14 bab ii - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf ·...

34
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai perdagangan antar atau lintas negara, yang mencakup ekspor dan impor. Perdagangan internasional dibagi menjadi dua kategori, yakni perdagangan barang (fisik) dan perdagangan jasa. Perdagangan jasa, antara lain, terdiri dari biaya transportasi, perjalanan (travel), asuransi, pembayaran bunga, dan remittance seperti gaji tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri dan pemakaian jasa konsultan asing di Indonesia serta fee atau royalty teknologi (lisensi). (Tulus Tambunan 2000:1) Pada prinsipnya ada dua faktor utama yang menyebabkan timbulnya perdagangan internasional, yakni faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran. ( Nopirin 1995 : 3 ) Ahli – ahli ekonomi menganggap perdagangan Internasional sebagai mesin pertumbuhan ekonomi ( Engine of Growth) konsep dan pandangan tersebut tetap berlaku hingga dewasa ini. Adam Smith mengemukakan tentang kemungkinan diperolehnya keuntungan (Gain from Trade) dari perdagangan internasional, yaitu berupa kenaikan produksi dan konsumsi barang dan jasa. Menurut Smith, dengan adanya perdagangan luar negeri suatu Negara dapat menaikkan produksi barang yang tidak dapat dijual didalam negeri, tetapi masih laku di luar negeri, sehingga akan terjadi ekspor impor antar suatu Negara dan terjadilah perluasan pasar.

Upload: truonglien

Post on 12-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai perdagangan antar atau

lintas negara, yang mencakup ekspor dan impor. Perdagangan internasional dibagi

menjadi dua kategori, yakni perdagangan barang (fisik) dan perdagangan jasa.

Perdagangan jasa, antara lain, terdiri dari biaya transportasi, perjalanan (travel),

asuransi, pembayaran bunga, dan remittance seperti gaji tenaga kerja Indonesia

(TKI) di luar negeri dan pemakaian jasa konsultan asing di Indonesia serta fee

atau royalty teknologi (lisensi). (Tulus Tambunan 2000:1)

Pada prinsipnya ada dua faktor utama yang menyebabkan timbulnya

perdagangan internasional, yakni faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan

dan penawaran. ( Nopirin 1995 : 3 )

Ahli – ahli ekonomi menganggap perdagangan Internasional sebagai mesin

pertumbuhan ekonomi ( Engine of Growth) konsep dan pandangan tersebut tetap

berlaku hingga dewasa ini.

Adam Smith mengemukakan tentang kemungkinan diperolehnya keuntungan

(Gain from Trade) dari perdagangan internasional, yaitu berupa kenaikan

produksi dan konsumsi barang dan jasa. Menurut Smith, dengan adanya

perdagangan luar negeri suatu Negara dapat menaikkan produksi barang yang

tidak dapat dijual didalam negeri, tetapi masih laku di luar negeri, sehingga akan

terjadi ekspor impor antar suatu Negara dan terjadilah perluasan pasar.

Page 2: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

15

Perluasan pasar sebagai akibat keuntungan dari perdagangan luar negeri oleh

Adam Smith sering disebut sebagai teori “ doctrin vent for surplus”.

Kemudian teori-teori ini diterapkan di Negara-negara yang sedang

berkembang oleh seorang sarjana ekonomi Burma Hla Mynt. Menurut teori ini

terbukanya pasar dunia dapat memberikan kesempatan kepada Negara-negara

agraris untuk memanfaatkan sumberdaya yang dahulunya “underemployed” agar

menghasilkan output ekspor ke luar negeri.

Sedangkan John Stuart Mill menganggap bahwa perdagangan luar negeri dan

hubungan ekonomi dengan Negara lain dapat mempertinggi tingkat produktivitas

kegiatan produksi. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan perdagangan luar

negeri menciptakan produksi adalah karena adanya perluasan pasar. Perluasan

pasar seperti halnya Smith, akan mendorong perbaikan teknologi mempertinggi

spesialisasi, dan efisiensi yaitu dengan inovasi-inovasi. Uraian Mill yang

menunjukkan timbulnya keuntungan kenaikan tingkat produksi sebagai akibat

adanya hubungan ekonomi luar negeri disebut “doctrin productivity”.

Analisis Mill dan Smith seperti diatas adalah lebih mencerminkan keadaan

sebenarnya yang terdapat dan dihadapi oleh Negara-negara yang sedang

berkembang. Melihat ciri-ciri yang demikian bagi Negara-negara yang sedang

berkembang, maka perdagangan luar negeri dan hubungan ekonomi dengan

Negara-negara lain akan memberi sumbangan penting dalam menciptakan

pembangunan ekonomi yaitu dalam hal:

1. Memperluas pasar untuk barang-barang yang dihasilkan.

2. Mempertinggi tingkat teknologi dalam kegiatan produksi

Page 3: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

16

3. Menaikkan produksi barang yang sudah tidak dapat dijual lagi di dalam

negeri tetapi masih dapat dijual di luar negeri. (Suryana,2000:93-95)

2.1.1. Merkantilisme

Aliran merkantilisme ini berpendapat bahwa perdagangan internasional akan

terjadi apabila terdapat kesempatan memperoleh surplus neraca transaksi berjalan

(current account). Oleh karena itu, kegiatan ekspor-impor diletakkan sebagai

lokomotif utama yang dipacu melalui peningkatan industri dalam negeri. Dari

hasil ekspor inilah dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan impor. Sehingga,

aliran merkantilisme mengetangahkan pemikiran bahwa kegiatan produksi dalam

negeri dan ekspor harus ditingkatkan dengan memberikan rangsangan berupa

subsidi dan fasilitas-fasilitas lain dari pemerintah. Sebaliknya, impor harus

dibatasi melalui serangkaian hambatan impor yang berupa proteksi hingga

perlindungan khusus, khususnya untuk industri-industri strategis maupun industri

rakyat. (Hendra Halwani, 2005:3-4)

Merkantilisme mengandung pendirian bahwa adalah penting bagi

kesejahteraan sebuah negara untuk mengakumulasi logam-logam berharga. Hal ini

dalam pandangan penganut merkantilisme, merupakan satu-satunya sumber

kesejahteraan. (Donald A. Ball dan Wendell H. McCulloch, 2001:113)

Secara ringkas, para penganut merkantilisme itu berpendapat bahwa satu-

satunya cara bagi sebuah negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan

melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sesedikit mungkin impor. Surplus

ekspor yang dihasilkannya selanjutnya akan dibentuk dalam aliran emas lantakan,

Page 4: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

17

atau logam – logam mulia, khususnya emas dan perak. Semakin banyak emas dan

perak yang dimiliki oleh sebuah negara, maka semakin kaya dan kuatlah negara

tersebut. (Dominick Salvatore, 1997:23)

Politik merkantilisme pada waktu itu dapat dibagi dalam 4 bidang. Bidang

keuangan-perdagangan, industri, perkapalan, dan jajahannya.

Dalam bidang keuangan-perdagangan, penganut merkantilisme berpendapat

bahwa negara perlu menambah kekayaan uangnya. Ada diantara mereka

berpendapat bahwa uang menjadi ukuran kekayaan suatu negara, sehingga

semakin banyak uang yang dimiliki negara itu, semakin kaya juga negara itu. Ada

pula alasan lain yang mengatakan bahwa negara perlu untuk memperbanyak

uangnya sebab uang ini merupakan cadangan misalnya kalau negara berada dalam

bahaya. Jadi dimaksud disini antara lain uang sebagai alat untuk membelanjai

peperangan. Untuk maksud ini, maka pada negara-negara tersebut diatas, pada

waktu itu ekspor logam mulia dilarang. Dan disamping ini, diusahakan agar

supaya uang dalam negeri selalu ditambah jumlahnya. Kemudian timbul faham-

faham baru yang pada pokoknya tidak setuju lagi dengan pembatasan atas ekspor

logam mulia. Mereka lebih setuju bila perdagangan emas dan perak dibiarkan

saja. Alasan mereka ialah, bahwa uang hanya alat untuk memperoleh barang.

Dalam lapangan industri, diusahakan supaya industri dalam negeri

menghasilkan sebanyak mungkin produksi, baik untuk diekspor maupun untuk

digunakan dalam negeri sendiri. Sebab semakin banyak kebutuhan dalam negeri

yang dapat dipenuhi sendiri, semakin banyak pula penghasilan ekspor yang dapat

dihemat, artinya semakin kurang pembelian kita di luar negeri.

Page 5: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

18

Alat-alat merkantilisme dalam industri pada umumnya adalah sebagai berikut:

Menghalang-halangi masuknya barang buatan luar negeri untuk menjaga agar

barang-barang dalam negeri jangan disaingi, memberikan premi ekspor,

memaksakan penggunaan produksi tertentu pada hari-hari tertentu, misalnya pada

suatu hari tertentu orang diwajibkan menggunakan kopiah bikinan dalam negeri,

mengusahakan agar buruh industri jangan keluar negeri, menunjang pendirian

industri-industri baru.

Dalam lapangan pelayaran atau perkapalan, di Inggris diadakan undang-

undang yang terkenal dengan nama Navigation Act. Tujuan dari undang-undang

ini ialah melarang pengangkutan barang-barang ke Inggris, kalau pengangkutan

ini tidak dilakukan oleh kapal-kapal Inggris atau kapal-kapal dari daerah yang

mengekspor.

Kemudian undang-undang ini diperlengkapi dengan UU 1660 yang

menghendaki agar supaya kapal-kapal Inggris dikepalai oleh orang-orang Inggris,

sedangkan ¾ dari anak buahnya harus terdiri dari orang-orang Inggris. Seterusnya

ditentukan agar supaya seluruh ekspor dan impor ke dan dari daerah jajahan hanya

boleh diangkut dengan kapal-kapal Inggris atau kapal-kapal jajahan. Bila tidak,

barang-barang dikenakan pajak yang tinggi.

Politik merkantilisme terhadap jajahannya, Inggris berusaha agar supaya

jajahan merupakan daerah penghasil baginya. Bahan-bahan yang dihasilkan oleh

jajahannya sedapat mungkin diekspor ke Inggris. Dari sini diekspor lagi ke

negara-negara yang membutuhkannya, kalau bahan ini tidak dibutuhkan sendiri

oleh industrinya. Sebaliknya, diusahakan supaya daerah-daerah jajahan

Page 6: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

19

merupakan daerah pembeli dari hasil-hasil industri Inggris. Dengan demikian,

maka terdapat hubungan komplementer antara jajahan dan negara yang menjajah.

Politik serupa ini dijalankan oleh negara-negara penjajah lainnya seperti Perancis,

Belanda, dan Portugal. (Aubdlhafid, 1958: 17-19)

2.1.2. Teori Klasik

2.1.2.1. Keunggulan Absolute (Absolute advantage : Adam Smith)

Teori keunggulan absolut dari Adam Smith sering disebut sebagai teori murni

perdagangan internasional. Menurut teori ini, setiap negara akan memperoleh

manfaat perdagangan internasional (gain from trade) karena melakukan

spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki

keunggulan mutlak (absolute advantage), serta mengimpor jika negara tersebut

memiliki ketidakunggulan mutlak (absolute disaventage). (Hamdy Hady,

2004:29)

Gain from trade dapat dibagi dua, yakni keuntungan dari impor, ini terjadi jika

harga impor lebih kecil daripada harga domestic untuk barang yang sama dan

keuntungan dari ekspor, ini terjadi bila harga barang buatan dalam negeri di pasar

ekspor lebih tinggi daripada harga di pasar domestik. Tentu harga ekspor tersebut

harus lebih rendah dibandingkan harga dari barang yang sama di pasar dunia atau

di negara pengimpor.

Disini ia menanam dasar perdagangan internasional yang didasarkan atas

pembagian kerja, dimana setiap negara sebaiknya jangan menghasilkan sendiri

Page 7: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

20

barang tertentu, bila biayanya lebih mahal daripada bila membelinya dari negara

lain. (Abdulhafid, 1958: 20)

Dengan demikian, suatu negara akan mengekspor (mengimpor) suatu jenis

barang, jika negara tersebut dapat (tidak dapat) memproduksinya lebih efisien atau

murah dibandingkan negara lain. Jadi, teori ini menekankan bahwa efisiensi

dalam penggunaan input, misalnya tenaga kerja, didalam proses poduksi sangat

menentukan keunggulan atau tingkat daya saing. Tingkat keunggulan diukur

berdasarkan nilai tenaga kerja yang sifatnya homogen. (Tulus

Tambunan,2000:21)

Smith berpendapat bahwa semua ”nilai” ekonomis ditetapkan dan diukur

berdasarkan jam tenaga kerja. Biaya tenaga kerja untuk menghasilkan suatu unit

barang adalah nilai atau harga unit barang itu. (Peter H Lindert, 1994:19)

Teori absolute advantage ini didasarkan kepada beberapa asumsi pokok antara

lain sebagai berikut:

1. Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja;

2. Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama;

3. Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang;

4. Biaya transport diabaikan.

Perdagangan internasional akan terjadi dan menguntungkan kedua negara jika

masing-masig negara memiliki keunggulan absolut yang berbeda. Dengan

demikian, bila hanya satu negara yang memiliki keunggulan mutlak untuk kedua

jenis produk misalnya, maka tidak akan terjadi perdagangan internasional yang

menguntungkan. Karena pada dasarnya pemikiran Adam Smith tersebut

Page 8: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

21

menerangkan bagaimana perdagangan internasional dapat menguntungkan kedua

belah pihak. Hal ini merupakan kelemahan teori absolute advantage Adam Smith.

(Hamdy Hady, 2004:32)

2.1.2.2. Biaya Relatif (Comparative Cost : David Ricardo)

Ada dua hal yang menjadi fokus kajian dari David Ricardo yaitu Cost

Comparative Advantage ( Labor Efficiency ) dan Production Comparatif

Advantage ( Labor productivity ).

Teori David Ricardo didasarkan pada nilai tenaga kerja atau teori of labor

value yang menyatakan bahwa nilai atau harga suatu produk ditentukan oleh

jumlah waktu atau jam kerja yang diperlukan untuk memproduksinya.

Menurut teori Cost Comparative Advantage ( Labor Efficiency ) suatu Negara

akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan

spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana Negara tersebut dapat

memproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang dimana Negara tersebut

memproduksi relatif kurang/ tidak efisien.

Berdasarkan analisis production comparative advantage atau labor

productivity dapat dikatakan sebagai berikut.

Suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika

melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut

dapat berproduksi relatif lebih produktif serta mengimpor barang dimana negara

tersebut berproduksi relatif kurang/tidak produktif.

Page 9: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

22

Titik pangkal teori Ricardo tentang perdagangan internasional adalah teorinya

tentang nilai/value. Menurut dia nilai/value sesuatu barang tergantung dari

banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk memprodiksi barang tersebut

(labor cost value theory).

Perdagangan antar negara akan timbul apabila masing-masing negara

memiliki comparative cost yang terkecil. Dengan demikian prinsip comparative

cost Ricardo dapat dirumuskan sebagai berikut:

Jika a1 dan b1 adalah unit labor cost untuk produksi barang A dan B di negara

I, dan a2 dan b2 adalah unit labor cost di negara II, maka negara I akan mengekspo

barang A dan impor barang B jika:

a1 / b1 < a2 / b2 atau

a1 / b1 < b1 / b2

Artinya sebelum berdagang barang A relative lebih murah di negara I dan

barang B lebih murah di negara II. (Nopirin,1995:14-15)

Jika ditinjau dari keunggulan absolut A. Smith, maka Indonesia unggul

mutlak dalam arti labor productivity-nya lebih besar dibandingkan Cina, baik

dalam produksi gula atau kain. Ini berarti perdagangan antara kedua negara tidak

akan terjadi.

Sebaliknya, menurut David Ricardo, walaupun Indonesia memilki

keunggulan absolut dibandingkan Cina untuk kedua produk di atas, sebetulnya

perdagangan internasional akan tetap dapat terjadi dan menguntungkan keduanya

melalui spesialisasi di masing-masing negara yang memiliki labor productivity.

Page 10: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

23

Akhirnya dapat disimpulkan sebagai berikut. Menurut teori klasik

Comparative Advatage dari D. Ricardo, perdagangan internasional antara dua

negara tetap dapat terjadi, walaupun hanya satu negara yang memilki keunggulan

absolut, asalkan masing-masing negara memiliki perbedaan dalam labor efficiency

(cost comparative advantage) dan atau labor productivity (production

comparative advantage). (Hamdy Hady, 2004:32-38)

2.1.2.3. Kemanfaatan Relatif (Comparative Advantage : J.S. Mill)

Teori ini menyatakan bahwa suatu Negara akan menghasilkan dan kemudian

mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage terbesar dan

mengimpor barang yang memiliki comparative disadvantage, yaitu suatu barang

yang dapat dihasilkan dengan lebih murah dan mengimpor barang yang kalau

dihasilkan sendiri memakan ongkos besar. (Nopirin, 1995:11)

J.S. Mill melanjutkan teori David Ricardo dengan meneruskan uraiannya

dalam menentukan dimanakah letak titik keseimbangan penukaran antara dua

Negara yang menukarkan barang masing-masing. Yang belum dikemukakan

David Ricardo ialah dimana letak titik perbandingan penukaran yang ditukarkan

itu. Untuk mencapai keseimbangan penukaran diperlukan supaya nilai yang

diminta oleh pihak yang satu justru sama dengan nilai yang ditawarkan oleh pihak

lain. Dalam menerangkan ini, J.S. Mill menggunakan teorinya yang disebut

principle of equation of recipsocal demand. Demand sama dengan permintaan.

Reciprocal dapat diartikan dengan lawan. Jadi dapat disebut juga prinsip

persamaan permintaan lawan atau pihak lain. Maksudnya bahwa nilai yang

Page 11: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

24

diminta oleh pihak lain justru harus sama dengan nilai yang ditawarkan oleh pihak

lain. Sebab baru dengan ini terdapat keseimbangan. (Abdulhafid, 1958:25)

2.1.3. Teori Modern

2.1.3.1.Faktor Produksi (Heckser dan Ohlin)

Keuntungan komparatif dan perdagangan didasarkan pada perbedaan dalam

factor alam (Factor Endowments), teknologi atau citarasa antar Negara. Teori

Heckscher–Ohlin (H-O) menekankan pada perbedaan relative factor pemberian

alam (Factor endowments) dan harga-harga factor produksi antar Negara sebagai

determinan perdagangan yang paling penting (berdasarkan anggapan mengenai

teknologi dan citarasa yang serupa). Teorema H-O menganggap bahwa tiap

Negara akan mengekspor komoditi yang itensif dalam factor yang secara relative

berlimpah dan murah dan mengimpor komoditi yang intensif dalam faktor yang

relative jarang (langka) dan mahal. Teorema penyamaan harga faktor produksi

(sebenarnya, akibat wajar dari teorema H-O) menanggap bahwa perdagangan

akan membawa pada penghapusan atau pengurangan perbedaan sebelum

perdagangan dalam harga-harga faktor absolute dan relative antar Negara.

(Domonick Salvatore, 1986:57)

Singkatnya, sebuah negara yang relatif kaya atau berkelimpahan tenaga kerja

akan mengekspor komoditi-komoditi yang relatif padat tenaga kerja dan

mengimpor komoditi-komoditi yang relatif padat modal (yang merupakan faktor

produksi langka dan mahal di negara yang bersangkutan).

Page 12: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

25

Teori tersebut menyatakan bahwa setiap negara akan melakukan spesialisasi

produksi dan mengekspor komoditi yang banyak menyerap faktor produksi yang

tersedia di negara itu dalam jumlah dan berharga relatif murah, serta mengimpor

komoditi banyak menyerap faktor produksi yang di negara itu relatif langka dan

mahal.

Model perdagangan H-O dikatakan sudah memiliki karakter sebagai sebuah

model keseimbangan umum (general equilibrium model).

Karakter keseimbangan umum yang terkandung dalam teori H-O dapat

divisualisasikan dan dirangkum melalui penggunaan gambar berikut:

Gambar 2.1 Kerangka dan karakter keseimbangn umum dalam teori Heckscher-Ohlin

Harga-harga komoditi

Permintaan turunan/derivative untuk factor-faktor produksi

Selera Teknologi Distribusi kepemilikan

factor-faktor prosuksi

Harga-harga factor produksi

Permintaan komoditi final

Penawaran factor-faktor produksi

Page 13: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

26

Gambar diatas memperlihatkan secara jelas bagaimana kekuatan-kekuatan

ekonomis tersebut bergabung untuk secara bersama-sama menentukan harga

komoditi-komoditi final yang berlaku di masing-masing negara, baik sebelum

maupun sesudah terjadinya perdagangan internasional.

Bermula pada sudut kanan bawah diagram, kita melihat bahwa distribusi

kepemilikan faktor produksi, atau distribusi pendapatan dan selera menentukan

tinggi-rendahnya permintaan atas komoditi-komoditi yang diperdagangkan.

Permintaan faktor produksi selanjutnya dapat diderivasikan dari kurva permintaan

komoditi final. Permintaan dan penawaran faktor-faktor produksi itulah yang akan

menentukan harganya. Lebih lanjut, harga faktor-faktor produksi dan teknologi

akan ikut menentukan harga komoditi final. Perbedaan harga relatif komoditi

(final) diantara negara-negara yang terlibat dalam perdagangan akan menentukan

keuntungan komparatif bagi masing-masing negara dan juga pola perdagangan

yang akan berlangsung diantara mereka.

Dengan demikian teorema H-O juga memberikan penjelasan mengenai proses

terbentuknya keunggulan komparatif, jadi bukan sekedar mengasumsikannya

sehingga seolah-olah hal itu ada dengan sendirinya (seperti yang dilakukan oleh

para ekonomi klasik). (Dominick Salvatore,1997:129-130)

Dari analisis teori H-O dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1) Harga/biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah/proporsi

faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.

Page 14: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

27

2) Comparative advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-

masing negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi

yang dimilikinya.

3) Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi

dan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor

produksi yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya.

4) Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu

karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif sedikit dan

mahal untuk memproduksinya. (Hamdy Hady, 2004:42-43)

2.1.3.2.Teori Permintaan dan Penawaran

Dasar pemikiran teori permintaan dan teori penawaran adalah bahwa

perdagangan antara dua Negara terjadi, karena adanya perbedaan permintaan dan

penawaran. Misalnya, di Indonesia, permintaan terhadap X (kain) sedikit,

sedangkan di AS banyak. Maka Indonesia akan menjual sisa X, setelah dikurangi

jumlah yang dikonsumsi di pasar domestik, ke AS. Sebaliknya, permintaan

terhadap Y (televisi) di Indonesia lebih besar daripada di AS. Maka AS akan

mengekspor sebagian televisi yang diproduksinya. (Tulus Tambunan, 2000:42)

Permintaan ini berbeda misalnya, karena perbedaan pendapatan dan selera

sedangkan perbedaan penawaran misalnya, dikarenakan perbedaan di dalam

jumlah dan kualitas factor-faktor produksi, tingkat teknologi dan eksternalitas.

(Nopirin; 1995: 26)

Page 15: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

28

2.1.3.3. Teori Stolper-Samuelson

Wolfgang Stolper dan Paul Samuelson membuktikan bahwa perdagangan

telah membelah suatu negara dengan kelompok yang beruntung dan kelompok

yang dirugikan.

Asumsi-asumsinya yaitu : Sebuah negara menghasilkan dua barang (yaitu

gandum dan kain) dengan dua factor produksi (yaitu, tanah dan tenaga kerja) tak

satupun barang adalah masukan bagi produksi dari yang lain: kompetisi terus

berlangsung: sediaan-sediaan factor diberikan: kedua factor sepenuhnya

digunakan: satu barang (gandum) adalah padat modal (tanah) dan yang lain (kain)

padat karya (tenaga kerja) dengan atau tanpa perdagangan: kedua factor itu

bergerak (mobile) diantara sector-sektor (tetapi tidak diantara negara-negara): dan

pembukaan perdagangan menaikkan harga relative gandum.

Teori Stolper-Samuelson: dengan asumsi-asumsi tersebut diatas, berubah dari

negara yang sebelumnya tidak melakukan perdagangan menjadi negara yang

membuka perdagangan dengan negara lain akan secara pasti menaikkan

keuntungan pada factor yang digunakan secara intensif dalam industri yang

harganya terus meningkat (tanah) dan menurunkan keuntungan pada factor yang

digunakan secara intensif dalam industri yang harganya terus merosot (tenaga

kerja) tanpa mempedulikan barang yang mana akan lebih banyak dikonsumsi oleh

penjual kedua factor itu. (Peter H Lindert, 1994:75)

Teori Stolper-Samuelson telah menunjukkan bahwa pembukaan perdagangan

dan peningkatan harga relatif barang-barang yang dapat diekspor menjelaskan

keuntungan yang diperoleh pada faktor produksi yang digunakan secara intensif

Page 16: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

29

dalam industri ekspor; juga menjelaskan kerugian-kerugian yang diperoleh pada

faktor produksi digunakan secara intensif dalam industri yang bersaing dengan

produk impor. (Peter H Lindert, 1994:90)

2.1.3.4. Vent for Surplus

Pada prinsipnya, dasar pemikiran teori Vent for surplus tidak berbeda

dengan pemikiran yang melandasi teori permintaan dan penawaran diatas. Hanya

saja penekanan dari teori pertama lebih pada sisi suplai. Teori tersebut

mengatakan bahwa suatu negara akan mengekspor produk-produk yang dibuatnya

apabila terjadi excess supply (kelebihan stok) di pasar dalam negeri. Seperti telah

dijelaskan di dalam teori permintaan dan penawaran, kelebihan stok bisa terjadi

karena berbagai hal, misalnya konsumsi dalam negeri berkurang akibat

pendapatan masyarakat menurun, atau karena barang tersebut sudah tidak diminati

lagi oleh masyarakat di negara tersebut atau dilarang oleh pemerintahnya karena

dianggap berdampak negatif terhadap kesehatan. Sementara volume produksi

tidak berubah. Atau, kelebihan stok terjadi akibat panen besar (untuk komoditas-

komoditas) pertanian); sementara permintaan dalam negeri tidak

bertambah.(Tulus Tambunan, 2000:42-43 )

2.1.4. Alternatif Teori

2.1.4.1. Hypercompetitive dari Richard D’Aveni

Kondisi persaingan global yang “hyper competitive” memaksa setiap

negara/perusahaan untuk memikirkan/menemukan suatu strategi yang tepat.

Page 17: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

30

Strategi yang tepat tersebut berupa perencanaan dan kegiatan operasional terpadu

yang mengkaitkan lingkungan eksternal dan internal, sehingga dapat mencapai

tujuan jangka pendek dan jangka panjang dengan disertai keberhasilan dalam

mempertahankan/meningkatkan “sustainable” real income secara efektif dan

efisien. Strategi ini dikenal atau disebut sebagai “Sustinable Competitive

Advantage” atau SCA, yaitu “keunggulan daya saing berkelanjutan” (terus-

menerus). Akan tetapi, menurut D’Aveni (1994), pada situasi “hypercompetitive”,

tidak ada lagi perusahaan/negara yang dapat memiliki “keunggulan daya saing

berkelanjutan.” (Hamdy Hady, 2004:60)

Sehubungan dengan pendapat Richard D’Aveni ini, perlu dikemukakan

beberapa catatan (H Hady, 1996) sebagai berikut:

1. Pada situasi “hyper competetive”, keunggulan daya saing suatu

perusahaan/negara tetap didasarkan kepada keunggulan kompetitif

dinamis, walaupun dengan periode / jangka waktu yang relatif pendek.

2. Pengertian SCA (Sustainable Competitive Advantage) atau keunggulan

daya saing berkelanjutan harus diartikan sebagai keunggulan yang

diperoleh karena invention dan innovation secara terus-menerus, sehingga

tetap unggul dari pesaing.

3. Invention dan innovation diperoleh dari hasil research and development,

baik yang bersifat scientific maupun applied.

4. “Suistainable Competitive Advantage” ini relatif lebih tepat dan paling

menguntungkan untuk dilakukan dalam sektor agro industri karena sumber

atau resource base-nya dapat diperbaharui atau renewable.

Page 18: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

31

2.1.4.2. Competitive Advantage of Nation dari M Porter

Menurut M Porter, dalam era persaingan global saat ini, suatu bangsa atau

Negara yang memiliki competitive advantage of nation dapat bersaing di pasar

internasional bila memiliki empat factor penentu yang digambarkan sebagai suatu

diamond sebagai berikut: (Hamdy Hady,2004: 58)

Gambar 2.2 Skema M. Porter – Diamond

1. FACTOR CONDITIONS atau keadaan factor-faktor produksi, seperti

tenaga kerja terampil atau prasarana

Porter membedakan antara factor-faktor dasar (teori H-O) dan faktor-faktor

lanjutan (infra struktur sebuah negara). Kekurangan karunia alam telah

menyebabkan bangsa-bangsa melakukan investasi dalam penciptaan faktor-faktor

lanjutan, seperti pendidikan angkatan kerjanya, pelabuhan bebas dan sistem

komunikasi maju, untuk memungkinkan industri-industri mereka bersaing secara

global. (Donald A. Ball dan Wendell H. McCulloch, 2001:125)

2. DEMAND CONDITIONS atau keadaan permintaan dan tuntutan mutu di

dalam negeri untuk hasil industri tertentu

FIRM STRATEGY STRUCTURE & RIVALRY

DEMAND CONDITIONS

RELATED & SUPPORTING INDUSTRY

FACTOR CONDITIONS

Page 19: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

32

Kondisi-kondisi permintaan sifat dasar dari permintaan domestic. Apabila para

pelanggan sebuah perusahaan sedang mempunyai permintaan, ia akan berusaha

memproduksi produk-produk yang berkualitas tinggi dan inovatif, dan dalam

melakukan hal itu akan memperoleh keunggulan kompetitif atas perusahaan-

perusahaan yang berada di tempat dimana tekanan domestik lebih kecil. (Donald

A. Ball dan Wendell H. McCulloch, 2001:125)

3. RELATED & SUPPORTING INDUSTRY atau eksistensi industri terkait

dan pendukung yang kompetitif secara internasional.

Untuk menjaga dan memelihara kelangsungan keunggulan daya saing, maka

perlu selalu dijaga kontak dan koordinasi dengan pemasok (supplier), terutama

dalam menjaga dan memelihara value chain. (Hamdy Hady,2004: 59)

4. FIRM STRATEGY STRUCTURE & RIVALRY atau strategi perusahaan

itu sendiri dan struktur serta system persaingan antarperusahaan

Strategi perusahaan, struktur organisasi dan modal perusahaan, serta kondisi

persaingan/rivalry di dalam negeri merupakan faktor-faktor yang akan

menentukan dan mempengaruhi competitive advantage perusahaan. Porter

mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan yang terkena persaingan berat di

pasar-pasar domestiknya secara konstan akan meningkatkan efisiensinya, yang

membuat mereka lebih kompetitif secara internasional. (Hamdy Hady,2004: 59)

Industri suatu negara yang sukses dalam skala internasional pada umumnya

didukung oleh kondisi faktor produksi yang baik, permintaan dan tuntutan mutu

dalam negeri yang tinggi, industri hulu atau hilir yang maju dan persaingan

domestik yang ketat. Keunggulan kompetitif yang hanya didukung oleh satu atau

Page 20: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

33

dua atribut saja biasanya tidak akan dapat bertahan, sebab keempat atribut tersebut

sering berinteraksi positif dalam negara yang sukses dalam meningkatkan daya

saing. Disamping kesempatan, peran pemerintah juga merupakan variable

tambahan yang cukup signifikan. (Hendra Halwani, 2005:36)

2.1.4.3. Daya Saing Internasional Berdasarkan Model 9 Faktor (Dong-Sung

Cho)

Dong-Sung Cho menjelaskan bahwa model berlian dari Porter kurang bisa

menerangkan mengapa beberapa jenis industri di Korea Selatan memiliki daya

saing internasional, terutama untuk industri, seperti tekstil, baja, pembuatan kapal

(Ship building), industri mobil (automobile), semikonduktor (semiconductor),

peralatan elektronik rumah tangga (home electronics), kontruksi dan lain-lain.

Dong-Sung Cho menjelaskan bahwa kita membutuhkan model yang bisa

mengatakan kepada kita semua, bukannya berapa banyak tingkat sumber daya

yang sekarang dimiliki sebuah negara, tapi siapa yang bisa menciptakan sumber

daya dan kapan seharusnya setiap sumber daya itu diciptakan.

Perbedaan dengan model Porter adalah terletak pada faktor yang terdapat di

luar kotak berlian, yaitu tenaga kerja, birokrasi dan politisi, entrepeneur dan

manajer, teknisi serta perancang profesional. Juga faktor akses dan kesempatan

dalam melakukan sesuatu bagi masyarakat, yang berada di luar kotak segi empat

tersebut. Di mana faktor ini ikut mempertajam daya saing internasional. Jika

digambarkan maka dapat dilihat seperti dibawah ini:

Page 21: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

34

Gambar 2.3 Daya Saing Internasional-Model 9 Faktor

Dengan demikian, dari rangkain kualitas tenaga kerja, birokrasi yang andal

dan politisi yang profesional dan mampu menciptakan kebijakan yang kondusif

bagi pengembangan daya saing suatu negara, khususnya bagi jajaran politisi dan

birokrasi yang diperlukan faktor integritas dan jujur, yang merupakan prasyarat

utama dalam pengembangan daya saing. Semua faktor di atas saling kait mengait

secara simultan untuk menentukan ketajaman tingkat kompetisi suatu negara.

(Hendra Halwani, 2005:43-44)

Lingkungan Bisnis

Sumber Daya Alam

Industri Terkait dan Pendukung

Permintaan Domestik

Daya Saing Internasional

Faktor Fisik

Kewirausahaan

Politisi Birokrasi

Manajer Profesionl,

Perancang dan Teknisi

Pekerja

Akses dan Kesempatan

Page 22: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

35

2.2. Ekspor

Definisi ekspor adalah pengiriman barang dagangan keluar negeri melalui

pelabuhan diseluruh wilayah Republik Indonesia, baik bersifat komersial maupun

bukan komersial. Sedangkan yang dimaksudkan Impor adalah pengiriman barang

dagangan dari luar negeri ke pelabuhan diseluruh wilayah Indonesia kecuali

wilayah bebas yang dianggap luar negeri, yang bersifat komersial maupun bukan

komersial. (Tn.2007:248)

Ekspor berasal dari produksi dalam negeri dijual /dipakai oleh penduduk luar

negeri, maka ekspor merupakan injeksi ke dalam aliran pendapatan seperti halnya

investasi. Sedangkan impor merupakan kebocoran dari pendapatan, karena

menimbulkan aliran modal ke luar negeri. Ekspor bersih yakni (X-M) adalah

jembatan yang menghubungkan antara pendapatan pendapatan nasional dengan

transaksi internasional. (Nopirin 1995:239)

Nilai ekspor adalah nilai transaksi barang ekspor sampai diatas kapal

pelabuhan muat dalam keadaan free on board (f.o.b), sedang-kan nilai impor

adalah nilai transaksi barang dagangan yang diimpor dari luar negeri dalam

keadaan cost, insurance, and freight (c.i.f). (Tn.2007:248)

Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea

cukai di negara pengirim maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari

perdagangan internasional, lawannya adalah impor.

Ekspor dan impor suatu Negara terjadi karena adanya manfaat yang diperoleh

akibat transaksi perdagangan ini. Perdagangan dapat juga memperbesar kapasitas

konsumsi suatu Negara serta membantu berbagai usaha untuk melakukan

Page 23: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

36

pembangunan dan meningkatkan peranan sector yang mempunyai keunggulan

komparatif karena efisiensi dalam factor-faktor produksi.

Perdagangan internasional dapat terjadi karena beberapa alasan, yaitu :

1. Keanekaragaman kondisi produksi. Perdagangan diperlukan karena adanya

keanekaragaman kondisi produksi di setiap negara. Misalnya, negara A

karena beriklim tropis dapat berspesialisasi memproduksi pisang, kopi;

untuk dipertukarkan dengan barang dan jasa dari negara lain.

2. Penghematan biaya. Alasan kedua adalah timbulnya increasing returns to

scale (penurunan biaya pada skala produksi yang besar). Banyak proses

produksi menikmati skala ekonomis, artinya proses produksi tersebut

cenderung memiliki biaya produksi rata-rata yang lebih rendah ketika

volume produksi ditingkatkan. Cara apa yang lebih baik untuk

meningkatkan produksi selain menjualnya ke pasar global ?

3. Perbedaan selera. Sekalipun kondisi produksi di semua daerah serupa,

setiap negara mungkin akan melakukan perdagangan jika selera mereka

berbeda. Contohnya, negara A dan B menghasilkan daging sapi dan

daging ayam dalam jumlah yang hampir sama, tetapi karena masyarakat

negara A tidak menyukai daging sapi, sedang negara B tidak menyukai

daging ayam, dengan demikian ekspor yang saling menguntungkan dapat

terjadi di antara kedua negara tersebut, yaitu bila negara A mengimpor

daging ayam dan mengekspor daging sapi, sebaliknya negara B

mengimpor daging sapi dan mengekspor daging ayam.

Page 24: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

37

4. Prinsip keunggulan komparatif (comparative advantage). Prinsip ini

mengatakan bahwa setiap negara akan berspesialisasi dalam produksi dan

mengekpor barang dan jasa yang biayanya relatif lebih rendah (artinya

lebih efisien dibanding negara lain); sebaliknya setiap negara akan

mengimpor barang dan jasa yang biaya produksinya relatif lebih tinggi

(artinya kurang efisien dibanding negara lain). ( Tedi Heriyanto, 1999 )

Dengan adanya perekonomian terbuka dan setiap negara berkonsentrasi pada

bidang yang memiliki keunggulan komparatif, maka kehidupan semua orang akan

menjadi lebih baik. Pekerja di setiap negara dapat memperoleh konsumsi dalam

jumlah yang meningkat untuk jumlah jam kerja yang sama.

Menurut Sadono Sukirno (2004:89) ekspor merupakan bagian dari

perdagangan internasional biasa dimungkinkan oleh beberapa kondisi antara lain:

1. Adanya kelebihan dalam negeri, sehingga kelebihan tersebut dapat dijual

keluar negeri melalui kebijaksanaan ekspor

2. Adanya permintaan luar negeri untuk suatu produk walaupun produk

tersebut karena adanya kekurangan produk dalam negeri

3. Adanya keuntungan yang lebih besar dari penjualan ke luar negeri dari

pada penjualan di dalam negeri, karena harga di pasar dunia lebih

menguntungkan

4. Adanya kebijaksanaan ekspor yang bersifat politik

5. Adanya barter produk tertentu dengan produk lain yang dipertukarkan dan

tidak dapat diproduksi dalam negeri.

Page 25: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

38

Keadaan – keadaan yang pada umumnya dapat mengakibatkan bertambahnya

ekspor menurut Soediyono (1989:197) antara lain adalah:

1. Kurs devisa efektif yang berlaku bagi barang-barang ekspor

menguntungkan

2. Peningkatan efisiensi produksi di dalam negeri dalam arti luas, yang dapat

mengakibatkan produsen-produsen barang ekspor dengan nilai ekspor

FOB yang sama dengan menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi.

3. Kegagalan produksi di Negara-negara penghasil produk yang bersaing

dengan produk ekspor Indonesia di pasaran dunia

4. Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter yang serasi disertai dengan

kebijakan peningkatan ekspor yang kuat

5. Meningkatnya nilai kemakmuran masyarakat dunia.

2.3. Harga

Harga dari suatu barang ialah apa yang dirasa oleh penjual, pembeli mampu

membayar. Kemudian harga ini ada yang bersifat tetap dan ada pula yang dicapai

dengan tawar menawar. Jadi pengertian harga sebenarnya ialah suatu nilai yang

dicapai oleh penjual dan pembeli mengenai suatu barang.

Mekanisme harga sangat penting fungsinya dalam ekonomi kita. Harga

memungkinkan konsumen membandingkan nilai, menstimulasi produksi dan

permintaan dan mengalokasikan sumber-sumber menjadi penggunaan yang lebih

produktif.

Page 26: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

39

Tujuan utama dari penetapan harga ialah untuk memperoleh kembali apa yang

sudah dikeluarkan atau return on investment. Ada dua pendekatan dasar untuk

menetapkan harga, yaitu harga menurut biaya dan harga menurut permintaan.

(Buchari Alma, 2002:286)

Penetapan harga barang baru dalam Buchari Alma (2002:291) adalah sebagai

berikut.

Price Skimming. Dalam hal ini pengusaha menetapkan harga setinggi

mungkin. Hal ini dimungkinkan karena barang saingan belum ada, dan barang

ditujukan untuk golongan kaya. Barang ini harus mempunyai keistimewaan dan

menimbulkan prestise bagi konsumennya.setelah barang laku, kemudian harganya

diturunkan dan keuntungan pengusaha makin berlipat ganda.

Penetration pricing. Kebijaksanaan harga ini berlawanan dengan skimming

price. Barang ini sudah banyak saingan di pasar. Oleh sebab itu untuk memasuki

pasar, harus dibanting harganya serendah mungkin.

Geographic Pricing. Kebijaksanaan harga terakhir ialah yang

mempertimbangkan ongkos pengiriman. Setelah terjadi penjualan, siapakah yang

menanggung biaya pengiriman, apakah penjual atau pembeli, ini disebut

geographic karena mempertimbangkan lokasinya.

Tipe harga macam ini ialah FOB factory, FOB Destination, uniform delivered

dan zone delivered pricing.

1. FOB-Factory pricing

FOB artinya free on board. Dalam hal ini penjual bertanggung jawab memuat

produk ke atas kendaraan yang dikehendaki oleh pembeli, tetapi pembeli

Page 27: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

40

bertanggung jawab membayar baiya angkutnya. Artinya pembelilah yang

membayar ongkos angkut barang yang dibelinya. Kesulitan politik harga ini

ialah bila pembeli jauh lokasinya dari produsen, kemudian muncul prodesen

lain yang lebih dekat ke tempat pembeli.

2. FOB Destination Pricing

Disini penjual membayar semua ongkos pengiriman barnag. Biasanya baiya

transport barang rendah.

3. Uniform Delivered Pricing

Disini ditetapkan ongkos yang sama tanpa melihat dimana lokasi pihak

pembeli. Biasanya ongkos angkut barang ini rendah dibandingkan dengan

harga jualnya. Kadang-kadang mereka membebaskan biaya angkut sebagai

senjata untuk melawan saingan.

4. Zone Delivered Pricing

Ini adalah modifikasi dari uniform-delivered pricing. Dalam hal ini ditetapkan

zone pengiriman. Misalnya zone 1, bagi orang yang membeli barang dan

bertempat tinggal di zone 1, bebas ongkos kirim. Tetapi mereka yang tinggal

di zone 2 dikenakan biaya angkut sebesar 2 % dari jumlah pembelian dan yang

tinggal di zone 3, dikenakan biaya angkut 4 % dan seterusnya.

Penetapan harga untuk pasar-pasar luar negeri adalah lebih kompleks karena

manajemen harus memperhatikan dua jenis penetapan harga. (Donald A. Ball

dan Wendell H. McCulloch, 2001:629-630)

1. Penetapan harga nasional luar negeri, yang merupakan penetapan harga

domestic di sebuah Negara lain

Page 28: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

41

2. Penetapan harga Internasional. Penetapan harga internasional menyangkut

penetapan harga-harga untuk barang-barang yang diproduksi di sebuah

Negara dan dijual di Negara lain.

Hukum penawaran pada dasarnya menyatakan bahwa makin tinggi harga

sesuatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para

penjual. Sebaliknya, makin rendah harga sesuatu barang semakin sedikit jumlah

barang tersebut yang ditawarkan. (Sadono Sukirno, 2004 : 87)

Sesuai dengan hukum penawaran, ketika harga naik maka produsen akan

menawarkan barangnya lebih banyak karena mengharapkan keuntungan yang

lebih besar. Begitu pula dengan ekspor karet, harga mempunyai pengaruh yang

positif terhadap ekspor karet di Indonesia.

2.4. Nilai Tukar

Nilai tukar mata uang merupakan perbandingan nilai dua mata uang yang

berbeda atau dikenal dengan sebutan kurs. Nilai tukar didasari dua konsep,

pertama konsep nominal, merupakan konsep untuk mengukur perbedaan harga

mata uang yang menyatakan berapa jumlah mata uang suatu Negara yang

diperlukan guna memperoleh sejumlah mata uang dari Negara lain.

Kedua, konsep riil yang dipergunakan untuk mengukur daya saing komoditi

ekspor suatu Negara di pasaran internasional. Kurs riil atau kadang-kadang

disebut term of trade atau comparativeness (daya saing) pada dasarnya

menunjukkan harga relative produk luar negeri terhadap harga produk domestik.

Page 29: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

42

Kedua konsep tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:

Kurs Riil = є

Ε=

P

P (Kusnendi,2002:32)

Kurs Nominal =Ε= є

∗P

P (Kusnendi,2002:32)

Dimana

=∗P harga barang luar negeri di pasar dunia

=P harga barang domestik di dalam negeri

Permintaan dan penawaran akan valuta asing akan membentuk tingkat nilai

tukar suatu mata uang domestik dengan mata uang negara lain. Penawaran dan

permintaan terhadap valuta asing timbul karena adanya hubungan internasional

dalam perdagangan barang, jasa, maupun modal. Penawaran valuta asing

disebabkan adanya ekspor barang, jasa transfer atau hibah dari luar negeri maupun

capital masuk. Sedangkan permintaan valuta asing disebabkan adanya impor

barang, jasa maupun capital, sehingga untuk menyelesaikan transaksi perlu

menukarkan suatu mata uang domestik dengan valuta asing dan sebaliknya.

(Hendra Halwani, 2005:157)

Secara umum system penentuan nilai tukar dapat dibedakan kedalam dua

system sebagai berikut:

1. Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate system)

Kurs ditetapkan tidak melalui pasar valuta asing, melainkan ditetapkan sendiri

oleh pemerintah. Dalam system ini, devaluasi adalah bentuk kebijakan yang

diambil pemerintah untuk menurunkan kurs mata uang domestik.

Page 30: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

43

2. Sistem nilai tukar fleksibel atau mengambang (Flexible exchange rate

system)

Dalam sistem ini kurs ditetapkan melalui pasar valas (valuta asing). Di pasar

valas diperdagangkan berbagai jenis valas, yang pada umumnya dilakukan

oleh pihak perbankan dan perusahaan-perusahaan yang khusus bergerak dalam

jual-beli valas. Apresiasi merupakan terminology untuk menunjukkan naiknya

kurs suatu mata uang sebagai akibat adanya perubahan permintaan dan

penawaran di pasar valas. Kebalikan dari apresiasi adalah depresiasi.

(Kusnendi,2002:32-33)

Adapun perkembangan sistem nilai tukar seperti yang diungkapkan oleh

Hendra Halwani (2005:158-160) yaitu:

1. Sitem nilai tukar standar emas

Negara yang menganut system nilai tukar standar emas menetapkan nilai tukar

mata uangnya dalam berat emas tertentu. Konsekuensinya dari sistem ini, otoritas

moneter harus bersedia menjual maupun membeli berapa jumlah emas pada harga

yang telah ditentukan. Disamping itu, arus keluar-masuk emas di negara tersebut

dibiarkan bebas. Sistem nilai tukar standar emas menggolongkan tingkat nilai

tukar mata uang sebagai berikut:

a. Kurs mint parity

b. Kurs ekspor emas

c. Kurs titik impor emas

d. Kurs valuta asing yang terjadi

Page 31: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

44

2. Sistem nilai tukar tetap

System nilai tukar tetap (fixed exchange rate) dimana lembaga otoritas

moneter menetapkantingkat nilai tukar mata uang domestic terhadap mata uang

Negara lain pada tingkat tertentu, tanpa memperhatikan penawaran ataupun

permintaan terhadap valuta asing yang terjadi.

3. Sistem nilai tukar pengawasan devisa

Suatu Negara yang menganut rezim pengawasan devisa dalam nilai tukar mata

uangnya biasanya perekonomian Negara tersebut tidak memiliki cadangan devisa

yang cukup untuk menutup deficit neraca pembayaran yang terus menerus.

System pengawasan devisa perlu kondisi sebagai berikut.

a. Mata uang tak konvertibel dengan emas

b. Tingkat nilai tukar mata uang domestik terhadap valuta asing sepenuhnya

tergantung kemauan pemerintah

c. Pendistribusian valuta asing dengan penjatahan secara menyeluruh.

d. Valuta asing yang dihasilkan seluruhnya diserahkan pemerintah.

4. Sistem nilai tukar tambatan

System nilai tukar tambatan atau Pegged exchange rate system, dimana mata

uang domestic dikaitkan dengan suatu mata uang asing. Tingkat nilai tukar mata

uang domestic terhadap mata uang asing lainnya merupakan penurunan dari nilai

tukar mata uang asing yang dijadikan tambatan dengan mata uang asing

lainnya.sistem nilai tukar ini perlu anggapan sebagai berikut.

a. Mata uang domestic tidak konvertibel dengan emas.

Page 32: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

45

b. Tingkat nilai tukar ditentukan oleh otoritas moneter, tetapi tidak ada

pembatasan devisa.

Nilai tukar tambatan dibedakan menjadi dua.

a. Sistem nilai tukar tambatan tanpa penyesuaian (nonadjustable pegged rate

system), yaitu tingkat nilai tukar terhadap valuta asing sama sekali tidak

berubah – ubah.

b. System nilai tukar tambatan dengan penyesuaian (adjustable pegged rate

system), yaitu tingkat nilai tukar terhadap valuta asing dapat diubah-ubah

menurut kebutuhan.

5. Sistem nilai tukar mengambang

Nilai tukar menngambang atau sering disebut floating exchange rate, dimana

tingkat nilai tukar dibiarkan menurut keseimbangan permintaan dan penawaran

mata uang asing yang terjadi. Nilai tukar mengambang harus memenuhi kondisi-

kondisi sebagai berikut.

a. mata uang domestic tidak konvertibel dengan emas

b. penstabilan tingkat nilai tukar hanya dilakukan dengan jalan

mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing

c. tidak ada pembatasan devisa

system pengambangan nilai tukar secara teoritis dibedakan menjadi dua hal,

yaitu pertama, nilai tukar mengambang, dimana pemerintah mempengaruhi

tingkat nilai tukar melalui permintaan dan penawaran valuta asing atau yang

disebut dirty float. Kedua, sering disebut clean float, dimana pemerintah tidak

Page 33: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

46

mencampuri tingkat nilai tukar sama sekali sehingga nilai tukar diserahkan dapa

penawaran dan permintaan valuta asing

Apabila sesuatu barang ditukar dengan barang lain, tentu didalamnya terdapat

perbandingan nilai tukar antara keduanya. Nilai tukar ini sebenarnya merupakan

semacam “harga” di dalam pertukaran tersebut. Demikian pula pertukaran antara

dua mata uang yang berbeda, maka akan terdapat perbandingan nilai/harga antara

kedua mata uang tersebut. Perbandingan inilah yang sering disebut dengan kurs

(exchange rate). (Nopirin,1995:137)

Perbedaan tingkat kurs ini timbul karena beberapa hal:

1. Perbedaan antara kurs beli dan jual oleh para pedagang asing/Bank.

Kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang valuta

asing/Bank membeli valuta asing dan kurs jual apabila mereka menjual.

Selisih kurs tersebut merupakan keuntungan bagi para pedagang.

2. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu

pembayarannya. Kurs TT(Telegraphic Transfer) lebih tinggi daripada

kurs MT (Mail Transfer) sebab perintah atau order pembayaran dengan

menggunakan telegram bagi Bank merupakan penyerahan valuta asing

dengan segera/lebih cepat dibandingkan dengan penyerahan melalui

surat.

3. Perbedaan dalam hal keamanan dalam penerimaan hak pembayaran.

Sering terjadi bahwa penerimaan hak pembayaran yang berasal dari

Bank asing yang sudah terkenal (bonafid) kursnya lebih tinggi daripada

yang belum terkenal. (Nopirin,1995:138)

Page 34: 14 BAB II - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_031125_chapter2(1).pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional

47

Nilai tukar merupakan jumlah mata uang asing per unit mata uang domestik

atau dapat juga didefinsikan sebagai jumlah mata uang domestik per unit mata

uang asing. Nilai tukar mempunyai hubungan yang positif dengan ekspor bersih

suatu perekonomian.ketika nilai tukar naik (depresiasi) maka ekspor juga naik

begitu juga sebaliknya ketika nilai tukar turun (apresiasi) maka ekspor juga turun.

Akses dan Kesempatan