123m x 60th aac commemoration: hitam putih kaa
DESCRIPTION
Sebuah dokumentasi kecil, untuk mereka para pahlawan KAA yang sebenarnya.TRANSCRIPT
SG.IN.BW//1st-issue/2013
FOREWORD
Di tengah hingar bingar perhelatan terbesar bangsa-bangsa Asia dan Afrika yang menjadi perhatian dunia, di tengah hiruk pikuk para manusia haus eksistensi yang sibuk menghadapkan
lensa kamera ke arah wajah di setiap sudut Kota Bandung yang kian hari kian menawan, terdapat napas yang terengah-engah, peluh yang menetes, dari mereka yang tengah diburu
waktu, mereka yang dipaksa bekerja siang dan malam atas nama kesempurnaan.
Apresiasi yang setinggi-tingginya sudah sepatutnya diberikan kepada Bandung 1 yang telah berhasil menggagas dan merealisasikan perubahan sik luar biasa di Kota Kembang tercinta ini,
namun tanpa mereka yang berada di garis depan, mereka yang rela diterpa teriknya matahari siang dan dinginnya angin malam, Bandung tidak akan menjadi dirinya yang sekarang.
Album ini memperlihatkan sisi lain persiapan Kota Bandung dalam menyambut event akbar The th60 Asian-African Commemoration 2015. KAA bukan hanya soal penandatangan charta, ataupun
pengambilan keputusan kelas wahid dari para pemimpin dunia. tapi juga soal gejolak sosial yang turut menyertainya. Selalu ada sisi getir dari balik senyum sumringah sebagian besar
masyarakat yang tengah berbangga.
Selain bercerita mengenai para aktor dibalik kesuksesan penyelenggaraan komemorasi konferensi Asia-Afrika, album ini juga memperlihatkan bagaimana Bandung berbenah, bersolek
mempercantik diri dengan struktur-struktur megah nan elok yang senantiasa menjadi sasaran para penggila sosial media sebagai latar belakang foto mereka, beserta segala potret
kemanusiaan yang turut terekam di dalamnya.
Sebuah dokumentasi kecil, untuk mereka para pahlawan KAA yang sebenarnya.
Enjoy,
Rivaldi Eka Mahardika
Sebuah landmark bertuliskan “Welcome to Bandung” bersiap menyambut para delegasi negara-negara Asia-Afrika tepat setelah keluar dari area Lapangan Udara Husein Sastranegara. Patung sang pahlawan dirgantara pun berdiri kokoh di belakangnya.Semenjak Bapak M. Ridwan Kamil menjabat sebagai walikota Bandung, banyak landmark semacam ini berdiri di berbagai sudut kota, dan diharapkan dapat menjadi salah satu ciri khas Kota Bandung
Seorang polisi lalu-lintas tengah berjaga dan memantau kondisi
lalu-lintas di bilangan Otto Iskandar Dinata yang merupakan salah satu
ruas jalan tersibuk di Kota Bandung.
Banyak warga yang mengeluhkan kinerja Polantas dalam mengatur
arus kendaraan selama berlangsungnya perhelatan KAA,
terutama pada saat diberlakukannya pengalihan jalur. Namun percayalah, mereka telah
berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga ketertiban dan
kondusivitas arus lalu-lintas di Kota Bandung.
Seorang anak tampak tengah memotret empat orang anggota keluarganya yang seluruhnya wanita di salah satu sisi Alun-alun Bandung.Pelataran luas beralaskan rumput sintetis ini tengah menjadi primadona dan kebangaan warga Bandung, serta menjadi salah satu alternatif tujuan warga Bandung dalam menghabiskan akhir pekan untuk sekedar duduk-duduk, berlarian dengan anak, atau berfoto sele.
Dua orang anggota TNI Angkatan Darat yang tergabung dalam
orkestra TNI AD tengah memainkan gitar dan bass untuk mengiringi
lagu “Smoke on The Water” yang dipopulerkan oleh Led Zeppelin.
Suara cello, biola, gamelan, saxophone dan terompet
bercampur harmonis menjadi serangkaian irama indah. Tak pelak penampilan tim Orkestra TNI AD ini
menyedot perhatian warga yang tengah berada di sekitaran Gedung
Merdeka.
Letnan Satu Yosua Christy (kanan) terlihat sedang dirangkul oleh Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) Mayor Jenderal Andika Perkasa sembari memegang sepuluh lembar uang pecahan seratus ribu rupiah.Uang tersebut adalah “saweran” dari Mayjen Andika yang sangat terpukau akan suara melengking Lettu Yosua saat menyanyikan lagu “Heal The World” yang dipopulerkan Michael Jackson. Lettu Yosua yang pernah mengikuti ajang “The Voice Indonesia” sempat mendapat sanjungan dari vokalis Gigi Armand Maulana dan vokalis Nidji Giring Ganesha.Di sebelah kiri tampak Kapten CAJ Indra Pambudi sebagai pimpinan orkestra tetap fokus menyelesaikan lagu tersebut.
Seorang karyawan salah satu bank swasta yang berkantor tepat di
depan Gedung Merdeka tengah mengabadikan penampilan tim
Orkestra TNI AD yang tengah menampilkan lagu “Heal the World”
melalui kamera ponselnya.Tim Orkestra TNI AD yang
berjumlah kurang lebih 50 orang ini tampil di hadapan presiden RI Joko Widodo dalam lawatannya ke Kota
Bandung untuk mengecek persiapan penyelenggaraan KAA.
Tim ini juga kerap tampil pada acara-acara penting, serta sering
menjuarai kejuaraan orkestra tingkat nasional.
Barisan bendera-bendera negara peserta konferensi Asia-Afrika berjajar rapi di depan Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika Kota Bandung. Di bawahnya tampak beberapa pasukan TNI AD sedang berjaga.Gedung Merdeka dan area sekitarnya tengah berbenah mempercantik diri untuk menyambut para delegasi dalam komemorasi 60 tahun penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika pada 24 April 2015.
Dua orang pekerja bangunan tengah sibuk menyelesaikan
pembangunan jembatan yang menghubungkan jalur pedestrian
sisi selatan dan utara Jalan Asia Afrika Kota Bandung.
Dengan semakin menipisnya waktu yang tersedia, para pekerja ini
bekerja siang dan malam untuk menyelesaikan beberapa struktur
yang belum rampung.Diharapkan pembangunan
jembatan ini dapat diselesaikan sebelum tanggal 24 April 2015,
dimana Kota bandung akan kembali kedatangan para delegasi
dari negara-negara Asia Afrika.
Masih di tempat yang sama, pekerja bangunan lainnya tengah menyelesaiakan pekerjaan dinding pada sisi utara jembatan.Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Jalan Asia-Afrika ini sebenarnya telah dibangun sejak lama, dan didesain agar dapat digunakan untuk aktivitas perdagangan di bagian atasnya, namun tidak berfungsi sebagaimana mestinya.Saat ini JPO tersebut didesain ulang dengan lebih artistik, mengusung gaya kolonial layaknya benteng pertahanan militer Belanda, sehingga nampak membaur manis dengan bangunan-bangunan di sekitarnya,
Barisan sepatu pantovel dan military boots yang seluruhnya berwarna hitam berjajar rapi di
depan koridor timur Masjid Raya Bandung yang tampak lengang.
Para staf dari berbagai instansi dan para petugas keamanan dari
berbagai satuan tengah menjalankan sholat dzuhur
berjamaah sesaat setelah adzan berkumandang.
Kesibukan persiapan penyelenggaraan konferensi Asia-Afrika tidak membuat para staf dan
petugas ini lupa untuk menjalankan ibadah tepat waktu, suatu sikap
yang tentunya patut diacungi jempol.
Seorang pekerja tengah serius memoles bagian trotoar di Jalan Dalem Kaum Kota Bandung.Jalan yang kesehariannya penuh sesak oleh kendaraan yang parkir dan pedagang kaki lima yang berjualan ini disulap menjadi pedestrian mall yang cantik.Berbeda dengan pengerjaan bangunan di ruas Jalan Asia-Afrika, pengerjaan pedestrian mall Dalem Kaum ini nampak lebih “santai”, dalam arti tidak dipaksakan untuk selesai pada saat perhelatan KAA tanggal 24 April 2015.
Salah satu anggota Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) terlihat
tengah mengobrol santai dengan beberapa anggota TNI dari satuan lainnya di ruas Jalan Dalem Kaum
Kota Bandung.Denjaka adalah sebuah detasemen
pasukan khusus anti teror TNI Angkatan Laut, satuan gabungan
antara personel Kopaska dan Taib Korps Marinir TNI-AL.
Pengamanan perhelatan KAA yang melibatkan banyak kepala negara
ini memang dapat dikatakan super ketat, melibatkan unsur TNI,
Paspampres, dan Polri. Selain detasemen anti teror, beberapa
penembak jitu juga telah ditempatkan untuk mencegah
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Kondisi Jalan Asia-Afrika di depan Alun-Alun Bandung pada siang hari yang cukup padat oleh kendaraan, baik roda dua maupun roda empat.Ruas jalan ini akan menjadi ruas jalan yang akan diberlakukan penutupan pada perhelatan KAA tanggal 24 April 2014, dan akan digunakan dalam acara “Historical Walk”, dimana para kepala negara dan delegasi dari negara-negara Asia-Afrika akan berjalan kaki dari Gedung Merdeka menuju Masjid Raya Bandung untuk menunaikan sholat Jumat berjamaah.
Seorang kakek tengah duduk menerawang ke arah Gedung Swarha yang berada tepat di
seberangnya.Melihat usianya, mungkin kakek ini pada masa mudanya adalah saksi mata penyelenggaraan konferensi
Asia-Afrika pertama tahun 1955 silam.
Layaknya Gedung Merdeka, Hotel Savoy Homann dan beberapa
bangunan lainnya, Gedung Swarha merupakan salah satu bangunan
yang tidak mengalami perubahan arsitektur dari dulu hingga
sekarang, sehingga tentunya akan membangkitkan memori si kakek.
Jalur pedestrian Jalan Asia-Afrika Kota Bandung yang kini dipenuhi oleh bangku taman, bunga-bungaan, dan beberapa street furniture lainnya, termasuk perkerasan baru dengan bahan granit.Selain itu, tampak bola-bola batu berdiameter 60 cm berjajar rapi menghiasi trotoar dengan jumlah 109 buah.Bola-bola batu raksasa ini memuat nama-nama negara peserta KAA. Ornamen ini merupakan sumbangan dari beberapa pihak melalui dana CSR. Batunya sendiri berjenis Basalto yang berasal dari Padalarang.
Ruas Jalan Cikapundung Timur yang biasanya dihiasi oleh lalu
lalang kendaraang, di siang hari yang cukup terik itu tampak
lengang. Hanya terlihat beberapa orang beraktivitas di sisi timurnya,
berteduh di bawah bayangan dinding Gedung Merdeka
Walikota Bandung Kang Emil dengan jeli melihat posisi strategis
ruas jalan ini yang diapit Gedung Merdeka di sebelah timurnya dan
Sungai Cikapundung di sebelah baratnya, hingga lantas
menjadikannya sebagai riverside promenade.
Tak pelak, meskipun pengerjaannya belum selesai 100
persen, ruas jalan ini menjadi sasaran para penggila sele untuk
berfoto dengan latar bendera-bendera peserta KAA.
Sama halnya dengan seorang kakek yang duduk termenung menatap Gedung Swarha, dua sejoli yang sudah lanjut usia ini juga tengah duduk santai tepat di depan Gedung Merdeka, lengkap dengan payung yang melindungi mereka dari teriknya sang surya.Jika bagi para muda-mudi perubahan signikan Jalan Asia-Afrika ini dimanfaatkan sebagai ajang aktualisasi diri, bagi para lansia seperti mereka lebih menjadi ajang nostalgia, mengingat apa yang terjadi di tempat yang sama 60 tahun silam.
Karyawan PT. PLN (Persero) tengah bekerja bakti membersihkan trotoar
Jalan Asia Afrika yang masih dipenuhi dengan debu dan
kotoran, tepat di samping dengan kantor mereka.
Patut disyukuri bahwa perhelatan KAA tahun 2015 ini membangkitkan
semangat gotong royong dan volunteerism dari berbagai pihak,
yang dengan semangat dan sukarela membantu suksesnya
penyelenggaraan acara dengan cara sekecil apapun.
Selain bantuan tenaga, banyak pula bantuan dana dari instansi-instasi
swasta melalui program CSR, sehingga dapat dikatakan bahwa
event ini merupakan hajatan besar milik warga Bandung.
Seorang nenek yang (sepertinya) tunawisma ini tengah duduk termenung di salah satu sudut Jalan Asia Afrika Kota Bandung.Dengan wajah seperti itu, mungkin sang nenek sedang bingung memikirkan apakah Ia dapat makan atau tidak hari ini, esok, dan hari-hari berikutnya. Namun dari matanya yang kesilauan, terpancar sedikit raut bahagia, raut kebanggaan akan kotanya yang kini elok mempesona.Semoga perhelatan 60 tahun KAA di kota tercintanya ini dapat membawa berkah bagi sang Nenek, dalam bentuk apapun.
Satu lagi orang yang berjasa memoles kencantikan Kota
Bandung, ialah Bapak Petugas Kebersihan. Dengan rompi kuning
kebesarannya, Ia dengan sabar menyapu dan memungut sampah
di setiap sudut jalan. Ialah yang bertanggung jawab menutupi
perilaku warga yang membuang sampah sembarangan.
Sebagai warga Bandung yang tentunya berbangga dengan
kondisi Bandung sekarang, marilah kita ringankan tugas bapak yang
dibayar dengan tidak seberapa ini. Dengan membuang sampah pada
tempatnya, si Bapak akan lebih cepat menyelesaikan
pekerjaannya, dan mungkin dapat melakukan pekerjaan lain untuk
menambah penghasilannya.
Bukan tentang ember, bukan pula tentang paving block yang kotor tertutup pasir, namun tentang benda yang melekat di jari seorang bapak pekerja bangunan itu.Batu akik, fenomena luar biasa yang sekarang tengah menjamuri Kota Bandung, bahkan seluruh Indonesia. Saking kuatnya pesona batu-batu ini menyedot perhatian kaum lelaki, hingga ada ungkapan yang berkata “Jika suamimu jarang pulang, janganlah berprasangka bahwa Ia selingkuh. Carilah di tempat mengasah batu!”Demam batu akik juga merambah arena KAA, dimana sang primadona menjadi salah satu souvenir yang diberikan kepada para kepala negara. Jenis batu yang dipilih adalah Akik Pancawarna, asli dari Garut, Jawa Barat.
Beberapa orang warga masyarakat tengah bergotong royong
membersihkan trotoar di depan Gedung Merdeka Kota Bandung, yang akan menjadi tempat utama penyelenggaraan 60 tahun KAA.
Membangkitkan budaya kerja bakti dan gotong royong merupakan
salah satu program walikota Bandung M. Ridwan Kamil dalam masa kepemimpinannya, dengan
tajuk “Beberes Bandung”.Selain dalam rangka
mempersiapkan KAA, diharapkan kegiatan kerja bakti ini dapat
berlangsung secara reguler dan menjadikan Bandung semakin
Juara!.
Beberapa orang pekerja tengah bahu membahu menyelesaikan sebuah monumen bermaterikan bambu di persimpangan Pabrik Kina Jalan Padjadjaran-Cihampelas. Monumen ini merupakan satu dari tiga meonumen bambu yang dibangun di Kota Bandung, dua lainnya berada di persimpangan Gedung Pakuan dan Balaikota Bandung.Penggunaan material bambu merupakan inovasi yang luar biasa, karena selain artistik, bambu juga merupakan material yang hemat biaya dan tahan terhadap cuaca. Sebuah perpaduan harmonis antara seni dan alam.
Jalan Dalem Kaum merupakan satu dari dua ruas jalan yang
dialihfungsikan dari jalan kendaraan menjadi pedestrian
walk. Dihiasi dengan lampu penerangan bertema vintage dan
perkerasan bertema sama dengan trotoarnya, ruas jalan ini tampak
cantik di malam hari.Peristiwa terbakarnya pusat
perbelanjaan Kings Shopping Center yang menjadi daya tarik
utama wisata belanja di Jalan Dalem Kaum sempat membuat
geliat perekonomian di ruas jalan ini menurun drastis.
Diharapkan dengan diubahnya konsep Jalan Dalem Kaum menjadi
pedestrian mall akan membangkitkan kembali gairah
perbelanjaan disana.
Rivaldi Eka MahardikaBandung, West Java, [email protected](+62)81222826232; (+62)85624725850