleus di

rostral pons, dan fungsinya memproyeksikan akson-akson pada korteks cerebral, sistem limbic,

brainstem, dan tali tulang belakang. Eksperimen dalam kardinal/primata telah

mendemonstrasikan stimulasi itu sehingga dari tempat ceruleus menghasilkan suatu respon

ketakutan dalam binatang dan ablasi pada area yang sama, menghalangi atau seluruhnya

menghalangi kemampuan dari binatang untuk membentuk suatu respon ketakutan.

Penelitian pada manusia telah ditemukan bahwa dalam pasien dengan gangguan panik,

receptor β adrenergic agonists (e.g., isoproterenol [Isuprel]) dan sel peka terhadap rangsangan 2-

Page 16: 172203875-referar-GCO

16

adrenergic antagonis (e.g., yohimbine [Yocon]) bisa membuat serangan panik bertambah parah.

Sebaliknya, clonidine (Catapres), sel yang peka terhadap rangsangan agonist, mengurangi gejala

pada beberapa situasi eksperimental dan dapat mengobati. Sebuah temuan lain adalah pasien

dengan gangguan cemas, gangguan terutama panik, telah menyebabkan cerebrospinal mengalir

(CSF) atau terpresentasi dalam uruin dalam bentuk noradrenergic metabolite 3-methoxy-4-

hydroxyphenylglycol (MHPG).1

Serotonin

Identifikasi dari banyak jenis reseptor serotonin telah menstimulasi pencarian dari peran

serotonin pada pathogenesis gangguan cemas. Tipe berbeda dari hasil tekanan akut dalam

peningkatan 5-hydroxytryptamine (5-HT) terjadi di korteks prefrontal, nukleus accumbens,

amygdala, dan hypothalamus lateral. Keterikatan pada hubungan ini pada awalnya termotivasi

oleh observasi dimana serotonergic antidepressants mempunyai efek terapeutik pada beberapa

gangguan cemas, sebagai contoh, clomipramine (Anafranil) pada obsessive compulsive disorder

OCD. Efektivitas dari buspirone (BuSpar), suatu serotonin 5-HT1A reseptor agonis, dalam

penanganan dari gangguan cemas juga menyarankan kemungkinan dari satu asosiasi antara

serotonin dan kecemasan. Badan sel dari sebagian besar neuron serotonergic adalah terletak di

raphe nuclei di rostral brainstem dan memproyeksikan ke korteks cerebral, sistem limbik

(terutama, amygdala dan hippocampus), dan hipotalamus. Beberapa laporan menunjukkan bahwa

meta-chlorophenylpiperazine (mCPP), satu obat dengan berbagai efek serotonergik dan

nonserotonergik, dan fenfluramine (Pondimin), yang menyebabkan pelepasan dari serotonin,

juga menyebabkan peningkatan rasa cemas pada pasien dengan gangguan cemas, dan banyak

laporan menunjukkan bahwa serotonergic hallucinogens serta stimulan, sebagai contoh, asam

lysergic diethylamide (LSD) dan 3,4-methylenedioxymethamphetamine (MDMA) dihubungkan

dengan perkembangan gangguan cemas akut dan kronis pada orang yang menggunakan obat-

obatan ini. Penelitian Klinis dari 5-HT berfungsi pada gangguan cemas yang mempunyai hasil

campuran. Satu penelitian menemukan bahwa pasien dengan gangguan panik mempunyai tingkat

yang lebih rendah dalam sirkulasi 5-HT bandingkan dengan pengaturannya. Dengan begitu, tidak

ada pola jelas dari kelainan dalam fungsi 5-HT pada gangguan panik yang muncul dari analisa

dari unsur-unsur darah perifer.1

Page 17: 172203875-referar-GCO

17

GABA

Sebuah peran dari GABA pada gangguan cemas adalah sebagian besar didukung oleh

keefektifan dari benzodiazepines, yang meningkatkan aktivitas dari GABA pada reseptor GABA

tipe A (GABAA), dalam penanganan dari beberapa bentuk gangguan cemas. Walaupun

benzodiazepines potensi-rendah adalah paling efektif untuk gejala gangguan cemas pada

umumnya, potensi-tinggi benzodiazepines, seperti alprazolam (Xanax), dan clonazepam adalah

efektif dalam penanganan dari gangguan panik. Penelitian pada primata telah ditemukan bahwa

susunan saraf otonom memperlihatkan gejala gangguan cemas yang diinduksi ketika satu

benzodiazepine invers agonist, asam β-carboline-3-carboxylic (BCCE) dikelola. BCCE juga

dapat menyebabkan kecemasan. Antagonis benzodiazepine, flumazenil (Romazicon),

menyebabkan serangan panik yang sering pada pasien dengan gangguan panik. Data ini telah

memimpin peneliti untuk memberikan hipotesa bahwa beberapa pasien dengan gangguan cemas

mempunyai fungsi abnormal dari reseptor GABAA mereka, walaupun hubungan ini sudah tidak

diperlihatkan secara langsung.1

Hypothalamic-Pituitary-Adrenal Axis

Bukti tetap yang menunjukan bahwa banyak peningkatan sintesa dan pelepasan dari cortisol

dapat membuat dampak psikologis. Cortisol berfungsi untuk mengerahkan dan untuk mengisi

penyimpanan energi serta meningkatkan kewaspadaan, memfokuskan perhatian, dan formasi

memori; pertumbuhan dan sistem reproduksi; dan respon kekebalan tubuh (imun). Pengeluaran

cortisol berlebihan dapat mempunyai efek kurang baik yang serius, mencakup hipertensi,

osteoporosis, immunosuppresi, resistensi hormon insulin, dyslipidemia, dyscoagulation, dan,

pada akhirnya, atherosclerosis dan penyakit cardiovasculer. Pada pasien dengan gangguan panik,

pengaruh adrenocorticoid hormon (ACTH) pada corticotropin-releasing factor (CRF) masih

sedang dipelajari dalam beberapa penelitian.1

Page 18: 172203875-referar-GCO

18

5. Gejala klinik

Gejala-gejala umum ansietas dapat dilihat pada tabel di bawah:

Ketegangan Motorik 1. Kedutan otot/ rasa gemetar

2. Otot tegang/kaku/pegal

3. Tidak bisa diam

4. Mudah menjadi lelah

Hiperaktivitas Otonomik 5. Nafas pendek/terasa berat

6. Jantung berdebar-debar

7. Telapak tangan basah/dingin

8. Mulut kering

9. Kepala pusing/rasa melayang

10. Mual, mencret, perut tak enak

11. Muka panas/ badan menggigil

12. Buang air kecil lebih sering

Kewaspadaan berlebihan dan

Penangkapan berkurang

13. Perasaan jadi peka/mudah ngilu

14. Mudah terkejut

15. Sulit konsentrasi

16. Sukar tidur

17. Mudah tersinggung

BENTUK GANGGUAN ANXIETAS

Gangguan Panik

Gangguan Fobik

Gangguan Obsesif-kompulsif

Gangguan Stres Pasca Trauma

Gangguan stres Akut

Gangguan Anxietas Menyeluruh.

Gangguan cemas organik di dalam diagnosis gangguan jiwa menurut PPDGJ-III Pedoman

Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi 3 tahun 1993 menyatakan bahwa

Page 19: 172203875-referar-GCO

19

gannguan cemas organic merupakan gangguan yang ditandai oleh gambaran utama dari

gangguan cemas menyeluruh, gangguan panic atau campuran dari keduannya tetapi timbul akibat

gangguan organic yang menyebabkan disfungsi otak. Oleh itu, daripada beberapa bentuk

gangguan cemas, yang lebih dibahaskan lagi dalam referat ini adalah gangguan panic dan

gangguan anxietas menyeluruh yang dapat berpunca dari disfungsi otak. Bentuk dari gangguan

cemas lain seperti gangguan fobik dengan jelas merupakan gangguan cemas yang dicetuskan

oleh adanya situasi atau objek yang menimbulkan gejala cemas sedangkan pada gangguan

obesesi-kompulsif dicetuskan oleh pikiran yang terpusat untuk melakukan sesuatu sehingga

timbul gejala cemas jika tidak melakukan hal tersebut. Kedua bentuk gangguan cemas di atas

jelas bukan disebabkan oleh disfungsi otak. Selain itu, gangguan cemas yang disebabkan oleh

stress seperti pada gangguan stress pasca trauma dan gangguan stress akut jelas bukan

disebabkan oleh disebabkan oleh disfungsi otak sehingga dengan mudah kita dapat

menyingkirkan factor organic yang menjadi penyebab terjadinya gangguan cemas pada orang

tersebut. Oleh itu, penting bagi seorang dokter untuk mengetahui dua bentuk gangguan cemas

yaitu gangguan panic dan gangguan anxietas menyeluruh sebelum menegakan diagnose untuk

gangguan cemas organic yang dapat merupakan gangguan cemas yang bersifat gangguan panic,

gangguan anxietas menyeluruh atau campuran dari keduanya.

GANGGUAN PANIK

Definisi gangguan panik

Gangguan panik ditandai dengan terjadinya serangan panik yang spontan dan tidak

diperkirakan. Serangan panik adalah periode kecemasan dan ketakutan yang kuat dan relatif

singkat (biasanya kurang dari satu tahun), yang disertai oleh gejala somatik tertentu seperti

palpitasi dan takipnea. Frekuensi pasien dengan gangguan panik mengalami serangan panik

adalah bervariasi dari serangan multiple dalam satu hari sampai hanya beberapa serangan selama

setahun.1

Tanda dan Gejala Klinis Gangguan Panik

Serangan panik adalah periode kecemasan atau ketakutan yang kuat dan relatif singkat

dan disertai gejala somatik. Suatu serangan panik secara tiba-tiba akan menyebabkan minimal 4

dari gejala-gejala somatik berikut:1

Page 20: 172203875-referar-GCO

20

1. Palpitasi

2. Berkeringat

3. Gemetar

4. Sesak napas

5. Perasaan tercekik

6. Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman

7. Mual dan gangguan perut

8. Pusing, bergoyang, melayang atau pingsan

9. Derealisasi atau depersonalisasi

10. Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila

11. Rasa takut mati

12. Parestesi atau mati rasa

13. Menggigil atau perasaan panas.

Serangan panik sering dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat

selama 10 menit. Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat dan suatu perasaan ancaman

kematian dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya.

GANGGUAN ANXIETAS MENYELURUH

Definisi gangguan cemas menyeluruh

Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD) merupakan

kekhawatiran yang berlebih dan meresap disertai oleh berbagai gejala somatik yang

menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang

jelas bagi pasien. Beberapa gejala somatik yang dialami adalah ketegangan otot, iritabilitas,

kesulitan tidur, keluhan epigastrik dan kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang

jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan. 1

Page 21: 172203875-referar-GCO

21

Tanda dan Gejala Klinis Gangguan Cemas Menyeluruh

Gejala utama adalah sepeti gejala cemas secara umum yang disertai oleh ketegangan

motorik, hiperaktivitas otonom, dan kewaspadaan secara kognitif. Kecemasan bersifat berlebihan

dan mempengaruhi aspek kehidupan pasien. Ketegangan motorik bermanifestasi sebagai

bergetar, kelelahan dan sakit kepala. Hiperaktivitas otonom timbul dalam bentuk pernafasan

yang pendek, berkeringat, palpitasi, dan disertai gejala saluran pencernaan. Terdapat juga

kewaspadaan kognitif dalam bentuk iritabilitas.1

Terdapat beberapa penyakit yang secara langsung menyebabkan disfungsi otak sehingga

menyebabkan timbul gejala cemas. Penyakit tersebut mempengaruhi factor biologi dalam tubuh

seperti hormone atau neurotransmitter. Sebagai contoh penyakit yang mempengaruhi fungsi

hormonal adalah hipertiroid dan feokromasitoma yang secara langsung mempengaruhi system

saraf simpatis sehingga dapat timbul gejala otonom yang seperti gejala cemas. Selain itu,

epilepsy yang menimbulak gangguan cemas merupakan disebabkan efek dari cetusan

neurotransmitter yang dapat menimbulak gangguan cemas seperti pada epilepsy lobus temporal

yang dapat menyebabkan gangguan panic pada beberapa pasien. Oleh itu, penting untuk

mengetahui gejala pada penyakit tersebut yang disertai juga oleh gangguan cemas. Jika terdapat

gejala penyerta selain, gejala umum cemas kita dengan segera dapat menyimpulkan bahwa

cemas itu disebabkan oleh gangguan organic.1

Hipertiroid

Pada individu yang lebih muda manifestasi yang umum termasuk palpitasi, kegelisahan,

mudah lelah dan diare, banyak keringat, tidak tahan panas, dan senang dingin. Sering terjadi

penurunan berat badan jelas, tanpa penurunan nafsu makan. Pembesaran tiroid, tanda-tanda

tirotoksikosis pada mata, dan takikardi ringan umumnya terjadi. Kelemahan otot dan

berkurangnya massa otot dapat sangat berat sehingga pasien tidak dapat berdiri dari kursi tanpa

bantuan. Pada anak-anak terdapat pertumbuhan cepat dengan pematangan tulang yang lebih

cepat. Pada pasien diatas 60 tahun, manifestasi kardiovaskuler dan miopati sering lebih

Page 22: 172203875-referar-GCO

22

menonjol. Keluhan yang paling menonjol adalah palpitasi, dispneu d`effort, tremor, nervous dan

penurunan berat badan.

Terjadinya hipertiroidisme biasanya perlahan-lahan dalam beberapa bulan sampai

beberapa tahun, namun dapat juga timbul secara dramatik. Manifestasi klinis yang paling sering

adalah penurunan berat badan, kelelahan, tremor, gugup, berkeringat banyak, tidak tahan panas,

palpitasi, dan pembesaran tiroid. Penurunan berat badan meskipun nafsu makan bertambah dan

tidak tahan panas adalah sangat spesifik, sehingga segera dipikirkan adanya hipertiroidisme.

Penderita hipertiroidisme memiliki bola mata yang menonjol yang disebut dengan

eksoftalmus, yang disebabkan oleh edema daerah retro-orbita dan degenerasi otot-otot

ekstraokuli. Penyebabnya juga diduga akibat proses autoimun. Eksoftalmus berat dapat

menyebabkan teregangnya N. Optikus sehingga penglihatan akan rusak. Eksoftalmus sering

menyebabkan mata tidak bisa menutup sempurna sehingga permukaan epithel menjadi kering

dan sering terinfeksi dan menimbulkan ulkus kornea.

Feokromasitoma

Manifestasi klinis tumor ini berkaitan dengan pelepasan katekolamin. Gambaran gejala yang

paling penting adalah hipertensi yang terjadi terus menerus atau paroksismal (45% kasus). Pasien

dengan gejala paroksismal memperlihatkan episode akut hipertensi berat (250/140 mmHg)

selama beberapa menit hingga berjam-jam. Episode tersebut dapat dicetuskan oleh latihan berat,

mengkonsumsi makanan yang mengandung tirosin (anggur merah, keju tua, yoghurt), makanan

yang mengandung kafein, palpasi abdominal, atau induksi anestesi. Diantara episode, pasien

mempertahankan tensi yang normal. Bersamaan dengan hipertensi, pasien juga mengeluh sakit

kepala hebat pada bagian atas kepala, palpitasi, pucat, diaforesis, dan disritmia. Pasien dengan

hipertensi terus menerus dapat memperlihatkan variabilitas pada pembacaan tekanan darah

mereka yang tinggi dan mengeluh sakit kepala serta denyut jantung yang tidak teratur. Didalam

tubuh, glikogen dipecah menjadi glukosa dan lemak diubah menjadi asam lemak. Tetapi karena

pelepasan katekolamin secara terus menerus dan peningkatan glykogenolisis dan lipolisis.

menyebabkan aktivitas metabolik meningkat (berat badan menurun) dan darah menjadi kental.

Aliran darah ke otak lambat menyebabkan lemas dan mengantuk.

Page 23: 172203875-referar-GCO

23

Epilepsi lobus temporalis.

Epilepi ini jarang terlihat pada usia sebelum 10 tahun.Memperlihatkan gejala fokalitas yang khas

sekali. Manifestasi klinik fokalitas ini sangat kompleks karena fokus epileptogennya terletak di

lobus temporalis dan bagian otak ini meliputi kawasan pengecap, pendengar, penghidu dan

kawasan asosiatif antara ketiga indra tersebut dengan kawasan penglihatan. Manifestasi yang

kompleksini bersifat psikomotorik, dan oleh karena itu epilepsi jenis ini dulu disebut epilepsy

psikomotor. Bangkitan psikik berupa halusinasi dan bangkitan motorik lazimnya berupa

automatisme. Manifestasi klinik ialah sebagai berikut: Kesadaran hilangsejenak, dalam keadaan

hilang kesadaran ini penderita masuk ke alam pikiran antarasadar dan mimpi (twilight state),

dalam keadaan ini timbul gejala fokalisasi yangterdiri dari halusinasi dan automatisme yang

berlangsung beberapa detik sampai beberapa jam. Halusinasi dan automatisme yang mungkin

timbul : Halusinasi denganautomatisme pengecap, halusinasi dengan automatisme membaca,

halusinasi denganautomatisme penglihatan, pendengaran atau perasaan aneh.

6. Diagnosis

Untuk mendiagnosa gangguan cemas organic pada PPDGJ-III harus ditegakan dahulu

diagnose untuk gangguan serangan panic atau gangguan cemas menyeluruh. Ini adalah bagi

menyingkirkan gangguan cemas lain yang murni disebabkan factor psikogenik dan bukan

kelainan organic. Untuk mendiagnosa penyakit organic yang mendasari gangguan cemas

tersebut tergantung kepada gejala yang ada selain gejala cemas dan dapat dilakukan

pemeriksaan penunjang bagi mengukuhkan lagi diagnosa untuk penyakit yang mendasari

gangguan cemas tersebut.

Page 24: 172203875-referar-GCO

24

Pedoman Diagnostik Gangguan Panik

Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III)

Gangguan Panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya

gangguan anxietas fobik.3

Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berat

(severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira satu bulan:3

a. Pada keadaan-keadaan diamna sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya;

b. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga

sebelumnya (unpredictable situations);

c. Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode di

antara serangan-serangan panik (meskipun demikian umumnya dapat terjadi

juga “anxietas antisipatorik”, yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan

sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi).

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV ( DSM-IV-TR)

Kriteria diagnostik untuk gangguan panik tanpa agorafobia2

A. Baik (1) atau (2):

1. Serangan panik rekuren yang tidak diharapkan

2. Sekurangnya 1 serangan telah diikuti oleh sekurangnya 1 bulan atau lebihberikut ini:

(a) Kekhawatiran yang menetap akan mengalami serangan tambahan

(b) Ketakutan tentang arti serangan atau akibatnya

(c) Perubahan perilaku bermakna berhubungan dengan perubahan perilaku bermakna

berhubungan dengan serangan

B. Tidak terdapat serangan

C. Serangan panik bukan karena efek fisiologis langsung dari zat atau kondisi medis umum

D. Serangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain, seperti fobia

sosial, fobia spesifik gangguan obsesif-kompulsif, gangguan stress pasca traumatik,atau

gangguan cemas perpisahan.:

Page 25: 172203875-referar-GCO

25

Pedoman Diagnostik Gangguan Cemas Menyeluruh

Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III)

Penderita harus menunjukkan gejala primer anxietas yang berlangsung hampir setiap hari

selama beberapa minggu, bahkan biasanya sampai beberapa bulan. Gejala-gejala ini biasanya

mencakup hal-hal berikut : 3

a) Kecemasan tentang masa depan (khawatir akan nasib buruk, perasaan gelisah seperti di

ujung tanduk, sulit berkonsentrasi, dan sebagainya) ;

b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai) ;

c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, takikardi, takipneu, keluhan

epigastrik, pusing kepala, mulut kering, dan sebagainya).

Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan serta

keluhan somatik berulang-ulang. Adanya gejala-gejala lain yang bersifat sementara, terutama

depresi, tidak menyingkirkan gangguan anxietas menyeluruh sebagai diagnosis utama, selama

pasien tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F32), gangguan anxietas fobik

(F40), gangguan panik (F41.0) atau gangguan obsesif kompulsif (F42).

Termasuk :

Neurosis anxietas

Reaksi anxietas

Keadaan anxietas

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV ( DSM-IV-TR)

Kriteria Diagnosis berdasarkan DSM-IV TR :

A. Kecemasan dan kekhawatiran berlebihan (harapan yang mengkhawatirkan), terjadi lebih

banyak dibandingkan tidak selama paling kurang 6 bulan, tentang sejumlah peristiwa atau

aktivitas (seperti pekerjaab atau prestasi sekolah).2

B. Orang kesulitan untuk mengendalikan kekhawatiran.

Page 26: 172203875-referar-GCO

26

C. Kecemasan dan kekhawatiran adalah dihubungkan dengan tiga (atau lebih) dari enam

gejala berikut (dengan paling kurang beberapa gejala terjadi lebih banyak dibandingkan

tidak selama 6 bulan terakhir). Catatan : Hanya satu gejala yang diperlukan pada anak-

anak.

Catatan : Hanya satu gejala yang diperlukan pada anak-anak :

1. Gelisah atau perasaan tegang atau cemas

2. Merasa mudah lelah

3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong

4. Iritabilitas

5. Ketegangan otot

6. Gangguan tidur (kesulitan untuk memulai atau tetap tertidur, atau tidur yang

gelisah dan tidak memuaskan)

D. Fokus kecemasan dan kekhawatiran adalah tidak dibatasi pada gambaran utama

gangguan Aksis I, misalnya, kecemasan atau ketakutan adalah bukan suatu Serangan

Panik (seperti pada Gangguan Panik), merasa malu di depan umum(seperti pada Fobia

Sosial), terkontaminasi (seperti pada Gangguan Obsesif Kompulsif), merasa jauh dari

rumah atau kerabat dekat (seperti pada Gangguan Cemas Perpisan), pertambahan berat

badan (seperti pada Anoreksia Nervosa), menderita berbagai keluhan fisik (seperti pada

Gangguan Somatisasi), atau menderita penyakit serius (seperti pada Hipokondriasis),

serta kecemasan dan kekhawatiran tidak terjadi secara eksklusif selama Gangguan Stres

Pascatrauma.2

E. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang bermakna

secara klinis atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.2

F. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari zat (misalnya,

penyalahgunaan zat, pengobatan) atau suatu kondisi medis umum (misalnya

hipertiroidisme) dan tidak terjadi secara eksklusif selama suatu Gangguan Mood,

Ganguan Psikotik, atau Gangguan Perkembangan Pervasif.2

Page 27: 172203875-referar-GCO

27

Untuk mendiagnosa kelainan organic yang mendasari gangguan cemas tersebut berdasakan

daripada temuan yang didapatkan pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang

telah dilakukan. Contohnya pada penderita hipertiroid dari pemeriksaan fisik ditemukan

kelenjar tiroid yang membesar yang disertai juga oleh gejala klinis dari hipertiroid yang lain.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan TSH untuk mengetahui

kadar hormone tiroid dalam badan.

Untuk penyakit lain seperti feokromasitoma dapat dilakukan pemeriksaan tes darah

dengan hasil :

a. Glukosa darah meningkat.

b. Kalsium mungkin meningkat.

c. Hemoglobin meningkat karena haemoconcentration yang disebabkan oleh penurunan

volume sirkulasi.

d. Katekolamin plasma dan metanephrines plasma (alkohol metabolit katekolamin)

memiliki keduanya telah digunakan dalam diagnosis.

Tes urin 24 jam, diperlukan untuk kreatinin (untuk memastikan spesimen 24 jam penuh), total

katekolamin, asam vanillylmandelic (VMA) dan metanephrines. Penentuan lokasi

feokromositoma dikerjakan dengan pemeriksaan pencitraan (CT,MRI, MIBG scan). Dapat

dilihat adanya tanda pendorongan ginjal organ lain di sekitarnya. Kadang-kadang sukar untuk

menentukan lokasi tumor karena ukurannya yang sangat kecil. Pemeriksaan sidik radioaktif (I

131) dapat digunakan untuk membantu mengetahui lesi multipel dan menetapkan letaknya.

Pada kelainan neurologis seperti epilepsy selain ditemukan kelainan pada pemeriksaan

neurologis yang ditemukan reflex patologis dan juga dilakukan pemeriksaan EEG untuk

membantu diagnose.

Page 28: 172203875-referar-GCO

28

7. Penatalaksanaan

Untuk penatalaksanaan gangguan cemas organic selain untuk mengurangi gejala cemas yang

penting untuk diterapi adalah penyebab daripada kelainan organic itu sendiri. Sebagai contoh,

untuk kelainan hipertiroid, pengobatan dapat berupa obat-obatan seperti propiltiouracil (PTU)

untuk mengurangi hormone tiroid atau bila perlu dilakukan tindakan bedah untuk mengangkat

kelenjar tiroid tersebut. Feokromasitoma juga memerlukan pengangkatan tumor untuk terapinya.

Untuk epilepsy dapat digunakan obat anti epilepsy seperti asam valproat atau carbamazepin

untuk mengurangi berulangnya epilepsy. Untuk terapi gangguan cemas secara umum dapat

dipertimbangkan penggunaan obat-obatan anti-anxietas. Anti depresan yang baru, venlafaksin

XR, tampaknya cukup efektif dan aman untuk pengobatan gangguan cemas menyeluruh.

Gunakan benzodiazepin dengan tidak berlebihan(diazepam, 5 mg per oral, 3-4 kali sehari atau 10

mg sebelum tidur) untuk jangka pendek(beberapa minggu hingga beberapa bulan); biarkan

penggunaan obat-obatan untuk mengikuti perjalanan penyakitnya. Pertimbangkan pemberian

buspiron untuk pengobatan awal atau untuk pengobatan kronis (20-30 mg/hari dalam dosis

terbagi). Pasien tertentu yang telah terbiasa dengan efek cepat benzodiazepin akan merasakan

kurangnya efektivitas buspiron. Anti depresan trisiklik, SSRI, dan MAOI bermanfaat terhadap

pasien-pasien tertentu (terutama bagi mereka yang disertai dengan depresi). Sedangkan pasien

dengan gejala otonomik akan membaik dengan β-bloker (misal, propanolol 80-160 mg/hari).5

Tabel 2. Sediaan Obat Anti-Anxietas dan Dosis Anjuran

No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran

1. Diazepam Diazepin

Lovium

Stesolid

Tab. 2-5 mg

Tab. 2-5 mg

Tab. 2-5 mg

Amp. 10mg/2cc

10-30 mg/h

2. Chlordiazepoxide Cetabrium

Arsitran

Tensinyl

Drg. 5-10 mg

Tab. 5 mg

Cap. 5 mg

15-30 mg/h

3. Lorazepam Ativan

Renaquil

Tab. 0,5-1-2 mg

Tab. 1 mg

2-3 x 1 mg/h

Page 29: 172203875-referar-GCO

29

4. Clobazam Frisium Tab. 10 mg 2-3 x 1m mg/h

5. Alprazolam Xanax

Alganax

Tab. 0,25-0,5 mg

Tab. 0,25-0,5 mg

0,75-1,50 mg/h

6. Sulpiride Dogmatil Cap. 50 mg 100-200 mg/h

7. Buspirone Buspar Tab. 10 mg 15-30 mg/h

8. Hydroxyzine Iterax Caplet 25 mg 3x25 mg/h

Obat anti-anxietas benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptornya (benzodiazepine receptors)

akan meningkatkan efek inhibitor GABA, sehingga hiperaktivitas tersebut mereda.5

8. Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul akibat daripada gangguan cemas organic tergantung daripada

kelainan organic. Pada kelainan endokrin, beberapa organ lain akan turut terpengaruh sehingga

jika kelainan tersebut lambat dideteksi dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ. Pada

kelainan neurologis yang kemungkinan terjadi adalah gangguan kognitif yang menetap sehingga

dapat menyebabkan retardasi mental atau gangguan motorik atau sensorik yang dapat berupa

kelumpuhan pada anggota gerak.

9. Prognosis

Prognosis untuk gangguan cemas organic juga tergantung daripada kelainan organic yang

mendasari gangguan cemas. Sekiranya , penyakit itu sudah lama terjadi maka, prognosis untuk

pasien tersebut akan menjadi lebih buruk. Selain itu, prognosis juga dipengaruhi oleh factor usia

sehingga jika pada usia lanjut karena sudah berkurang fungsi organ dapat menyebabkan prognosi

menjadi lebih buruk karena lebih mudah terjadi komplikasi.

Page 30: 172203875-referar-GCO

30

10. Kesimpulan

Gangguan cemas organic merupakan suatu gangguan yang berupa gangguan jiwa tetapi

penyebab gangguan tersebut merupakan daripada kelainan organic yang dapat daripada

gangguan system endokrin ataupun system neurologi. Oleh itu, yang diutamakan dalam

gangguan cemas organic adalah untuk menentukan apakah terdapat kelainan organic yang

menyebabkan gangguan tersebut. Caranya adalah melalui pemeriksaan fisik yang teliti sehingga

dapat membantu para dokter untuk mendeteksi kelainan organic yang mendasari gangguan

cemas tersebut. Untuk penatalaksanaan selanjutnya adalah untuk mengatasi kelainan organic

yang menyebabkan gangguan cemas tersebut. Selain itu, anamesis yang teliti turut membantu

kita untuk mendiagnosa gangguan cemas organic sehingga kita dapat membedakan apakah

pasien itu mengalami gangguan cemas itu karena factor psikogenik seperti ataupun kelainan

organic seperti kelainan neuorologis ataupun kelainan endokrin.

Page 31: 172203875-referar-GCO

31

Daftar pustaka

1. Kaplan HI, Sadock BJ. : Anxiety Disorder, Sypnosis of Psychiatry, 7 th ed,William &

Wilkins, Baltimore USA, 1994, 573-616.

2. American Pshyciatryc Association : Anxiety Disorder, Diagnostic and Statistical Manual

of Mental Disorder IV (DSM-IV), Washington , USA, 1994.

3. Departemen Kesehatan R.l. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di

Indonesia III, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik 1993: 171 -195.

4. Rowney, Jess; Hermida, Teresa; Maloney, Donald. Anxiety Disorders. Cleveland Clinic.

Di unduh dari www.clinicmeded.com tanggal 25 September 2013

5. Stahl SM: Essential Psychopharmacology Neuroscientific Basis and Practical Applications

2nd ed Cambridge University Press . 2002 : 300