11 bab iii

Upload: gilang-permata-khusuma

Post on 15-Oct-2015

44 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Dirgantara Indonesia, Departemen Aerostructure

    Dasar Teori

    Gilang Permata Khusuma

    13708050 12

    BAB III

    DASAR TEORI

    3.1. Airbus A380

    Airbus A380 yang diproduksi oleh Airbus S.A.S. adalah sebuah pesawat dua

    tingkat dengan empat mesin yang mampu memuat 850 penumpang dalam konfigurasi

    satu kelas atau 555 penumpang dalam konfigurasi tiga kelas. Pesawat ini

    melaksanakan penerbangan perdana pada 27 April 2005 dan telah memulai

    penerbangan komersial pada akhir tahun 2007 setelah ditunda beberapa kali. Pesawat

    ini juga merupakan pesawat komersial (pesawat penumpang) terbesar yang pernah

    dibuat (dijuluki Superjumbo).

    Gambar.3.1. Airbus A380.

    Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Airbus_A380

    3.1.1. Varian Airbus A3808

    1. A380-800

    2. A380-900

    3. A380F

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Dirgantara Indonesia, Departemen Aerostructure

    Dasar Teori

    Gilang Permata Khusuma

    13708050 13

    3.1.2. Material Airbus A380

    Sebagian besar badan pesawat terbang merupakan paduan aluminium.

    Penggunaan paduan aluminium pada Airbus 380 umumnya berada pada tipe paduan

    aluminium 2000, 6000, dan 7000.9 Walaupun demikian, terdapat 20% rangka pesawat

    yang terbuat dari komposit berupa, Carbon-fibre reinforced plastic, glass-fibre

    reinforced plastic dan quartz-fibre reinforced plastic, yang digunakan pada sayap,

    permukaan ekor pesawat, dan pintu.10

    Tabel.3.1. Penggunaan tipe paduan aluminium pada Airbus A380

    Tipe Contoh Paduan Utama

    2000

    2024

    Cu 2014

    2019

    6000 6061

    Si

    6063

    7000

    7075

    Zn 7070

    7175

    7050

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Dirgantara Indonesia, Departemen Aerostructure

    Dasar Teori

    Gilang Permata Khusuma

    13708050 14

    3.1.3. Spesifikasi Airbus A380

    Pesawat ini mempunyai mesin empat mesin buatan Rolls-Royce Trent-900

    yang mampu memberikan daya dorong 36.280 kg atau empat mesin kipas turbo

    Engine Alliance GP 7200 (sebuah perusahaan patungan General Electric dengan Pratt

    & Whitney), dengan daya dorong 37.003 kg.

    Pesawat A380 versi standar memiliki 854 kursi untuk penumpang, sementara

    A380-900 memiliki 1000 kursi untuk penumpang. di atas pesawat ini terdapat pusat

    pembelanjaan,tempat bermain anak-anak, dan fasilitas-fasilitas lainya (semua fasilitas

    ini disediakan sebagai opsi, tergantung pesanan maskapai).

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Dirgantara Indonesia, Departemen Aerostructure

    Dasar Teori

    Gilang Permata Khusuma

    13708050 15

    Tabel.3.2. Spesifikasi Airbus A38011

    Jenis Pesawat penumpang sipil

    Jumlah awak 2

    Penerbangan perdana 2005

    Penerbangan perdana komersial 2007

    Produsen Airbus

    Ukuran

    Panjang 73 m

    Sayap 79.8 m

    Tinggi 24.1 m

    Luas sayap 845 m

    Berat

    Kosong 280.000 kg

    Berat maksimum lepas-landas 560.000 kg

    Kapasitas 555 (3-kelas)

    840 (1-kelas)

    Kap. Bagasi 38 LD3 atau 13 palet

    Tenaga

    Motor - Empat Rolls-Royce Trent 900

    - Empat Engine Alliance GP7200 turbofan

    Laju 271.560 lbf

    Kinerja

    Kecepatan laju 0.85 M (~ 902 km/jam)

    Kecepatan maks. 0.96 M (~ 1020 km/jam)

    Radius operasi 15.100 km

    Ketinggian 13.100 m

    43.0 Ki

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Dirgantara Indonesia, Departemen Aerostructure

    Dasar Teori

    Gilang Permata Khusuma

    13708050 16

    3.2. Aluminium 2014

    Paduan aluminium umumnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu, casting

    (pengecoran) dan wrought (tempa).12

    Aluminium 2014 merupakan paduan aluminium

    tempa tipe 2000 dengan paduan utama berupa Cu atau tembaga seperti yang

    diklasifikasikan dalam tabel.2.1. Komposisi paduan aluminium 2014 terdiri dari 0.8%

    silikon, 4.4% tembaga, 0.8% mangan, dan 0.5% magnesium.13

    Tabel.3.3. Tipe paduan aluminum berdasarkan elemen paduan utama.

    Paduan Elemen Paduan Utama

    1000 Sebagian besar aluminium murni; Tidak terdapat penambahan paduan mayor.

    2000 Tembaga

    3000 Mangan

    4000 Silikon

    5000 Magnesium

    6000 Magnesium dan silicon

    7000 Zinc

    8000 Elemen lain (misal, besi atau timah)

    9000 Tidak disebutkan secara pasti

    Dengan paduan utama tembaga, tipe paduan 2000 mempunyai kekuatan yang

    tinggi. Pengaruh pembentukan presipitat menjadi faktor nilai kekuatan paduan

    aluminium tipe 2000.14

    Pada aluminum 2014, nilai sifat mekanik dibedakan

    berdasarkan temper designation yang dijelaskan pada tabel.3.4.

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Dirgantara Indonesia, Departemen Aerostructure

    Dasar Teori

    Gilang Permata Khusuma

    13708050 17

    Tabel.3.4. Sifat mekanik aluminum 201415

    Alloy &

    Temper

    Tension Hardness

    Brinell

    Number

    (500 kg / 10

    mm)

    Shear

    Ultimate

    Strength

    (MPa)

    Fatigue

    Endurance

    Limit (d)

    (MPa)

    Modulus

    (e) of

    Elasticity

    (GPa)

    Ultimate

    Strength

    (MPa)

    Yield

    Strength

    (MPa)

    Elongation

    (%)

    in 50

    mm(b) in 5 (c)

    2014-O 185 95 - 16 45 165 90 73

    2014-T4,

    T451 425 290 - 18 105 260 140 73

    2014-T6,

    T651 485 415 - 11 135 290 125 73

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Dirgantara Indonesia, Departemen Aerostructure

    Dasar Teori

    Gilang Permata Khusuma

    13708050 18

    3.3. Sistem Penandaan Temper Paduan Aluminium

    Sistem penandaan temper untuk paduan aluminium didasarkan atas rangkaian

    perlakuan panas atau mekanik. Tanda temper berada sehabis sistem penandaan

    paduannya.

    Tabel.3.4. Sistem penandaan temper aluminium16

    Tanda Pengertian

    F Produk hasil fabrikasi yang mengalami proses pembentukan tanpa ada ada

    kontrol termal dan strain hardened secara berlebih.

    O

    Produk yang di anil. Pada paduan tempa digunakan untuk mendapatkan kekuatan

    temper terendah, sedangkan pada paduan hasil pengecoran digunakan untuk

    meningkatkan keuletan.

    H Produk yang diturunkan kekuatannya karena mengalami peningkatan kekuatan

    akibat strain-hardening, dengan atau tanpa perlakuan termal.

    W Produk hasil solution heat-treatment.

    T Produk hasil perlakuan termal untuk menghasilkan temper yang lebih stabil

    dibandingkan F, O, atau H

    Strain-Hardened Temper:

    H1 Hasil strain hardened tanpa perlakuan termal.

    H2 Hasil partial annealing setelah dilakukan strain hardened.

    H3 Hasil strainhardened dan sifat mekaniknya distabilkan baik karena perlakuan

    termal pada suhu rendah ataupun hasil pemanasan pada saat fabrikasi.

    H4 Hasil strain-hardened dan diperuntukan untuk operasi termal selama subsequent

    painting atau lacquering.

    Heat-Treated Temper:

    T1

    Hasil pendinginan dari peningkatan temperatur tertentu selama proses

    pembentukan yang tidak mengalami pengerjaan dingin dan di-aging secara

    alami.

    T2

    Hasil pendinginan dari peningkatan temperatur tertentu selama proses

    pembentukan yang mengalami pengerjaan dingin untuk meningkatkan kekuatan

    dan di-aging secara alami.

    T3 Hasil pengerjaan dingin setelah solution heat treatment.

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Dirgantara Indonesia, Departemen Aerostructure

    Dasar Teori

    Gilang Permata Khusuma

    13708050 19

    T4 Hasil solution heat treatment yang tidak mengalami pengerjaan dingin yang

    kemudian di-aging secara alami.

    T5

    Hasil pendinginan dari peningkatan temperatur tertentu yang tidak mengalami

    pengerjaan dingin pada proses pembentukan yang kemudian dilakukan

    artificially aged.

    T6 Hasil solution heat treatment yang tidak mengalami pengerjaan dingin yang

    kemudian dilakukan artificially aged.

    T7 Hasil artificially aged setelah solution heat treatment untuk dihasilkan kontrol

    pada karakteristik tertentu yang penting.

    T8 Hasil pengerjaan dingin setelah solution heat treatment, yang kemudian

    dilakukan artificially aged.

    T9 Hasil pengerjaan dingin setelah dilakukan solution heat treatment dan artificially

    aged.

    T10 Hasil pengerjaan dingin setelah mengalami pendinginan pada peningkatan

    temperatur tertentu, yang kemudian dilakukan artificially aged.

    Stress relieved temper akibat stretching:

    T 51

    Hasil streching setelah solution heat treatment atau pendinginan pada

    peningkatan temperatur tertentu pada produk seperti plate and rolled or cold-

    finished rod or bar, die or ring forgings, dan rolled rings.

    T 510

    Hasil streching setelah solution heat treatment atau pendinginan pada

    peningkatan temperatur tertentu pada produk seperti extruded rod, bar, profiles,

    dan tubes.

    T 511

    Hasil streching setelah solution heat treatment atau pendinginan pada

    peningkatan temperatur tertentu pada produk seperti extruded rod, bar, profiles,

    dan tubes. Produk memungkinkan mendapatkan minor straightening setelah

    stretching.

    Stress relieved temper akibat kompresi:

    T 52 Hasil kompresi setelah solution heat treatment atau pendinginan pada

    peningkatan temperatur tertentu.

    Stress relieved temper akibat kombinasi stretching dan kompresi:

    T 54 Hasil die forgings yang mendapatkan stress relieved akibat benturan pada

    kondisi dingin kembali di finish die.

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Dirgantara Indonesia, Departemen Aerostructure

    Dasar Teori

    Gilang Permata Khusuma

    13708050 20

    Produk paduan yang di heat-treated dari O atau F temper:

    T42 Hasil solution heat treatment dari O atau F temper yang tidak mengalami

    pengerjaan dingin yang kemudian di-aging secara alami.

    T62 Hasil solution heat treatment dari O atau F temper yang tidak mengalami

    pengerjaan dingin yang kemudian dilakukan artificially aged.

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Dirgantara Indonesia, Departemen Aerostructure

    Dasar Teori

    Gilang Permata Khusuma

    13708050 21

    3.4. Heat Treatment Aluminium 2014

    Heat treatment merupakan operasi kombinasi antara pemanasan dan

    pendinginan dalam keadaan padat.17

    Heat treatment bertujuan mengubah sifat

    mekanik dari paduan baik melunakan paduan untuk operasi forming ataupun untuk

    mendapatkan kekuatan mekanik yang spesifik dengan modifikasi struktur butir. Dasar

    dari heat treatment pada tipe paduan aluminium 2000 merupakan proses

    pembentukan presipitat antara aluminium dan tembaga.18

    Gambar.3.2. Diagram fasa Al-Cu. Sumber: ASM, Vol 4.

    Pembentukan presipitat terjadi akibat dispersi partikel kecil fasa kedua.

    Umumnya presipitat terjadi pada sistem diagram fasa hypothetical. Dua syarat yang

    harus dipenuhi pada sistem diagram fasa agar dapat membentuk presipitat adalah

    kelarutan maksimal yang dapat diterima dan batas kelarutan akibat penurunan

    konsentrasi secara cepat pada komponen utama.19

    Pada paduan aluminum, heat

    treatment dilakukan dengan tiga metode. berupa:

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Dirgantara Indonesia, Departemen Aerostructure

    Dasar Teori

    Gilang Permata Khusuma

    13708050 22

    Gambar.3.3. Skema heat treatment Al 2014 pada precipitation hardening.

    Sumber: PT Dirgantara Indonesia, 2010

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Dirgantara Indonesia, Departemen Aerostructure

    Dasar Teori

    Gilang Permata Khusuma

    13708050 23

    3.4.1. Solution Heat Treatments

    Pada tahap solution heat treatment, unsur Cu akan melarut dalam paduan

    yang dilakukan dengan memanaskannya pada temperatur 496-507 0C sehingga fasa

    yang terbentuk seluruhnya adalah fasa ferit ().19

    Tabel.3.5. Tipe solution dan precipitation heat treatments untuk aluminum 2014

    komersial. 18

    Bentuk

    Produk

    Solution heat treatment Precipitation heat treatment

    Metal

    temperatur Temper

    designation

    Metal

    temperatur Waktu,

    jam

    Temper

    designation C F C F

    Flat sheet 500 935 T3(d) 160 320 18 T62

    T42 160 320 18 T6

    Coiled

    sheet 500 935

    T4 160 320 18 T6

    T42 160 320 18 T62

    Plate 500 935 T42 160 320 18 T62

    T451(e) 160 320 18 T651(e)

    Rolled or cold

    finished

    wire, rod,

    and bar

    500 935

    T4 160(k) 320(k) 18 T6

    T42 160(k) 320(k) 18 T62

    T451(e) 160(k) 320(k) 18 T651(e)

    Extruded

    rod, bar,

    shapes, and

    tube

    500 935

    T4 160(k) 320(k) 18 T6

    T42 160(k) 320(k) 18 T62

    T4510(e) 160(k) 320(k) 18 T6510(e)

    Drawn tube 500 935 T4 160(k) 320(k) 18 T6

    T42 160(k) 320(k) 18 T62

    Die

    forgings 500(l) 935(l) T4 170 340 10 T6

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Dirgantara Indonesia, Departemen Aerostructure

    Dasar Teori

    Gilang Permata Khusuma

    13708050 24

    3.4.2. Quenching

    Adalah pendinginan dengan cepat setelah solution heattreatment untuk

    menahan unsur-unsur agar tetap dalam larutan sehingga terbentuk larutan padat lewat

    jenuh. Setelah holding time, paduan tersebut akan membentuk larutan padat lewat

    jenuh (super saturated solid solution) dan didinginkan secara cepat sehingga tidak

    terbentuk Al2Cu. Air umumnya digunakan untuk media quenching. Terdapat titik

    kitis pada saat pelepasan material dari tungku menuju media berupa interval

    waktu(delay time).

    Tabel.3.6. Maksimum quench delay18

    Ketebalan Maximum quench delay, s

    Mm Alclad Nonclad

    0.41 6.4 4.4

    0.51 8 5.5

    0.64 10 6.8

    0.81 12.8 8.8

    1.02 20 11

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Dirgantara Indonesia, Departemen Aerostructure

    Dasar Teori

    Gilang Permata Khusuma

    13708050 25

    3.4.3. Age Hardening

    Pada beberapa paduan, presipitat terbaik terjadi pada temperatur kamar.

    Dilain sisi, paduan dengan reaksi presipitat yang lambat pada temperatur kamar selalu

    mendapatkan precipitation heat treated sebelum digunakan.

    Gambar.3.4. (a)Supersaturated solid solution (b) fasa presipitat koheren (c) fasa

    presipitat semi-koheren dan(d) fasa presipitat inkoheren.

    Sumber: Totten, 2003

  • Laporan Kerja Praktek

    PT Dirgantara Indonesia, Departemen Aerostructure

    Dasar Teori

    Gilang Permata Khusuma

    13708050 26

    a. Natural Aging

    Untuk beberapa tipe paduan aluminium 2000, hasil precipitation hardening dari

    natural aging menghasilkan temper (T3 dan T4) yang mempunyai karakteristik

    rasio tensile strength dan yield strength yang tinggi.18

    Pada paduan ini, formasi

    GP zones terjadi secara cepat.

    b. Precipitation Heat Treatment (Artificial Aging)

    Tahapan selanjutnya adalah precipitation heat treating. Pada tahapan ini paduan

    dipanaskan pada temperatur 1800C sehingga terbentuk precipitat Al2Cu yang

    nantinya akan menghambat pergerakan dislokasi. Dengan terhambatnya

    pergerakan dislokasi inilah paduan Al-Cu tersebut akan menjadi lebih keras.

    Fasa yang diinginkan adalah fasa presipitat, dimana terdapat tegangan penahan

    distorsi kisi didalam presipitat yang akan menghambat dislokasi, saat kita terlalu

    lama melakuakan aging maka campuran akan membentuk fasa kesetimbangan

    yang lebih rendah kekerasannya daripada fasa presipitat.20