136397462-perfeksionisme

6
Perfeksionisme adalah keyakinan bahwa seseorang harus menjadi sempurna, mencapai kondisi terbaik pada aspek fisik ataupun non-materi. Perfeksionis adalah orang yang memiliki pandangan perfeksionisme. Pada bentuknya sebagai penyakit, perfeksionisme dapat menyebabkan seseorang memiliki perhatian berlebih terhadap detail suatu hal dan bersifat obsesif-kompulsif , sensitif terhadap kritik, cemas berkepanjangan, keras kepala, berpikir sempit dan suka menunda. Hal-hal yang dapat menghambat keberhasilan dalam hal apapun. Orang yang potensial namun perfeksionis akan terhambat kemampuannya. Hasrat menciptakan produk, website atau konten terbaik adalah hal yang perlu, namun seorang perfeksionis akan menemukan banyak rintangan yang sama sekali tidak perlu. Masalah perfeksionis adalah tindakannya yang cenderung suka menunda-nunda dan akhirnya capek sendiri. Obsesinya akan kesempurnaan menjadi beban pikiran dan meletihkan perasaannya. Orang perfeksionis akan cepat kehabisan energi karena terus cemas tentang bagaimana menyempurnakan website-nya atau berpikir seandainya dulu saya begini atau begitu. http://id.wikipedia.org/wiki/Perfeksionisme Kepribadian Perfeksionis, Tidak Selalu Perfect Perfeksionis, boleh dikatakan suatu sifat atau problem kejiwaan dalam diri manusia yang hampir selalu memiliki kesempurnaan. Bagi Anda yang memiliki sifat atau perilaku perfeksionis, terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan yang mungkin belum Anda ketahui. Berikut ciri-ciri orang perfeksionis : Selalu bekerja dengan sepenuh hati dan totalitas Berambisi untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan Cenderung memaksakan diri untuk melakukan segalanya, walaupun sebenarnya sudah di luar batas kemampuannya Mudah sekali kecewa, jika ada satu atau sedikit kekurangan saja, yang walaupun di mata orang lain biasa saja Cenderung sulit untuk rela mendelegasikan tugas atau pekerjaannya kepada orang lain Cenderung tidak mudah percaya atau terkadang meremehkan kemampuan orang lain Mudah emosi dan sering egois Sifat perfeksionis tidak selalu mengerjakan semuanya dengan sempurna dan juga bukanlah hal yang jelek, namun mungkin bisa sedikit dikurangi atau dikontrol agar tidak sampai merugikan orang lain. Untuk mengontrol sifat perfeksionis, mungkin Anda dapat melakukan hal berikut ini: Refreshing dan lebih santai sehingga setiap masalah tidak selalu harus dihadapi dengan serius dan bermuka tegang. Anda bisa berbagi dengan kawan atau bersenda gurau, melontarkan humor ringan ketika Anda bergaul dengan orang lain. Atau jika Anda masih terbilang orang sibuk, Anda dapat sedikit bersantai dengan membaca buku humor atau film lucu. Atau mungkin Anda dapat pergi ke luar kota, atau mengikuti kegiatan lainnya di luar rumah. Anda juga dapat bergabung dengan organisasi, perkumpulan anak muda, atau kelompok arisan, dan sebagainya untuk belajar mengenai pembagian kerja dalam kelompok, agar nantinya Anda tidak mudah untuk meremehkan kemampuan orang lain. Anda dapat mulai belajar untuk mempercayai kemampuan seseorang untuk membantu Anda, seperti meyakini kemampuan Anda. Bersikap terbuka, baik saran atau kritikan, dan nasihat yang membangun. Jadikanlah saran dan kritik untuk membangun dan sebagai acuan produktivitas dan semangat kerja Anda, bukan sebagai alasan untuk merendahkan Anda.

Upload: rahmad-budi-prasetyo

Post on 28-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 136397462-Perfeksionisme

Perfeksionisme adalah keyakinan bahwa seseorang harus menjadi sempurna, mencapai kondisi terbaik pada aspek fisik ataupun non-materi. Perfeksionis adalah orang yang memiliki pandangan perfeksionisme.

Pada bentuknya sebagai penyakit, perfeksionisme dapat menyebabkan seseorang memiliki perhatian berlebih terhadap detail suatu hal dan bersifat obsesif-kompulsif , sensitif terhadap kritik, cemas berkepanjangan, keras kepala, berpikir sempit dan suka menunda. Hal-hal yang dapat menghambat keberhasilan dalam hal apapun. Orang yang potensial namun perfeksionis akan terhambat kemampuannya. Hasrat menciptakan produk, website atau konten terbaik adalah hal yang perlu, namun seorang perfeksionis akan menemukan banyak rintangan yang sama sekali tidak perlu.

Masalah perfeksionis adalah tindakannya yang cenderung suka menunda-nunda dan akhirnya capek sendiri. Obsesinya akan kesempurnaan menjadi beban pikiran dan meletihkan perasaannya. Orang perfeksionis akan cepat kehabisan energi karena terus cemas tentang bagaimana menyempurnakan website-nya atau berpikir seandainya dulu saya begini atau begitu.

http://id.wikipedia.org/wiki/Perfeksionisme

Kepribadian Perfeksionis, Tidak Selalu Perfect

Perfeksionis, boleh dikatakan suatu sifat atau problem kejiwaan dalam diri manusia yang hampir selalu memiliki kesempurnaan. Bagi Anda yang memiliki sifat atau perilaku perfeksionis, terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan yang mungkin belum Anda ketahui. Berikut ciri-ciri orang perfeksionis :

Selalu bekerja dengan sepenuh hati dan totalitas Berambisi untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan Cenderung memaksakan diri untuk melakukan segalanya, walaupun sebenarnya sudah di luar batas kemampuannya Mudah sekali kecewa, jika ada satu atau sedikit kekurangan saja, yang walaupun di mata orang lain biasa saja Cenderung sulit untuk rela mendelegasikan tugas atau pekerjaannya kepada orang lain Cenderung tidak mudah percaya atau terkadang meremehkan kemampuan orang lain Mudah emosi dan sering egois

Sifat perfeksionis tidak selalu mengerjakan semuanya dengan sempurna dan juga bukanlah hal yang jelek, namun mungkin bisa sedikit dikurangi atau dikontrol agar tidak sampai merugikan orang lain. Untuk mengontrol sifat perfeksionis, mungkin Anda dapat melakukan hal berikut ini:

Refreshing dan lebih santai sehingga setiap masalah tidak selalu harus dihadapi dengan serius dan bermuka tegang. Anda bisa berbagi dengan kawan atau bersenda gurau, melontarkan humor ringan ketika Anda bergaul dengan orang lain. Atau jika Anda masih terbilang orang sibuk, Anda dapat sedikit bersantai dengan membaca buku humor atau film lucu. Atau mungkin Anda dapat pergi ke luar kota, atau mengikuti kegiatan lainnya di luar rumah. Anda juga dapat bergabung dengan organisasi, perkumpulan anak muda, atau kelompok arisan, dan sebagainya untuk belajar mengenai pembagian kerja dalam kelompok, agar nantinya Anda tidak mudah untuk meremehkan kemampuan orang lain. Anda dapat mulai belajar untuk mempercayai kemampuan seseorang untuk membantu Anda, seperti meyakini kemampuan Anda. Bersikap terbuka, baik saran atau kritikan, dan nasihat yang membangun. Jadikanlah saran dan kritik untuk membangun dan sebagai acuan produktivitas dan semangat kerja Anda, bukan sebagai alasan untuk merendahkan Anda.

Page 2: 136397462-Perfeksionisme

Seseorang yang perfeksionis, cenderung untuk menginginkan semuanya berjalan sempurna dan untuk itu mereka harus melakukannya sendiri, dan akan terus berusaha hingga membuatnya tampak sempurna baginya, walaupun menurut orang lain, sudah baik dan masih dalam kondisi yang wajar. Untuk itu, diperlukan usaha yang berkelanjutan agar Anda dapat mengubah sedikit demi sedikit kepribadian perfeksionis, menjadi lebih baik.

sumber: beritanet.comhttp://www.resep.web.id/artikel/kepribadian-perfeksionis-tidak-selalu-perfect.htm

Mendeteksi Si Perfeksionis

Orang yang perfeksionis terkadang kurang disukai karena sulit bersikap fleksibel. Bagaimana mengenali si perfeksionis?

* Selalu ingin tampil primaOrang yang perfeksionis selalu ingin tampil sempurna dalam berbagai hal, termasuk dalam penampilan. Ia paling tak tahan untuk tidak melirik kaca dan merapikan diri setiap kali ada kesempatan.

* Ingin jadi superiorSi perfeksionis tidak dapat dengan mudah mengakui kesalahannya di depan publik. Mereka amat peduli akan pendapat orang lain terhadap dirinya dan ingin selalu terlihat pintar dan superior.

* Hobi mengkritikSeseorang yang berkepribadian perfeksionis gemar mengkritik orang-orang di sekitarnya. Jangan harap Anda bisa terlihat sempurna di depan matanya.

* Tidak bahagiaMeski terkesan sempurna, sebenarnya orang yang perfeksionis tidak bahagia dengan kehidupannya. Meski hanya sepersekian detik, Anda pasti bisa menemukan jejak itu di matanya.

* Terobsesi pada sesuatuPernah mendengar teman Anda bilang, "Saya paling tidak tahan melihat meja berantakan," atau "Saya tidak akan berhenti usaha sampai bisa memenangkan penghargaan karya tulis itu!"

http://nasional.kompas.com/read/2008/11/10/15400874/

Sisi Buruk Kesehatan dari Seorang Perfeksionis

Merry Wahyuningsih - detikHealth

imgIlustrasi (Foto: writetodoneKanada, Orang yang memiliki sifat perfeksionis selalu ingin tampil terbaik dan sempurna. Hal ini memang sangat berguna dalam beberapa bidang kehidupan, tapi terkadang juga dapat berdampak buruk terutama bagi kesehatan.

Page 3: 136397462-Perfeksionisme

Perfeksionis akan sangat membantu ketika seseorang mengikuti aturan yang ketat untuk pengobatan penyakit kronis seperti diabetes tipe-2 (diabetes karena gaya hidup).

Namun, perfeksionis dapat berarti menambahkan tekanan mental saat orang tersebut berbuat kesalahan dan tak mau meminta bantuan orang lain karena takut dianggap tidak mampu berbuat sempurna.

Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa karakteristik kepribadian perfeksionisme berkaitan dengan kesehatan fisik yang buruk dan peningkatan risiko kematian. Peneliti baru saja mengamati sifat kompleks ini dan hubungannya dengan kesehatan.

"Perfeksionisme adalah kebaikan yang harus dipuji. Tapi di luar batas tertentu, itu menjadi bumerang dan penghalang," ujar Prem Fry, profesor psikologi di Trinity Western University di Kanada, seperti dilansir dari Livescience, Senin (12/7/2010).

Perfeksionisme cenderung memiliki dua komponen, yaitu sisi positif, seperti menetapkan standar tinggi untuk diri sendiri. Serta sisi negatif yang melibatkan lebih banyak faktor merusak, seperti memiliki keraguan dan keprihatinan atas kesalahan dan merasa tekanan dari orang lain untuk menjadi sempurna.

Dibandingkan dengan dampak kesehatan mental, penelitian pada kondisi fisik memang relatif sedikit. Tapi beberapa penelitian menemukan bahwa perfeksionisme dikaitkan dengan berbagai penyakit, seperti migrain, nyeri kronis dan asma.

Fry dan rekannya baru-baru ini juga melihat hubungan antara perfeksionisme dan risiko kematian. Studi ini diikuti 450 orang dewasa berusia 65 tahun atau lebih selama 6,5 tahun. Partisipan menyelesaikan kuesioner awal untuk menilai tingkat perfeksionisme dan ciri-ciri kepribadian lainnya.

Studi tersebut menemukan bahwa orang yang memiliki tingkat perfeksionis yang tinggi, 51 persen mengalami peningkatan risiko kematian dibanding yang lainnya.

Menurut Fry, hal ini berkaitan dengan tingginya tingkat stres dan kecemasan, yang dihubungkan dengan sifat perfeksionis.

Selain itu, orang perfeksionis juga mengalami penurunan kesehatan akibat menjauhkan diri dari pertolongan orang lain, karena takut dianggap tidak mampu bertindak 'perfect'.

http://us.health.detik.com/read/2010/07/12/151623/1397615/763/sisi-buruk-kesehatan-dari-seorang-perfeksionis

Idealis & Perfeksionis Sep 12, '06 4:34 AMfor everyoneBeberapa hari yang lalu ada satu temen gue (Si A), dia bilang dia mau belajar dan kuliah seperti gue, trus dapet kerjaan seperti gue. Dia bilang dia mau sukses seperti gue, karena menurut dia gue sukses. Yah gue pikir why not, jadi gue ceritain lah apa yang terjadi dengan hidup gue. Tapi satu orang temennya (Si B) bilang ke dia di depan gue..

"Jangan nanya cara untuk sukses ke dia. Cara dia untuk sukses belom tentu cocok dengan elo. Kalo elo mau sukses, loe harus cari cara loe sendiri. Dan dia bukan orang yang bisa ngejudge elo apakah baik benar atau salah dan sukses atau tidak.

Page 4: 136397462-Perfeksionisme

Jangan pernah nanya cara sukses ke orang yang udah sukses, karena mereka biasanya akan memaksakan cara mereka dengan pembuktian bahwa mereka udah sukses. Padahal cara sukses orang berbeda. Jangan nanya saran dengan orang idealis. Dan biasanya orang yang sukses itu orang yang idealis."

Pas gue denger itu, yang pertama kali muncul di kepala gue: "Yea you can say whatever you want coz you got no proof, but I got proof."Dan di saat itu juga gue sadar dia bener.

Cerita ini datang dari seorang teman baikku waktu chat sore tadi. Cerita ini hadir setelah pembicaraan dan diskusi panjang tentang idealisme.

Saat ini aku dan dia sedang dalam phase yang sama. Mau tidak mau, kami sedang harus melakukan dekonstruksi terhadap semua nilai - nilai dan pemikiran kami. Mau tidak mau semua nilai - nilai yang kami anggap benar sejak dulu, kini kembali dipertanyakan. Dan sepertinya semuanya kembali dari nol lagi, semua berada di wilayah abu - abu.

Sejak dulu kami diajarkan bahwa jujur adalah keharusan, saat dewasa kami berusaha untuk jujur namun dikatakan tidak fleksibel dan dipersulit dalam melangkah. Saat kami berusaha untuk mengejar semua yang kami impikan dan menjadi idealis, maka kami dikatakan tidak realistis. Saat kami mengejar kesempurnaan, maka kami dikatakan perfeksionis dan terlalu berambisi. Dulu diajarkan bahwa yang terpenting adalah usaha dan berjuang, kini kami diharuskan memiliki koneksi dan yang berarti adalah hasil pencapaian.

Itu semua merupakan pukulan besar bagi kami. Di mana kami selalu mempercayai nilai - nilai yang ada sejak kecil, kami mempercayai diri kami sendiri beserta semua keputusan kami, dan di mana kami selalu mencari landasan dan bukti nyata untuk setiap keputusan dan keyakinan kami, adalah menyesakkan saat kami harus mempercayai dan menerima suatu nilai yang bahkan tanpa dasar, landasan, dan argumen yang jelas.

"Apakah idealis itu sendiri salah? Gue pikir semua orang dilahirkan idealis. Dan anak - anak kecil adalah sosok yang idealis. Kalau idealis itu sendiri tidak benar, maka untuk apa ada cita - cita? Bukankah cita - cita itu adalah sesuatu yg sempurna, maka kita jadikan itu cita - cita? Bukankah itu menunjukkan bahwa idealis dan perfeksionis itu adalah sesuatu yang harus?"

"Kalau bisa the best, kenapa harus second best? Buktinya banyak orang - orang yang berharap bisa seperti anak - anak, bisa berterus terang dan idealis seperti mereka. Tapi kenapa idealis dan perfeksionis itu sendiri jadi salah? Saat gue berusaha untuk perfeksionis, yang ada gue diharuskan untuk menerima keadaan apa adanya, menerima kegagalan dan kekurangan sebagai sesuatu yang wajar, menerima menjadi second best. Sebagian orang mengagumi tapi sebagian lagi mencemooh orang yang idealis dan perfeksionis. Dan gue ga terima saat gue disalahkan dengan bukti yang menurut gue enggak nyata."

"Gue jadi berpikir tentang dua orang yang ada di hadapan gue, yang nanya itu orangnya pemabuk, penjudi, penjilat. Sedangkan yang ngomongin dia adalah orang yang dibenci sekantor dan enggak punya prestasi apa - apa. Jadi sebetulnya yg bermasalah dengan idealisme dan perfeksionis itu siapa?"

Diskusi yang panjang tanpa akhir solusi ataupun pendapat yang pasti, karena sejujurnya aku pun sedang berada dalam phase yang sama, dan aku sendiri belum tahu apa jawabanku. Tapi aku berusaha untuk percaya bahwa idealisme itu harus ada dan baik adanya. Dunia ini mungkin memang tidak ideal, tapi itu kembali kepada bagaimana cara pandang setiap orang. Ideal bagi satu orang belum tentu ideal bagi orang lainnya. Dan pada dasarnya konsep ideal itu sendiri adalah digunakan untuk diri sendiri, apakah diri dan hidup kita sudah sesuai dengan idealisme

Page 5: 136397462-Perfeksionisme

kita, dan bukan dengan perbandingan dengan orang lain.

Dan kupikir dalam pekerjaan maupun hubungan apapun, semuanya berjalan dengan aturan yang sama seperti hidup. Idealisme akan bergantung kepada siapa pemenang dalam adu idealisme tersebut. Sebagaimana aturan akan diciptakan oleh yg paling berkuasa, begitu juga idealisme. Tapi sesungguhnya idealisme itu bukanlah sesuatu yang baku dan diam. Idealisme adalah perjalanan. Dan tanpa kita pernah berusaha untuk menunjukkan idealisme kita sendiri, maka idealisme kita akan tenggelam dan mau tidak mau kita akan harus hidup dalam idealisme orang lain. Dan selama kita memandang seperti itu, maka selama itu juga idealisme akan menjadi perbandingan dengan orang lain. Padahal seharusnya atau seidealnya, adalah menurut diri sendiri untuk diri sendiri.

Aku berusaha percaya bahwa idealisme ada untuk membuat segalanya menjadi lebih baik, karena aku percaya idealisme adalah sesuatu yg seidealnya dan seharusnya dapat terjadi. Apabila bisa mencapai yg terbaik, mengapa harus puas menjadi yg baik saja? Aku percaya dalam hidup ini segalanya harus diusahakan hingga titik darah terakhir, agar suatu saat nanti tidak ada penyesalan dalam hidup ini.

Sementara perfeksionis, adalah salah satu sikap utama yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi ideal tadi. Dengan sikap yang terus ingin sempurna dan sebaik - baiknya, maka keadaan ideal akan lebih mudah untuk diwujudkan. Aku percaya perfeksionis sendiri bukan hal yang buruk. Tidak ada yg salah dengan menjadi seorang yang perfeksionis. Begitu juga dengan tidak ada yang salah untuk menerima kegagalan dan ketidak mampuan. Tetapi menerima kegagalan bukan berarti berhenti. Bukan berarti menerima begitu saja menjadi second best, melainkan semua kegagalan dan ketidakmampuan itu adalah indikasi bahwa kita belum mampu untuk mencapai tingkatan idealisme itu. Dan karenanya kita masih harus berusaha untuk mencapai tingkatan itu, untuk menjadi yg terbaik. Perfeksionisme bukan satu titik, melainkan perjalanan. Keinginan untuk menjadi sempurna, untuk terus berusaha menjadi yg terbaik, untuk tidak menyerah dengan ketidakmampuan dan kegagalan, untuk mencapai idealnya.

Apabila kesuksesan sendiri terbagi atas beberapa dimensi, apalagi hidup ini. Idealisme di mana dan yang mana, tentu semua orang memiliki tolak ukurnya masing - masing. Dan tidak ada yg salah dengan perkataan si B itu. Semuanya benar. Tetapi itu juga menunjukkan bahwa dia (si B) adalah seorang yg idealis. Seorang idealis mengatakan jangan menanyakan hal dan saran pada seorang idealis. Pernyataan itu tidak logic, jadi mana yg benar? Menurutku itu hanyalah ego pribadi si B. Tidak ada yg perlu dibuktikan dan tidak ada yang perlu dipermasalahkan.

Aku masih percaya, selama aku mau, apapun bisa kuraih dan apapun bisa kudapatkan.The sky is my limit.

http://viliaciputra.multiply.com/journal/item/860

Mengasah Perfeksionisme yang SehatPenulis : Yulia Permata Sari

CETAK

KIRIM

DIGG

FACEBOOK

Page 6: 136397462-Perfeksionisme

Mengasah Perfeksionisme yang Sehat

sxc.huPERFEKSIONISME yang sehat mampu mendorong individu mencapai prestasi tertinggi dan bekerja keras. Tapi, jika tidak berhati-hati mengelolanya, perilaku tersebut dapat menjadi bumerang yang menghancurkan diri sendiri.

Gwyneth Paltrow, Serena Williams, serta si kembar Mary-Kate dan Ashley Olsen merupakan beberapa contoh perfeksionis sehat. Sebaliknya, karakter yang dimainkan Natalie Portman di film Black Swan merupakan contoh sempurna untuk menggambarkan perfeksionisme yang obsesif dan melanggar batas.

Jika Anda menyebut diri sebagai seorang perfeksionis, pelajari bagaimana cara membuat perilaku tersebut menjadi sesuatu yang bersifat positif dan sehat. Berikut ini adalah sejumlah panduan yang diberikan psikolog Harvard, Jeff Szymanski, Ph.D., seperti dikutip situs msn.careerbuilder.com:

Berhenti mengkhawatirkan potensi kesalahanWajar saja jika Anda tidak ingin membuat kesalahan dalam hal apa pun. Tapi, ada baiknya mengevaluasi gravitasi kesalahan berdasarkan tugas serta hasil yang diharapkan. Kesalahan ejaan dalam laporan setebal 100 halaman kemungkinan akan diabaikan orang, sedangkan satu kesalahan saja dalam lembar resume bisa menangkap perhatian seseorang dengan segera.

Jika Anda selalu khawatir tentang kesalahan yang mungkin dibuat, Anda bisa terlalu tenggelam dalam satu hal dan melewatkan hal-hal penting lainnya seperti tenggat waktu dan membuat stres diri sendiri.

Menjaga keseimbanganKualitas sama pentingnya dengan efisiensi di tempat kerja. Selain rajin dan cermat, Anda juga dituntut untuk memberikan hasil yang memuaskan. Sebagai contoh, seorang wartawan tidak selalu memiliki waktu untuk memeriksa ulang fakta dan akurasi hingga dirinya yakin seratus persen tentang artikel yang ditulis. Tapi, bagaimana pun berita tetap harus naik cetak dan tenggat waktu dipenuhi.

Fokus pada usahaAda kemungkinan Anda membuang-buang banyak waktu untuk menyempurnakan hal-hal yang sebetulnya tidak perlu disempurnakan. Perilaku tersebut hanya akan membuat Anda stres dan kehabisan energi sepanjang waktu. Keterbatasan waktu dan sumber daya membuat Anda harus memprioritaskan hal-hal secara strategis dan mengetahui kapan harus berhenti menuntut segala sesuatu serba sempurna.

Belajar dari kesalahanAda perbedaan mendasar antara kecewa pada diri sendiri atas kinerja Anda dengan membenci atau tidak menyukai diri karena hal itu. Perfeksionisme sehat terkait dengan kemampuan Anda untuk mengoreksi dan mengkritik diri sendiri, sedangkan perfeksionisme yang tidak sehat terkait dengan rasa kecewa kronis yang berujung pada depresi dan membenci diri sendiri.

Kali lain membuat kesalahan, cobalah untuk belajar dari kesalahan yang Anda buat dan tidak menganggapnya sebagai kegagalan. (Yul/OL-06)

http://www.mediaindonesia.com/mediaperempuan/index.php/read/2011/10/03/6134/13/Mengasah-Perfeksionisme-yang-Sehat