1597-h-2011yyy
DESCRIPTION
gggggTRANSCRIPT
PERAN SUAMI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI KABUPATEN DOMPU
NUSA TENGGARA BARAT
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2
Minat Kesehatan Ibu dan Anak – Kesehatan Reproduksi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Diajukan oleh:
Dewi Warda NIM. 08/285795/PKU/10495
Kepada
PPRROOGGRRAAMM PPAASSCCAASSAARRJJAANNAA FFAAKKUULLTTAASS KKEEDDOOKKTTEERRAANN
UUNNIIVVEERRSSIITTAASS GGAADDJJAAHH MMAADDAA YYOOGGYYAAKKAARRTTAA
22001111
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdap
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali
yang secara tertulis diacu dalam tesis ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdap
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali
yang secara tertulis diacu dalam tesis ini dan disebutkan dalam daftar
Yogyakarta, Juni 2011
Dewi Warda
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali
yang secara tertulis diacu dalam tesis ini dan disebutkan dalam daftar
2011
iv
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii PERNYATAAN ..................................................................................... iii DAFTAR ISI .......................................................................................... iv DAFTAR TABEL .................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... viii KATA PENGANTAR ............................................................................ ix INTISARI .............................................................................................. xi ABSTRACT .......................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................... 1 B. Rumusan Masalah ......................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ........................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ......................................................... 6 E. Keaslian Penelitian ........................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 9
A. Telaah Pustaka .............................................................. 9 B. Landasan Teori .............................................................. 21 C. Kerangka Teori .............................................................. 23 D. Kerangka Konsep .......................................................... 24 E. Hipotesis.......................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 25
A. Rancangan Penelitian .................................................... 25 B. Lokasi Penelitian ............................................................ 25 C. Populasi dan Sampel ..................................................... 26 D. Penetapan dan Perhitungan Besar Sampel ................... 26 E. Teknik Pengambilan Sampel ......................................... 27 F. Definisi Operasional ....................................................... 28 G. Instrumen Penelitian ...................................................... 29 H. Pengolahan dan Analisis Data ....................................... 30 I. Etika Penelitian .............................................................. 31 J. Pelaksanaan Penelitian ................................................. 31 K. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian ............................. 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 34
A. Hasil Penelitian .............................................................. 34 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................... 34 2. Karakteristik Subjek Penelitian ................................. 35
v
3. Hubungan Peran Suami dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi ............................................................... 37
4. Hubungan Peran Suami terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi dengan Melibatkan Pengetahuan Ibu, Pendidikan ibu, dan Paritas ...................................... 40
5. Hasil Wawancara Mendalam .................................... 42 B. Pembahasan.................................................................. 49
1. Hubungan Peran Suami dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD ...................................................... 49
2. Hubungan Pengetahuan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi ............................................................. 51
3. Hubungan Peneidikan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi ............................................................. 53
4. Hubungan Status Ekonomi Keluarga dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi ...................................... 54
5. Hubungan Paritas dengan Pemilihan ALat Kontrasepsi ............................................................. 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 58
A. Kesimpulan .................................................................... 58 B. Saran ............................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 59 LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jumlah peserta KB aktif Per Mix kontrasepsi menurut Pasangan usia subur (PUS) 2009............................................ 4
Tabel 2. Skema penarikan Sampel penelitian........................................ 27 Tabel 3. Variabel penelitian dan Definisi Operasional............................ 28 Tabel 4. Kisi-kisi instrumen penelitian.................................................... 29 Tabel 5. Karakteristik subjek penelitian kuantitatif................................. 36 Tabel 6. Distribusi frekuensi subjek penelitian....................................... 36 Tabel 7. Hubungan peran suami terhadap pemilihan alat kontrasepsi.............................................................................. 37 Tabel 8. Hubungan peran suami dengan pengetahuan ibu, Pendidikan ibu, paritas, dan status ekonomi keluarga Terhadap pemilihan alat kontrasepsi...................................... 38 Tabel 9. Hubungan pengetahuan ibu, pendidikan ibu, paritas dan status ekonomi keluarga dengan peran suami........................................................................... 39 Tabel 10. Hubungan variabel bebas dengan variabel terikat
dengan mempertimbangkan variabel luar.............................. 40
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Kerangka teori modifikasi (Green, 1994; Burwell, 1996; Wang et al., 1998; Phai et al., 1996; Khan & Patel, 1997; Diaz et al., 1999; Hong et al., 2003; Shah,1986)…………… 23
Gambar 2 Kerangka Konsep Penelitian…………………………............ 24
Gambar 3 Skema rancangan Cross sectional (Gordis, 2004)….......... 25
Gambar 4 Peta wilayah Kabupaten Dompu Provinsi NTB……………. 34
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden Lampiran 3. Kuesioner Lampiran 4. Pedoman Wwawancara Mendalam Lampiran 6. Surat Keterangan Kelaikan Etik Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian KIA-KR Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian dari Litbang Dompu Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian Dinas Kesehatan Dompu Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian Badan Pemberdayaan Permpuan dan
Keluarga Berencana (BPPKB) Dompu
xi
INTISARI Latar Belakang: IUD merupakan jenis kontrasepsi yang memiliki banyak keuntungan. Sangat efektif, nyaman dan aman selama pemakaian, biaya sangat efektif karena dapat digunakan dalam waktu yang lama sampai 10 tahun, dan reversibel dibandingkan dengan jenis kontrasepsi lain. Tetapi masih sedikit wanita yang memakai IUD sebagai pilihan kontrasepsi. Hal ini disebabkan banyak faktor. Budaya masyarakat di Kabupaten Dompu adalah salah satu faktor penyebabnya, dimana dominasi suami sangat tinggi dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD. Keadaan ini dapat mempengaruhi minat wanita untuk menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi. Dominasi peran suami tersebut didukung pula oleh pengalaman ibu selama memakai IUD, pengetahuan ibu tentang IUD, tingkat pendidikan ibu, serta jumlah anak dalam keluarga. Meskipun status ekonomi keluarga tidak menjadi alasan bagi keluarga untuk terpenuhinya kebutuhan akan kontrasepsi selain IUD. Tujuan Penelitian: Diketahuinya hubungan peran suami dalam pengambilan keputusan terhadap pemilihan alat kontrasepsi IUD di Kabupaten Dompu. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan cross sectional melalui pendekatan kuantitatif dan didukung data kualitatif. Variabel bebas (peran suami) dan variabel terikat (pemilihan alat kontrasepsi). Penarikan sampel dilakukan simple random
sampling. Sampel penelitian adalah sebagian akseptor KB yang berada di wilayah Kecamatan Dompu berjumlah 135 ibu. Analisis bivariabel menggunakan uji statistik Chi square dan analisis multivariabel menggunakan regresi logistik. Hasil Penelitian: Analisis bivariabel dan multivariabel menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara peran suami dengan pemilihan alat kontrasepsi. Pemilihan alat kontrasepsi IUD sebesar 51,2% pada ibu yang suaminya berperan dengan RP 3,14 dan CI 95%= 1,81-5,42. Prevalensi pemilihan alat kontrasepsi IUD 3 kali lebih tinggi pada kelompok ibu yang suaminya berperan dibandingkan dengan kelompok ibu yang suaminya tidak berperan. Dengan regresi logistik juga terdapat hubungan yang bermakna antara peran suami, pengetahuan ibu, pendidikan ibu, dan paritas terhadap pemilihan alat kontrasepsi IUD. Kesimpulan: Ada hubungan yang bermakna antara peran suami dengan pemilihan alat kontrasepsi IUD. Kata Kunci: Peran suami, pengambilan keputusan, pemilihan alat kontrasepsi IUD.
xii
ABSTRACT
Background: The IUD is the type of contraception that has many advantages. It has been proven very effective, comfortable and safe during use, as well as highly cost effective because it can be used for a long time up to 10 years, and reversible compared to other types of contraception. But there are still few women who use the IUD as a contraceptive choice. This is due to many factors. Community’s culture in Dompu District is one contributing factor, where the dominance of the husband is very high in the choice of IUD contraception. This condition can affect the interest of women to use IUD as a contraceptive. The dominance of the husband's role is supported also by the mother's experiences during IUD use, knowledge about the IUD, maternal education level, and number of children in the family. However, it is known that the economic status does not become a reason for families to meet the need for contraception other than IUD.
Objective: Known correlation between husband's roles in decision-making and the choice of IUD contraception in Dompu District.
Method: The study was observational with cross sectional design through quantitative approach and supported by qualitative data. The independent variable was the role of husband and the dependent variable was the choice of contraceptives. Sampling technique used simple random sampling. The sample was most of contraceptive acceptors located in Dompu sub district as many as 135 mothers. The bivariable analysis used chi square and the multivariable analysis used logistic regression statistical test.
Results: The bivariable and multivariable analyses showed no significant correlation between husband's roles and the choice of contraceptives. The choice of IUD contraceptive was by 51.2% in women whose husband had roles with a score of PR = 3.14 and 95% CI = 1.81 to 5.42. The prevalence of IUD contraceptive choice was 3 times higher in the group of women whose husband had roles compared to those whose husbands did not have roles. With logistic regression, it was also found a significant correlation between husband's role, mother’s knowledge, maternal education, and parity against the choice of IUD contraception.
Conclusion: There was a significant correlation between husband's roles and the choice of IUD contraception.
Keywords: husband’s role, decision making, choice of IUD contraception
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan keluarga berencana dilaksanakan untuk membantu calon
atau pasangan suami istri dalam mengambil keputusan dan mewujudkan
hak reproduksi secara bertanggung jawab yang meliputi beberapa aspek
antara lain: a) usia ideal perkawinan; b) usia ideal melahirkan; c) jumlah
ideal anak; d) jarak ideal kelahiran anak; dan e) penyuluhan kesehatan
reproduksi (Undang-Undang, 2009a). Namun kebijakan ini tidak dapat
berjalan seperti yang diharapkan karena sebagian besar dari pasangan
suami istri atau pasangan usia subur (PUS) belum menyadari sepenuhnya
akan pentingnya manfaat keluarga berencana. Walaupun kita ketahui
bahwa di Indonesia proporsi wanita kawin yang tidak ingin menambah
anak lagi sebanyak 60% dengan 2 anak hidup, 75% dengan 3-4 anak
hidup, dan 80% dengan 5 atau lebih anak hidup (Badan Pusat Statistik
and Macro International, 2008a).
Wanita memiliki alasan mengapa mereka tidak dapat memutuskan
pilihannya terhadap salah satu metode kontrasepsi modern yang sesuai
dengan kebutuhan mereka. Hal tersebut tidak hanya berdasar atas
ketidakinginan mereka dalam menggunakan metode tersebut, tetapi
suami sebagai kepala keluarga memiliki peran utama yang berpengaruh
besar dalam menentukan atau memutuskan metode apa yang pantas
digunakan istri. Keadaan tersebut berkontribusi terhadap kekhawatiran
calon akseptor untuk memilih metode kontrasepsi yang mereka inginkan.
Alasan lain yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi yaitu
daerah dimana calon akseptor/akseptor bertempat tinggal. Diketahui
bahwa pemakaian kontrasepsi di daerah perkotaan lebih tinggi (63%) dari
pada di pedesaan (61%). Sedangkan pemakaian metode modern hampir
sama yaitu 57% dan 58% (Badan Pusat Statistik and Macro International,
2008a, Badan Pusat Statistik and ORC Macro, 2003).
1
2
Walaupun metode yang digunakan berbeda, wanita di perkotaan
lebih mempercayai IUD, kondom, sterilisasi wanita, sedangkan wanita
pedesaan lebih banyak menggunakan KB suntik dan susuk. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan di Yogyakarta menunjukkan bahwa pilihan
terhadap metode kontrasepsi umumnya merupakan suatu keputusan yang
didasari pada berbagai pertimbangan dari akseptor yang berkaitan
dengan unsur-unsur pilihan pribadi, metode yang ada/ditawarkan petugas,
metode yang sesuai dan tujuan pemakaiannya serta pengetahuan
akseptor terhadap metode yang dipilih (Wilopo, 1995).
Pada penelitian Wilopo (1995) juga menemukan berbagai alasan
wanita memilih alat kontrasepsi. Pada kelompok wanita yang berasal dari
daerah pedesaan, sebagian besar memilih IUD (spiral) untuk mencegah
kehamilan. Mereka memilih IUD (spiral) dengan alasan praktis, tidak perlu
sering mengganti, dan juga tidak mengubah bentuk badan mereka.
Namun ada seorang yang memilih selain IUD dengan alasan bahwa
prosesnya tidak menakutkan. Sedangkan pada kelompok wanita dari
perkotaan kebanyakan memilih IUD (spiral) karena merasa lebih cocok
dan sudah mantap dengan alat tersebut.
Hal ini tidak terlepas dari komunikasi atau diskusi antara kedua
belah pihak (suami dan istri) terlebih dahulu. Oleh karena itu dengan tidak
adanya diskusi tersebut dapat menjadi hambatan terhadap kelangsungan
pemakaian KB (Badan Pusat Statistik and Macro International, 2008a).
Hal senada juga dinyatakan Hartanto (1994) bahwa kontrasepsi
tidak dapat dipakai istri tanpa adanya kerjasama suami dan saling
percaya. Idealnya pasangan suami istri harus memilih metode kontrasepsi
yang terbaik, saling kerjasama dalam pemakaian, membayar biaya
pengeluaran untuk kontrasepsi dan memperhatikan tanda bahaya
pemakaian. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
DeRose et al. (1998) bahwa di setiap negara, proporsi wanita melaporkan
ketidaksetujuan pasangan mereka terhadap kontrasepsi lebih kecil pada
3
mereka yang telah membahas keluarga berencana dengan suaminya
dibandingkan yang tidak pernah melakukannya.
Di Indonesia angka pemakaian kontrasepsi (contraceptive
prevalence rate/CPR) masih rendah dan bervariasi antara provinsi,
wilayah, dan status sosial. Hal tersebut terlihat dari hasil survei demografi
kesehatan Indonesia pada tahun 2003 dan 2007, bahwa CPR tidak
memperlihatkan peningkatan yang signifikan, yaitu: cara modern dari
56,7% menjadi 57,4% dan untuk semua cara dari 60,3% menjadi 61,4%.
Contraceptive prevalence rate (CPR) terendah untuk semua cara
terdapat di Maluku sebesar 34,1% dan cara modern di Papua sebesar
24,5%. Sedangkan contraceptive prevalence rate (CPR) tertinggi untuk
semua cara. Cara modern terdapat di Bengkulu yaitu 74,0% dan 70,4%.
Kesenjangan CPR antara provinsi tersebut mengindikasikan kurang
meratanya jangkauan program KB ke seluruh daerah. Disamping itu
sebagian besar penggunaan kontrasepsi secara nasional adalah
hormonal dan bersifat jangka pendek, dengan penggunaan terbanyak
pada suntikan 28% pada tahun 2003 menjadi 32% tahun 2007.
Sementara pemakaian kontrasepsi yang bersifat jangka panjang, seperti
sterilisasi (tubektomi dan vasektomi), IUD, dan implan cenderung menurun
yaitu sekitar 6% menjadi sekitar 5% (Badan Pusat Statistik and Macro
International, 2008a, Badan Pusat Statistik and ORC Macro, 2003).
Kesenjangan tersebut juga dapat dilihat dari hasil survei demografi
Indonesia tahun 2007, bahwa dari responden setuju ber-KB diketahui:
suami setuju 87,7%, suami tidak setuju 2,6%, suami tidak tahu/tidak
menjawab 2,8%. Sedangkan responden tidak setuju ber-KB yaitu: suami
setuju 1,9%, suami tidak setuju 2,4% dan suami tidak tahu/tidak
bertanggung jawab 0,4%, dan 2,2% responden tidak yakin terhadap KB
(Badan Pusat Statistik and Macro International, 2008a).
Apabila dilihat dari alat/cara ber-KB, Provinsi Bali adalah salah satu
provinsi dengan jumlah pasangan usia subur yang menggunakan alat
kontrasepsi IUD 35,35% dan Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar
4
21,56%. Persentase wanita pernah kawin yang menggunakan alat
kontrasepsi IUD menurun sebesar 13,9% dan wanita dengan status kawin
sebesar 14,0% (Badan Pusat Statistik and Macro International, 2008a).
Berdasarkan laporan dari badan koordinasi keluarga berencana
nasional (BKKBN) tahun 2010, bahwa hasil pelayanan peserta KB baru
nasional berdasarkan metode kontrasepsi yaitu: IUD 4,39%, medis
operasi wanita (MOW) 0,88%, medis operasi pria (MOP) 0,16%, kondom
3,27%, implan 6,31%, suntik 54,66% dan pil 30,33% (BKKBN, 2010).
Laporan BKKBN provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menunjukkan
penggunaan metode IUD sebesar 4,10%, MOW 0,68%, MOP 0,06%,
kondom 1,60%, implan 9,45%, suntikan 64,68% dan pil 19,44%.
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
(BPPKB) Kabupaten Dompu (2009) melaporkan bahwa perkiraan
pencapaian KB bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2009
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah peserta KB Aktif Per Mix kontrasepsi menurut pasangan
usia subur (PUS) 2009
No Kec PUS Mix Kontrasepsi
Total % thd PUS IUD MOW MOP KDM IMP STK PIL
1 2 3 4 5 6 7 8
Dompu Kempo Hu’u Kilo Pekat Woja M. Lewa Pajo
10.021 3.606 3.567 2.569 6.728 9.815 5.924 2.700
936 347 220 248 178 423 253 226
588 84 97 65 16
150 115 65
0 5 0 1 2 3 3 0
106 21 67 44
4 74
0 52
1.281 391 567 567
1.512 879
1.017 620
4.758 1.402 1.646 1.076 2.890 4.711 3.124
975
1.641 148 379 72
822 638 180 129
9.310 2.398 2.976 2.073 5.424 6.878 4.692 2.067
92,90 66,50 83,43 80,67 80,61 70,07 79,20 76,56
Jumlah 44.930 2.831 1.180 14 368 6.834 20.582 4.009 36.818 81,95 Sumber: BPPKB Kabupaten Dompu 2009
Tabel 1 menunjukkan persentase peserta KB Aktif berdasarkan
PUS: IUD 2831 (6,30%), MOW 1.180 (2,63%), MOP 14 (0,03%), kondom
368 (0,82%), implan 6.834 (14,21%), suntik 20.582 (45,81%), dan pil
4.009 (8,92%). Hal ini menggambarkan bahwa seorang istri tidak dapat
menentukan sendiri metode atau jenis kontrasepsi yang akan dipilih atau
digunakan. Mengingat peran suami sebagai kepala rumah tangga
mempengaruhi keputusan mereka untuk memilih metode berdasarkan
5
kebutuhan reproduksi. Namun, tidak saja peran suami yang berkontribusi
besar dalam proses pemilihan metode kontrasepsi sebagaimana yang di
uraikan di atas, tetapi banyak faktor lain seperti budaya, status sosial
ekonomi, riwayat penyakit, status gizi, pengetahuan tentang KB,
pendidikan, ketersediaan sarana dan prasarana, serta adanya KIE/
konseling KB oleh petugas kesehatan. Hal ini yang melatarbelakangi
penulis untuk melakukan penelitian mengenai “Peran suami dalam
pengambilan keputusan terhadap pemilihan alat kontrasepsi IUD.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka rumusan
masalah penelitian yang dapat dikemukakan ialah “Apakah pemilihan alat
kontrasepsi IUD berhubungan dengan peran suami dalam pengambilan
keputusan di Kabupaten Dompu”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
pengambilan keputusan terhadap pemilihan alat kontrasepsi IUD di
Kabupaten Dompu.
2. Tujuan khusus
a. Diketahui proporsi pengguna alat kontrasepsi IUD.
b. Diketahui hubungan peran suami terhadap pengambilan keputusan
dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD.
c. Diketahui hubungan pengetahuan ibu, pendidikan ibu, status
ekonomi keluarga dan paritas dalam pemilihan alat kontrasepsi
IUD.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai
perbandingan bagi peneliti lain yang meneliti tentang peran suami
dalam pengambilan keputusan terhadap pemilihan alat kontrasepsi
khususnya IUD. Serta sebagai data tambahan mengenai gambaran,
jumlah dan distribusi pencapaian alat kontrasepsi IUD di Kabupaten
Dompu.
2. Manfaat praktis
a. Hasil penelitian diharapkan sebagai masukan bagi pemerintah
Kabupaten Dompu dalam mengambil kebijakan pelayanan alat
kontrasepsi.
b. Bahan pertimbangan, evaluasi dan masukan bagi badan
pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana (BPPKB)
Kabupaten Dompu.
c. Sebagai data awal tentang peran suami dalam pengambilan
keputusan terhadap pencapaian penggunaan alat kontrasepsi
IUD.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian terdahulu yang pernah melakukan pengkajian mengenai
pemilihan alat kontrasepsi menurut pengetahuan penulis, belum ada yang
meneliti tentang peran suami dalam pengambilan keputusan terhadap
pemilihan alat kontrasepsi IUD. Namun, ada beberapa penelitian yang
telah dilakukan berkaitan dengan hal tersebut antara lain:
1. Maika and Kuntohadi (2010) meneliti tentang penggunaan alat
kontrasepsi pasca melahirkan (analisis lanjut SDKI, 2007). Hasil
penelitiannya menyatakan bahwa persetujuan istri dan suami dalam
perencanaan jumlah anak berasosiasi dengan penggunaan alat
kontrasepsi. Hasilnya menunjukkan asosiasi positif kecenderungan
7
penggunaan alat kontrasepsi, akan meningkat jika keputusan tersebut
disepakati bersama oleh kedua belah pihak. Apabila dibandingkan
antara persetujuan suami dan istri, persetujuan suami memiliki
korelasi lebih tinggi (0,078) dibandingkan dengan istri (0,029). Hal ini
menunjukkan bahwa persetujuan suami sangat meningkatkan
kemungkinan terhadap penggunaan alat kontrasepsi pasca
melahirkan. Hasil studi ini mengemukakan mayoritas responden
menggunakan alat kontrasepsi berdasarkan keputusan bersama
suami dan istri (73%). Artinya peran suami cukup besar, selain terlibat
dalam keputusan bersama, persetujuan suami juga lebih kuat
memengaruhi keputusan penggunaan alat kontrasepsi.
2. Kamal (2000) dalam penelitian yang menggunakan Survey
Demografis Health Bangladesh (DHSB) 1993-1994, mengevaluasi
pengaruh persepsi wanita terhadap persetujuan suaminya pada
penggunaan alat kontrasepsi modern (IUD, suntikan, pil dan MOW),
dengan melihat faktor sosial ekonomi dan faktor demografis. Hasil
yang diperoleh kebanyakan suami mendukung penggunaan KB
sedangkan penggunaan alat kontrasepsi yang tidak disetujui
suaminya jauh lebih rendah. Dapat disimpulkan bahwa bahwa
hubungan antara persetujuan suami dan tingkat pendidikan tidak
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa di Bangladesh, tingkat
pendidikan suami tidak berkorelasi dengan pendapatnya tentang
keluarga berencana. Temuan lainnya menunjukkan bahwa
persetujuan suami terhadap keluarga berencana bervariasi sesuai
dengan tempat tinggal. Ketika suami menyetujui keluarga berencana,
pilihan untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD/suntikan
kemungkinan besar meningkat menjadi 5,42%.
3. Yadav et al. (2010) melakukan penelitian dengan desain cross
sectional dan dilaksanakan selama periode Juli 2003-2004, dengan
maksud untuk menilai tingkat konkordasi dan perjanjian antara suami
dan istri tentang KB. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada
8
84,5% (95% CI: 78,7-89,2%) kesepakatan antara suami dan istri
dalam sikap terhadap kontrasepsi; kedua pasangan menyetujui
kontrasepsi dalam 81,5% kasus. Hal ini menunjukkan bahwa
kesepakan terhadap keinginan kesuburan antara suami dan istri
sebesar 88,5% (95% CI: 83,2-92,5%) kasus, 57,5% pasangan tidak
ingin anak lagi dan 31% menginginkan lebih banyak anak.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Peran suami
Peran adalah harapan atau standar perilaku yang telah diterima
oleh keluarga, komunitas dan kultur. Perilaku tersebut didasarkan
pada pola yang ditetapkan melalui sosialisasi dimulai tepat setelah
lahir. Peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Kurniawan, 2008).
Suami adalah pemimpin dan pelindung bagi istrinya, maka
kewajiban suami terhadap istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta
mengertikan istri kepada kebenaran, kemudian membarinya nafkah
lahir batin, mempergauli serta menyantuni dengan baik (Harymawan,
2007).
Peran suami dapat diterjemahkan sebagai sikap-sikap penuh
pengertian yang ditunjukkan dalam bentuk kerja sama yang positif,
ikut membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, membantu
mengurus anak-anak serta memberikan dukungan moral dan
emosional terhadap karir atau pekerjaan istrinya.
Di Indonesia, paternalistik dan otoritarian yang sangat kuat,
turut menjadi faktor yang membebani peran ibu bekerja, karena masih
terdapat pemahaman bahwa pria tidak boleh mengerjakan pekerjaan
wanita, apalagi ikut mengurus masalah rumah tangga. Masalah rumah
tangga adalah kewajiban sepenuhnya seorang istri. Masalah yang
kemudian timbul akibat bekerjanya sang istri, sepenuhnya merupakan
kesalahan dari istri dan untuk itu ia harus bertanggung jawab
menyelesaikannya sendiri (Wijayakusuma, 2008).
Peran suami dalam memimpin keluarga mempunyai kekuatan
emosional untuk memberikan kasih sayang dan memililki kekuatan
jasmani untuk memenuhi peran sebagai orang tua. Kepekaan dalam
menangkap kebutuhan keluarganya dengan rasa sosial yang tinggi
9
10
dimana suami bersikap ramah, mudah didekati, dan merasa senang
untuk mengetahui kebutuhan diri sendiri dan keluarganya. Selain itu,
dorongan untuk mendukung penuh kegiatan di rumah tangga dan
lingkungannya serta keseimbangan hidup dengan cara mengatur dan
merencanakan kebutuhan pokok kehidupan keluarga baik dalam
agama, jasmani, sosial dan psikologis merupakan sikap suami
(BKKBN, 2006a, BKKBN, 2006b)
Setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran secara
formal dan informal. Suami sebagai ayah dalam keluarga memiliki
peran formal sebagai kepala keluarga. Peran formal yang dimiliki
seorang ayah atau suami adalah sebagai panutan dan pelindung
keluarga. Struktur peran dalam hal ini, yaitu: kemampuan
berkomunikasi, kemampuan saling berbagi, kemampuan sistem
pendukung diantara anggota, kemampuan merawat diri, dan
kemampuan menyelesaikan masalah (Heymann and Kramer, 2009).
Hal yang sama ditemukan dalam penelitian Herartri (2004),
bahwa peran suami sebagai kepala keluarga sangat dominan
terhadap pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Namun,
keputusan tersebut biasanya diawali dengan diskusi antara suami dan
istri. Temuan lain ditunjukkan dalam penelitian ini adalah diperolehnya
beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan
yaitu: a) program KB pemerintah; b) anggota keluarga lain dan teman
atau rekan; c) tokoh masyarakat; d) status sosial ekonomi; e)
pendidikan; dan f) pemberdayaan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Larson (2004) menyatakan
dukungan suami adalah bentuk dukungan dan hubungan baik yang
merupakan kontribusi penting bagi kesehatan. Dukungan yang
diterima seseorang dapat meliputi: informasi, nasehat verbal dan non
verbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban
sosial. Adanya kehadiran orang terdekat dapat mempengaruhi
emosional atau efek perilaku bagi penerimanya.