11 bab iirepository.ump.ac.id/3947/3/andi subandi bab ii.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul...

27
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian tentang implikatur tentu sudah pernah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Namun objek kajian dan fokus pembahasan yang digunakan berbeda dengan yang digunakan penulis. Pada penelitian ini mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan Simatupang” sebagai kajiannya. Sedangkan penelitian terdahulu membahas tentang “Analisis Implikatur pada Tuturan Kata Bijak Mario Teguh dalam Acara Talk Show Mario Teguh Golden Ways di Metro TV” dan “Kajian Implikatur pada Tuturan Penyiar di Radio Paduka 100,6 FM Purwokertoberikut penjelasan lengkapnya. 1. Penelitian dengan Judul Analisis Implikatur pada Tuturan Kata Bijak Mario Teguh dalam Acara Talk Show Mario Teguh Golden Ways di Metro TV Januari 2015 oleh Albina Nur Aeni Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk implikatur yang terkandung pada tuturan kata bijak Mario Teguh di dalam acara Talk Show Mario Teguh Golden Ways. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa tuturan kata bijak Mario Teguh sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah tuturan Mario Teguh dalam acara Talk Show Mario Teguh Golden Ways di Metro TV pada tanggal 4, 11, 18, dan 25 Januari 2015. Pengumpulan data mengguanakan metode simak yang menerapkan teknik dasar berupa teknik sadap dan dilanjutkan dengan teknik Simak Bebas Libat Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Upload: trinhnhi

Post on 10-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

11

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang implikatur tentu sudah pernah dilakukan pada

penelitian sebelumnya. Namun objek kajian dan fokus pembahasan yang

digunakan berbeda dengan yang digunakan penulis. Pada penelitian ini

mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan

Simatupang” sebagai kajiannya. Sedangkan penelitian terdahulu membahas

tentang “Analisis Implikatur pada Tuturan Kata Bijak Mario Teguh dalam

Acara Talk Show Mario Teguh Golden Ways di Metro TV” dan “Kajian

Implikatur pada Tuturan Penyiar di Radio Paduka 100,6 FM Purwokerto”

berikut penjelasan lengkapnya.

1. Penelitian dengan Judul Analisis Implikatur pada Tuturan Kata Bijak

Mario Teguh dalam Acara Talk Show Mario Teguh Golden Ways di Metro TV Januari 2015 oleh Albina Nur Aeni

Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk implikatur

yang terkandung pada tuturan kata bijak Mario Teguh di dalam acara Talk

Show Mario Teguh Golden Ways. Data yang digunakan dalam penelitian ini

berupa tuturan kata bijak Mario Teguh sedangkan sumber data dalam

penelitian ini adalah tuturan Mario Teguh dalam acara Talk Show Mario

Teguh Golden Ways di Metro TV pada tanggal 4, 11, 18, dan 25 Januari 2015.

Pengumpulan data mengguanakan metode simak yang menerapkan teknik

dasar berupa teknik sadap dan dilanjutkan dengan teknik Simak Bebas Libat

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 2: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

12

Cakap (SBLC), teknik rekam, dan teknik catat. Tahap analisis data

menggunakan metode padan yang diterapkan melalui dua teknik, yaitu teknik

dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik Pilah

Unsur Penentu (PUP) daya pilah pragmatis. Teknik lanjutan berupa Teknik

Hubung Banding Menyamakan (HBS). Penyajian hasil analisis data dalam

penelitian ini mengguanakan metode penyajian informal karena perumusan

menggunakan kata-kata biasa.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Albina Nur Aeni dengan

penelitian ini terdapat pada jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif

kualitatif, teori implikatur dan metode pengumpulan data. Sementara

perbedaan terletak pada data sumber data. Data yang digunakan Albina Nur

Aeni dalam penelitiannya yaitu tuturan bijak Mario Teguh dan sumber data

yang digunakan adalah acara Talk Show Mario Teguh Golden Ways di Metro

TV pada tanggal 4, 11, 18, dan 25 Januari 2015. Sedangkan penelitian ini

menggunakan data berupa tuturan tokoh dalam naskah drama Wek-Wek karya

Iwan Simatupang dan sumber data yang digunakan adalah naskah drama

Wek-Wek karya Iwan Simatupang.

2. Penelitian dengan Judul Kajian Implikatur pada Tuturan Penyiar di

Radio Paduka 100,6 FM Purwokerto Januari 2013 oleh Bunga Maratus Sholikah

Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan implikatur pada

tuturan penyiar Paduka 100,6 FM Purwokerto. Data yang digunakan dalam

penelitian ini berupa tuturan penyiar yang memiliki implikatur percakapan

dan implikatur konvensional. Pengumpulan data menggunakan metode simak,

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 3: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

13

dengan teknik dasar berupa teknik sadap, dilanjutkan dengan teknik Simak

Bebas Libat Cakap (SBLC), teknik rekam dan teknik catat. Pada tahap

analisis data digunakan metode padan yaitu berupa metode padan pragmatis.

Teknik dasar analisis data yang digunakan adalah teknik Pilah Unsur Penentu

(PUP) dan teknik lanjutan Hubung Banding Menyamakan (HBS). Pada tahap

penyajan, data yang dianalisis disajikan dengan metode informal yaitu

perumusan kata-kata biasa. Hasil penelitiannya berupa bentuk-bentuk

implikatur yang terdapat pada tuturan penyiar radio yaitu implikatur

konvensional dan implikatur percakapan.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Bunga Maratus Sholikah

dengan penelitian ini terletak pada teori implikatur dan penggunaan metode

pada tahap pengumpulan, analisis, serta penyajian data. Perbedaannya yaitu

penelitian Bunga Maratus Sholikah menggunakan data dan sumber data

berupa tuturan penyair di Radio Paduka 100,6 FM, sedangkan penelitian ini

menggunakan data dan Sumber datanya berupa tuturan dalam naskah drama

Wek-Wek karya Iwan Simatupang.

B. Landasan Teori

1. Wacana

Menurut Douglas (dalam Mulyana, 2005: 3), istilah “wacana” berasal

dari bahasa Sansekerta wac/wak/vak, yang artinya berkata, berucap. Kata

tersebut kemudian mengalami perubahan bentuk menjadi wacana. Menurut

Webster (dalam Mulyana, 2005: 4), wacana diartikan sebagai ucapan lisan dan

dapat juga berupa tulisan, tetapi persyaratannya harus dalam satu rangkaian

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 4: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

14

dan dibentuk oleh lebih dari sebuah kalimat. Menurut Teum A. Van Dijk

(dalam Lubis, 2015: 23), wacana yaitu kesatuan dari beberapa kalimat yang

satu dengan yang lain terikat dengan erat.

Menurut Chaer (2003: 267), wacana adalah satuan bahasa yang lengkap,

sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi

atau terbesar. Sependapat dengan Chaer, Kridalaksana (2001: 231),

menyatakan bahwa wacana merupakan satuan terlengkap, dalam hierarki

gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini

direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri

ensiklopedia, dan lain-lain), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa

amanat yang lengkap. Mulyana (2005: 4), istilah wacana dapat dimaknai

sebagai ucapan, perkataan, bacaan yang bersifat kontekstual.

Berdasarkan definisi dari beberapa ahli tentang wacana, penulis dapat

menyimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, disusun

secara teratur dan membentuk suatu makna, dalam hierarki gramatikal

merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana juga bisa dalam

bentuk ucapan lisan maupun tulisan. Wacana dapat direalisasikan dalam

bentuk karangan yang utuh seperti, paragraf, kalimat, atau kata yang

membawa amanat yang lengkap.

2. Pragmatik

Menurut Wijana (1996: 2), semantik dan pragmatik adalah

cabang-cabang ilmu bahasa yang menelaah makna-makna satuan lingual,

hanya saja semantik mempelajari makna secara internal, sedangkan pragmatik

mempelajari makna secara eksternal. Hal ini dapat diartikan, ilmu semantik

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 5: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

15

dan pragmatik merupakan ilmu yang mengkaji tentang makna. Namun, kajian

tentang makna dari pragmatik dan semantik berbeda. Semantik mengkaji

makna secara internal, sedangkan pragmatik mengkaji makna secara eksternal,

yaitu maksud ujaran penutur.

Perbedaan ilmu semantik dengan pragmatik terletak pada konteksnya.

Wijana (1996: 2), menyatakan bahwa semantik adalah makna yang bebas

konteks, sedangkan makna yang dikaji oleh pragmatik adalah makna yang

terikat konteks. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin

dikenal pada masa sekarang ini, walau pun pada kira-kira dua dasa warsa yang

silam, ilmu ini jarang atau hampir tidak pernah disebut oleh para ahli bahasa.

Hal ini dilandasi oleh semakin sadarnya para ahli bahasa, bahwa upaya untuk

menguak hakikat bahasa tidak akan membawa hasil yang diharapkan tanpa

didasari pemahaman terhadap pragmatik, yakni bagaimana bahasa itu

digunakan dalam komunikasi, Leech (1993: 1).

Menurut Kridalaksana (2001: 176), pragmatik merupakan ilmu bahasa

yang mempelajari isyarat-isyarat bahasa yang mengakibatkan serasi-tidaknya

pemakaian bahasa dalam komunikasi. Aspek-aspek pemakaian bahasa atau

konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada makna ujaran.

Verhaar dkk. (2016: 14), menyatakan pragmatik merupakan cabang ilmu

linguistik yang membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa sebagai

alat komunikasi antara penutur dan mitra tutur, dan sebagai pengacuan

tanda-tanda bahasa pada hal-hal “ekstralingual” yang dibicarakan.

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 6: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

16

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa Semantik dan Pragmatik itu berbeda, perbedaan tersebut terletak pada

pengkajian maknanya. Pragmatik adalah cabang ilmu linguistik yang

membahas makna-makna satuan lingual secara eksternal terkait dengan aspek

pemakainya, disesuaikan dengan konteks dan situasi berbahasa. Aspek-aspek

pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan

kepada makna ujaran.

3. Konteks

Menurut Cummings (2007: 5), pragmatik tidak dapat didefinisikan

dengan lengkap apabila konteksnya tidak disebutkan. Gagasan tentang

kontesk berada di luar pengejawantahannya yang jelas seperti latar fisik

tempat dihasilkannya suatu ujaran yang mencakup faktor-faktor linguistik,

sosial, dan epistemis. Mulyana (2005: 21), menyatakan bahwa konteks adalah

situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi. Segala sesuatu yang

berhubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud,

maupun informasinya, sangat tergantung pada konteks yang melatarbelakangi

peristiwa tuturan itu. Sementara itu, Kridalaksana (2001: 120), mengatakan

bahwa konteks merupakan aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial yang

kait-mengkait dengan ujaran tertentu. Pengetahuan yang sama harus dimiliki

pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham akan apa yang

dimaksud pembicara. Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan

terjadinya suatu pembicaraan atau dialog. Kristina, dkk. (2015), mengatakan

bahwa untuk memahami maksud pemakaian bahasa kita dituntut pula

memahami konteks yang mewadahi pemakaian bahasa tersebut.

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 7: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

17

Menurut Sobur (2009: 56), konteks memasukkan semua situasi dan hal

yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti

partisipan dalam bahasa, situasi dimana teks tersebut diproduksi, fungsi yang

dimaksudkan, dan sebagainya. Arti atau makna sebuah kalimat sebenarnya

barulah dapat dikatakan benar apabila kita ketahui siapa pembicaranya, siapa

pendengarnya apabila diucapkan dan lain-lain. Anton M. Moeliono dan

Samsuri (dalam Mulyana, 2005: 23), menyatakan bahwa konteks terdiri atas

beberapa hal, yakni situasi, partisipan, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa,

bentuk, amanat, kode, dan saluran.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian konteks di atas,

dapat disimpulkan bahwa keberadaan konteks sangat diperlukan dalam sebuah

peristiwa tutur. Konteks merupakan bagian yang menyertai teks. Makna dalam

sebuah kalimat atau tuturan dapat dikatakan benar apabila diketahui darimana

kalimat atau tuturan itu ada. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan

sangat tergantung pada konteks yang melatarbelakangi peristiwa tuturan itu.

Konteks terdiri atas beberapa hal, yakni situasi, partisipan, waktu, tempat,

adegan, topik, peristiwa, bentuk, amanat, kode, dan saluran.

4. Implikatur

Menurut Echols (dalam Mulyana, 2005: 11), istilah implikatur hampir

sama dengan kata implication, yang artinya maksud, pengertian, keterlibatan.

Dalam komunikasi verbal, implikatur biasanya sudah diketahui oleh para

pembicara. Oleh karena itu, tidak perlu diungkapkan secara eksplisit. Kristina,

dkk. (2015), mengatakan implikatur adalah ujaran yang menyiratkan sesuatu

yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Levinson (dalam Nadar,

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 8: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

18

2009: 61), menyatakan bahwa implikatur sebagai salah satu gagasan atau

pemikiran terpenting dalam pragmatik. Nadar (2009: 61), memberikan

penjelasan lebih lanjut bahwa implikatur dapat menjelaskan secara eksplisit

tentang cara bagaimana dapat mengimplikasikan suatu tuturan lebih banyak

dari apa yang dituturkan.

Menurut Wijana (1996: 38), implikatur adalah hubungan antara tuturan

dengan pesan yang disiratkan dan tidak bersifat semantik, keterkaitan

keduanya hanya didasarkan pada latar belakang yang mendasari kedua

proposisinya. Sementara Lubis (2015: 70), berpendapat bahwa implikatur

merupakan arti atau aspek arti pragmatik. Mulyana, (2005: 11) memberikan

penjelasan bahwa dalam ruang lingkup wacana, implikatur berarti sesuatu

yang terlibat atau menjadi bahan pembicaraan. Sementara itu, Purwo (dalam

Putrayasa, 2014: 64), mengatakan bahwa pada implikatur terdapat

kesepakatan bersama yang tidak tertulis dan keterkaitan makna juga tidak

terungkap pada kalimat yang diucapkan secara literal. Wijana (1996: 37),

mengatakan implikatur sebuah tuturan tergantung pada implikasi-implikasi

yang hadir dari tuturan tersebut diperkuat dengan konteks yang meliputi

tuturan tersebut. Sebagaimana yang dicontohkan berikut.

(1) A : Doni datang B : Cepat persiapkan

(2) A : Doni datang B : Aku akan pergi dulu

(3) A : Doni datang B : Kamarnya dibersihkan

Jawaban B dalam contoh (1) mungkin mengimplikasikan bahwa Doni

sedang ulang tahun dan akan diberi kejutan. Hal ini menyebabkan munculnya

tuturan “jangan sampai Doni tahu bahwa mereka akan memberi kejutan pada

Doni”. Tuturan yang muncul sebagai tanggapan “Doni datang” pada contoh (2)

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 9: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

19

mengimplikasikan bahwa orang itu tidak suka dengan kedatangan Doni.

Implikatur dari tuturan tanggapan tersebut adalah bahwa “orang itu tidak mau

bertemu Doni”. Tuturan “kamarnya dibersihkan” pada contoh (3)

mengimplikasikan bahwa Doni adalah seorang yang pembersih dan akan

marah jika melihat sesuatu yang kotor. Tuturan ini memiliki implikatur bahwa

“orang itu tidak mau mendengarkan Doni berkomentar atau marah-marah”.

Berdasarkan penjelasan definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa dalam tuturan seringkali mengandung pesan yang tersirat. Implikatur

adalah pesan yang tersirat dalam sebuah tuturan yang umumnya dapat

ditafsirkan berdasarkan konteks tuturan. Implikatur dapat mengimplikasikan

banyak tuturan tergantung implikasi yang ditimbulkan dari tuturan tersebut.

Implikatur sebagai salah satu gagasan atau pemikiran terpenting dalam

pragmatik dapat menjelaskan secara eksplisit suatu tuturan.

Menurut Levinson dalam Putrayasa (2014: 64), implikatur merupakan

konsep yang cukup penting dalam pragmatik karena empat hal. Pertama,

konsep implikatur memungkinkan penjelasan fungsional atas fakta-fakta

kebahasaan yang tidak terjangkau oleh teori-teori linguistik. Kedua, konsep

implikatur memberikan penjelasan tentang makna berbeda dengan yang

dikatakan secara lahiriah. Sebagai contoh, pertanyaan tentang tempat dapat

dijawab tidak dengan menyebutkan tempatnya secara langsung, tetapi dengan

menyebutkan peristiwa yang biasa mereka lakukan. Perhatikan contoh di

bawah ini.

(4) A : Dimana saya harus menunggunya? (5) B : Ayo kita ngopi.

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 10: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

20

Kelihatannya, secara konvensional struktural, kedua kalimat itu tidak

berkaitan. Namun, penutur kedua sudah mengetahui bahwa jawaban yang

disampaikannya sudah cukup untuk menjawab pertanyaan penutur pertama,

sebab dia sudah mengetahui dimana mereka biasa bertemu. Ketiga, konsep

implikatur dapat menyederhanakan struktur dan isi deskripsi semantik. Hal ini

diperlukan untuk membedakan antara pesan eksplisit atau penjelasan (seperti

dalam pernyataan yang sebenarnya dikatakan) dan implikatur (pesan tersirat

dari penulis), "yang direkonstruksi secara inferensial dari pembaca," yang

secara tidak langsung dapat diakses dari kesimpulan operasional, Klemenčič

(2014). Contoh sebagai berikut.

(6) Mungkin ada orang di WC. (7) Mungkin ada orang di WC dan mungkin pula tidak ada orang

di WC.

Pada contoh di atas, kalimat (6) sudah mengandung pengertian seperti

yang terkandung dalam kalimat (7). Selain strukturnya, isi dalam kalimat (7)

dapat dinyatakan secara lebih sederhana, seperti pada kalimat (6). Keempat,

konsep implikatur dapat menerangkan berbagai macam fakta atau gejala yang

secara lahiriah kelihatan tidak berkaitan. Sebagai contoh, ujaran dia pintar

yang berarti kebalikannya, cara kerja metafora dan peribahasa dapat

dijelaskan oleh konsep implikatur.

5. Jenis-Jenis Implikatur

Grice (dalam Mulyana, 2005: 12), menyatakan bahwa ada dua jenis

implikatur, yaitu implikatur konvensional dan konversasional. Speber dan

Wilson (dalam Nadar, 2009: 62), membedakan implikatur menjadi dua macam,

yaitu implicated premises dan implicated conslusoin. implicated premises

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 11: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

21

harus dilakukan oleh pendengar yang harus memperolehnya dari ingatannya

atau menyusunnya dengan mengembangkan ancangan-ancangan asumsi yang

diperoleh dari ingatannya. Sedangkan implicated conslusoin diperoleh

dengan jalan menyimpulkan dari keterangan tuturan dengan konteks.

a. Implikatur Konvensional

Konvensional merupakan turunan dari kata “konvensi” yang artinya

persetujuan tersirat di antara penutur bahasa untuk mempergunakan

kaidah yang sama dalam berkomunikasi (Kridalaksana, 2001: 121).

Implikatur konvensional menurut Mulyana (2005: 12), adalah pengertian

yang bersifat umum dan konvensional. Sementara Putrayasa (2014: 70),

menyatakan implikatur konvensional adalah implikatur yang

kehadirannya di dalam percakapan tidak memerlukan konteks khusus.

Yule (2006: 78), menyatakan implikatur konvensional tidak didasarkan

pada prinsisp kerjasama atau maksim-maksim. Implikatur konvensional

tidak harus terjadi dalam percakapan dan tidak bergantung pada konteks

khusus untuk menginterpretasikannya. Maksudnya, penafsiran implikatur

konvensional bisa langsung pada tuturan tersebut bahkan tanpa konteks

sekali pun sudah bisa dipahami. Hal ini karena penafsiran implikatur

konvensional mangacu pada kesepakatan umum sebagaimana contoh di

bawah ini.

(8) Ahmad anak tentara, pantas ia sangat disiplin.

Selama ini, tentara dianggap sosok yang disiplin, sosok yang tegas

dan sosok yang berwibawa. Implikasi yang muncul adalah dalam

mendidik anak seorang tentara selalu menerapkan kedisiplinan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa implikatur

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 12: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

22

konvensional lebih menjelaskan pada apa yang dimaksud dan diketahui

secara umum. Jadi, peserta tutur umumnya sudah mengetahui tentang

maksud atau pengertian suatu hal tertentu dalam sebuah tuturan.

b. Implikatur Percakapan

Implikatur percakapan menurut Mulyana (2005: 13), memiliki

makna dan pengertian yang lebih bervariasi. Pemahaman terhadap hal

“yang dimaksudkan” sangat bergantung kepada konteks terjadinya

percakapan. Maksudnya, keberadaan konteks tentu sangat membantu

penulis dalam memahami maksud yang sebenarnya. Putrayasa (2014: 65),

implikatur percakapan adalah suatu bagian dari kajian pragmatik yang

lebih mengkhususkan kajian pada suatu makna implisit dari suatu

percakapan yang berbeda dengan makna harafiahnya. Karini (2017),

menjelaskan penerjemahan implikatur percakapan, untuk mendapatkan

makna yang lebih akurat daya pragmatik tetap harus muncul dalam teks

terjemahannya.

Menurut Mulyana (2005: 13), implikatur percakapan hanya akan

muncul dalam suatu tindak percakapan. Sesuai dengan pengertiannya,

implikatur sebenarnya adalah pesan tersirat yang terkandung dalam

tindak percakapan. Dalam tindak percakapan terdapat tindak ujar. Tindak

ujar terdiri dari lokusi, ilokusi dan perlokusi. Implikatur seringkali

terkandung dalam tindak ilokusi. Mulyana (2005: 81), menyatakan

bahwa tindak ilokusi (illocutionary act) berarti tindak ujar yang isinya

menyatakan sesuatu. Misalnya tindakan pertanyaan, pernyataan, tawaran,

janji, ejekan, permintaan, perintah, pujian, dan sebagainya. Dalam

penafsirannya ilokusi juga menggunakan konteks untuk mengetahui

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 13: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

23

makna yang terkandung dalam tuturan. Hal ini tentu menunjukkan adanya

keterkaitan anatara implikatur dengan tindak ilokusi. Keterkaitannya,

yaitu implikatur merupakan pesan tersirat pada suatu tuturan yang

dinyatakan melalui tindak ilokusi. Berikut contoh implikatur percakapan.

(9) Ibu : Ani, adikmu belum mandi (10) Ani : Ya, Bu. Ini lagi masak air

Pada contoh diatas terdapat tindak implikatur dan tindak ilokusi.

Percakapan antara Ibu dan Ani pada contoh (9) mengandung implikatur

yang bermakna “pesan agar Ani memandikan adiknya”. Sementara tindak

ilokusinya adalah “Ibu menyuruh Ani untuk memandikan adiknya”.

Dalam tuturan itu, tidak ada sama sekali bentuk kalimat perintah. Tuturan

yang diucapkan ibu hanyalah pemberitahuan bahwa “adik belum mandi”.

Namun, karena Ani dapat memahami implikatur yang disampaikan

ibunya, ia menjawab dan siap melaksanakan perintah ibunya untuk

memandikan adiknya.

Nadar (2009: 15-16), mengatakan bahwa tindak ilokusi merupakan

bagian sentral dalam kajian tindak tutur. Sependapat dengan Putrayasa

(2014: 90-92), dalam tindak ilokusi dibagi menjadi lima, yaitu:

a) Representatif yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk menetapkan

atau menjelaskan sesuatu apa adanya. Misalnya seperti menyatakan,

melaporkan, memberitahukan, menjelaskan, mempertahankan,

menolak, dan lain-lain.

b) Direktif yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk mendorong

pendengar melakukan sesuatu, misalnya menyuruh, perintah,

meminta. Ibrahim (dalam Putrayasa 2014: 91), mengatakan bahwa

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 14: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

24

direktif mengekspresikan sikap penutur terhadap tindakan yang akan

dilakukan oleh mitra tutur misalnya meminta, memohon, mengajak,

bertanya, memerintah, dan menyarankan.

c) Komisif yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk mendorong

pembicara melakukan sesuatu, seperti berjanji, bernazar, bersumpah,

dan ancaman.

d) Ekspresif yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk mengekspresikan

perasaan dan sikap. Misalnya meminta maaf, berterimakasih,

menyampaikan ucapan selamat, memuji dan mengkritik.

e) Deklarasi yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk memantapkan

seseuatu yang dinyatakan. Misalnya setuju, tidak setuju, benar-benar

salah, dan sebagainya.

Menurut Yule (2006: 74), implikatur percakapan atau sering disebut

implikatur percakapan khusus ialah implikatur yang terjadi dalam

peristiwa komunikasi yang terjadi dalam konteks khusus. Yule (2006: 74),

menjelaskan lebih lanjut bahwa untuk mengetahui implikatur jenis ini kita

perlu memperhitungkan informasi-informasi yang kita ketahui terkait

dengan peristiwa komunikasi tersebut. Cummings (2007: 19),

menyatakan bahwa konteks memberikan kontribusi yang sama dalam

setiap kasus percakapan. Konteks juga memungkinkan peserta tutur untuk

melanggar prinsip kerjasama. Kadang-kadang peserta tutur menggunakan

bahasa yang bersifat ironis, metaforis, dan sebagainya untuk

menyampaikan tuturan dalam suatu percakapan. Berikut contoh dari

implikatur percakapan.

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 15: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

25

Berdasarkan uraian di atas penulis berkesimpulan bahwa implikatur

percakapan memiliki makna yang bervariasi. Implikatur percakapan

muncul dalam konteks pemakaian bahasa yang bersifat khusus. Konteks

memberikan kontribusi yang sama dalam setiap kasus percakapan, dalam

artian konteks sangat diperlukan dalam implikatur percakapan. Selain itu,

dalam implikatur percakapan juga terdapat relevansi antara jenis-jenis

tindak ilokusi dengan jenis implikatur percakapan yang akan penulis

uraikan pada bagian hasil dan pembahasan.

6. Prinsip Kerjasama

Komunikasi antara penutur dan mitra tutur tentu akan menimbulkan

sebuah percakapan yang memiliki maksud tertentu. Dalam percakapan

terdapat prinsip kerjasama untuk menjalin suatu percakapan yang

komunikatif. Putrayasa (2014: 101), mengatakan bahwa dalam

menyampaikan sebuah maksud, tentu akan ada implikatur yang terjadi.

Cummings (dalam Putrayasa, 2014: 101), menyatakan implikatur yang

terjadi merupakan sebuah kerjasama antara penutur dan mitra tutur. Hal ini

dapat dikatakan bahwa munculnya implikatur dalam sebuah tuturan karena

adanya kerjasama antara penutur dan mitra tutur. Grice (dalam Putrayasa,

20014: 102), mengemukakan bahwa di dalam rangka melaksanakan prinsip

kerjasama, setiap penutur harus mematuhi empat maksim, yakni: maksim

kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi dan maksim pelaksanaan.

a. Maksim Kuantitas

Menurut Rahardi (2005: 53), dalam maksim kuantitas seorang

penutur diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup, relatif

memadai, dan seinformatif mungkin. Namun informasi yang diberikan

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 16: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

26

tidak boleh melebihi informasi yang sebenarnya. Apabila tuturan yang

tidak mengandung sebuah informasi sesungguhnya diperlukan mitra tutur,

dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas dalam prinsip kerjasama

Grice. Menurut pandangan Grice apabila sebuah tuturan itu mengandung

informasi yang jelas maka tuturan tersebut termasuk dalam masksim

kuantitas yang tidak melanggar. Sebagai contoh di bawah ini.

(11) “Biarlah ia menangis!”

(12) “Biarlah ia yang sedang terluka hatinya menangis!”

Konteks: tuturan tersebut dituturkan oleh seorang teman kepada

teman yang lain untuk tidak mengganggu temannya yang sedang

menangis. Tuturan (11) merupakan tuturan yang sudah jelas dan informatif isinya.

Hal ini karena tanpa ditambahkan informasi lain tuturan tersebut sudah

dapat dipahami maksudnya oleh mitra tutur. Namun apabila informasi itu

ditambahkan seperti pada (12) justru akan menyebabkan tuturan tersebut

berlebihan dan terlalu panjang. Dengan demikian, karena tuturan (12)

disampikan secara tidak informatif dan berlebihan, maka tuturan tersebut

dianggap melanggar prinsip kerjasama Grice.

b. Maksim Kualitas

Maksim kualitas merupakan tuturan yang nyata dan sesuai fakta.

Seseorang dalam menyampaikan tuturan diharapkan mampu memberikan

sesuatu yang nyata dan sesuai fakta sebenarnya di dalam tuturannya.

Fakta harus didukung dan didasarkan dengan bukti-bukti yang jelas

(Rahardi, 2005: 55). Sebuah tuturan bila didasarkan dengan bukti-bukti

sebenarnya tentu dapat menyampaikan sesuatu yang nyata. Tuturan

berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas pernyataan ini.

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 17: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

27

(13) “Silahkan menggunjing biar saya dapat dikurangi

dosanya!”

(14) “Jangan menggunjing, dosanya nanti bertambah!”

Konteks: tuturan tersebut dituturakan oleh seorang muslim

kepada temannya karena sedang membicarakan keburukannya

kepada teman yang lain.

Tuturan (14) dapat dikatakan sudah memenuhi maksim kualitas. Dapat

dikatakan demikian, karena tuturan tersebut sesuai fakta dan berdasarkan

bukti yang ada. Hal tersebut memungkinkan adanya kerjasama denga

mitra tutur. Tuturan (13) dikatakan melanggar maksim kualitas karena

penutur mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan seseorang.

Membiarkan seseorang menggunjing dalam agama islam merupakan

sesuatu yang dilarang dan sudah seharusnya seorang muslim itu

mengingatkan kepada seorang muslim lainnya.

c. Maksim Relevansi

Di dalam maksim relevansi dinyatakan bahwa agar terjalin kerjasama

yang baik antara penutur dan mitra tutur, penutur dan mitra tutur harus

dapat memberikan kontribusi yang relevan tentang suatu yang sedang

dipertuturkan (Rahardi, 2005: 56). Apabila tuturan tersebut tidak

memberikan kontribusi demikian, maka akan dianggap tuturan tersebut

tidak mematuhi prinsip kerjasama. Sebagai ilustrasi atas pernyataan di

atas perlu dicermati tuturan berikut.

(15) Pimpinan : “Tolong selesaikan pekerjaanmu minggu

ini!”

Karyawan : “Siap Pak, akan saya laksanakan.”

Konteks: tuturan tersebut dituturkan seorang pimpinan kepada

karyawannya dalam sebuah kantor.

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 18: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

28

Pertuturan pada (15) di atas dapat dikatakan mematuhi dan menepati

maksim relevansi. Dikatakan demikian, karena apabila dicermati secara

mendalam, tuturan yang disampaikan oleh karyawan yakni “Siap Pak,

akan saya laksanakan.” merupakan tanggapan atas perintah Pimpinan

yang dituturkan sebelumnya, yakni “Tolong selsaikan pekerjaanmu

minggu ini!”. Dengan demikian pertuturan tersebut dapat dikatakan

mematuhi maksim relevansi dalam prinsip kerjasama Grice.

d. Maksim Pelaksanaan

Maksim pelaksanaan mengharuskan peserta tutur bertutur secara

langsung, jelas, dan tidak kabur. Apabila seseorang bertutur tidak

mempertimbangkan hal-hal tersebut maka dapat dikatakan melanggar

prinsip kerjasama Grice karena tidak mematuhi maksim pelaksanaan,

(Rahardi, 2005: 57). Untuk memperjelas pernyataan di atas, tuturan pada

contoh berikut dapat digunakan sebagai ilustrasi.

(16) A : “Ayo, cepat naik!”

B : “Sebentar dulu, masih kurang.”

Konteks: dituturkan oleh seseorang kepada temannya.

Tuturan (16) di atas memiliki kadar kejelasan yang rendah. Karena

apabila kadar kejelasan rendah maka akan dengan sendirinya kadar

kekaburan menjadi sangat tinggi. Tuturan (A) yang berbunyi “Ayo, cepat

naik!” sama sekali tidak memberikan kejelasan tentang apa yang

sebenarnya diminta oleh mitra tutur. Kata naik dalam tuturan di atas

mengandung kadar ketaksaan dan kekaburan yang tinggi. Oleh karena itu,

maknanya menjadi sanagat kabur. Hal tersebut dikarenakan kata naik

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 19: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

29

memungkinkan adanya penafsiran yang bermacam-macam. Demikian

pula tuturan yang disampaikan (B), yakni “Sebentar dulu, masih kurang.”

mengandung ketaksaan cukup tinggi. Kata kurang pada tuturan tersebut

dapat memungkinkan ada banyaknya persepsi penafsiran karena dalam

tuturan tersebut tidak jelas apa yang masih kurang.

Berdasrkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap maksim

memiliki tujuan yang berbeda untuk menilai sebuah tuturan. Apabila

sebuah tuturan sesuai dengan maksim-maksim di atas, maka dapat

dikatakan mematuhi prinsip kerjasama Grice. Sebaliknya, apabila sebuah

tuturan tidak sesuai dengan maksim-maksim, maka dapat dikatakan

tuturannya melanggar prinsip kerjasama Grice. Namun dalam kegiatan

bertutur yang sesungguhnya dalam masyarakat bahasa Indonesia,

ketidakjelasan, kekaburan dan ketidaklangsungan merupakan hal yang

wajar dan lazim bahkan justru dianggap memiliki tingkat kesantunan yang

tinggi. Mengapa demikian? Karena, dalam menyampaikan maksud tuturan

secara tidak langsung akan mengurangi kerugian bagi orang lain.

7. Prinsip Kesantunan

Kesantunan merupakan cara perperilaku seseorang yang sesuai dengan

kaidah sosial yang berlaku dalam masyarakat. Dalam berkomunikasi tentu

memerlukan kesantunan. Pelaku tuturan memerlukan prinsip kesantunan,

Leech (dalam Putrayasa, 2014: 107). Prinsip kesantunan tentu menjadikan

takaran menilai kesantunan tuturan seseorang dalam bertutur. Leech (dalam

Putrayasa, 2014: 108), mengemukakan bahwa dalam prinsip kesantunan

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 20: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

30

terdapat enam maksim, yakni: maksim kebijaksanaan, maksim

kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim

permufakatan, maksim kesimpatisan.

a. Maksim Kebijaksanaan

Menurut Rahardi (2005: 60), peserta tutur hendaknya berpegang pada

prinsip untuk selalu mengurangi keuntungan diri sendiri dan

memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain dalam kegiatan bertutur.

Seseorang ketika bertutur menggunakan maksim kebijaksanaan maka

akan dianggap sebagai orang yang santun. Apabila seseorang berpegang

teguh pada maksim kebijaksanaan maka dirinya akan terhindar dari sikap

dengki, iri hati dan sikap-sikap lain yang kurang santun dalam bertutur.

Ketika bertutur, seseorang dapat meminimalkan perlakuan yang tidak

menguntungkan bagi mitra tutur, sehingga tidak menyakiti hati seseorang.

Dengan kata lain, kesantunan dalam bertutur dapat dilakukan apabila

seseorang menggunakan maksim kebijaksanaan dengan baik. Untuk

memperjelas pernyataan di atas dapat dilihat pada contoh berikut.

(17) “Silahkan duduk Bu! Saya masih kuat berdiri.” “Oh iya terimakasih.”

Konteks: dituturkan oleh seorang anak muda kepada seorang Ibu yang sedang berdiri ketika dalam bus.

Pada tuturan (17) di atas tampak dengan sangat jelas bahwa apa yang

dituturkan anak muda tersebut sungguh memaksimalkan keuntungan bagi

seorang ibu. Sudah semestinya tuturan semacam itu dituturkan oleh anak

muda kepada seorang ibu. Terlebih lagi yang dihadapi adalah orang tua

yang sudah semestinya dihormati. Sekalipun sebenarnya anak muda itu

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 21: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

31

sedang merasa lelah dan perlu duduk, anak tersebut merelakan tempat

duduknya untuk seorang ibu. Tuturan tersebut disampaikan dengan

maksud agar ibu tersebut merasa nyaman ketika naik bus.

b. Maksim Kedermawanan

Pada maksim kedermawanan atau maksim kemurahan hati, peserta

tutur diharapkan dapat menghormati orang lain. Penghormatan terhadap

orang lain akan terjadi apabila seseorang dapat mengurangi keuntungan

bagi dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain

(Rahardi, 2005: 61). Tuturan (18) pada contoh berikut dapat memperjelas

pernyataan di atas.

(18) A : ”Mari naik motor saya, biar saya antar pulang.” B : ”Tidak usah, saya jalan kaki saja”

Konteks: dituturkan oleh seseorang kepada temannya yang sedang berjalan kaki.

Pada tuturan yang disampaikan si A di atas, dapat dilihat dengan jelas

bahwa ia berusaha memaksimalkan keuntungan pihak lain dengan cara

menambahkan beban bagi dirinya sendiri. Hal ini dilakukan dengan cara

menawarkan tumpangan untuk mengantarkan pulang. Dalam masyarakat

Jawa hal demikian merupakan wujud nyata dari sebuah kerjasama. gotong

royong dan kerjasama untuk membangun rumah, gorong-gorong dan lain

sebagainya dapat dianggap sebagai realisasi maksim kedermawanan.

Orang yang tidak suka membantu orang lain, apalagi pernah bekerja

bersama dengan orang lain, akan dianggap tidak sopan.

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 22: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

32

c. Maksim Penghargaan

Menurut Rahardi (2005: 62-63), dalam maksim penghargaan

dijelaskan bahwa orang akan dapat dianggap santun apabila dalam

bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada orang lain.

Dengan maksim ini, diharapkan agar peserta tutur tidak saling mengejek,

mencaci, atau saling merendahkan pihak lain. Peserta tutur yang sering

mengejek mitra tutur dalam bertutur akan dianggap orang tersebut tidak

memiliki sopan santun. Hal ini karena tindakan mengejek merupakan

tindakan yang tidak menghargai orang lain. Untuk mempejelas pernyataan

di atas perhatikan contoh (19) berikut.

(19) A : “Mas saya tadi sudah tampil membacakan puisi.” B : ”Oya, tadi aku mendengar baca puisimu jelas sekali

dari sini.” Konteks: dituturkan oleh seseorang kepada temannya dalam ruang sekertariat himpunan mahasiswa program studi.

Pemberitahuan yang disampaikan oleh A terhadap temannya B di atas,

ditanggapi dengan sangat baik bahkan disertai dengan pujian atau

penghargaan oleh A. Dengan demikian dapat dikatakan dalam tuturan itu

B berperilaku santun terhadap A . Hal demikian karena B berpegang teguh

pada maksim penghargaan dan tidak ingin menyakiti hati orang lain.

d. Maksim Kesederhanaan

Di dalam maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati,

peserta tutur diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara

mengurangi pijian terhadap dirinya sendiri (Rahardi 2005: 64). Seseorang

akan dikatakan sombong apabila dalam kegiatan bertutur selalu

mengunggulkan dan memuji dirinya sendiri tanpa memperhatikan orang

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 23: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

33

di sekitarnya. Dalam masyarakat bahasa Indonesia, kesederhanaan

merupakan parameter penilaian kesantunan seseorang dalam bertutur.

Contoh tuturan (20) berikut untuk memperjelas pernyataan ini.

(20) “Nanti kamu yang jadi moderator ya!” “Ya mas, tapi saya kurang bagus, lho.”

Konteks: dituturkan oleh seorang mahasiswa kepada rekannya dalam suatu kegiatan kemahasiswaan.

Tuturan (20) dapat dikatakan mematuhi maksim kesederhanan. Hal

ini dapat dilihat dari tanggapan B yang mengatakan “Ya mas, tapi saya

kurang bagus, lho.” dari tanggapan tersebut tentu menunjukan

kesederhanaan. Sementara tuturan A “Nanti kamu yang jadi moderator ya!”

merupakan tuturan yang memberikan kepercayaan bahwa B sanggup

untuk menjalankannya. Tanggapan B seperti itu menunjukkan dirinya

memiliki kesantunan yang baik.

e. Maksim Permufakatan

Menurut Wijana (dalam Rahardi, 2005: 64), maksim permufakatan

seringkali disebut dengan maksim kecocokan. Di dalam maksim ini,

ditekankan agar para peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau

kemufakatan di dalam kegiatan bertutur, (Rahardi, 2005: 64).

Kemufakatan atau kecocokan bila diterapkan dengan benar oleh penutur

dan mitra tutur dalam kegiatan bertutur tentu akan menunjukkan sikap

santun. Di dalam masyarakat Jawa, seseorang tidak boleh memotong

pembicaraan bahkan membantah secara langsung apa yang dipertuturkan

orang lain. Jika ini dilanggar, orang yang bersangkutan dikatakan tidak

memiliki sopan santun. Tuturan berikut dapat digunakan untuk

memperjelas pernyataan ini.

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 24: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

34

(21) Doni : “Wah lantainya kotor sekali ya, Gus! Agus : “Iya, mana sapunya ya?”

Konteks : dituturkan oleh seorang mahasiswa kepada temanya pada saat mereka masuk ruang kelas.

Tuturan (21) di atas dapat dikatakan sudah mematuhi maksim

permufakatan. Dikatakan demikian, karena tanggapan Agus yaitu “Iya,

mana sapunya ya?” merupakan tanggapan yang menyetujui dengan apa

yan dituturkan oleh Doni. Hal ini tentu menunjukkan adanya kecocokan

dalam bertutur. Sementara tuturan Doni yaitu “Wah lantainya kotor sekali

ya, Gus!” merupakan tuturan yang memberikan pernyataan terhadap apa

yang dilihatnya. Karena tanggapan Agus terdapat sebuah kecocokan,

maka tuturan di atas dapat dikatakan memiliki kesantunan dilihat dari

maksim permufakatan dalam prinsip kesantunan Leech.

f. Maksim Kesimpatisan

Di dalam maksim kesimpatisan, diharapkan para peseta tutur dapat

memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak

lainnya (Rahardi, 2005: 65). Sikap simpati terhadap mitra tutur tentu akan

dianggap santun. Sebaliknya, sikap antipati terhadap mitra tutur dalam

kegiatan bertutur akan dianggap tidak santun. Masyarakat tutur Indonesia

sangat menjunjung tinggi rasa kesimpatian terhadap orang lain dalam

komunikasi sehari-hari. Sikap simpati terhadap orang lain dapat

ditunjukkan dengan senyuman, anggukan dan lain sebagainya sesuai

tuturan apa yang disampaikan. Contoh di bawah ini dapat memperjelas

pernyataan.

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 25: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

35

(22) Adik : “Mas, saya lulus ujian skripsi.”

Kakak : “wah, selamat ya.”

Konteks: dituturkan seoerang adik kepada kakanya pada

saat di rumah.

Tuturan di atas dituturkan oleh seorang adik kepada kakanya yang

telah menerima informasi terkait hasil ujiannya pada saat di rumah.

Tuturan (22) merupakan tuturan yang termasuk dalam maksim

kesimpatisan. Hal ini dapat dilihat dari tanggapan Kakak yaitu “Wah,

selamat ya”. Pada tanggapan tersebut tentu dapat dilihat bahwa Kakak

ikut senang dengan apa yang disampaikan adiknya. Kata “...selamat ya”

dapat menunjukkan kesimpatisan kakak terhadap apa yang telah diraih

adiknya. Dengan kata lain, tuturan di atas dapat dikatakan memiliki

kesantunan dalam maksim kesimpatisan.

8. Iwan Simatupang

Iwan Martua Dongan Simatupang, lebih umum dikenal dengan nama

Iwan Simatupang. Lahir di Sibolga, 18 Januari 1928 dan meninggal di

Jakarta, 4 Agustus 1970. Iwan Simatupang adalah seorang pengarang

Indonesia. Ia belajar di HBS Medan, lalu melanjutkan ke sekolah kedokteran

(NIAS) di Surabaya tetapi tidak selesai. Kemudian ia belajar antropologi di

Universitas Leiden (1954-1956), drama di Amsterdam, dan filsafat di

Universitas Sorbonne, Paris, Prancis pada Prof. Jean Wahl pada 1958. Ia

pernah menjadi Komandan Pasukan TRIP dan ditangkap pada penyerangan

kedua polisi Belanda di Sumatra Utara (1949). Setelah bebas, ia melanjutkan

sekolahnya hingga lulus SMA di Medan. Ia pernah menjadi guru SMA di

Surabaya, redaktur Siasat, dan terakhir redaktur Warta Harian (1966-1970).

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 26: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

36

Tulisan-tulisannya dimuat di majalah Siasat dan Mimbar Indonesia mulai

tahun1952. Pada mulanya ia menulis sajak, tapi kemudian ia menulis esai,

cerita pendek, drama, dan roman. Sebagai pengarang prosa, ia menampilkan

gaya baru, baik dalam esainya maupun karya yang lainnya. Karya drama

yang ia ciptakan diantaranya Wek-Wek, Rt 0 Rw 0, Bulan Bujur Sangkar, dan

Taman. Karya novel yang terkenal yaitu Merahnya Merah (1968)

mendapatkan hadiah sastra Nasional 1970 dan Ziarah (1970) mendapatkan

hadiah roman ASEAN terbaik 1977.

9. Naskah Drama

Naskah merupakan karangan dalam bentuk tulisan. Kata drama berasal

dari kata Yunani “draomai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi,

dan sebagainya, jadi drama berarti perbuatan atau tindakan, Haryamawan

(dalam Hasanuddin, 1996: 2). Drama adalah kesenian yang melukiskan sifat

dan sikap manusia dan harus melahirkan kehendak manusia dengan perilaku,

Hasanuddin (1996: 2). Dengan demikian, naskah drama berarti karangan

dalam bentuk tulisan yang didalamnya memuat adegan seperti berbuat

berlaku, dan beraksi untuk melukiskan sikap dan kehendak manusia. Dalam

pementasan drama biasanya terdapat naskah drama. Naskah ini digunakan

untuk mempermudah pemain dalam menghafalkan sekenario yang akan

dipentaskan nantinya. Naskah drama termasuk dalam karya satra. Naskah

drama Wek-Wek yang menjadi objek penelitian ini merupakan naskah karya

Iwan Simatupang yang ditulis ulang oleh Teater Anonimus Serang, Banten.

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017

Page 27: 11 BAB IIrepository.ump.ac.id/3947/3/ANDI SUBANDI BAB II.pdf · 2017-09-11 · mengambil judul “Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek karya Iwan ... penelitian ini mengguanakan

37

C. Kerangka Pemikiran

Konteks

Wacana

Pragmatik

Implikatur

Implikatur

Konvensional Implikatur

Percakapan

Maksud

Prinsip Kesantunan Leech: 1. Maksim Kebijaksanaan 2. Maksim Kedermawanan 3. Maksim Penghargaan 4. Maksim Kesederhanaan 5. Maksim Permufakatan 6. Maksim Kesimpatisan

Prinsip Kerja Sama Grice: 1. Maksim Kuantitas 2. Maksim Kualitas 3. Maksim Relevansi 4. Maksim Pelaksanaan

Tuturan tokoh dalam naskah drama Wek-Wek karya Iwan

Simatupang

Implikatur dalam Naskah Drama Wek-Wek Karya Iwan Simatupang

Implikatur Dalam Naskah..., Andi Subandi, FKIP UMP, 2017