10.bab 3 metode penelitian - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab3/2007-3-00324-mn bab...
TRANSCRIPT
43
Bab 3
Metode Penelitian
3.1 Desain Penelitian
3.1.1 Metode dan Jenis Penelitian
Berdasarkan pendapat Sugiyono (2004, p1) metode penelitian diartikan sebagai cara
ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan
dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang bisnis.
Berbagai jenis penelitian yang dapat digunakan untuk penelitian dalam bidang bisnis
(Sugiyono2004, p4). Baik penelitian yang bersifat akademik (mahasiswa), professional
(pengembangan ilmu), dan institusional (penelitian untuk perumusan kebijakan atau
pengambilan keputusan). Penelitian akademik merupakan penelitian yang dilakukan oleh
para mahasiswa dalam membuat skripsi, tesis dan disertasi. Penelitian ini merupakan sarana
edukatif, sehingga lebih mementingkan validitas internal (caranya harus betul), variabel
penelitian terbatas, serta kecanggihan analisis disesuaikan dengan jenjang pendidikan.
Penelitian profesional merupakan penelitiannya para dosen dan peneliti lainnya. Tujuannya
untuk mendapatkan pengetahuan baru.
Jenis-jenis penelitian dapat dikelompokkan menurut, tujuan, pendekatan, dan tingkat
eksplanasi, dan analisis & jenis data (Sugiyono2004, p5). Penelitian menurut tingkat
eksplanasinya adalah tingkat penjelasan. Jadi menurut tingkat eksplanasi adalah penelitian
yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan
antara satu variabel dengan variabel yang lain. Penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi:
deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
44
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian
yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa
membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain (Sugiyono2004,
p11).
Menurut Indriantoro dan Supomo (2002, p26) penelitian deskriptif merupakan
penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi. Tujuan
penelitian deskriptif adalah untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang
berkaitan dengan current status dari subjek yang diteliti. Tipe penelitian ini umumnya
berkaitan dengan opini (individu, kelompok atau organisasional), kejadian, atau prosedur.
3.1.2 Unit Analisis
Unit analisis merupakan tingkat agregasi data yang dianalisis dalam penelitian
(Indiantoro dan Supomo2002, p94). Unit analisis ditentukan berdasarkan pada rumusan
masalah atau pertanyaan penelitian, merupakan elemen yang penting dalam desain
penelitian karena mempengaruhi proses pemilihan, pengumpulan dan analisis data.
3.1.3 Horison Waktu (Time Horizon)
Berdasarkan pendapat Indriantoro dan Supomo (2002, p94) data penelitian dapat
dikumpulkan sekaligus pada periode tertentu (satu titik waktu) atau dikumpulkan secara
bertahap dalam beberapa periode waktu yang relatif lebih lama (lebih dari dua titik waktu),
tergantung pada karakteristik masalah penelitian yang akan dijawab.
a. Studi Satu Tahap (One Shot Study)
Merupakan penelitian yang datanya dikumpulkan sekaligus. Data yang
dikumpulkan dapat berupa data dari satu atau beberapa subyek penelitian yang
mencakup satu atau beberapa periode waktu (hari, minggu, bulan atau tahun). Tipe
45
ini lebih menekankan pada frekuensi tahap pengumpulan data, yaitu satu tahap atau
sekaligus.
b. Studi Cross Sectional (Time Series Study)
Yaitu studi untuk mengetahui hubungan komparatif beberapa subjek yang
diteliti. Umumnya merupakan tipe studi satu tahap yang datanya berupa beberapa
subjek pada waktu tertentu.
c. Studi Beberapa Tahap (Longitudinal Study)
Penelitian-penelitian untuk mengetahui pola kecenderungan, hubungan
kausal-komparatif dan hubungan sebab akibat umumnya memerlukan lebih dari satu
tahap pengumpulan data pada saat (titik waktu) yang berbeda. Studi ini memerlukan
waktu lebih lama dan usaha lebih banyak dibandingkan dengan tipe studi satu tahap.
Pengamatan yang dilakukan dalam studi jangka panjang relatif lebih intensif dan
lebih baik dibandingkan dengan observasi pada studi satu tahap, meskipun
memerlukan waktu dan biaya relatif lebih mahal.
Tabel 3.1
Desain Penelitian
Tujuan Jenis Penelitian Unit Analisis Time Horizon
T – 1 Deskriptif Pemasaran Cross Sectional
T – 2 Deskriptif Pemasaran Cross Sectional
T – 3 Deskriptif Pemasaran Cross Sectional
Sumber: Data diolah, (April 2007).
Keterangan:
T – 1 = Untuk mengetahui segmentasi pasar di IAG Healthsciences Medical Center.
T – 2 = Untuk mengetahui diferensiasi produk di IAG Healthsciences Medical Center.
T – 3 = Untuk mengetahui penentuan target pasar di IAG Healthsciences Medical Center.
46
3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian
3.2.1 Defenisi Operasional
Berdasarkan pendapat Indriantoro dan Supomo (2002, p69) definisi operasional
adalah penentuan pengukuran variabel sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi
operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam
mengoperasionalisasikan penentuan variabel, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain
untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara
pengukuran penentuan variabel yang lebih baik.
3.2.2 Pengertian Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut
(Sugiyono2004, p31). Secara teoritis variabel dapat didefenisikan sebagai atribut seseorang
atau objek, yang menpunyai ”variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek
dengan objek yang lain. Kesimpulannya variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang menpunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
3.2.3 Tipe-tipe Variabel Penelitian
Tipe-tipe variabel penelitian dapat diklasifikasi berdasarkan fungsi variabel dalam
hubungan antar variabel, yaitu: variabel independen (independent variable), variabel
dependen (dependent variable), dan variabel intervening (intervening variable).
47
1. Variabel Independen
Adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruh variabel yang
lain. Variabel independen dinamakan pula dengan variabel yang diduga sebagai
sebagai sebab (presumed cause variable). Variabel independen juga dapat disebut
sebagai variabel yang mendahului (antecedent variable).
2. Variabel Dependen
Adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel
independen. Variabel dependen yaitu variabel yang diduga sebagai akibat. Variabel
dependen dapat juga disebut sebagai variabel konsekuensi (consequent variable).
3.2.4 Skala Pengukuran
Merupakan abstraksi dari fenomena yang dapat berupa kejadian, proses, atribut,
subjek atau objek tertentu (Indriantoro dan Supomo2002, p97). Pemilihan metode statistik
juga dipengaruhi oleh tipe skala pengukuran yang digunakan, antara lain: skala nominal,
skala ordinal, skala interval, dan skala rasio.
Menurut Sugiyono (2004, p84) skala pengukuran merupakan kesepakatan yang
digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam
alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan
data kuantitatif.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena
sosial. Dalam penelitian fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti,
yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala likert maka variabel yang
akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan
sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau
48
pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert menpunyai
gradiasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:
1. Sangat setuju 1. Sangat positif
2. Setuju 2. Positif
3. Ragu-ragu 3. Netral
4. Tidak setuju 4. Negatif
5. Sangat tidak setuju 5. Sangat negatif
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya
(Sugiyono2004, p87):
1. Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5
2. Setuju/sering/positif diberi skor 4
3. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3
4. Tidak setuju/hampir tidak pernah/ negatif diberi skor 2
5. Sangat tidak setuju/tidak pernah/sangat negatif diberi skor 1
Instrumen penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat dalam bentuk
checklist ataupun pilihan ganda (Sugiyono2004, p87-89).
1. Bentuk checklist
Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan
cara memberi tanda (√) pada kolom yang tersedia.
2. Bentuk pilihan ganda
Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan sesuai dengan pendapat
anda, dengan cara memberi tanda lingkaran pada nomor jawaban yang tersedia.
Dengan bentuk pilihan ganda, maka jawaban dapat diletakkan pada tempat yang
berbeda-beda. Untuk jawaban “sangat tidak setuju” diletakkan pada jawaban nomor
49
pertama. Untuk item selanjutnya jawaban “sangat setuju” dapat diletakkan jawaban
nomor terakhir.
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Sub Variabel Konsep Indikator Skala
Segmentasi
Segmentasi Demografis Segmentasi Manfaat Segmentasi Psikografis Segmentasi Perilaku
Bauran Pemasaran
Usia Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Kewarganegaraan Sumber Informasi Alasan Berobat Keuntungan dari promosi Kesan manfaat produk Nilai pelayanan dan perawatan Kepercayaan Pribadi Tingkat Kepercayaan Status Pemakaian Status Kesetiaan Perilaku Pembelian Sikap terhadap produk
Likert
Diferensiasi
Diferensiasi Produk
Bauran Pemasaran
Bentuk Produk Keistimewaan Produk Khasiat Produk Daya Tahan Produk Jenis Produk Rancangan Produk Kesesuaian Produk Keunggulan Produk dengan produk lain
Likert
Sumber: Data diolah, (April 2007).
50
3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian
3.3.1 Sumber Data Penelitian
Berdasarkan pendapat Sugiyono (2004, p129) pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat
orang lain atau lewat dokumen.
3.3.2 Jenis Data Penelitian
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer dan data
sekunder. Jenis data penelitian berkaitan dengan sumber data dan pemilihan metode yang
digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data penelitian (Indriantoro dan Supomo2002,
p145). Penentuan metode pengumpulan data dipengaruhi oleh jenis dan sumber data
penelitian yang dibutuhkan. Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi
pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Jenis data penelitian terdiri atas:
data primer dan data sekunder.
a. Data Primer (Primary Data)
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer secara
khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data
primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil
observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian.
Peneliti dengan data primer dapat mengumpulkan data sesuai dengan yang
51
diinginkan, karena data yang tidak relevan dengan tujuan penelitian dapat dieleminir
atau setidaknya dikurangi.
b. Data Sekunder (Secondary Data)
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan.
Tabel 3.3
Jenis dan Sumber Data Penelitian
Tujuan Data yang
Diperlukan Jenis Data Sumber Data
T – 1
Program
Pemasaran Primer dan Sekunder
Bagian Pemasaran,
Responden
T – 2 Produk Primer dan Sekunder
Bagian Pemasaran,
Responden
T – 3
Program
Pemasaran Primer dan Sekunder Bagian Pemasaran
Sumber: Data diolah, (April 2007).
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam Penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,
kuesioner, observasi dan studi kepustakaan. Dengan melakukan wawancara secara tatap
muka (face to face) dengan bagian business development manager perusahaan. Melalui
kuesioner yaitu membagikan kuesioner kepada responden yang merupakan pasien dari klinik
IAG Healthsciences Medical Center, kuesioner tersebut dibagikan pada saat pasien datang ke
52
klinik. Selain itu teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan
observasi dan studi kepustakaan.
Berdasarkan pendapat Sugiyono (2004, p129) pengumpulan data dapat dilakukan
dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya,
data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan
metode eksperimen, dirumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di
jalan dan lain-lain. Pengumpulan data berdasarkan tekniknya, yaitu:
1. Wawancara (Interview)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini
mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self report, atau setidak-
tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan
dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan
telepon.
Wawancara baik yang dilakukan dengan face to face maupun yang
menggunakan pesawat telepon, akan selalu terjadi kontak pribadi. Oleh karena itu,
pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu
yang tepat kapan dan dimana harus melakukan wawancara. Kalau dipaksakan
wawancara dalam kondisi yang kurang tepat, maka akan menghasilkan data yang
tidak valid dan akurat. Bila responden yang akan diwawancarai telah ditentukan
orangnya, maka sebaiknya sebelum melakukan wawancara, pewawancara minta
waktu terlebih dulu, kapan dan dimana bisa melakukan wawancara. Dengan cara ini,
53
maka suasana wawancara akan lebih baik, sehingga data yang diperoleh akan lebih
lengkap dan valid.
2. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti
tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
responden. Selain kuesioner juga cocok digunakan jika jumlah responden cukup
besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau
pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara
langsung atau dikirim melalui pos atau internet.
3. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data menpunyai ciri yang spesifik bila
dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau
wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak
terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain. Teknik pengumpulan
data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak
terlalu besar.
4. Studi Kepustakaan
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan berdasarkan informasi
yang diperoleh melalui buku-buku, majalah, jurnal ilmiah, tesis, dan sebagainya;
yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
54
3.5 Teknik Pengambilan Sampel
3.5.1 Pengertian Sampel
Berdasarkan pendapat Sugiyono (2004, p73) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,
tenaga, dan waktu. Maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang menpunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada
objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
subjek atau objek itu.
3.5.2 Teknik Sampling
Berdasarkan pendapat Sugiyono (2004, p73) teknik sampling adalah merupakan
teknik pengambilan sampel. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Untuk itu sampel yang diambil harus benar-benar dapat mewakili suatu
populasi.
Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu probability
sampling dan nonprobability sampling (Sugiyono2004, p73-78). Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah Probability Sampling. Probability sampling adalah teknik sampling
yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Probability sampling meliputi: simple random sampling,
proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area random.
55
Penelitian ini menggunakan simple random sampling. Dengan menentukan ukuran
sampel secara acak (random), dengan melihat nomor urut registrasi dari pasien, tapi diambil
secara acak.
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara
demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen (Sugiyono2004, p74).
3.5.3 Kesalahan Pemilihan Sampel
Kesalahan dalam pemilihan sampel dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan
pada setiap prosedur dalam pemilihan sampel (Indriantoro dan Supomo2002, p135), antara
lain: kesalahan kerangka sampel, kesalahan dalam penentuan unit sampel, atau kesalahan
dalam pemilihan sampel secara acak.
1. Kesalahan Kerangka Sampel (Sampling Frame Error)
Disebabkan oleh adanya perbedaan antara elemen-elemen dalam kerangka
sampel (misal: daftar mahasiswa atau daftar telepon) dengan elemen-elemen
populasi target. Jika jumlah dan karakteristik elemen tersebut relatif signifikan, maka
kemungkinan akan menyebabkan pemilihan elemen dari kerangka sampel yang
kurang representatif.
2. Kesalahan Unit Sampel (Unit Sampling Error)
Penentuan elemen-elemen dalam suatu unit sampel kemungkinan kurang
mewakili karakteristik populasinya. Tingkat heterogenitas elemen-elemen populasi
dapat menyebabkan timbulnya kesalahan dalam unit sampel yang ditentukan
berdasarkan strata atau kelompok tertentu.
56
3. Kesalahan Pemilihan Sampel Secara Acak (Random Sampling Error)
Terjadi karena kemungkinan adanya variasi dalam pemilihan subjek sampel
secara acak. Tipe kesalahan ini kemungkinan disebabkan oleh nilai elemen-elemen
yang sangat variatif atau ekstrem (tinggi sekali atau rendah sekali) sehingga dapat
saling menghapus dalam perhitungan rata-rata.
3.5.4 Uji Validitas dan Reliabilitas
Ada dua konsep untuk mengukur kualitas data, yaitu: reliabilitas dan validitas
(Indriantoro dan Supomo2002, p180). Artinya, suatu penelitian akan menghasilkan
kesimpulan yang bias jika datanya kurang reliabel dan kurang valid.
Menurut Sugiyono (2002, p109) perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid
dan reliabel dengan instrumen yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid bila
terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi
pada obyek yang diteliti. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam
pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi
instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil
penelitian yang valid dan reliabel. Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan
instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, otomatis hasil (data) penelitian
menjadi valid dan reliabel. Hal ini masih dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti, dan
kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data.
3.5.4.1 Uji Reliabilitas
Konsep reliabilitas dapat dipahami melalui ide dasar konsep tersebut yaitu
konsistensi (Indriantoro dan Supomo2002, p180). Peneliti dapat mengevaluasi
instrumen penelitian berdasarkan perspektif dan teknik yang berbeda, tetapi
57
pertanyaan mendasar untuk mengukur reliabilitas data adalah ”bagaimana
konsistensi data yang dikumpulkan?”. Pengukuran reliabilitas menggunakan indeks
numerik yang disebut dengan koefisien. Kosep reliabilitas dapat diukur melalui tiga
pendekatan, yaitu koefisien stabilitas, koefisien ekuivalensi, dan reliabilitas
konsistensi internal.
Menurut Sugiyono (2004, p109) hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat
kesaman data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam obyek kemarin bewarna
merah, maka sekarang dan besok tetap bewarna merah. Reliabilitas instrumen
merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu, walaupun
instrumen yang valid umumnya pasti reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrumen
perlu dilakukan.
Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun
internal (Sugiyono2004, p120). Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan
test-retest, equivalent, dan gabungan keduanya.
a. Test-Retest
Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test-retest
dilakukan. Dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada
responden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama, dan
waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara
percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif
dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel. Pengujian
cara ini sering disebut juga stability.
b. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa
berbeda, tetapi maksudnya sama. Pengujian reliabilitas instrumen dengan
58
cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua, pada responden
yang sama, instrumen berbeda. Bila korelasi positif dan signifikan, maka
instrumen dinyatakan reliabel.
c. Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua
instrumen yang ekuivalen itu beberapa kali, ke responden yang sama. Jika
dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, akan dapat dianalisis
enam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya
positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrumen tersebut
reliabel.
d. Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan
cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian dengan data diperoleh
dianalisis dengan teknik tertentu. Pengujian reliabilitas instrumen ini dapat
dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (split half).
Berikut diberikan rumus Spearman Brown:
ri = 2 rb____
1 + rb
Di mana:
ri = reliabilitas internal seluruh instrumen
rb = korelasi product moment antara belahan pertama
dan kedua.
59
3.5.4.2 Uji Validitas
Menurut Indriantoro dan Supomo (2002, p181) validitas data penelitian
ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat. Oleh karena itu, jika kata sinonim
dari reliabilitas yang paling tepat adalah konsistensi, maka esensi dari validitas
adalah akurasi. Suatu instrumen pengukur dikatakan valid jika instrumen tersebut
mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu data penelitian yang valid, bagaimana
pun harus reliabel karena akurasi memerlukan konsistensi.
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data itu valid (Sugiyono2004, p109). Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada tiga pendekatan yang
dapat digunakan untuk mengukur validitas, antara lain:
a. Pengujian Validitas Konstruksi (construct validity)
Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli.
Mungkin para ahli akan memberi keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa
perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. Pengujian dilakukan dengan
mengkorelasikan antara skor item instrumen dalam suatu faktor, dan
mengkorelasikan satu faktor dengan skor total. Jika nilai korelasi dibawah 0,30 maka
dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus
diperbaiki atau dibuang.
b. Pengujian Validitas Isi (content validity)
Untuk instrumen yang berbentuk test, pengujian validitas isi dapat dilakukan
dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah
diajarkan. Untuk instrumen yang akan mengukur efektifitas pelaksanaan program,
maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi
instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan.
60
c. Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk
mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta
empiris yang terjadi di lapangan. Untuk meningkatkan validitas eksternal penelitian
selain meningkatkan validitas eksternal instrumen, maka dapat dilakukan dengan
memperbesar jumlah sampel.
3.6 Teknik Pengolahan Sampel
Berdasarkan pendapat Indriantoro dan Supomo (2002, p132) bahwa untuk
memperoleh sampel yang representatif diperlukan ukuran sampel yang besar. Ada yang
menyatakan paling sedikit 10% dari jumlah populasi. Pendapat-pendapat tersebut kurang
tepat, karena untuk menentukan ukuran sampel tergantung pada variasi populasinya.
Semakin besar dispersi atau variasi suatu populasi maka semakin besar pula ukuran sampel
yang diperlukan agar estimasi terhadap parameter populasi dapat dilakukan dengan akurat
dan presisi. Ukuran sampel dipengaruhi oleh tingkat keyakinan peneliti dalam melakukan
estimasi.
Menurut Sugiyono (2004, p79) jumlah anggota sampel yang tepat digunakan
tergantung pada tingkat kesalahan yang dikehendaki. Tingkat kepercayaan yang dikehendaki
sering tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga yang tersedia. Makin besar tingkat
kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan, dan sebaliknya, makin
kecil tingkat kesalahan, maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan.
61
Ukuran sampel didapat dengan menggunakan rumus Slovin (Umar2003, p146),
yaitu:
n = N______
1 + N e2
Keterangan:
N = Ukuran populasi
n = Ukuran sampel
e = Persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan.
3.7 Metode Analisis
Berdasarkan pendapat Indriantoro dan Supomo (2002, p166) analisis data penelitian
merupakan bagian dari proses pengujian data setelah tahap pemilihan dan pengumpulan
data penelitian. Proses analisis data penelitian umumnya terdiri atas beberapa tahap, yaitu:
tahap persiapan, analisis deskriptif, pengujian kualitas data dan pengujian hipotesis.
Statistik menpunyai banyak pengertian, yaitu sekumpulan metode yang dapat
digunakan untuk menarik kesimpulan yang masuk akal dari suatu data (Indriantoro dan
Supomo2002, p167). Statistik digunakan oleh peneliti sebagai metode untuk menganalisis
data yang berupa deskripsi dan estimasi data untuk menarik kesimpulan dari hasil penelitian.
Analisis Chi Square
Menurut Sugiyono (2004, p267) analisis Chi Square digunakan untuk menguji
hipotesis komparatif lebih dari dua sampel, bila datanya berbentuk diskrit atau nominal.
Rumus dasar Chi Square yang digunakan adalah:
62
X2 = Fh
FhFo∑ − 2)(
Keterangan:
X2 = Chi Kuadrat
Fo = Frekuensi yang diobservasi
Fh = Frekuensi yang diharapkan
Hipotesis:
Ho : tidak terdapat perbedaan secara signifikan
Ha : terdapat perbedaan secara signifikan
Kriteria pengujian hipotesis:
Ho diterima bila nilai Chi Square hitung lebih kecil atau sama dengan nilai Chi Square
tabel.
Berdasarkan pendapat Pratisto (2004, p63) uji Chi Square merupakan salah satu
analisis statistik yang banyak digunakan dalam pengujian hipotesis. Chi Square terutama
digunakan untuk uji homogenitas, uji independensi, dan uji keselarasan (goodness of fit).
1. Uji Independensi
Uji ini digunakan untuk menguji ada atau tidaknya interdependensi antara
variabel kuantitatif yang satu dengan yang lainnya berdasarkan observasi yang ada.
Misalnya seorang dokter ingin mengetahui apakah ada interdependensi (hubungan)
antara beberapa orang yang diberi vaksin dengan yang tidak diberi vaksin terhadap
penyakit yang diderita.
2. Uji Keselarasan (Goodness of Fit Test)
Uji keselarasan adalah perbandingan antara frekuensi observasi dengan
frekuensi harapan (expected frequencies). Uji keselarasan melakukan pengujian
apakah distribusi hasil pengamatan (observasi) sesuai dengan distribusi teori
tertentu atau tidak.
63
3.8 Rancangan Implikasi Hasil Penelitian
Dalam rancangan implikasi hasil penelitian ini, hasil penelitian ini akan disimpulkan
dan ditarik suatu kesimpulan untuk menetapkan segmentasi pasar, diferensiasi produk, dan
target pasar yang tepat bagi perusahaan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan perusahaan
antara lain:
• Menentukan strategi segmentasi pasar pada kelompok/segmen pasar yang besar dan
menarik.
• Menetapkan strategi diferensiasi produk yang memberikan nilai tambah bagi pasien /
calon pasien.
• Meningkatkan fokus pada target pasar yang paling berpotensi.
• Strategi peningkatan promosi dalam meningkatkan jumlah pasien.