12.malabsorbsi

6
1 Malabsorbsi Ari Fahrial Syam Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM Malabsorbsi adalah salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang sering ditemukan dalam praktek sehari-hari dan jika tidak ditangani dengan baik malabsorbsi ini akan berlanjut dan menyebabkan terjadinya malnutrisi. Malabsorbsi adalah suatu keadaan yang ditandai dengan adanya gangguan pada proses absorbsi dan digesti secara normal terhadap satu atau lebih zat gizi. Malabsorbsi dapat terjadi karena gangguan penyerapan di lumen, gangguan pada mukosa atau gangguan struktur pencernaan lain. Etiologi Berbagai hal dan keadaan dapat menyebabkan malabsorbsi pada seseorang. Malabsorbsi dapat disebabkan oleh karena difisiensi oleh ensim atau adanya gangguan pada mukosa usus tempat absorbsi dan digesti dari zat nutrisi tersebut. (lihat tabel 1). Tabel 1. Penyakit yang menyebabkan Malabsorbsi Penyebab Terbanyak Malabsorbsi Penyebab Jarang Malabsorbsi Penyakit Coeliac Pankreatitis kronis Paska Gastrektomi Penyakit Chron’s Reseksi Usus halus Overgrowth bakteri usus halus Defisiensi laktase AIDS Penyakit Whipple’s Limfoma interstinal Sindrom Zollinger-Ellison Sprue tropical Amiloidosis Penyakit limfatik Penyakit iskemik Abetalipoproteinemia Enteritis radiasi Sprue kolagen Limfangiektasi intestinal

Upload: hutomorezky

Post on 22-Oct-2015

105 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ipd

TRANSCRIPT

Page 1: 12.Malabsorbsi

1

Malabsorbsi Ari Fahrial Syam

Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM

Malabsorbsi adalah salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang sering

ditemukan dalam praktek sehari-hari dan jika tidak ditangani dengan baik malabsorbsi ini

akan berlanjut dan menyebabkan terjadinya malnutrisi. Malabsorbsi adalah suatu keadaan

yang ditandai dengan adanya gangguan pada proses absorbsi dan digesti secara normal

terhadap satu atau lebih zat gizi. Malabsorbsi dapat terjadi karena gangguan penyerapan

di lumen, gangguan pada mukosa atau gangguan struktur pencernaan lain.

Etiologi Berbagai hal dan keadaan dapat menyebabkan malabsorbsi pada seseorang. Malabsorbsi

dapat disebabkan oleh karena difisiensi oleh ensim atau adanya gangguan pada mukosa

usus tempat absorbsi dan digesti dari zat nutrisi tersebut. (lihat tabel 1).

Tabel 1. Penyakit yang menyebabkan Malabsorbsi

Penyebab Terbanyak Malabsorbsi

Penyebab Jarang Malabsorbsi

Penyakit Coeliac

Pankreatitis kronis

Paska Gastrektomi

Penyakit Chron’s

Reseksi Usus halus

Overgrowth bakteri usus halus

Defisiensi laktase

AIDS

Penyakit Whipple’s

Limfoma interstinal

Sindrom Zollinger-Ellison

Sprue tropical

Amiloidosis

Penyakit limfatik Penyakit iskemik

Abetalipoproteinemia Enteritis radiasi

Sprue kolagen

Limfangiektasi intestinal

Page 2: 12.Malabsorbsi

2

Reseksi usus halus maupun reseksi lambung merupakan beberapa keadaan yang

menyebabkan malabsorbsi. Malabsorbsi dapat terjadi akibat adanya reseksi usus halus

atau kolon. Dimana tentunya pada bagian usus yang tereseksi tersebut tidak terjadi

absorbsi dari zat gizi. Reseksi pada lambung akan menyebabkan malabsorbsi lemak.

Reseksi ileum yang mencapai 60 cm atau yang melibatkan ileocecal valve akan

menyebabkan malabsorbsi dari vitamin B12, garam empedu dan lemak. Reseksi usus

halus mencapai 75 % akan menyebabkan malabsorbsi lemak, glukosa, protein, asam folat

dan vitamin B12. Reseksi luas yang meliputi yeyenum dan ileum akan menyebabkan

malabsorbsi yang total yang mengenai seluruh zat nutrisi. Reseksi pankreas akan

menyebabkan malabsorbsi akibat difisiensi dari ensim-ensim pankreas.

Pendekatan Diagnosis Malabsorbsi Pasien yang mengalami malabsorbsi umumnya datang dengan diare. Selain gejala

lain yang dapat muncul akibat terjadinya malabsorbsi tersebut antara lain berat badan

turun, anoreksia, kembung, perut merasa tidak nyaman, borborygmi abdomen. Jika

masalah pasien karena malabsorbsi lemak pasien mengeluh fesesnya berminyak

(steatorea). Jika penyakit berlanjut pasien akan mengalami penurunan parameter darah

yang penting akibat terjadinya malabsorbsi tersebut.

Pemeriksaan hemoglobin merupakan pemeriksaan darah sederhana untuk

mengidentifikasi adanya anemia atau tidak. Jika diketahui bahwa hemoglobinnya rendah,

selanjutnya dinilai Mean Cell Volume (MCV) dari pasien tersebut. Jika rendah dipikirkan

adanya defisiensi Fe akibat malabsorbsi Fe atau jika MCV tinggi dipikirkan adanya

defisiensi folat atau vitamin B12 akibat malabsorbsi dari kedua vitamin tersebut.

Beberapa parameter laboratorium lain juga akan turun seperti albumin, kalsium

dan magnesium.

Pemeriksaan foto polos abdomen atau Ultrasonografi (USG) abdomen dapat

mengidentifikasi adanya kalsifikasi penkreas pada pasien dengan dengan pankreatitis

kronis. Pemeriksaan foto usus halus dapat memberikan informasi tentang adanya

malabsorbsi pada seseorang. Pemeriksaan foto usus halus ini biasanya didahului untuk

melihat keadaan eosfagus, lambung dan duodenum. Melalui pemeriksaan usus halus

dapat dinilai adanya penyempitan atau dilatasi dari usus halus untuk dugaan terhadap

Page 3: 12.Malabsorbsi

3

penyakit tertentu. Pemeriksaan foto usus halus yang normal belum menyingkirkan

adanya kelainan pada usus halus. Oleh karena itu pemeriksaan foto usus halus serial perlu

dilakukan.

Pemeriksaan test nafas (breath test) pemeriksaan ini dilakukan untuk

mengidentifikasi adanya overgrowth bakteri.

Pemeriksaan biopsi usus halus merupakan pemeriksaan penting untuk

menentukan penyebab dari lesi yang ditemukan. Selain itu biopsi juga perlu dilakukan

pada pasien dengan diare kronis dan steatorea yang belum diketahui penyebabnya. Biopsi

dapat dilakukan melalui pemeriksaan esofagogasroduodenoskopi dimana skup dapat

diteruskan sedistal mungkin untuk mendapatkan biopsi dari distal duodenum. Begitu pula

juga dari kolonoskopi, biopsi ileum pars terminalis dapat dilakukan. Jika sarana

memungkinkan biopsi dapat dilakukan melalui entoroskopi.

Penyakit yang dapat didiagnosis melalui pemeriksaan histopatologi yang didapat dari

biopsi usus halus antara lain :

1. Lesi spesifik dan difus : penyakit Whipple’s, agamaglobulinemia, abetalipoproteinemia

2. Lesi spesifik dan setempat : Limfoma intestinal, gastrointestinal eosinofilik,

amiloidosis, penyakit Chron’s, infeksi oleh 1 atau beberapa infeksi.

3. Difus dan nonspesifik : celiac sprue, tropikal sprue, overgrowth bakteri, defisiensi

folat, difisiensi B12, enteritis radiasi, sindrom Zolinger Ellison, malnutrisi dan enteritis

drug induced.

Pemeriksaan Laboratorium Khusus

• Malabsorbsi lemak sering ditemukan baik secara tunggal maupun kombinasi sebagai

penyebab malabsorbsi. Untuk menentukan adanya fecal fat pasien diminta untuk

makan lemak sebanyak 80 gram per hari untuk menentukan adanya lemak baik secara

kualitatif maupun kuantitatif. Salah satu pemeriksaan yang sering dilakukan untuk

menentukan adanya fecal fat adalah dengan pewarnaan Sudan. Pemeriksaan ini

menentukan fecal fat secara kualitatif, pemeriksaan ini mudah dilakukan dan

mempunyai nilai sensitifitas yang tinggi jika diinterpretasi dengan tenaga yang

terlatih. Pemeriksaan secara kuantitatif lebih akurat dibandingkan dengan

Page 4: 12.Malabsorbsi

4

pemeriksaan Sudan ini, tetapi masalahnya pasien atau paramedik kurang menyetujui

pemeriksaan ini dimana mengumpulkan seluruh feses yang keluar.

• Pemeriksaan elastase pancreas pada feses, pemeriksaan ini menggunakan ELISA.

Pemeriksaan elastase pankreas direkomendasi sebagai pemeriksaan awal pada pasien

yang diduga adanya insufisiensi pankreas.

• Pemeriksaan menentukan radioaktifitas feses. Pemeriksaan ini mendapatkan

informasi mengenai kehilangan protein usus. Sebenarnya pemeriksan tidak terlalu

perlu tetapi perlu diadakan terutama pada pusat rujukan spesialis.

Tatalaksana Penanganan pasien dengan malabsorbsi terutama untuk menangani masalah nutrisi

akibat terjadinya malabsorbsi pada pasien tersebut. Berbagai defisiensi zat gizi yang

terjadi pada pasien tersebut harus diatasi. Selain itu penyebab dari malabsorbsi tersebut

juga seharusnya diatasi.

Dukungan nutrisi yang harus diberikan meliputi: suplementasi vitamin dan mineral,

memperbaiki malnutrisi kalori dan protein yang terjadi. Apabila penyebab dari

malabsorbsi tersebut oleh penyakit usus yang berat seperti reseksi luas atau suatu

peradangan berat yang hampir mengenai usus halus maka dukungan nutrisi harus

diberikan secara parenteral.

Selain dukungan nutrisi tatalaksana penting yang harus dilakukan adalah memberikan

diet yang tepat serta suplementasi ensim sesuai kebutuhan. Beberapa pembatasan zat

nutrisi sesuai dengan peneyebab dari malabsorbsi tersebut antara lain : diet bebas gluten

pada pasien dengan penyakit Celiac, diet bebas laktosa pada pasien dengan intoleransi

laktosa.

Suplementasi ensim pankreas seperti amylase, protease dan lipase sangat membantu

pada pasien dengan insufisiensi pankreas yang menyebabkan defisiensi beberapa ensim

pankreas. Saat ini suplementasi ensim pankreas yang beredar di Indonesia ada yang

mengandung kombinasi dari ke-3 ensim tersebut seperti cotazym forte, pankreaoflat dan

enzimplex. Ada yang mengandung pankratin dan papain seperti vitazym.

Antibiotik diberikan pada pasien dengan bakteri overgrowth, tropical sprue dan

giardiasis yang menyebabkan malabsorbsi.

Page 5: 12.Malabsorbsi

5

Pasien yang mengalami malabsorbsi akibat IBD tentu penyakit IBD yang dialaminya

juga harus diatasi seperti memberikan antiinflamasi baik lokal maupun sistemik

tergantung keadaan klinis pasien.

Pasien yang mengalami malabsorbsi akibat adanya malabsorbsi asam empedu

pengobatan dengan kolesteramin 4-20 gram/hari.

Tabel 2. Tatalaksana malabsorbsi

Lokasi kelainan Tatalaksana

Pankreas Suplementasi enzim pankreas, insulin, oeprasi pada kasus tumor

pankreas

Hepatobilier Operasi atau stent saluran bilier jika terdapat sumbatan pada sistim

hepatobilier

Mukosa usus Diet seperti pada diet gluten, diet susu bebas laktosa, jika IBD

pemberian antiiflamasi, antibiotik pada overgrowth bakteri dan

tropical sprue dan giardiasis

Limfatik Diet rendah lemak dan MCT

Keterangan : IBD : Inflammatory Bowel Disease, MCT= medium-chain triglycerides

Kepustakaan:

1. Avunduk C. Manual of gastroenterology : diagnosis and therapy. 3th ed. Philadelphia :

Lippincott Williams & Wilkins. 2002

2. Bai JC. Malabsorption syndromes. Digestion. Aug 1998;59(5):530-46

3. Ciclitira PJ. AGA technical review on Celiac Sprue. American Gastroenterological

Association. Gastroenterology. May 2001;120(6):1526-40.

4. Greenberger NJ, Isselbacher KJ. Disorders of absorbtion. In: Kasper DL, Fauci AS,

Braunwald E, Isselbacher KJ et al (eds). Harrison’s Principle of Internal medicine.

16th ed. USA: McGraw Hill 2004.

5. Kastin DA, Buchman AL. Malnutrition and gastrointestinal disease. Curr Opin

Gastroenterol. Mar 2002;18(2):221-8.

Page 6: 12.Malabsorbsi

6

6. Travis SPL, Ahmad T, Collier J, Steinhart AH. Pocket consultant

Gastroenterology.3rd edition.USA : Blackwell Publishing. 2005.

7. Vesa TH, Marteau P, Korpela R.. Lactose intolerance. J Am Coll Nutr. 2000

Apr;19(2 Suppl):165S-175S.