119-201-1-pb.pdf

Upload: anggasetiyawan

Post on 07-Oct-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Jurnal Bioproses Komoditas Tropis

    Vol. 1 No. 2, Agustus 2013

    11

    Uji Karakteristik Mie Instan Berbahan-Baku Tepung Terigu dengan Substitusi

    Mocaf

    Characteristics Test of Instant Noodles Made from Wheat Flour with Mocaf

    Substitution

    Fajrin Hal Lala

    *), Bambang Susilo, Nur Komar

    Jurusan Keteknikan Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas Brawijaya

    Jl. Veteran, Malang 65145 *)

    Penulis korespondensi, Email: [email protected]

    ABSTRAK

    Penelitian bertujuan untuk : 1) Mengetahui substitusi mocaf pada mie instan yang dikehendaki, 2)

    Mengetahui keseimbangan massa terbaik yang terjadi selama proses pembuatan mie instan bersubstitusi

    mocaf dan 3) Mendapatkan pemilihan produk yang disukai panelis dalam uji organoleptik. Metode

    penelitian menggunakan model additif dan analisis empirikal yang bertujuan untuk memperoleh

    campuran yang terpilih sifat-sifat baiknya. Kombinasi perlakuan tersebut, terdiri dari formulasi tepung

    terigu dan tepung mocaf yang terdiri dari 3 level, yaitu : 1) tepung terigu 75 % : tepung mocaf 25 %, 2)

    tepung terigu 65 % : tepung mocaf 35 %, dan 3) tepung terigu 55 % : tepung mocaf 45 % dengan proporsi

    penambahan kadar CMC yang terdiri dari 2 level, yaitu : 1) CMC 0.5 % dan 2) CMC 1 %. Uji

    karakteristik yang dilakukan antara lain : sifat fisik (koefisien ekspansi volume, pemuaian volume, daya

    serap air, rendemen, panas spesifik dan keseimbangan massa), sifat kimia (kadar air, kadar abu, kadar

    protein, kadar lemak dan kadar karbohidrat) dan 3) organoleptik (rasa, aroma, tekstur dan warna). Hasil

    penelitian menunjukkan substitusi mocaf pada mie instan yang dikehendaki, adalah sebesar 25 % (62.5

    gram tepung mocaf). Keseimbangan massa yang terjadi selama proses pembuatan mie instan

    menghasilkan nilai rendemen tertinggi sebesar 74.078 % dengan input bahan sebesar 375.8 gram

    campuran bahan dan output sebesar 278.9 gram mie instan (dengan formulasi tepung terigu : tepung

    mocaf : CMC = 187.5 : 62.5 : 2.5 gram). Pemilihan produk yang disukai panelis dalam uji organoleptik,

    yaitu pada perlakuan dengan substitusi mocaf 25 % (dengan formulasi persentase tepung terigu : tepung

    mocaf : CMC = 75 : 25 : 1).

    Kata Kunci: Mie instan, mocaf, CMC

    ABSTRACT

    The purposes of this research are to 1) determine mocaf substitution at the desired instant noodles, 2)

    determine the mass balance of the best that occur during the process of making instant noodles

    substituted mocaf and 3) get the preferred product selection panelist in the organoleptic test. The

    research method used additive model and empirical analysis aimed at obtaining a mixture of selected

    good attributes. The combined treatment, consisting of wheat flour and mocaf flour formulation which

    consists of 3 levels: 1) wheat flour 75 %: mocaf flour 25 %, 2) wheat flour 65 % : mocaf flour 35 %, and

    3) wheat flour 55 % : mocaf flour 45 % with the addition of the proportion of CMC concentration which

    consists of two levels : 1) CMC 0.5 % and 2) CMC 1 %. Characteristics test that made include :

    physical properties (coefficient of volume expansion, volume expansion, water absorption, yield, specific

    heat and mass balance), 2) chemical properties (moisture content, ash content, protein content, fat

    content and carbohydrate content) and 3) organoleptic (taste, smell, texture and color). Results showed

    substitution mocaf on instant noodles are desired by 25 % (62.5 gram mocaf flour). Mass balance that

    occur during the process of making instant noodles produced the highest yield value of 74.078 % with

    375.8 grams of material inputs and outputs mixture of 278.9 grams of instant noodles (with formulations

    wheat flour : mocaf flour : CMC = 187.5 : 62.5 : 2.5 grams). Selection of panelists preferred product in

    the organoleptic test, namely the substitution mocaf treatment with 25 % (the percentage formulation

    wheat flour: mocaf flour: CMC = 75: 25: 1).

    Keywords: instant noodles, mocaf, CMC

  • Jurnal Bioproses Komoditas Tropis

    Vol. 1 No. 2, Agustus 2013

    12

    PENDAHULUAN

    Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 3551-1994, mie instan didefinisikan

    sebagai produk makanan kering yang dibuat dari tepung terigu dengan atau tanpa penambahan

    bahan makanan lain dan bahan makanan tambahan yang diizinkan, berbentuk khas mie dan siap

    dihidangkan setelah dimasak atau diseduh dengan air mendidih paling lama 4 menit. Mie instan

    dikenal sebagai mie ramen. Mie ini dibuat dengan penambahan beberapa proses setelah

    diperoleh mie segar. Tahap-tahap tersebut yaitu pengukusan, pembentukan dan pengeringan.

    Kadar air mie instan umumnya mencapai 5-8% sehingga memiliki daya simpan yang cukup

    lama.

    Tepung MOCAF dikenal sebagai tepung singkong alternatif pengganti terigu. Kata

    MOCAF sendiri merupakan singkatan dari Modified Cassava Flour yang berarti tepung

    singkong yang dimodifikasi. Tepung MOCAF memiliki karakter yang berbeda dengan

    tepung ubi kayu biasa dan tapioka, terutama dalam hal derajat viskositas, kemampuan

    gelasi, daya rehidrasi dan kemudahan melarut yang lebih baik (Subagio, 2007).

    Telah dilakukan uji coba substitusi tepung terigu dengan MOCAF yang menunjukkan

    bahwa untuk menghasilkan mie kering mutu baik dapat digunakan tepung MOCAF hingga 20%

    untuk mensubstitusi tepung terigu. Produk mie kering tersebut memiliki karakteristik cooking

    time 10.64 menit, cooking loss 7.01%, daya putus (tensile strength) 0.22N, daya patah 1.38N,

    hidrasi 147.89%, kecerahan warna 50.90, volume pengembangan 1.44 cm/cm, kadar air 9.97%,

    kadar protein 12.53%, kadar pati 70.89%, kadar lemak 1.87%, kadar abu 3.85% dan kadar serat

    kasar 3.58% dengan rerata kesukaan terhadap warna 3.01 (agak tidak menyukai), rasa 3.50

    (agak tidak menyukai), tekstur 4.00 (netral) dan aroma 3.01 (agak tidak menyukai)

    (Nursasminto, 2012).

    METODE PENELITIAN

    Alat dan Bahan

    Alat-alat yang digunakan pada proses pembuatan mie instan antara lain : timbangan digital,

    gelas ukur, sendok, baskom, pisau, pencetak mie, nampan, panci, spatula, kompor, loyang

    aluminium, oven dan plastik. Alat-alat yang digunakan untuk analisa antara lain : penggaris,

    termometer, oven, cawan aluminium, penjepit pendek, destikator, timbangan analitik, tanur

    listrik, kompor listrik, cawan porselen, penjepit panjang, perangkat soxhlet, tabung ekstraksi

    soxhlet, labu lemak, pendingin balik, perangkat destruksi, tabung destruksi, perangkat destilasi,

    erlenmeyer, pipet, buret dan perangkat titrasi.

    Bahan-bahan yang digunakan pada proses pembuatan mie instan antara lain : tepung terigu,

    tepung mocaf, air, garam, soda abu dan cmc (carboxyl methyl cellulose). Bahan-bahan

    pembantu yang digunakan pada proses pembuatan mie instan, antara lain : tepung tapioka dan

    minyak goreng. Bahan-bahan yang digunakan untuk proses analisa antara lain : kertas saring,

    heksana, tablet kjeldahl, H2SO4 pekat, akuades, NaOH 45%, indikator pp, indikator methyl red,

    H3BO3 3% dan HCl 0.1 N.

    Metode Penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode empirik dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola

    faktorial yang terdiri dari dua faktor, dimana faktor pertama terdiri dari 3 level yaitu formulasi

  • Jurnal Bioproses Komoditas Tropis

    Vol. 1 No. 2, Agustus 2013

    13

    tepung terigu dan tepung mocaf dan faktor kedua terdiri dari 2 level yaitu proporsi penambahan

    CMC sehingga diperoleh 6 kombinasi.

    (1). Formulasi tepung terigu : tepung mocaf (A) yang terdiri dari 3 level yaitu :

    A1 = tepung terigu 75% : tepung mocaf 25%

    A2 = tepung terigu 65% : tepung mocaf 35%

    A3 = tepung terigu 55% : tepung mocaf 45%

    (2). Proporsi penambahan kadar CMC (Carboxyl Methyl Cellulose) (B) yang terdiri dari 2 level

    yaitu :

    B1 = penambahan CMC 0,5%

    B2 = penambahan CMC 1%

    Pembuatan mie instan diawali dengan menimbang bahan-bahan yaitu tepung terigu, tepung

    mocaf, air, garam, soda abu, dan CMC sesuai kebutuhan dalam formulasi untuk memudahkan

    penanganan formula didasarkan pada total tepung 250 gram. Semua bahan kering dicampur rata

    dalam baskom. Semua bahan dicampur secara perlahan-lahan dengan tangan atau sendok

    sampai semua bahan tercampur sempurna dan terbentuk adonan. Adonan diadoni atau

    diuleni dengan tangan sampai terbentuk adonan yang kalis/sempurna. Pengadonan dapat

    dilakukan dengan menekan-nekan adonan di dalam baskom. Kemudian adonan kalis dibulatkan

    lalu ditutup plastik dan didiamkan 15 menit.

    Proses selanjutnya adalah membentuk adonan menjadi lembaran adonan yang ditipiskan

    dengan alat pembuat mie dimulai dari ukuran ketebalan terbesar sampai terkecil. Lembaran

    adonan dipotong dengan alat pencetak mie untuk membentuk untaian mie. Pada akhir proses

    pembentukan lembaran, lembar adonan yang tipis dipotong memanjang selebar 1- 2 mm dengan

    roll pemotong mie, dan selanjutnya dipotong melintang pada panjang tertentu, sehingga dalam

    keadaan kering menghasilkan berat standar. Setelah pembentukan mie dilakukan proses

    pengukusan selama 5 menit dengan suhu 100C. Mie yang telah dikukus didinginkan sampai

    suhu ruang kemudian di oven pada suhu 60C selama 24 jam untuk dikeringkan secara

    sempurna sehingga menjadikannya produk yang kering dan renyah.

    Pengamatan penelitian dilakukan dengan melihat parameter mutu mie instan, yaitu sifat

    fisik (koefisien ekspansi volume, daya serap air, rendemen, panas spesifik dan keseimbangan

    massa), sifat kimia (kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein dan kadar karbohidrat) dan

    mutu organoleptik (rasa, aroma, tekstur dan warna).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Sifat Fisik

    Koefisien Ekspansi Volume

    Nilai koefisien ekspansi volume berkisar antara 0.0301 /C sampai 0.0542 /C. dengan

    kontrol sebesar 0.0391 /C sebagaimana terlihat pada Gambar 1. Koefisien ekspansi volume

    dipengaruhi oleh volume awal (V0), volume akhir (V), suhu sebelum (T0) dan sesudah dioven

    (T) pada mie instan. Suhu awal mie instan dipengaruhi oleh suhu mie yang telah dikukus dan

    didinginkan di suhu ruang sampai suhunya konstan.

  • Jurnal Bioproses Komoditas Tropis

    Vol. 1 No. 2, Agustus 2013

    14

    Gambar 1. Hubungan proporsi tepung mocaf dengan penambahan CMC terhadap nilai koefisien

    ekspansi volume mie instan

    Menurut Beiser (1996), pada saat suhu suatu bahan berubah, ukuran (dimensi) bahan

    tersebut juga ikut berubah. Pada saat suhu padatan atau cairan berubah selama selang suhu

    tertentu T, maka volume juga akan berubah sebanding dengan selang waktu tersebut V.

    Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa formulasi tepung terigu : tepung mocaf (A)

    dengan proporsi penambahan CMC (B) tidak memberikan pengaruh yang nyata (P > 0.05)

    terhadap koefisien ekspansi volume mie instan. Begitu juga dengan interaksi diantara keduanya

    (AxB). Standar deviasi paling kecil terdapat pada formulasi tepung mocaf 25 % dan proporsi

    CMC 0.5 % sehingga lebih konsisten perlakuannya.

    Pemuaian Volume

    Nilai pemuaian volume sebagaimana dapat di lihat pada Gambar 2, berkisar antara 5905.42

    cm3 sampai 10731.57 cm

    3 dengan kontrol sebesar 6723.41 cm

    3.

    Gambar 2. Hubungan proporsi tepung mocaf dengan penambahan CMC terhadap nilai

    pemuaian volume mie instan

    Mie instan dengan penambahan CMC 1 % memberikan nilai pemuaian volume yang lebih

    tinggi daripada dengan penambahan CMC 0.5 % karena CMC bersifat hidroskopis (menyerap

    air) sehingga mie semakin mengembang.

    Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa formulasi tepung terigu : tepung mocaf (A)

    dengan proporsi penambahan CMC (B) tidak memberikan pengaruh yang nyata (P > 0.05)

    terhadap pemuaian volume mie instan. Begitu juga dengan interaksi diantara keduanya (AxB).

    Standar deviasi paling kecil terdapat pada formulasi tepung mocaf 35 % dan proporsi CMC

    0.5 % sehingga lebih konsisten perlakuannya.

  • Jurnal Bioproses Komoditas Tropis

    Vol. 1 No. 2, Agustus 2013

    15

    Daya Serap Air

    Nilai daya serap air berkisar antara 226.73 % sampai 305.25 % dengan kontrol sebesar

    212.49 %.

    Gambar 3. Hubungan proporsi tepung mocaf dengan penambahan CMC terhadap nilai daya

    serap air mie instan

    Nilai daya serap air yang semakin tinggi menunjukkan semakin banyak air yang mampu

    diserap oleh mie sehingga mie semakin mengembang. Gambar 3 menunjukkan bahwa mie

    instan dengan penambahan CMC 1% memberikan nilai daya serap air yang lebih tinggi

    daripada dengan penambahan CMC 0.5% karena CMC bersifat hidroskopis (menyerap air).

    Pati yang tergelatinisasi akan membentuk gel dan daya serap air menjadi lebih besar sampai

    60%, akibatnya ikatan intermolekuler pecah dan ikatan-ikatan hidrogen mengikat air (Winarno,

    1997).

    Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa formulasi tepung terigu : tepung mocaf (A)

    dengan proporsi penambahan CMC (B) tidak memberikan pengaruh yang nyata (P > 0.05)

    terhadap daya serap air mie instan. Begitu juga dengan interaksi diantara keduanya (AxB).

    Standar deviasi paling kecil terdapat pada formulasi tepung mocaf 45 % dan proporsi CMC 1 %

    sehingga lebih konsisten perlakuannya.

    Panas Spesifik

    Nilai panas spesifik tidak dipengaruhi oleh perlakuan dan memberikan hasil seperti pada

    Gambar 4. Nilai panas spesifik berkisar antara 1.637 kJ/kgC sampai 1.682 kJ/kgC dengan

    kontrol sebesar 1.662 kJ/kgC.

    Gambar 4. Hubungan proporsi tepung mocaf dengan penambahan CMC terhadap nilai panas

    spesifik mie instan

    Bila dilihat pada gambar, terlihat besarnya panas spesifik mie instan yang hampir sama

    karena produk yang diuji sama yaitu berupa mie instan. Menurut Heldman dan Singh (1981),

    konstanta panas spesifik digunakan untuk menentukan besarnya nilai panas dahil (enthrophy)

    suatu bahan.

  • Jurnal Bioproses Komoditas Tropis

    Vol. 1 No. 2, Agustus 2013

    16

    Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa formulasi tepung terigu : tepung mocaf (A)

    dengan proporsi penambahan CMC (B) tidak memberikan pengaruh yang nyata (P > 0.05)

    terhadap panas spesifik mie instan. Begitu juga dengan interaksi diantara keduanya (AxB).

    Standar deviasi paling kecil terdapat pada formulasi tepung mocaf 25 % dan proporsi CMC 0.5

    % sehingga lebih konsisten perlakuannya.

    Sifat Kimia

    Kadar Air

    Pada penelitian menunjukkan bahwa nilai kadar air berkisar antara 7.26 % sampai 8.62 %

    dengan kontrol sebesar 7.94 % (Gambar 5).

    Gambar 5. Hubungan proporsi tepung mocaf dengan penambahan CMC terhadap nilai kadar air

    mie instan

    Kadar air pada bahan baku yang digunakan akan berpengaruh terhadap kadar air mie instan

    kering yang dihasilkan. Sudarmadji (1997), menyebutkan bahwa air merupakan komponen

    penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi kenampakan, tekstur serta cita

    rasa makanan. Selain itu besarnya kadar air sangat berpengaruh terhadap umur simpan dari mie

    instan kering.

    Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa formulasi tepung terigu : tepung mocaf (A)

    dengan proporsi penambahan CMC (B) tidak memberikan pengaruh yang nyata (P > 0.05)

    terhadap kadar air mie instan. Begitu juga dengan interaksi diantara keduanya (AxB). Standar

    deviasi paling kecil terdapat pada formulasi tepung mocaf 25 % dan proporsi CMC 0.5 %

    sehingga lebih konsisten perlakuannya.

    Kadar Abu

    Kadar abu mie instan terdapat pada Gambar 6 dengan nilai berkisar antara 1.673 % sampai

    1.838 % dengan kontrol sebesar 1.751 %.

    Gambar 6. Hubungan proporsi tepung mocaf dengan penambahan CMC terhadap nilai kadar

    abu mie instan

  • Jurnal Bioproses Komoditas Tropis

    Vol. 1 No. 2, Agustus 2013

    17

    Semakin banyak proporsi tepung mocaf maka kadar abu cenderung semakin meningkat,

    karena tepung mocaf mengandung kadar abu sebesar 0.2 % (Faza , 2007). Peningkatan kadar

    abu menunjukkan bertambahnya kandungan mineral pada mie instan kering.

    Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa formulasi tepung terigu : tepung mocaf (A)

    dengan proporsi penambahan CMC (B) tidak memberikan pengaruh yang nyata (P > 0.05)

    terhadap kadar abu mie instan. Begitu juga dengan interaksi diantara keduanya (AxB). Standar

    deviasi paling kecil terdapat pada formulasi tepung mocaf 25 % dan proporsi CMC 0.5 %

    sehingga lebih konsisten perlakuannya.

    Kadar Lemak

    Nilai kadar lemak mie instan tidak dpengaruh oleh perlakuan proporsi tepung mocaf dan

    CMC, dengan hasil seperti pada Gambar 7.

    Gambar 7. Hubungan proporsi tepung mocaf dengan penambahan CMC terhadap nilai kadar

    lemak mie instan

    Nilai kadar lemak berkisar antara 1.759 % sampai 3.541 % dengan kontrol sebesar 1.474 %.

    Semakin banyak proporsi tepung mocaf maka kadar lemak cenderung semakin meningkat,

    karena tepung mocaf mengandung kadar lemak sebesar 0.8 % (Faza, 2007). Peningkatan kadar

    lemak kemungkinan juga diperoleh dari bahan lain (minyak goreng) yang ditambahkan pada

    proses pengolahan (pengukusan).

    Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa formulasi tepung terigu : tepung mocaf (A)

    dengan proporsi penambahan CMC (B) tidak memberikan pengaruh yang nyata (P > 0.05)

    terhadap kadar lemak mie instan. Begitu juga dengan interaksi diantara keduanya (AxB).

    Standar deviasi paling kecil terdapat pada formulasi tepung mocaf 25 % dan proporsi CMC 1 %

    sehingga lebih konsisten perlakuannya.

    Kadar Protein

    Pada penelitian menunjukkan bahwa nilai kadar protein berkisar antara 4.358 % sampai

    8.986 % dengan kontrol sebesar 5.993 % sebagaimana terdapat pada Gambar 8.

    Gambar 8. Hubungan proporsi tepung mocaf dengan penambahan CMC terhadap nilai kadar

    protein mie instan

  • Jurnal Bioproses Komoditas Tropis

    Vol. 1 No. 2, Agustus 2013

    18

    Menurut Nursasminto (2012), semakin menurun proporsi tepung terigu maka kadar protein

    juga semakin menurun. Penambahan tepung mocaf akan menurunkan kadar protein, karena

    kadar protein pada mocaf sangat rendah yaitu sebesar 1%. Hasil kadar protein yang semakin

    tinggi pada penelitian diduga karena adanya bahan lain yang ditambahkan pada proses

    pengolahan atau adanya proses fisika, kimia, atau biologi yang belum terukur.

    Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa formulasi tepung terigu : tepung mocaf (A)

    dengan proporsi penambahan CMC (B) tidak memberikan pengaruh yang nyata (P > 0.05)

    terhadap kadar protein mie instan. Begitu juga dengan interaksi diantara keduanya (AxB).

    Standar deviasi paling kecil terdapat pada formulasi tepung mocaf 25 % dan proporsi CMC 0.5

    % sehingga lebih konsisten perlakuannya.

    Kadar Karbohidrat

    Nilai kadar karbohidrat berkisar antara 79.383 % sampai 83.846 % dengan kontrol sebesar

    82.846 % (Gambar 9).

    Gambar 9. Hubungan proporsi tepung mocaf dengan penambahan CMC terhadap nilai kadar

    karbohidrat mie instan

    Menurut Subagio (2006), kadar pati tepung mocaf berkisar antara 85-87%. Tingginya

    kadar pati pada tepung mocaf ini diduga terjadi karena selama proses fermentasi terdapat

    aktivitas enzim selulotik dan pektinolitik yang dihasilkan oleh mikrobia yang tumbuh yang

    dapat menghancurkan dinding sel singkong sehingga terjadi liberasi granula pati. Nilai kadar

    karbohidrat yang kurang sesuai dengan literatur, disebabkan pada penelitian ini tidak mengukur

    besarnya kadar karbohidrat, tetapi langsung menghitungnya dengan rumus by different.

    Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa formulasi tepung terigu : tepung mocaf (A)

    dengan proporsi penambahan CMC (B) tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0.05)

    terhadap kadar karbohidrat mie instan. Begitu juga dengan interaksi diantara keduanya (AxB).

    Standar deviasi paling kecil terdapat pada formulasi tepung mocaf 25 % dan proporsi CMC 1 %

    sehingga lebih konsisten perlakuannya.

    Pemilihan Perlakuan Terbaik

    Parameter perlakuan terbaik terdapat pada Tabel 1. Berdasarkan hasil perhitungan perlakuan

    terbaik dengan Indeks Efektivitas didapatkan kesimpulan nilai produk (NP) tertinggi pada

    perlakuan A1B2 dengan formulasi 187.5 gram tepung terigu, 62.5 gram tepung mocaf dan

    penambahan CMC sebesar 2.5 gram, menunjukkan bahwa pada perlakuan ini mendapatkan nilai

    produk terbaik dari parameter fisik, kimia dan organoleptic

    Tabel 1. Hasil Parameter Perlakuan Terbaik dan Terburuk

  • Jurnal Bioproses Komoditas Tropis

    Vol. 1 No. 2, Agustus 2013

    19

    Mie instan perlakuan terbaik ini telah memenuhi standar SNI 01-3551-2000 yaitu pada

    kadar air 7.411 %, kadar protein 5.311%, aroma 4.35 (agak menyukai), warna 4.85 (agak

    menyukai), tekstur 5.00 (agak menyukai) dan rasa 4.85 (agak menyukai) sehingga layak untuk

    dikonsumsi dan memenuhi nilai gizinya.

    KESIMPULAN

    Hasil penelitian menunjukkan substitusi mocaf pada mie instan yang dikehendaki adalah

    sebesar 25 % (62.5 gram tepung mocaf), keseimbangan massa yang terjadi selama proses

    pembuatan mie instan menghasilkan nilai rendemen tertinggi sebesar 74.078 % dengan input

    bahan sebesar 375.8 gram campuran bahan dan output sebesar 278.9 gram mie instan (dengan

    formulasi tepung terigu : tepung mocaf : CMC = 187.5 : 62.5 : 2.5 gram) dan pemilihan produk

    yang disukai panelis dalam uji inderawi, yaitu pada perlakuan dengan substitusi mocaf 25 %

    (dengan formulasi persentase tepung terigu : tepung mocaf : CMC = 75 : 25 : 1).

    DAFTAR PUSTAKA

    Badan Standardisasi Nasional. 1994. Standar Nasional Indonesia Mie Instan No. 3551-1994.

    BSN .Jakarta.

    ______. 2000. Standar Nasional Indonesia Mie Instan No. 01-3551-2000. BSN . Jakarta.

    Beiser, B. 1996. Essential of Physics. A Text For Student of Science and Engineering.

    Addison-Wesley. Pubs. Co, inc. London.

    Dubat, A. 2004. The Importance and Impact of Starch Damage and Evolution of Measuring

    Methods. Sdmatic, New York.

  • Jurnal Bioproses Komoditas Tropis

    Vol. 1 No. 2, Agustus 2013

    20

    Faza, F. 2007. Kurangi Impor Terigu Dengan Mocaf. http://agrina-online.com. Diakses

    tanggal 25 November 2012 pukul 17.00 WIB.

    Heldman, Dennis R. and R. Paul Singh. 1981. Food Process Engineering second edition. Avi Publishing Companyn Inc. Westport. Connecticut.

    Nursasminto, Rudi P. 2012. Pengaruh Proporsi Penggunaan Tepung Komposit (Terigu,

    Mocaf, Edamame) terhadap Sifat Fisik Kimia dan Organoleptik Mie Kering. Skripsi. THP-FTP Universitas Brawijaya. Malang.

    Soekarto, S.T. 1985 Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian.

    Bharata Karya Aksara. Jakarta.

    Subagio, A. 2006. Mocaf Sebuah Ketahanan Pangan Masa Depan Berbasis Potensi Lokal.

    Fakultas Teknologi Pertanian-Universitas Negeri Jember. Jember.

    _______. 2007. Industrialisasi Modified Cassava Flour (Mocaf) sebagai Bahan Baku

    Industri Pangan untuk Menunjang Diversifikasi Pangan Pokok Nasional. Fakultas

    Teknologi Pertanian, Universitas Jember. Jember.

    Sudarmadji. 1997. Prosedur Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty.

    Yogyakarta.

    Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.