1.3. pedoman budidaya peng kambing perah

50
DIREKTORAT BUDIDAYA TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2012 PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN BUDIDAYA KAMBING PERAH

Upload: citra-yuli-prastyawati

Post on 21-Oct-2015

72 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

kambing

TRANSCRIPT

DIREKTORAT BUDIDAYA TERNAK

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN

DAN KESEHATAN HEWAN

2012

PEDOMAN TEKNIS

PENGEMBANGAN BUDIDAYA KAMBING

PERAH

i

KATA PENGANTAR

Dalam DIPA Satuan Kerja Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI. Tahun Anggaran 2012, terdapat kegiatan pengembangan budidaya kambing perah. Kegiatan tersebut difokuskan pada peningkatan populasi dan produktivitas kambing perah dalam rangka peningkatan pendapatan peternak melalui produksi susu.

Jumlah kelompok yang berminat dibidang agribisnis peternakan

semakin banyak, hal ini terlihat dari semakin meningkatnya jumlah proposal pengembangan budidaya kambing perah yang diajukan oleh kelompok peternak ke Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk mendapatkan fasilitasi modal usaha sebagai dana stimulasi untuk mengembangkan usaha budidaya kambing perah.

Agar pelaksanaan kegiatan pemberdayaan dan pengembangan

budidaya kambing perah di kelompok peternak tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar, maka disusun Pedoman Teknis Pengembangan

Budidaya Kambing Perah Tahun 2012, untuk dijadikan acuan bagi para pelaksana kegiatan, sehingga tujuan dan sasaran program dapat tercapai

secara optimal.

Jakarta, Nopember 2011

DIREKTUR BUDIDAYA TERNAK

Ir. Fauzi Luthan

NIP. 19560505 198503 1 011

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................. ii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1 A. LatarBelakang ............................................................ 1

B. Maksud dan Tujuan .................................................... 3

C. Ruang Lingkup ........................................................... 3

D. Pengertian ................................................................. 4

E. Sasaran Kegiatan ........................................................ 4

F. Indikator Keberhasilan ................................................ 5

G. Komponen Kegiatan .................................................... 5 H. Peran Pemerintah Daerah, Swasta dan Masyarakat ........ 6

I. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ....................................... 7 J. Lokasi Kegiatan .......................................................... 7

BAB II KRITERIA DAN SELEKSI PENETAPAN KELOMPOK ................ 8 A. Kriteria dan Persyaratan .............................................. 8

B. Seleksi dan Penetapan ................................................ 10

BAB III PENGELOLAAN DANA ........................................................ 12

A. Penggunan Dana ........................................................ 12

B. Pengajuan dan Transfer Dana ...................................... 13

BAB V KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA KAMBING

PERAH ............................................................................ 16

A. Bibit dan Pemilihan Bibit .............................................. 16 B. Kandang dan Peralatan ............................................... 17

C. Pakan ..................................................................... 17

D. Penyakit Kambing Perah .............................................. 18

E. Pengolahan Susu ........................................................ 19

BAB V ORGANISASI PELAKSANAAN .............................................. 20

A. Pengarah Kegiatan ..................................................... 20 B. Tim Pelaksana ............................................................ 20

C. Tim Pembina .............................................................. 21 D. Tim Teknis Kabupaten/Kota ......................................... 22

iii

BAB VI PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN ..................................... 23

A. Pembinaan ................................................................ 23 B. Pengendalian ............................................................. 23

C. Pengawasan .............................................................. 24

BAB VII MONITORING DAN EVALUASI PELAPORAN ......................... 26

A. Indikator Kinerja ........................................................ 26

B. Monitoring dan Evaluasi .............................................. 27

C. Pelaporan .................................................................. 28 D. Jenis Laporan ............................................................. 29

BAB VIII PENUTUP ....................................................................... 31

iv

LAMPIRAN

Lampiran 1 Format Surat Perjanjian Kerjasama

Lampiran 2 Format Rencana Usaha Kegiatan Kelompok Lampiran 3 Format Rekapitulasi Rencana Usaha Kegiatan Kelompok

Lampiran 4 Fomat Berita Acara Pembayaran Lampiran 5 Format Kwitansi

Lampiran 6 Format Laporan Outline Tahunan

Lampiran 7 Format Laporan Bulanan Lampiran 8 Format Laporan Triwulan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Produksi susu segar dalam negeri yang berasal dari ternak kambing

perah FH sampai saat ini hanya mampu memenuhi sekitar 24,8 % dari

kebutuhan Nasional. Terbatasnya daerah yang sesuai untuk

pengembangan kambing perah, kualitas pakan yang relatif rendah dan

manajemen pemeliharan yang masih dibawah standar mengakibatkan

ternak ini tidak dapat mengekspresikan potensi genetiknya secara

maksimal seperti di daerah asalnya. Situasi ini diperburuk lagi dengan

meningkatnya harga pakan dan melemahnya daya beli masyarakat,

sehingga banyak peternakan kambing perah di Indonesia mengalami

masa sulit.

Adanya faktor pembatas baik secara biologis dan non biologis (teknis)

dalam usaha budidaya kambing perah FH secara luas di Indonesia, perlu

dicari ternak perah alternatif yang cocok untuk dikembangkan dan dapat

diterima secara luas oleh masyarakat. Dalam hal ini ternak kambing

mempunyai potensi sebagai ternak perah. Dilaporkan bahwa susu

kambing adalah sebaik susu ibu dan lebih baik dari susu sapi untuk

pemenuhan gizi manusia (Jensen, 1994). Keunggulan lain susu kambing

adalah tingginya proporsi butir-butir lemak ukuran kecil (rantai karbon

pendek dan sedang) sehingga susu kambing lebih homogen, mudah

dicerna dan tidak menimbulkan gangguan pencernaan bagi mereka yang

alergi bila mengkonsumsi susu kambing. Susu kambing mengandung

mineral Ca dan P yang cukup tinggi, dan juga dapat membantu

penyembuhan beberapa penyakit pernapasan seperti bronchitis, ashma

dll (Jansen, 1994).

Daerah produksi kambing perah di Indonesia terutama terdapat di Jawa

Tengah dan DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timur. Namun beberapa

2

tahun terakhir ternak kambing perah sudah mulai dikembangkan di luar

Pulau Jawa yaitu di Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung. Ternak

kambing cocok dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan peternak

kecil karena mudah dipelihara dan cepat memberikan hasil (daging dan

susu) disamping juga memberikan nilai tambah dari kotorannya sebagai

pupuk organik maupun biogas sebagai alternatif BBM.

Pengembangan peternakan kambing perah di Indonesia masih

menghadapi banyak masalah baik ditunjau dari jenis maupun kedalaman

permasalahan yang dihadapi. Dengan pendekatan sistem agribisnis,

terlihat dengan jelas bahwa permasalahan off-farm kambing perah, baik

pada tingkat hulu (sub-sistem pengadaan input faktor) maupun tingkat

hilir (sub-sistem pengolahan dan pemasaran) tidak lebih sederhana

dengan permasalahan yang dihadapi pada sub- sistem bididaya (on-

farm) itu sendiri. Berbagai permasalahan yang dihadapi pada semua sub-

sistem agribisnis kambing perah ini secara simultan berpengaruh pada

masih rendahnya kinerja dari sistem agribisnis kambing perah di

Indonesia.

Karena itu suatu pendekatan kelompok bahkan gabungan kelompok

peternak kambing perah perlu dilaksanakan untuk memudahkan proses

fasilitas dan akselerasi adopsi kegiatan usaha budidaya kambing perah.

Salah satu upaya untuk membantu peternak meningkatan populasi dan

produktivitas kambing perah, maka Direktorat Budidaya Ternak

merencanakan kegiatan Pengembangan Budidaya Kambing Perah.

Pengembangan dan peningkatan produktivitas Kambing Perah tersebut

dilakukan melalui Kelompok yang dianggap mampu melaksanakan

kegiatan (Pengembangan dan peningkatan produksi Kambing Perah)

tetapi mempunyai keterbatasan dalam akses permodalan. Agar

pelaksanaan kegiatan tersebut dapat berjalan lancar dan tepat sasaran

maka pada tahun anggaran 2012 ini dilaksanakan penyusunan Pedoman

Teknis Kegiatan Pengembangan Budidaya Kambing Perah.

3

B. Maksud dan Tujuan

Pedoman teknis pengembangan budidaya kambing perah tahun 2012 ini

sebagai acuan bagi tim pelaksana Pusat, Dinas Peternakan atau Dinas

yang menangani fungsi peternakan propinsi dan kabupaten/kota serta

institusi/pihak terkait lainnya dan kelompok ternak kambing perah

terpilih, dalam menjalankan tugas dan fungsi masing-masing meliputi

aspek pelaksanaan monitoring, evaluasi, pengawasan, dan pelaporan

kegiatan sehingga program persusuan dapat dilaksanakan secara efektif,

efisien dan akuntabel.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pedoman teknis ini meliputi :

1. Maksud, tujuan, ruang lingkup, pengertian

2. Indikator keberhasilan, fasilitas pelaksanaan kegiatan, peran

pemerintah daerah swasta dan masyarakat, jadwal pelaksanaan

kegiatan

3. Kriteria, seleksi dan penetapan kelompok, persyaratan kelompok,

persyaratan teknis usaha budidaya kambing Perah, seleksi dan

penetapan kelompok

4. Pengelolaan dana operasional dan pengolahan dana penguatan

modal usaha, penarikan dan penggunaan dana kelompok kambing

Perah

5. Kegiatan pengembangan usaha budidaya kambing Perah, prinsip

pendekatan pelaksanaan kegiatan, pendampingan (petugas teknis)

kabupaten/kota, penguatan kapasitas kelembagaan kelompok,

pengembangan usaha budidaya, lokasi pengembangan

6. Organisasi pelaksanaan

7. Pembinaan dan pengendalian

8. Pelaporan

4

D. Pengertian

1. Kambing perah adalah rumpun atau galur kambing yang karena

kemampuannya dapat menghasilkan susu dalam jumlah dan lama

produksi yang melebihi rumpun atau galur kambing tipe daging.

2. Kelompok Peternak Kambing Perah adalah kelompok yang terpilih

dan ditetapkan sebagai penerima dana fasilitasi pengembangan

usaha budidaya ternak kambing perah.

3. Sentra budidaya kambing perah adalah wilayah sentra produksi

kambing perah yang mempunyai potensi sumber daya alam dan

sumber daya manusia yang mendukung untuk dapat berkembang

dan berproduksi dengan baik.

4. Peternakan Kambing perah adalah usaha budidaya ternak kambing

perah dengan tujuan utama menghasilkan susu dan anak.

5. Budidaya (dalam arti luas) kambing perah adalah serangkaian

kegiatan pada sistem agribisnis kambing perah.

6. Sistem agribisnis (kambing perah) adalah suatu sistem usaha yang

berkaitan dengan pertanian (peternakan kambing perah) dengan

pendekatan efisiensi dan kelayakan usaha. Sistem agribisnis meliputi

subsistem input (sarana dan prasarana), proses produksi (budidaya

dalam arti sempit), output (hasil produksi), pasca panen, pemasaran

dan subsistem pendukung.

E. Sasaran Kegiatan

Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan program pengembangan

budidaya kambing perah yaitu:

1. Meningkatnya populasi, produksi dan produktivitas kambing perah di

kelompok ;

2. Menguatnya kelembagaan dan modal usaha kelompok di bidang

usaha budidaya kambing perah

3. Meningkatnya kemandirian dan jaringan kerjasama antara kelompok

serta kelompok dengan stakehollders dan masyarakat

4. Berfungsinya kelompok kambing perah sebagai motivator dan

fasilitator pengembangan usaha di sekitarnya khususnya dalam

bidang usaha budidaya kambing perah

5

5. Tumbuh dan berkembangannya kelompok kambing perah sebagai

sentra produksi perternakan, sekaligus sebagai embrio pembentukan

inti usaha budidaya kambing perah.

F. Indikator Keberhasilan

1. Terbentuknya kelompok peternak dengan fokus usaha produksi susu

dengan hasil ikutan anak yang berkualitas bibit.

2. Inisiasi simpul-simpul baru usaha budidaya kambing perah dengan

menerapkan prinsip budidaya ternak secara baik (good farming

practices) dengan memperhatikan usaha pembibitan yang baik (good

breeding practices).

3. Meningkatnya kemandirian dan berkembangnya usaha budidaya

kambing perah menuju usaha yang berdaya saing dan

berkelanjutan.

G. Komponen Kegiatan

Komponen kegiatan pengembangan usaha budidaya kambing perah

Dana APBN Pusat (Dekon/TP) tahun 2012 meliputi:

1. Perencanaan, koordinasi kepada stake holder terkait, baik ditingkat

pusat maupun di daerah;

2. Pelaksanaan Kegiatan :

a. Seleksi calon kelompok kambing perah melalui : identifikasi

verifikasi dan validasi

b. Penetapan Kelompok terpilih melalui Keputusan Kepala Dinas

Peternakan (provinsi/kabupaten/kota) yang membidangi fungsi

peternakan;

c. Workshop dilaksanakan dalam rangka penyusunan, pembahasan

dan pengesahan Rencana Usaha kegiatan (RUK) di kelompok

Kambing perah; penandatangan surat perjanjian kerjasama dan

dokumen administrasi pencairan Dana antara kelompok kambing

perah dengan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan/atau

Penjabat Pembuat Komitmen (PPK)

6

d. Penyaluran dana penguatan modal usaha pengembangan

budidaya kambing perah ke rekening kelompok ;

e. Pembinaan, koordinasi, dan supervisi pelaksanaan kegiatan

pengembangan budidaya kambing perah;

f. Monitoring, evaluasi dan pengawasan kegiatan pengembangan

budidaya kambing perah;

g. Pelaporan kegiatan pengembangan budidaya kambing perah.

H. Peran Pemerintah Daerah, Swasta dan Masyarakat

Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota), swasta, dan

masyarakat memberikan dukungan terhadap upaya-upaya yang

dilakukan oleh kelompok kambing perah baik dalam rangka

pengembangan usahanya, maupun dalam pembinaan terhadap

masyarakat sekitarnya.

Pemerintah provinsi melalui tim pembina provinsi, melakukan koordinasi,

sosialisasi, pembinaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan kelompok

kambing perah. Pemerintah kabupaten/kota melalui tim teknis

kabupaten/kota memberikan rekomendasi usulan kelompok kambing

perah, pembinaan teknis dan manajemen dan pelaporan kelompok

kambing perah, serta melakukan pembinaan lanjutan bagi kelompok.

Selain itu, pemerintah Daerah (provinsi/kabupaten/kota) diharapkan

mampu menciptakan iklim usaha yang kondusif dengan menyediakan

sarana dan prasarana pendukung seperti penyediaan prasarana

transprotasi jalan, saluran listrik, pos kesehatan hewan terpadu, serta

alokasi dana pendamping yang memadai bagi kegiatan pengembangan

usaha budidaya kambing perah.

Swasta berperan dalam penyediaan sarana produksi peternakan seperti :

alat dan mesin, pengolahan dan pemasaran hasil, transfer teknologi,

7

pendidikan dan pelatihan, maupun kerjasama usaha melalui pola

kemitraan.

Masyarakat seperti asosiasi produsen, IPS, Koperasi, tokoh masyarakat

dan lainnya berperan memberikan dorongan sekaligus melakukan kontrol

terhadap pemanfaatan dana bantuan sosial modal usaha.

I. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksaan kegiatan pengembangan usaha budidaya kambing perah dana

APBN Pusat (Dekon/TP) Tahun 2012, dilaksanakan dalam tahun 2012

dari bulan Januari sampai dengan Desember 2012.

J. Lokasi Kegiatan

Lokasi pengembangan usaha budidaya kambing perah tahun 2012 akan

dilaksanakan pada daerah-daerah kawasan potensial dengan

memperhatikan aspek teknis dan kebijakan pemerintah daerah.

8

BAB II

KRITERIA DAN SELEKSI PENETAPAN KELOMPOK

A. Kriteria dan Persyaratan 1. Kelompok

Kelompok kambing perah sasaran yang akan difasilitasi harus

memenuhi kriteria seleksi sebagai berikut :

(1) Kelompok kambing perah harus mempunyai legalitas/surat

keterangan dari pemerintah kabupaten/kota dan telah

beraktifitas di bidang budidaya kambing perah

(2) Mempunyai potensi, minat dan telah merencanakan

pengembangan usaha budidaya kambing perah yang layak

secara teknis, ekonomis, sosial dan lingkungan

(3) Mempunyai pengalaman untuk usaha budidaya ternak kambing

perah sesuai dengan proposal yang diusulkan

(4) Kelompok kambing perah yang bersangkutan tidak atau sedang

bermasalah dengan program lainnya

2. Lokasi

Lokasi usaha peternakan kambing perah harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

(1) Tidak bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR)

dan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD) setempat;

(2) Mempunyai potensi untuk pengembangan kambing perah serta

ditetapkan sebagai wilayah pengembangan kambing perah;

(3) Ketinggian lokasi terhadap wilayah sekitarnya disesuaikan

dengan lingkungan, sehingga kotoran dan limbah tidak

mencemari lingkungan.

(4) Usaha budidaya kambing perah sebaiknya terletak di daerah

yang tidak ditemukan gejala klinis atau bukti lain penyakit

tuberkolosis, brucellosis (keluron menular), antrax (radang

limpa), anaplasmosis, piroplasmosis dan scabies.

9

(5) Lokasi usaha tidak mudah dimasuki binatang liar serta bebas

dari hewan piaraan lainnya yang dapat menularkan penyakit

(6) Didukung oleh infrastruktur yang baik

3. Sumber Air

Sumber air tersedia tidak jauh dari kandang/kelompok peternakan

atau dapat mengalir dengan mudah mencapai kandang dalam

jumlah yang cukup

4. Bangunan dan Peralatan

Untuk usaha budidaya kambing perah diperlukan bangunan,

peralatan, dan letak kandang yang memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

(1) Konstruksi kandang harus kuat, terbuat dari bahan yang

ekonomis dan mudah diperoleh, sirkulasi udara dan sinar

matahari cukup, drainase dan saluran pembuangan limbah baik,

serta mudah dibersihkan, lantai dengan kemiringan 5% tidak

licin, tidak kasar, mudah kering dan tahan injak, luas kandang

memenuhi pesyaratan daya tampung ternak

(2) Letak kandang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Mudah diakses terhadap transportasi

b. Tempat kering dan tidak tergenang saat hujan

c. Dekat sumber air, atau mudah dicapai aliran air

d. Kandang isolasi terpisah dari kandang/bangunan lain

e. Tidak menggangu lingkungan hidup

f. Memenuhi persyaratan hygiene dan sanitasi

10

(3) Peralatan meliputi tempat pakan dan tempat minum, alat

pemotong dan pengangkut rumput, alat pembersih kandang dan

pembuatan kompos, peralatan kesehatan hewan, peralatan

pemerahan dan pengolahan susu, peralatan sanitasi kebersihan

dan peralatan pengolahan limbah

5. Pakan

(1) Setiap usaha peternakan kambing perah harus menyediakan

pakan yang cukup bagi ternaknya, baik yang berasal dari pakan

hijauan maupun pakan konsentrat.

(2) Pakan hijauan dapat berasal dari rumput, leguminosa, sisa hasil

pertanian dan dedaunan yang mempunyai kadar serat yang

relative tinggi dan kadar energi rendah. Kualitas pakan hijauan

tergantung umur pemotongan, palatabilitas dan ada tidaknya zat

toksit (beracun) dan anti nutrisi

(3) Pakan konsentrat diberikan sesuai standar kebutuhan untuk

pedet, kambing dara, kambing bunting, kambing laktasi dan

kambing kering kandang. Pakan dapat berupa ransom komersil

atau campuran sendiri.

(4) Pemberian imbuhan pakan (feed additive) dan pelengkap pakan

(feed supplement) harus memenuhi persyaratan peraturan yang

berlaku.

B. Seleksi Dan Penetapan Kelompok

1. Seleksi

Usulan (dalam bentuk proposal) dari kelompok-kelompok peternak

kambing perah yang mendapatkan rekomendasi dari pemerintah

kabupaten/kota (cq. Dinas Peternakan/Dinas yang membidangi

unsur peternakan Provinsi/Kabupaten/Kota) selanjutnya diproses

oleh pemerintah provinsi (cq. Tim Pembina Provinsi),

11

melalui tiga tahap pemilihan, yaitu:

a. Tahap pertama : penyusunan long list

Penyusunan long list dilakukan berdasarkan usulan proposal

yang masuk ke Dinas Peternakan/Dinas yang membidangi unsur

peternakan Provinsi/Kabupaten/Kota kemudian dilakukan

tabulasi serta melakukan invetaris pendataan (long list)

b. Tahap kedua : penyusunan medium list

Berdasarkan data tabulasi dan inventarisasi (long list) Tim Dinas

Peternakan/Dinas yang membidangi unsur peternakan

Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan penilaian dan seleksi untuk

proposal yang memenuhi syarat kelengkapan administrasi dan

tekhnis serta menghindari duplikasi sasaran dengan tahun

sebelumnya kedalam data tabulasi (medium list )

c. Tahap ketiga : penyusunan short list

Tim Dinas Peternakan/Dinas yang membidangi unsur peternakan

Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan identifikasi, validasi,

verifikasi, ke lapangan dalam rangka penyusunan short list untuk

diusulkan ke Kepala Dinas Peternakan/Dinas yang membidangi

unsur peternakan Provinsi/Kabupaten/Kota sebagai kelompok

calon penerima bantuan

2. Penetapan

Berdasarkan short list calon kelompok kambing perah sasaran, Dirjen

Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kepala Dinas Peternakan/Dinas

yang membidangi unsur peternakan Provinsi/Kabupaten/Kota

menetapkan kelompok kambing perah terpilih sebagai penerima

bantuan dana pengembangan budidaya kelompok kambing perah

tahun 2012.

12

BAB III

PENGELOLAAN DANA

Pengelolaan dana APBN Pusat (DEKON/TP) pengembangan budidaya kambing

perah tahun 2012 berpedoman pada: 1). Peraturan Menteri Keuangan Nomor :

134/PMK.06/2005 tentang Pedoman pembayaran pelaksanaan APBN; 2)

Peraturan Ditjen Perbendaharaan Nomor : PER.11/PB/2012 tentang perubahan

Peraturan Ditjen Perbendaharaan Nomor : PER.66/PB/2005 tentang Mekanisme

Pelaksanaan Pembayaran APBN; 3) Perpres Nomor 54 Tahun 2012 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 4) Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan

Dana APBN Ditjen Peternakan Tahun 2012.

A. Penggunaan Dana

Dana APBN Pusat (DEKON/TP) pengembangan budidaya Kambing Perah

merupakan dana yang dialokasikan kepada kelompok terpilih, digunakan

sebagai dana untuk pengembangan Budidaya Kambing Perah.

Penggunaan dana diatur dalam RUK yang peruntukkannya meliputi: 1)

Pembelian Ternak; 2) Pengadaan sarana pendukung seperti kandang,

obat-obatan dan vitamin, pakan dll termasuk biaya administrasi dan

pelaporan. Rincian penggunaan dana sebagai berikut :

Tabel. 1: Proporsi penggunaan dana pengembangan budidaya kambing Perah Komponen Kegiatan Proporsi Pembiayaan (%)

Pembelian Ternak (75)

- Kambing Betina (ekor)

- Kambing Jantan (ekor)

Sarana Penunjang (25)

1 Perbaikan Kandang

2 Pengembangan HMT

3 Pakan Konsentrat

4 Pengolahan limbah ternak

5 Obat-obatan & Vitamin/Mineral

6 Administrasi Kelompok

13

B. Pengajuan dan Transfer Dana

Kelompok kambing perah terpilih mengajukan usul penyaluran dana

pengembangan budidaya sapi perah kepada KPA dengan melengkapi

persyaratan sebagai berikut:

1. Surat Perjanjian Kerjasama antara Dirjen Peternakan dan Kesehatan

Hewan, Dinas Peternakan/Dinas yang membidangi unsur peternakan

Provinsi/Kabupaten/Kota dengan ketua Kelompok diketahui oleh KPA

Dinas Peternakan/Dinas yang membidangi unsur peternakan

Provinsi/Kabupaten/Kota (sesuai dengan lampiran 1).

2. Rencana Usaha Kegiatan Kelompok (RUK) pengembangan budidaya

kambing perah tahun 2012 ditandatangani oleh Ketua Kelompok,

disetujui oleh Tim Teknis Dinas Peternakan/Dinas yang membidangi

unsur peternakan Provinsi/Kabupaten/Kota dan diketahui oleh Kepala

Dinas Peternakan/Dinas yang membidangi unsur peternakan

Provinsi/Kabupaten/Kota (sesuai dengan format lampiran 2).

3. Rekapitulasi Rencana Usaha Kegiatan Kelompok (RUK) pengembangan

budidaya sapi perah tahun 2012 ditandatangani oleh Ketua Kelompok

disetujui oleh Tim Teknis Dinas Peternakan/Dinas yang membidangi

unsur peternakan Provinsi/Kabupaten/Kota dan diketahui oleh PPK

Dinas Peternakan/Dinas yang membidangi unsur peternakan

Provinsi/Kabupaten/Kota (sesuai dengan format lampiran 3).

4. Berita Acara Pembayaran yang ditandatangani oleh ketua kelompok

kambing perah diketahui/disetujui oleh PPK Dirjen Peternakan dan

Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan/Dinas yang membidangi unsur

peternakan Provinsi/Kabupaten/Kota (sesuai dengan lampiran 4).

5. Kuitansi yang ditandatangani oleh Ketua kelompok (contoh format

sesuai dengan lampiran 5).

6. Nomor rekening bank atas nama kelompok dan ditandatangani oleh

Ketua dan Bendahara Kelompok.

7. Laporan kemajuan pelaksanaan kegiatan dan penggunaan dana

14

agroinput.

8. Penyaluran dana ke rekening kelompok dilakukan secara bertahap,

dengan ketentuan Perpres No 54 Tahun 2012, sebagai berikut:

a. Penyaluran tahap pertama sebesar 40 % (empat puluh persen)

dari keseluruhan dana yang akan diterima kelompok yang telah

menanda-tangani perjanjian kerjasama dengan PPK dan siap

melaksanakan kegiatan

b. Penyaluran tahap kedua sebesar 30 % (tiga puluh persen) dari

keseluruhan dana yang akan diterima kelompok, apabila pekerjaan

telah mencapai 30 % (tiga puluh persen) yang dibuktikan dengan

laporan realisasi perkembangan kegiatan dan penggunaan uang,

disahkan oleh tim teknis Dinas Peternakan/Dinas yang membidangi

unsur peternakan Provinsi/Kabupaten/Kota.

c. Penyaluran tahap ketiga sebesar 30 % (tiga puluh persen) dari

keseluruhan dana yang akan diterima kelompok, apabila pekerjaan

telah mencapai 60 % (enam puluh persen) yang dibuktikan

dengan laporan realisasi perkembangan kegiatan dan penggunaan

uang, disahkan oleh tim teknis Dinas Peternakan/Dinas yang

membidangi unsur peternakan Provinsi/Kabupaten/Kota.

KPA Satuan Kerja Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas

Peternakan/Dinas yang membidangi unsur peternakan

Provinsi/Kabupaten/Kota, menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran

Langsung (SPP-LS) dan disampaikan kepada Pejabat Penguji dan Perintah

Pembayaran (PPPP). Selanjutnya, bila semua persyaratan administrasi

telah terpenuhi maka PPPP menerbitkan Surat Perintah Membayar

Langsung (SPM-LS) untuk disampaikan ke Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara (KPPN) setempat. KPPN melakukan verifikasi

terhadap dokumen dari PPPP, bila disetujui maka KPPN menerbitkan Surat

Perintah Pencairan Dana (SP2D) ke rekening kelompok sapi perah yang

15

Bank Persepsi mentransfer dana ke

rekening kelompok

bersangkutan. Proses pengajuan dan transfer dana ke rekening kelompok

kambing secara ringkas ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Pengajuan dan Transfer Dana ke Rekening kelompok kambing perah

- Keputusan Dinas Peternakan/Dinas yang

membidangi unsur peternakan Provinsi/Kabupaten/Kota tentang Penetapan kelompok Terpilih

- Kontrak Perjanjian Kerja sama

- Rekap RUK kelompok - Kuitansi penerimaan dana - Laporan kemajuan

PPT/PSPM

Menerbitkan SPM-LS

KPPN

Menerbitkan SP2D

KPPN mentransfer dana SP2D ke Bank

Persepsi

KPA

Ketua kelompok terpilih mengajukan usulan pencairan dana sesuai tahapan

16

BAB IV KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA

KAMBING PERAH

A. Bibit dan Pemilihan Bibit

Bibit merupakan salah satu faktor penunjang terhadap keberhasilan

budidaya ternak khususnya komoditi kambing perah, olehnya itu dalam

menyeleksi bibit ternak kambing perah, harus betul-betul memilih bibit

yang unggul agar diperoleh tingkat produksi susu yang tinggi.

Adapun parameter yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bibit kambing

perah adalah pada :

1. Bibit Kambing Betina

a. Mempunyai sifat/karakter keibuan

b. Garis punggung rata

c. Mata cerah bersinar

d. Kulit halus dan bulu klimis (tidak kusam)

e. Rahang atas dan bawah rata

f. Kapasitas rongga perut besar (tulang rusuk terbuka)

g. Dada lebar

h. Kaki kuat dan berjalan normal

i. Ambing cukup besar, kenyal dan simetris

j. Puting susu dua buah dan normal (tidak terlalu besar atau kecil)

2. Bibit Kambing Jantan

a. Mempunyai karakter jantan yang kuat, perototan yang kuat, mata

bersinar

b. Punggung kuat dan rata

c. Kaki kuat dan simetris

d. Testis 2 buah normal, simetris dan kenyal

e. Penis normal

f. Libido tinggi

17

B. Kandang dan Peralatan

Untuk usaha budidaya kambing perah diperlukan bangunan, peralatan, dan

letak kandang yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Konstruksi kandang harus kuat dan, terbuat dari bahan yang ekonomis

dan mudah diperoleh seperti kayu atau bambu. Kandang panggung,

lantai rata, tidak kasar, mudah kering dan tahan injak lantai. Kolong

kandang dibuat miring untuk memudahkan pembersihan dan

menghindari becek dan ada saluran pembuangan limbah baik, luas

kandang memenuhi persyaratan daya tampung ternak;

2. Letak kandang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Mudah diakses terhadap transportasi

b. Tempat kering dan tidak tergenang saat hujan

c. Dekat sumber air, atau mudah dicapai aliran air

d. Kandang isolasi terpisah dari kandang/bangunan lain

e. Tidak menggangu lingkungan hidup

f. Memenuhi persyaratan hygiene dan sanitasi

3. Peralatan meliputi tempat pakan dan tempat minum, alat pemotong

dan pengangkut rumput, alat pembersih kandang dan pembuatan

kompos, peralatan kesehatan hewan, peralatan pemerahan dan

pengolahan susu, peralatan sanitasi kebersihan dan peralatan

pengolahan limbah.

C. Pakan

Setiap usaha peternakan kambing perah harus menyediakan pakan yang

cukup bagi ternaknya, baik yang berasal dari pakan hijauan maupun pakan

konsentrat.

1. Pakan hijauan dapat berasal dari rumput, leguminosa, sisa hasil

pertanian dan dedaunan yang mempunyai kadar serat yang relative

tinggi dan kadar energi rendah. Kualitas pakan hijauan tergantung

umur pemotongan, palatabilitas dan ada tidaknya zat toksit (beracun)

dan anti nutrisi.

18

2. Pakan konsentrat diberikan sesuai standar kebutuhan untuk Cempe,

kambing dara, kambing bunting, kambing laktasi dan kambing kering

kandang. Pakan dapat berupa ransom komersil atau campuran sendiri.

3. Pemberian imbuhan pakan (feed additive) dan pelengkap pakan (feed

supplement) harus memenuhi persyaratan perundang-undangan yang

berlaku.

D. Penyakit Kambing Perah

Secara umum penyakit pada kambing dapat dibedakan menjadi 2 bagian

besar yaitu penyakit menular (penyebabnya virus, bakteri, jamur, parasit

darah, cacing dan kutu dan tidak menular (kurang gizi, racun).

Beberpa penyakit penting yang sering terjadi pada kambing di Indonesia

antara lain :

1. Kembung Perut (Bloat/Tympani)

Kembung perut sering terjadi sering terjadi akibat pembentukan gas

dalam lambung (rumen) secara berlebihan dan dalam waktu yang

cepat. Untuk menghindari bloat adalah hindari pemberian hijauan

muda secara berlebihan, atau hijuan yang masih mengandung embun

pagi.

2. Mastitis

Mastitis adalah penyakit infeksi pada ambing oleh bakteri. Menjaga

kebersihan kandang/sanitasi merupakan cara terbaik mencegah

mastitis, termasuk melakukan ”teat dip” setiap kali pemerahan. Teat

dip (larutan celup puting susu) : 250 ml chlorohexadine 2% + 45 ml

gliserin + air sehingga menjadi 1 liter larutan.

Tanda-tanda mastitis yaitu :

a. Ambing terasa panas, sakit dan membengkak.

b. Bila diraba terasa ada yang mengeras pada ambing

c. Warna dan kualitas air susu abnormal, seperti ada warna

kemerahan (darah), pucat seperti air, kental kekuningan atau

kehijauan.

19

Mastitis dapat diobati dengan antibiotik. Beberapa obat mastitis telah

tersedia seperti metrivet, mastivet, depolac dll. Pengobatan dilakukan

dengan memasukkan antibiotik melalui puting susu, setelah ambing

dikosongkan (diperah) terlebih dahulu. Lakukan pengobatan 2 – 3

kali/hari, sampai ternak benar-benar sembuh.

E. Pengolahan Susu

Setelah diperah, susu langsung disaring untuk membersihkan susu dari

bulu atau kotoran yang masuk kedalam susu. Kemudian susu dapat

langsung dibungkus plastik (sesuai ukuran yang diinginkan) lalu segera

disimpan dalam refrigerator atau freezer, sebelum dijual ke konsumen.

Atau susu fasteurisasi (dipanaskan pada suhu 700C selama 15 detik, atau

630C selama 30 detik, lalu didinginkan dan dibungkus/disimpan.

20

BAB V

ORGANISASI PELAKSANAAN

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan pengembangan budidaya kambing

perah, maka dibentuk TIM Pengembangan Budidaya Kambing Perah dana

APBN Pusat, (Dekon/TP) Tahun 2012, di Daerah (Pusat,Provinsi dan

Kabupaten/Kota)

A. Pengarah Kegiatan

Penanggung jawab kegiatan pengembangan budidaya kambing perah

dana APBN Pusat (Dekon/TP) tahun 2012 adalah Dirjen Peternakan dan

Kesehatan Hewan, Kepala Dinas Daerah (provinsi/kabupaten/kota).

B. Tim Pelaksana

Penanggung jawab pelaksanaan kegiatan pengembangan budidaya

kambing perah dana APBN Pusat (Dekon/TP) tahun 2012 adalah Dirjen

Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kepala Dinas Daerah

(provinsi/kabupaten/kota) dengan Ketua Pelaksana Kepala Bagian yang

menanggani fungsi peternakan dan beranggotakan unsur-unsur staf

lingkungan Dinas Daerah (provinsi/kabupaten/kota).

Tugas Tim Pelaksana pengembangan budidaya kambing perah dana APBN

Pusat,(Dekon/TP) tahun 2012 mempunyai tugas :

1. Menyiapkan dokumen perencanaan kegiatan pengembangan budidaya

kambing perah.

2. Menyiapkan bahan dan melaksanakan kegiatan pengembangan

budidaya kambing perah.

3. Melakukan koordinasi dan sosialisasi untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas pelaksanaan kegiatan.

21

4. Melakukan identifikasi dan proses seleksi calon kelompok kegiatan

pengembangan budidaya kambing perah.

5. Melakukan validasi dan penilaian calon kelompok kambing perah

terpilih dan mengusulkan hasilnya kepada Tim Pengarah untuk

ditetapkan menjadi kelompok penerima dana APBN Pusat, (Dekon/TP)

kambing perah terpilih.

6. Menyusunan, pembahasan dan pengesahan Rencana Usaha kegiatan

(RUK) di kelompok kambing perah; penandatangan surat perjanjian

kerjasama dan dokumen administrasi pencairan Dana antara kelompok

kambing perah dengan Kuasa Pengguna Anggaran penyaluran dana

penguatan modal usaha ke rekening kelompok kambing perah.

7. Melakukan monitoring dan evaluasi serta membantu menyelesaikan

permasalahan.

8. Menyusun laporan hasil kegiatan pengembangan budidaya kambing

perah.

9. Dalam melaksanakan tugasnya Tim Pelaksana bertanggung jawab dan

wajib menyampaikan laporan ke Kepala Dinas Daerah

(provinsi/kabupaten/kota) dan Direktur Jenderal peternakan dan

Kesehatan Hewan serta.

C. Tim Pembina

Terdiri dari unsur-unsur Direktorat Budidaya Ternak, Dinas/Badan lingkup

pertanian, instansi terkait, UPT lingkup pertanian, perguruan tinggi,

assosiasi profesi, organisasi petani dan lain-lain. Dalam menjalankan

tugasnya Tim Pembina dapat menggunakan anggaran APBN, APBD

Provinsi,Kabupaten/Kota dalam rangka efisiensi dan efektivitas kegiatan

dimungkinkan dapat menggunakan Tim Pembina yang sudah ada

sebelumnya seperti Tim LM3, Tim SMD, dan lainnya.

22

Tugas Tim Pembina adalah sebagai berikut :

1. Melakukan koordinasi dalam pembinaan dan pelaksanaan kegiatan

dengan instansi terkait di tingkat pusat/provinsi/kabupaten/kota.

2. Melakukan sosialisasi dan pembinaan ke kabupaten/kota pelaksana

kegiatan pengembangan budidaya kambing perah.

3. Menghadiri berbagai pertemuan kegiatan pengembangan budidaya

kambing perah.

4. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

pengembangan budidaya kambing perah.

5. Menyusun dan menyampaikan laporan ke provinsi dan pusat.

D. TIM Teknis Kabupaten/Kota

Di tingkat kabupaten/kota dibentuk Tim Teknis yang ditetapkan oleh

Kepala Dinas Peternakan/yang menangani fungsi-fungsi Peternakan

dengan unsur personalianya berasal dari dinas. Dalam menjalankan

tugasnya Tim Teknis dapat menggunakan anggaran TP dan APBD

kabupaten/kota. Dalam rangka efisiensi dan efetivitas kegiatan,

dimungkinkan dapat menggunakan Tim Teknis yang sudah ada, seperti

Tim Teknis LM3 atau Tim Teknis SMD.

Tugas Tim Teknis Kabupaten/kota adalah sebagai berikut :

1. Memberikan rekomendasi usulan proposal kelompok kambing perah

dengan tembusan ke Dinas Peternakan/ yang menangani fungsi-fungsi

peternakan provinsi.

2. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait di tingkat kabupaten/kota

dalam pelaksanaan kegiatan.

3. Melakukan pembinaan teknis budidaya kambing perah.

4. Melakukan pembinaan Managemen dan pengembangan, kelembagaan

usaha budidaya kambing perah.

23

5. Menghadiri berbagai pertemuan pengembangan usaha budidaya

kambing perah di tingkat pusat maupun daerah.

6. Menyampaikan laporan tingkat kabupaten/kota ke provinsi dan pusat.

BAB VI

PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

A. Pembinaan

Pembinaan terhadap kelompok kambing perah dalam pengembangan

usaha budidaya kambing perah, dilakukan secara berkelanjutan sehingga

kelompok kambing perah tersebut mampu mengembangkan usahanya

secara mandiri, dan mampu mengembangkan dirinya sebagai motivator

dan fasilitator pengembangan usaha budidaya kambing perah di

masyarakat sekitarnya (agent of development)

Pembinaan dilakukan secara berjenjang oleh TIM Direktorat Budidaya

Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Tim

Pembina Propinsi dan Tim Teknis Kabupaten/Kota.

B. Pengendalian

Kegiatan pengendalian oleh Tim Direktorat Budidaya Ternak Direktorat

Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Tim Pembina Provinsi dan Tim

Teknis Kabupaten/Kota dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan kelompok

kambing perah memenuhi prinsip good governance dan clean

government, yaitu:

1. Mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Memenuhi prinsip efisien, efektif dan akuntabel.

3. Menjunjung tinggi keterbukaan informasi, transparansi, dan demokrasi.

Pelaksanaan kegiatan pengembangan usaha budidaya kambing perah

tahun 2012, dilakukan secara terkoordinasi dengan Tim Pembina Pusat,

24

Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten/Kota dengan kegiatan meliputi 3 (tiga)

aspek yaitu:

1. Pengendalian pada tahap persiapan (ex-ante), yaitu pengendalian

yang dilakukan sebelum ditetapkannya rencana pengembangan usaha

budidaya kambing perah di kelompk kambing perah dengan tujuan

untuk memilih dan menentukan kelompok kambing perah tahun 2012

sasaran.

2. Pengendalian pada tahap perlaksanaan (on–going), yaitu pengendalian

yang dilakukan pada saat pelaksanaan rencana pengembangan usaha

budidaya kambing perah di kelompok kambing perah untuk menilai

tingkat kemajuan pelaksanaannya dibandingkan dengan rencana yang

telah dirumuskan sebelumnya. Selanjutnya, pada akhir pelaksanaan,

pengendalian diarahkan untuk melihat apakah keluaran dan hasil

kegiatan pengembangan usaha budidaya kambing perah di kelompok

kambing perah telah tercapai. Pengendalian ini digunakan untuk

menilai efektivitas (hasil terhadap sasaran) dan efisiensi (keluaran dan

hasil dibandingkan dengan masukan)

3. Pengendalian pada tahap pasca pelaksanaan (ex-post), yaitu

pengendalian yang dilaksanakan setelah pelaksanaan rencana

pengembangan usaha budidaya kambing perah berakhir, yang

diarahkan untuk melihat apakah pencapaian manfaat dan dampak

pengembangan usaha budidaya kambing perah di kelompok kambing

perah telah mampu mengatasi masalah pembangunan pertanian yang

ingin dipecahkan.

C. Pengawasan

Dalam sistem penganggaran terpadu berbasis kinerja, dilakukan penilaian

terhadap capaian kinerja outputs dan outcomes dari setiap program dan

kegiatan yang dilaksananakan oleh instansi, untuk memberikan keyakinan

bahwa sasaran dan tujuan dari suatu program dan kegiatan dapat

25

tercapai sesuai dengan prinsip efisien, ekonomis, efektif dan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

Dana penguatan modal usaha kelompok kambing perah yang difasilitasi

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian

Pertanian kepada kelompok kambing perah sebagai modal usaha

diharapkan dapat dikelola dengan baik dan berkelanjutan oleh pengurus

kelompok kambing perah sesuai dengan Rencana Usaha Kegiatan (RUK).

Tim Teknis Kabupaten/Kota bertangung jawab melakukan pengawasan

terhadap penyaluran dan pemanfaatan dana penguatan modal usaha

kelompok kambing perah untuk pengembangan usaha produktif.

Dalam rangka pengawasan tersebut, Tim Teknis Kabupaten/Kota dapat

membentuk Tim Pengawas. Rincian tugas dan fungsi Tim Pengawas

dijabarkan dalam Petunjuk Teknis (Juknis) dalam penyaluran dan

pemanfaatan dana penguatan modal usaha kelompok kambing perah

kegiatan pengembangan usaha budidaya kambing perah.

26

BAB VII

MONITORING DAN EVALUASI SERTA PELAPORAN

A. Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan berupa masukan (input), keluaran (output), hasil

(outcame), manfaat (benefit), dan dampak (Impact) kegiatan

pengembangan budidaya kambing perah di jabarkan sebagai berikut:

1. Masukan (input)

a. Terdistribusinya Pedoman Teknis Pengembangan Usaha Budidaya

Kambing Perah untuk dijadikan acuan oleh pihak terkait;

b. Adanya kelompok tani ternak kambing perah yang akan

melaksanakan kegiatan Pengembangan Usaha Budidaya Kambing

Perah;

c. Adanya dana penguatan modal usaha budidaya kambing perah.

2. Keluaran (output)

a. Terpilihnya kelompok kambing perah;

b. Tersalurkannya dana penguatan modal usaha kelompok di bidang

usaha budidaya kambing perah secara langsung kepada rekening

kelompok kambing perah terpilih;

c. Kelompok tani ternak melaksanakan usaha budidaya ternak

kambing perah.

3. Hasil (outcome)

a. Meningkatnya kegiatan usaha budidaya kambing perah,

populasi,produksi, produktivitas, diversifikasi usaha, mutu serta

27

nilai tambah usaha budidaya kambing PE pada kelompok dan

masyarakast sekitar;

b. Meningkatnya pengetahuan, ketrampilan, dan sikap peternak

kambing perah;

c. Meningkatnya kualitas pengelolaan usaha budidaya kambing perah

dan jaringan kerjasama kelompok.

4. Manfaat (benefit)

a. Meningkatnya peran kelompok sebagai motivator dan fasilitator

(agent of development) pengembangan usaha budidaya kambing

perah di sekitarnya dan sebagai inti kawasan peternakan;

b. Meningkatnya modal usaha budidaya kambing perah berbasis

kelompok kambing perah disekitarnya;

c. Meningkatnya kemampuan dan kapasitas peternak kambing perah

d. Meningkatnya kemandirian dan berkembangnya usaha budidaya

kambing perah pada kelompok;

e. Meningkatnya kapasitas kelembagaan usaha budidaya kambing

perah.

5. Dampak (impact)

a. Berkembangnya usaha budidaya kambing perah di pedesaan dan

tumbuhnya kawasan usaha agibisnis yang ramah lingkungan;

b. Berkembangnya tingkat kesejateraan masyarakat sekitar kelompok

kambing perah;

c. Berkembangnya perekonomian wilayah secara berkelanjutan.

B. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengembangan budidaya

Kambing Perah, dimaksudkan untuk mengetahui secara akurat realisasi

fisik dan keuangan, serta perkembangan usaha dan kelembagaannya,

28

termasuk mengetahui kendala yang dihadapi mulai dari pusat, provinsi,

kabupaten/kota dan yang lebih utama adalah di kelompok pelaksana.

Monitoring dan Evaluasi dilakukan secara berkala dan berjenjang sesuai

dengan tahapan pelaksanaan kegiatan di kelompok, dengan tujuan

untuk mengidentifikasi dan memberikan solusi pemecahan permasalahan

yang dihadapi pada masing-masing jenjang (pusat, provinsi,

kabupaten/kota dan kelompok pelaksana).

Monitoring dan evaluasi dilakukan secara terkoordinasi oleh pusat, Dinas

Propinsi dan Kabupaten/Kota untuk memantau perkembangan

pelaksanaan kegiatan. Sasaran pembinaan, monitoring dan evaluasi

yang dilakukan secara berjenjang tersebut meliputi :

1. Kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai indikator kinerja

2. Permasalahan/potensi masalah yang dihadapi di tingkat kelompok,

kabupaten/kota dan provinsi.

3. Laporan mencakup perkembangan kinerja usaha kelompok termasuk

realisasi fisik dan keuangan.

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengembangan budidaya

Kambing Perah yang dilaksanakan oleh kelompok terpilih ini

dilaksanakan sepanjang tahun. Hasil monitoring dan evaluasi

diformulasikan dalam bentuk laporan, merupakan data dan informasi

untuk bahan koreksi pelaksanaan kegiatan, dan untuk perbaikan sistem

pelaksanaan kegiatan yang sama di masa yang akan datang.

C. Pelaporan

Pelaporan pelaksanaan kegiatan pengembangan usaha budidaya

kambing Perah dilaksanakan secara berjenjang dan periodik. Kelompok

tani ternak kambing Perah terpilih dan petugas pendamping

menyampaikan laporan bulanan :

1. Kelompok tani ternak kambing perah melaporkan kepada Tim Teknis

tingkat kabupaten/kota setiap awal bulan (minggu I) bulan

29

berikutnya dengan tembusan ditujukan kepada Direktorat Budidaya

Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan selaku

penanggung jawab pelaksana kegiatan.

2. Tim Teknis tingkat kabupaten/Kota dan Laporan

Bulanan setiap awal minggu II bulan Tim Pembina Provinsi dengan

tembusan ditujukan kepada Direktorat Budidaya Ternak Direktorat

Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan selaku penanggung

jawab pelaksana kegiatan.

3. Tim Pembina Provinsi menyampaikan laporan triwulan yang ditujukan

kepada Direktorat Budidaya Ternak Direktorat Jenderal Peternakan

dan Kesehatan Hewan selaku penanggung jawa pelaksana kegiatan.

D. JENIS PELAPORAN

1. Pelaporan Kelompok

Kelompok kambing perah, dibantu oleh petugas pendamping wajib

membuat laporan pertanggung jawaban sebagai berikut :

a. Laporan Bulanan yaitu berisi kemajuan realisasi fisik dan

keuangan, disertai waktu, jenis dan jumlah sarana prasarana

usaha yang diadakan.

b. Laporan Triwulan yaitu berisi perkembangan kinerja

pengembangan usaha budidaya kambing perah berupa:

perkembangan populasi kambing perah di kelompok kambing

perah (kelahiran,kematian, penjualan ternak, mutasi ternak),

produksi daging dan susu ( harga daging per kilo/susu segar per

liter, pemasaran, pemupukan modal, penyerapan tenaga kerja,

pendapatan, permasalahan dan kendala serta solusi masalah

yang telah dilakukan.

2. Pelaporan Tim Teknis Kabupaten

Tim Teknis Kabupaten/Kota wajib membuat laporan setiap bulan.

Laporan bulanan berisi tingkat kemajuan pelaksanaan

pengembangan usaha budidaya kambing perah dibandingkan

30

dengan rencana yang telah dirumuskan 3 (tiga) bulan sebelumnya,

dan perkembangan kegiatan pengembangan usaha budidaya

kambing perah sesuai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan,

permasalahan dan kendala yang dihadapi, solusi yang dilakukan dan

saran tindak lanjut.

3. Pelaporan Tim Pembina Provinsi

Tim Pembina Provinsi wajib membuat laporan triwulanan. Laporan

triwulanan berisi tingkat kemajuan pelaksanaan pengembangan

usaha budidaya kambing perah di seluruh Kabupaten/Kota dalam

wilayahnya, dibandingkan dengan rencana yang telah dirumuskan 3

(tiga) bulan sebelumnya, dan perkembangan kegiatan kelompok

kambing perah sesuai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan,

permasalahan dan kendala yang dihadapi, solusi yang dilakukan dan

saran tindak lanjut.

4. Pelaporan Tim Pelaksana Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia

Berdasarkan laporan triwulanan dari Provinsi dan laporan kelompok

kambing perah terpilih kegiatan pengembangan usaha budidaya

kambing perah, Tim Pelaksana Pusat Direktorat Budidaya Ternak

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan wajib

menyampaikan laporan kinerja pengembangan usaha budidaya

kambing perah Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Materi laporan berisi tingkat kemajuan pelaksanaan pengembangan

kambing perah di wilayah/kabupaten/kota seluruh provinsi,

dibandingkan dengan rencana yang telah dirumuskan sebelumnya,

dan perkembangan kegiatan kelompok kambing perah sesuai

indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, permasalahan dan

kendala yang dihadapi, solusi yang dilakukan dan saran tindak

lanjut. Adapun format, substansi dan penyampaian laporan

terlampir.

31

BAB VIII

PENUTUP

Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Kambing Perah ini

dimaksudkan sebagai acuan bagi para pelaksana untuk mendukung kelancaran

operasionalisasi pelaksanaan kegiatan dalam rangka melaksanakan amanah UU

Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan serta

merespon aspirasi kelompok tani ternak yang berkeinginan untuk

mengembangkan usaha kambing perah.

Diharapkan dengan adanya Pedoman Teknis ini, semua pelaksana kegiatan di

tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, kelompok pelaksana serta stakeholder

terkait dapat melaksanakan seluruh tahapan kegiatan secara baik dan benar

Menuju tercapainya sasaran yang telah ditetapkan dengan mengacu pada

ketentuan-ketentuan yang berlaku.

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

32

Lampiran – 1

Format Surat Perjanjian Kerjasama

SURAT PERJANJIAN KERJASAMA

NOMOR : ....................................

ANTARA

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN………..

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA…………

DENGAN

KELOMPOK PENGEMBANGAN KAMBING PERAH DANA BANTUAN

SOSIAL TAHUN 2012 ............................ DESA ....................., KECAMATAN ..................., KABUPATEN

............................

PROVINSI .......................................................................

TENTANG

PENGGUNAAN DANA PENGEMBANGAN KAMBING PERAH DANA BANTUAN SOSIAL

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

TAHUN 2012

Pada hari ini ............... tanggal ................. bulan ..................... tahun dua

ribu sebelas bertempat di Kantor Dinas......./Kab/Kota, Jalan ..........No.

Kab/Kota...... kami yang bertanda tangan di bawah ini :

1

.

.................. : Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Peternakan

Kabupaten/Kota berdasarkan Keputusan

No.................yang berkedudukan di Jalan...........yang untuk selanjutnya disebut sebagai

PIHAK PERTAMA.

2

.

……………… : Ketua Kelompok Tani Ternak…......dalam hal ini

bertindak untuk dan atas nama Kelompok

Ternak…….yang berkedudukan di

Desa/Kel…………………Kecamatan……………Kabupaten/

Kota… Provinsi……..….yang selanjutnya disebut

sebagai PIHAK KEDUA.

Kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan Perjanjian Kerjasama yang

mengikat dan berakibat hukum bagi kedua belah pihak untuk melaksanakan Pengembangan Budidaya Kambing Perah Direktorat Jenderal Peternakan dan

33

Kesehatan Hewan Tahun 2012 kepada Kelompok, dengan ketentuan sebagai

berikut :

Pasal 1

DASAR PELAKSANAAN

1. Undang Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2009 tentang

Peternakan dan Kesehatan Hewan;

2. Keputusan Presiden No. 42 Tahun 2002, tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4212) sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden No. 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4418);

3. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Direktorat Jenderal Peternakan

dan Kesehatan Hewan Dana Bantuan Sosial Tahun Anggaran 2012

Nomor:………….. tanggal …………. Desember 2012;

4. Peraturan Menteri Pertanian Nomor……………tentang Pedoman Penyaluran

Bantuan Sosial kepada Petani Tahun Anggaran 2012;

5. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER……………….. tanggal ………….. 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyaluran dan

Pencairan Dana Bantuan Sosial Kepada Petani Tahun Anggaran 2012

melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara. 6. Keputusan Kepala Dinas Peternakan Kab/Kota ..............

Nomor…….tanggal……. 2012 tentang Penetapan Nama Kelompok dan

lokasi Penerima Dana Bantuan Sosial Pengembangan Budidaya Kambing

Perah Tahun 2012.

Pasal 2

LINGKUP PEKERJAAN

PIHAK PERTAMA memberikan tugas kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA telah setuju untuk menerima dan memanfaatkan Dana Bantuan

Sosial Pengembangan Budidaya Kambing Perah Tahun 2012 sesuai dengan

Rencana Usaha Kelompok (RUK) terlampir yang disusun oleh Kelompok dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Surat Perjanjian

Kerjasama ini.

Pasal 3

PELAKSANAAN KEGIATAN

1. PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dengan mengerahkan segala kemampuan, pengetahuan dan pengalamannya;

2. Jika dalam pelaksanaan kegiatan diperlukan perubahan yang tak dapat

dihindari atas Rencana Usaha Kelompok, maka perubahan tersebut harus

34

dituangkan dalam Berita Acara Perubahan yang disepakati dan disahkan

oleh kedua belah pihak paling lambat 1 (satu) minggu sebelum pelaksanaan kegiatan;

3. PIHAK PERTAMA berwenang mengadakan pemantauan, pengawasan dan

evaluasi pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA;

4. Kelompok wajib menyampaikan laporan realisasi penggunaan anggaran

sesuai Rencana Usaha Kelompok kepada PIHAK PERTAMA, setiap bulan;

5. Dalam melaksanakan kegiatannya, PIHAK KEDUA berkewajiban

mengembangkan modal usahanya untuk kegiatan Pengembangan Budidaya Kambing Perah sesuai petunjuk Tim Teknis Dinas

Kabupaten/Kota setempat.

Pasal 4

SUMBER DAN JUMLAH DANA

Sumber dan jumlah dana APBN Pengembangan Budidaya Kambing Perah yang

diterima oleh PIHAK KEDUA adalah:

1. Sumber dana sebagaimana tertuang dalam Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran (DIPA Direktorat Jenderal Peternakan Tahun Anggaran 2012

Nomor:…………… tanggal …………….. Desember 2012);

2. Jumlah dana yang disepakati kedua belah pihak sebesar Rp. …………………,- (……………………….juta rupiah).

Pasal 5

PEMBAYARAN DAN PENCAIRAN DANA

1. Pembayaran Dana Bantuan Sosial Pengembangan Budidaya Kambing Perah Tahun 2012 sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat 2 (dua) Surat Perjanjian

Kerjasama ini akan dilakukan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA

setelah perjanjian kerjasama ini ditandatangani oleh kedua belah pihak dan dilaksanakan melalui Surat Perintah Membayar (SPM) yang

disampaikan oleh KPA kepada kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara…..dengan cara pembayaran langsung ke rekening

Kelompok.…yang berkedudukan di Desa/Kel... Kecamatan...

Kabupaten/Kota..… Provinsi…. pada Bank….Cabang...dengan Nomor Rekening…………………..

2. Penyaluran dana Bantuan Sosial kepada kelompok mengikuti

peraturan/ketentuan yang berlaku, yaitu Perpres R I No. 54 Tahun 2012

yang juga mengatur tentang penyaluran dana pada kelompok masyarakat.

Dengan demikian penyaluran dana Dana Bantuan Sosial Pengembangan

Budidaya Kambing Perah Tahun 2012 akan diatur sebagai berikut:

a. Penyaluran tahap pertama sebesar 40 % (empat puluh persen) dari keseluruhan dana yang akan diterima kelompok yang telah menanda-

tangani perjanjian kerjasama dengan PPK dan siap melaksanakan

kegiatan

35

b. Penyaluran tahap kedua sebesar 30 % (tiga puluh persen) dari

keseluruhan dana yang akan diterima kelompok, apabila pekerjaan telah mencapai 30 % (tiga puluh persen) dari RUK yang telah

dibuktikan dengan laporan realisasi perkembangan dan disahkan oleh

tim kabupaten/kota.

c. Penyaluran tahap ketiga sebesar 30 % (tiga puluh persen) dari

keseluruhan dana yang akan diterima kelompok, apabila pekerjaan

telah mencapai 60 % (enam puluh persen) dari RUK yang dibuktikan

dengan laporan realisasi perkembangan dan disahkan oleh tim teknis kabupaten/kota.

3. Penarikan dana dari Bank dilakukan secara bertahap sesuai realisasi pembelian dari Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Kelompok Kambing Perah

Pengembangan Budidaya Kambing Perah Tahun 2012 yang diketahui oleh Ketua Tim Teknis Kabupaten/Kota.

Pasal 6

SANKSI

Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat melaksanakan kegiatan dan pemanfaatan

dana APBN Pengembangan Budidaya Kambing Perah sebagaimana dimaksud dengan Pasal 2, maka PIHAK PERTAMA berhak secara sepihak mencabut

seluruh dana yang diterima PIHAK KEDUA yang mengakibatkan Surat

Perjanjian Kerjasama batal.

Pasal 7

PERSELISIHAN

1. Apabila terjadi perselisihan antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA

sehubungan dengan surat perjanjian kerjasama ini, maka akan

diselesaikan secara musyawarah untuk memperoleh mufakat; 2. Apabila dengan cara musyawarah belum dapat dicapai suatu penyelesaian,

maka kedua belah pihak sepakat untuk menyerahkan penyelesaiannya Kepada Pengadilan Negeri…., sesuai dengan peraturan perundangan yang

berlaku;

3. Keputusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum adalah mengikat kedua belah pihak.

Pasal 8

FORCE MAJEURE

1. Jika timbul keadaan memaksa (force majeure) yaitu hal-hal yang diluar kekuasaan PIHAK KEDUA sehingga mengakibatkan tertundanya

pelaksanaan kegiatan, maka PIHAK KEDUA harus memberitahukan secara

36

tertulis kepada kepada PIHAK PERTAMA dengan tembusan kepada

Dinas……Kab/Kota……Provinsi…….dalam waktu 4 X 24 jam; 2. Keadaan memaksa (force majeure) yang dimaksud pasal 8 ayat (1) adalah:

a. Bencana alam seperti gempa bumi, angin topan, banjir besar,

kebakaran yang bukan disebabkan kelalaian PIHAK KEDUA;

b. Peperangan;

c. Perubahan kebijakan moneter berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Pasal 9 LAIN-LAIN

1. Bea materai yang timbul akibat pembuatan surat perjanjian kerjasama ini menjadi beban PIHAK KEDUA;

2. Segala lampiran yang melengkapi surat perjanjian kerjasama ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dan mempunyai kekuatan hukum

yang sama;

3. Perubahan atas surat perjanjian kerjasama ini tidak berlaku kecuali terlebih

dahulu telah mendapatkan persetujuan kedua belah pihak.

Pasal 10 PENUTUP

Surat perjanjian kerjasama ini ditandatangani oleh kedua belah pihak dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab tanpa adanya paksaan dari manapun

dan dibuat rangkap 6 (enam) yang kesemuanya mempunyai kekuatan hukum

yang sama untuk digunakan sebagaimana mestinya.

PIHAK KEDUA

Ketua Kelompok ............

……………………………….

PIHAK PERTAMA

Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Peternakan

Provinsi/Kab/Kota.............. ...........................................

NIP........................................

Mengetahui Dinas Peternakan Provinsi/Kab/Kota..............

.........................................

NIP. ..............................

37

Lampiran – 2 Format Rencana Usaha Kegiatan Kelompok

RENCANA USAHA KEGIATAN KELOMPOK

No.

Kegiatan

Volume

Harga

satuan (Rp.)

Jumlah (Rp.)

1. Min 85 %

2.

3.

4.

5.

6.

Total

(tempat workshop), .................. 2012

Kelompok Tani Ternak………………..

1 …………… (……ttd………)

Ketua

2 …………… (……ttd………)

Anggota

Mengetahui/Menyetujui Tim Teknis Dinas Peternakan

Kabupaten/ Kota

......................................

NIP. ...............................

Mengetahui

Kepala Dinas Peternakan

Provinsi/Kabupaten/Kota

………………………….

NIP.

38

Lampiran - 3

Format Rekapitulasi Rencana Usaha Kegiatan Kelompok

Nama Kelompok

Desa/Kelurahan :

Kecamatan :

Kabupaten/Kota : Provinsi :

REKAPITULASI RENCANA USAHA KEGIATAN KELOMPOK

Sesuai dengan Keputusan Kepala Dinas Peternakan Provinsi/Kab/Kota

Nomor……....tanggal……...tentang Penetapan Kelompok dan Lokasi Penerima

Dana Bantuan Sosial Pengembangan Budidaya Kambing Perah tahun 2012,

dengan ini kami mengajukan permohonan dana sebesar

Rp.……......(……....rupiah) sesuai Rencana Usaha Kelompok (RUK) terlampir

dengan rekapitulasi kegiatan sebagai berikut:

No Kegiatan Jumlah Unit Jumlah (Rupiah)

1

2

dst

T o t a l

Selanjutnya kegiatan tersebut akan dilaksanakan sesuai dengan Surat

Perjanjian Kerjasama Nomor…….tanggal…..Dana bantuan sosial kelompok

tersebut agar dipindah bukukan ke rekening Kelompok Ternak…………….…yang

…………….., …………………… 2012

Kepada Yth :

Kuasa Pengguna Anggaran Dinas

Peternakan Provinsi/Kab/Kota Di …………………..………..

39

berkedudukan di

Desa/Kelurahan………………………Kecamatan….Kabupaten/Kota……Provinsi….pada Bank……Cabang.…..…………..Dengan Nomor Rekening…………………

MENYETUJUI Ketua Kelompok

Tim Teknis Kabupaten/Kota

……………………………… NIP. ………………………..

……………………….

MENGETAHUI/MENYETUJUI,

Pejabat Pembuat Komitmen

Dinas Peternakan Provinsi/Kabupaten/Kota

…………………………………

NIP. ....................

40

Lampiran – 4

Format Berita Acara BERITA ACARA PEMBAYARAN

Pada hari ini .......... tanggal ............... Bulan ................... Tahun

................., kami yang bertanda tangan dibawah ini:

1. Nama : .................................... Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Peternakan

Provinsi/Kabupaten/Kota

Alamat : ....................................

Selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.

2. Nama : ..........................................................

Jabatan : Ketua Kelompok .................................

Alamat : .........................................................

Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.

PIHAK PERTAMA telah membayar Dana Bantuan Sosial Pengembangan Budidaya Kambing Perah APBN tahun 2012 kepada PIHAK KEDUA sebesar

Rp. .................... (.........................rupiah) sesuai dengan Rencana Usaha

Kelompok dan PIHAK KEDUA menerima pembayaran dari PIHAK PERTAMA

sejumlah tersebut diatas.

Demikian Berita Acara Pembayaran ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat

digunakan sebagaimana mestinya.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA Ketua Kelompok

.....................................

Pejabat Pembuat Komitmen

Dinas Peternakan

Provinsi/Kabupaten/Kota

...............................................

..........................................

NIP. ........................

41

Lampiran - 5

Format Kwitansi NPWP :

MAK :

T.A : 2012

KWITANSI

No: ………………………

Sudah Terima dari : Kuasa Pengguna Anggaran Dinas Peternakan Provinsi/Kabupaten/Kota

Uang sebanyak : Rp. ............................. Untuk Pembayaran : Pengembangan Budidaya Kambing Perah Dana

Bantuan Sosial APBN Tahun 2012 kepada

Kelompok Tani Ternak di

Desa..........Kecamatan............Kabupaten...........

..Provinsi .................Sesuai Surat Perjanjian

Kerjasama No..............tanggal............... 2012

Terbilang : ................................(dengan huruf)

.................., ...................... 2012

Mengetahui/Menyetujui, Yang menerima,

Pejabat Pembuat Komitmen Ketua Kelompok

Dinas Peternakan

Provinsi/Kabupaten/Kota

.....................................

..................................

NIP. ...................

Setuju dibayar, Tanggal ......................

Kuasa Pengguna Anggaran, Bendaharawan,

.....................................

NIP. ....................

.......................................

NIP. .................

42

Lampiran – 6

Format Outline Laporan Tahunan

I. PENDAHULUAN

1. Latar belakang

2. Tujuan

3. Sasaran

II. PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Realisasi Fisik Keuangan (sesuai RUK)

2. Model Pengembangan Usaha Budidaya Kambing Perah

(1) Perkembangan Ternak Kambing Perah

(2) Usaha produksi susu

(3) Usaha pengolahan susu

(4) Usaha pengemukan pejantan Kambing perah

3. Penerapan Teknologi (Pilih sesuai yang dilaksanakan)

(1) Teknologi Reproduksi

(2) Teknologi Pakan

(3) Teknologi Pengolahan Limbah (ternak/tanaman)

III. PERMASALAHAN DAN UPAYA TINDAK LANJUT

1. Permasalahan

2. Upaya Tindak lanjut

IV. PENUTUP

1. Kesimpulan

2. Saran

43

Lampiran 7 :

Format Laporan Bulanan

LAPORAN KEMAJUAN KEGIATAN

PENGUATAN USAHA PENGEMBANGAN BUDIDAYA KAMBING PERAH

Bulan :

5. Identitas kelompok

Nama : …………………………………………………...

Nama Ketua Kel : …………………………………………………...

Alamat : …………………………………………………...

Kabupaten : …………………………………………………...

Provinsi : …………………………………………………...

2. Profil Usaha Kelompok

Kegiatan Utama : ………………………………………………….

Produk Utama : ………………………………………………….

Produksi : ………………………………………………….

Potensi Sumberdaya : ………………………………………………….

Potensi Usaha : ………………………………………………….

3. Kegiatan Pengembangan usaha budidaya Kambing perah pada kelompok

Kegiatan

Tahapan

Kegiatan yang dilaksanakan

Jumlah/

Volume

Biaya/

Harga Keterangan

Pengadaan

Prasarana

dan

sarana

…………………..

…………………..

…………………..

…………………..

…………… …………………..

…………………..

…………………..

…………… …………………..

…………………..

…………………..

..….…………., …………. 2012

Ketua Kelompok,

(……………..………………..….)

44

Lampiran 8 :

Format Laporan Triwulan

LAPORAN KEMAJUAN KEGIATAN

PENGUATAN USAHA PENGEMBANGAN BUDIDAYA KAMBING PERAH

Triwulan :

3. Identitas Kelompok

Nama : …………………………………………………...

Nama ketua kel : …………………………………………………...

Alamat : …………………………………………………...

Kabupaten : …………………………………………………...

Provinsi : …………………………………………………...

2. Profil Usaha Kelompok

Kegiatan Utama : ………………………………………………….

Produk Utama : ………………………………………………….

Produksi : ………………………………………………….

Potensi Sumberdaya : ………………………………………………….

Potensi Usaha : ………………………………………………….

3. Kegiatan Pengembangan usaha budidaya Kambing perah pada kelompok

Kegiatan

Tahapan

Kegiatan yang dilaksanakan

Jumlah/

Volume

Biaya/

Harga Keterangan

Pengadaan

Prasarana

dan

sarana

…………………..

…………………..

…………………..

…………………..

…………… …………………..

…………………..

…………………..

…………… …………………..

…………………..

…………………..

..….…………., …………. 2012 Ketua Kelompok,

(……………..………………..….)

45