10steps to sms

36
10 Metode Safety KATA PENGANTAR Safety merupakan suatu hal mutlak yang harus ada dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh jajaran TNI Angkatan Udara guna mendukung kelancaran pencapaian tugas pokok sebagai penegak kedaulatan negara di udara. Dalam pelaksanaan tugasnya, TNI Angkatan Udara selalu dihadapi oleh resiko yang tinggi, resiko yang berpotensi menurunkan kemampuan dan kesiapan tempur (combat readiness). Sehingga TNI Angkatan Udara mempunyai tanggung jawab moral untuk mengelola dan mempertahankan keselamatan asetnya yang paling berharga, yaitu personel dan alutsista. Selaras dengan visi TNI Angkatan Udara untuk menciptakan kondisi zero accident, maka perlu adanya satu sistem yang terintegrasi dalam mengelola segala hal yang berhubungan dengan safety. Safety Management System TNI Angkatan Udara (SMS TNI AU) diharapkan dapat menjawab segala kebutuhan akan safety guna membangun satu kultur safety yang positif menuju pencapaian visi untuk menciptakan kondisi zero accident.

Upload: putu-j-648

Post on 04-Jul-2015

124 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

KATA PENGANTAR

Safety merupakan suatu hal mutlak yang harus ada dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh jajaran TNI Angkatan Udara guna mendukung kelancaran pencapaian tugas pokok sebagai penegak kedaulatan negara di udara. Dalam pelaksanaan tugasnya, TNI Angkatan Udara selalu dihadapi oleh resiko yang tinggi, resiko yang berpotensi menurunkan kemampuan dan kesiapan tempur (combat readiness). Sehingga TNI Angkatan Udara mempunyai tanggung jawab moral untuk mengelola dan mempertahankan keselamatan asetnya yang paling berharga, yaitu personel dan alutsista.

Selaras dengan visi TNI Angkatan Udara untuk menciptakan kondisi zero accident, maka perlu adanya satu sistem yang terintegrasi dalam mengelola segala hal yang berhubungan dengan safety. Safety Management System TNI Angkatan Udara (SMS TNI AU) diharapkan dapat menjawab segala kebutuhan akan safety guna membangun satu kultur safety yang positif menuju pencapaian visi untuk menciptakan kondisi zero accident.

Tercapainya target pada pelaksanaan operasi militer maupun latihan tentunya tidak akan lepas dari resiko. Namun perlu disadari dan dipahami bahwa di setiap pelaksanaan tugas perlu adanya jaminan bahwa resiko yang ada haruslah berada pada tingkatan yang dapat diterima. Sehingga manajemen pengelolaan resiko haruslah menjadi bagian yang esensial dari kultur yang kita bangun.

Sebagai dasar di dalam mewujudkan kultur safety yang positif guna menciptakan kondisi zero accident, maka perlu disusun buku

Page 2: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

pedoman yang merupakan pegangan di dalam penerapan dan penyelenggaraan SMS di lingkungan TNI Angkatan Udara.

Tak ada gading yang tak retak. Begitu juga dengan buku ini yang masih jauh dari sempurna. Seiring niat yang tulus untuk menyeragamkan pola pikir dan pola tindak dalam rangka mewujudkan visi TNI Angkatan Udara, kami berharap banyak hal yang dapat diimplementasikan di seluruh satuan jajaran TNI Angakatan Udara dari buku ini. Selamat bekerja.

Jakarta, Mei 2008

Page 3: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................1

PENDAHULUAN..............................................................................4

MAKSUD DAN TUJUAN..................................................................5

SAFETY MANAGEMENT SYSTEM (SMS)......................................5

SEPULUH METODA SAFETY UNTUK MENCAPAI ZERO ACCIDENT.......................................................................................7

Langkah 1 : Perencanaan..............................................................8Langkah 2 : Komitmen Ka/Dansatker...........................................11Langkah 3 : Pengorganisasian.....................................................15Langkah 4 : Identifikasi Potensi Bahaya (Hazard Identification). .16Langkah 5 : Manajemen Resiko...................................................17Langkah 6 : Kemampuan Investigasi...........................................19Langkah 7 : Kemampuan Analisa Safety.....................................20Langkah 8 : Sosialisasi Safety dan Pelatihan...............................21Langkah 9 : Dokumentasi dan Informasi......................................22Langkah 10 : Pengawasan Safety dan Monitoring Kinerja Safety. 24

PENUTUP......................................................................................25

Page 4: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

PENDAHULUAN

1. Dunia penerbangan baik sipil maupun militer merupakan suatu bidang yang sangat dinamis yang tidak mungkin bebas dari resiko. Segala bentuk resiko yang mengancam keselamatan kegiatan penerbangan jika tidak dikelola secara memadai akan menimbulkan potensi terjadinya incident bahkan accident. Bagi TNI AU, incident / accident tersebut secara langsung akan menurunkan kesiapan operasi / tempurnya yang akhirnya berdampak pula terhadap tingkat profesiensi personel / crew. Karena itu resiko harus dikelola dan diturunkan pada level yang dapat diterima sehingga safety level TNI AU akan meningkat bagi terlaksananya misi secara aman dan selamat.

2. Zero accident telah ditetapkan sebagai safety policy TNI AU, sehingga safety harus mendasari setiap perencanaan kegiatan TNI AU. Zero accident merupakan suatu tujuan yang ‘sangat’ mungkin tercapai (an achievable goal) dan sekaligus dapat dijadikan sebagai suatu parameter / instrumen terhadap kesiapan operasi (an indicator of operational capability). Namun demikian harus disadari bahwa zero accident tidak mudah untuk diraih, karena itu dituntut suatu tanggung jawab perorangan, tim dan komando disamping diperlukan adanya suatu Safety Information System yang handal.

3. Untuk dapat melaksanakan pengelolaan safety diperlukan Safety Management System (SMS) yang komprehensif dan integrative. Proses awal untuk menerapkan SMS yang efektif adalah dengan mengetahui langkah-langkah penting dari system tersebut. Berdasarkan Safety Management Manual Doc 9859 AN/460 tahun 2006 yang dikeluarkan oleh International Civil Aviation Organization (ICAO) terdapat sepuluh langkah yang harus menjadi perhatian dalam penyelenggaraan SMS yang meliputi

Page 5: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

Perencanaan, Komitmen Senior Manajemen Terhadap Safety, Pengorganisasian, Pengidentifikasian Sumber-sumber Bahaya, Manajemen Resiko (risk management), Investigasi, Analisa safety, Promosi dan training safety, Dokumentasi dan langkah kesepuluh adalah Monitoring.

MAKSUD DAN TUJUAN

4. Maksud dan Tujuan dari pembuatan naskah ini adalah untuk memberi gambaran tentang sepuluh metode safety untuk mencapai zero accident dengan tujuan sebagai berikut :

a. Dapat dijadikan petunjuk operasional di lapangan dalam upaya mencapai zero accident.

b. Terciptanya keseragan dalam pola pikir dan pola tindak dalam upaya mencapai zero accident.

c. Sebagai media untuk monitoring dan evaluasi segala langkah dan upaya satuan-satuan pelaksana dalam upaya mencapai zero accident.

SAFETY MANAGEMENT SYSTEM (SMS)

5. Penerapan SMS dalam dunia penerbangan memerlukan perencanaan, fokus dan arah. Pemilihan model SMS yang tepat untuk satu organisasi mempunyai peran yang penting dalam menggambarkan langkah-langkah yang perlu diambil untuk memastikan bahwa SMS yang diterapkan akan dapat berkelanjutan dan berhasil.

Page 6: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

6. Diperlukan suatu sistem pendekatan yang baik untuk mewujudkan safety management yang efektif pada suatu organisasi, baik berupa prosedur maupun praktek yang akan menuntun organisasi tersebut untuk mencapai tujuannya. Sama halnya dengan praktek manajemen yang lain, safety management memerlukan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), komunikasi (communication) dan arah atau kebijakan (direction). Safety management pada dasarnya mengintegrasikan seluruh kegiatan ke dalam satu kesatuan persepsi. Tidak lanjut (follow-up) adalah mutlak diperlukan untuk mengevaluasi dan memvalidasi praktek-pratek management safety yang tepat dan efektif. Sehingga lingkaran seluruh kegiatan tersebut akan menjadi suatu kegiatan yang utuh.

7. Ada beberapa cara untuk memenuhi kebutuhan suatu organisasi akan safety management. Tidak ada satu model yang tepat untuk satu organisasi, tergantung pada besarnya (size), kompleksitas (complexity) dan tipe pengoperasian organisasi, demikian juga kultur organisasi dan lingkungan pengoperasian. Beberapa organisasi akan memerlukan safety management system (SMS) yang formal, sedangkan yang lain hanya memerlukan beberapa fungsi saja untuk dilaksanakan.

8. Prinsip-prinsip dalam penyelenggaran SMS adalah sebagai berikut :

a. Philosophy – Di dalam pelaksanaan sistem safety diperlukan pengertian bahwa akan adanya ancaman terhadap organisasi. Kedua, organisasi perlu mendukung adanya safety standart yang menyatakan bahwa safety adalah tanggung jawab semua orang.

Page 7: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

b. Policy – Kejelasan akan siapa yang bertanggung jawab serta struktur dan proses yang mengarah kepada semua aspek dalam pelaksanaan operasi di dalam organisasi.

c. Procedures – Meliputi ketentuan mengenai informasi yang jelas kepada staff tentang perencanaan, kontrol, dan pengaturan program-program.

d. Practices – Meliputi obserfasi yang di lakukan setiap hari.

SEPULUH METODA SAFETY UNTUK MENCAPAI ZERO ACCIDENT

9. Proses awal untuk menerapkan SMS yang efektif pada suatu organisasi adalah dengan mengetahui langkah-langkah penting dari sistem tersebut. Langkah-langkah yang akan dijabarkan disini berdasarkan Safety Management Manual Doc 9859 AN/460 tahun 2006 yang dikeluarkan oleh International Civil Aviation Organization (ICAO). Berdasarkan manual tersebut, terdapat sepuluh langkah yang harus menjadi perhatian di dalam penyelenggaraan SMS pada suatu organisasi. Langkah-langkah ini sudah dibuat secara berurutan sehingga organisasi mampu untuk memahami apa saja yang diperlukan oleh personelnya dalam membuat satu risk atau safety management system, identifikasi safety risk yang harus diatur dan limitasi-limitasi yang dapat berdampak pada tujuan dari safety tersebut, dan membuat satu hubungan antara safety dan risk management dengan obyektif-obyektif lainnya yang ada di orgnisasi tersebut. Sepuluh langkah tersebut meliputi:

Page 8: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

a. Langkah 1 : Perencanaan b. Langkah 2 : Komitmen senior manajemen

terhadap safety c. Langkah 3 : Pengorganisasian d. Langkah 4 : Pengidentifikasian sumber - sumber

bahaya e. Langkah 5 : Manajemen resiko (Risk

management) f. Langkah 6 : Investigasi g. Langkah 7 : Analisa safety h. Langkah 8 : Promosi dan training safety i. Langkah 9 : Dokumentasi j. Langkah 10 : Monitoring

10. Tanggung jawab utama terhadap safety terletak pada pimpinan dan manajemen senior, dalam hal ini para Komandan Satuan Kerja (Dansatker) suatu organisasi dimana delegasi tanggung jawab dan otorisasinya ada kepada Safety Officer atau Perwira Safety. Keseluruhan etos dari attitude suatu organisasi – kultur safetynya – dibangun dari kesediaan manajemen senior yang mau menerima tanggung jawab untuk safety operasional, khususnya peran aktif dari Perwira Safety.

Langkah 1 : Perencanaan

11. Sejalan dengan praktek manajemen umum, safety management harus dimulai dengan perencanaan yang matang. Proses awal dari perencanaan adalah dengan membentuk suatu tim atau kelompok, dimana kelompok ini akan mempertimbangkan semua unsur-unsur yang menjadi kekuatan organisasi untuk mendukung program safety termasuk diantaranya pengalaman

Page 9: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

(experience), pengetahuan (knowledge), proses (processes), prosedur-prosedur (procedures) yang ada, sumber daya yang tersedia (resources), dan lain sebagainya. Kelemahan-kelemahan yang diperkirakan akan mempengaruhi lancarnya penerapan dan pelaksanaan program haruslah dapat dipahami dan diketahui sedini mungkin.

12. Hal-hal penting lain yang perlu diperhatikan didalam membuat suatu perencanaan program safety adalah dibentuknya Kelompok Perencana (Dan Satker, Kadis dan Pejabat Lambangja). Kelompok Perencana berkewajiban menentukan suatu indikator pencapaian safety dan membuat target pencapaian safety bagi satuannya. Indikator dan target ini haruslah realistis, dengan mempertimbangkan besarnya satuan, kompleksitas, jenis pengoperasian termasuk sumber daya yang dimilikinya. Jadwal yang realistis untuk tercapainya target harus dapat ditetapkan dan disetujui bersama. Walaupun menentukan indikator dan target tersebut agak sulit, tetapi hal ini yang nantinya sangat menentukan sebagai dasar pengevaluasian kesuksesan program SMS yang dijalankan.

13. Berdasarkan target yang telah disetujui, kelompok perencana dapat membangun suatu strategi yang realistik untuk mencapai target yang diinginkan. Strategi yang terbentuk hendaklah mengkombinasikan unsur-unsur reaktif (reactive) dan proaktif (proactive). Pertimbangan yang matang haruslah menjadi perhatian di dalam seluruh proses dan kegiatan safety yang diinginkan. Masukan-masukan yang berhubungan dengan safety sangat diharapkan selama proses pembentukan strategi.

14. Pejabat Lambangja (PL) yang berperan sebagai pelaksana dari perencanaan dan strategi yang telah dibuat, merupakan sentral bagi pengembangan dan pemeliharaan SMS yang efektif. PL dapat pula bertindak sebagai penghubung dengan badan

Page 10: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

otoritas yang mengeluarkan peraturan (regulatory authority) untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan safety. PL dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab dan memberikan laporan atau masukan langsung kepada Dan/Kasatker. Hal ini mencerminkan safety benar-benar berada pada tingkat yang penting di dalam proses pengambilan keputusan di dalam suatu organisasi.

15. Dalam pemilihan PL, perlu kiranya diperhatikan beberapa kriteria yang dapat mendukung kelancaran jalannya program SMS, diantaranya :

a. Memiliki pengetahuan yang luas tentang lingkup tugasnya dan segala kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi tersebut.

b. Memiliki kemampuan yang mendasar seperti: disiplin, dapat memberikan penilaian (judgment) yang baik, obyektivitas (obyectivity), dan adil.

c. Mampu menganalisa suatu persoalan dengan baik dan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan persoalan.

d Memiliki kemampuan untuk mengatur suatu program (project management skill).

e. Memiliki kemampuan berkomunikasi secara lisan maupun tulisan.

16. Selain itu, seorang PL harus memiliki jiwa kepemimpinan yang baik agar mampu menyakinkan orang lain melakukan perubahan. Beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan dalam pemilihan PL berdasarkan kemampuan memimpin (leadership skill) adalah sebagai berikut:

Page 11: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

a. Pribadi Teladan (Personal Example). Jati diri seorang PL haruslah dapat dijadikan contoh bagi yang lain, mampu untuk bertindak sebagai wadah untuk menampung segala aspirasi dan juga manajer. PL haruslah dapat menjunjung tinggi standar safety yang tinggi setiap saat. Oleh karena itu, PL adalah satu sosok yang tidak boleh berkata “Do as I say, not as I do”.

b. Keberanian untuk menyakinkan (Courage of convictions). PL adalah seseorang yang mampu berjalan melewati segala hambatan bila diperlukan. Sebagai contoh, PL mampu untuk menjadi nara sumber bagi adanya suatu perubahan walaupun tidak semua mau menerima hal tersebut.

c Mampu beradaptasi dengan perubahan yang ada (Adaptable). PL mampu untuk merubah haluan ke arah yang lebih baik pada kondisi yang buruk sekalipun.

d. Bersikap proaktif (self-starter). PL haruslah peka terhadap segala kemungkinan terburuk yang dapat saja terjadi sewaktu-waktu.

e. Inovatif. PL haruslah dapat menemukan pendekatan- pendekatan yang inovatif untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi.

f. Tegas namun adil (Firm but fair). PL harus dapat menunjukkan sikap yang tegas dan mampu memperlakukan semua orang dengan adil dan sama (equity).

Page 12: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

Langkah 2 : Komitmen Ka/Dansatker

17. Tanggung jawab yang paling utama terhadap safety berada di tangan para Ka/Dansatker. Keseluruhan etos kerja suatu organisasi terhadap safety – kultur safety – adalah ditentukan oleh sejauh mana Ka/Dansatker menerima tanggung jawab atas safety selama menjalankan tugas, khususnya peran aktifnya dalam manajemen resiko (management of risk). Segala perbuatan atau tindakan dari Ka/Dansatker sangat mencerminkan kultur safety (boleh diartikan sebagai safety performance) suatu organisasi.

18. Komitmen Ka/Dansatker (management’s commitment) terhadap safety, ditunjukkan oleh kebijakkan dan tujuan yang ditetapkannya atau dituangkan secara formal di dalam suatu kebijakkan satuan. Kebijakan ini haruslah mencerminkan filosofi satuan bersangkutan dan menjadi patokan atau dasar SMS yang akan dibangun. Di dalam kebijakan tersebut, harus dijelaskan seluruh metode dan proses yang akan digunakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

19. Kebijakan safety berupa dokumen yang mengacu pada otoritas kebijakan (Dislambangjaau), harus disebarluaskan kepada seluruh personel yang ada di satuan. Hal yang perlu diingat didalam penyusunan kebijakan ini hendaklah didiskusikan kepada para personel yang turut memegang peranan penting didalam organisasi bersangkutan untuk memperoleh gambaran yang jelas akan sektor-sektor yang memerlukan perhatian khusus. Beberapa hal berikut ini yang penting untuk diperhatikan dalam komitmen Ka/Dansatker terhadap safety program:

a. Ka/Dansatker terlibat dan komit terhadap SMS.

Page 13: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

b. Ka/Dansatker telah menyetujui kebijakan dan tujuan safety satuan, rencana penerapan dan patokan pengoperasian safety.

c. Hal-hal yang tersebut di atas hendaknya telah disebarluaskan kepada seluruh staf, dengan suatu keputusan yang disahkan oleh Ka/Dansatker.

d. Kebijakan safety yang dikeluarkan merupakan suatu keputusan bersama antara Ka/Dansatker dan staf dan disahkan oleh Dansatker. Kebijakan safety seharusnya:

1) Merupakan komitmen bersama dimana seluruh staf terlibat didalamnya.

2) Sejalan dengan kebijakan-kebijakan operasional lainnya.

3) Memberikan arah bagi penerapan kebijakan.

4) Menyatakan dengan tegas batas kewewenangan tugas dan tanggung jawab bagi Ka/Dansatker, Kadis, dan staf.

5) Merupakan pencerminan terhadap seluruh kegiatan dan keputusan dari seluruh staf.

6) Harus disosialisasikan kepada seluruh staf.

7) Diadakan tinjauan ulang secara berkala.

e. Sasaran SMS yang telah ditentukan harus praktis, mudah dicapai, dan secara berkala selalu ditinjau ulang untuk relevansinya.

Page 14: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

f. Pencapaian standar atau performance standards (termasuk didalamnya batasan waktu /deadlines) telah ditentukan.

g. Setiap personel mengerti tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

h. Para Ka/Dansatker selalu mengikuti perkembangan yang terjadi dan memegang tanggung jawab penuh atas kemajuan ke arah pencapaian tujuan.

i. Seluruh sumber daya yang dibutuhkan telah tersedia bagi kelancaran pelaksanaan tugas seorang PL.

j. Harus tersedia suatu jalur pelaporan yang baik mengenai semua hal yang berhubungan dengan safety.

k. Ka/Dansatker selalu aktif membangkitkan minat keikutsertaan para staf dalam setiap kegiatan safety.

l. Ka/Dansatker selalu mengkampanyekan kultur safety yang positif, yaitu:

1) Akses informasi mengenai safety mudah diperoleh.

2) Para personel dilatih untuk mengetahui tugas dan tanggung jawabnya terhadap safety.

3) Safety merupakan tanggung jawab bersama.

4) Semua informasi yang menyangkut safety disebarluaskan kepada seluruh personel.

Page 15: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

5) Program safety secara berkala untuk mengkaji (assess) pencapaian safety (safety performance).

6) Terbukanya ide-ide baru bagi kemajuan program safety.

Langkah 3 : Pengorganisasian

20. Pengorganisasian sangat berpengaruh terhadap kemampuan untuk mengembalikan kondasi buruk yang terjadi ke keadaan semula serta mengurangi resiko yang dihadapi. Struktur organisasi memiliki peran penting dalam mengatur beberapa hal diantaranya jalur komunikasi antara PL dan Ka/Dansatker serta para pejabat dibawahnya, pembagian wewenang, tugas, dan tanggung jawab yang jelas serta jelasnya sistem pengidentifikasian sumber-sumber bahaya.

21. Pengorganisasian dalam membangun suatu SMS yang efektif haruslah memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

a. Penunjukan Pejabat Lambangja (PL) yang memiliki kompetensi.

b. Struktur organisasi yang dapat mendukung kelancaran jalannya program safety.

c. Pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas.

d. Pembentukan forum lambangja.

Page 16: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

e. Pelatihan-pelatihan untuk mendukung program safety.

22. PL bertanggung jawab penuh terhadap lancarnya program safety, dengan memastikan bahwa keseluruhan program safety terlaksana dengan baik. Idealnya seorang PL tidak memiliki tugas dan tanggung jawab selain mengurusi masalah safety. Kedudukan PL berada langsung dibawah Ka/Dansatker sehingga permasalahan safety dapat langsung disampaikan.

23. Sebagai sarana untuk mendukung kelancaran program safety, adalah penting untuk membentuk satu forum lambangja. Tujuan utama dari forum ini adalah sebagai media diskusi untuk membahas segala hal yang berkaitan dengan kinerja satuan dan lancarnya pelaksanaan program SMS. Forum lambangja dapat membahas saran masukan yang berhubungan dengan kebijakan-kebijakan dan merevisi hasil dari program yang sedang atau telah dijalankan, termasuk melaksanakan pengkajian atas tahapan-tahapan pada proses awal penerapan SMS.

Langkah 4 : Identifikasi Potensi Bahaya (Hazard Identification)

24. Resiko yang ada pada suatu organisasi memerlukan proses pengambilan keputusan yang rasional, mengingat bahwa resiko tidak dapat dihilangkan. Pembentukan dan pengoperasian program-program indentifikasi potensi bahaya yang efektif merupakan hal fundamental bagi manajemen safety yang efektif. Proses pengidentifikasian potensi bahaya haruslah berada di dalam suatu kultur safety yang kondusif (non-punitive safety culture) agar didapatkan hasil identifikasi yang akurat.

Page 17: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

25. Secara umum, indentifikasi potensi bahaya dapat berupa tindakan reaktif maupun proaktif. Trend monitoring, pelaporan kejadian dan investigasi adalah bentuk kegiatan reaktif, sedangkan observasi analisis kegiatan rutin adalah salah satu bentuk tindakan proaktif. Hal penting dalam pengidentifikasian potensi bahaya adalah mempelajari kelemahan-kelemahan di dalam sistem yang dapat mengakibatkan kecelakaan atau mengganggu efisiensi suatu operasi, yang jauh lebih penting daripada tuduhan kesalahan (blame) kepada personel.

26. Beberapa hal penting dalam identifikasi potensi bahaya adalah sebagai berikut:

a. Adanya suatu mekanisme baku dalam pengidentifikasian potensi bahaya.

b. Adanya suatu sistem pelaporan yang mengakomodir baik pelaporan resmi maupun sukarela.

c. Tersedianya sumber daya yang cukup untuk melakukan pengidentifikasian potensi bahaya.

d. Adanya pelatihan personel yang memadai untuk mendukung program-program pengidentifikasian potensi bahaya.

e. Personel yang melaksanakan indentifikasi potensi bahaya harus kompeten.

f. Ka/Dansatker mampu menciptakan kondisi non-punitive sehingga seluruh staf yang terlibat di dalam setiap incidents yang terjadi sadar bahwa mereka tidak akan mendapatkan hukuman karena kesalahan-kesalahan yang wajar.

Page 18: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

g. Seluruh hasil identifikasi dicatat, disimpan, dan dianalisa secara sistematis.

Langkah 5 : Manajemen Resiko

27. Manajemen resiko (risk management) terdiri dari tiga elemen penting yaitu indentifikasi potensi bahaya, penilaian resiko dan mengurangi resiko. Dalam penerapannya dibutuhkan analisa terhadap resiko yang mengancam kelangsungan hidup organisasi. Seluruh kerusakan yang teridentifikasi dan telah diuji dapat digolongkan sesuai dengan potensi resiko masing-masing.

28. Dalam menilai resiko, langkah pengamanan yang telah diambil untuk perlindungan/mencegah kerusakan perlu dievaluasi untuk mencegah resiko yang lebih buruk. Melalui proses evaluasi, dapat ditetapkan apakah resiko berada pada tingkat yang dapat diterima (dikontrol) atau tidak, sehingga dapat diputuskan apakah langkah pengamanan yang sudah berjalan dapat terus dilanjutkan atau perlu direvisi. Revisi dilakukan dengan melibatkan semua pihak yang terkait.

29. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam manajemen resiko adalah:

a. Penetapan kriteria dalam menguji resiko.

b. Resiko dianalisa dan ditetapkan oleh personel yang kompeten

c. Parameter pengelolaan resiko secara menyeluruh dievaluasi

Page 19: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

d. Manajemen mengambil langkah untuk mengurangi, mencegah dan menghindari resiko.

e. Staf harus tanggap dengan langkah yang diambil untuk mengurangi, mencegah dan menghindari potensi bahaya.

f. Langkah-langkah yang diambil sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Langkah 6 : Kemampuan Investigasi

30. Memetik hikmah dari suatu kecelakaan memerlukan suatu pengertian bukan hanya dari apa yang terjadi, tetapi mengapa hal itu terjadi. Pengertian menyeluruh mengapa kejadian itu terjadi membutuhkan suatu investigasi untuk melihat secara jelas apa penyebabnya. Investigasi mengungkapkan bahwa telah terjadi beberapa peringatan atau tanda awal. Karena itu dengan investigasi suatu kejadian diharapkan dapat mengidentifikasikan tanda bahaya, membuat tanda bahaya yang serupa dapat dikenali pada waktu yang akan datang sebelum terjadi kejadian yang mengancam safety. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam kemampuan investigasi adalah:

a. Personel pelaksana telah mengikuti pelatihan formal dalam investigasi safety.

b. Setiap potensi bahaya dan incident yang dilaporkan harus dievaluasi dan jika diperlukan dapat dilakukan investigasi safety lebih lanjut.

Page 20: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

c. Ka/Dansatker mendukung untuk mendapatkan dan menganalisa informasi safety.

d. Ka/Dansatker berperan aktif dalam proses investigasi dan penerapan manajemen resiko.

e. Hal-hal signifikan yang ditemukan dari hasil investigasi dilaporkan kepada instansi yang berwenang untuk diinformasikan kepada satuan lain.

Langkah 7 : Kemampuan Analisa Safety

31. Analisa safety merupakan suatu proses dalam mengatur dan mengevaluasi fakta-fakta secara obyektif. Analisa safety dilandasi oleh logika, aturan-aturan dasar dan disampaikan berdasarkan metode yang telah teruji menggunakan perangkat analitiknya. Fakta-fakta yang telah ditemukan selanjutnya dituangkan dalam sebuah metode yang sistematis untuk mendapatkan kesimpulan yang valid. Analisa safety membutuhkan keahlian dan pengalaman dalam menyiapkan argumen-argumen yang menyakinkan untuk menghasilkan analisa yang solid bagi suatu hasil/perubahan.

32. Analisa safety telah diaplikasikan dalam beberapa bidang seperti:

a. Trend analisis.

b. Investigasi kejadian.

c. Identifiksi potensi bahaya.

Page 21: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

d. Penilaian resiko.

e. Evaluasi terhadap pengurangan resiko.

f. Monitoring terhadap kinerja safety.

33. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan di dalam analisa safety.

a. Pejabat Lambangja merupakan orang yang berkompeten dan telah menerima pelatihan dalam metode analisis.

b. Tersedianya perangkat untuk mendukung analisa safety.

c. Satuan memiliki bank data safety yang up to date.

d. Tersedianya sumber informasi pendukung yang mudah diakses.

e. Informasi potensi bahaya dan kinerja satuan dimonitor secara kontinyu (tren analisis, dst)

f. Analisa safety merupakan sarana untuk suatu perubahan/perbaikan.

g. Rekomendasi safety yang dibuat oleh PL digunakan sebagai dasar suatu langkah perbaikan yang harus diambil dan dimonitor agar terjamin bahwa langkah yang diambil tepat dan efektif.

Page 22: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

Langkah 8 : Sosialisasi Safety dan Pelatihan

34. Dalam rangka memelihara dan meningkatkan kemampuan safety satuan, maka isu-isu terbaru mengenai safety harus senantiasa diketahui melalui pelatihan yang sesuai, buku-buku tentang safety, partisipasi pada kursus/seminar safety. Adanya pelatihan yang tepat bagi seluruh personel merupakan suatu indikasi dari komitmen pimpinan pada suatu SMS yang efektif, memandang pelatihan sebagai suatu investasi.

35. Bagi personel baru, perlu mengetahui apa saja yang dibutuhkan dan bagaimana fungsi dari organisasi SMS. Karena itu, perlu dilaksanakan pelatihan awal untuk menekan pentingnya safety dalam menjalankan tugas satuan. Personel yang lebih berpengalaman mungkin memerlukan pelatihan sebagai penyegaran untuk proses safety tertentu dimana keterlibatan mereka secara langsung mungkin saja dibutuhkan.

36. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam sosialisasi safety dan pelatihan adalah:

a. Ka/Dansatker memahami bahwa seluruh level di satuan memerlukan pelatihan.

b. Tugas dan tanggung jawab pekerjaan merefleksikan kompetensi personel yang dibutuhkan.

c. Seluruh level berpartisipasi pada pelatihan safety yang sedang berlangsung.

d. Satuan memiliki program yang efektif untuk meningkatkan kondisi safety.

Page 23: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

e. Setiap personel harus menyadari perannya sebagai unsur dari program SMS dalam melaksanakan tugas.

f. Pelatihan tambahan dapat diberikan apabila terjadi perubahan lingkungan operasional.

g. Seluruh personel harus memahami bahwa SMS bertujuan memperbaiki suatu kesalahan.

Langkah 9 : Dokumentasi dan Informasi

37. SMS yang efektif membutuhkan pengelolaan yang baik terhadap dokumentasi dan informasi. Dokumentasi ini dibutuhkan sebagai dasar kewenangan dalam mengatur hubungan antar departemen pada suatu satuan.

38. Informasi penting perlu didokumentasikan, sebagai contoh laporan kejadian-kejadian dan nota identifikasi kerusakan, yang dapat membantu SMS dalam menerapkan proses manajemen resiko. Tanpa adanya dokumentasi yang baik banyak informasi penting dan berharga yang hilang, sedangkan untuk mengumpulkannya kembali diperlukan banyak waktu.

39. Dokumentasi yang ada harus mampu menyiapkan petunjuk penting dalam mengintegrasikan aktifitas safety satuan tersebut. Hal tersebut merupakan instrumen untuk menginformasikan tentang safety kepada seluruh level yang ada di satuan tersebut. Seluruh aspek SMS, termasuk kebijakan safety, akuntabilitas safety individu, prosedur safety, dan lain-lain harus didokumentasikan dengan baik.

Page 24: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

40. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan di dalam dokumentasi dan infomasi:

a. Satuan mendukung keperluan penyimpanan dan kontrol data.

b. Seluruh aspek SMS harus terdokumentasi dengan baik.

c. Dokumentasi yang ada harus diperbaharui secara rutin dan dapat diakses oleh siapa saja yang membutuhkannya kecuali untuk informasi yang sensitif perlu adanya langkah-langkah pengamanan.

d. Tersedianya peralatan dan dukungan teknis yang memadai guna mengatur informasi safety.

e. Kumpulan data safety yang ada dapat digunakan untuk mendukung analisa dan pengawasan safety secara menyeluruh.

f. Seluruh level perlu menerima pelatihan yang dibutuhkan dalam menggunakan dan merawat sistem manajemen informasi safety.

Langkah 10: Pengawasan Safety dan Monitoring Kinerja Safety

41. SMS membutuhkan umpan balik (“closing the loop”) untuk menilai tingkat keberhasilan kesembilan langkah (langkah 1 – langkah 9) bekerja. Hal ini dapat dilakukan melalui safety oversight dan monitoring kinerja safety.

Page 25: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

42. Pengawasan safety dapat dilakukan melalui inspeksi, survey dan audit untuk meyakinkan apakah personel telah melakukan hal yang seharusnya mereka lakukan. Dalam beberapa organisasi besar, safety audit secara formal dilaksanakan secara teratur sebagai suatu metode untuk mendeteksi suatu kesalahan dari kegiatan rutin sehari-hari. Safety audit menjamin personel dan manajemen bahwa aktifitas-aktifitas satuan telah dilaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan (contohnya safety). Organisasi yang lebih kecil dapat memperoleh umpan balik dengan cara melalui observasi-observasi informal dan diskusi dengan personel.

43. Monitoring kinerja safety bukan hanya memonitor kinerja personel tetapi juga memonitor pencapaian tujuan organisasi. Hal ini dapat dilakukan melalui survey dan evaluasi secara teratur sehingga peningkatan safety dapat dilaksanakan secara efektif dan relevan pada tujuan operasional organisasi.

44. Beberapa hal penting yang perlu mendapatkan perhatian di dalam pengawasan safety dan monitoring kinerja safety adalah sebagai berikut :

a. Indikator keberhasilan safety dilakukan melalui target-target safety yang realistis.

b. Alokasi sumber daya yang mencukupi bagi pengawasan safety dan monitoring kinerja safety.

c. Personel memberikan informasi safety secara sukarela.

d. Safety audit yang dilakukan secara teratur pada semua satuan untuk seluruh level.

Page 26: 10Steps to SMS

10 Metode Safety

e. Meninjau kembali secara sistematis seluruh kegiatan evaluasi yang telah dilaksanakan sebagai hasil dari penilaian safety, jaminan kualitas, analisa tren safety, safety survey dan safety audit.

f. Hasil safety audit disampaikan kepada satuan terkait dan komando atas guna dilaksanakan perbaikan untuk meningkatkan safety.

PENUTUP

45. Demikian buku 10 Metode Safety Untuk Mencapai Zero Accident ini disusun. Dengan harapan dapat diimplementasikan di seluruh satuan di jajaran TNI AU dalam rangka mewujudkan kondisi zero accident sehingga kesiapan operasional TNI AU di masa-masa mendatang tetap baik dan seluruh pelaksanaan tugas pokok dapat tercapai dengan aman dan selamat.