11 khotbah jangkep september 2010

47
Khotbah Jangkep September & Oktober 2010 Jangkep Minggu, 5 September 2010 Minggu I (Hari Doa Alkitab) PILIHAN YANG MENENTUKAN Bacaan I: Ulangan 30:15-20; Antar Bacaan: Mazmur 1; Bacaan II: Filemon 1: 1-21; Bacaan III: Injil Lukas 14 : 25-33 Tujuan: Jemaat menjalani hidup di dalam Tuhan Yesus sebagai pilihan yang mesti dijalani dengan totalitas sehingga menjadi berkat bagi diri dan orang lain. Dasar Pemikiran Hidup adalah pilihan. Dan setiap pilihan akan menentukan masa depan. Banyak contoh dalam kehidupan tentang salah pilih yang akhirnya berakibat kepada kesIa-sIaan dan kebinasaan. Oleh karena itu pilihan tidak boleh dilakukan dengan gegabah, sembrono, atau tanpa pemikiran yang matang. Setiap pilihan membutuhkan totalitas, tidak bisa setengah-setengah, tidak juga leda-lede. Komitmen atas pilihan yang diambil adalah hal yang harus dan mesti, kalau tidak ingin malu, karena kita mengingkari pilihan kita sendiri. Harapan untuk umat adalah agar kita memilih dengan sungguh-sungguh untuk hidup kita dengan komitmen yang jelas agar hidup kita tetap di dalam berkat Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain. Tafsir Ulangan 30:15-20 Ayat-ayat ini berisi perintah, berkat dan kutuk, serta seruan untuk taat. Musa menghadapkan umat kepada pilihan. Pilihan itu akan menentukan masa depan umat Israel. Kemurahan Allah tidak mengalir begitu saja, tetapi juga dari respon umat. Untuk itulah Musa mendorong umat untuk memilih ‘Hidup’ dengan mengasihi TUHAN (ayat.16,19). Hidup menunjuk kepada kehidupan yang dilindungi Allah, sedangkan mati menunjuk kepada kehidupan yang tanpa Allah atau menolak Allah. Hidup adalah berkat, mati adalah kutuk. Pilihan untuk mengasihi Allah diwujudkan dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, berpegang kepada perintah, ketetapan, dan peraturan- Nya. Pilihan hidup mengasihi Allah akan menjamin masa depan (ayat 20).

Upload: lava

Post on 23-Jun-2015

1.301 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Jangkep Minggu, 5 September 2010 Minggu I (Hari Doa Alkitab)

PILIHAN YANG MENENTUKAN

Bacaan I: Ulangan 30:15-20; Antar Bacaan: Mazmur 1; Bacaan II: Filemon 1: 1-21; Bacaan III: Injil Lukas 14 : 25-33

Tujuan: Jemaat menjalani hidup di dalam Tuhan Yesus sebagai pilihan yang mesti dijalani dengan totalitas sehingga menjadi berkat bagi diri dan orang lain.

Dasar Pemikiran Hidup adalah pilihan. Dan setiap pilihan akan menentukan masa depan.

Banyak contoh dalam kehidupan tentang salah pilih yang akhirnya berakibat kepada kesIa-sIaan dan kebinasaan. Oleh karena itu pilihan tidak boleh dilakukan dengan gegabah, sembrono, atau tanpa pemikiran yang matang.

Setiap pilihan membutuhkan totalitas, tidak bisa setengah-setengah, tidak juga leda-lede. Komitmen atas pilihan yang diambil adalah hal yang harus dan mesti, kalau tidak ingin malu, karena kita mengingkari pilihan kita sendiri.

Harapan untuk umat adalah agar kita memilih dengan sungguh-sungguh untuk hidup kita dengan komitmen yang jelas agar hidup kita tetap di dalam berkat Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain.

Tafsir Ulangan 30:15-20

Ayat-ayat ini berisi perintah, berkat dan kutuk, serta seruan untuk taat. Musa menghadapkan umat kepada pilihan. Pilihan itu akan menentukan masa depan umat Israel. Kemurahan Allah tidak mengalir begitu saja, tetapi juga dari respon umat. Untuk itulah Musa mendorong umat untuk memilih ‘Hidup’ dengan mengasihi TUHAN (ayat.16,19). Hidup menunjuk kepada kehidupan yang dilindungi Allah, sedangkan mati menunjuk kepada kehidupan yang tanpa Allah atau menolak Allah. Hidup adalah berkat, mati adalah kutuk.

Pilihan untuk mengasihi Allah diwujudkan dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, berpegang kepada perintah, ketetapan, dan peraturan-Nya. Pilihan hidup mengasihi Allah akan menjamin masa depan (ayat 20).

Page 2: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Mazmur 1 Puisi ini digolongkan ke dalam mazmur kebijaksanaan karena

mempertentangkan ‘dua jalan’, yaitu jalan orang benar dan jalan orang fasik. Mazmur membagi manusia menjadi dua kelompok yaitu orang-orang yang taat kepada Tuhan (ayat 1-3) dan orang jahat yang tidak taat kepada Tuhan (ayat 4-5) dan masing-masing kelompok akan menerima akibat dari perbuatannya. Hidup dan kemakmuran bagi yang taat, kesia-siaan dan kebinasaan bagi orang jahat. Filemon 1:1-21

Dalam suratnya kepada Filemon, Paulus mengucap syukur kepada Tuhan karena mendengar mengenai iman Filemon serta kasihnya kepada Tuhan dan sesama. Filemon dapat menjadi contoh bagi orang Kristen lainnya. Ini menjadi jalan bagi Paulus untuk meminta Filemon dengan Kasih, walaupun sebagai rasul punya wibawa untuk memerintah Filemon memenuhi keinginannya.

Paulus meminta Filemon untuk menerima kembali Onesimus yang disebut sebagai budak yang melarikan diri, bukan hanya sebagai budak melainkan sebagai sesama Kristen yang terkasih, yang artinya dalam kedudukan yang lebih penting. Paulus tidak meminta pembebasan bagi Onesimus dari perbudakan, tetapi supaya Filemon menerima kembali budak ini tanpa memberikan hukuman berat atau denda yang biasa diberikan kepada budak yang melarikan diri. Paulus memberikan pilihan bebas kepada Filemon atas permintaannya, karena Paulus percaya akan kemurahan hati Filemon dan Ia akan melakukan lebih dari apa yang diminta Paulus.

Paulus tidak menggunakan wibawanya sebagai rasul untuk memaksa Filemon, tetapi ingin menunjukkan kepada Filemon perlunya menanggapi secara Kristen masalah yang berdampak sosIal. Bagaimana seorang Kristen menerima saudara dalam Kristus bukan masalah biasa, melainkan memerlukan tindakan yang mungkin jauh mengatasi kebiasaan dan hukum duniawi karena hidup dalam Kristus adalah suatu tatanan baru. Injil Lukas 14 : 25-33

Kepada orang yang berduyun-duyun mengikuti-Nya, Yesus mengatakan bahwa untuk menanggapi panggilan mengikuti-Nya, tidak bisa setengah-setengah (ayat 33). Yesus mengatakan bahwa mereka harus membenci ayah, ibu, dan keluarganya. Ini ungkapan yang keras bahkan bisa dikatakan berlebihan. Membenci dalam hal ini berarti ‘tidak begitu memilih’. Ini adalah pesan radikal dari Salib.(ayat 26-27).

Page 3: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Menjadi murid adalah panggilan yang menuntut segalanya. Untuk itu pilihan untuk menjadi murid perlu dipikirkan dengan masak, diperhitungkan dengan matang, dengan kesadaran penuh atas segala resiko dari pilihan tersebut. Jangan sampai kita dicibir orang karena memilih dengan sembrono. Seperti gambaran yang diberikan Yesus tentang mendirikan menara dan raja yang mau pergi berperang. (ayat.28-32).

Hal yang sangat penting untuk menjadi murid Yesus adalah meninggalkan segalanya. Meninggalkan segalanya adalah pokok pemuridan. Jika seseorang menjadi murid Yesus dengan mengambil untung untuk dirinya, maka pemuridan menjadi cacat.(ayat 35).

Benang Merah Tuhan adalah Allah yang tidak memaksa umat untuk melakukan sesuatu

bagi diri-Nya. Ia memberi kebebasan kepada umat untuk menentukan pilihannya. Dan setiap pilihan menentukan masa depan. Tetapi Tuhan juga bukan Allah yang tidak peduli terhadap umat, justru Tuhan sangat peduli, untuk itu Ia memberikan pilihan kepada umat dengan menjelaskan akibat dari setiap pilihan yang diambil. Maka Musa, yang merasa bertanggung-jawab terhadap masa depan umat Israel, mendorong umat untuk memilih mengasihi Tuhan. Pemazmur mengungkapkan kata-kata hikmatnya mengenai akibat jika seseorang hidup menurut Taurat Tuhan dan jika seseorang mengikuti nasihat orang Fasik.

Setiap pilihan harus dipikirkan dengan sungguh-sunguh, tidak bisa setengah-setengah karena pilihan yang sembrono akan berakibat tragis. Untuk itu Tuhan Yesus menuntut totalitas terhadap orang yang mau mengikut Dia. Pilihan bebas ada pada pihak umat, tetapi diharapkan supaya umat memilih dengan bijaksana dan benar yaitu hidup mengasihi Tuhan karena akan berdampak kepada hidup yang penuh dengan damai sejahtera bagi semua. Itu pula yang diinginkan Paulus terhadap Filemon agar mau menerima Onesimus dengan kasih Kristus.

Khotbah Jangkep Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus,

erbicara masalah memilih, kita pasti sadar bahwa kita akan memilih yang baik. Apalagi jika pilihan itu menyangkut dengan diri kita. Bahkan tidak jarang orang berdesak-desakan untuk antri supaya

bisa memilih lebih dulu agar tidak mendapatkan sisa atau yang tidak baik. Setiap saat kita harus memilih, baik untuk perkara yang rutin dan biasa,

atau untuk hal-hal yang besar, yang akan berakibat besar dalam diri kita

B

Page 4: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

maupun orang lain. Mau ke gereja atau tidak, kita juga harus memilih. Mau persembahan yang hapalan (karena kalau persembahan ya uangnya mesti gambarnya itu/sama) atau yang layak sesuai dengan berkat Tuhan, kita juga harus memilih, dan masih banyak lagi contohnya.

Kita tahu setiap pilihan yang kita ambil memiliki akibat. Dan yang menanggung akibatnya adalah kita, atau bahkan orang lain jika pilihan kita menyangkut kehidupan orang lain, untuk itu setiap pilihan harus dipikirkan dengan matang supaya jangan sampai kita menyesali pilihan kita. Bahkan tidak jarang pilihan yang sembrono, dan sikap yang tidak konsekuen akan mempermalukan kita.

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus, Bacaan minggu ini mengajak kita untuk memilih dengan sungguh-sungguh.

Juga mengajak kita bertanggungjawab dengan pilihan kita supaya pilihan kita menjadi berkat dalam hidup kita dan bagi orang lain. Pilihan Bebas

Tuhan adalah Allah yang tidak memaksa umat untuk melakukan sesuatu bagi diri-Nya. Ia memberi kebebasan kepada umat untuk menentukan pilihannya. Setiap pilihan menentukan masa depan. Namun Tuhan juga bukan Allah yang tidak peduli terhadap umat. Justru Tuhan sangat peduli. Oleh karena itu Ia memberikan pilihan kepada umat dengan menjelaskan akibat dari setiap pilihan yang diambil, supaya umat dapat memilih dengan bijaksana. Sebagaimana dikatakan dalam Ulangan 30:15 “Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan.” Apakah umat mau memilih kehidupan atau memilih kecelakaan, terserah umat. Umat dapat memilih dengan bebas.

Tetapi Musa, yang merasa bertanggungjawab terhadap masa depan umat Israel, mendorong umat untuk memilih mengasihi Tuhan. Pemazmur mengungkapkan kata-kata hikmatnya mengenai akibat jika seseorang hidup menurut Taurat Tuhan dan jika mengikuti nasihat orang Fasik.

Memang kita memiliki pilihan bebas, tetapi marilah kita menggunakan pilihan bebas itu dengan bijaksana, untuk kebaikan, kehidupan kita. Jangan sampai kita sudah mengetahui sesuatu itu akan merusak, mencelakakan, bahkan membinasakan kita, namuna tetap kita pilih. Ini namanya tidak bijaksana dan tidak berhikmat. Misalnya sudah tahu berzinah, selingkuh, korupsi, minum-minuman keras, dapat merusak tetapi tetap saja dipilih. Jadi jika dengan pilihan

Page 5: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

kita itu terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, ya jangan menyesal, karena penyesalan itu datangnya mesti telat dan tidak mengubah yang sudah terjadi.

Memilih untuk ikut Tuhan Yesus itu pilihan bijaksana, memilih untuk mengasihi Tuhan itu pilihan bijaksana, memilih untuk berjalan di jalan orang benar, tidak mengikuti jalan orang Fasik seperti yang dikatakan pemazmur, itu pilihan bebas yang bijaksana. Semua pilihan bebas itu harus diwujud-nyatakan, tidak hanya diungkapkan secara lisan saja. “Karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN. Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya.” Ul.30:16.

Menuntut Totalitas

Kepada orang yang berduyun-duyun mengikuti-Nya, Yesus mengatakan bahwa untuk menanggapi panggilan mengikut-Nya, tidak boleh setengah-setengah. Yesus mengatakan bahwa mereka harus membenci ayah, ibu, dan keluarganya. Ini ungkapan yang keras bahkan bisa dikatakan berlebihan. Membenci dalam hal ini berarti ‘tidak begitu memilih’. Ini adalah pesan radikal. Itu artinya setiap pilihan menuntut totalitas, tidak bisa setengah-setengah. Karena di manapun berada orang yang setengah-setengah tidak akan laku. Contoh saja, jika ada seorang pemuda melamar anak perempuan saudara satu-satunya, dan ketika saudara tanya: ”Apakah Saudara mencintai anak saya, kok Saudara melamar?” Jika dijawab: “Ya Pak, Bu, saya mencintai anak bapak setengah-setengah!” Apakah jawaban orang itu akan menjadikan lamarannya diterima?.

Pilihan pasti ada konsekuensinya, maka sebelum memilih perlu dipikirkan dengan sungguh. Menjadi murid adalah panggilan yang menuntut segalanya. Untuk itu pilihan untuk menjadi murid perlu dipikir dan diperhitungkan dengan matang, dengan kesadaran penuh segala resiko dari pilihan tersebut. Jangan sampai kita dicibir orang karena memilih dengan sembrono. Seperti gambaran yang diberikan Yesus tentang mendirikan menara dan raja yang mau pergi berperang. Mereka harus berhitung dahulu sebelum mengambil keputusan/ memilih. Jangan sampai keputusan yang diambil tidak dapat diselesaikan.

Hal yang sangat penting untuk menjadi murid Yesus adalah meninggalkan segalanya. Meninggalkan segalanya adalah pokok pemuridan. Jika seseorang menjadi murid Yesus dengan mengambil untung untuk dirinya, maka pemuridan menjadi cacat.

Setiap pilihan membutuhkan totalitas. “Barang siapa tidak memikul salibnya, dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.”

Page 6: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Akibat Sebuah Pilihan. Setiap pilihan pasti membawa akibat. Pemazmur mengatakan jika orang

tidak mengikuti jalan orang Fasik, ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya, apa saja yang diperbuatnya berhasil. Tetapi orang Fasik menuju kebinasaan. Demikian juga Musa mengatakan jika orang Israel berpaling dari Tuhan, tidak mau mendengar Tuhan, bahkan beribadah kepada Allah lain, pastilah engkau binasa.

Setiap pilihan kita memiliki konsekuensi dan akibat. Maka memilih tidak hanya sekadar memilih, tetapi memilih itu berarti jalan hidup, nilai yang kita pilih. Kita akan jadi orang Kristen macam apa, bernasib seperti apa tergantung dari pilihan kita. Pilihan itu menentukan.

Setiap pilihan harus dipikirkan dengan sungguh-sunguh, tidak bisa setengah-setengah karena pilihan yang sembrono akan berakibat tragis. Untuk itu Tuhan Yesus menuntut totalitas terhadap orang yang mau mengikut Dia. Pilihan bebas ada pada pihak umat, tetapi diharapkan supaya umat memilih dengan bijaksana, benar, dan bertanggungjawab, yaitu hidup mengasihi Tuhan, karena akan berdampak kepada hidup yang penuh dengan damai sejahtera bagi semua.

Itu pula yang diinginkan Paulus terhadap Filemon agar mau menerima Onesimus dengan kasih Kristus. Paulus tidak menggunakan wibawanya sebagai rasul untuk memaksa Filemon, tetapi ingin menunjukkan kepada Filemon perlunya menanggapi secara Kristen masalah yang berdampak sosIal. Bagaimana seorang Kristen menerima saudara dalam Kristus bukan masalah biasa, melainkan memerlukan tindakan yang mungkin jauh mengatasi kebiasaan dan hukum duniawi karena hidup dalam Kristus adalah suatu tatanan baru. Inilah Pilihan. Selamat memilih dengan bijaksana. Tuhan Memberkati. Amin.

Rancangan Bacaan Alkitab. Berita Anugerah : Yohanes 3: 16-17 Petunjuk Hidup Baru : Wahyu 2: 10-11 Nats Persembahan : II Korintus 9: 7

Rancangan Nyanyian Ibadah NyanyIan PujIan : Kidung Jemaat 21: 1,2 NyanyIan Penyesalan : Kidung Jemaat 23: 1-3 NyanyIan Kesanggupan : Kidung Jemaat 369 A: 1,3 NyanyIan Persembahan : Kidung Jemaat 302: 1-3 NyanyIan Penutup : Kidung Jemaat 370: 1,2

Page 7: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Khotbah Jangkep Jawi Minggu, 5 September 2010 Minggu I (Hari Doa Alkitab)

PILIHAN INGKANG NEMTOKAKEN

Waosan I: Pangandharing Toret 30:15-20; Antar Waosan: Jabur 1; Waosan II: Filemon 1: 1-21; Waosan III: Injil Lukas 14 : 25-33

Tujuan: Pasamuwan nglampahi gesang ndherek Gusti Yesus minangka pilihan, kedah

nglampahi kanthi pasrah-sumarah temahan dados berkah tumraping dhiri pribadi lan tiyang sanes.

Khotbah Jangkep

Pasamuwan ingkang kinasih wonten ing patungggilanipun Gusti Yesus, grembag babagan nemtokaken pilihan, sami nglenggana bilih mesthi kita milih ingkang prayogi lan sae, punapa malih magepokan kaliyan gesang kita. Mila boten mokal tiyang rebat

ngajeng supados pikantuk ingkang sae piyambak, boten pikantuk ingkang awon.

Saben wekdal kita kedah nemtokaken pilihan, sae prekawis padintenan lan limrah utawi prekawis ageng lan pituwasipun kangge kita utawi tiyang sanes ugi ageng. Nemtokaken pilihan punika kathah tuladhanipun, umpaminipun ing dinten Minggu badhe dhateng greja utawi boten, lan ugi nemtokaken pilihan ngaturaken pisungsung kanthi mirunggan utawi apalan. Kita mangertos, saben nemtokaken pilihan mesthi wonten pituwasipun ingkang kedah kita tanggel, malah saged ugi tiyang sanes ndherek nanggel menawi pancen magepokan kaliyan tiyang sanes. Saben nemtokaken pilihan, kita kedah nenimbang kanthi permati, supados boten getun ing tembe-wingkingipun awit saking pilihan kanthi sembrono, kanthi sikep ingkang boten tanggel-jawab lan nglelingsemi

Pasamuwan ingkang kinasih, Ing waosan Minggu punika kita kaajak nemtokaken pilihan kanthi saestu,

kanthi tanggel-jawab, supados saged nemtokaken pilihan ingkang saged mbabaraken berkahing Gusti sae kangge kita punapa dene tiyang sanes.

N

Page 8: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Nemtokaken pilihan kanthi mardika Gusti punika Allah sayektinipun boten nate meksa umat nindakaken

satunggaling prakawis kagem Panjenenganipun. Panjenenganipun paring kamardikan supados umatipun saged nemtokaken pilihanipun ingkang ugi saged nemtokaken gesang ing tembe-wingkingipun. Ananging Gusti ugi sanes Allah ingkang boten nggatosaken umatipun. Gusti sanget anggenipun nggatosaken. Gusti nggelaraken pituwasipun, supados umat saged nemtokaken pilihanipun kanthi wicaksana. Kados pangandika ing Pangandaring Toret 30:15 “Elinga ing dina iki aku wus nggelarake bab urip lan karahayon, bab pati lan kasangsaran”. Punapa umat punika badhe milih gesang utawi kacilakan? Sumangga kanthi mardika nemtokaken piyambak

Nabi Musa rumaos tanggel-jawab tumrap gesanging umat ing tembe-wingkingipun, piyambakipun lajeng mbereg supados sami milih nresnani Gusti. Kanthi kawicaksanan, Juru Masmur ngandharaken kados pundi pituwasipun kangge tiyang ingkang nindakaken Toretipun Gusti lan punapa pituwasipun gesang ingkang manut pangajaking tiyang duraka.

Pancen kita saged nemtokaken pilihan kanthi mardika, nanging kedah kaginakaken kanthi kebak ing kawicaksanan, kangge kasaenan lan tumuju dhateng gesang. Sampun ngantos yen kita sumerep bilih satunggaling bab badhe tumuju dhateng karisakan, adamel cilaka, kepara tiwas, nanging tetep kita pilih. Punika ateges boten ngginakaken kawicaksanan, nilar tetimbangan ingkang prayogi. Tuladhanipun kathah. Umpaminipun lampah bedhang, nyimpen gendhakan, korupsi, omben-omben, sadaya saged dhatengaken karisakan, nanging kenging punapa tetep dipun pilih. Menawi kita sampun netepaken pilihan, dene pilihan kita ndhatengaken prakawis-prakawis ingkang boten ngremenaken, sampun ngantos getun, awit getun jumedhulipun wonten wingking lan boten saged ngewahi punapa ingkang kawuri.

Nemtokaken pilihan ndherekaken Gusti Yesus punika pilihan ingkang wicaksana, nresnani Panjenenganipun, mlampah wonten margi ingkang leres, boten milih ndherek lumampah ing margining tiyang duraka -kados ingkang kapratelakaken Juru Masmur- punika wicaksana. Nemtokaken pilihan ingkang mardika kedah kawujudaken wonten ing tuindak, boten namung ing lambe, “Marga ing dina iki aku prentah marang kowe, supaya kowe tresnaa marang Pangeran Yehuwah Gusti Allahmu sarta lumakua ana ing dalan pitedahe, apadene netepana ing pepaken lan katetepan sarta prasetyane supaya kowe lestarIa urip lan tangkar-tumangkara, sarta diberkahana dening Pangeran Yehuwah Gusti Allahmu ana ing negara kang kokparani lan bakal kokejegi”.

Page 9: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Mundhut Saranduning Gesang Dhateng tiyang kathah ingkang sami ngetutaken Panjenenganipun, Gusti

Yesus ngandika bilih kangge nyanggemi timbalan dados siswanipun boten kenging sangga-runggi lan mamang (tidha-tidha: red). Gusti Yesus ngendikakaken kudu sengit marang rama, ibu lan brayatipun. Punika pepundhutanipun Gusti ing perangan punika keras. Sengit ateges boten nengenaken, punika minangka pepundhutan ingkang keras ugi, menawi sampun nemtokaken pilihan, kedah saranduning gesang boten kenging sangga-runggi. Menawi kanthi patrap sangga-runggi punika boten trep lan boten pantes. Umpaminipun satunggaling nem-neman ngayunaken pawestri badhe dipun dadosaken semahipun, calon mara sepuh mundhut pitakenan, “Apa bener kowe nresnani anakku?” Menawi wangsulanipun: ”Kasinggihan, kanthi sangga-runggi tresna kula dhateng putra panjenengan”, temtunipun lamaran badhe katampik amargi wangsulanipun ngabritaken talingan. Nemtokaken pilihan mesthi wonten pituwasipun, mila saderengipun kedah kapanggalih kanthi saestu.

Dados siswanipun Gusti punika timbalan ingkang mundhut samudayanipun. Mila kedah dipun-penggalih lan dipun-timbang kanthi saestu lan permati, den-enget mesthi wonten pituwas awit saking pilihan kasebat. Sampun ngantos dipun-remehaken dening tiyang sanes awit kita nemtokaken pilihan kanthi sembrono. Kados sanepan ingkang kapangandikakaken dening Gusti Yesus tumrap tiyang ingkang badhe ngedegaken menara, utawi ratu ingkang badhe majeng wonten madyaning palagan. Piyambakipun kedah nimbang-nimbang rumiyin saderengipun nemtokaken pilihan, sampun ngantos panjangkanipun boten kadumugen.

Ingkang paling baken, dados siswanipun Gusti Yesus kedah nilar samudayanipun. Nilar samudaya punika dados titikan minangka siswanipun Gusti. Saben nemtokaken pilihan mbetahaken saranduning gesang, ”Sing sapa ora manggul salibe lan melu Aku, dheweke ora pantes dadi siswaKu”.

Pituwasipun saben nemtokaken pilihan

Saben nemtokaken pilihan mesthi wonten pituwasipun. Juru Masmur ngendikakaken saben tiyang ingkang boten manut pangangen-angenipun tiyang duraka, piyambakipun kados wit ingkang katanem ing sapinggiring lepen ingkang badhe ngedalaken woh ing mangsanipun, sedaya panyambut damel wonten pituwasipun. Nanging tiyang duraka badhe tiwas. Semanten ugi Nabi

Page 10: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Musa ngendika menawi bangsa Israel nilar Gusti, boten purun mirengaken pangandikanipun, lan nyembah dhateng brahala mesthi badhe tiwas.

Saben nemtokaken pilihan mesthi wonten pituwasipun, mila boten namung uger nemtokaken pilihan kemawon, nanging menawi dipunkertoaji (dipun kinten-kinten: red) pilihan wau kedah tumuju dhateng gesang. Kita badhe dados tiyang Kristen kados punapa, punika gumantung pilihan kita, awit pilihan punika nemtokaken.

Pasamuwan ingkang dipun tresnani dening Gusti Yesus, Saben nemtokaken pilihan kedah kapenggalih kanthi lebet, boten kenging

sangga- runggi, amargi nemtokaken pilihan kanthi sembrono pituwasipun boten ngremenaken. Kanthi punika Gusti Yesus ngersakaken kita ngetut wingking Panjenenganipun kedah kanthi saranduning gesang. Umat saged nemtokaken pilihan kanthi mardika nanging kaajab saged nemtokaken pilihan kanthi wicaksana, leres lan tanggel-jawab, inggih punika gesang nresnani Gusti ingkang badhe dhatengaken gesang kebak tentrem lan karahayon kangge kita sadaya.

Mekaten ugi ingkang dipun-kersakaken dening Paulus dhumateng Filemon, supados purun nampi Onesimus linambaran katresnan wonten ing Sang Kristus. Paulus boten ngagem kawibawanipun minangka rasul kangge ngrodapeksa Filemon, ananging kepingin nedahaken dhumateng Filemon kados pundi tiyang Kristen kedah gesang sesambetan kaliyan tiyang sanes, awit sinten ingkang wonten ing Sang Kristus, punika dados titah anyar. Mila sugeng nemtokaken pilihan kanthi wicaksana, Gusti berkahi, Amin.

Rancangan Waosan Kitab Suci Pawartos Sih Rahmat : Yokanan 3 : 16-17 Pitedah Gesang Enggal : Wahyu 2 : 10-11 Pangatag Pisungsung : II Korinta 9 : 7

Rancangan Kidung Pangibadah Kidung Pambuka : KPK. BMGJ. 31 : 1,3 Kidung Panelangsa : KPK. BMGJ. 52 : 1-3 Kidung Kesanggeman : KPK. BMGJ. 18 : 1,2 Kidung Pisungsung : KPK. BMGJ. 32 : 1-3 Kidung Panutup : KPK. BMGJ. 82 ; 1,2

Page 11: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Khotbah Jangkep Minggu, 12 September 2010 Minggu II

PEMIMPIN YANG DIPERKENAN TUHAN

Bacaan: Bacaan I: Keluaran 32: 7 – 14; Mazmur Tanggapan: Mazmur 51: 1 – 10;

Bacaan II: I Tim 1: 12 – 17; Bacaan Injil: Lukas 15: 1 – 10 Tujuan:

Agar jemaat dapat mengembangkan pola kepemimpinan dalam kehidupan tiap hari di tengah keluarga, masyarakat dan gereja.

Dasar pemikiran: Pola kepemimpinan yang dikehendak Tuhan dari sejak dahulu hingga

sekarang tentulah sama. Dengan pola kepemimpinan yang akan direnungkan dan dipelajari melalui Kitab Suci akan memberi harapan baru bagi pola kepemimpinan saat ini dan mendatang. Pola kepemimpinan yang dikehendaki Tuhan sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia yang bermartabat. Hal tersebut merupakan tantangan bersama. Tidak hanya bagi yang sudah jadi pemimpin, tetapi lebih khusus jika kepemimpinan itu dimulai dari diri kita sendiri.

Tafsir: Keluaran 32: 7 – 14

Sikap kepemimpinan yang besar, yang sangat bertanggung jawab dan yang berbela, telah ditunjukkan oleh Musa, ketika Musa memberanikan diri untuk mengingatkan Tuhan agar tidak menghukum Israel karena bangsa Israel membuat patung lembu emas sebagai ganti kehadiran Alah. Musa berani mengingatkan Tuhan Allah karena nanti Tuhan akan menyesal kalau menumpas bangsa Israel.

Boleh dikatakan bahwa Musa mengajukan keberatan terhadap Tuhan sendiri, ini suatu sikap yang berbeda dari kebiasaan manusia pada umumnya yang hanya menurut apa yang menjadi kehendak Tuhan. Bagi Musa, dampak atas hukuman yang dijatuhkan Tuhan perlu menjadi cara untuk “Tuhan diperingatkan” oleh Musa, karena nantinya Tuhan pasti akan menyesal.

Keberanian Musa terhadap Tuhan, membedakan Musa dengan para pemimpin lain yang patuh saja dengan rencana Tuhan. Tuhan pun akhirnya mengurungkan niat-Nya menghukum Israel.

Page 12: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Dalam pemahaman ini, redaktor Kitab Suci hendak menunjukkan betapa antara Musa dengan Tuhan terjalin relasi yang amat dekat. Sehingga pada pihak Musa sebagai manusia bisa mengkritik Tuhan dan Tuhan menerima kritik dan peringatan dari Musa. Mazmur 51: 1 – 10

Mazmur pada pasal ini merupakan nyanyian yang berisi refleksi atas dosa manusia dan pengakuan dosa di hadapan Tuhan. Ungkapan itu secara utuh pada ayat tiga hingga ayat tujuh serta ayat 9, sementara ayat delapan dan ayat 10 merupakan pernyataan perkenan manusia yang beroleh tempat di hati Tuhan. Mazmur ini menjadi teks pelengkap atas tindakan penyesalan Daud ketika dengan licik merebut Batsyeba istri Uria untuk diambil menjadi isterinya.

Paparan mazmur ini adalah paparan pengakuannya seorang raja Israel, raja yang amat terkenal. Apalagi jika memandang Daud sebagai seorang raja yang mampu membawa negeri Israel, waktu itu, menjadi negeri yang tersohor dan menikmati jaman keemasan. Sebelum dan sesudah Daud tidak ada pemimpin Israel yang mampu seperti dia.

Dalam mazmurnya ini, meskipun ia seorang raja namun bersedia dikritik oleh Nabi Natan dan segera menyesali dosanya. I Timotius 1: 12 – 17

Rasul Paulus menyatakan diri sebagai orang yang mendapat limpahan belas kasih Tuhan, mengingat masa lalunya ketika menjadi orang yang gigih memusuhi jemaat Kristen. Namun kini Paulus yang dengan tekun melayani jemaat, maka Tuhan mempercayakan pelayanan itu kepadanya. Paulus telah menunjukan ketekunan dan kesetiaan menjadi rasul walaupun di dalam menjadi orang Kristen dan menjalani kerasulannya ia berhadapan dengan resiko dipenjara. Lukas 15: 1 – 10

Dalam bacaan ini lebih memang perhatian orang lebih banyak tertuju pada bagian pernyataan Yesus yang menegaskan pertobatan manusia yang dihargai demikian tinggi oleh Tuhan. Namun mari kita melihat sosok Tuhan Yesus yang menerima kehadiran para pemungut cukai dan orang-orang yang dianggap berdosa di tengah masyarakat.

Agaknya sudah menjadi kebiasaan, demikian Injil Lukas, para pemungut cukai dan beberapa orang berdosa datang kepada Yesus untuk mendengarkan ajaran-Nya. Sementara bagi Yesus sendiri, kedatangan mereka dan kesediaan mereka untuk mendengarkan-Nya, bukan merupakan gangguan atau hal yang menurunkan kredibilitas seorang yang telah diagungkan waktu itu.

Page 13: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Tata nilai pergaulan masyarakat waktu itu memiliki asas kepatutan seseorang itu dijaga menurut apa, siapa dan kondisi seperti apa, relasi itu dibangun. Yesus hendak mengubah pandangan orang bahwa relasi seperti itu tidak berlaku ketika Yesus, sebagai Juru Selamat memang sudah semestinya mendekati orang yang akan diselamatkan.

Kehadiran para pemungut cukai dan orang-orang berdosa justru merupakan hal yang terbaik karena kehadiran Yesus akan mengubah kehidupan para pemungut cukai dan orang yang dianggap berdosa. Bahkan Yesus merasa wajib dan harus mencari orang berdosa. jika orang berdosa itu diumpamakan seperti dirham yang hilang, maka Yesus dengan menyamakan diri sebagai orang yang berusaha mencari dengan tekun dirham yang hilang itu. Dan ketika dirham itu ditemukan, pemilik dirham itu pun bersukacita.

Benang merah:

Sosok seorang pemimpin yang dapat kita pelajari dalam rangkaian bacaan ini, yakni hendak menunjukkan bagaimana tipologi seorang pemimpin. Pemimpin yang berani seperti Musa yang mengingatkan serta mengkritik Tuhan agar tidak menghukum bangsa Israel, sosok pemimpin seperti Daud yang mengakui sisi kemanusiaannya yang lemah dan dengan iklas ia bertobat dari dosanya, seorang pemimpin yang tekun dan setia melayani seperti halnya Paulus, atau sosok pemimpin seperti Yesus yang mencari orang berdosa.

Serangkaian bacaan ini hendak merefleksikan bahwa tugas kepemimpinan bagaimanapun tetap harus dilangsungkan dalam kehidupan ini. Watak bagi seorang pemimpin yang baik, jikalau sedia menerima cara pandang Alkitab bagi seorang pemimpin.

Khotbah Jangkep: Jemaat yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus.

ika kita membahas soal kepemimpinan, agaknya lebih tertuju bahwa soal kepemimpinan itu bukan untuk kita, bukan urusan kita, tapi untuk orang lain. Karena bisa jadi di benak kita, sudah

terlanjur memiliki gambaran pemimpin itu berkaitan dengan orang yang saat ini sudah jadi pemimpin. Sekalipun ada benarnya memang hal kepemimpinan itu diterapkan bagi mereka yang menjadi pemimpin, namun lebih tepat jika kepemimpinan itu juga bagi diri kita dan untuk diterapkan pada diri kita.

J

Page 14: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Apakah menjadi pemimpin bagi orang lain akan lebih mudah daripada menjadi pemimpin bagi diri sendiri? Mari kita belajar dari Firman Tuhan pada hari ini, bagaimana Kitab suci mengajarkan hal kepemimpinan itu kepada kita.

Musa adalah nabi Allah yang sudah berusia tua, ia memimpin bangsa Israel keluar dari negeri Mesir sudah berusia 80 tahun, dan kita tahu bahwa pengembaraan di padang gurun Sinai 40 tahun serta sebelum memasuki negeri Kanaan, Musa meninggal lebih dahulu di usia 120 tahun. Dalam pengembaraan di Sinai yang dikehendaki oleh Tuhan melewati jalur yang lebih jauh, Israel dituntun Tuhan hingga pada suatu saat sampai di kawasan gunung Sinai, sebuah tempat yang legendaris bagi sejarah Israel. Di kawasan gunung Sinai itu Tuhan mengadakan relasi yang lebih intens dengan bangsa Israel, di mana melalui Musa, Tuhan memberikan hukum-hukum yang akan dipergunakan oleh bangsa Israel dalam beribadah dan dalam kehidupan setiap hari kelak ketika sudah berhasil menempati negeri yang dijanjikan Tuhan, perlu diingat pula bahwa pemberian hukum-hukum itu, menjadi sebuah cara untuk mengganti Israel bukan lagi sebagai keluarga besar anak cucu keturunan Abraham, melainkan menjadi sebuah bangsa. Dalam rentang waktu pemberian hukum itu, Musa meninggalkan bangsanya untuk naik ke gunung. Tidak ada batas waktu hingga kapan Musa turun gunung, menjadikan bangsa Israel mengalami kehilangan kepastian bahkan kepastian relasi dengan Tuhan, sehingga mereka membuat patung lembu emas yang dimaksudkan untuk menggantikan Tuhan.

Setelah patung lembu emas selesai dibuat, bangsa Israel mengarahkan gerak imannya kepada patung tersebut, hal itu menimbulkan kemarahan di pihak Tuhan, sehingga Tuhan berniat menghukum bangsa Israel. Dalam kesempatan genting itulah nabi Musa memberanikan diri untuk mengajukan keberatan kepada Tuhan. Keberatan yang diajukan Musa sekaligus mengingatkan Tuhan bahwa hukuman itu nantinya justru akan menjadikan penyesalan bagi Tuhan sendiri. Sebuah relasi yang amat dekat antara Musa dengan Tuhan, Musa sebagai manusia berada dalam kedekatan personal yang amat khusus dengan Tuhan, sehingga Tuhan pun bersedia mengurungkan niat-Nya menghukum Israel. Sebuah pementasan sikap seorang pemimpin yang penuh tanggung jawab terhadap bangsa yang dipimpin, telah ditunjukkan pula oleh Musa dengan berhasil mengurungkan niat Tuhan menghukum Israel. Seorang pemimpin yang sungguh-sungguh mengalami kedekatan dengan Sang Khalik, seperti anak dengan bapaknya.

Seorang pemimpin yang mengalami perubahan dan hidup dalam pertobatan telah ditunjukkan oleh Daud. Daud dalam ungkapan hatinya menyatakan penyesalan atas dosanya. Daud mengakui apa yang dilakukan itu jahat di mata Tuhan, ia pernah dengan kelicikannya mengambil Batsyeba istri

Page 15: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

panglimanya sendiri, untuk diambil menjadi istri Daud. Lintasan pengalaman kelam dari Daud diakuinya, kini ia merasakan hidup yang tidak lagi diganggu oleh dosa, karena ia sudah bertobat dan menyesali perbuatannya.

Sikap seorang pemimpin yang berani mengakui atas kesalahannya sendiri, amat diperlukan bagi Tuhan dalam memimpin bangsa yang dipilih-Nya itu. Artinya, pemimpin itu tidak mengukuhi sebagai orang yang paling benar, apapun yang diucapkan menjadi keputusan, akan tetapi Daud menunjukkan diri sebagai pemimpin yang telah melakukan kesalahan dan bertobat serta membaharui sikapnya. Maka dalam perkara ini, Daud menjadi pemimpin yang berjiwa besar.

Jemaat yang terkasih, Jiwa kepemimpinan Daud memiliki kesamaan dengan apa yang dimiliki oleh

rasul Paulus. Paulus adalah seorang yang pilih tanding dari antara bangsa Yahudi kala itu, ia sosok yang cerdas, pemuka agama yang disegani, ia mengaku diri sebagai orang ganas, artinya watak kejam ada padanya, hal itu terbukti dengan upaya pembasmian para pengikut Kristus. Akan tetapi setelah mengalami perjumpaan dengan Kristus sendiri, ia kemudian bertobat. Kini dalam pertobatannya itu, ia tidak lagi melakukan pola hidup seperti tatkala belum menjadi orang Kristen, kini ia hidup dalam kerasulannya yang benar-benar berkaliber sebagai rasul Kristus.

Rasul Paulus kini mengakui bahwa ia dikaruniai kasih dan pengampunan dari Tuhan Yesus, sehingga ia tidak membanggakan lagi apa yang dimilikinya dahulu. Harta terindah dalam hidup Paulus adalah kasih karunia dari Tuhan Yesus Kristus. Kasih itu telah ia pelihara dalam ketekunan dan kesetiaannya menjalani tugas kerasulannya. Ketekunan Paulus dan kesetiaannya memang telah membuahkan pertumbuhan gereja. Perlu kita ketahui, bahwa pandangan teologi Paulus mengisi hampir seluruh kitab Perjanjian Baru, sehingga pandangan kitab Perjanjian Baru sering diidentikkan dengan pandangan rasul Paulus, Rasul Paulus pantas disebut rasul yang meletakkan dasar-dasar pandangan keimanan gereja. Hal yang demikian besar itu berkat ketekunan dan kesetiaan dari seorang Paulus. Artinya bahwa Rasul Paulus sebagai seorang rasul besar yang memiliki wawasan teologi yang amat luas dan dalam, namun yang dengan kerendahannya mengakui bahwa semua itu hanya karena kasih Kristus semata.

Sedangkan dalam bacaan Injil Lukas tadi, menampilkan pemandangan yang sangat menarik, mengingat orang Farisi yang sudah memiliki pandangan bahwa orang yang terhormat di kalangan tradisi Yahudi, tidak pantas bergaul dengan masyarakat kelas bawah, atau mereka yang dianggap berdosa oleh masyarakat atau hanya oleh kalangan Farisi. Duduk makan dengan kalangan orang yang dianggap berdosa pun dimasalahkan oleh orang Farisi, kini Yesus di datangi

Page 16: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

mereka para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Jelas bagi Farisi bahwa apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus merupakan suatu penyimpangan dari tata nilai yang berlaku dalam tradisi Yahudi. Tuhan Yesus dianggap melanggar asas kepatutan dalam tradisi Yahudi. Namun bagi Tuhan Yesus justru tidak demikian.

Tuhan Yesus memandang adalah hal yang utama jika orang berdosa datang kepada-Nya. Agaknya sudah menjadi kebiasaan, demikian Injil Lukas, para pemungut cukai dan beberapa orang berdosa datang kepada Yesus untuk mendengarkan ajaran-Nya. Sementara bagi Tuhan Yesus sendiri, kedatangan mereka dan kesediaan mereka untuk mendengarkan-Nya, bukan merupakan gangguan atau hal yang menurunkan kredibilitas seorang yang telah diagungkan waktu itu. Tuhan Yesus menerima kehadiran mereka dengan sukacita. Tuhan Yesus menjadi seorang pemimpin yang tetap dengan keagungan-Nya tanpa harus terganggu oleh pandangan orang Farisi.

Jemaat yang dikasihi Tuhan, Kepemimpinan memang tidak bisa dipisahkan dari si pemimpin itu sendiri

memiliki kekuatan pada dirinya sendiri. Kekuatan kepemimpinan itu dalam contoh-contoh di dalam Alkitab, ditempatkan dalam relasi dengan Tuhan, sehingga memungkinkan terjadinya relasi yang begitu erat, seperti halnya nabi Musa dengan Tuhan. Atau seperti yang ditampilkan oleh sikap raja Daud ataupun rasul Paulus, sebagai seorang pemimpin yang menampilkan sikap kerendahan hati, mereka mengakui pernah berdosa bagi Tuhan, dan hidup selanjutnya dipersembahkan bagi Tuhan pula.

Gambaran pemimpin yang melakukan pola kepemimpinan yang keras, berkuasa, tangan besi, tidak dijumpai dalam contoh pada tokoh bacaan Alkitab pada hari ini. Justru para pemimpin yang mengakui keberadaannya hanya karena Tuhan, yang melakukan tugasnya dengan tetap berada dalam kerendahan hatinya, pemimpin yang berkenan menerima setiap orang tanpa pembedaan kelas sosial. Mereka tokoh dalam bacaan ini yang kita sebut para pemimpin itu, memiliki kekuatan kepemimpinannya bukan dengan kuasa, tetapi dengan kasih mereka.

Jemaat yang dikasihi Tuhan, Lantas bagi kita, apakah kita bukan pemimpin? Di keluarga kita masing-masing,

di dalam kehidupan pribadi kita masing-masing? Diri kita adalah juga pemimpin bagi diri kita sendiri. Kita memang dengan bebas mengarahkan diri kita mau kemana atau mau seperti apa. Mau acuh tak acuh dengan orang lain atau keluarga. Kita mau perhatian bagi orang lain, kita mau ramah, mau peduli, mau menerima orang lain atau kebalikan dari itu. Semuanya bebas pada kita sendiri. Namun perlu

Page 17: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

diingat, apapun yang dipilih dalam sikap hidup kita menentukan bagi diri kita dan berpengaruh pula bagi orang lain. Nah, jika demikian, alangkah baiknya kita mengikuti pola kepemimpinan Musa, Daud, Paulus dan tentu Tuhan Yesus sendiri.

Apakah kita memiliki kedekatan pribadi dengan Tuhan, mengakui realitas kekuasaan Tuhan, mengakui hidup kita karena kasih dan kemurahan Tuhan, dan apakah kita bersedia menerima sesama kita sebagaimana kita diterima Tuhan? Adakah semuanya itu menjiwai dalam hidup dan pikiran kita? Atau apakah rapat-rapat di dalam gereja kita, pelayanan di dalam gereja kita, diwarnai oleh hal-hal seperti itu?

Kerapkali kita membiarkan hidup dipengaruhi oleh hal-hal yang menyebabkan kita menjadikan lebih mudah marah, tidak sabar, kurang rendah hati. Kita dibuat sibuk meladeni situasi seperti itu, sehingga kurang atau tidak mampu memimpin diri sendiri dengan sikap-sikap yang lebih arif dan bijak.

Bisa jadi selama ini, kritik dari orang lain akan ditolak semampu kita, rendah hati menjadi jauh dari kebiasaan kita, kita lebih mengutamakan bagaimana kita bisa menang.

Mari kita tengok jika kita sendiri di dalam keluarga kita dan pekerjaan kita serta dalam pelayanan kita di manapun kita berada. Apakah kehidupan keluarga kita sangat terasa sikap seperti itu? Apakah dalam pekerjaan kita diwarnai nilai-nilai kepemimpinan seperti dalam tokoh Kitab Suci tadi, atau justru pekerjaan kita hanya untuk menumpuk harta saja, dan mengorbankan orang lain?

Jika kita menyadari sebagai pemimpin bagi diri sendiri sudah tentu kita sekarang mengambil cara kepemimpinan Musa Daud Paulus dan Tuhan Yesus. Agar segala sesuatu yang ada pada mereka membuat diri kita diperkenan bagi Allah. Amin.

Rancangan Bacaan Alkitab: Berita Anugerah : Yohanes 10: 11, 14 Petunjuk Hidup Baru : I Timotius 4: 12 Persembahan : Mazmur 76: 11

Rancangan Nyanyian Pujian: Nyanyian Pembuka : Kidung Jemaat 20: 1, 2 Nyanyian Penyesalan : Kidung Jemaat 355: 1, 2, 3 Nyanyian Kesanggupan : Kidung Jemaat 364: 1, 2, 4 Nyanyian Persembahan : Kidung Jemaat 68: 1,2,3 Nyanyian Penutup : Kidung Jemaat 273: 1,2

Page 18: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Khotbah Jangkep Jawi Minggu, 12 September 2010 Minggu II

PEMIMPIN INGKANG KARENAN ING PANGGALIHIPUN GUSTI

Pangentasan 32: 7 – 14; Mazmur 51: 1 – 10; I Tim 1: 12 – 17; Lukas 15: 1 – 10 Ancas tujuan:

Supados pasamuwan saged anjembaraken patraping pemimpin ing gesang padintenan wonten ing brayat, masyarakat lan pasamuwan.

Khotbah Jangkep

Pasamuwan ingkang kinasih wonten ing Gusti Yesus Kristus, enawi kita ngrembag bab timbalan dados pemimpin,

ing semu wosing pirembagan punika kaeneraken dhateng tetiyang ingkang sampun dados pemimpin, inganggep bab

punika sanes prakawis kita, nanging kangge tiyang sanes. Jalaran ing pikiran kita sampun kebacut ndarbeni pangganggep bilih bab mimpin punika gegayutan kaliyan tiyang ingkang sampun dados satunggaling pemimpin. Sanadyan inggih wonten leresipun, nanging langkung trep menawi bab mimpin, nuntun, ngreksa lan ngereh punika kangge kita piyambak.

Punapa dados pemimpin ingkang nuntun tiyang sanes badhe kaanggep langkung gampil katimbang kangge dhiri kita piyambak? Sumangga kita purun sinau dhateng pangandikanipun Gusti ing dinten punika, kadospundi Kitab Suci mulangaken bab punika kangge kita.

Nabi Musa katimbalan dados nabi sampun yuswa sepuh, nuntun bangsa Israel medal saking nagari pangawulan Mesir nalika sampun yuswa 80 tahun, kita inggih sumerep bilih bangsa Israel mlampah tumuju dhateng Kanaan nglangkungi pasamunan Sinai dangunipun 40 tahun, Nabi Musa seda langkung rumiyin saderengipun bangsa Israel kalampah mlebet dhateng Kanaan, nabi Musa seda ing yuswa 120 tahun. Wonten ing pasamunan Sinai, inggih margi lan panggenan ingkang kalangkungan punika tebih lan dangu wekdalipun, Israel katuntun dening Gusti, lumantar nabi Musa, ngantos dumugi ing laladan redi Sinai, satunggaling papan ingkang pikantuk kawigatosan dening bangsa Israel.

M

Page 19: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Ing wewengkon redi Sinai punika Gusti akarya tetangsulan ingkang langkung bakuh kaliyan bangsa Israel. Lumantar nabi Musa, Gusti maringi pepaken ingkang badhe kaginakaken dening bangsa Israel salebeting ngabekti lan ing gesang padintenanipun benjing ing wekdal wancinipun bangsa Israel sampun kalampah manggen ing negari prasetyan. Prelu kasumerepana bilih sarana Gusti paring sakathahing pepaken punika nelakaken bilih Gusti badhe anggantos Israel, boten dados satunggaling brayat ageng tedhak turunipun Abraham malih, ananging dados satunggaling bangsa. Ing wekdal samanten, nalika Gusti paring pepaken dhateng nabi Musa, sang nabi nilar bangsa Israel saprelu minggah redi Sinai. Boten wonten katemtuaning wekdal benjing punapa sang nabi badhe tedhak mandhap saking redi Sinai. Ing wekdal ingkang boten gumathok wau, anjalari bangsa Israel kecalan underaning sesambetan kaliyan Gusti Allah, satemah bangsa Israel mangun reca lembu mas kinarya gantosing Gusti Allah.

Sasampunipun reca wewangunan lembu mas wau rampung kawangun, bangsa Israel lajeng ngeneraken pangabektinipun dhateng reca wau, bab punika nuwuhaken bramantyanipun Gusti, satemah Gusti Allah sumadya ndhawahaken bebendunipun dhateng bangsa Israel. Ing swasana ingkang tintrim ngajengaken dhawahing pidana, nabi Musa nguningakaken panyuwunan dhateng Gusti. Nabi Musa nguningakaken raos kawratan tuwin kedugi ngengetaken dhumateng Gusti Allah bilih bebendu punika mangke anamung damel keduwung panggalihipun Gusti piyambak. Bab punika nedahaken wontenipun sesambetan ingkang mirungga lan sakelangkung raket ing antawising nabi Musa kaliyan Gusti Allah. Nabi Musa minangka jalma manungsa limrah dene mapan ing rumaketing sesambetan pribadi kaliyan Gustinipun, ing satemah Gusti inggih lajeng murungaken sedyanipun midana bangsa Israel. Ing ingriki nabi Musa mratelakaken dados satunggaling pemimpin ingkang kebak tanggel jawab dhateng bangsanipun kanthi saged meper bramantyanipun Gusti. Satungaling pemimpin ingkang tuhu angraosaken rumaketing patungggilan kaliyan ingkang nitahaken jagad, sinami kadosdene anak kaliyan bapakipun.

Pasamuwan ingkang kinasih, Satunggaling pemimpin ingkang ngalami ewah-ewahan lan gesang ing

pamratobat kasumerepaken dening Sang Prabu Dawud. Dawud ngakeni punapa ingkang katindakaken awon ing paningalipun Gusti Allah, piyambakipun nate kanthi kajuliganipun mendhet Batsyeba semahipun Uria, senopatinipun

Page 20: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

piyambak, kadadosaken semahipun Dawud. Lelampahan ingkang ngucemaken rumiyin, dipun akeni dening Dawud. Dene samangke piyambakipun boten karidhu dening dosanipun malih, awit piyambakipun purun nelangsani pandamelipun wau tuwin mratobat.

Patraping pemimpin ingkang purun ngakeni kalepatanipun piyambak, sayekti dipun betahaken dening Gusti kangge nuntun bangsa pilihanipun Allah. Tegesipun pemimpin punika boten ngekahi minangka tiyang ingkang sampun leres. jer punapa kemawon ingkang kaucapaken dados paugeran, ananging Sang Prabu Dawud nedahaken bilih piyambakipun minangka pemimpin ingkang sampun nate nindakaken kalepatan. Ing bab punika Dawud madeg pemimpin ingkang agung karana purun nglengganani kalepatanipun.

Pasamuwan ingkang kinasih. Watak kepemimpinan ingkang sami kadosdene Sang Prabu Dawud kaliyan

Rasul Paulus. inggih kadarbe dening Rasul Paulus. Rasul Paulus minangka satunggaling tiyang ingkang pilih tandhing saking antawising bangsa Yahudi. Piyambakipun dados pawongan ingkang lantip, pangarsa agami ingkang kebak pangaribawa, piyambakipun ngaken minangka tiyang ingkang kereng, tegesipun watak gampil nepsu lan kejem wonten ing piyambakipun, bab punika kayektenan wonten ing wekdal nalika nguya-uya pasamuwanipun Gusti. Ananging sasampunipun ngalami pepanggihan kaliyan Gusti Yesus piyambak, samangke piyambakipun mratobat. Salebeting pamrabatobat, piyambakipun babar pisan boten nindakaken malih patraping gsang kados ing wekdal dereng dados tiyang Kristen. RasulPaulus samangke tumemen nindakaken pakaryaning karasulanipun ingkang laras minangka rasulipun Gusti Yesus.

Rasul Paulus ngakeni bilih piyambakipun kaparingan sih lan pangapunten saking Gusti Yesus Kristus, piyambakipun boten badhe ngegungaken dhiri tumrap punapa ingkang rumiyin nate dipun darbeni. Bandha ingkang nengsemaken lan elok ing gesangipun Paulus samangke inggih punika sih rahmat saking Gusti Yesus Kristus. Katresnanipun Gusti Yesus dipun raosaken lan kajagi wonten ing katemenanipun salebeting leladi kagem Gusti minangka rasul. Tumemen lan kasetyanipun Rasul Paulus nguwohaken pasamuwan-pasamuwan. Prelu den-enget, bilih kawruh utawi seserepan teologi Rasul Paulus sumebar ing Kitab Suci Prajanjian Anyar, satemah punapa ingkang dados wawasanipun Kitab Suci Prajanjian Anyar punika inganggep sami kaliyan wawasanipun Rasul Paulus. Rasul Paulus pantes sinebat rasul ingkang akarya tetalesing wawasaning tumrap iman kapitadosanipun pasamuwan. Bab ingkang

Page 21: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

ageng punika amargi tumemen saha kasetyanipun satunggaling Paulus, tegesipun, Rasul paulus minangka rasul agung ingkang kagungan wawasan teologi ingkang jembar lan lebet, nanging ingkang kanthi patrap andhap asor ngakeni bilih sadaya punika awit katresnanipun Gusti Yesus Kristus.

Wondene ing waosan Injil Lukas, nyumerepaken dhateng kita sesawangan ingkang narik kawigatosan, ngengeti bilih tiyang Farisi ingkang sampun gadhah paugeran ing pundi tiyang ingkang kinurmat, manut pakulinanipun masyarakat Yahudi, boten pantes sesrawungan kaliyan masyarakat ingkang kaanggep asor, utawi para tiyang ingkang kaanggep dosa tumraping masyarakat Yahudi. Lenggah sapajagongan sinambi dhahar sesarengan kaliyan tiyang dosa punika dipun dadosaken prakawis dening tiyang Farisi. Samangke Gusti nampi pisowanipun para juru mupu beya lan tiyang-tiyang ingkang kaanggep dosa. Tumraping tiyang Farisi, cetha bilih ingkang katindakaken Gusti Yesus medal saking paugeran ingkang sampun lumampah ing masyarakat Yahudi. Gusti Yesus inganggep nerak paugeraning masyarakat Yahudi. Nanging tumrap Gusti boten makaten.

Gusti Yesus mirsa bilih bab ingkang utami menawi tiyang ingkang nandhang dosa sowan dhateng ing ngarsanipun. Manut paseksining Injil Lukas, bilih juru mupu beya lan tiyang dosa sampun kulina sowan saprelu mirengaken piwulangipun Gusti. Tumrap Gusti Yesus, sowanipun para tiyang wau karana kepingin mirengaken, lan sanes bab ingkang adamel reridhu, utawi badhe nglorop kalenggahanipun Gusti. Gusti Yesus tetep dados pemimpin ingkang agung tanpa kaganggu damel dening panampining tiyang Farisi wau.

Pasamuwan ingkang kinasih Magepokan kaliyan bab mimpin, boten saged pinisah saking ingkang

mimpin piyambak, tiyang ingkang mimpin prelu nggadhahi kakiyatan wonten ing dhirinipun pribadi. Kakiyataning leladi dados pemimpin pinanggih ing sawetawis tuladha ing Kitab Suci, bilih kakiyatan wau kapapanaken ing sesambetan kaliyan Gusti, satemah nukulaken sesambetan ingkang raket kadosdene nabi Musa kaliyan Gusti Allah. Inggih kados dene ingkang katingal ing gesangipun Sang Prabu Dawud lan Rasul Paulus, nelakaken para pemimpin ingkang andhap asor, para tiyang wau samidene nate nindakaken punapa ingkang boten prayogi ing ngrasanipun Allah, ananging samangke gesangipun lumadi kagem Gusti. Gegambaraning pemimpin ingkang awatak keras, kumawasa, babar pisan boten pinanggih ing gesangipun. Para pemimpin ingkang kaseksenan ing Kitab Suci dinten punika, para tiyang ingkang

Page 22: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

nindakaken timbalanipun salebeting sikep andhap asor, pemimpin agung ingkang karsa nampeni para tiyang tanpa memilah tataran ing masyarakatipun. Para tiyang ingkang nindakaken timbalan dados pemimpin boten lumantar panguwaosing kadonyan, ananging kanthi sih lan katresnanipun.

Pasamuwan ingkang kinasih, Lajeng kadospundi menggahing kita, punapa kita punika sanes pemimpin?

Sae ing satengahing brayatkita punapadene ing gesang kita piyambak-piyambak? Kita punika inggih dados pemimpin tumrap gesang kita piyambak. Kita pancen kanthi mardika ngeneraken dhiri kita tumuju dhateng cakriking pemimpin ingkang kados punapa. Badhe mendel kemawon tanpa migatosaken brayat lan tiyang sanes, kita badhe migatosaken, grapyak sumanak, badhe nampi tiyang sanes utawi kosokwangsul saking sadaya punika. Nanging den-enget, punapa kemawon ingkang kita pilih, badhe nemtokaken tumraping dhiri kita pribadi lan andayani tumraping tiyang sanes. Menawi sampun makaten, langkung prayogi kita nulad dhateng Nabi Musa, Sang Prabu Dawud, Rasul Paulus lan sampun temu dhateng Gusti Yesus piyambak.

Punapa kita gadhah sesambetan ingkang mirungga satata pribadi kaliyan Gusti, ngakeni dhateng panguwaosipun, ngakeni bilih gesang kita punika karana sih lan kamirahanipun Gusti, tuwin punapa kita purun nampeni sesami kadosdene kita katampi dening Gusti? Punapa bab ingkang makaten rumeksa ing pikiran lan gesang kita? Punapa sampun kapratelakaken nalika rapat-rapat ing pasamuwan kita, wonten ing paladosan-paladosaning pasamuwan inggih sampun kadayan dening sikep ingkang makaten?

Asring kalampahan kita kembet dening prakawis-prakawis ingkang njalari kita langkung gampil nepsu, kereng, boten sabar, kirang andhap asor. Kita kadayan nguja ngladosi kahanan ingkang makaten, satemah kirang utawi boten saged mimpin dhiri pribadi kanthi sikep ingkang wicaksana.

Sadanguipun punika bok menawi ingkang nama panyaruwe saking tiyang sanes ingkang katujokaken dhateng kita, katampik sakakiyatan kita, boten kita tanggapi kanthi prayogi, andhap asor dados sikep ingkang tebih saking gesang kita, kita langkung nengenaken kadospundi kita saged mimpang.

Sumangga kita tingali, menawi kita piyambak ing satengahing brayat kita lan panyambut damel kita ing pundi kita mapan, punapa gesanging brayat kita saestu saged ngraosaken awit kita saged dados pemimpin ingkang nulad ing Kitab Suci? Punapa ing pakaryan lan pangabden kita cakriking pemimpin ingkang alus, lembah manah, andhap asor inggih andayani? Utawi panyambut

Page 23: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

damel kita anamung kangge numpuk bandha kemawon lan ngurbanaken tiyang sanes?

Menawi kita nglenggana minangka pemimpin tumrap gesang kita piyambak, sampun temtu samangke wekdalipun kita ngginakaken caranipun Nabi Musa, Sang Prabu Dawud, Rasul Paulus lan Gusti Yesus piyambak, kadadosaken caranipun kita mimpin dhiri pribadi, supados sadaya ingkang kawengku ing caranipun mimpin para priyagung ing Kitab Suci wau, andadosaken kita karenan ing panggalihipun Gusti. Amin.

Rancangan Waosan Kitab Suci: Pawartos Sihrahmat : Yokanan 10: 11, 14 Pitedal Gesang Anyar : I Timotius 4: 12 Pangatag Pisungsung : Jabur 76: 11

Rancangan Kidung Pamuji: Kidung Pambuka : KPK BMGJ 27: 1, 2 Kidung Panalangsa : KPK BMGJ 46: 1, 2, 3 Kidung Kasanggeman:K : KPK BMGJ 168: 1, 2 Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 188: 1, 2, 3 Kidung Panutup : KPK BMGJ 174: 1,3

Page 24: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Khotbah Jangkep Minggu, 19 September 2010 Minggu III

DOA BAGI PEMIMPIN

Bacaan I: Amos 8: 4-7; Antar Bacaan: Mazmur 113; Bacaan II: I Timotius 2: 1-7; Bacaan III: Injil Lukas 16: 1-13

Tujuan: Jemaat mampu dan setia mendoakan dalam kesabaran dan penyangkalan diri

bagi para pemimpin/penguasa.

Dasar Pemikiran Doa adalah suatu perintah yang menegaskan hubungan kena-mengena

kita dengan orang lain. Itu cara yang paling indah untuk mentaati perintah mengasihi orang lain seperti diri kita sendiri. Kasih yang alkitabiah tidak boleh diartikan sebagai perbuatan tukar-menukar yang timbal-balik atau sebagai transaksi dagang. Kasih yang sejati diberikan tanpa mengharap balasan. Dengan dasar ini doa untuk orang lain atau para pemimpin yang dilakukan dengan sungguh merupakan pernyataan kasih yang agung. Tanpa pamer, tanpa pamrih. Dengan sendiri atau bersama berdoa, dalam doa itu mengangkat nama-nama atau problem orang lain di hadapan hadirat Allah, dengan harapan dapat mendukung dan mengarahkan perbuatan kasih yang nyata dan mampu mengubah.

Ketidak-jujuran, keserakahan dan kecurangan rupanya menjadi gaya hidup para pemimpin/penguasa tidak hanya masa lampau melainkan juga masa kini. Entah itu pemimpin bangsa atau bisa jadi juga para pemimpin gereja.

Buktinya memang hingga saat ini upaya untuk memberantas korupsi di dunia umumnya, dan di Indonesia khususnya selalu mengalami banyak hambatan. Hambatan ini bukan saja karena para koruptor ini memiliki kesempatan untuk korup, namun juga karena kecerdikan mereka yang mampu menutupi segala ketidak-jujurannya.

Tentu bukan ketentraman, ketenangan, kesalehan dan kehormatan yang akan diperoleh para pemimpin/penguasa yang tidak jujur, namun justru hal sebaliknya yang akan diperoleh mereka. Kejujuran para pemimpin menjadi harapan yang sangat didambakan oleh banyak orang. Bekal kejujuran para

Page 25: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

pemimpin akan membawa yang dipimpin pada kesejahteraan dan kesentosaan hidup.

Bukan perkara mudah pada masa ini mengubah ketidak-jujuran para pemimpin. Namun demikian bukan berarti tidak mungkin akan terjadi perubahan dalam kehidupan para pemimpin yang tidak jujur. Kekuatan doa dan upaya untuk berubah serta menyediakan diri untuk diubah memungkinkan karya Tuhan dalam Roh Kudus terjadi.

Tafsiran: Amos 8: 4-7

Kitab Amos banyak dikenal sebagai kitab yang mampu membawa gerakan sosial untuk membela keadilan bagi orang-orang yang tertindas. Walau demikian yang utama dari kitab Amos ini adalah bagaimana penulis menempatkan Allah sebagai pemilik kehidupan dan pencipta seluruh umat manusia.

Bacaan dalam pasal 8 ayat 4-7, dilatar belakangi oleh kemerosotan moral para pemimpin Israel, yang membuat hati TUHAN tergerak untuk mengingatkan dan memberikan hukuman kepada mereka. Bentuk kemerosotan moral itu ditunjukkan dengan cara berpikir dan sikap hidup menindas dan memeras orang yang lebih lemah. Bahkan kejahatan senantiasa dirancangkan oleh para pemimpin/penguasa untuk mengambil keuntungan bagi diri sendiri. Pola kepemimpinan yang dijalankan selalu tidak mengarah pada upaya membangun kesejahteraan bersama, melainkan justru sebaliknya.

Sikap serakah para pemimpin/penguasa yang telah mendorong mereka untuk mengkorupsi dan menistakan hari-hari yang telah dikuduskan Allah. Tidak sedikit mereka yang berlaku kejam dan curang terhadap sesamanya. Bukan saja para pemimpin politik yang cenderung suka menindas, tetapi juga mereka yang bergerak di bidang ekonomi (para pebisnis dan pedagang) banyak berlaku curang dengan menggunakan neraca yang telah dipalsukan.

Allah merespon perilaku jahat mereka dengan mengambil keputusan dan sumpah untuk tidak melupakan dan mengampuni dosa dan kejahatan para pemimpin ini. Mazmur 113 Pemazmur menyaksikan dengan puji-pujian dan menyatakan kemaha-tinggian Allah yang luar biasa. Sekalipun demikian Allah yang dikenal pemazmur adalah Allah yang juga peduli kepada umatnya yang lemah dan tertindas. Bentuk kepedulian Allah dinyatakan bahwa Ia menentang setiap orang yang

Page 26: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

suka menindas sesamanya. Dan sebaliknya, Ia akan menegakkan orang yang hina memulihkan mereka yang miskin dari lumpur kehinaan. Dalam karya penyelamatan Allah, nampak bahwa Ia selalu akan memulihkan martabat kemanusiaan dari mereka yang direndahkan dan dihina. Allah tidak menghendaki umat manusia saling menindas. Yang Allah kehendaki adalah agar umat manusia saling menghargai dan saling memberi tempat untuk memperoleh kesejahteraan bersama. I Timotius 2: 1-7 Surat pribadi Rasul Paulus kepada Timotius ini sekaligus merupakan surat penggembalaan bagi jemaat yang sedang menghadapi masalah tertentu. Latar belakang yang dihadapi jemaat adalah berkembangnya ajaran sesat berupa intelektualisme spekulatif yang cenderung bermain-main dengan logika, kepercayaan pada dongeng dan penekanan silsilah sebagai keturunan orang-orang rohani. Perikop ini memuat beberapa hal penting: Doa bagi penguasa. Secara fungsional, penguasa duniawi dikehendaki Tuhan

untuk melaksanakan perintah-Nya. Dalam melaksanakan pemerintahan atau kekuasaan mereka seharusnya berpedoman pada kebenaran dan keadilan Allah yang memelihara kehidupan rakyatnya. Dalam pengertian yang demikian orang percaya dituntut untuk mendoakan para penguasa

Dalam pengajaran tentang doa, terkandung pengertian bahwa Injil keselamatan Allah itu berlaku universal. Injil mencakup orang besar dan kecil, baik untuk kaisar dengan kekuasaannya, maupun bagi para budak dalam ketidak-berdayaannya. Untuk orang baik dan orang jahat, untuk orang Kristen maupun yang bukan Kristen. Doa dinaikkan bagi semua orang, termasuk mereka yang tidak Kristen. Kaisar waktu itu bukan Kristen, bahkan memusuhi gereja. Tapi harus juga didoakan.

Sewajarnya, lebih mudah bagi Rasul Paulus mengajak jemaat untuk mengutuk dan mengumpati tindakan sang penguasa saat itu daripada mengajak jemaat untuk mendoakan mereka. Di sinilah kekuatan karya Roh Kudus yang telah mengubah kehidupan Rasul Paulus, sehingga ia mau menyangkali dirinya dalam menyatakan doa bagi para pemimpin/penguasa. Rasul Paulus melalui Timotius justru mendorong jemaat untuk setia mendoakan para pemimpin tersebut. Kesetiaan untuk mendoakan memerlukan kesabaran dan penyangkalan diri yang luar biasa. Lukas 16: 1-13

Page 27: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur hendak mengajar kepada kita untuk berpikir obyektif. Karena di balik kejahatan atau keburukan seseorang, tentu ada kemungkinan kebaikan yang dapat dijadikan contoh dalam kehidupan. Yesus memuji sang bendahara bukan karena ketidak-jujurannya dalam mengelola uang majikannya, tetapi karena kecerdikannya mencermati segala kemungkinan yang dapat terjadi di masa yang akan datang.

Uang adalah barang yang senantiasa lekat dalam kehidupan manusia. Uang diupayakan dan diperoleh dengan bersusah-payah agar terwujud keberhasian hidup yang sejahtera. Mencari dan mengelola uang menjadi bagian hidup sehari-hari manusia. Sering kali karena bersifat rutin dan sehari-hari lekat, maka manusia cenderung menganggap ‘kecil’. ‘Kecil’ tentu bukan berarti tidak penting, tetapi lebih dalam arti sudah biasa dilakukan; menjadi sebuah rutinitas yang biasa saja. Bila kita gagal dalam mengurus urusan ‘kecil’ sehari-hari, mana mungkin kita akan setia dalam mengurus perkara-perkara yang lebih besar, apalagi untuk hal-hal yang terkait dengan pekerjaan Tuhan?

Mereka yang gagal mengelola uang yang sangat berkait dengan hidup sehari-hari, tidak layak untuk diberi kepercayaan yang lebih besar tentunya!

Khotbah Jangkep: Jemaat yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus,

omisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali menetapkan tersangka terkait dugaan korupsi pejabat di salah satu instansi pemerintahan…. “ demikianlah sebagian cuplikan dari berita surat

kabar yang bisa jadi kita temui setiap hari. (pengkhotbah bisa membawa cuplikan surat kabar tentang kasus korupsi yang sedang terjadi).

Keserakahan, kecurangan, ketidak-jujuran rupanya telah menjadi berita setiap hari masyarakat. Anehnya, tindakan itu bukan saja dilakukan oleh mereka yang secara nyata memang kekurangan dalam memenuhi hidupnya. Tetapi justru dilakukan oleh mereka yang nota-bene disebut sebagai pejabat, penguasa atau pemimpin bangsa ini.

Mau dibawa kemana bangsa ini? Mau dibawa kemana masyarakat kita ini? Demikian, kekesalan kebanyakan rakyat yang telah merasa ditipu oleh para pemimpinnya!

Sudah sedemikian parahkah kehidupan moral para pemimpin/penguasa bangsa ini? Mereka yang seharusnya menjadi teladan atau contoh bagi kehidupan bermasyarakat justru telah mencurangi rakyat dengan seenaknya.

K

Page 28: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Kenyataan tentang kemerosotan moral, sebenarnya bukan masalah manusia pada masa kini saja. Kitab Amos, dilatar-belakangi oleh adanya kenyataan kemerosotan moral para pemimpin Israel, yang membuat hati Tuhan tergerak untuk mengingatkan dan memberikan hukuman kepada mereka. Bentuk kemerosotan moral itu ditunjukkan dengan cara berpikir dan sikap hidup menindas dan memeras orang yang lebih lemah. Bahkan kejahatan senantiasa dirancangkan oleh para pemimpin/penguasa untuk mengambil keuntungan bagi diri sendiri. Pola kepemimpinan yang dijalankan selalu tidak mengarah pada upaya membangun kesejahteraan bersama, melainkan justru sebaliknya.

Sikap serakah para pemimpin/penguasa yang telah mendorong mereka untuk mengkorupsi dan menistakan hari-hari yang telah dikuduskan Allah. Tidak sedikit mereka yang berlaku kejam dan curang terhadap sesamanya. Bukan saja para pemimpin politik yang cenderung suka menindas, tetapi juga mereka yang bergerak di bidang ekonomi (para pebisnis dan pedagang) banyak berlaku curang dengan menggunakan neraca yang telah dipalsukan.

Perilaku tidak jujur dengan dibungkus kecerdikan membuat para pelaku kejahatan sulit untuk dijerat dengan hukum duniawi. Untuk itulah Allah merespon perilaku jahat mereka dengan mengambil keputusan dan sumpah untuk tidak melupakan dan mengampuni dosa dan kejahatan para pemimpin ini.

Jemaat yang terkasih, Adakah kemungkinan akan terjadi perubahan dalam kehidupan para

pemimpin bangsa ini, yang mampu membawa kehidupan seluruh rakyat menjadi lebih baik dan sejahtera? Pemazmur, dalam menyaksikan dengan puji-pujian dan menyatakan kemaha-tinggian Allah yang luar biasa, memiliki keyakinan bahwa, sekalipun Allah yang dikenalnya adalah Allah yang mahatinggi, namun ia juga meyakini bahwa Allah adalah Allah yang peduli kepada umatnya yang lemah dan tertindas. Bentuk kepeduliaan-Nya dinyatakan bahwa Ia menentang setiap orang yang suka menindas sesamanya. Dan sebaliknya, Ia akan menegakkan orang yang hina memulihkan mereka yang miskin dari lumpur kehinaan.

Dalam karya penyelamatan Allah, nampak bahwa Ia selalu akan memulihkan martabat kemanusiaan dari mereka yang direndahkan dan dihina. Allah tidak menghendaki umat manusia saling menindas. Yang Allah kehendaki adalah agar umat manusia saling menghargai dan saling memberi tempat untuk memperoleh kesejahteraan bersama.

Berangkat dari keyakinan sebagaimana Pemazmur, sudah semestinya orang percaya selalu membangun hidup dalam persekutuan dengan Tuhan.

Page 29: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Doa menjadi salah satu sarana mewujudkan kehidupan yang dekat dan intim dengan Tuhan. Oleh karenanya orang percaya tidak dapat terlepas dari doa. Doa adalah nafas dan sarana untuk meletakkan pengharapan orang percaya kepada Allah Bapa.

Sebagai orang percaya, kita juga hidup dalam pergolakan. Orang percaya menghadapi banyak tantangan dan ujian serta persoalan-persoalan. Di sini doa dapat menjadi senjata yang ampuh untuk menghadapi segala kemungkinan dan menetapkan pengharapan. Doa dapat mendatangkan perkara-perkara yang besar, perubahan dalam kehidupan dan keajaiban-keajaiban. Tetapi doa bukanlah alat si tukang sihir. Keampuhannya tidak terletak pada doanya sebagai alat. Sikap hati kita terhadap Tuhan sangat menentukan. Oleh karena itu, doa tidak boleh hanya merupakan upacara yang formal dan tradisional saja, tetapi juga tidak karena terpaksa. Doa adalah suatu kehidupan dan pergumulan. Doa juga bukanlah hanya diberi arti untuk kepentingan sendiri, namun harus menyatakan kesejahteraan dan keselamatan bagi semua orang. Karena itulah yang sebenarnya dikehendaki Allah.

Dalam surat pribadinya kepada Timotius, Rasul Paulus menyatakan kepada anak yang dikasihi dalam iman itu untuk berdoa bagi penguasa. Memang secara fungsional, penguasa duniawi dikehendaki Tuhan untuk melaksanakan perintah-Nya. Dalam melaksanakan pemerintahan atau kekuasaan mereka seharusnya berpedoman pada kebenaran dan keadilan Allah yang memeilihara kehidupan rakyatnya. Dalam pengertian yang demikian orang percaya dituntut untuk mendoakan para penguasa.

Doa dinaikkan bagi semua orang, termasuk mereka yang tidak Kristen. Kaisar waktu itu bukan orang Kristen, bahkan cenderung memusuhi gereja. Meskipun demikian Rasul Paulus menyatakan juga agar mereka didoakan.

Sewajarnya, lebih mudah bagi Rasul Paulus mengajak jemaat untuk mengutuk dan mengumpati tindakan sang penguasa saat itu dari pada mengajak jemaat untuk mendoakan mereka. Sebab tindakan para penguasa saat itu cenderung jahat dan berperilaku tidak adil. Bahkan tidak hanya dalam hal politis mereka melakukan tindak kejahatan, dalam kehidupan ekonomi bentuk-bentuk kecurangan terjadi. Bahkan dalam kehidupan agamawi, jemaat banyak disesatkan dengan berbagai ajaran yang lebih mengutamakan logika dan kepercayaan pada dongeng-dongeng.

Kemerosotan moral yang mengakibatkan ketidak-sejahteraan dan ketidak-tentraman hidup telah merambah dalam seluruh sendi kehidupan. Tindakan para pemimpin/penguasa yang cenderung korup dan tidak jujur dalam melaksanakan fungsinya sebagai penguasa duniawi menambah semakin parahnya kerusakan relasi dalam kehidupan masyarakat.

Page 30: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Jemaat yang terkasih, Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur yang diceritakan Yesus

dalam Injil Lukas di atas, hendak mengajar kepada kita untuk berpikir obyektif. Karena di balik kejahatan atau keburukan seseorang, tentu masih ada kemungkinan kebaikan yang dapat dijadikan contoh bagi kehidupan. Yesus memuji sang bendahara bukan karena ketidak-jujurannya dalam mengelola uang majikannya, tetapi karena kecerdikannya mencermati segala kemungkinan yang dapat terjadi di masa yang akan datang.

Cara berpikir dan bertindak obyektif kita kepada orang lain, bahkan orang yang sering kita pandang tidak layak untuk dihormati, dihargai sebagaimana umumnya, dapat membangun sikap doa yang positif dan tidak apriori. Doa sebagai suatu perintah yang menegaskan hubungan kena mengena kita dengan orang lain. Menjadi cara yang paling indah untuk mentaati perintah mengasihi orang lain seperti diri kita sendiri. Kasih yang alkitabiah tidak boleh diartikan sebagai perbuatan tukar-menukar yang timbal-balik atau sebagai transaksi dagang. Kasih yang sejati diberikan tanpa mengharap balasan. Dengan dasar ini, doa untuk para pemimpin yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan sikap hati yang benar merupakan pernyataan kasih yang agung. Tanpa pamer, tanpa pamrih. Sendiri atau bersama berdoa dan mengangkat nama-nama atau problem para pemipin/penguasa di hadapan hadirat Allah, dapat mendukung dan mengarahkan perbuatan kasih yang nyata dan mampu mengubah segala sesuatunya.

Bukan perkara mudah pada masa ini mengubah keserakahan, kejahatan dan ketidak-jujuran para pemimpin. Namun demikian bukan berarti tidak mungkin akan terjadi perubahan dalam kehidupan para pemimpin. Kekuatan doa dan upaya untuk berubah serta menyediakan diri untuk diubah memungkinkan karya Tuhan dalam Roh Kudus terjadi. Amin.

Rancangan Bacaan Alkitab: Berita Anugerah : Kolose 1: 13-14 Petunjuk Hidup Baru : II Petrus 2: 13-17 Nats Persembahan : II Korintus 8: 13-14

Rancangan Nyanyian Pujian: Nyanyian Pembuka : KJ. 60: 1,7 Nyanyian Penyesalan : KJ. 37a: 1, 2 Nyanyian Kesanggupan : KJ. 369a: 1,2 Nyanyian Persembahan : KJ.450: 1- dst. Nyanyian Penutup : KJ. 452:1,2, 5

Page 31: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Khotbah Jangkep Jawi Minggu, 19 September 2010 Minggu III

PANDONGA TUMRAP PARA PEMIMPIN

Waosan I: Amos 8: 4-7; Mazmur Tanggapan: Mazmur 113; Waosan II: I Timotius 2: 1-7; Waosan Injil: Injil Lukas 16: 1-13

Khotbah Jangkep Pasamuwan ingkang kinasih wonten ing patunggilanipun Gusti Yesus Kristus,

omisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali menetapkan tersangka terkait dugaan korupsi pejabat di salah satu instansi pemerintahan .........”

Makaten saperangan pawartos saking serat kabar ingkang saged ugi kita panggihi saben dinten ( pengkhotbah saged maosaken cuplikan serat kabar ingkang magepokan kaliyan pawarta bab korupsi ingkang dumados ).

Budi kethaha, kaculikan, watak boten jujur kados sampun dados pawartos padintenan ing satengahing masyarakat. Ananging emanipun, tumindak kados makaten punika boten namung katindakaken dening para tiyang ingkang boten nandhang kekirangan ing kabetahaning gesangipun, nanging malah katindakaken dening para tiyang ingkang saged kasebat pejabat, panguwaos utawi pemimpin bangsa.

Badhe tumuju dateng pundi bangsa punika? Badhe kabekta dhateng pundi purugipun masyarakat kita punika? Makaten raos panggresula saperangan ageng warga masyarakat kita ingkang rumaos dipun apusi dening para pemimpinipun.

Punapa inggih sampun samanten risakipun patraping para pemimpin/ panguwaos bangsa punika? Para pemimpin ingkang kedahipun dados tepa-palupi utawi panutanipun para warganing masyarakat malah kepara nyulikani rakyat kanthi sasekecanipun.

Ingkang nama sudaning bebuden sejatosipun sanes prakawisipun manungsa ing wekdal samangke kemawon. Kitab Amos nekseni bilih karana sudaning bebudenipun para pangarsaning bangsa Israel ingkang ndadosaken sekeling penggalihipun Allah ingkang krenteg paring pemut lan paring pidana dhateng para tiyang ingkang patrapipun awon wau. Mloroding bebuden wau

K

Page 32: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

saged katingal saking caranipun nenimbang lan netepaken tumindak ingkang asikep nindhes lan meres tiyang ingkang langkung ringkih. Kepara kadursilan karantam dening para pemimpin/panguwaos kangge kamuktenipun piyambak. Wewaton anggenipun mimpin tansah boten tumuju kangge ngupadi mangun karahayoning bebrayan, nanging malah kosok wangsulipun.

Watak serakah para pemimpin/panguwaos anjurung dateng tumindak korupsi lan damel nistha dinten-dinten ingkang kasucekaken Allah. Boten sakedhik para ingkang tumindak kejem lan culika dhateng sesaminipun. Boten namung para pemimpin politik kemawon ingkang remen nindhes, nanging ugi para sudagar ingkang kiprah ing babagan ekonomi, inggih para juragan lan sudagar ageng sami nglampahi culika kanthi ngginakaken traju ingkang boten samesthinipun.

Tumindak boten jujur ingkang kawungkus weweka ingkang limpad ndadosaken para paraganipun angel badhe karangket ing ukum. Kanthi makaten Gusti Allah nanggapi sikep kaculikanipun para tiyang punika sarana akarya pancasan lan sumpah boten badhe nyupekaken lan ngapunteni dosa lan kadursilanipun para pemimpin wau.

Pasamuwan ingkang kinasih, Punapa badhe kalampah wontenipun ewah-ewahan ing gesangipun para

pemimpin bangsa kita punika, ingkang saged marsudi gesanging para kawula tumuju dhateng katentreman lan karahayon?

Juru Mazmur ingkang nekseni kanthi kekidungan lan mratelakaken mahaluhuripun Allah ingkang boten saged ginayuh ing nalar, juru mazmur anggadhahi kapitadosan bilih Gusti Allah punika inggih Allah ingkang dipun tepangi, Allah ingkang Maha Luhur, nanging ugi pitados bilih Gusti Allah ingkang migatosaken dhateng umat kagunganipun ingkang ringkih lan katindhes. Wujuding kawigatosanipun kacetha bilih Allah nglawan dhateng tiyang ingkang remen nindhes sesaminipun. Kosok wangsulipun Gusti Allah badhe njejegaken tiyang ingkang asor lan mangsulaken para tiyang mlarat saking lendhuting kanisthan.

Pakaryan kawilujenganipun Allah kacetha bilih Panjenenganipun tansah badhe mangsulaken martabat kamanungsaning para tiyang ingkang karemehaken lan kaina. Allah boten ngersakaken manungsa sami nindhes, nanging Allah ngersakaken supados manungsa urmat-ingurmatan lan tampi tinampi kanthi tulusing manah kangge ngraosaken karahayon sesarengan.

Page 33: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Adhedasar kapitadosanipun juru mazmur, sampun samesthinipun para tiyang pitados kedah tansah mangun gesang ing patunggilanipun kaliyan Gusti, pandonga dados salah satunggaling sarana mujudaken gesang ingkang rumaket lan ajrih asih dhumateng Pangeran. Pramila tiyang pitados boten kepareng nglirwakaken pandonga. Pandonga punika inggih napasing gesang lan sarana kangge sumendhe ing pangajeng-ajeng tumrap para tiyang pitados dumateng Allah Sang Rama.

Minangka tiyang pitados, kita ugi gesang ing satengahing tetarungan. Para pitados ngadhepi sawernining tantangan lan pandadaran sarta ruwet rentenging gesang. Ing ngriki pandonga dados pusaka ingkang ampuh kangge ngadhepi samukawis prakawis lan netepaken pangajeng-ajeng. Pandonga saged ndhatengaken prakawis-prakawis ageng, ewah-ewahan salebeting gesang lan sakathahing bab ingkang nengsemaken. Nanging pandonga sanes kadosdene pirantinipun tukang sihir. Dayaning pandonga boten mapan wonten ing pandonganipun minangka sarana, ananging sikep kita dhumateng Gusti punika ingkang nemtokaken. Pramila pandonga boten kenging namung mujudaken upacara ingkang asipat tata lair lan adhapur pakulinan kemawon, ugi boten karana kapeksa. Pandonga punika prakawis gesang lan tantangan, pandonga ugi sanes nggadahi pangertosan kangge kabetahanipun piyambak, nanging kedah mratelakaken karahayon lan kawilujengan tumrap sedaya tiyang, amargi inggih punika ingkang kakersakaken dening Allah.

Wigatining seratipun Rasul Paulus ingkang kaparingaken dhateng Timotius anak rohani ingkang kinasih punika, supados ndedonga tumrap para panguwaos. Awit adeging para panguwaos kadonyan punika dipun kersakaken minangka sarana nindakaken dhawuhipun Gusti. Salebeting nindakaken paprentahan utawi panguwaosipun, para panguwaos punika kedahipun lelandhesan kaleresan lan keadilaning Allah ingkang ngrimati gesanging kawulanipun. Kanthi pangertosan makaten, tiyang pitados kaatag ndongakaken para panguwaos supados saged nindakaken kados ingkang dipun kersakaken Gusti.

Pandonga punika tumuju tumrap sedaya tiyang, kalebet tiyang sanes Kristen. Kaisar wekdal samanten sanes tiyang Kristen, malah mengsahi pasawuwan, nanging sinaosa makaten Rasul Paulus paring pangatag supados kadongakaken.

Limrahipun langkung gampil Rasul Paulus ngatag pasamuwan kangge nyupata lan memoyok dhateng pratingkahipun panguwaos kala samanten katimbang ngatag pasamuwan ndongakaken piyambakipun. Amargi

Page 34: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

tumindakipun para panguwaos kala samanten tansah katindakaken salebeting kadursilan lan boten adil, kepara boten namung ing babagan politik piyambakipun ugi nindakaken kaculikan ing babagan ekonomi kanthi kaculikan. Malah ing babagan agami, pasamuwan dipun sasaraken sarana ajaran-ajaran ingkang nengenaken pikir lan kapitadosan dumateng dongeng-dongeng.

Mloroding patrap gesang ingkang nebihaken katentreman lan karahayoning gesang, sampun sumrambah ing sedaya gesangipun rakyat. Tumindakipun para pemimpin/panguwaos lankung ngener dhateng watak culika lan boten jujur anggenipun nindakaken jejibahanipun minangka panguwaosing kadonyan sangsaya damel risakipun sesambetaning bebrayan ing satengahing masyarakat.

Pasamuwan ingkang kinasih, Pasemon bab juru-gedhong ingkang boten jujur, ingkang kacariyosaken

Gusti Yesus ing Injil Lukas kala wau, paring piwulang dhumateng kita sedaya sageda nggadhahi pemanggih ingkang trep kaliyan kasunyatan. Sanadyan kadursilan ingkang nelakaken sipat budi candhala ing satunggaling tiyang, temtu taksih wonten gempilaning kasaenan ing tiyang wau, ingkang kaagem dening Gusti (ing waosan wau) kangge memulang tumrap gesanging manungsa. Gusti Yesus paring pangalembana dhateng juru-gedhong boten karana sipatipun ingkang boten jujur anggenipun mranata arta bendaranipun, nanging karana limpadipun nanggulangi bab-bab ingkang bok menawi badhe dumados ing tembe.

Olah pikir lan tumindak kita ingkang prayogi dhateng tiyang sanes, punapa malih dhumateng tiyang ingkang kita wawas boten pantes kinurmatan, dipun aosi sapantesipun, saged mangun sikep pandonga ingkang prayogi lan boten kebak ing raos sanggarunggi. Pandonga minangka dhawuh ingkang negesaken sesambetaning bebrayan kita dumateng tiyang sanes, tuwin dados satunggaling sarana ingkang endah kangge ngemban dhawuh nresnani tiyang sanes kadosdene dhateng gesang kita pribadi. Katresnan ingkang jumbuh kaliyan pangandikaning Kitab Suci boten kepareng dipun tegesaken kadosdene tumindak dol-tinuku kados limrahipun tiyang sesadeyan. Katresnan ingkang sejatos kaedumaken kanthi tulusing manah tanpa ngajengaken piwales. Kanthi landhesan punika, pandonga tumrap para pemimpin utawi panguwaos ingkang katindakaken kanthi tumemen lan sikeping manah ingkang leres mratelakaken cihnaning katresnan ingkang agung. Tanpa pamer, tanpa pamrih, kanthi piyambakan utawi sersarengan ndedonga lan ngunjukaken asmanipun tuwin

Page 35: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

sadaya ruwet rentenging gesangipun para pemimpin/panguwaos, dhateng ing ngarsanipun Allah, saged njurungi lan ngeneraken dhateng tumindaking katresnan ingkang nyata lan ndhatengaken ewah-ewahan tumuju kasaenan.

Pancen sanes prakawis ingkang gampil wekdal punika ngewahi keserakahan, kadursilan, lan sirnaning kejujuranipun para pemimpin, nanging sinaosa makaten boten ateges boten saged kalampahan ewah-ewahan wonten ing gesanging para pemimpin. Kekiyataning pandonga lan pambudidaya tumuju dhateng ewah-ewahan, sarta anggenipun purun dipun dandosi, nyagedaken pakaryaning Gusti ing Roh Suci badhe kalampahan. Amin.

Rancangan Waosan Kitab Suci: Pawartos Sih Rahmat : Kolose 1: 13-14 Pitedah Gesang Anyar : 1 Petrus 2: 13-17 Pangatag Pisungsung : 2 Korintus 8: 13-14

Rancangan Kidung Pamuji: Kidung Pambuka : KPK BMGJ 1: 1,3 Kidung Panelangsa : KPK BMGJ 52: 1-3 Kidung Kesanggeman : KPK BMGJ 71: 1,2 Kidung Pisungsung : KPK BMGJ.188:1-4 Kidung Panutup : KPK BMGJ 168: 1,2

Page 36: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Khotbah Jangkep Minggu, 26 September 2010 Minggu IV

BERJUANG BERSAMA PEMIMPIN

Bacaan I: Amos 6:1a, 4-7; Mazmur Tanggapan: Mazmur146; Bacaan II: I Timotius 6:6-19; Bacaan III: Injil Lukas 16:19-31

Tujuan: Jemaat mampu hidup saling mendukung dengan setiap pemimpin, dengan

keteguhan iman yang tulus.

Dasar Pemikiran Untuk menuju sebuah harapan, pemimpin menjadi tumpuan untuk

mengarahkan. Perjalanan bisa terarah jelas dalam satu komando pemimpin yang jelas. Tetapi bagaimana ketika pemimpin ternyata tidak seperti yang diharapkan? Kondisi ini menyebabkan perjalanan menuju harapan mengalami kegelisahan. Gelisah oleh pertanyaan, mungkinkah akan bisa mencapai tujuan yang dituju bila pemimpinnya bermasalah? Bisa jadi dalam kegelisahan tersebut mengakibatkan munculnya rasa tidak suka. Padahal dengan munculnya perasaan seperti ini arahan kehidupan sebuah kelompok menjadi tidak sehat. Kelompok harus bisa mengupayakan kejernihan berpikir bahwa perjalanan ke arah harapan bersama jangan sampai dikalahkan hanya karena rasa tidak suka. Kalau sudah demikian kemungkinan besar kelompok ingin mengganti pemimpinnya. Mencari pemimpin yang sejalan dengan pemikiran mereka.

Di sini hakekat kerja bersama untuk mencapai tujuan bersama perlu dibangun atau diingatkan kembali. Perjalanan untuk menuju harapan yang sama tidak bisa terselesaikan hanya dengan mengganti pemimpin dengan yang baru, tetapi berusaha untuk mengembalikan suasana bekerja sama yang baik. Proses ini perlu disadari sebagai upaya bersama untuk selalu menggali ketidaktahuan dari kondisi keduanya. Baik dalam diri pemimpin itu yang harus dilakukan oleh kelompok tersebut, dan di sisi yang lain pemimpin itu sendiri, supaya bisa mencari celah yang jelas sesuai dengan konteks kehidupan kelompoknya. Proses ini tidak bisa berhenti hanya dalam pertemuan pertama, atau hanya dalam perkenalan saja ketika saling mengikat perjanjian sebagai pemimpin dan yang dipimpin. Proses itu harus terus berjalan bersama dengan kerja-sama yang terus dibangun untuk mencapai tujuan bersama tadi. Untuk

Page 37: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

itu dibutuhkan ketulusan hati dalam rangka saling mengenal dan saling mengingatkan. Melalui bangunan hati yang teguh dalam ketulusan tersebut niscaya kelompok akan berhasil menuju harapannya bersama dengan pemimpinnya.

Tafsiran: Amos 6:1a, 4-7

Perikop ini diawali dengan kata “celaka” yang ditujukan kepada orang-orang yang merasa aman di Sion dan di gunung-gunung Samaria. Mereka yang berada di Sion dan di gunung-gunung Samaria adalah para pemuka yang diharapkan selalu dekat dengan kehendak Tuhan. Lalu kenapa justru mereka disumpahi dengan kata celaka? Jawabnya adalah karena mereka tidak memperhatikan kehidupan orang-orang Israel. Secara khusus disebutkan dalam kehidupan dari keturunan Yusuf. Hal yang menarik dalam perikop ini adalah keberanian Amos untuk melontarkan nubuatnya. Nubuatan ini diungkapkan dengan kebersihan niat dari segala kepentingan pribadinya. Hal ini semakin diperjelas dengan ayat 7 yang mengatakan; Sebab itu sekarang, mereka akan pergi sebagai orang buangan di kepala barisan. Dengan mengatakan “sebab itu sekarang, mereka akan” menjadikan ayat ini sebagai ajakan supaya mereka bersiap-siap menghadapi petaka yang akan dialami bangsa Israel secara keseluruhan. Dan sekalipun buangan, mereka tetap diharapkan untuk berjuang menuju kepada harapan bangsa yang sama.

Mazmur146

Mazmur ini mengingatkan supaya kehidupan manusia jangan tergantung kepada para bangsawan karena keputusan mereka hanya bersifat sementara. Manusia diingatkan supaya senantiasa hidup dengan kehendak dari Tuhan saja. Tuhanlah yang menciptakan segalanya dan mencukupi segala kebutuhan manusia. Keputusan-Nya bersifat kekal. Pimpinan Tuhan pun bersifat kekal apabila manusia mau menuruti kehendak Tuhan. I Timotius 6:6-19

Paulus memberikan pengajarannya kepada Timotius untuk membangun hidup yang teguh dalam ketulusan hidup kepada Tuhan. Dalam bangunan pengajarannya, Paulus mengingatkan bahwa kehidupan manusia sering mengalami godaan yang kuat dari kekayaan. Secara khusus dikatakan godaan kekayaan itu sebagai cinta uang. Dijelaskan ketika orang mengalami cinta uang,

Page 38: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

kehidupannya akan mengalami kedukaan yang menyiksa dirinya. Karena kalau belum memiliki akan merasa tersiksa. Untuk itu Paulus menyarankan untuk membentengi semua godaan tadi dengan membangun sikap ibadah yang benar. Dalam sikap ibadah yang benar orang akan memahami yang terutama dalam kehidupannya. Hanya Tuhan yang menjadi tujuan hidup. Dengan mengarahkan diri murni kepada Tuhan, maka manusia akan memiliki keteguhan ketulusan hidup. Hanya satu hal yang menjadi pokok kehidupannya.

Ketika manusia telah memiliki keteguhan sikap hidup dalam ketulusan, apapun yang dilakukan akan dilandasi dengan ketulusan. Orang yang demikian tidak akan mudah digoyahkan dengan kekayaan, bahkan akan mampu memberikan peringatan yang tidak bertendensi untuk meraup keuntungan pribadi. Dengan bekal ini Timotius dapat memperingatkan orang kaya supaya tidak terbelenggu dengan kekayaannya. Paulus yakin kalau Timotius telah berhasil membangun sikap ibadah yang tepat maka dirinya dimampukan untuk memberikan peringatan yang tulus. Injil Lukas 16:19-31

Bacaan ini memperlihatkan perumpamaan penyesalan yang telah terlambat dari seorang kaya. Orang kaya ini baru menyesal ketika sudah mati. Kekayaan yang dimiliki ternyata tidak bisa menolongnya. Setelah mati dia merasakan kesengsaraan di alam maut. Bahkan ketika dia memohon kepada Tuhan supaya pengemis Lazarus mencelupkan kakinya ke dalam air untuk memberikan kesejukan padanya pun tidak bisa. Inilah gambaran kehidupan yang mengandalkan kekayaan yang akhirnya harus mengalami kesengsaraan kekal. Namun sekalipun dia merasakan keterlambatan, orang kaya ini mempunyai harapan yang baik, yaitu supaya saudara-saudaranya jangan sampai mengalami hal yang sama seperti dirinya. Dia berharap supaya Tuhan berkenan memperingatkan saudara-saudarnya supaya jangan bertindak seperti dirinya.

Dialog menarik tentang permohonan untuk memberi peringatan ini ditutup dengan kata-kata Abraham tentang pentingnya mendengarkan karya Tuhan pada setiap orang yang dipakai Tuhan. Kalau kepada orang-orang yang telah menjadi pemberita kehendak Tuhan saja mereka tidak percaya, apalagi peringatan dari kenyataan yang sulit diterima akal manuasia, yaitu melalui orang yang bangkit dari kematian. Melalui dialog ini setiap orang diajak untuk jeli melihat karya Tuhan. Kejelian tersebut bisa terwujud dengan memperhatikan setiap karya Tuhan sekecil apapun itu sebagai peringatan bagi hidup manusia.

Benang Merah Tafsiran

Page 39: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Memberikan perhatian untuk mengingatkan dengan ketulusan terhadap orang-orang penting dalam kehidupan masyarakat perlu dilandasi dengan semangat memandang Tuhan yang Tunggal; Tuhan sebagai satu-satunya sumber kekuatan, Tuhan sebagai satu-satunya pribadi yang dijunjung tinggi dalam kehidupan. Untuk itu Timotius diantar oleh Paulus untuk mengupayakan hidup yang senantiasa membangun ibadah yang disertai dengan rasa cukup atas karunia Tuhan. Melalui bangunan hidup ibadah orang dituntun untuk mengenal satu hakekat yang menjadi tujuan hidupnya yaitu Tuhan. Melalui kekuatan ini manusia bisa saling menopang kehidupan orang lain, sekalipun orang tersebut adalah orang yang tidak kita sukai. Tetapi dengan kejernihan hati seperti Amos, semangat saling menguatkan dengan mengingatkan menjadi motor penggerak menuju kehidupan bersama yang lebih baik di dalam Tuhan.

Khotbah Jangkep: dak jelas apa maunya, kita ini mau dibawa kemana?” “Dengan caranya memimpin seperti itu sebentar lagi semuanya pasti hancur.”

Sering kita mendengar kata-kata tadi ketika melihat sosok pemimpin yang tidak becus bekerja atau bahkan mungkin kita sendiri akan mengatakan hal itu, ketika melihat pemimpin yang asal-asalan bekerja dan pemimpin yang seringkali malah menjadikan yang dipimpin bingung. Memang lebih mudah untuk mengatakan hal tadi, mempertanyakan dengan nada kemarahan yang tinggi, atau bertanya dengan nada sinis menyindir pemimpin yang tidak tepat menempatkan diri dalam bekerja. Apalagi ketika kita sudah merasa memberikan banyak untuk membekali pemimpin tadi. Kita akan merasa bahwa semua sudah kita cukupi, tetapi kenapa kinerja yang dilakukan hanya seperti itu.

Jemaat yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus, Pemimpin berbeda dengan penguasa. Pemimpin hidupnya dipakai untuk

memimpin dan bukan untuk menguasai. Maksudnya pengambilan keputusan dengan cara yang berbeda. Pemimpin mengambil keputusan dengan mengambil pertimbangan dari yang dipimpin, jadi keputusan dibuat untuk mendukung kebutuhan dari yang dipimpin. Di sisi lain, pengambilan keputusan penguasa ada pada diri mereka sendiri dan kemungkinan besar menguntungkan dirinya sendiri. Yang dikuasai tidak berhak untuk ikut andil mengambil keputusan. Nampak jelas perbedaan antara pemimpin dan penguasa. Tampak bahwa pemimpin tidak bisa lepas dari orang di sekitarnya. Pemimpin butuh pertimbangan supaya langkah perjalanan kelompok yang dipimpinnya bisa berjalan dengan baik sesuai dengan

N

Page 40: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

harapan dan kebutuhan kelompok itu. Pemimpin tidak bisa hidup sendiri. Pemimpin butuh orang lain. Namun apa yang terjadi ketika pemimpin goyah? Apa yang terjadi ketika pemimpin tidak bisa menjalankan kepemimpinannya dengan baik? Lebih banyak yang akan membuat kasak-kusuk tentang pemimpin. Atau kalau yang mau terang-terangan akan menuding pemimpin dan mengatakan ketidak-mampuannya untuk memimpin. Kita lebih cenderung ingin menyalahkan mereka. Kasihan, kan, tentunya? Sudah salah masih dibodoh-bodohkan. Bukankah pemimpin juga manusia. Pemimpin juga bisa salah. Sudah salah malah didorong untuk masuk ke dalam jurang kesalahan yang lain. Bisa terjadi lho mereka yang sudah salah, kemudian masuk ke dalam jurang kesalahan yang lain. Sudah mengakui bersalah, tetapi karena cara yang kurang tepat menanggapi tudingan terhadap dirinya, menjadikannya emosi dan justru semakin mengeraskan hati.

Jemaat yang dikasihi Tuhan, Mari bersama-sama kita perhatikan hal ini. Bagaimana pun kondisinya,

pemimpin yang kepemimpinannya baik tidak terjadi dengan begitu saja. Kepemimpinan yang baik bisa terwujud apabila ada kerja sama yang baik dari pemimpin dan yang dipimpin. Tentu saja dengan dasar bangunan berpikir yang senantiasa mau bekerja sama dan tidak mudah menyalahkan. Semua bisa saling mendukung. Ketika ada yang salah dengan segera diingatkan supaya segera pulih kinerjanya. Mengingatkan....., sebuah pekerjaan yang tidak mudah. Apalagi mengingatkan orang yang mungkin secara prinsip tidak benar di mata kita. Butuh ketrampilan khusus untuk menyatakan peringatan ini. Amos dalam bacaan pertama membantu kita untuk melihat ketulusan hati dalam memperingatkan para pemimpinnya. Hal yang menjadi kekuatan dalam peringatan yang disampaikan oleh Amos adalah kebersihan hatinya yang bertindak dengan tulus dan tidak mudah digoyahkan. Dengan sikap yang demikian, seorang pemimpin pun akan merasakan bahwa Amos berbicara benar bagi dirinya, dan sudah seharusnya di dengarkan.

Apa buktinya kalau Amos tulus? Buktinya adalah, Amos tidak berbicara tentang dirinya sendiri. Amos tidak sedang memperjuangkan kepentingannya sendiri. Amos sedang memperjuangkan kepentingan bangsanya. Hal ini bisa dilihat ketika Amos menyebutkan beberapa tokoh besar seperti Daud dan Yusuf. Ungkapan ini hendak mengingatkan bahwa kehidupan para pemimpin sebaiknya mengingat perjuangan kehidupan yang pernah dilakukan oleh para pendahulu. Sekalipun keras, ungkapan yang disampaikan oleh Amos ini berupa peringatan dan ajakan supaya segera mempersiapkan diri. Melihat dari penggunaan bahasa waktu, ”sebab itu sekarang,” pada ayat 7, hendak menunjukkan bahwa nubuatan ini sudah

Page 41: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

tidak bisa ditolak. Ketidakbenaran pemimpin menuntut semua untuk bersiap pada saat “sekarang”. Bukan dikatakan nanti atau yang akan datang, tetapi sekarang ini. Dalam ayat ini juga, para pemimpin yang sudah mendapatkan cap tidak baik tetap ditempatkan sebagai yang terkemuka. Mereka akan tetap memimpin sekalipun ada dalam pembuangan. Untuk itu mereka semua, seluruh bangsa supaya bisa saling mendukung untuk mengalami kebebasan bersama nantinya.

Bagaimana bisa membangun ketulusan niat dan keteguhan niat seperti Amos? Supaya ketika kita melihat pemimpin, kita berani mengingatkan, tetapi dengan modal ketulusan hati dan keteguhan hati yang tidak mudah terombang-ambingkan. Rasul Paulus memberikan resepnya kepada Timotius. Resep yang diberikan dimulai dengan mengingatkan bahwa godaan manusia yang terbesar adalah kekayaan. Rasul Paulus memperjelas godaan untuk kaya dengan menggunakan istilah “cinta uang.” Untuk melawan godaan, Timotius diingatkan untuk menempatkan diri membangun sikap ibadah dalam kehidupannya. Kenapa sikap ibadah yang dipilih dipakai untuk mengalahkan godaan? Karena dalam sikap ibadah manusia dituntun untuk menetapkan tujuan hatinya yang paling utama. Tidak mungkin orang akan melakukan ibadah dengan baik kalau hatinya bercabang kemana-mana. Hatinya hanya mengarah pada satu hal, hanya pada Tuhan. Dengan pemahaman sikap ibadah tersebut Timotius diajar untuk mengarahkan hidup hanya kepada Tuhan. Supaya melihat Tuhan saja yang terpenting dalam kehidupannya. Jadi kekayaan adalah yang nomor ke sekian di bawah pentingnya Tuhan bagi kehidupannya. Dengan demikian Timotius menjadi teguh keyakinannya dan akan melakukan apapun dengan tulus karena semua yang dilakukan dalam hidupnya adalah ibadah kepada Tuhan. Bukan ibadah kepada kekayaan, uang, atau yang lainnya. Hanya kepada Tuhan.

Dasar keteguhan sikap hidup dalam ketulusan seperti ini yang seharusnya dikembangkan dalam kehidupan bersama. Sehingga ketika ada kesalahan yang dilakukan oleh pemimpin, peringatan yang diberikan akan bernada saling memulihkan, bukan bernada saling menjatuhkan. Dengan meyakini bahwa dalam diri pemimpin yang terburuk sekalipun pasti memiliki niat untuk menjadi baik, tentunya niatan saling mengingatkan menjadi potensi pemulihan yang penting. Dalam bacaan Injil Lukas kita diajak memahami kehidupan orang yang buruk perilakunya. Dalam perilaku yang buruk itu ternyata dia masih memiliki harapan yang baik, bahkan minta supaya saudara-saudaranya diingatkan. Jangan sampai apa yang telah terjadi pada dirinya terulang pada saudara-saudaranya. Harapan yang baik tersebut merupakan cerminan kehidupan manusia yang sekalipun buruk, atau jahat, tetapi dalam hatinya pasti ada kebaikan. Dalam kehidupannya selalu

Page 42: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

mengharapkan kebaikan terjadi. Bukankah hal ini merupakan pertanda yang baik? Dalam diri setiap manusia ternyata memiliki benih harapan yang baik. Tentunya kita yang senantiasa disadarkan akan hal ini, sebaiknya menyemaikan benih yang baik tadi. Harapan sekecil apapun sebaiknya diterima untuk mengalami pemulihan bersama. Jadi bukan sekedar mangganti pemimpin yang tidak becus, tetapi saling menopang untuk bersama menjadi baik. Dan kebaikan itu nantinya menjadi milik bersama. Yang tadinya dianggap tidak becus malah justru akan menjadi pendorong yang luar biasa, karena merasa bahwa dia yang pernah bersalah ternyata boleh tetap bersama, dan bekerja bersama.

Jemaat Tuhan yang terkasih, Melalui firman Tuhan pada saat ini kita dibimbing untuk memberikan

dukungan kepada setiap pemimpin kita. Dalam rangka memberikan dukungan itu kita diajak untuk melatih niat yang tulus dalam keteguhan. Niat yang memandang bahwa segala yang kita sokongkan dalam pekerjaan bersama dengan setiap pemimpin kita merupakan ucap syukur hidup kita kepada Tuhan. Sehingga ketika semuanya menjadi baik, akhirnya menjadi ibadah yang sesungguhnya kepada Tuhan. Seperti Sang Kristus yang mau menerima manusia yang berdosa. Malah manusia diberi kesempatan bekerja dalam pelayanan. Ini merupakan gambar penerimaan kita terhadap orang yang tidak baik. Dengan bangunan hidup mengarah pada hidup bersama yang baik, semua menjadi sarana menjadikan pulihnya citra Tuhan. Karena pada akhirnya semua saling mendukung untuk meraih berkat Tuhan dalam damai sejahteraNya. Amin.

Rancangan Bacaan Alkitab: Berita Anugerah : Roma 15:5-7 Petunjuk Hidup Baru : Ibrani 13:17 Persembahan : Mazmur 4:5

Rancangan Nyanyian Ibadah: Nyanyian Pembukaan : KJ 18:1,2 Nyanyian Pengakuan : KJ 28:1, 4, 5 Nyanyian Kesanggupan : KJ 400:1,3 Nyanyian Persembahan : KJ 161:1, 2, 3 Nyanyian Penutup : KJ 370:1, 2

Page 43: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Khotbah Jangkep Jawi Minggu, 26 September 2010 Minggu IV

MAKARYA SESARENGAN KALIYAN PEMIMPIN

Waosan I: Amos 6:1a, 4-7 ; Mazmur Tanggapan: Jabur146; Waosan II: I Timotius 6:6-19; Waosan III: Injil Lukas 16:19-31

Tujuan: Supados pasamuwan saged makarya sesarengan kaliyan pemimpin kanthi

iman kapitadosan ingkang bakuh lan tulus.

Khotbah Jangkep:

oten cetha punapa pikajengipun, kita punika badhe dipun bekta dhateng pundi?” “Kanthi cara mimpin ingkang kados mekaten mesthi sedaya bakalan bubrah.”

Asring kita mireng ukara-ukara wau nalika wonten pemimpin ingkang boten becus nyambut damel. Utawi malah kita piyambak ingkang ngucapaken ukara punika. Nalika nyumerepi pemimpin ingkang tanpa wewaton anggenipun nyambut damel, lan pemimpin ingkang asring ndadosaken kita bingung. Pancen langkung gampil ngucapaken ukara wau, pitaken kanthi ukara ingkang kinemulan ing nepsu, utawi menawi boten kanthi pedhes, nyindhir pemimpin ingkang boten trep mapanaken dhiri ing papaning ayahanipun. Punapa malih nalika kita sampun rumaos nyumbang kathah kangge nyangoni pemimpin wau. Kita saged rumaos, sampun dipun cekapi, nanging kenging punapa asil pakaryanipun namung kados mekaten.

Pasamuwan ingkang dipun tresnani Gusti, Pemimpin beda kaliyan panguwaos. Pemimpin gesangipun dipun

ginakaken kangge mimpin sanes nguwaosi. Tegesipun, putusan ingkang dipun damel caranipun ugi beda. Pemimpin damel putusan kanthi nyuwun pamanggih saking ingkang dipun pimpin. Dados putusaning rembag katetepaken kangge nyekapi kabetahaning ingkang kapimpin. Dene putusaning panguwaos, wonten ing dhirinipun piyambak lan isining putusan padatanipun namung nguntungaken panguwaos kemawon. Ingkang dipun kuwaosi boten

B

Page 44: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

gadhah wenang kangge tumut mutusaken rembag. Cetha sanget bedanipun pemimpin lan panguwaos. Pemimpin boten saged luwar saking tiyang-tiyang ing sakiwa tengenipun. Pemimpin mbetahaken pamanggihipun tiyang sanes supados lampahing pakempalan saged lumampah kados ingkang dipun kajengaken pakempalan punika. Pemimpin boten saged gesang piyambak. Pemimpin betahaken tiyang sanes. Nanging punapa ingkang kalampahan nalika pemimpin miyar-miyur? Punapa ingkang badhe dumados nalika pemimpin boten saged ngayahi pakaryanipun kanthi sae? Kathah-kathahipun kita lajeng ngraosi pemimpin kita. Utawi menawi boten tedheng aling-aling, nuding pemimpin lan njlentrehaken kekiranganipun. Kita langkung asring kepingin nglepataken. Mesakaken temtunipun? Sampun kaanggep lepat, taksih dipun anggep bodho. Pemimpin punika rak manungsa ugi ta? Pemimpin saged lepat. Sampun lepat malah dipun surung mlebet dhateng jurang kalepatan sanesipun. Saged kedugi mekaten lho para sedherek, sampun lepat lajeng mlebet dhateng juranging kalepatan ingkang sanes. Sampun nglenggana yen lepat, nanging karana saking cara ingkang kirang trep anggenipun nanggapi tudingan, andadosaken piyambakipun nepsu, lan malah mangkotaken manah.

Pasamuwan ingkang kinasih, Mangga kita gatosaken, punapa kemawon kawontenanipun, pemimpin

ingkang anggenipun mimpin wau kanthi cara ingkang sae, boten lajeng mekaten kemawon dumados. Cara mimpin ingkang sae saged katindakaken menawi sami dene purun nyengkuyung ing antawisipun pemimpin kaliyan ingkang dipun pimpin. Temtu kanthi nggerba pamanggih ingkang tansah purun makarya sesarengan lan boten gampil nglepataken. Sadaya saged sami mitulungi nalika wonten ingkang lepat, enggal ngengetaken supados tumindaking pakaryan enggal pulih. Ngengetaken...., setunggaling ayahan ingkang boten gampil. Punapa malih ingkang dipun engetaken punika tiyang ingkang boten sae tumindakipun. Ambetahaken kaprigelan mirunggan kangge mratelakaken pemut punika. Amos ing waosan sepisanan, mbiyantu kita kangge ningali tulusing manah nalika ngemutaken pemimpin. Bab ingkang dados kekiyatanipun Amos jalaran manah ingkang resik nalika ngemutaken, kanthi burus lan bakuh ing pemanggih. Kanthi patrap ingkang kados mekaten, pemimpin badhe nanggapi bilih Amos nyaruwe kanthi leres lan sampun samesthinipun dipun pirengaken.

Punapa buktinipun menawi Amos burus manahipun? Buktinipun, Amos boten nguningakaken bab dhirinipun piyambak. Amos boten saweg

Page 45: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

ngrumiyinaken kepentinganipun piyambak. Amos saweg ngrumiyinaken kabetahaning bangsanipun. Bab punika saged dipun tingali nalika nyebataken asmanipun Dawud lan Yusuf. Kanthi nyebataken kekalihipun, Amos ngemutaken supados jejering pemimpin kedah ngengetana lara-lapaning pemimpin ingkang saderengipun. Pancen punapa ingkang dipun ngendikakaken Amos keras, nanging sejatosipun pemut punika minangka pambereg supados nyawisaken dhiri. Nggatosaken tembung, “mulane saiki” ing ayat 7, punika nedahaken bilih pangandika punika saestu badhe kalampahan. Patraping pemimpin ingkang lepat ndadosaken sedaya ing wekdal punika, ”saiki” kedah siyaga. Boten dipun telakaken kangge mangke, utawi ingkang badhe dhateng, nanging sapunika. Ing ayat punika, para pemimpin ingkang sampun kawawas boten sae tetep kapapanaken minangka pangarsa. Sedaya pemimpin punika tetep kasuwun supados tetep mimpin sinaosa wontening pambuwangan. Awit saking punika sedaya warganing bangsa, kasuwun supados sami nyengkuyung setunggal lan setunggalipun, supados saged ngraosaken pangluwaran ing tembenipun.

Kados pundi saged mbangun niat ingkang burus lan bakuh kados Amos, supados nalika nyumerepi pemimpin ingkang lepat kita wantun ngemutaken, nanging tetep kanthi niat ingkang burus? Rasul Paul paring pitedah dhateng Timotius bab caranipun ngengetaken. Pitedah ingkang dipun paringaken kawiwitan kanthi nyumerepaken perkawis ingkang asring dados panggodha ingkang paling kiyat. Panggodha punika kasugihan. Rasul Paul nandhesaken bab panggodha kepingin sugih kanthi ngginakaken tembung “karem arta.” Kangge ngadhepi panggodha, Timotius dipun emutaken supados ambangun patrap ngibadah ing gesangipun. Kenging punapa patrap ngibadah ingkang dipun ginakaken kangge ngawonaken panggodha? Awit ing patrapaning ngibadah manungsa katuntun netepi enering manah ingkang utami. Manungsa pangabektinipun boten badhe pinanggih leres menawi manahipun nyawang dhateng papan-pan sanes temtunipun. Manahipun kedah namung ngener dhateng sinten ingkang kacaosan pangabekti, namung Gusti Allah kemawon. Kanthi makaten Timotius kawulang supados ngeneraken gesangipun dhateng Gusti Allah kemawon. Supados namung ningali Gusti Allah ingkang wigati ing gesangipun. Dados wigatining kasugihan punika badhe mapan ing urudan ingkang kantun sasampunipun Gusti Allah. Kanthi mekaten Timotius dados bakuh ing kapitadosan, lan nindakaken punapa kemawon kanthi tulus, awit sedaya katindakaken minangka pangabekti konjuk dhumateng Gusti Allah.

Page 46: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

Sanes pangibadah ingkang ngener dhateng kasugihan, dhateng arta utawi sanesipun. Namung dhumateng Gusti Allah kemawon.

Dhasaring patrap gesang ingkang bakuh punika kedah kaudi ing gesang bebrayan. Satemah nalika wonten pemimpin ingkang lepat, pepenget ingkang dipun uningakaken kinanthenan raosing manah badhe andadosi. Sanes raosing manah ingkang badhe ndhawahaken. Kanthi pitados bilih ing kapribadenipun pemimpin ingkang samangke ketingalipun awon, temtu gadhah niat kangge dados sae, temtu sedyaning manah kepingin samidene ngengetaken, dados pakiyatan ingkang wigati. Ing waosan Injil kita dipun bereg nggatosaken dhateng satunggaling tiyang ingkang patrapanipun awon. Salebeting patrap ingkang awon punika, pranyata piyambakipun nggadhahi pepinginan ingkang prayogi, malah adreng nyuwun supados sadherek-sadherekipun kaemutaken. Sampun ngantos punapa ingkang sampun nate dipun tindakaken, kalampah ugi ing gesanging para sadherekipun wau. Pikajengan ingkang sae kala wau, mracihnani bab kadospundia kemawon manungsa punika awon, nanging ing salebeting manahipun mesthi wonten perangan ingkang prayogi lan sae. Ing gesangipun tansah ngajeng-ajeng kasaenan sageda kalampahan. Punapa punika sanes pratandha ingkang sae? Ing gesanging manungsa kanyata gadhah winih gegadhangan ingkang sae. Kanthi punika kita dipun emutaken bilih prayogi kita nyebar winih ingkang sae. Sanadyan pangajeng-ajeng punika namung alit prayoginipun katampia murih kalampahaning kawontenan ingkang sae kawangsulaken malih. Dados boten namung kanthi nggantos pemimpin ingkang boten becus, nanging sami dene mitulungi murih sedaya dados sae. Satemah sadaya bab ingkang prayogi lan sae dados gadhahn kita sadaya. Ingkang suwau kaanggep boten becus malah saged dados panjurung ingkang ngedab-edabi, awit piyambakipun rumaos ingkang suwaunipun kaanggep awon utawi lepat, dene kaparingan wewengan saged tetep sesarengan, lan makarya sesarengan.

Pasamuwan ingkang dipun tresnani Gusti, Lumantar pangandikanipun Gusti wekdal samangke, kita sami kabereg

suka panyengkuyung dhateng para pemimpin kita. Ing salebeting panyengkuyung kita, kaatag supados nggladhi amangun sedyaning manah ingkang tulus. Niat ingkang kadhasaraken bilih sedaya ingkang kita aturaken ing pakaryan sesarengan dhateng sedaya pemimpin punika, minangka pangucap sokur kita dhateng Gusti. Satemah nalika sadaya dados sae, punika mujudaken pangabekti ingkang lugunipun namung dhateng Gusti Allah. Kados Sang Kritsus ingkang kersa nampi manungsa ingkang dosa. Malah manungsa

Page 47: 11 Khotbah Jangkep September 2010

Khotbah Jangkep September & Oktober 2010

kaparingan timbalan leladi, punika sageda dados gegambaran panampining gesang kita dhateng tiyang ingkang kaanggep boten sae. Supados kanthi wewangunaning gesang ingkang kepingin ngener dhateng gesang sae, sedaya saged adamel pulihing citranipun Gusti. Awit sadaya saged suka panyengkuyung kangge ngarah berkahipun Gusti salebeting tentrem rahayunipun. Amin

Rancangan Waosan Kitab Suci: Pawartos Sih Rahmat : Rum 15:5-7 Pitedah Gesang Anyar : Ibrani 13:17 Pangatag Pisungsung : Jabur 4:5

Rancangan Kidung Pamuji: Kidung Pambuka : KPK 5 : 1,2 Kidung Panelangsa : KPK 53: 1,2, 4 Kidung Kesanggeman : KPK 78: 1,2 Kidung Pisungsung : KPK 33:1-sckp Kidung Panutup : KPK 127:1,3