11.bab ii baru.doc
TRANSCRIPT
38
BAB II
TOPIK BAHASAN
A. Latar Belakang Pemilihan Topik
PT. Bukit Asam (Persero) Tbk merupakan perusahaan tambang
batubara dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) seluas 15.500 Ha, dan
merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam usaha
pertambangan batubara dan bertugas memasok kebutuhan batubara ke PLTU
Suralaya agar suplai kebutuhan listrik Pulau Jawa dan sekitarnya dapat
terpenuhi. Oleh karena itu jumlah kebutuhan batubara semakin hari semakin
meningkat. Solusi yang tepat yaitu dengan mengoptimalkan kegiatan produksi
batubara.
Penjelasan dalam pemilihan latar belakang topik disini, penulis akan
mengangkat topik tentang “Evaluasi Sinkronisasi Alat Gali Muat Dan Alat
Angkut Pada Pengupasan Overburden dan Batubara di Lokasi PIT
Tambang Air Laya (Extension Timur-Selatan) PT. Bukit Asam (Persero)
Tbk, Tanjung Enim, Sumatera Selatan Bulan Januari 2015”.
Tambang Air Laya (TAL) ini merupakan site terbesar di Izin Usaha
Pertambangan (IUP) PT. Bukit Asam (Persero), Tbk yang beroperasi dengan
teknologi penambangan terbuka secara berkesinambungan (continous mining)
dan shovel and truck, yang mana proses pengerjaannya dilaksanakan oleh
pihak ketiga / kontraktor yaitu PT. Pama Persada Nusantara.
38
39
B. Kajian Teoritis
1. Metode Penambangan
Metode penambangan secara umum terbagi menjadi dua macam
antara lain tambang terbuka yang biasa disebut tambang permukaan
(surface mining) dan tambang dalam atau juga sering disebut tambang
bawah tanah (underground mining). Tambang terbuka biasanya dilakukan
dengan cara pengupasan overburden atau lapisan tanah penutup untuk
mendapatkan material yang telah direncanakan sebagai target produksi.
Pada surface mining, semua aktivitasnya berhubungan langsung dengan
udara luar. Sedangkan underground mining dilakukan tanpa berhubungan
langsung dengan udara luar. Kegiatan penambangannya didahului dengan
pembuatan jalan masuk tambang dan juga membuat sirkulasi udara yang
sesuai dengan kebutuhan alat dan kebutuhan manusia. Dibutuhkan
perhitungan penyanggaan yang tepat dalam pembuatan tambang dalam.
Pemilihan kedua metode tersebut di atas yaitu berdasarkan dari
tingkat teknis yang ada saat ini dan keekonomisan bahan galian tersebut
apabila dilakukan penambangan. Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat keekonomisan suatu tambang. Salah satunya adalah
besarnya biaya operasi penambangan untuk melakukan kegiatan produksi.
Pengertian produksi adalah banyaknya material yang dapat dipindahkan
atau digali per satuan waktu. Produktivitas adalah jumlah produksi per
alat. Pada umumnya kapasitas produksi dihitung berdasarkan volume (m3
atau cuyd), pada batubara kapasitas produksi dinyatakan dalam ton.
40
Kapasitas alat adalah jumlah material yang dapat diisi, dimuat atau
diangkut oleh suatu alat. Pabrik pembuatan alat akan memberikan
spesifikasi unit alat termasuk kapasitas teoritisnya. Kapasitas aktual alat
berkaitan erat dengan faktor pengembangan material atau sering disebut
swell factor. Hal ini disebabkan adanya penambahan volume akibat
pemberaian material insitu atau pengurangan volume akibat pemadatan
material loose.
Dalam perhitungannya, jumlah material umumnya dinyatakan
dalam volume aslinya di tempat (insitu), walaupun yang diangkut atau
dimuat sebenarnya adalah material lepas (loose). Ada tiga bentuk volume
material yang mempengaruhi perhitungan pemindahannya, yaitu
dinyatakan dalam bank cubic meter (BCM) yaitu volume material sebelum
adanya gangguan seperti kegiatan ripping atau penggaruan, loose cubic
meter (LCM) merupakan volume dari material setelah adanya kegiatan
penggalian dan compacted cubic meter (CCM) adalah volume dari
material setelah adanya kegiatan pemadatan. Densitas merupakan faktor
penting yang menentukan berat bahan yang digali dari alat angkut dengan
kapasitas angkut dan kapasitas gali per BCM.
2. Produktivitas Peralatan Mekanis.
Pada produktivitas alat mekanis, maka kita dapat menggunakan
perhitungan kemampuan dari alat-alat mekanis tersebut, berdasarkan
(Komatsu Publication. Spesificatin and Application Handbook Edisi 28,
tahun 2007) dapat digunakan persamaan sebagai berikut:
41
a. Produktivitas Excavator
Gambar 24. Hydraulic excavator PC 2000
Produk tivitas Hyrddaulic Excavator :
Q = q × × E (Publication Komatsu, 2007 : 15 A-9)
Keterangan :
Q = Produktivitas Perjam (m3/hr; yd2/hr)
Cm = Cycle Time (Detik)
E = Efisiensi Kerja
Produktivitas per cycle
q= q1× k × sf × density
Keterangan :
Q = Produktivitas per cycle (m 3)
q1 = Kapasitas Bucket (m 3)
K = Bucket Fill Factor
42
Sf = Swell Factor
b. Produktivitas High Dump
Gambar 25. High Dump HD 785
Produktivitas High Dump :
P = C × 60 × Et × M (Publication komatsu, 2007 : 15 A – 17)
Cm
Keterangan :
Q = Produktivitas perjam (m3/hr; yd2/hr)
Cm = Cycle time (Menit)
Et = Efisiensi Kerja
M = Jumlah Alat Angkut
Produktivitas per cycle
C = n × q1 × k × sf × density
Keterangan :
n = Jumlah Pengisian
q1 = Kapasitas Bucket Alat Gali (m3)
k = Bucket fill factor
43
sf = Sweel factor
3. Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk mengetahui baik
buruknya hasil kerja (Keberhasilan) suatu alat pemindahan tanah mekanis
adalah besarnya produksi yang dapat dicapai oleh alat tersebut. Oleh sebab
itu usaha dan upaya untuk dapat mencapai produksi yang tinggi selalu
menjadi perhatian yang serius. Untuk memperkirakan lebih teliti produksi
alat-alat yang sudah dibicarakan di atas, perlu dipelajari faktor-faktor yang
langsung mempengaruhi hasil kerja alat-alat tersebut. Faktor-faktor
tersebut adalah :
a. Jenis Material
Karena perbedaan kekerasan dari material yang akan digali
sangat bervariasi. Maka sering dilakukan pengelompokkan sebagai
berikut:
1) Lunak (soft) atau mudah digali (easy digging), misalnya tanah atas
atau top soil, pasir (sand), lempung pasiran (sandclay), pasir
lempungan (clayedsand).
2) Agak keras atau Medium hard digging, misalnya tanah liat atau
lempung (clay) yang basah dan lengket. Batuan yang sudah lapuk
(wheathered rock).
3) Sukar digali atau keras (hard digging), misalnya batu sabak (slate),
material yang kompak (compacted material), batuan sedimen
(sedimentary rock), konglomerat, breksi (breccia).
44
4) Sangat sukar digali atau sangat keras (very hard digging) atau
batuan segar (fresh rock) yang memerlukan pemboran dan
peledakan sebelum dapat digali, misalnya batuan beku segar (fresh
igneous rock), batuan malihan segar (fresh metamorphic rock).
b. Tahanan Gali (Digging Resistance)
Tahanan gali merupakan tahanan yang dialami oleh alat gali
pada waktu melakukan penggalian tanah. Tahanan ini disebabkan
oleh :
1) Gesekan antara alat gali dengan tanah. Pada umumnya semakin
besar kelembaban dan kekasaran butiran tanah, semakin besar pula
gesekan yang terjadi.
2) Kekerasan tanah yang umumnya bersifat menahan masuknya alat
gali kedalam tanah.
3) Adanya adhesi antara tanah dengan alat gali, dan kohesi antara
butiran-butiran tanah itu sendiri.
4) Berat jenis tanah, hal ini terutama sangat berperan terhadap alat
gali yang juga berfungsi sebagai alat muat.
c. Tahanan gulir (Rolling resistance)
Tahanan gulir merupakan jumlah segala gaya-gaya luar yang
berlawanan dengan arah gerak kendaraan yang berjalan diatas jalur
jalan atau permukaan tanah. Dengan sendirinya yang mengalami
tahanan gulir ini secara langsung adalah bagian luar ban sebuah
kendaraan.
45
Tahanan gulir ini tergantung dari banyak hal, diantaranya yang
tepenting adalah :
1) Keadaan jalan, yaitu kekerasan dan kemulusan permukaannya :
semakin keras dan mulusnya atau rata jalan tersebut, semakin kecil
tahanan gulirnya. Jenis tanah atau material yang dipergunakan
untuk membuat jalan tidak terlalu berpengaruh.
2) Keadaan bagian kendaraan yang bersangkutan dengan permukaan
jalan jika memakai ban karet maka yang berpengaruh adalah
ukuran ban, tekanan dan permukaan bannya apakah masih baru
atau sudah gundul, sedangkan jika memakai crawler track maka
keadaan dan macam track nya kurang berpengaruh akan tetapi
kondisi jalannya yang berpengaruh. Berikut angka-angka tahanan
gulir yang dinyatkan dalam persen.
d. Tahanan Kemiringan (Grade resistance)
Tahanan kemiringan Merupakan besarnya gaya berat yang
melawan atau membantu gerak kendaraan karena kemiringan jalur
jalan yang melaluinya. Jika jalur jalan itu naik, disebut kemiringan
positif maka tahanan kemiringan akan melawan gerak kendaraan,
sehingga memperbesar tenaga yang diperlukan. Sebaliknya jika jalur
jalan itu turun disebut kemiringan negatif maka tahanan
kemiringannya akan membantu gerak kendaraan artinya mengurangi
tenaga yang dibutuhkan. Tahanan kemiringan tergantung dari dua
faktor yaitu :
46
1) Besarnya kemiringan yang biasa dinyatakan dalam persen (%).
Kemiringan 1% berarti jalan-jalan itu naik atau turun 1 meter untuk
tiap jarak mendatar sebesar 100 meter atau naik/turun 1 ft untuk
setiap 100 ft jarak mendatar.
2) Berat kendaraan itu sendiri dinyatakan dalam “gross” ton.
e. Coefficient Of Traction
Coefficient Of Traction Merupakan suatu faktor yang
menunjukkan berapa bagian dari seluruh berat kendaraan itu pada ban
atau track yang dapat dipakai untuk menarik atau mendorong. Faktor
ini akan mempengaruhi kondisi kendaraan seperti slip atau tidaknya
kendaraan tersebut ketika tenaga yang dibutuhkan tidak seimbang
dengan tenaga yang diberikan.
f. Rimpull
Merupakan besarnya kekuatan tarik yang dapat diberikan oleh
mesin suatu alat kepada permukaan roda atau ban penggeraknya yang
menyentuh permukaan jalur jalan. Untuk menghitung berapa Besar
rimpull yang diberikan oleh kendaraan dapat menggunakan komparasi
data pada spesifikasi kendaraan.
g. Ketinggian dari permukaan air laut (Altitude)
Ketinggian letak suatu daerah ternyata berpengaruh terhadap
hasil kerja mesin-mesin, karena mesin-mesin tersebut bekerja
dipengaruhi tekanan dan temperatur. Semakin tinggi tempat bekerja
maka kekeurangan tenaga terhadap mesin mesin akan berkurang pula.
47
Untuk kendaraan 4 tak maka akan berkurang sebesar 3% pada
ketinggian setelah 1000 ft pertama. Untuk kendaraan 2 tak akan
berkurang 1 %.
h. Efektifitas Penggunaan Alat Mekanis
Efektifitas penggunaan alat mekanis merupakan faktor yang
menunjukan kondisi alat-alat mekanis dalam melakukan pekerjaan
dengan memperhatikan kehilangan waktu selama kerja.
Adapun parameter efektifitas dalam penggunaan alat-alat
mekanis meliputi :
1) Kesediaan Mekanis (Mechanical Availability)
Mechanical Availability (MA) adalah angka yang
menunjukan tingkat suatu alat dapat bekerja dengan
memperhitungkan kehilangan waktu karena alasan-alasan mekanis
seperti perawatan atau reparasi mesin, penggantian suku cadang
(sparepart) dan lain-lain. Kesiapan mekanis merupakan suatu cara
untuk mengetahui kondisi mekanis yang sesungguhnya dari alat
yang sedang dipergunakan.
Keterangan :
W = Working hours atau jumlah jam kerja merupakan
waktu yang dibebankan kepada seorang operator
suatu alat yang dalam kondisi dapat dioperasikan
artinya tidak rusak, meliputi setiap keterlambatan
48
yaitu pulang ke lokasi kerja, pindah tempat,
pelumasan dan pengisian bahan bakar serta
keadaan cuaca.
R = Repair hours merupakan waktu untuk perbaikan
dan waktu yang hilang karena menunggu saat
perbaikan termasuk juga waktu untuk penyediaan
suku cadang serta waktu untuk perawatan
preventif.
2) Kesediaan Fisik (Physical Availability)
Faktor yang menunjukan kesediaan alat untuk melakukan
kerja dengan memperhitungkan waktu yang hilang karena
rusaknya jalan, faktor cuaca dan lain-lain. Kesediaan fisik selalu
lebih besar dari kesediaan mekanis, berarti bahwa alat belum
digunakan sesuai dengan kemampuannya
Keterangan :
S = Standby hours atau jumlah jam kerja suatu alat
yang tidak dapat dipergunakan padahal alat
tersebut tidak rusak dan dalam keadaan siap
operasi.
St = Schedule Time (W+R+S) / jumlah seluruh jam.
49
3) Penggunaan Kesediaan (Use of Availability)
Faktor yang menunjukkan efisiensi kerja alat selama waktu
kerja yang tersedia dimana kondisi alat tidak rusak. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui berapa efektif alat yang tidak
rusak dimanfaatkan dan menjadi ukuran seberapa baik pengelolaan
peralatan yang digunakan. Persentase rendah menunjukkan bahwa
pengoperasian alat tidak maksimal.
Keterangan :
W = Working hours atau jumlah jam kerja.
S = Standby hours atau jam kerja suatu alat yang
tidak dapat dipergunakan padahal alat tersebut
tidak rusak dan dalam keadaan siap beroperasi.
4) Penggunaan Efektif (Effective Utilization)
Faktor yang menunjukkan berapa persen dari seluruh waktu
kerja yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk bekerja atau persen
waktu yang dimanfaatkan oleh alat untuk bekerja dari sejumlah
waktu kerja yang tersedia. Effective Utilization ini sama dengan
pengertian efisiensi kerja alat mekanis.
50
Keterangan :
W = Working hours atau jumlah jam kerja.
St = Scheduled Time (W+R+S) atau jumlah seluruh
jam kerja dimana alat dijadwalkan untuk
beroperasi.
i. Faktor pengembangan (Swell Factor)
Pemberaian merupakan prosentase pengembangan volume
material dari volume asli, yang dapat mengakibatkan bertambahnya
jumlah material yang harus dipindahkan dari kedudukan aslinya.
Ketika digali, material akan lepas dan terberai sedemikian rupa dan
tidak akan kembali ke bentuk semula. Pemberaian tejadi karena
terbentuk rongga-rongga udara di antara partikel-partikel material
lepas tersebut. Misalnya, satu kubik material pada kondisi asli (bank)
setelah digali volumenya mengembang atau bertambah 30%, artinya
volume bertambah 1.3 kali volume aslinya, namun beratnya tetap sama
sebelum dan sesudah digali. Rumus-rumus yang berkaitan dengan
pemberaian material sebagai berikut:
Swell Factor = x 100% (Partanto Prodjosumarto.1995 :184)
Swell Factor = x 100%
J. Faktor Isian Mangkuk (fill factor)
51
Faktor isian mangkuk (fill factor) adalah presentase volume
yang sesuai atau sesungguhnya dapat disikan ke dalam bak (vessel)
truk dibandingkan dengan kapasitas teoritisnya. Suatu bak (vessel) truk
yang mempunyai faktor isi 87%, artinya 13% volume vessel itu tidak
dapat diisi. Mangkuk (bucket) dari excavator memiliki faktor isi lebih
dari 100% karena dapat diisi munjung (heaped).
Ff = (Partanto Prodjosumarto.1995 : 184)
Keterangan :
Ft = Faktor isian
Vn = Kapasitas nyata mangkuk alat gali-muat, m3
Vs = Kapasitas baku mangkuk alat gali muat, m3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengisian mangkuk, antara
lain :
1) Kandungan air, dimana semakin besar kandungan air maka faktor
pengisian semakin kecil, karena terjadi pengurangan volume
material.
2) Ukuruan material, semakin besar ukuran material maka faktor
pengisian akan semakin kecil.
3) Keterampilan dan kemampuan operator, dimana operator yang
berpengalaman dan terampil dapat memperbesar faktor pengisian
mangkuk. Kemampuan operator dalam menangani alat pada
pekerjaan tertentu dibagi menjadi :
52
a) Operator kelas 1
b) Operator kelas 2
c) Operator kelas 3
k. Berat Material
Berat material yang akan diangkut oleh alat-alat angkut dapat
mempengaruhi :
1) Kecepatan kendaraan.
2) Membatasi kemampuan kendaraan untuk mengatasi tahanan
kemiringan dan tahanan gulir dari jalur jalan yang dilaluinya.
3) Membatasi volume material yang dapat diangkut.
Oleh sebab itu berat jenis material pun harus diperhitungkan
pengaruhnya terhadap kapasitas alat muat maupun alat angkut.
j. Waktu Edar (Cycle time).
Waktu edar (cycle time) merupakan waktu yang diperlukan alat
mulai dari aktivitas pengisian atau pemuatan (loading). Pengangkutan
(hauling) untuk truk an sejenisnya atau swing untuk bakchoe dan
shovel, pengosongan (dumping), kembali kosong dan mempersiapkan
posisi (manuver) untuk diisi atau dimuat. Disamping aktivitas-aktivitas
tersebut terdapat pula waktu menunggu (delay time) bila terjadi antrian
untuk mengisi atau memuat. Komponen waktu edar (cycle time) untuk
alat dorong, misalnya bulldozer adalah waktu dorong material sampai
53
jarak tertentu, waktu kembali mundur, manuver, maupun siap dorong
kembali.
Waktu edar (cycle time) terdiri dari dua jenis, yaitu waktu tetap
(fixed time) dan waktu variabel (variable time). Jadi waktu edar total
adalah penjumlahan waktu tetap dan waktu variabel. Yang termasuk ke
dalam waktu tetap adalah waktu pengisian adalah waktu pengisian atau
pemuatan termasuk manuver dan menunggu, waktu pengosongan
muatan, waktu membelok dan mengganti gigi dan percepatan
sedangkan waktu variabel adalah waktu mengangkut muatan dan
kembali kosong..
a) Waktu Edar Alat Gali-Muat
Waktu edar alat gali-muat dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Ctgm = Tm1 + Tm2 + Tm3 + Tm4 (August Suryaputra,2009:35)
Keterangan :
Ctgm = waktu edar alat gali-muat (detik)
Tm1 = waktu putar dengan bucket kosong (detik)
Tm2 = waktu menggali material (detik)
Tm3 = waktu putar dengan bucket terisi (detik).
Tm4 = waktu menumpahkan muatan (detik)
b) Waktu Edar Alat Angkut
Waktu edar alat angkut dapat dirumuskan sebagai berikut :
Cta = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4 + Ta5 + Ta6 + Ta7
54
(August Suryaputra,2009:35)
Keterangan :
Cta = waktu edar alat angkut (detik)
Ta1 = waktu antri (detik)
Ta2 = waktu mengambil posisi untuk dimuati (detik)
Ta3 = waktu diisi muatan (detik)
Ta4 = waktu mengangkut muatan (detik)
Ta5 = waktu mengambil posisi untuk menumpah (detik)
Ta6 = waktu pengosongan muatan (detik)
Ta7 = waktu kembali kosong (detik).
k. Efesiensi kerja
Effisiensi kerja adalah penilaian terhadap pelaksanaan suatu
pekerjaan atau merupakan perbandingan antar waktu yang dipakai
untuk bekerja dengan waktu yang tersedia. Waktu kerja efektif adalah
waktu yang benar – benar digunakan oleh operator bersama alat
mekanis yang digunakan untuk kegiatan produksi. Untuk dapat
menentukan waktu kerja efektif harus dilakukan analisa waktu kerja
yang dilakukan pada jam kerja yang telah dijadwalkan. Besarnya
waktu yang tersedia ini dinyatakan dalam kenyataan belum dapat
digunakan seluruh untuk produksi. Hal ini disebabkan karena adanya
hambatan – hambatan yang terjadi selama alat mekanis tersebut
berproduksi, baik hambatan yang dapat dihindari maupun hambatan
yang tidak dihindari.
55
Beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian terhadap
efesiensi kerja sebagai berikut :
1) Waktu Kerja Nyata Yang Terjadi
Waktu kerja penambangan adalah jumlah jam kerja yang
digunakan untuk melakukan kegiatan penambangan yang meliputi
penggalian, pemuatan, pengangkutan. Efesiensi kerja akan semakin
besar apabila banyaknya waktu kerja nyata untuk penambangan
semakin mendekati jumlah waktu yang tersedia.
2) Hambatan – hambatan yang terjadi
Dalam kenyataan dilapangan akan terjadi hambatan-
hambatan baik yang dapat dihindari, sehingga akan berpengaruh
terhadap besar kecilnya efesiensi kerja. Jika jumlah jam kerja dapat
dimanfaatkan secara efektif, maka diharapkan produksi dari alat
muat dan alat angkut dapat optimal.
3) Jam Perbaikan (Repair Hours)
Waktu kerja yang hilang karena menunggu saat perbaikan
termasuk juga waktu untuk penyedian suku cadang (Spare Parts).
Dengan adanya hambatan-hambatan yang terjadi selama
kegiatan pemuatan dan pengangkutan overburden dan batubara
berlansung ditambah dengan adanya waktu yang hilang karena
untuk perbaikan alat, maka waktu kerja efektif dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
We = Wop – (Js + Jr) (August Suryaputra,2009:38 )
56
We = Wop – {(Wtd + Wd) + Jr}
Ek =
Keterangan :
Ek = Efesiensi kerja (%)
We = Waktu kerja efektif (menit)
Wop = Waktu kerja yang tersedia (menit)
Wtd = Waktu hambatan tidak dapat dihindari (menit)
Js = Standby time (menit) dimana (Js = Wtd +Wd)
Jr = Waktu reparasi (Repair) (menit)
Waktu kerja yang tersedia dalam kenyataan belum dapat
digunakan seluruhnya untuk produksi (kurang dari 100 %). Hal ini
disebabkan karena adanya hambatan – hambatan yang terjadi
selama alat mekanis tersebut berproduksi, karena hal terssebut
diatas jarang-jarang dalam satu jam operator betul-betul berkerja
selama 60 menit. Berdasarkan pengalaman , maka bila operator
dapat berkerja selama 50 menit dalam satu jam, ini berarti
efesiensinya adalah 83 % maka hal itu dianggap baik sekali.
4. Keserasian Kerja
Untuk mendapatkan hubungan kerja yang serasi antara alat gali
muat dan alat angkut, maka produktivitas alat gali muat harus sesuai
dengan produktivitas alat angkut. Faktor keserasian alat gali muat dan alat
angkut didasarkan pada produktivitas alat gali muat dan produktivitas alat
57
angkut, yang dinyatakan dalam Match Factor (MF). Secara perhitungan
teoritis, prduktivitas alat gali muat haruslah sama dengan prduktivitas alat
angkut, sehingga perbandingan antara alat angkut dan alat gali muat
mempunyai nilai satu, yaitu :
Produksi alat gali muat = jumlah alat angkut yang beroperasi perjam.
MF = (Yanto Indonesianto. 2005 : 101)
Keterangan :
Bila hasil perhitungan diperoleh :
a. MF < 1, artinya alat muat bekerja kurang dari 100%, sedangkan alat
angkut bekerja 100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat
karena menunggu alat angkut yang belum datang.
b. MF = 1, artinya alat muat dan angkut bekerja 100%, sehingga tidak
terjadi waktu tunggu dari kedua jenis alat tersebut.
c. MF > 1, artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut
bekerja <100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.
Untuk menghitung jumlah kebutuhan alat gali muat dan alat angkut
akan terjadi keserasian alat sehingga nilai MF = 1 dan berapa lama waktu
58
tunggu yang terjadi pada alat gali muat dan alat angkut akan dijelaskan di
bawah ini.
Perhitungan kebutuhan alat
MF = 1 =
(Yanto Indonesianto. 2005 : 101)
Waktu tunggu alat
MF =
1 =
>
<
CTa <
CTa + WTa =
Rumus waktu tunggu truk (WtA) =
(Yanto Indonesianto. 2005 : 101)
5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keserasian Kerja
a. Kondisi Cuaca.
Permasalahan akan cuaca sangat mempengaruhi efisiensi kerja,
baik operator maupun peralatan mekanis yang akan digunakan. Karena
aktivitas pada metode tambang terbuka berhubungan langsung dengan
cuaca. Contohnya pada musim penghujan, jalan utama, pengangkutan,
59
pemuatan dan sebagainya akan menjadi licin dan lengket sehingga
akan mempengaruhi cycle time alat angkut batubara ataupun material
lainnya. Selain itu, material yang memiliki nilai kohesivitas yang
tinggi seperti clay akan menempel pada bak dump truck sehingga pada
saat dumping, sebagian material akan teringgal dalam bak dan saat
pengisian selanjutnya material yang menempel itu akan terus berada di
bak hingga terlepas dengan sendirinya. Bila hujan terlalu deras, maka
kegiatan penambangan tidak akan dilakukan.
Pada cuaca panas, alat yang bekerja akan bergerak dengan baik,
karena jalan - jalan pengangkutan yang dilalui tidak licin dan tidak
lengket.
Penggalian batubara dan tanah penutup lebih cepat, akan tetapi
jalan - jalan pengangkutan di sekitar lokasi penambangan akan menjadi
berdebu.bila terlalu berdebu maka akan menghalangi operator
excavator, bulldozer dan dump truck yang sedang beroperasi. Maka
dibutuhkan water tank yang berguna untuk menyiram jalan agar tidak
terlalu banyak menerbangkan debu.
b. Keterampilan Operator
Keterampilan operator berpengaruh pada waktu edar alat,
semakin terampil operator menggunakan alat mekanis maka waktu
edar alat menjadi semakin kecil dan apabila seorang tidak terampil
menggunakan alat mekanis maka waktu edar alat akan menjadi
semakin besar. Penilaian keterampilan operator Backhoe dan Dump
60
Truck ini agak sulit untuk dinilai, hanya didasarkan pada pengalaman
kerja.
c. Waktu Edar (Cycle Time)
Berikut ini adalah Waktu Edar (Cycle Time) yang
mempengaruhi factor dari keserasian kerja Alat Gali-Muat dan Alat
Angkut :
1) Waktu Antri (Queuing Time)
Waktu antri adalah waktu yang dihitung mulai dari saat
truck masuk dalam “radius beacon” shovel sampai dengan
operator backhoe tekan “Full” untuk truck sebelumnya. Waktu
tunggu di backhoe hanya akan timbul ketika dump truck datang di
backhoe dimana sudah ada satu atau lebih truck yang sedang atau
menunggu dimuati. Apabila ketika dump truck datang di backhoe
tidak ada dump truck yang sedang dimuati maka waktu antri akan
menjadi nol.
2) Waktu Pengisian (Loading Time)
Loading Time dihitung saat alat muat menumpahkan bucket
pertamanya pada High Dump atau Dump Truck sampai dengan
bucket berakhir. Pada saat loading akan dapat dilihat berapa kali
pengisian untuk mengisi penuh 1 buah High Dump atau Dump
Truck.
3) Waktu Bermuatan (Loaded Haul) dan Waktu Kembali Kosong
(Empty Haul)
61
Waktu Bermuatan (Loaded Haul) adalah waktu yang
dihitung saat terakhir loading dari alat muat sampai tiba di
dumping. Waktu kembali kosong (Empty Haul) adalah waktu yang
dihitung mulai dari selesai dumping sampai dengan tiba di
backhoe. Waktu loaded dan Empty Haul adalah indicator untuk
melihat kondisi jalan dan hambatan selama pengangkutan. Waktu
kembali kosong seharusnya lebih kecil dari waktu bermuatan.
Beberapa factor yang akan menentukan adalah : kondisi jalan,
jarak tempuh alat, dan hambatan lain.
4) Waktu Penumpahan (Dumping Time)
Dumping time dihitung pada saat Alat Angkut mulai
memasuki beacon area dumping sampai dengan dumping berakhir
atau saat dump truck menurunkan kanopinya.
d. Ketersedian Alat
Kesediaan alat berat yang akan dioperasikan berpengaruh
terhadap kelancaran operasi penambangan yang dilakukan. Untuk
menghindari adanya hambatan operasi yang disebabkan oleh rusaknya
alat, maka alat - alat yang digunakan harus selalu diperiksa agar tidak
mengalami kerusakan pada waktu dioperasikan.
e. Pola Pemuatan
Pola pemuatan sangat berpengaruh dalam keserasian kerja alat
– alat mekanis yang digunakan baik secara teknis maupun ekonomis.
62
Pada umumya operasi penambangan dimulai dari jenjang paling atas
kemudian berurutan dari jenjang dibawahnya, dengan bermaksud :
1) Memudahkan dalam mengontrol kemajuan operasi penambangan.
2) Pelaksanaan penambangan dapat dilakukan dengan dilakukan
dengan lebih mudah tanpa ada pekerjaan lain yang menganggu.
Sedangkan pola pemuatan yang digunakan tergantung kondisi
lapangan, operasi penambangan serta alat-alat mekanis dengan asumsi
setiap alat angkut datang, mangkok alat muat sudah terisi penuh dan
siap ditumpahkan.
Setelah alat angkut terisi penuh alat angkut segera keluar dan
dilanjutkan dengan alat angkut lainnya sehungga tidak terjadi waktu
tunggu pada alat angkut maupun alat muatnya. Pola pemuatan yang
digunakan tergantung pada kondisi lapangan operasi pengupasan serta
alat mekanis yang digunakan dengan asumsi bahwa setiap alat angkut
yang datang, mangkuk (bucket) alat gali-muat sudah terisi penuh dan
siap ditumpahkan. Setelah alat angkut terisi penuh segera keluar dan
dilanjutkan dengan alat angkut lainnya sehingga tidak terjadi waktu
tunggu pada alat angkut maupun alat gali - muatnya. Pola pemuatan
pada operasi pengangkutan di tambang terbuka dikelompokkan
berdasarkan posisi back hoe terhadap front penggalian dan posisi dump
truck terhadap back hoe.
Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan seperti berikut ini :
1) Berdasarkan pada posisi alat gali muat
63
a) Top Loading
Yaitu kedudukan alat gali muat lebih tinggi dari alat
angkut dimana alat gali muat berada di atas tumpukan material
atau berada di atas jenjang yang dapat kita lihat pada gambar
26 dibawah ini.
Sumber : August Suryaputra,2009:26
Gambar 26. Pola Pemuatan Top Loading
b) Bottom Loading
Pola pemuatan dimana alat gali muat dan alat angkut
terletak pada satu ketinggian yang sama yang dapat kita lihat
pada gambar 27 dibawah ini.
64
Sumber : August Suryaputra,2009:26
Gambar 27. Pola Pemuatan Bottom Loading
2) Berdasarkan pe nempatan posisi alat angkut
a) Single back up
Yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuat pada
satu tempat dan alat angkut berikutnya menunggu alat angkut
pertama dimuati sampai penuh, setelah alat angkut pertama
berangkat maka alat angkut kedua memposisikan diri untuk
dimuati dan seterusnya.
b) Double back up
Yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada
dua tempat, kemudian alat gali muat mengisi salah satu
alat angkut sampai penuh setelah itu mengisi alat angkut kedua
yang sudah memposisikan diri di sisi lain sementara alat
65
angkut kedua diisi, alat angkut ketiga memposisikan diri di
tempat yang sama dengan alat angkut pertamadan seterusnya.
3) Berdasarkan Posisi Pemuatan
a) Frontal Cut
Alat muat berhadapan dengan muka jenjang atau front
penggalian dan mulai menggali kedepan dan samping alat
muat. Dalam hal ini digunakan double spotting dalam
penempatan posisi dump truck. Alat muat pertama kali pada
dump truck sebelah kanan sampai penuh dan berangkat, setelah
itu dilanjutkan pada dump truck sebelah kiri yang dapat kita
lihat pada gambar 29 dibawah ini.
Sumber : August Suryaputra,2009:27
Gambar 28. Posisi Pemuatan Frontal cut
b) Paralel Cut With Drive-By
Alat muat bergerak melintang dan sejajar dengan front
penggalian. Pada metode ini, akses untuk alat angkut harus
tersedia dua arah. Walapun sudut putar rata – rata lebih besar
66
dari pada frontal cut, truck tidak perlu membelakangi alat muat
dan spotting lebih mudah yang dapat lihat pada gambar 30.
Sumber : August Suryaputra,2009:27
Gambar 29. Posisi Pemuatan Paralel Cut With Drive-By
c) Paralel cut with turn and back
Paralel cut with turn and back terdiri dari dua metode
yaitu:
1) Paralel cut with turn and back
Paralel cut with turn and back terdiri dua metode,
yaitu :
(a) Single Spotting / Single Truck Back Up
Pada cara ini truck kedua menunggu selagi alat
muat mengisi truck pertama, setelah truck pertama
berangkat, truck kedua berputar dan mundur, saat truck
diisi, truck ketiga datang dan melakukan maneuver, dan
seterusnya dapat kita lihat pada gambar 31.
(b) Double Spotting / Double Truck Back Up
67
Pada cara ini truck memutar dan mundur
kesalah satu sisi alat muat pada waktu alat muat
mengisi truck pertama. Setelah truck pertama
berangkat, alat muat mengisi truck kedua. Ketika truck
sudah dimuati, truck ketiga datang dan lansung berputar
dan mundur kearah alat muat, begitu pula seterusnya
pada gambar 32 dapat kita lihat.
Sumber : August Suryaputra,2009:29
Gambar 30. Posisi Pemuatan Single Spotting
/Single Truck Back Up
68
Sumber : August Suryaputra,2009:29
Gambar 31. Posisi Pemuatan Double Spotting
/Double Truck Back Up
C. Proses Pelaksanaan Kegiatan / Produksi
Adapun kegiatan yang dilaksanakan penulis di site Tambang Air Laya
(Extension Timur-Selatan) pada kegiatan ini, yaitu :
1. Penulis Melakukan Proses Pengumpulan Data.
Dalam proses pengumpulan data tersebut, penulis melakukan 2
tahapan dalam pengumpulan data, antara lain :
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung
dari hasil pengamatan di lapangan.
Adapun data-data yang diambil, antara lain :
1) Data Waktu Edar (cycle time).
69
Merupakan alat gali-muat dan alat angkut, diperoleh
dengan mengukur waktu yang dibutuhkan oleh suatu alat untuk
menyelesaiakan satu siklus kegiatan tanpa memperhatikan waktu
hambatan yang terjadi.
2) Data Faktor Pengisian Alat (fill factor).
Merupakan muat dan jumlah pengisian mangkok ke dalam
alat angkut.
b. Data Sekunder
Merupakan berupa data pendukung yang berhubungan dengan
pengamatan hasil observasi orang lain, laporan-laporan teknik,
maupun hasil publikasi terdahulu diantara lain data tersebut adalah
curah hujan , Geologi, Litologi.
D. Pembahasan / Analisis.
1. Perhitungan Produktivitas dan Keserasian Kerja Alat Gali-Muat dan Alat
Angkut Untuk Pengupasan Overburden
a. Perhitungan Efesiensi kerja Alat Untuk Pengupasan Overburden
Tabel 4. Jam Kesedian Alat
Jenis alat Waktu Tersedia
(T)
Waktu Operasi
(W)
DownTime (R)
Waktu Standby
(S)
PC 2000-8 744 Jam 452,50 Jam 22,7 Jam 268,80 Jam
HD 785-7 744 jam 431,19 Jam 43,90 Jam 269,00 Jam
Sumber : Satuan Perencanaan Operasi
70
1) Mechanical availability (MA) atau Kesiapan Mekanik.
(a) Mechanical availability (MA) PC 2000 – 8
(b) Mechanical availability (MA) HD 785 – 7
2) Use of avaibility (UA) atau Penggunaan Ketersedian
(a) Use of avaibility (UA) PC 2000 – 8
(b) Use of avaibility (UA) HD 785– 7
3) Physical Availability (PA) atau kesedian fisik
71
(a) Physical Availability (PA) PC 2000 -8
(b) Physical Availability (PA) HD 785 - 7
4) Effective Utilization (EU) atau Penggunaan Efektif
(a) Effective Utilization (EU) PC 2000 – 8
(b) Effective Utilization (EU) HD 785 – 7
b. Perhitungan Produktivitas Alat Gali Muat Hydraulic Excavator PC
2000 -8 dan Alat Gali Angkut HD 785 -7 untuk Overburden.
72
2) Perhitungan Produktivitas Alat Gali Muat Hydraulic Excavator PC
2000 -8
Kapasitas Bucket (q1) = 13,7 m3 (Lampiran E)
Efesiensi Kerja (E) = 0,61 % ( UA × PA )
Cycle Time (Cm) = 31,82 Detik (Lampiran E)
Bucket Fill Factor (K) = 1,1 (Lampiran I)
Swell Factor (Sf) = 0,82 (Lampiran J)
Q = q × × E
q = q1 × k × sf × density
= 13,7 m3 × 1,1 × 0,82
= 12,36 bcm/bucket
Maka ;
Q = q × × E
= 12,36 Bcm × 3600 × 0,61
31,82
= 853 bcm/jam
Maka produktivitas alat gali muat Hydraulic Excavator PC 2000 -8
untuk loading overbuden sebesar 853 bcm/jam.
2. Perhitungan Produktivitas Alat Angkut HD 785 untuk Overburden
Kapasitas Bucket (q1) = 13,7 m3 (Lampiran F)
Efesiensi Kerja (E) = 0,58 % ( UA × PA )
73
Cycle Time (Cm) = 15,48 Menit (Lampiran L)
Bucket Fill Factor (K) = 1,1 (Lampiran I)
Swell Factor (Sf) = 0,82 (Lampiran J)
P = C × 60 × Et
Cm
C = n × q1 × k × sf × density
= 6 × 13,7 m3 × 1,1 × 0,82
= 74, 14 bcm
Maka ;
P = C × 60 × Et × M
Cm
= 74,14 bcm × 60 × 0,58 × 6
15,48
= 975,45 bcm/jam
Maka produktivitas alat angkut HD 785 untuk overburden adalah
sebesar 975,45 bcm/jam
c. Perhitungan Keserasian Kerja Alat Gali Muat dan Alat Angkut untuk
Overburden (1 unit Hydraulic Escavator PC 2000 - 8 dengan 6 Unit
HD 785 - 7)
MF =
=
= 1,203
Jadi secara aktual karena MF > 1 maka alat angkut yang
menunggu alat muat. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan
74
berapa besar waktu tunggu yang terjadi pada alat angkut, maka
perhitungannya adalah sebagai berikut :
WtA =
=
= 193,29 detik
= 3,22 menit
Agar didapat nilai Match Factor (MF) = 1 dan waktu tunggu
alat angkut yang tidak terlalu lama seperti keadaan aktual seperti
perhitungan diatas, maka perlu merubah jumlah alat angkut yang
digunakan, Untuk menghitung jumlah alat angkut yang diperlukan
maka dilakukan peritungan sebagai berikut:
MF =
Maka jumlah alat angkut (Y) :
1 =
1 = 0,2005 Y
Y =
Y = 4, 98
= 5 unit
75
Dari hasil perhitungan diatas dengan pengurangan jumlah alat
angkut menjadi 5 unit maka dapat kita buktikan apakah pengurangan
alat tersebut akan mendekati nilai match factor (MF) = 1
MF =
=
= 1,0025
Dan Setelah kita dapat hasilkan match factor telah mendekati 1,
maka kita juga perlu melakukan pembuktian apakah dengan
pengurangan 1 buah alat angkut waktu tunggu alat angkut akan
mendekati = 0 detik
WtA =
=
= 2,37 detik
3. Perhitungan Produktivitas dan Keserasian Kerja Alat Gali-Muat dan Alat
Angkut Untuk Pengupasan Batubara.
a. Perhitungan Efesiensi kerja Alat Untuk Pengupasan Batubara
Tabel 5. Jam Kesedian Alat
Jenis alat Waktu Tersedia
(T)
Waktu Operasi
(W)
Down Time (R)
Waktu Standby
(S)
PC 800-8 744 jam 416,41 Jam 36,08 Jam 291,51 Jam
76
DT Hino
Fm 320 Ti
744 Jam 379,40 Jam 78,00 Jam 286,60 Jam
Sumber : Satuan Kerja Perencanaan Operasi
1) Mechanical availability
(MA) atau Kesiapan
Mekanik.
(a) Mechanical availability (MA) PC 800 – 8
(b) Mechanical availability (MA) DT Hino Fm 320 Ti
2) Use of avaibility (UA) atau Penggunaan Ketersedian
(a) Use of avaibility (UA) PC 800 – 8
77
(b) Use of avaibility (UA) DT Hino Fm 320 Ti
3) Physical Availability (PA) atau kesedian fisik
(a) Physical Availability (PA) PC 800 -8
(b) Physical Availability (PA) DT Hino Fm 320 Ti
4) Effective Utilization (EU) atau Penggunaan Efektif
(a) Effective Utilization (EU) PC 800 – 8
(b) Effective Utilization (EU) DT Hino Fm 320 Ti
78
b. Perhitungan Produktivitas Alat Gali Muat Hydraulic Excavator PC
800-8 dan Alat Angkut Dump Truck Hino Fm 320 Ti untuk
Pengupasan Batubara.
1) Perhitungan Produktivitas Alat Gali Muat Hydraulic Excavator PC
800-8
Kapasitas Bucket (q1) = 3,4 m3 (Lampiran G)
Efesiensi Kerja (E) = 0,56 % ( UA × PA )
Cycle Time (Cm) = 23,91 Detik (Lampiran M)
Bucket Fill Factor (K) = 0,9 (Lampiran I )
Swell Factor (Sf) = 0,74 (Lampiran J )
Q = q × × E
q = q1 × k × sf × density
= 3,4 m3× 0,9 × 0,74 × 1,3 ton/m3
= 2,94 ton/bucket
Maka ;
Q = q × × E
= 2,94 ton× 3600 × 0,56
79
23,91
= 247,89 ton/jam
Maka produktivitas alat gali muat Hydraulic Excavator PC 800
untuk loading batubara sebesar 247,89 ton/jam.
2) Perhitungan Produktivitas Alat Angkut Dump Truck Hino 500 Fm
320 Ti untuk Batubara
Kapasitas Bucket (q1) = 3,4 m3 (Lampiran H)
Efesiensi Kerja (E) = 0,51 % ( UA × PA )
Cycle Time (Cm) =16,65 menit (Lampiran N)
Bucket Fill Factor (K) = 0,9 (Lampiran I)
Swell Factor (Sf) = 0,8 (Lampiran J)
P = C × 60 × Et
Cm
C = n × q1 × k × sf × density
= 7 × 3,4 m3 × 0,9 × 0,74 × 1,3 ton/m3
= 20,61 ton
Maka ;
P = C × 60 × Et × M
Cm
= 20,61 ton × 60 × 0,51 × 7
16,65
= 265,14 ton/jam
Maka produktivitas alat angkut Dump Truck Hino 500 Fm 320 TI
untuk batubara adalah sebesar 265,14 ton/jam
80
c. Perhitungan Keserasian Kerja Alat Gali Muat dan Alat Angkut untuk
Batubara (1 unit Hydraulic Excavator PC 800-8 dengan 7 Unit Dump
Truk Hino 500 Fm 320 TI)
MF =
=
= 1,17
Jadi secara actual karena MF > 1 maka alat angkut yang
menunggu alat muat. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan
berapa besar waktu tunggu yang terjadi pada alat angkut, maka
perhitungannya adalah sebagai berikut :
WtA =
=
= 172,37 detik
= 2,87 menit
Agar didapat nilai Match Factor (MF) = 1 dan waktu tunggu
alat angkut yang tidak terlalu lama seperti keadaan actual seperti
perhitungan diatas, maka perlu merubah jumlah alat angkut yang
digunakan, Untuk menghitung jumlah alat angkut yang diperlukan
maka dilakukan peritungan sebagai berikut:
MF =
Maka jumlah alat angkut (Y) :
81
1 =
1 = 0,167 Y
Y =
Y = 5,99 = 6 unit
Jadi agar tidak terjadi antrian pada alat angkut maka perlu
merubah jumlah alat angkut yang digunakan yaitu dengan mengurangi
jumlanya menjadi 6 unit.
Dari hasil perhitungan diatas dengan pengurangan jumlah alat
angkut menjadi 6 unit maka dapat kita buktikan apakah pengurangan
alat tersebut akan mendekati nilai match factor (MF) = 1
MF =
=
= 1,005
Dan Setelah kita dapat hasilkan match factor telah mendekati 1,
maka kita juga perlu melakukan pembuktian apakah dengan
pengurangan 1 buah alat angkut waktu tunggu alat angkut akan
mendekati = 0 detik
WtA =
=
= 5 detik
82