117746875-ispa.pdf
DESCRIPTION
ispaTRANSCRIPT
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus/rongga di sekitar hidung (sinus para nasal), rongga telinga tengah dan pleura
suatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil menyerang alat-alat tubuh yang dipergunakan untuk bernafas yaitu mulai dari hidung, hulu kerongkongan, tenggorokan, batang tenggorokan sampai ke paru-paru, dan berlangsung kurang dari 14 hari.
bakteri
virus
ricketsia
genus streptokokus, stafilokokus,
pneumokokus, hemofilus, bordetella
dan korinebakterium.
golongan miksovirus, adnevirus,
koronovirus, pikornavirus
Koksiela burnetti
ISPA
Pneumonia
viral
bakterialis
Bukan
Pneumonia
Tonsilitis
Faringitis
Laringitis
Infeksi saluran nafas
bawah
Infeksi saluran nafas atas
Menurut WHO (2002), ISPA digolongkan berdasarkan lokasi anatomiknya :
ISPaA
ISPaB
I S P A
Infeksi yang menyerang hidung sampai epiglotis,
misalnya rhinitis akut, faringitis akut,
sinusitus akut dsb
Mulai dari bagian bawah
epiglotis sampai alveoli paru misalnya trakhetis,
bronkhitis akut, pneumoni dsb
pneumonia pada anak umur 2
bulan hingga 5 tahun
pneumonia pada bayi muda yg berumur kurang dari dua bulan.
Menurut tingkat keparahan
ISPA ringan gejala-gejala: 1. Batuk 2. Pilek dengan atau tanpa demam
ISPA sedang gejala-gejala: 1. Batuk 2. Pilek dengan atau tanpa demam 3. Pernapasan cepat -Umur <1 tahun : 50 kali per menit atau lebih -Umur 1-5 tahun : 40 kali per menit 4. Wheezing (mengi) 5. keluar cairan dari telinga 6. campak
ISPA berat gejala-gejala: 1. Batuk 2. Pilek dengan atau tanpa demam 3. Pernapasan cepat -Umur <1 tahun : 50 kali /menit atau lebih -Umur 1-5 tahun : 40 kali/menit 4. Wheezing 5.keluar cairan dari telinga 6.Bercak kemerahan (campak) 7. Penarikan dinding dada 8. Kesadaran menurun 9. Bibir/kulit pucat kebiruan 10. Stridor yaitu suara napas seperti mengorok
Menurut Depkes 2009, klasifikasi dari ISPA adalah :
1. Ringan ( bukan pneumonia ) Batuk tanpa pernafasan cepat / kurang dari 40 kali /
menit, hidung tersumbat / berair, tenggorokan merah, telinga berair.
2. Sedang ( pneumonia sedang )
Batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen dengan pembesaran kelenjar limfe yang nyeri tekan ( adentis servikal ).
3. Berat ( pneumonia berat )
Batuk dengan nafas berat, cepat dan stridor, membran keabuan di faring, kejang, apnea, dehidrasi berat / tidur terus, sianosis dan adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam.
Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala.
Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Akhirnya terjadi peradangan yang disertai demam, pembengkakan pada jaringan tertentu hingga berwarna kemerahan, rasa nyeri dan gangguan fungsi
. Infeksi dapat menjalar ke paru-paru, dan menyebabkan sesak atau pernafasan terhambat, oksigen yang dihirup berkurang. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari.
Tanda-tanda klinis Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea,
napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.
Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
host
environment agent
Usia
Jenis Kelamin
Status Gizi
Status Imunisasi
Pemberian suplmntasi vit. A
Pemberian ASI
Pencemaran Udara
Tempat tinggal
Geografis
Lingkungan iklim global
Kebiasaan merokok anggota keluarga
•Infeksi saluran pernafasan sering mengenai anak usia dibawah
3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering
menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut (Koch et al,
2003).
usia
•Meskipun secara keseluruhan di negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia masalah ini tidak terlalu
diperhatikan, namun banyak penelitian yang menunjukkan
adanya perbedaan prevelensi penyakit ISPA terhadap jenis
kelamin tertentu.
Jenis
kelamin
•Pada KKP, ketahanan tubuh menurun dan virulensi pathogen
lebih kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang
terganggu dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah satu
determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan
tersebut adalah status gizi anak.
Status Gizi
•Tupasi (1985) mendapatkan bahwa
ketidakpatuhan imunisasi berhubungan dengan
peningkatan penderita ISPA sesuai dengan
penelitian lain yang mendapatkan bahwa
imunisasi yang lengkap dapat memberikan
peranan yang cukup berarti dalam mencegah
kejadian ISPA (Koch et al, 2003).
Status imunisasi
•Pemberian vitamin A sangat berperan untuk masa
pertumbuhannya, daya tahan tubuh dan
kesehatan terutama pada penglihatan, reproduksi,
sekresi mukus dan untuk mempertahankan sel
epitel yang mengalami diferensiasi.
Pemberian
suplementasi vit. A
•ASI dapat memberikan imunisasi pasif melalui penyampaian
antibodi dan sel-sel imunokompeten ke permukaan saluran
pernafasan atas (William and Phelan, 1994).
Pemberian ASI
Pencemaran udara
Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat
menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku
bahkan dapat berhenti sehingga
tidak dapat membersihkan
saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar.
Tempat tinggal
Menurut (Entjang Indan, 2000), Hubungan rumah yang terlalu sempit dan
kejadian penyakit di antaranya mempengaruhi kebersihan udara, karena
rumah terlalu sempit maka ruangan-ruangan
akan kekurangan oksigen sehingga akan menyebabkan
menurunnya daya tahan tubuh karena mudahnya
perpindahan bibit penyakit dari manusia yang satu ke manusia
yang lain.
Geografis
Pengaruh geografis dapat mendorong
terjadinya peningkatan kasus maupun kematian penderita akibat
ISPA.
Lingkungan dan iklim global
•Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas
buang sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah
merupakan ancaman kesehatan terutama penyakit ISPA. Demikian
pula perubahan iklim gobal terutama suhu, kelembapan, curah
hujan, merupakan beban ganda dalam pemberantasan penyakit
ISPA.
Kebiasaan merokok anggota keluarga
•Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai
kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak
dari keluarga yang tidak merokok. Selain itu dari penelitian lain
didapat bahwa episode ISPA meningkat 2 kali lipat akibat orang
tua merokok (Koch et al, 2003).
Perjalanan
Penyakit
PREPATOGENESIS
Interaksi antara
agen-
environment
Interaksi antara
host-environment
PATOGENIESIS
Tahap inkubasi
Tahap penyakit
dini
Tahap penyakit
lanjut
Tahap penyakit
akhir
Periode Prepatogenesis
Interaksi antara agen-environment
Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis
beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh
geografis dapat menyebabkan mudahnya agen berkembang.
Perubahan cuaca yang begitu cepat juga menjadi penyebab penyebaran
virus dan bakteri.
Interaksi antara host-environment
Pencemaran lingkungan seperti
asap karena kebakaran hutan, gas buang sarana transportasi dan
polusi udara dalam rumah dapat menimbulkan penyakit ISPA jika
terhirup oleh host.
Penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa
Tahap Patogenesis
Tahap Inkubasi
Tahap penyakit dini
Tahap Penyakit Lanjut
Tahap penyakit akhir
agen penyebab penyakit ISPA
telah merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa
yang notabennya merupakan
pelindung utama pertahanan
system saluran pernafasan kita.
Akibatnya, Tubuhpun
menjadi lemah apalagi
diperparah dengan keadaan
gizi dan daya tahan yang sebelumnya
rendah.
Tahap ini mulai
dengan munculnya
Gejala-gejala klinis
dapat karena adanya
interaksi
Merupakan tahap dimana
penyakit memerlukan pengobatan yang tepat
untuk menghindari akibat lanjut yang kurang
baik.
•Dapat sembuh sempurna, •sembuh dengan ateletaksis, •menjadi kronis dan •dapat meninggal akibat pneumonia.
a. Pencegahan tingkat pertama (Primary prevention)
Sasaran pencegahan tingkat pertama, yaitu
mengurangi penyebab,
mengatasi/modifikasi lingkungan,
meningkatkan daya tahan host.
c. Pencegahan tingkat kedua (Secondary prevention) Pemberian antibiotic dapat mengatasi penumonia yang disebabkan oleh bakteri, mikoplasma dan beberapa kasus
rickettsia. Untuk pneumonia oleh virus sampai saat ini belum ada panduan
khusus, meski beberapa obat antivirus telah digunakan. Pada pasien yang berusia pertengahan, diperlukan istirahat lebih
panjang untuk mengembalikan kondisi tubuh. d. Pencegahan tingkat ketiga (Rehabilitasi)
Mereka yang sudah sembuh dari pneumonia mikoplasma akan letih lesu dalam waktu yang panjang. Secara rutin, pasien yang
sudah sembuh dari pneumonia jangan dilarang kembali melakukan aktifitasnya. Namun mereka perlu diingatkan untuk tidak langsung melakukan yang berat-berat. Soalnya, istirahat
cukup merupakan kunci untuk kembali sehat.