14039-12-251675982299
TRANSCRIPT
Modul XI
Transmisi Digital(part II)
1.3.2. Idle channel Noise
Noise sangat mungkin menjadi lebih besar dari pada sinyal ketika nilai sample
jatuh di daerah interval kwantisasi pertama, lihat gambar 1.9, Efek seperti ini dapat
terjadi pada saat pembicaraan sedang istirahat dan biasa disebut Idle Channel Noise,
Efek ini muncul karena metoda kwantisasi Mid-Riser.
Gambar 1.9. Noise Idle channel yang dihasilkan oleh kwantisasi Mid-Riser
Metoda untuk meminimalisir idle channel noise dalam PCM adalah dengan
membuat interval kwantisasi yang rata di posisi pusat, lihat gambar 1.10, metoda ini
dikenal dengan kwantisasi Mid-tread, dalam metoda ini semua nilai sampel yang dalam
interval kwantisasi tengah diterjemahkan secara konstan sebagai output nol.
Gambar 1.10. Eliminasi thd Noise Idle channel dgn metoda kwantisasi Mid-Tread
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Nacep Suryana, M.Sc.
SISTEM KOMUNIKASI 7
Karakteristik kwantisasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan gelombang output
seperti yang diperlihatkan pada gambar 1.9 dan 1.10 adalah dapat dilihat pada gambar
1.11 dan 1.12. karakteristik pertama (Mid-riser, gambar 1.11) tidak dapat menghasilkan
output nol, sedangkan karakteristik kedua (Mid-tread, gambar 1.12) menerjemahkan
sinyal yang rendah menjadi output nol. walaupun demikian metode kwantisasi Mid-
Tread juga tidak sepenuhnya dapat membebaskan dari Noise idle channel, misalkan
sinyal amplitude-nya hampir sama dengan ukuran interval kwantisasinya atau terjadi
bias DC didalam encoder.
1.3.3. Uniformly Encoded PCM
Sebuah encoder yang menggunakan interval kwantisasi dengan panjang yang
sama akan menghasilkan kode digital yang linier terhadap nilai sample analog. Sistim
Uniform PCM ini menggunakan Analog-to-Digital Converter (ADC) yang konvensional,
jumlah bit yang dibutuhkan untuk masing-masing sample ditentukan oleh power noise
maximum yang masih dapat diterima.
Untuk menghasilkan kualitas yang memadai pada sinyal-sinyal kecil, maka sistim
telepon harus mampu mengirim sinyal dengan jangkauan amplitude sinyal yang
besar, biasa disebut Dynamic Range (DR). Biasanya DR dinyatakan sebagai rasio dari
maximum sinyal amplitude terhadap minimum sinyal amplitude:
DR = 10 Log10 (Pmax / Pmin)
= 20 Log10 (Vmax / Vmin) (1.5)
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Nacep Suryana, M.Sc.
SISTEM KOMUNIKASI 8
Gambar 1.11. Karakteristik kwantisasi Mid-Riser Gambar 1.12. Karakteristik kwantisasi
Mid-Tread
Minimum DR biasanya sekitar 30 dB, artinya adalah nilai sinyal yang besarnya 31 kali
harus dapat dikode tanpa melewati jangkauan interval kwantisasi.
Unjuk kerja dari uniform PCM dengan jumlah bit n ditentukan dengan:
q = (2 Amax) / 2n (1.6)
dimana Amax adalah maximum amplitude. jika q ini dimasukkan dalam persamaan 1.4
akan menghasilkan persamaan berikut ini:
SQR = 1.76 + 6.02n + 20 log10 (A / Amax) (1.7)
dua term pertama dari pers 1.7 untuk mempersiapkan SQR ketika mengkode jangkauan
maximum gelombang sinus, sedangkan term terakhir mengindikasikan kehilangan
dalam SQR ketika mengkode sinyal level rendah. Hubungan ini dipresentasikan pada
gambar 1.13 berikut ini, dimana SQR dari sistim uniform PCM sebagai fungsi dari jumlah
bit per sample dan besarnya dari gelombang sinus input.
Gambar 1.13. SQR dari uniform PCM
untuk level SQR yang sama, missal 30 dB, maka jumlah bit yang dibutuhkan untuk
mengkode meningkat sejalan dengan DR (dynamic range).
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Nacep Suryana, M.Sc.
SISTEM KOMUNIKASI 9
1.3.4 . Companding PCM
Dalam sistim PCM uniform, setiap ukuran interval kwantisasi ditentukan
olehtuntutan SQR dari level sinyal terendah yang harus dikode, sinyal yang lebih besar
juga dikode dengan interval kwantisasi yang sama. Seperti diperlihatkan dalam gambar
1.13 SQR bertambah dengan besarnya amplitude A. Kelemahan dari PCM uniform
adalah dia memberikan kualitas pengkodean yang tidak perlu untuk sinyal yang besar,
karena sinyal besar jarang sekali muncul, sedangkan sistim sudah dirancang untuk
dapat mengkode sinyal terbesar sekalipun dengan SQR yang ditentukan. sehingga
uniform PCM sangat tidak efisien.
Teknik yang lebih efisien adalah dengan cara interval kwantisasi dibuat tidak
uniform, yang berarti ada hubungan tak linier yang harus dibuat antara kode bit dengan
sample yang diwakili. Teknik pertama yang digunakan untuk itu adalah dengan teknik
Companding (Compress dan Expanding) PCM seperti dilukiskan pada gambar 1.14
dibawah ini. Prosesnya adalah pertama kali sinyal analog input dikompress untuk
kemudian dikwantisasi dengan interval yang uniform.
karakteristik kompressi dapat dilihat dalam gambar 1.15 berikut ini, dimana sinyal input
yang besar dikompres ke dalam interval kwantisasi yang panjangnya konstan.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Nacep Suryana, M.Sc.
SISTEM KOMUNIKASI 10
Gambar 1.14. Kompanded PCM dg kompresi analog dan ekspansi
Pada bagian output (decoder), sinyal diexpansi lagi menggunakan inverse dari
karakteristik kompresi untuk mengembalikan sinyal kedalam bentuk yang aslinya, Maka
dari itu nama PCM ini adalah Companding. Dalam teknik ini sinyal/sample yang kecil
maka interval kwantisasi-nya kecil sedangkan sinyal yang besar maka interval
kwantisasinya besar juga. gambar 1.16 memperlihatkan tentang fungsional blok diagram
dari sistim T-carrier di USA yang menggunakan D1 channel bank dengan metoda
companding PCM.
1.4. Speech Redundancies
Hasil analisa terhadap bentuk gelombang suara, mengindikasikan bahwa terjadi
kemiripan yang luar biasa pada sample-sampel yang berdekatan, bahkan dengan
frekwensi sampling 8-kHz derajat kemiripan sinyal tersebut lebih dari 85 %, fenomena
inilah yang disebut dengan speech redundancies. Maka kalau redunsi ini dapat
dihilangkan maka kita akan dapat menghemat bandwidths dalam proses pengirimannya,
jadi diperlukan teknik digitalisasi baru agar lebih efisien.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Nacep Suryana, M.Sc.
SISTEM KOMUNIKASI 11
Gambar 1.15. Karakteristik kompresi
Beberapa level redundansi berikut ini dapat dieksploitasi untuk menurunkan laju
pengkodean, dibawah ini adalah macam-macam jenis speech redundancies:
- Redundancies dalam domein waktu diantaranya adalah:
1. Distribusi amplitude yang tidak uniform
2. Korelasi antar sample
3. Korelasi antar cycle
4. Korelasi antar Picth interval
5. Faktor ketidak aktivan
1.4.1. Distribusi amplitude yang tidak uniform
Dalam gelombang suara, sinyal amplitude rendah lebih sering muncul ketimbang
amplitude tinggi, karena memang faktanya orang lebih sering berbicara secara pelan
dari pada teriak-teriak. Kemudian juga jeda-jeda dalam pembicaraan akan menghasilkan
sinyal dengan amplitude rendah. teknik yang sudah dibicarakan terdahulu (PCM) masih
dapat ditingkatkan hasilnya jika dapat mengantisipasi problem ini, untuk itu pada bab
berikut akan dibicarakan tentang teknik baru untuk mengurangi laju pengkodean dalam
memproses amplitudo sehingga diperoleh hasil yang lebih efisien.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Nacep Suryana, M.Sc.
SISTEM KOMUNIKASI 12
Gambar 1.16. fungsional blok diagram dari D1 channel Bank
1.4.2. Korelasi antar sampel
Korelasi yang tinggi antar sampel (0.85) mengindikasikan bahwa usaha untuk
mereduksi laju transmisi harus mengeksploitasi korelasi antar sample yang berdekatan.
Faktanya pada laju sampling 8 kHz korelasi yang signifikan ada pada 2 sampai 3
sampel terpisah, semakin tinggi laju sampling semakin banyak/tinggi korelasinya.
Cara paling sederhana mengekploitasi redundansi dalam sinyal suara adalah
dengan cara hanya mengkode perbedaan/selisih antara sampel yang berdekatan.
Pengukuran selisih antar sampel kemudian diakumulasikan dalam sebuah dekoder
untuk mengembalikan sinyal asal, teknik ini akan dibicarakan pada paragraph
berikutnya.
1.4.3. Korelasi antar cycle
Meskipun sinyal suara membutuhkan seluruh bandwidth antara 300 sampai 3400
Hz yang ada pada saluran telepon, akan tetapi pada waktu-waktu tertentu suara hanya
terdiri dari beberapa frekwensi saja. Ketika sinyal suara hanya terdiri dari beberapa
frekwensi saja maka akan muncul korelasi yang kuat pada sampel-sample yang
berbentuk osilasi beberapa cycle. Siklus alami sinyal suara dalam domein waktu
digambarkan pada gambar 1.17. Enkoder yang mengekploitasi redundansi antar cycle
jauh lebih rumit dari pada hanya sekedar menghilangkan redundansi antara sampel
berdekatan.
Gambar 1.17. Bentuk gelombang bunyi bersuara dalam domein waktu
1.4.4. Korelasi antar Pitch interval
Bunyi suara manusia dihasilkan dari salah satu dari dua metoda dasar: yang
pertama bunyi muncul sbg hasil dari getaran dalam vocal cords, masing-masing vibrasi
ini memungkinkan udara mengalir dari paru-paru kedalam jalur vokal. Interval antara
udara yang mengeksitasi vocal tract sering disebut sebagai interval Pitch. Secara
umum bunyi suara muncul saat menghasilkan vokal dan beberapa konsonan, contoh
gelombang suara untuk bunyi suara diperlihatkan pada gambar 1.17 diatas.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Nacep Suryana, M.Sc.
SISTEM KOMUNIKASI 13
Kedua, berkaitan dengan bunyi yang tak bersuara, bunyi seperti ini akibat dari
lairan udara yang kontinyu dari paru2 terus ke vocal tract dan mengalami hambatan
sehingga menciptakan turbulensi. Bunyi seperti ini biasanya ada pada beberapa
konsonan seperti f, j, s, x, gelombang bunyi seperti ini diperlihatkan pada gambar 1.18
dibawah ini.
Gambar 1.18. Bentuk gelombang bunyi tak-bersuara dalam domein waktu
1.4.5. Faktor ketidak aktifan
Analisa terhadap pembicaraan telepon mengindikasikan bahwa pembicaraan
yang aktif hanya 40%, itu berarti 60% tidak aktif, masa tidak aktif ini biasanya karena
seseorang mendengarkan pembicaraan lawan bicaranya, maka koneksi full duplex
konvensional biasanya sangat rendah utilisasinya. Teknik TASI (Time Assignment
Speech Interpolation) digunakan untuk meningkatkan utilisasi channel pada saluran
analog, sedangkan pada circuit digital biasanya digunakan DSI (Digital Speech
Interpolation).
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Nacep Suryana, M.Sc.
SISTEM KOMUNIKASI 14