1111 file

10
A - Keunggulan bersaing menurut Porter (1986) adalah kemampuan suatu perusahaan untuk meraih keuntungan ekonomis di atas laba yang mampu diraih oleh pesaing di pasar dalam industri yang sama. Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif senantiasa memiliki kemampuan dalam memahami perubahan struktur pasar dan mampu memilih strategi pemasaran yang efektif. Studi yang dilakukan Porter selanjutnya menetapkan strategi generik yang diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu cost leadership, diferensiasi, dan focus. Pilihan tiap-tiap perusahaan terhadap strategi generik di atas akan bergantung kepada analisis lingkungan usaha untuk menentukan peluang dan ancaman. - Persaingan global adalah suatu momok yang sangat meresahkan bagi para pelaku ekonomi dewasa ini, tidak dapat bersaing di dalamnya sudah pasti terbuang dalam peredaran lingkaran keras persaingan global, regulasi ekonomi Indonesia dalam menyetujui ACFTA membuat para pelaku industri dalam negeri kelabakan dan khawatir karena pasar mereka bisa saja menghilang dan mereka mengalami kerugian. B. Kotler dan Roberto (1989) mengatakan bahwa pemasaran sosial adalah strategi untuk mengubah kebiasaan. Pemasaran sosial mengkombinasikan elemen terbaik dari pendekatan tradisional kedalam perubahan sosial dalam sebuah perencanaan dan aksi pola pikir serta menggunakan kemampuan komunikasi teknolgi dan skill pemasaran . Pemasaran sosial memiliki tujuan mengubah kebiasaan dari konsumen. Konsumen yang dimaksudkan adalah masyarakat secara umum. Pemasaran social mencoba untuk mengubah kebiasaan yang tidak positif menjadi positif. Oleh karena itu keberhasilan dari sebuah pemasaran sosial terlihat apabila telah berubahnya pola kebiasaan dari masyarakat yang tidak positif menjadi positif. Menurut Andreasen (2002) pemasaran sosial menghadapi hambatan yang sangat besar yakni tidak diketahuinya lingkungan dan model untuk memberikan perubahan sosial. Oleh karena itu dalam pemasaran sosial banyak faktor yang akan mempengaruhi perubahan perilakunya. Dalam memasarkan ide dan kebiasaan, konsumen

Upload: dewa-athey

Post on 25-Sep-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

1111 file diskripsi

TRANSCRIPT

A - Keunggulan bersaing menurut Porter (1986) adalah kemampuan suatu perusahaan untuk meraih keuntungan ekonomis di atas laba yang mampu diraih oleh pesaing di pasar dalam industri yang sama. Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif senantiasa memiliki kemampuan dalam memahami perubahan struktur pasar dan mampu memilih strategi pemasaran yang efektif. Studi yang dilakukan Porter selanjutnya menetapkan strategi generik yang diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu cost leadership, diferensiasi, dan focus. Pilihan tiap-tiap perusahaan terhadap strategi generik di atas akan bergantung kepada analisis lingkungan usaha untuk menentukan peluang dan ancaman.- Persaingan global adalah suatu momok yang sangat meresahkan bagi para pelaku ekonomi dewasa ini, tidak dapat bersaing di dalamnya sudah pasti terbuang dalam peredaran lingkaran keras persaingan global, regulasi ekonomi Indonesia dalam menyetujui ACFTA membuat para pelaku industri dalam negeri kelabakan dan khawatir karena pasar mereka bisa saja menghilang dan mereka mengalami kerugian.

B. Kotler dan Roberto (1989) mengatakan bahwa pemasaran sosial adalah strategi untuk mengubah kebiasaan. Pemasaran sosial mengkombinasikan elemen terbaik dari pendekatan tradisional kedalam perubahan sosial dalam sebuah perencanaan dan aksi pola pikir serta menggunakan kemampuan komunikasi teknolgi dan skill pemasaran . Pemasaran sosial memiliki tujuan mengubah kebiasaan dari konsumen. Konsumen yang dimaksudkan adalah masyarakat secara umum. Pemasaran social mencoba untuk mengubah kebiasaan yang tidak positif menjadi positif. Oleh karena itu keberhasilan dari sebuah pemasaran sosial terlihat apabila telah berubahnya pola kebiasaan dari masyarakat yang tidak positif menjadi positif. Menurut Andreasen (2002) pemasaran sosial menghadapi hambatan yang sangat besar yakni tidak diketahuinya lingkungan dan model untuk memberikan perubahan sosial. Oleh karena itu dalam pemasaran sosial banyak faktor yang akan mempengaruhi perubahan perilakunya. Dalam memasarkan ide dan kebiasaan, konsumen mendapatkan pengetahuan dimana hal tersebut nantinya akan mengubah kebiasaan yang tidak positif dari konsumen. Pemasar membangun pengetahuan dalam diri konsumen sehingga konsumen tergerak untuk berubah untuk tidak memiliki kebiasaan yang tidak positif.

Menurut Kotler dan Roberto (1989) pemasaran sosial memiliki tiga unsur yakni ide atau praktek sosial, satu atau lebih target adopsi dan manajemen teknologi perubahan social.

Kotler dan Roberto (1989) juga mengatakan bahwa ide dan kebiasaan adalah produk yang akan dipasarkan. Produk didefinisikan sebagai segala sesuatu yang ditawarkan dan dapat memuaskan kebutuhan atau keinginan. Produk bisa berupa barang, jasa, orang, tempat, organisasi, ide. Adapun defenisi dari produk-produk sosial adalah produk yang akan dipasarkan kepada masyarakat untuk mengubah sikap dan perilaku masyarakat tersebut.Membuat sebuah produk di pemasaran sosial lebih sulit dibandingkan dengan komersial, oleh karena:

a. Inflexibility. Pemasar komersial lebih mudah mendesain ulang produknya dibandingkan pemasar sosial. Mereka bisa dengan mudah merubah warna, bentuk, desain, atau fitur yang lain. Pemasar sosial lebih sulit dalam merubah produknya.

b. Intangibility. Produk di pemasaran komersial bentuknya lebih jelas dan mudah diamati. Produk di pemasaran sosial lebih sulit diamati keluarannya (output) karena sering memberikan pemahaman di dalam kesadaran manusia.

c. Complexity. Produk sosial lebih kompleks dibandingan produk komersial oleh karena produk komersial dapat fokus pada satu manfaat. Produk sosial mempunyai manfaat lebih banyak, tetapi tidak nampak jelas dan harus tetap dijelaskan efek negatifnya pada masyarakat.

d. Controversial. Produk sosial sering kontradiksi dengan nilai atau norma yang ada di masyarakat.

e. Weak personal benefit. Pada produk sosial, manfaat yang didapatkan seringkali untuk masyarakat, dan jarang untuk pribadi.

f. Negative frame. Produk sosial, terutama yang merubah perilaku, sering terdengar negatif dan tidak nyaman dilakukan.

Untuk membedakan sebuah produk dengan produk dari kompetitor lain, dibutuhkan sebuah nama, simbol, terminologi, desain, atau kombinasi dari itu semua yang disebut brand. Simbol ini haruslah mudah diingat, mudah dikenali, mudah diucapkan, unik, dan memberikan manfaat. Branding ini tidak sekedar memberikan nama sebuah produk, tapi juga membangun semua atribut yang melekat di seluruh elemen bauran pemasaran.

Ide dan perilaku merupakan produk yang jual pada pemasaran sosial. Menurut kotler dan Roberto (1989) produk sosial marketing terbagi atas 3 yaitu ide, praktek dan objek berwujud.

1. Ide sosial adalah sebuah gagasan yang muncul karena adanya permasalahan sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Produk yang berbentuk ide akan membentuk tiga hal yakni kepercayaan (belief), sikap (attitude) dan nilai (value).

a. Kepercayaan (belief) adalah sebuah persepsi yang diambil sekitar hal-hal faktual, suatu hal yang tidak membutuhkan evaluasi secara kritis. Bentuk produk yang menghasilkan kepercayaan adalah kampanye merokok merusak kesehatan dimana akan terbentuk kepercayaan masyarakat tentang kesehatan. Untuk ide yang membentuk sikap dapat berupa kampanye program perencanaan keluarga, dari hasil kampanye tersebut dapat menghasilkan sebuah sikap dari keluarga yang merencanakan kehidupan keluargannya. Sedangkan untuk yang membentuk nilai dapat berupa kampanye hak asasi manusia dimana nilai kemanusiaan diangkat sehingga terbentuk sebuah opini yang menyatakan tentang kebenaran. Nilai merupakan keseluruhan ide yang menyatakan benar atau salah.

b. Sikap (attitude) adalah evaluasi positif atau negatif terhadap orang, objek, ide atau peristiwa. Misalnya, iklan layanan masyarakat yang dibuat oleh PLN. Dalam iklan tersebut masyarakat dianjurkan untuk mematikan lampu pada pukul 17.00-22.00. Iklan tersebut menghimbau masyarakat untuk menentukan sikap dalam rangka penghematan Bahan Bakar Minyak.

c. Nilai (value) adalah keseluruhan ide mengenai suatu hal yang baik atau salah. Masalah nilai biasanya menyangkut masalah hak asasi manusia. Misalnya, konflik ras yang terjadi di Amerika. Ras kulit hitam dipandang lebih rendah dari ras kulit putih. Oleh karena itu, dibuatlah kampanye anti rasialisme dimana semua ras dipandang sama tanpa membeda-bedakan satu sama lain. Selain itu, banyak artis-artis mancanegara menuangkan ide anti rasialisme di dalam lirik lagunya untuk mengubah nilai-nilai yang selama ini dianut oleh masyarakat.

2. Praktek Sosial atau pelatihan sosial pada dasarnya bukanlah produk sosial, melainkan cara untuk mempromosikan ide sosial.

a. Act

Act atau aksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menyampaikan kampanye sosial tersebut kepada publik.

a.1. Single Act atau aksi perorangan adalah tindakan yang dilakukan individu secara perseorangan. Misalnya, dalam sosialisasi Pemilihan Umum diharapkan keikutsertaan individu untuk memberikan hak pilihnya kepada salah satu kandidat calon legislatif dan calon presiden. Hal ini tentu dapat mengajak orang lain untuk ikut memberikan suara pada pemilu.

a.2. Sustain Act cenderung kepada tindakan tambahan untuk menyokong suatu kampanye sosial yang dilakukan terus menerus atau berkelanjutan. Misalnya, seminar-seminar atau kampanye mengenai pelaksanaan Keluarga Berencana terus digalakkan untuk menekan angka kelahiran bayi di Indonesia.

b....Behavior;behavior mengacu pada perilkau seseorang atau masyarakat terhadap suatu permasalahan sosial. Misalnya, tindakan orang yang memberhentikan dirinya dari merokok dan tidak akan mengulangi perilakunya tersebut.

3. Objek berwujud (tangible object) adalah produk fisik yang menyertai kampanye sosial. Tangible object ini merupakan alat yang dilibatkan untuk mencapai suatu tujuan perubahan sosial. Jenis ini mengharapkan masyarakat dapat menggunakan produk tersebut sehingga terjadinya keselamatan atau terhindar dari hal yang dapat merugikan baik langsung maupun tidak langsung terhadap dirinya. Pada jenis ini dapat dicontohkan untuk penggunaan sabuk pengaman sebuah produk berwujud yang seharusnya digunakan oleh masyarakat ketika sedang berkendaraan. Produk publik merupakan produk bersama dimana dalam pemenuhan konsumsinya tidak dapat dilakukan oleh pribadi masyarakat saja sehingga produk ini dikelola oleh pemerintah.

Dalam pemasaran sosial produk yang dijual (dipasarkan) adalah produk sosial atau produk yang secara sosial bermanfaat, yakni :prilaku baru. Produk sosial berbeda dengan produk komersial dalam.arti.:

1. produk sosial lebih rumit penggunaannya dibanding dengan produk komersial

2. produk sosial sering lebih kontraversial

3. keuntungan produk sosial tidak cepat dirasakan

4. saluran distribusi produk sosial lebih sukar digunakan dan di kontrol

5. pasar produk sosial sukar dianalisis

6. ukuran keberhasilan penjualan atau adopsi produk sosial lebih berat dari produk komersial

Dalam social marketing (pemasaran sosial) yang dimaksud dengan produk adalah sesuatu yang ditawarkan untuk dibeli, yang berbentuk perilaku yang diharapkan dan manfaat perilaku tersebut. Hal yang ditawarkan tersebut bisa termasuk juga sebuah barang dan layanan untuk mendukung perubahan perilaku dari sasaran. Dalam pemasaran komersial hal tersebut sering dikatakan sebagai paket manfaat yang ditawarkan.pada.pasar.untuk.memenuhi.kebutuhan.pasar. Berikut.adalah.contohnya.adalah.program.Keluarga.Berencana:

Perilaku yang diharapkan : mengatur jarak kelahiran dan membatasi maksimal 2 anak.

Manfaat terkait : memberi waktu yang cukup bagi pasangan usia subur untuk memberikan perhatian pada anak pertama, meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan.bagi.anggota.keluarga.dan.kehidupan.anak.

Barang.:.alat-alat.kontrasepsi

Layanan : bantuan pemasangan alat kontrasepsi di klinik oleh dokter dan tenaga paramedis, pemeriksaan berkala bagi akseptor KB, layanan informasi oleh Petugas Lapangan.KB.

Dalam teori pemasaran terdiri dari tiga unsur atau terbagi atas 3 tingkatan produk yaitu inti core product, actual product dan augmented product.

a.Core product adalah inti sebuah produk, yang membuat konsumen membeli produk ini atau manfaat yang akan mereka dapatkan apabila membeli produk tersebut. Dengan kata lain produk ini akan menyelesaikan masalah konsumen yang bisa berbentuk kebutuhan (need) atau keinginan (want). Core product bukanlah perilaku yang diharapkan atau barang (alat) yang menyertai maupun layanan yang dipromosikan, tetapi manfaat yang akan dirasakan oleh orang yang mengaplikasikan perilaku yang diharapkan itu. Sebagai contoh dalam kampanye Olah Raga 2x Seminggu yang menjadi core product bukanlah perilaku berolah raga, atau alat-alat olah raga serta fasilitas olah raga, namun badan menjadi sehat nafas menjadi lancar stamina selalu baik. Sehingga dengan kita mengetahui core product dari sebuah kampanye sosial, akan mudah bagi kita untuk memberikan informasi tentang perilaku apa yang diinginkan agar kelompok sasaran menjadi mudah memahami pesan yang kita sampaikan. Seperti berbagai produk yang ditawarkan dalam pemasaran komersial, mereka selalu memiliki core product yang jelas. Sebagai contoh : semua produk kosmetik pada dasarnya adalah menjual harapan untuk tampil lebih cantik. Produsen kosmetik tidak menjual peralatan tersebut saja namun menjual sesuatu yang lebih mendasar, yaitu sebuah harapan. Sehingga tentu saja tidak hanya wanita cantik saja yang berhak berharap untuk tampil lebih cantik. Semua wanita, apakah dia sudah cantik ataupun yang tidak, selalu memiliki harapan untuk bisa tampil lebih cantik tiap hari. Kalaupun tidak memungkinkan untuk lebih cantik tiap hari, setidaknya pada suatu acara tertentu.

b. Actual Product berada tepat diseputar core product, yaitu berupa perilaku tertentu yang kita promosikan (misalnya : berolah raga 2x seminggu, berKB, tidak merokok dll). Perilaku tersebut diperlukan agar seseorang bisa mendapatkan manfaat yang disebutkan dalam core product. Berikut ini gambar anatomi produk tersebut.

c. Augmented product berupa barang atau layanan nyata yang dipromosikan bersama dengan perilaku yang diharapkan. Barang atau layanan tersebut merupakan unsur pendukung bagi kelompok sasaran agar mudah dalam melakukan perilaku yang diharapkan. Sehingga dengan dukungan barang atau layanan tersebut sasaran menjadi terbantu untuk mulai melakukan perilaku yang dipromosikan. Sebagai contoh : pada program Keluarga Berencana, disediakan berbagai jenis alat kontrasepsi, konsultasi dengan dokter dan paramedis, pelayanan pemasangan atau pelepasan alat kontrasepsi jika secara medis diperlukan penggantian alat kontrasepsi apabila terjadi masalah dalam kesehatan akseptor. Layanan yang disediakan seringkali berupa konsultasi dan pemberian informasi secara pribadi untuk bisa memberikan peneguhan bagi kelompok sasaran yang sudah tertarik namun membutuhkan informasi yang lebih detail. Augmented product sangat berguna untuk mengurangi penolakan atau hambatan-hambatan yang menahan kelompok sasaran untuk mengadopsi perilaku yang dipromosikan. Disamping itu, augmented product mampu menjaga agar kelompok sasaran yang baru menerima actual product untuk terus mempertahankannya untuk jangka waktu yang lama atau yang telah ditentukan. Karena apabila terjadi pemutusan perilaku oleh kelompok sasaran yang terhitung baru mengadopsi perilaku, maka ini akan meningkatkan hambatan psikologis pada kelompok sasaran yang sudah berminat namun belum menerima actual product.

Merumuskan idea/gagasan/pesan/informasi yang akan disampaikan bukan hal yang mudah kalau kita berorientasi pada kepentingan komunikan (audience oriented), maksud bukan sekedar sudah disampaikan informasi itu, tetapi dampaknya kepada penerimam bagaimana. Tadi sudah uraikan bahwa tingkat kecocokan produk dengan kebutuhan pasar sangat harus diperhatikan.

Sedang kebutuhan (audience) akan produk social yang berbentuk ide/gagasan/pesan/informasi tidak mudah untuk dikethaui.Hal ini dapat dilakukan analisis dengan konsep kebutuhan audience yang terdiri darirealneed(kebutuhan.nyata.dari.audience);felt.need(kebutuhan.yang.audience.sendiri.tidak.dapat.menggambarkannya.dengan.jelas);.dan.imagined.need(kebutuhan..menurut.audience.penting.akan.tetapi.sebenarnya.tidak.perlu).

Dalam suatu proses pemasaran social, setelah dirumuskan konsep produk yang akan disampaikan, tahap yang selanjutnya yang harus dilakukan adalah pengemasan produk (packing). Ada tiga input aspek pemasaran produk social yang diperlukan.untuk.tujuan.ini,yaitu:

1) Meformulasikan konsep produk yang sesuai dengan pasar (target penerima) yang dirumuskan dalam posisioning dari idea atau kebiasaan-kebiasaan yang akan ditanamkan.

2) Mengemas konsep produk untuk memperkuat posisioning yang telah dipilih.

3) Mengembangkan upaya untuk meningkatkan citra bahwa permasalahan yang diangkat (dipasarkan) memang konsisten dengan hakekat permasalahan yang ada.

Setelah membentuk posisioning (mengemas) maka produk siap dipasarkan atau disampaikan kepada audience. Tahap penyampaian ini erat kaitannya dengan fungsi produk yang dihasilkan. Apakah obyek nyata, atau apakah produk informasi itu untuk mengenalkan dan memelihara apa yang diterima apa yang diterima memerlukan.pelayanan.pribadi.

Ada..4.macam.kemungkinan.situasi.penyampaian.produk.social,yaitu.sebagai.berikut:

1)Penyampaian.mengenai.obyek.nyata.dan.memerlukan.presentasi.dan.demontrasi.pribadi(pertindaklanjut.pelayanan.pribadi).

2) Penyampaian obyek nyata yang tidak memerlukan presentasi dan demontrasi pribadi.

3) Penyampaian yang bukan merupakan obyek tetapi dalam penyampaiannya memerlukan presentasi dan demontrasi secara pribadi ( Misalnya, program kelompok belajar).

4) Penyampaian mengenai produk social yang bukan termasuk obyek nyata dan juga tidak memerlukan presentasi dan demontrasi secara pribadi ( Misalnya, kmpanye mengenai.hak-hak.azasi).

Berdasarkan penjelasan di atas produk-produk social marketing biasanya berkaitan dengan masalah di bidang kesehatan (kekurangan gizi, penerapan keluarga berencana), bidang pendidikan ( pemberantasan buta huruf), bidang lingkungan (pencemaran lingkungan), keselamatan dan lain-lain. Produk-produk tersebut akan dihadirkan di tengah-tengah masyarakat dengan menggunakan teknik dan strategi pemasaran yang dapat mendorong terciptanya perubahan sosial. Namun, mengubah perilaku dan pandangan masyarakat bukanlah hal yang mudah dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, konsep social marketing membutuhkan strategi kompleks dengan melakukan berbagai penelitian lebih dahulu demi terciptanya perubahan perilaku masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Makalah Komunikasi Publik dan Pemasaran Sosial. Effendi Ghazali, PhD.

Kotler, Philip and Eduardo L. Roberto. 1989. Social Marketing: Strategies for Changing Public Behav Behaviour. New York: The Free Press A Division Of Macmillan.Inc.

Makalah Organisasi Nirlaba dan Social Marketing. Prof. Dr. Emil Salim C. - CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu konsep atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap social maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada, seperti melakukan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga lingkungan, memberikan beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut, dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk membangun desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.

- Cause marketing atau cause-related marketing adalah sebuah strategi pemasaran yang dipilih demi pencapaian penjualan dengan cara mengomunikasikan kepada target audience-nya bahwa sebagian dari hasil penjualan akan didonasikan kepada sebuah kegiatan sosial tertentu.Biasanya, dengan daya tarik tersebut, penjualan meningkat, bukan saja dari konsumen yang membeli lebih banyak, melainkan juga pengalihan merek (switching) dari brand pesaing. Cause marketing lebih pendek horison waktunya.CSR lebih mengarah kepada strategi korporasi, di mana sebuah perusahaan mencanangkan kepeduliannya terhadap kegiatan sosial dan lingkungannya, dengan mempertimbangkan pembangunan image jangka panjang.Target audience dari sebuah kegiatan CSR tidak selalu merupakan target audience dari merek-merek yang dimiliki oleh perusahaan. Keberhasilan program CSR tidak diukur dari peningkatan penjualan jangka pendek. Namun, lebih kepada bagaimana perubahan persepsi stakeholders terhadap perusahaan ke arah yang lebih positif dan berkelanjutan.Perusahaan sering menggabungkan kedua konsep ini dalam satu kali kesempatan. Misalnya saja, dengan cara menyatakan kepedulian sosialnya terhadap komunitas tertentu dan betapa produknya telah berjasa dalam meningkatkan kesejahteraan.Namun, dalam komunikasi ke target pasar, kepedulian sosial ini dikaitkan dengan iklan besar-besaran. Di satu sisi, perusahaan tereskspos kepeduliannya kepada masalah sosial, tetapi di sisi lain, dengan cara komunikasi yang berlebihan, membuat orang berpikir bahwa tidak ada unsur 'ketulusan' dalam kegiatan tersebut.Stakeholders kemudian berpikir, bahwa ini hanyalah trik-trik untuk memenangkan persaingan belaka. Dalam jangka pendek, mungkin tujuan cause marketing-nya tercapai, penjualan meningkat. Namun, dalam jangka panjang, unsur CSR-nya tidak sempurna, karena ada pengaruh kurang baik terhadap merek produk.Apakah kedua kegiatan ini tidak bisa dilakukan secara simultan? Jawabannya bisa, dan sudah dikerjakan oleh banyak perusahaan, yang umumnya pendirinya adalah seorang yang visionary. The Body Shop yang didirikan oleh Anita Roddick adalah salah satunya.'Gloss for a Cause' adalah sebuah program dari The Body Shop yang akan mendonasikan 75% dari profit penjualan produk lip gloss-nya pada sebuah kegiatan yang dinamai the "Face-to-Face Program".Kegiatan sosial ini intinya adalah menolong wanita yang membutuhkan bedak kosmetik atau rekonstruksi akibat mengalami deformasi fisik, korban kekerasan dalam rumah tangga. Yang menarik, pesan itu dicantumkan dalam kemasan lip gloss yang dijualnya dengan kata-kata "Setop kekerasan di rumah".Kegiatan amalDi samping kegiatan cause marketing, The Body Shop secara global dan rutin juga banyak mendukung kegiatan amal yang target audience-nya sama sekali bukan pemakai produknya, melainkan lebih merupakan bentuk kepedulian sosialnya terhadap kehidupan komunitas yang lebih baik dan lingkungan yang lebih terpelihara.Ini merupakan bentuk atau ungkapan dari CSR dari perusahaan tersebut.Di Indonesia, contoh kegiatan CSR dari The Body Shop di Indonesia bisa dilihat di www.komnasperempuan.or.id yang baru saja menyelenggarakan kompetisi "The Body Shop Foundation Grant 2009". Dana senilai 5000-6000 pound sterling ini ditujukan untuk berbagai organisasi di Indonesia agar mendukung gerakan di tiga aspek penting yaitu: proteksi keluarga, penurunan kemiskinan, dan kelanggengan lingkungan hidup.Secara umum, ada lima hal yang menjadi prinsip nilai-nilai yang dicanangkan oleh The Body Shop sebagai values atau nilai perusahaan:Anti melakukan tes terhadap binatang untuk kosmetiknya.Memberikan dukungan pada pemasok bahan dasar natural produk dengan bertransaksi secara adil.Menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri konsumen pengguna produk The Body Shop.Terlibat dalam pemberdayaan komunitas terutama yang lemah.Aktif dalam kegiatan proteksi lingkungan hidup.Dari kelima nilai perusahaan inilah sebenarnya kunci utama dari keberhasilan The Body Shop membangun citra brand-nya. Kuncinya adalah 'ketulusan' dalam kegiatan sosialnya.Yang unik dari cara pemasaran The Body Shop adalah minimalnya dana untuk iklan. Kekuatan dari pengembangan merek bertumpu dari kekuatan display dan promosi yang menarik di tokonya, positive word of mouth communication (WOM) dan kegiatan-kegiatan kehumasan.Kegiatan-kegiatan internal dan eksternal perusahaan di bidang humaniora selalu menjadi sumber tulisan yang tidak ada habisnya di kalangan media massa.Pada umumnya perusahaan kosmetik terbebani dengan biaya tinggi karena kontrak dengan model yang tersohor, biaya tinggi karena tempat pemasangan iklan di media yang sangat premium dan juga biaya produksi iklan dan kreatif yang sangat menjulang.Ini adalah cara-cara tradisional untuk menjual sebuah mimpi, mimpi menjadi cantik, sehingga segala sesuatu yang berhubungan dengan penciptaan mimpi selalu harus tampak glamor, flashy, dan bergengsi.Pandangan pendiri The Body Shop yaitu Anita Roddick cukup radikal, yaitu lepas dari pandangan yang bersifat umum atau mainstream. Beliau justru melihat manfaat yang lebih besar untuk umat dengan mengalihkan biaya-biaya tinggi dari kegiatan menjual mimpi dengan iklan. Pesan yang disampaikan lebih membumi karena menyentuh aspek-aspek natural dan sosial.Pelajaran yang dapat dipetik dari The Body Shop adalah membuat sebuah perencanaan CSR dan cause marketing yang terpadu di perusahaan. Perusahaan jangan mementingkan kegiatan sosial yang berdampak jangka pendek, karena kombi-na-si dengan CSR dengan target audience yang lebih luas akan mendorong transformasi dari image brand ke tingkat yang lebih punya makna.