11. skrining farmakologi fso

8

Click here to load reader

Upload: keshni-devi

Post on 25-Sep-2015

502 views

Category:

Documents


33 download

DESCRIPTION

FSO

TRANSCRIPT

  • Skrining Farmakologi

    Laboratorium Farmakologi

    PERCOBAAN XI

    SKRINING FARMAKOLOGI

    Tujuan Percobaan

    Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan mahasiswa:

    1. Dapat menerapkan metode skrining farmakologi dalam penentuan potensi aktivitas

    suatu senyawa obat baru.

    2. Dapat mengaitkan gejala-gejala yang diamati dengan sifat farmakologi suatu obat.

    3. Memahami faktor-faktor yang berperan dalam skrining farmakologi suatu senyawa obat

    baru.

    Teori

    Skrining farmakologi terhadap suatu obat atau senyawa obat baru ditujukan untuk

    memperoleh gambaran yang jelas mengenai aktivitas farmakologi dari obat atau senyawa

    tersebut. Turner (1965) menyebutkan terdapat tiga macam prosedur skrining aktivitas

    biologi yaitu skrining sederhana (simple screening) atau skrining umum (general

    screening), skrining buta (blind screening), dan skrining terprogram (programmed

    screening) atau skrining spesifik (spesific screening). Pemilihannya berdasarkan kepada

    tujuan yang ingin dicapai.

    Skrining sederhana adalah suatu prosedur pengujian obat dasar yang meliputi satu

    atau dua pengujian yang sama untuk mendeteksi apakah suatu senyawa memiliki

    aktivitas farmakologi. Prosedurnya sederhana dan tidak memerlukan sederetan pengujian

    yang interpretasi hasil suatu pengujiannya tergantung kepada pengujian lain. Misalkan,

    jika injeksi suatu senyawa uji menyebabkan hewan percobaan kehilangan kesadaran,

    kemungkingan senyawa tersebut bersifat depresan sistem saraf pusat. Kadang-kadang

    pendekatan ini disebut juga skrining awal (preliminary or initial screening).

    Skrining buta adalah sederetan pengujian sederhana terhadap senyawa yang tidak

    diketahui aktivitas farmakologinya yang bertujuan untuk mendapatkan petunjuk aktivitas

    potensial senyawa tersebut. Skrining buta biasanya diterapkan untuk senyawa yang tidak

    memiliki kriteria spesifik untuk aktivitas farmakologi yang telah diterapkan. Beberapa

    prosedur dapat membandingkan potensi suatu senyawa dengan senyawa lain yang telah

    diketahui aktivitas farmakologinya. Terdapat banyak kegunaan skrining ini. Peneliti dapat

    menentukan aktivitas farmakologi primer atau sekunder melalui penggunaan beberapa

    metode pengujian yang spesifik. Irwin (1962) menguraikan suatu skema multidimensional

  • Skrining Farmakologi

    Laboratorium Farmakologi

    yang komprehensif yaitu suatu pengembangan prosedur skrining Hippokratik. Prosedurnya

    membutuhkan beberapa pengamatan perilaku sederhana yang dilakukan setelah injeksi

    (biasanya intraperitoneal) senyawa uji sehingga peneliti dapat menentukan profil aktivitas

    suatu senyawa. Jika efek positif teramati, pengujian harus diulang pada kelompok hewan

    yang baru untuk tujuan konfirmasi dan reproduksibilitas.

    Pada skrining terprogram, tujuan metode pengujian konvensional adalah untuk

    mendapatkan informasi tipe aktivitas farmakologi yang spesifik. Suatu senyawa dapat

    diteliti secara spesifik untuk aktivitas potensialnya misalnya aktivitas antihipertensi

    (berdasarkan kemampuan untuk menurunkan tekanan darah). Tujuan skrining ini lebih

    terbatas daripada skrining buta yaitu untuk menemukan aktivitas yang spesifik dan dapat

    mencakup metode pengujian kuantitatif untuk senyawa yang potensial. Desain penelitian

    harus meliputi beberapa indikasi efek samping yang potensial yang dapat diperoleh dengan

    menentukan profil dosis-respons suatu senyawa uji. Jadi, skrining terprogram harus

    menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan bagaimana potensi suatu senyawa

    berdasarkan pada aktivitas farmakologinya.

    Jadi, berdasarkan latar belakang dan tujuan yang ingin dicapai skrining dapat

    bersifat skrining buta, skrining terprogram, dan skrining sederhana. Skrining buta adalah

    program skrining terhadap senyawa baru tanpa informasi apapun mengenai aktivitas

    farmakologinya. Hasil yang diharapkan adalah paling sedikit dapat diketahui ada atau

    tidaknya aktivitas farmakologi obat dan lebih jauh lagi dapat memberikan arah untuk

    indikasi aktivitas farmakologi tersebut pada manusia. Skrining terprogram yang terbatas

    dilakukan terhadap senyawa yang telah diperkirakan khasiatnya. Misalnya, senyawa yang

    dikembangkan atau dimodifikasi dari senyawa obat lain yang telah diketahui khasiat dan

    potensinya. Hasil skrining ini diharapkan lebih teliti daripada skrining buta.

    Apabila pengujian dilakukan untuk mengetahui potensi farmakologi suatu obat

    dengan khasiat tertentu, skrining menjadi sederhana dan terarah. Misalnya, pada

    penentuan aktivitas hipoglikemik suatu senyawa dengan mengukur kadar gula darah.

    Dalam skrining buta pada mulanya dilakukan pengujian neurofarmakologi, toksisitas

    (LD50), kemudian pengujian terhadap organ yang diisolasi serta pengujian lain yang

    dianggap penting. Uji neurofarmakologi meliputi pengamatan terhadap sikap, profil

    neurologis, dan fungsi otonomik.

  • Skrining Farmakologi

    Laboratorium Farmakologi

    Tabel 11.1 Gejala-gejala Neurofarmakologi

    Gejala Neurofarmakologi

    Skor Normal

    Keterangan

    A. SIKAP 1. Awareness Alertness 4 Kewaspadaan hewan

    Visual placing

    4 Respons hewan terhadap pemindahan pada tempat yang berbeda, dan kemampuannya mengorientasi diri tanpa jatuh

    Stereotypy

    0

    Pengulangan gerakan yang mekanis dan sering. Pada mencit meliputi pergerakan mencari dari kepala, berputar, menggigit diri sendiri, jalan mundur, menjilat bibir, dan cambukan ekor

    Passivity

    0 Respons hewan apabila ditempatkan pada posisi yang tidak biasa

    2. Mood

    Grooming

    4 Belaian atau gosokan kaki depan pada muka, sering juga dilakukan oleh mencit yang tidak diberi obat

    Vocalization 0 Memberi suara Restlessness 0 Keadaan tidak tenang Iritability 0 Keadaan tidak tenang yang hebat, sikap agresif menyerang Fearfulness 0 Ketakutan bila diperlakukan oleh manusia 3. Aktivitas Motorik

    Aktivitas spontan 4 Reaksi yang ditunjukkan bila mencit dimasukkan ke dalam botol

    menunjukkan rasa ingin tahu

    Reaktivitas 4 Pengamatan yang sama apabila dipindahkan dari wadah gelas

    ke atas meja

    Touch response 4 Respons yang diberikan bila hewan disentuh dengan pensil atau pinset pada berbagai bagian tubuhnya, misalnya pada sisi tengkuk, abdomen, atau lipat pahanya

    Respons nyeri 4 Respons yang diberikan bila pangkal ekor dijepit dengan klem

    atau pinset

  • Skrining Farmakologi

    Laboratorium Farmakologi

    Tabel 11.1 Gejala-gejala Neurofarmakologi (lanjutan)

    Gejala Neurofarmakologi Skor Normal

    Keterangan

    B. PROFIL NEUROLOGIS 1. Eksitasi SSP

    Startle response 0 Respons yang diberikan bila hewan diberi kejutan dengan suara yang keras

    Straub response 0 Kenaikan dari ekor mencit (dalam derajat) Tremor 0 Konvulsi 0 2. Inkoordinasi motorik Posisi tubuh 4 Dinilai terhadap mencit normal Posisi anggota badan 4 Dinilai terhadap mencit normal Staggering gait 0 Hewan berjalan dengan terhuyung Abnormal gait 0 Hewan berjalan dengan cara yang tidak normal

    Somersault-test 0

    Righting reflex mencit bila dipegang pada ekornya kemudian diputar dua kali di udara dan dijatuhkan pada suatu bantalan. Dinilai posisi mencit pada waktu jatuh. Cara penilaian diambil rata-rata dari 8 kali percobaan.

    3. Tonus otot Otot anggota tubuh 4 Diukur dengan menilai resistensi kaki bila digenggam

    Grip strength

    Mencit dibiarkan menggenggam pensil dalam posis horizontal dan dinilai mudahnya atau cepatnya kedua kaki depannya jatuh pada meja kembali.

    Body tone 4 Bandingkan tonus otot dengan mencit kontrol Abdominal tone 4 Bandingkan tonus otot dengan mencit kontrol 4. Reflex

    Pinna 4 Refleks bila pusat pinna (daun telinga) disentuh dengan rambut atau benda yang halus

    Corneal 4 Refleks bila kornea disentuh dengan rambut yang kaku

    Ipsilaterial flexor 0 Refleks menarik kaki, bila tapak dijepit dengan pinset C. PROFIL OTONOMIK 1. Optik Ukuran pupil 4 Pupil mata diukur

    Pembukaan palpebral (ptosis)

    4 Pembukaan kelopak mata

    Exophtalmus 0 Bola mata menonjol keluar 2. Sekresi Urinasi 0 Dibandingkan terhadap hewan kontrol Salivasi 0 Dibandingkan terhadap hewan kontrol 3. Umum Writhing 0 Menggeliat Piloereksi 0 Bulu tubuh berdiri Hypothermis 0 Penurunan suhu tubuh dari suhu normal Warna kulit 4 Terutama warna telinga

    Kecepatan denyut jantung

    4 Jumlah/satuan waktu

    Kecepatan respirasi 4 Jumlah/satuan waktu

  • Skrining Farmakologi

    Laboratorium Farmakologi

    Gambar 11.1 Respons Pasif pada Mencit

    Keterangan:

    1. Mencit normal yang tidak mendapatkan obat.

    2, 4, 6, dan 8 Respons pasif setelah pemberian obat.

  • Skrining Farmakologi

    Laboratorium Farmakologi

    Gambar 11.2. Hasil yang diperoleh dari Somersault Test

    Penilaian Somersault Test

    Berdiri di atas 4 kaki pada 5 pengujian: 5/5, skor 0.

    Berbaring pada satu sisi: 1/5 atau 2/5, skor 1; 3/5 atau 4/5, skor 2; 5/5, skor 3.

    Berbaring pada punggung: 1/5 atau 2/5, skor 4; 3/5 atau 4/5, skor 5; 5/5, skor 6.

    Kembali ke posisi normal dengan lambat dari posisi telentang atau samping: skor: 7

    Tetap telentang di atas punggung: skor 8

  • Skrining Farmakologi

    Laboratorium Farmakologi

    Bahan dan alat

    Hewan percobaan : Mencit putih jantan dengan berat badan 25-30 gram

    Bahan : - Obat A dan obat B

    - Larutan NaCl fisiologis atau larutan suspensi gom arab 1-2%

    Alat : - Alat suntik 1 mL, sonde oral

    - Stopwatch

    - Timbangan mencit

    Prosedur

    1. Tiap kelompok bekerja dengan 3 ekor mencit. Mencit ditimbang dan ditandai.

    2. Amati keadaan mencit sebelum diberi obat meliputi semua hal yang akan diamati

    setelah pemberian obat.

    3. Berikan kepada masing-masing mencit secara peroral obat A, obat B, atau blanko.

    4. Tempatkan mencit pada tempat pengamatan.

    5. Amati keadaan mencit sesudah diberi obat. Tentukan waktu mulai munculnya efek

    obat, lamanya efek berlangsung, dan intensitas obat tersebut.

    6. Bahas selengkap mungkin semua hasil pengamatan sehingga dapat disimpulkan kerja

    farmakologi obat yang diuji.

  • Skrining Farmakologi

    Laboratorium Farmakologi

    Pertanyaan

    1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang tahap-tahap pengembangan obat baru sejak

    skrining sampai dapat digunakan dalam terapi.

    2. Rumuskan secara garis besar rancangan suatu skrining yang mencakup pemilihan

    hewan, percobaan, dan jenis skrining sampai diperoleh suatu kepastian akan khasiat

    farmakolgis untuk suatu senyawa yang baru berhasil diisolasi dari suatu tanaman dan

    belum ada informasi baik mengenai sifat kimia maupun sifat farmakologinya.

    3. Apa yang dimaksud dengan reliabilitas, validitas, dan objektivitas dalam suatu

    percobaan.

    4. Jelaskan hubungan antara gejala-gejala neurofarmakologis yang tercantum dalam

    tabel dengan jenis aktivitas obatnya.

    Telah diperiksa Asisten

    Tanggal :

    Nilai :

    Paraf Asisten :