1121-2359-1-sm21542

9
Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013. Kandar, Prabawati Setyo Pambudi 27 PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014 Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013. Kandar 1) , Prabawati Setyo Pambudi 2) 1) Perawat UPIP RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang 2) Pendidikan Profesi Ners PSIK FK Universitas Diponegoro Semarang Email: [email protected] Abstrak Latar belakang: Masalah perilaku kekerasan merupakan masalah kesehatan jiwa yang sering di jumpai. Prinsip menangani perilaku kekerasan terdiri dari tiga strategi yaitu preventif, antisipasi, dan pengekangan/ managemen krisis. Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti lebih dari 90% pasien yang datang dan dirawat di ruangan UPIP memiliki masalah perilaku kekerasan dan memperoleh tindakan restrain dan seklusi. Angka ini termasuk tinggi sehingga memerlukan perhatian khusus adakah sudah sesuaikah prosedur tindakan restrain yang selama ini dilakukan di ruangan dan adakah efek negatif yang timbul mengingat lebih dari 90% pasien yang masuk ke UPIP mengalami prosedur restrain. Tujuan: Menganalisa pelaksanaan prosedur tindakan restrain pada pasien perilaku kekerasan yang menjalani Perawatan di Unit Perawatan Intensif Psikiatrik (UPIP) RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Metode: Penelitian ini menggunakan konsep deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional Sampel penelitian ini sebanyak 25 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil: Prosedur restrain yang diakukan di UPIP sebagian besar kurang sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan oleh rumah sakit, diikat dalam waktu lebih dari 4 jam, Pelaksanaan prosedur restrain yang dilakukan di UPIP secara umum tidak memberikan efek samping pada pasien, telah memenuhi indikator pelepasan restrain, tidak mengalami kekambuhan perilaku kekerasan. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan restrain sebagian besar berjumlah lebih dari 2 dengan melibatkan tenaga kesehatan perempuan dan tidak menimbulkan injuri sehinga terbukti efektif dalam mengurangi perilaku kekerasan Simpulan: Pelaksanaan prosedur tindakan restrain pada pasien perilaku kekerasan yang di Unit Perawatan Intensif Psikiatrik (UPIP) RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang terbukti efektif dalam mngurangi perilaku kekerasan. Kata kunci: Perilaku kekerasan, Restrain, Unit Pelayanan Intensif Psikiatri LATAR BELAKANG Perilaku kekerasan merupakan masalah kesehatan jiwa yang sering di jumpai. Berdasarkan data jumlah pasien pada tahun 2010 di rumah sakit jiwa Dr. Amino Gondohutomo Semarang dari total jumlah pasien gangguan jiwa yaitu sebanyak 3914 pasien, 39,2% (1534 pasien) masuk dengan indikasi masalah perilaku kekerasan dan jumlah ini menduduki peringkat terbesar kedua dalam masalah keperawatan yang dialami pasien. Masalah perilaku kekerasan pasien hampir selalu terjadi di ruang perawatan jiwa. Beberapa riset menunjukkan bahwa perawat jiwa sering mengalami kekerasan dari klien (Fight, 2002; Nijman, Foster, dan Bowers, 2007). Pada penelitin yang dilakukan oleh Elita, dkk (2011) memperoleh hasil bahwa perilaku kekerasan yang terbanyak dilakukan klien dalam satu tahun di RSJ Tampan adalah 84% kekerasan fisik pada diri sendiri yang menyebabkan cedera ringan, 79% kemudian diikuti oleh ancaman fisik, 77% penghinaan dan 70% kekerasan verbal. Selain itu, dalam penelitian tersebut diungkapkan bahwa 20% perawat mengalami kekerasan fisik yang menyebabkan cedera serius. Prinsip-prinsip menangani perilaku kekerasan terdiri dari tiga strategi yaitu preventif, antisipasi, dan pengekangan/ managemen krisis. Strategi pencegahan meliputi di dalamnya yaitu self awareness perawat, edukasi, managemen marah, terapi kognitif, dan terapi kognitif perilaku. Sedangkan strategi perilaku meliputi teknik komunikasi, perubahan lingkungan, psikoedukasi keluarga, dan pemberian obat antipsikotik. Strategi yang ketiga yaitu pengekangan meliputi tindakan manajemen krisis, pengikatan, dan pembatasan gerak (Stuart & Laraia, 2005). Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti di ruang UPIP RSJD Amino Gondohutomo Semarang lebih dari 90% pasien yang datang dan dirawat di ruangan ini memiliki masalah perilaku kekerasan dan memperoleh tindakan restrain dan seklusi. Angka ini termasuk tinggi

Upload: azmi-tok-tok

Post on 11-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

548451538575225155678654186855653765556574285920

TRANSCRIPT

Page 1: 1121-2359-1-SM21542

Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.

Kandar, Prabawati Setyo Pambudi

27

PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014

Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani PerawatanDi Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo SemarangTahun 2013.

Kandar1), Prabawati Setyo Pambudi 2)

1) Perawat UPIP RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang2) Pendidikan Profesi Ners PSIK FK Universitas Diponegoro Semarang

Email: [email protected]

AbstrakLatar belakang: Masalah perilaku kekerasan merupakan masalah kesehatan jiwa yang sering di jumpai. Prinsipmenangani perilaku kekerasan terdiri dari tiga strategi yaitu preventif, antisipasi, dan pengekangan/ managemen krisis.Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti lebih dari 90% pasien yang datang dan dirawat di ruangan UPIP memilikimasalah perilaku kekerasan dan memperoleh tindakan restrain dan seklusi. Angka ini termasuk tinggi sehinggamemerlukan perhatian khusus adakah sudah sesuaikah prosedur tindakan restrain yang selama ini dilakukan di ruangandan adakah efek negatif yang timbul mengingat lebih dari 90% pasien yang masuk ke UPIP mengalami prosedurrestrain.Tujuan: Menganalisa pelaksanaan prosedur tindakan restrain pada pasien perilaku kekerasan yang menjalaniPerawatan di Unit Perawatan Intensif Psikiatrik (UPIP) RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.Metode: Penelitian ini menggunakan konsep deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional Sampel penelitian inisebanyak 25 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling.Hasil: Prosedur restrain yang diakukan di UPIP sebagian besar kurang sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan olehrumah sakit, diikat dalam waktu lebih dari 4 jam, Pelaksanaan prosedur restrain yang dilakukan di UPIP secara umumtidak memberikan efek samping pada pasien, telah memenuhi indikator pelepasan restrain, tidak mengalamikekambuhan perilaku kekerasan. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan restrain sebagian besar berjumlahlebih dari 2 dengan melibatkan tenaga kesehatan perempuan dan tidak menimbulkan injuri sehinga terbukti efektifdalam mengurangi perilaku kekerasanSimpulan: Pelaksanaan prosedur tindakan restrain pada pasien perilaku kekerasan yang di Unit Perawatan IntensifPsikiatrik (UPIP) RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang terbukti efektif dalam mngurangi perilaku kekerasan.

Kata kunci: Perilaku kekerasan, Restrain, Unit Pelayanan Intensif Psikiatri

LATAR BELAKANG

Perilaku kekerasan merupakan masalahkesehatan jiwa yang sering di jumpai.Berdasarkan data jumlah pasien pada tahun2010 di rumah sakit jiwa Dr. AminoGondohutomo Semarang dari total jumlahpasien gangguan jiwa yaitu sebanyak 3914pasien, 39,2% (1534 pasien) masuk denganindikasi masalah perilaku kekerasan dan jumlahini menduduki peringkat terbesar kedua dalammasalah keperawatan yang dialami pasien.

Masalah perilaku kekerasan pasienhampir selalu terjadi di ruang perawatan jiwa.Beberapa riset menunjukkan bahwa perawatjiwa sering mengalami kekerasan dari klien(Fight, 2002; Nijman, Foster, dan Bowers,2007). Pada penelitin yang dilakukan olehElita, dkk (2011) memperoleh hasil bahwaperilaku kekerasan yang terbanyak dilakukanklien dalam satu tahun di RSJ Tampan adalah84% kekerasan fisik pada diri sendiri yangmenyebabkan cedera ringan, 79% kemudiandiikuti oleh ancaman fisik, 77% penghinaan

dan 70% kekerasan verbal. Selain itu, dalampenelitian tersebut diungkapkan bahwa 20%perawat mengalami kekerasan fisik yangmenyebabkan cedera serius.

Prinsip-prinsip menangani perilakukekerasan terdiri dari tiga strategi yaitupreventif, antisipasi, dan pengekangan/managemen krisis. Strategi pencegahanmeliputi di dalamnya yaitu self awarenessperawat, edukasi, managemen marah, terapikognitif, dan terapi kognitif perilaku.Sedangkan strategi perilaku meliputi teknikkomunikasi, perubahan lingkungan,psikoedukasi keluarga, dan pemberian obatantipsikotik. Strategi yang ketiga yaitupengekangan meliputi tindakan manajemenkrisis, pengikatan, dan pembatasan gerak(Stuart & Laraia, 2005).

Berdasarkan survei yang dilakukan penelitidi ruang UPIP RSJD Amino GondohutomoSemarang lebih dari 90% pasien yang datangdan dirawat di ruangan ini memiliki masalahperilaku kekerasan dan memperoleh tindakanrestrain dan seklusi. Angka ini termasuk tinggi

Page 2: 1121-2359-1-SM21542

Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.Kandar, Prabawati Setyo Pambudi

28

PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014

sehingga memerlukan perhatian khusus adakahsudah sesuaikah prosedur tindakan restrainyang selama ini dilakukan di ruangan danadakah efek negatif yang timbul mengingatlebih dari 90% pasien yang masuk ke UPIPmengalami prosedur restrain. Atas dasar inilahpeneliti tergugah untuk menganalisa lebih jauh

HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASANA. HASIL PENELITIAN1. Distribusi Frekuensi Kesesuaian Prosedur

RestrainTabel 1 Distribusi frekuensi berdasarkanKesesuaian Prosedur Restrain di UPIP 2013

prosedur tindakan restrain yang dilakukan di Prosedur restrain Frekuensi PersenUPIP RSJD Aminogondohutomo Semarang. n=30 (%)

Sesuai 13 43,3METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan konsepdeskriptif analitik dengan pendekatan crosssectional, dimana fungsi deskriptif analitikadalah metode penelitian yang menggambarkandan menginterpretasi objek sesuai dengan apaadanya. Sehingga penelitian yang akandilakukan menggunakan konsep deskriptifanalitik dengan pendekatan cross sectionalyang bertujuan untuk memperoleh gambaranmengenai pelaksanaan tindakan restrain di Unit

Kurang sesuai 17 56,7Jumlah 30 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa 56,7% atausebanyak 17 kali tindakan restrain kurangsesuai dengan prosedur yang telah ada,43,3% atau sebanyak 13 kali tindakanrestrain sudah sesuai dengan prosedur yangtelah ditetapkan.

2. Distribusi Frekuensi Durasi RestrainTabel 2 Distribusi frekuensi berdasarkanDurasi Restrain di UPIP 2013

Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJD Dr. Durasi Frekuensi PersenAmino Gondohutomo Semarang.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6Mei – 1 Juni 2013 di Unit Pelayanan IntensifPsikiatri (UPIP) RSJD Dr. AminoGondohutomo Semarang dengan menggunakansampel sebanyak 25 pasien denganmenggunakan teknik purposive sampling yaitupengambilan sampel berdasarkan kriteria yangditetapkan peneliti (Hidayat, 2008).

Instrumen yang digunakan dalampenelitian ini adalah Lembar observasi, yaitudaftar pernyataan tertulis mengenai prosedurtindakan resteain yang diisi oleh peneliti.Lembar observasi dalam penelitian inimenggunakan SOP mengenai pelaksanaan

restrain n=30 (%)jam 4 13,3

> 4 jam 26 86,7Jumlah 30 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak86,7% atau sebanyak 26 kali tindakanrestrain yang dilakukan, lama pasien diikat> 4 jam, 13,3% atau sebanyak 4 kalitindakan restrain yang dilakukan, lamapsien diikat jam.

3. Distribusi Frekuensi Efek Samping YangDitimbulkan Dari Tindakan RestrainTabel 3 Distribusi Frekuensi BerdasarkanEfek Samping Restrain Di UPIP 2013

tindakan restrain di RSJD Dr. Amino Efek samping Frekuensi PersenGondohutomo Semarang. Analisa data dalam n=30 (%)penelitian ini dilakukan penghitungan distribusifrekuensi dengan menggunakan rumusdistribusi frekuensi diantaranya mean, median,variansi, standar deviasi.

Tidakterdapat efeksampingTerdapat efeksamping

19 63,3

11 36,7

Jumlah 30 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebanyak63,3% atau sebanyak 19 kali tindakanrestrain yang dilakukan tidak menimbulkanefek samping, 36,7% atau sebanyak 11 kali

Page 3: 1121-2359-1-SM21542

Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.

Kandar, Prabawati Setyo Pambudi

29

PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014

tindakan restrain yang dilakukanmemberikan efek samping kepada pasien.

4. Distribusi Frekuensi Indikasi Pelepasan

Tabel 6 Jumlah Perawat yang Terlibatdalam Pelaksanaan Prosedur Restrain diUPIP Semarang

Ikatan Jumlah Frekuensi Persen (%)Tabel.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perawat n=30Indikasi Pelepasan Restrain Di UPIP 2013 >2 orang 28 93,3

Indikator Frekuensi Persen 2orang 2 6,7n=30 (%) Jumlah 30 100

Indikator tidaktercapaiIndikator

5 16,7

25 83,3Tabel 6 menunjukkan distribusi jumlahperawat yang terlibat dalam pelaksanaan

tercapaiJumlah 30 100

Tabel 4 Tabel menunjukkan bahwasebagian besar pasien yang telah dilepasdari restrain berhasil memenuhi indikasipelepasan (indicator tercapai) yaitu sebesar83,3% (25 pasien) dati total 30 tindakanrestrain. Akan tetapi masih terdapatsebanyak 16,7% (5 pasien) yang telahdilepas dari ikatan namun belum memenuhiindikasi pelepasan restrain.

prosedur restrain. Tabel menunjukkanbahwa sebagian besar pelaksaan prosedurrestrain di UPI Semarang melibatkan lebihdari 2 orang perawat yaitu sebesar 93,3%(28 prosedur restrain) dari total 30 tindakanrestrain.

7. Keterlibatan tenaga kesehatan perempuandalam pelaksanaan prosedur restrainTabel 7 Keterlibatan Tenaga KesehatanPerempuan yang Terlibat dalamPelaksanaan Prosedur Restrain di UPIPSemarang

5. Kekambuhan perilaku kekerasan aktif pada Tenaga Kesehatan Frekuensi Persenpasien post-restrainTabel 5 Kekambuhan Perilaku KekerasanAktif pada Pasien Post-Restrain di UPIPSemarang

n=30 (%)Terdapat perawatperempuan 30 100

Jumlah 30 100Waktu Frekuensi Persen (%)

n=30 Tabel 7 menunjukkan distribusi keterlibatan1 hari 6

2 hari 3>2 hari 2

20,010,06,7

tenaga kesehatan perempuan dalampelaksanaan prosedur restrain. Tabel

Tidak terjadi 19 63,3Jumlah 30 100

Tabel 5 menunjukkan distribusikekambuhan perilaku kekerasan aktif padapasien post-restrain. Tabel menunjukkanbahwa sebagian besar pasien tidakmengalami kekambuhan perilaku kekerasansetelah dilepas dari restrain yaitu sebesar

menunjukkan bahwa dari total 30 tindakanrestrain yang ada di UPIP keseluruhanprosedur melibatkan tenaga kesehatanperempuan.

8. Kejadian injury pada tenaga kesehatanselama pelaksanaan prosedur restrainTabel 8 Kejadian Injury pada TenagaKesehatan yang Terlibat dalam PelaksanaanProsedur Restrain di UPIP Semarang

63,3% (19 pasien) dari total 30 tindakan Tenaga Kesehatan Frekuensi Persen (%)n=30

restrain yang ada di UPIP. Akan tetapimasih terdapat pasien yang mengalamikekamb uhan dimana sebagian besar pasienmengalami kekambuhan perilakukkekerasan setelah 2 hari dari pelepasanrestrain.

6. Jumlah perawat yang terlibat dalampelaksanaan prosedur restrain

Terjadi injury 6 20Tidakterjadi injury 24 80

Jumlah 30 100

Tabel 8 menunjukkan distribusi kejadianinjury pada tenaga kesehatan selamapelaksanaan prosedur restrain. Tabelmenunjukkan bahwa dari 30 tindakanrestrain secara garis besar tidak memilikiefek samping bagi tenaga kesehatan yaitu

Page 4: 1121-2359-1-SM21542

Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.Kandar, Prabawati Setyo Pambudi

30

PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014

berupa injury akan tetapi masih terdapatsebagian kecil yaitu 20% (6 tindakanrestrain) yang mana perawat mengalamiinjury.

B. PEMBAHASAN1. Prosedur Restrain

Restrain, dalam psikiatrik, secara umummengacu pada suatu bentuk tindakanmenggunakan tali untuk mengekang ataumembatasi gerakan ekstremitas individuyang berperilaku di luar kendali yangbertujuan untuk memberikan keamananfisik dan psikologis individu. Didalampelaksanaan prosedur ini di Rumah Sakittentunya harus memiliki standarisasi demikode etik dan legal dalam pelaksanaanprosedur pada pasien. Dalam duniapelayanan kesehatan standar tatacara atautahapan yang dibakukan dan yang harusdilalui untuk menyelesaikan suatu proseskerja tertentu dikenal dengan istilahstandard operating procedure (SOP)atau Standar Prosedur Operasional(SPO) (Perry dan Potter (2005).

Setiap Rumah Sakit pastilahmemiliki SPO guna mengaturkeseragaman dan menjamin mutupelayanan. Demikian halnya RSDJ Dr.Amino Gondohutomo Semarang. RS telahmenetapkan SPO terkait tindakan restrainbagi pasien rawat inap di RS. Secara garisbesar, SPO restrain yang ada di ruangansudah sesuai dengan teori yang adamaupun dengan SOP restrain yang ada dinegara-negara maju. Diungkapkan olehAustralian Capital Territory (ACT)(2011) inti dari SPO pelaksanaan restrainpada pasien gangguan jiwa meliputi 13poin yaitu emergency situations,assessment of patient, alternatives torestraint, forms of restraint,authorisation, communication,application of restraint, monitoring, careof the patient during restraint, evaluationof use of restraint, emergency evacuation,post restraint, dan patient/ familyconcerns.

Secara garis besar, antara SOP yangditetapkan oleh RSJD Dr. AminoGondohutomo, ACT, dan IdahoDepartment of Correction memiliki

kesamaan dalam prosedur pelaksanaan.Hal yang sedikit berbeda terletak padamonitoring pasien. Apabila dalam SOPyang ditetapkan oleh ACT menetapkankegiatan monitoring tekanan darah, HeartRate (HR), dan suhu dilakukan setiap satujam, RSJD Amino Gondohutomomenetapkan monitoring dtanda-tandavital, tanda-tanda cedera, nutrisi hidrasi,sirkulasi, hygien eliminasi, dan statusfisik maupun psikologis dilakukan setiap15-30 menit.

Berbeda dengan kedua SOPsebelumnya, Idaho Department ofCorrection menetapkan waktu observasiyang berbeda dari setiap poin.Berdasarkan SOP yang telah ditetapkan,monitoring setiap 15 menit meliputipemantauan hygiene, sirkulasi,respiratori, aktivitas, status mental, dantanda-tanda perilaku meluai diri sendiri.Monitoring setiap satu jam untukmenawarkan cairan atau keinginan kekamar mandi. Sedangkan setiap 2 jamperawat melakukan latihan gerak padaekstremitas dengan ROM. Sedangkanpemantauan TTV dilakukan oleh perawatsetiap 4 jam. Untuk pemantauan harian,hal yang dilakukan adalah perawatmenawarkan atau membantu pasien untukmandi/ bathing.

Dalam pelaksanaan prosedur restrain,hasil penelitian yang dilakukan penelitimenunjukkan bahwa pada dasarnyapelaksanaan prosedur restrain di UnitPelayanan Intensif Psikiatrik (UPIP)RSJD Dr. Amino Gondhohutomosudahlah cukup baik dan sesuai denganSPO restrain yang ada di RS yaitu sebesar43,3% (13 tindakan restrain) dari total 30tindakan restrain bagi pasien denganPerilaku Kekerasan (PK) aktif. Akantetapi, angka ini masih lebih rendahapabila dibandingkan dengan jumlahprosedur restrain di ruangan yang kurangsesuai dengan SPO yang ada yaitu sebesar56,7% (17 tindakan restrain). Hal inimembuktikan bahwa pelaksanaanprosedur restrain di ruangan belumlahmaksimal.

Berdasarkan hasil observasi yangdilakukan, dari keseluruhan poin prosedur

Page 5: 1121-2359-1-SM21542

Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.

Kandar, Prabawati Setyo Pambudi

31

PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014

tindakan restrain sesuai SPO yang ada diRumah Sakit, terdapat beberapa proseduryang paling sering untuk tidak dilakukan.Prosedur yang sering tidak dilakukan olehperawat di ruangan dalam pelaksanaanintervensi restrain adalah 80% pengikatandilakukan tanpa instruksi dokter, 73,3%perawat melakukan restrain tanpamelakukan pengkajian fisik terlebih,76,6% pengikatan dilakukan di tempattidur dengan posisi kedua lengan beradadi samping badan, belum ada papan namayang berisi keterangan terkaitpelaksanaan prosedur restrain, belumefektifnya pendokumentasian tindakanrestrain di status pasien, dan poin terkahiradalah perawat belum menerapkan dirungan untuk membantu/ meatik anggotagerak untuk mencegah luka dankekakuan.

Tingginya prosentase pelaksanaanrestrain yang dilakukan tanpa instruksidokter dapat diterima mengingat kondisipasien yang direstain di ruanganmemanglah dalam kondisi yangberbahaya baik bagi diri pasien itu sendirimaupun bagi orang lain. Sehingga,apabila restrain dilakukan tidak saat itujuga justru akan berbahaya bagi pasiendan orang lain. Sesuai dengan teori bahwadalam keadaan darurat yang mengancamjiwa, staff kesehatan memiliki tugasperawatan untuk menyediakankepentingan terbaik keselamatan pasiendan keselamatan orang lain. Dalampersetujuan ini situasi tidak diperlukansebelum intervensi restrain. Restain 'dapatdiberikan dalam keadaan darurat danrestrain merupakan suatu keharusan untukdilakukan mka pelaksaan prosedur dapatdialkukan tanpa dengan instruksi dokter(ACT, 2011).

2. Durasi RestrainHasil penelitian yang dilakukan diketahuibahwa dari keseluruhan tindakan restrainyang ada di UPIP RSJD Dr. AminoGondohutomo Semarang pasien yangmengalami tindakan restrain memilikijangka waktu yang cukup lama hinggaakhirnya dilepas dari ikatan atau restrain.Sebanyak 86,7% (26 prosedur restrain)

pasien diikat lebih 4 jam dan hanya13,3% (4 prosedur restrain) yangdibebaskan dari restrain kurang dari atausama dengan 4 jam pada pasien usia lebihdari 18 tahun.

Berdasarkan beberapa sumberliteratur, baik menurut CMS PsychiatricResidential Treatment Facilities. COA,dan JCAHO, jangka waktu perestrainanpada pasien dengan gangguan jiwa usialebih dari 18 tahun adalah tidak lebih dari4 jam. Hal ini dilakukan untukmeminimalisir efek samping prosedurrestrain. Akan tetapi, pada dasarnyabelum ada standar waktu lama pengikatanyang baik. Setiap lembaga ataudepartemen yang menangani penyusunanSOP memiliki kebijakan yang berbeda-beda dalam penetapan panjang duraipengikatan ini.

Meskipun demikian, literature lainmenambahkan, seperti yang diungkapkanoleh Idaho Department of Correction(2010) dalam SOP tindakan restrain, awaldurasi intervensi restrain maksimal adalah8 jam. Setelah masa waktu 8 jamberakhir, dilakukan evaluasi kembaliterkait perilaku agresif klien, apabilaperilaku yang dimiliki klien masih samadan belum menunjukkan perbaikan makaprosedur restrain dapat diterapkankembali apabila langkah-langkahalternative untuk pengendalian perilakutetap tidak efektif.

Idaho Department of Correction,National Commission on CorrectionalHealth Care (2003) menetapkan bahwadurasi dari pasien diikat hingga pelepasantidak melebihi 12 jam. Perbedaan standarwaktu ini mungkin terjadi mengingatbelum adanya kesepakatan dan standarbaku dunia memilki kebijkan masing-masing. Hal ini boleh dilakukanmengingat persyaratan setiap negaradapat berbeda antara negara sat denganyang lainnya (NCCH, 2003).

3. Efek Sampaing RestrainHasil penelitian menunjukkan bahwasecara umum yaitu sebesar 63,3% atausebanyak 19 kali prosedur restrain tidak

Page 6: 1121-2359-1-SM21542

Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.Kandar, Prabawati Setyo Pambudi

32

PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014

menimbulkan efek samping bagi pasien,36,7% atau sebanyak 11 kali prosedurrestrain memberikan efek samping bagipasien. Walaupun sebagian besar tidakmemberikan efek samping, namun masihada prosedur restrain yang memberikanefek samping. Berdasarkan hasilobservasi yang dilakukan mengenaiprosedur tindakan restrain, sebagian besarefek samping yang ditimbulkan terjadisecara fisik.

Data hasil penelitian menunjukkanbahwa dari 11 kali prosedur restrain,sebesar 68,75% pasien mengalami cederasecara fisik dan 31,5% pasien mengalamicedera secara psikologis. Sesuai denganteori yang menyebutkan bahwa tindakanrestrain yang dilakukan padapasiendengan gangguan jiwa akanmemberikan efek samping yang berupaefek secara fisik dan efek secarapsikologis.

Cedera fisik yang mereka alamiberupa ketidaknyamanan fisik, lecet padaarea pemasangan restrain, peningkataninkontinensia, ketidakefektivan sirkulasi,peningkatan risiko kontraktur, danterjadinya iritasi kulit. Dari 11 pasien,81,8% atau sebanyak 9 pasien mengalamiketidaknyamanan fisik akibat pemasanganrestrain, 72,7% atau sebanyak 8 pasienmengalami lecet akibat dari pemasanganrestrain yang telalu kencang, 72,7% atausebanyak 8 pasien mengalamipeningkatan inkontinensia yangdisebabkan oleh terbatasnya mobilitasfisik klien yang berakibat padaketidakmampuan klien untuk memenuhikebutuhan eliminasinya, 54,5% atausebanyak 6 pasien mengalamiketidakefektifan sirkulai yang ditandaidengan terjadinya odem pada areapemasangan restrain, sebanyak 36,6%atau sebanyak 4 pasien mengalamipeningkatan terjadinya kontraktur, 27,3%atau sebanyak 3 pasien mengalami iritasikulit akibat terbatasnya mobilitas fisikkarena tindakan restrain.

Cedera psikologis yang mereka alamiantara lain kemarahan dan agresif. Dari 5pasien yang mengalami cedera psikologis,sebanyak 60% atau sebanyak 3 pasien

mengalami agresif setelah dilakukantindakan restrain, sebanyak 20% atausebanyak 1 orang mengalami peningkatankemarahan ketika dilakukan tindakanrestrain.Hal ini sesuai dengan penelitian yangdilakukan oleh Wanda, K. (2003),menyebutkan bahwa tindakan restrainyang dilakukan pada psien gangguan jiwadapat menimbulkan trauma emosionalatau efek psikologis misalnya takut,marah dan cemas.

4. Indikasi PelepasanSebagian besar pasien di ruang UPIPRSJD Dr. Amino GondohutomoSemarang yang telah dilepas dari restrainberhasil memenuhi indikasi pelepasan(indikator tercapai) yaitu sebesar 83,3%(25 pasien) dati total 30 tindakan restrain.Presentase yang cukup tinggi dimanapencapaian indikator pelepasan melebihi50% dari total kejadian restrain diruangan. Hal ini menunjukkan bahwatindakan restrain terbukti efektif bagipasien dengan PK aktif.

Indikasi pelepasan pasien restrainmeliputi kemampuan pemenuhan ADL,kondisi fisik, dan kondisi psikologis.Hasil penelitian menunjukkan bahwadengan pemberian restrain pada pasiendengan PK aktif dimana pasien denganmemiliki agresifitas yang tinggi danberisiko untuk melukai diri sendirimaupun orang lain menunjukkanperbaikan dalam kondisi fisik yaitusebanyak 70% dari total keseluruhanpasien yang ada. Kondisi fisik yangdimaksud di sini meliputi tindakanmencakar, meludah, menjambak,menendang, mencengkeram pakaian,mencekik, dan mendorong.

Sedangkan dari segi kondisipsikologis, dengan restrain keseluruhanpasien dengan PK aktif menunjukkanperbaikan kondisi psikologis. Kondisipsikologis yang dimaksud di sini adalahmampu mengidentifikasi marah, mampumengontrol marah (fisik, sosial, danspiritual), kooperatif dengan pengobatan,serta tidak memiliki tanda-tanda PKseperti agitasi verbal mapun motorik,

Page 7: 1121-2359-1-SM21542

Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.

Kandar, Prabawati Setyo Pambudi

33

PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014

impulsive, serta marah-marah tanpasebab.

Akan tetapi masih terdapat sebanyak16,7% (5 pasien) yang telah dilepas dariikatan namun belum memenuhi indikasipelepasan restrain. Pasien ini biasanyadilepas dari restrain dengan tujuan untukuji coba atau mengetahui sejauh manaperkembangan kondisi pasien setelahtidak direstrain sudahkan baik atauternyata PK pasien kambuh kembali.

5. Kekambuhan dan Waktu KambuhPerilaku KekerasanHasil penelitian menunjukkan bahwa dari30 kali tindakan restrain yang telahdilakukan, sebesar 63,3% atau sebanyak19 pasien tidak mengalami kekambuhanuntuk melakukan perilaku kekerasansetelah mendapatkan tindakan restrain.Walaupun demikian, masih ada yaitusebanyak 36,7% atau sebanyak 11 pasienmengalami kekambuhan untuk melakukanperilaku kekerasan walaupun telahmendapatkan tindakan restrain. Dari 11pasien yang mengalami kekambuhanperilaku kekerasaan, 20% atau 6 pasiendiantaranya kambuh dalam waktu 1hari, 10% atau 3 pasien kambuh dalamwaktu 2 hari setelah ikatan dilepaskan,dan sebanyak 6,7% atau 2 pasienmengalami kekambuhan perilakukekerasan setelah >2 hari.

Kekambuhan untuk melakukanperilakuk kekarasan pada pasien dengangangguan jiwa disebababkan olehberbagai faktor. Salah satu faktor yangmempengaruhi adalah kondisi psikologispsaien. Dengan dilakukannya tindakanrestrain pada dirinya dapat meningkatkanrasa marah atau agresif klien. Selain itujuga reinforcement yang diberikanperawat dapat mempengaruhi kondisipsikologis klien.

6. Karakteritik Tenaga Kesehatana. Jumlah Perawat

Penelitian yang dilakukanmenunjukkan pelaksaan prosedur

restrain di UPI Semarang paling seringmelibatkan lebih dari 2 orang perawatyaitu sebesar 93,3% (28 prosedurrestrain) dari total 30 tindakan restraindan hanya 6,7% (2 prosedur restrain)yang dilakukan hanya dengan jumlahtenaga kesehatan 2 orang. Hasilpenelitian ini senada dengan studisurvey yang dilakukan Lee, dkk (2001)dimanana teknik penahanan dengan 3orang saat restrain adalah teknik yangpaling sering dilakukan. Diungkapkanpula oleh Wright, dkk (2005) daripenelitian yang dilakukannyadidapatkan hasil bahwa sebanyak 24%perawat melaporkan lebih seringmenggunakan teknik penahananpasien dengan 3 orang perawat dilingkungan kerja mereka saatmelakukan restrain.

Penelitian yang dilakukan olehSouthcott dan Howard (2007)menunjukkan hasil bahwa penggunaan3 perawat atau lebih jauh lebih efektifdalam menahan pasien saar prosespemasangan restrain dibandingkanpada kelompok perawat dengan timyang terdiri dari 2 orang atau kurang.Setelah peneliti melakukan studiliterature ternyata untuk saat ini belumada standar baku jumlah perawat yangterlibat dalam pelaksanaan restrain.Akan tetapi mengingat kondisi pasienpsikiatrik dengan masalah PK aktiftentunya semakin banyak jumlahperawat yang terlibat akan mengurangirisiko cedera pada tenaga kesehatanselama pemasangan. Seperti yangdiungkapkan oleh Azizah (2011) halyang perlu dilakukan dalampelaksanaan restrain dalahmenyediakan staff yang cukup.Apabila kita telaah lebih lanjut, yangdimaksud dengan staff cukup berartisetiap pasien memerlukan jumlah staffyang berbeda-beda. Hal ini disesuikandengan kebutuhan dan kondisi pasienitu sendiri.

b. Keterlibatan Perawat PerempuanDan Kejadian Injuri Pada PerawatHasil penelitian yang telah dilakukanmenunjukkan bahwa 100% atau

Page 8: 1121-2359-1-SM21542

Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.Kandar, Prabawati Setyo Pambudi

34

PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014

sebanyak 30 kali prosedur tindakanrestrain yang dilakukan terdapatperawat perempuan dalampemasangannya. Hal ini terjadi karenamayoritas tenaga kesehatan di UPIPadalah perawat perempuan. Adatidaknya tenaga kesehatan perempuandalam pelaksanaan tindakan restrainberkaitan dengan terjadinya injury padatenaga kesehatan selama melakukantindakan restrain. Dari 30 kali tindakanrestrain yang dilakukan, 80% atausebanyak 24 kali prosedur tidakmenimbulkan kejadian injury padatenaga kesehatan. Namun masih adakejadian injury pada tenaga kesehatanselama melaksanakan tindakan restrainyaitu sebesar 20% atau sebanyak 6perawat. Kejadian injury yang seringdialami perawat antara lain: dilidahipasien, ditendang, dicakar, danterkadang juga ditarik bajunya.

Penelitian yang dilakukan olehWanda, K. (2003), menyebutkan bahwapelaksanaan restrain pada pasien dengangangguan jiwa tidak hanya memberikandampak pada pasien, namun jugaberisiko pada tenaga kesehatan yangmelakukannya mengalami cedera.

Perawat perempuan dan laki-lakimemang berbeda. Kekuatan tenaga ataudaya fisik laki-laki jauh lebih banyakdari pada teaga fisik perempuan. Tubuhperempuan yang besar dan gemukbelum tentu menjamin adanya tenagadan daya fisik yang lebih dibandingkandengan laki-laki yang mungkin jauhlebih kurus. Bentuk tubuh danpertulangannya yang menunjukkanperbedaan yang khas sesuai denganjenis kelamin mereka mempunyaitujuan khusus (Gunarsa, )

Simpulan1. Pelaksanaan prosedur restrain yang diakukan

di UPIP sebagian besar kurang sesuaidengan SOP yang telah ditetapkan olehrumah sakit.

2. Pelaksanaan prosedur restrain yang diakukandi UPIP sebagian besar diikat dalam waktulebih dari 4 jam.

3. Pelaksanaan prosedur restrain yangdilakukan di UPIP secara umum tidakmemberikan efek samping pada pasien

4. Pelaksanaan prosedur restrain yang diakukandi UPIP sebagian besar telah memenuhiindikator pelepasan restrain.

5. Sebagian besar responden yang telahdibebaskan dari ikatan tidak mengalamikekambuhan perilaku kekerasan

6. Sebagian besar responden yang mengalamikekambuhan perilaku kekerasan,menunjukkan tanda-tanda perilakukekerasan aktif dalam kurun waktu kurangdari atau sama dengan satu hari

7. Tenaga kesehatan yang terlibat dalampelaksanaan restrain sebagian besarberjumlah lebih dari 2 orang

8. Keseluruhan pelaksanaan prosedur restrainmelibatkan tenaga kesehatan perempuan.

9. Pelaksanaan prosedur restrain yang telahdilakukan, sebagian besar tidakmenimbulkan injuri pada perawat.

10. Tindakan restrain yang dilakukan terbuktiefektif dalam mengurangi perilakukekerasan.

Daftar PustakaAlimul, A.A. 2009. Riset keperawatan dan

teknik penulisan ilmiah. Jakarta:Salemba Medika.

Australia Capital Territory. 2011. Standardoperating procedure restrain ofpatients. Australia: Australia CapitalTerritory(ACT)

Azizah, Lilik M. 2011. Keperawatan jiwaaplikasi praktik klinik. Yogyakarta:Graha lmu

Idaho Department of Correction. 2010.Restraints and Seclusion: Clinical and

Lee, S., Wright, S., Sayer, J., Parr, A., Gray, R.,Gournay, K. (2010). Physical restrainttraining in English and Welshpsychiatric intensive care and regionalsecure units. Journal of mental Health,10, 151-162. Security Ordered. Idaho:Idaho Department of Correction

National Commission on Correctional HealthCare. 2003. Correctional Mental HealthCare, Standards and Guidelines forDelivering Services (ed 2). Chicago:

Page 9: 1121-2359-1-SM21542

Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.

Kandar, Prabawati Setyo Pambudi

35

PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014

National Commission on CorrectionalHealth Care

Wright, S., Sayer, J., Parr, A.-M., Gray, R.,Southern, D., Gournay, K. (2010).Breakaway and physical restrainttechniques in acute psychiatric nursing.Journal of Forensic Psychiatry andPsychology, 16, 380-398.