101783799 referat hematuria fix

Upload: nur-fitri-widiningrum

Post on 29-Oct-2015

180 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

UMUM

TRANSCRIPT

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    Darah dalam kemih merupakan suatu petanda yang perlu segera di tindak lanjuti

    dengan berbagai pemeriksaan laboratorium. Hematuria merupaan suatu gejala yang penting pada

    berbagai penyait ginjal dan salurannya, sedangkan proteinuria lebih memilii arti dalam hal

    diagnostic dan prognostic penyakit. Pemeriksaan harus dilakuan dengan teliti dan terarah supaya

    jangan sampai ada hal penting yang terlewatkan sedangkan pemeriksaan-pemeriksaan yang tidak

    perlu sebaiknya dihindarkan.

    Hematuria dapat merupakan petanda dari suatu penyakit yang serius sehingga

    oleh karenanya sangat penting untu di pastikan adanya sel darah merah dalam saluran kemih

    serta ditentukan tingat keparahannya dan persistensinya. Penanganan pasien dengan hematuria

    yang disertai dengan proteinuria dan penurunan fungsi ginjal tida banya diperdebatan, tetapi

    penanganan pasien dengan isolated hematuriamerupakan hal yang masih selalu menjadi

    perdebatan.

    Hematuria dapat dijumpai dalam berbagai keadaan, seperti misalnya: sebagai

    bagian dari suatu episode hematuria makroskopi , sebagai gejala dari infesi saluran kemih atau

    sebagai petanda lain dari suatu kebetulan yang ditemukan dalam pemeriksaan rutin.

    Anamnesis dan pemeriksaan fisik memegang peranan begitu penting dalam

    menegakan diagnosis pada hematuria. Bila ada demam, letargi, nyeri perut, sembab, atau gejala

    saluran kemih seperti misalnya disuria, inkontinensia urin, dan sering kencing maka kemunginan

    besar berasal dari saluran kemih. Kolik pada daerah pinggang sebelum timbulnya hematuria

    kemungkinannya adalah batu ginjal atau batu ureter, yang kalau ditelusuri mungkin ada riwayat

    pernah keluar pasir sewaktu kencing. Adanya nyeri tekan atau tenggorok 10-14 hari (atau infeksi

    kulit 4-6 minggu) sebelum terjadinya hematuria kemungkinan besar adalah glomerulonefritis

    pasca streptococcus. Bila ada riwayat ruam kulit terutama berbentuk kupu-kupu di daerah wajah

  • , mungkin suatu lupus eritematosus sistemik atau berbrntuk purpura maa kemungkinannya

    adalah Henoch Schnlein.

    Riwayat penyakit dahulu juga perlu dilacak seperti misalnya ada riwayat trauma

    ginjal , gangguan faal hemostasis, atau hematuria dalam keluarga. Adanya riwayat ketulian

    dengan gagal ginjal dalam keluarga terutama keluarga laki-laki sangat mungkin satu sindrom

    alport. Demikian juga adanya riwayat penyakit ginjal polikistik autosomal dominan dalam

    keluarga.

    Meskipun pemeriksaan fisik tidak terlalu penting dalam menegakan diagnosis

    hematuria, namun adanya pembesaran ginjal, kelainan pada genital, atau adanya ruam kulit atau

    yeri sendi dapat berguna dalam menegakkan diagnosis pada pasien dengan hematuria.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    I. DEFINISI

    Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine. Penemuan klinis

    sering di dapatkan pada populasi orang dewasa, dengan prevalensi yang mulai dari 2,5% menjadi

    20,0% .1,2

    Secara visual terdapatnya sel-sel darah merah di dalam urine dibedakan dalam 2

    keadaan, yaitu:

    Hematuria makroskopik

    Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat dilihat sebagai

    urine yang berwarna merah, mungkin tampak pada awal miksi atau pada akhirnya yang

    berasal dari daerah posterior uretra atau leher kandung kemih. (Wim de Jong, dkk, 2004)

    Hematuria makroskopik yang berlangsung terus menerus dapat mengancam jiwa karena

    dapat menimbulkan penyulit berupa: terbentuknya gumpalan darah yang dapat

    menyumbat aliran urine, eksanguinasi sehingga menimbulkan syok hipovolemik/anemi,

    dan menimbulkan urosepsis. (Mellisa C Stoppler, 2010)

    Hematuria mikroskopik.

    Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak dapat dilihat

    sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan mikroskopik diketemukan

    lebih dari 2 sel darah merah per lapangan pandang. (Mellisa C Stoppler, 2010) .

    Meskipun gross hematuria didefinisikan didapatkannya sel-sel darah merah di dalam

    urine, ada kontroversi mengenai definisi yang tepat dari hematuria mikroskopik.

    American Urological Association (AUA) mendefinisikan hematuria mikroskopis klinis

    yang signifikan karena terdapat lebih dari 3 sel darah merah (sel darah merah) pada

    lapangan pandang besar pada 2 dari 3 spesimen urin dikumpulkan dengan selama 2

    sampai 3 minggu.3 Namun, pasien yang berisiko tinggi untuk penyakit urologi harus

  • dievaluasi secara klinis untuk hematuria jika urinalisis tunggal menunjukkan 2 atau lebih

    sel darah merah pada lapangan pandang besar .4

    Gambar 1. Gross Hematuria dan Microscopic Hematuria

    Evaluasi yang tepat dan waktu yang cepat sangat penting, karena setiap derajat hematuria dapat

    menjadi tanda dari penyakit genitourinari yang serius.4, 5

    II. ETIOLOGI

    Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam sistem urogenitalia

    atau kelainan yang berada di luar sistem urogenitalia. Penyebab paling umum dari hematuria

    pada populasi orang dewasa termasuk saluran kemih infeksi, batu saluran kemih, pembesaran

    prostat jinak, dan keganasan dalam urologi.1,2,4

    Namun, diferensial lengkap sangat luas ,

    beberapa insiden khusus kondisi yang berhubungan dengan hematuria bervariasi dengan umur

    pasien, jenis hematuria (gross atau mikroskopis, gejala atau tanpa gejala), dan adanya faktor

    risiko keganasan.

    Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien dengan hematuria mikroskopis dan sampai dengan

    40% pasien dengan gross hematuria ditemukan pada neoplasma dari urinary tract.3

    genitourinari, 5,6

    Sebaliknya, pada hingga 40% pasien dengan asimptomatik mikrohematuria,sulit

  • di identifikasikan penyebabnya .1

    Akibatnya, dokter harus mempertimbangkan hematuria yang

    tidak jelas penyebabnya dari tingkat mana pun dan mampu mempertimbangkan kemungkinan

    suatu keganasan .

    Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain adalah:

    Infeksi antara lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis, dan uretritis

    Tumor jinak atau tumor ganas yaitu: tumor ginjal (tumor Wilms), tumor grawitz, tumor

    pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat jinak.

    Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain : kista ginjal

    Trauma yang mencederai sistem urogenitalia.

    Batu saluran kemih. (Mellisa C Stoppler, 2010)

    Kelainan-kelainan yang berasal dari luar sistem urogenitalia antara lain adalah:

    Kelainan pembekuan darah (Diathesis Hemorhagic),

    SLE,

    Penggunaan antikoagulan, atau proses emboli pada fibrilasi atrium jantung maupun

    endokarditis. (Wim de Jong, dkk, 2004)

  • Cause of Hematuria

    Urinary tract infection

    Urinary calculi

    Urinary tract malignancy

    Urothelial cancer

    Renal cancer

    Prostate cancer

    Benign prostatic hyperplasia

    Radiation cystitis and/or nephritis

    Endometriosis

    Anatomic abnormalities

    Arteriovenous malformation

    Urothelial stricture disease

    Ureteropelvic junction obstruction

    Vesicoureteral reflux

    Nutcracker syndrome

    Medical or renal disease

  • Glomerulonephritis

    Interstitial nephritis

    Papillary necrosis

    Alport syndrome

    Renal artery stenosis

    Metabolic disorders

    Hypercalciuria

    Hyperuricosuria

    Coagulation abnormalities

    Miscellaneous

    Trauma

    Exercise-induced hematuria

    Benign familial hematuria

    Loin painhematuria syndrome

    Gambar 2. Penyebab Hematuria

    III. DIAGNOSIS

    Evaluasi Diagnosis . Harus diyakinkan dahulu, benarkah seorang pasien menderita

    hematuria, pseudo hematuria, atau perdarahan per-uretra. Pseudo atau false hematuria adalah

    urine yang berwarna merah atau kecoklatan yang bukan disebabkan sel-sel darah merah.

    Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena hemoglobinuria, mioglobinuria, konsentrasi asam urat

    yang meningkat, sehabis makan/minum bahan yang mengandung pigmen tumbuh-tumbuhan

    yang berwarna merah, atau setelah mengkonsumsi beberapa obat-obatan tertentu antara lain:

    fenotiazin, piridium, porfirin, rifampisin, dan fenolftalein. Perdarahan per-uretra adalah

    keluarnya darah dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi, hal ini sering terjadi

    pada trauma uretra atau tumor uretra. (Mellisa C Stoppler, 2010)

    Hemoglobinuria tanpa hematuria dapat disebabkan oleh adanya hemolisis. Mioglobinuria tanpa

    hematuria terjadi pada sindrom rabdiomiolisis setelah cedera otot rangka dan disertai

    peningkatan sebanyak lima kali pada kadar kreatin kinase plasma. Rabdomiolisis dapat terjadi

    secara sekunder akibat miositis viral, luka remuk, abnormalitas elektrolit berat (hipernatremia,

    hipofosfatemia), hipotensi, koagulasi intravaskulas terdisseminasi (DIC), toksin (obat, racun),

    dan kejang berkepanjangan.

  • Urin tanpa heme dapat terlihat merah, coklat kola, atau merah keunguan akibat konsumsi

    berbagai jenis obat, makanan atau pewarna makanan. Urin dapat berwarna coklat kehitaman atau

    hitam jika terdapat berbagai kelainan metabolit urin.

    PENYEBAB POSITIF PALSU PADA TES HEMATURIA HEME POSITIF

    Hemoglobin

    Mioglobin HEME NEGATIF

    Obat-Obatan

    Chloroquine

    Deferoxamine

    Ibuprofen

    Iron sorbitol

    Metronidazole

    Nitrofurantoin

    Phenazopyridine

    Phenolphthalein

    Phenothiazines

    Rifampin

    Salisilat

    Sulfasalazine Bahan Pewarna Buah atau Sayuran

    Bahan Pewarna Makanan Sintetik

    Metabolit

    Asam homogentisat

    Melanin

    Methemoglobin

    Porfirin

    Tirosinosis

    Urat Gambar 3. Penyebab Positif Palsu pada Tes Hematuria

    Penyebab hematuria dapat dilihat pada tabel Sumber hematuria di dari saluran kemih

    bagian atas berasal dari nefron (glomerulus, tubulus kontortus dan interstisium). Hematuria di

    saluran kemih bagian bawah berasal dari sistem pelvokaliks, ureter, kandung kemih dan uretra.

    Hematuria yang berasal dari nefron seringkali tampak sebagai urin berwarna coklat, coklat cola,

  • atau merah keunguan, disertai proteinuria (>100 mg/dL dengan dipstick), terdapat cast SDM dan

    akantosit atau kelaianan bentuk SDM lain pada pemeriksaan mikroskopik urin. Hematuria yang

    berasal dari tubulus kontortus dapat dilihat dari keberadaan cast leukosit atau sel epitel tubulus

    renal. Hematuria dari saluran kemih bagian bawah umumnya dihubungkan dengan hematuria

    berat, hematuria terminal (hematuria terjadi pada saat aliran urin akan berakhir), bekuan darah,

    morfologi urin SDM normal, dan proteinuria minimal pada dipstick (

  • Riwayat gross hematuria sebelumnya

    Usia di atas 40 tahun

    Riwayat gangguan berkemih, nyeri saat berkemih, dan infeksi saluran kemih

    Penyalahgunaan analgetik

    Riwayat radiasi panggul.

    INISIAL TOTAL TERMINAL

    Terjadi pada Awal miksi Seluruh proses miksi Akhir misi

    Tempat kelainan Uretra Buli-buli, ureter, atau ginjal Leher buli-buli

    Gambar 5. Porsi hematuria pada saat miksi

    B. Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisik harus fokus pada deteksi hipertensi yang hadir bersamaan dengan

    sindrom nefritik dan penyakit pembuluh darah ginjal, edema terkait dengan sindrom nefrotik,

    massa perut atau panggul teraba menyarankan ginjal neoplasma, dan adanya nyeri ketok

    kostovertebral atau nyeri tekan suprapubik berhubungan dengan infeksi saluran kemih.

    Pemeriksaan rektal pada pria dapat mengungkapkan nodularitas prostat atau pembesaran

    sebagai penyebab potensial.

    Pada pemeriksaan diperhatikan adanya hipertensi yang mungkin merupakan manifestasi

    dari suatu penyakit ginjal. Syok hipovolemik dan anemia mungkin disebabkan karena banyak

    darah yang keluar. Ditemukannya tanda-tanda perdarahan di tempat lain adalah petunjuk adanya

    kelainan sistem pembekuan darah yang bersifat sistemik.

    Pucat pada kulit dan konjungtiva sering terlihat pada pasien dengan anemia.

    Periorbital, skrotum, dan edema perifer, mungkin menunjukkan hipoalbuminemia dari

    glomerulus atau penyakit ginjal.

    Cachexia mungkin menunjukkan keganasan.

    Nyeri tekan dari sudut kostovertebral, dapat disebabkan oleh pielonefritis atau dengan

    perbesaran massa seperti tumor ginjal.

    Nyeri suprapubik sistitis, baik yang disebabkan oleh infeksi, radiasi, atau obat

    sitotoksik.

    Kandung kemih tidak teraba ketika didekompresi, kandung kemih diisi dengan 200 mL

    urin percussible. Dalam retensi urin akut, biasanya terlihat dalam kasus-kasus BPH atau

  • obstruksi oleh bekuan, kandung kemih bisa diraba dan dapat dirasakan hingga tingkat

    umbilikus.

    Palpasi bimanual pada ginjal perlu diperhatikan adanya pembesaran ginjal akibat tumor,

    obstruksi, ataupun infeksi ginjal. Massa pada suprasimfisis mungkin disebabkan karena

    retensi bekuan darah pada buli-buli.

    Pada colok dubur, ukuran, bentuk dan konsistensi prostat dinilai mengetahui adanya

    pembesaran prostat benigna maupun karsinoma prostat. Setelah prostatektomi enukleasi

    maupun endoskopik, simpai prostat dibiarkan sehingga pada colok dubur memberikan

    kesan prostat masih membesar. Lobus medial prostat yang mungkin menonjol ke

    kandung kemih umumnya tidak dapat dicapai dengan jari. Karsinoma prostat

    menyebabkan asimetri dan perubahan konsistensi setempat. Diagnosis dipastikan melalui

    biopsy jarum transrektal.

    Pemeriksaan dengan menggunakan berbagai kateter yang dahulu dibuat dari karet dan

    sekarang lateks, politen atau silicon. Ujung kateter dibuat dalam berbagai bentuk supaya

    tidak dapat tercabut; yang biasa ialah bentuk Foley yang pada ujungnya berbentuk balon

    yang dapat dikembangkan. Untuk ukurannya digunakan skala Charriere, berdasarkan

    skala Prancis yang menyatakan ukuran lingkaran di luarnya dan bukan diameternya.

    Diameter didapat dengan membagi ukuran Charriere dengan tiga. (Wim de Jong, dkk,

    2004)

    C. Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan darah yang dilakukan yakni penentuan kadar kreatinin, ureum dan elektrolit

    untuk mengetahui faal ginjal; fosfatase asam yang mungkin meningkat pada metastase

    prostat, dan fosfatase alkali yang dapat meningkat pada setiap jenis metastase tulang.

    Kadar kalsium, fosfat, asam urat dan hormon paratiroid ditentukan bila terdapat

    kemungkinan urolithiasis.

    Pemeriksaan urine dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik, bakteriologik dan

    sitologik. Pemeriksaan urinalisis dapat mengarah kepada hematuria yang disebabkan oleh

    faktor glomeruler ataupun non glomeruler. Pemeriksaan hapusan darah tepi dapat

    menunjukkan proses mikroangiopati yang sesuai dengan sindrom hemolitik-uremik,

    trombosis vena ginjal, vaskulitis, atau SLE. Pada keadaan terakhir, adanya autoantibodi

    dapat ditunjukkan dengan reaksi Coombs positif, adanya antibodi antinuclear, leukopenia

  • dan penyakit multisistem. Trombositopenia dapat diakibatkan oleh berkurangnya

    produksi trombosit (pada keganasan) atau peningkatan konsumsi trombosit (SLE, purpura

    trombositopenik idiopatik, sindrom hemolitik-uremik, trombosis vena ginjal). Walaupun

    morfologi SDM urin dapat normal pada perdarahan saluran kemih bawah dan dismorfik

    pada perdarahan glomerular, morfologi sel tidak secara pasti berhubungan dengan lokasi

    hematuria.

    Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan adanya infeksi organisme

    pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan pH urine yang sangat asam mungkin

    berhubungan dengan batu asam urat.

    Sitologi urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya keganasan sel-sel urotelial.

    IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus hematuria & sering

    digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi ginjal. Umumnya, menghasilkan gambaran

    terang saluran kemih dari ginjal sampai dengan kandung kemih, asal faal ginjal

    memuaskan. Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu saluran kemih, kelainan bawaan

    saluran kemih, tumor urotelium, trauma saluran kemih, serta beberapa penyakit infeksi

    saluran kemih.

    USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan prostat (padat atau kista),

    adanya batu atau lebarnya lumen pyelum, penyakit kistik, hidronefrosis, atau urolitiasis

    ureter, kandung kemih dan uretra, bekuan darah pada buli-buli/pielum, dan untuk

    mengetahui adanya metastasis tumor di hepar. Ultrasonografi dari saluran kemih sangat

    berguna pada pasien dengan hematuria berat, nyeri abdomen, nyeri pinggang, atau

    trauma. Jika hasil penelitian awal ini tetap normal, disarankan dilakukan pemeriksaan

    kreatinin dan elektrolit serum.

    Endoultrasonografi, yaitu ekografi transurethral sangat berguna untuk pemeriksaan

    prostat dan buli-buli

    Arteriografi dilakukan bila ditemukan tumor ginjal nonkista untuk menilai

    vaskularisasinya walaupun sering digunakan CT-Scan karena lebih aman dan

    informative. Bagian atas saluran kemih dapat dilihat dengan cara uretrografi retrograd

    atau punksi perkutan.

    Payaran radionuklir digunakan untuk menilai faal ginjal, misalnya setelah obstruksi

    dihilangkan

    Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih memberikan gambaran jelas dan

    kesempatan untuk mengadakan biopsy

  • Sistometrografi biasanya digunakan untuk menentukan perbandingan antara isi dan

    tekanan di buli-buli

    Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi (URS) dikerjakan jika pemeriksaan penunjang di

    atas belum dapat menyimpulkan penyebab hematuria. (Wim de Jong, dkk, 2004)

    Imaging Modalities for Evaluation of the Urinary Tract

    Modality Advantages and disadvantages

    Intravenous urography

    Considered by many to be best initial study for evaluation of urinary tract

    Widely available and most cost-efficient in most centers

    Limited sensitivity in detecting small renal masses

    Cannot distinguish solid from cystic masses; therefore, further lesion characterization by ultrasonography, computed tomography or magnetic resonance imaging is necessary

    Better than ultrasonography for detection of transitional cell carcinoma in kidney or ureter

    Ultrasonography Excellent for detection and characterization of renal cysts

    Limitations in detection of small solid lesions (< 3 cm)

    Computed tomography

    Preferred modality for detection and characterization of solid renal masses

    Detection rate for renal masses comparable to that of magnetic resonance imaging, but more widely available and less expensive

    Best modality for evaluation of urinary stones, renal and perirenal infections, and associated complications

    Sensitivity of 94% to 98% for detection of renal stones, compared with 52% to 59% for intravenous urography and 19% for ultrasonography

    Adapted with permission from Grossfeld GD, Wolf JS, Litwin MS, Hricak H, Shuler CL, Agerter DC, Carroll P. Evaluation of asymptomatic microscopic hematuria in adults: the American Urological Association best practice policy recommendations. Part II: patient evaluation, cytology, voided markers, imaging, cystoscopy, nephrology evaluation, and follow-up. Urology 2001;57(4) (In press).

  • Imaging modalities for evaluation of the upper urinary tract

    and their limitations

    Imaging Modality Limitations

    Intravenous Urography Poor sensitivity for and

    ability to characterize renal

    parenchymal masses, intravenous contrast

    exposure

    Retrograde Pyelography Poor sensitivity for and

    ability to characterize renal

    parenchymal masses, invasive

    Ultrasonography Limited ability to detect

    urolithiasis, small (

  • Gambar 5. Workup of hematuria in adults based on AUA best practice policy recommendations. (Data from Grossfeld GD, Wolf JS Jr, Litwan MS, et al. Asymptomatic microscopic hematuria in adults: summary of the AUA best practice policy recommendations. Am Fam Physician 2001;63(6):1148; and Adapted from Grossfeld GD, Wolf JS, Litwin MS, et al. Evaluation of asymptomatic microscopic hematuria in adults: the American Urological Association best practice policy recommendations. Part II: patient evaluation, cytology, voided markers, imaging, cystoscopy, nephrology evaluation, and follow-up. Urology 2001;57(4):607; with permission.)

  • IV. DIAGNOSIS BANDING

    BPH (benign hyperplasia prostate)

    Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan

    penunjang Pemeriksaan lainnya

    Kencing tidak lampias,

    aliran lemah,

    intermittency, frekuensi

    kencing meningkat,

    urgensi, nokturia, riwayat

    BPH ataupun kanker

    prostat , riwaat retensi

    urine sebelumnya

    pembesaran prostat pada

    kandung kemih digital

    dubur, vesica urinary

    bulding (+)

    PSA

    USG transrectal dari

    prostat: ukuran prostat

    meningkat, volume> 40 g,

    meningkatkan ukuran

    lobus median prostat

    uroflowmetry dengan

    ultrasonografi kandung

    kemih: puncak laju aliran

    rendah, volume residual

    tinggi postvoid

    Urinary tract infection

    Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan

    penunjang Pemeriksaan lainnya

    dysuria, meningatnya frekuensi berkemih, volume aurine sedikit saat berkemih, nocturia, nyeri suprapubic , pernah menderita isk sebelumnya dan mendapatkan pengobatan, riwayat pyelonephritis, riwayat gagal pengobatan

    demam, nyerio tekan suprapubic, bladder distention pada retensio urine, cystocele pada pemeriksaan panggul

    urinalysis: (+) leukocyte esterase, (+) nitrite, pyuria (>10 WBC per HPF), bacteriuria

    urine culture and sensitivity: >10,000 colony forming unit/mL urine

    Pyelonephritis, acute

    Anamnesis Pemeriksaan

    fisik

    Pemeriksaan

    penunjang Pemeriksaan lainnya

    Nyeri pinggang, demam, menggigil, mual, muntah, sakit perut, nyeri suprapubik, hx dari nefrolitiasis, ISK dan diabetes, imunosupresi

    Nyeri ketok kostovertebral, nyeri suprapubik, demam, penurunan bising usus

    urinalysis: positive leukocyte esterase, positive nitrite, pyuria (>10 WBC/HPF), bacteriuria

    urine culture and sensitivity: >10,000 colony

    renal ultrasound : pembesaran renal , hypo-echoic parenchyma with loss of corticomedullary differentiation

    contrast CT abdomen: heterogeneous uptake of contrast (lobar nephronia), oedematous renal parenchyma, perinephric stranding,

  • forming unit/mL urine

    intraparenchymal gas in emphysematous pyelonephritis

    Alport Syndrome

    Anamnesis Pemeriksaan

    fisik

    Pemeriksaan

    penunjang Pemeriksaan lainnya

    Hematuria mikroskopis berulang, disertai dengan episode gross hematuria, gangguan pendengaran, riwayat keluarga dengan kanker dari hematuria, gangguan pendengaran, atau penyakit ginjal

    Hipertensi, oedema, sensorineuronal hearing loss, anterior lenticonus, erosi kornea

    urinalysis: dysmorphic red cells, red cell casts, proteinuria, microalbuminuria

    urea and creatinine: creatinine >2.0, urea >20

    24-hour urine collection for protein : >1 gram/24 hours

    skin biopsy: positive immunohistochemistry

    renal biopsy: diffuse thickening and splitting of the basement membrane, focal glomerulosclerosis and tubular atrophy; negative immunohistochemistry

    Kanker Buli

    Anamnesis Pemeriksaan

    fisik Pemeriksaan penunjang

    hematuria tanpa rasa sakit, disuria, frekuensi, urgensi, usia> 50, hx iradiasi panggul, hx merokok, penurunan berat badan, paparan lingkungan / kimia karsinogen

    massa panggul, nyeri tekan sudut kostovertebral dari obstruksi; sering tidak ada kelainan terdeteksi

    urinalysis: RBCs urine cytology: atypical or malignant cells, signified

    by increased clustering, increased cellularity, or altered nuclear morphology

    CT abdomen/IVU : ureteral or renal collecting system mass or filling defect

    cystoscopy: bladder tumour

    Kanker Prostate

    Anamnesis Pemeriksaan

    fisik

    Pemeriksaan

    penunjang Pemeriksaan lainnya

    lanjut usia, riwayat keluarga dengan kanker, gejala obstruktif berkemih, penurunan berat badan

    Pada rectal toucher ditemukan pembesaran prostat, dengan konsistensi keras dan permukaan yang berbenjol-benjol

    PSA: meningkat, PSA> 0,75 mikrogram / L per tahun (0,75 ng / mL per tahun)

    transrectal ultrasound-guided prostate biopsy : confirmed adenocarcinoma

  • Batu Ginjal

    Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan

    lainnya nyeri pinggang, nyeri yang menjalar ke selangkangan, hematuria, mual, muntah, hx sebelumnya kalkuli, riwayat keluarga dengan kanker dari nefrolitiasis, hx gout, hx penyakit radang usus

    Nyeri ketok costovertebral angle

    urinalysis : haematuria, pyuria, crystalluria, cysteine crystals, acidic or alkaline pH

    non-contrast CT abdomen: urolithiasis, hydronephrosis

    BNO: radiodense stones

    . Instrumentasi pada sal.kemih

    Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan

    penunjang Pemeriksaan lainnya

    Riwayat cystoscopy, ureteroscopy, prostat biopsi jarum

    Adanya kateter uretra, kateter suprapubik, stent ureter dengan string dalam uretra

    urinalysis: diagnosis is clinical, and tests are not routinely recommended

    BNO: ureteral stent and drain visualisation

    Trauma Ginjal

    Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan

    penunjang Pemeriksaan lainnya

    trauma tumpul pada pinggang, menembus panggul atau luka perut (tembakan atau tikaman), patah tulang rusuk yang lebih rendah

    hypotension, takikardia, nyeri panggul, memar panggul, nyeri perut, perut kembung

    CT abdomen: laserasi pada

    parenkim ginjal, sistem

    pengumpulan, dan

    pembuluh ginjal;

    hematoma perinephric,

    perdarahan aktif, dan

    ekstravasasi urin

    BNO IVP: menegaskan

    fungsi ginjal

    kontralateral

    Trauma buli

    Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

    trauma tumpul panggul, menembus luka panggul atau perut (tembakan atau tikaman), fraktur panggul, ketidakmampuan berkemih

    Nyeri tekan suprapubic, ekimosis pada lower abdominal

    retrograde cystogram: extravasation of contrast revealing bladder injury

  • Trauma urethral

    Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan

    penunjang Pemeriksaan lainnya

    Trauma genitalia eksterna, straddle injury, bilateral pubic rami fracture and Malgaigne's fracture, perineal lacerations, tidak bisa berkemih, riwayat intervensi kolorektal atau ginekologi

    Perdarahan OUE, hematom scrotum, floating prostat, eimosis pada batang penis, butterfly-ecchymosis pada perineum

    retrograde urethrogram: contrast extravasation from the urethra

    contrast CT abdomen: contrast extravasation from the urethra

    cystoscopy: urethral disruption

    . Sickle cell anemia

    Anamnesis Pemeriksaan

    fisik

    Pemeriksaan

    penunjang Pemeriksaan lainnya

    Keturunan Afrika-Amerika, riwayat keluarga dengan kanker penyakit sel sabit, migrasi, nyeri intermiten

    hepatosplenomegaly, nyeri tean abdomen , testicular atrophy, oedema of extremities

    peripheral blood smear: sickle cells

    Hb electrophoresis (whole blood): haemoglobin S

    .Coagulopathy

    Anamnesis Pemeriksaan

    fisik

    Pemeriksaan

    penunjang Pemeriksaan lainnya

    mudah memar, kecenderungan untuk berdarah, epistaksis berulang, riwayat keluarga dengan kanker dari diastesis perdarahan, hx sirosis

    ecchymoses, perdarahan memanjang

    PT, PTT, INR:

    Normal atau FBC:

    thrombocytopenia

    LFTs: hypoalbuminaemia von Willebrand factor antigen

    (whole blood): reduced in von Willebrand's disease

    ristocetin cofactor activity (whole blood): reduced in von Willebrand's disease

    factor VIII, IX activity (whole blood): reduced in haemophilia, VIII reduced in von Willebrand's disease

  • . Kista ginjal

    Anamnesis Pemeriksaan

    fisik

    Pemeriksaan

    penunjang Pemeriksaan lainnya

    sering tanpa gejala, panggul nyeri, diri terbatas hematuria, infeksi saluran urin, ginjal kolik

    Nyeri tekan costovertebral angle, panggul teraba massa pada ginjal polikistik, Hipertensi

    renal ultrasound : cystic lesions

    serum creatinine: elevated CT abdomen: well-defined,

    oval lesions

    Arterial-venous malformation

    Anamnesis Pemeriksaan

    fisik

    Pemeriksaan

    penunjang Pemeriksaan lainnya

    gumpalan berbentuk ulat, nyeri pinggang,

    Hipertensi, cardiomegaly, bruit (+) pada panggul dan abdomen

    contrast CT abdomen: massa lesi, filling defect, nephrogram terlambat pengisian

    renal angiography: pengisian simultan dari sistem arteri dan vena, nephrogram tertunda

    . Renal vein thrombosis

    Anamnesis Pemeriksaan

    fisik

    Pemeriksaan

    penunjang Pemeriksaan lainnya

    Mendadak nyeri panggul, hx of nephrotic syndrome

    Trauma panggul, oedema

    Doppler ultrasonography:

    membesar, edema ginjal, echogenic dengan sinyal vena absent

    CT abdomen: kehilangan diferensiasi corticomedullary, trombus pada vena ginjal, pembesaran ginjal dengan kekeruhan parenkim

    BNO IVP: tertunda ekskresi kontras dari ginjal, pembesaran ginjal karena kongesti

    Tuberculosis, extrapulmonary

    Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan

    penunjang Pemeriksaan lainnya

    Nyeri saat berkemih, nokturia, hx dari pajanan TB, hx cystitis tidak responsif terhadap antibiotik, hx dari epididimitis, ISK berulang

    orchalgia dengan reaktif hidrokel, rectal toucher prostat nodular

    urinalysis: pyuria (>10 WBC/HPF) with no visualised bacteria

    urine culture,: >10,000 colony forming unit/mL urine

    IV urography: moth-eaten calyces with ulceration , obliterasi calyceal, hidronefrosis, kalsifikasi,

  • .Benign familial haematuria (thin basement membrane nephropathy)

    Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan

    penunjang Pemeriksaan lainnya

    Berulang dan terus menerus hematuria mikroskopik atau gross hematuria,

    oedema and hipertensi

    urinalysis: dismorfik merah sel, sel merah, proteinuria, mikroalbuminuria

    urea and creatinine: creatinine >2.0, urea >20

    24-hour urine collection for protein : >1 gram/24 hours

    renal biopsy: ipisan membran basal glomerulus (150-225 nM)

    .Postinfectious glomerulonephritis

    Anamnesis Pemeriksaan

    fisik

    Pemeriksaan

    penunjang Pemeriksaan lainnya

    tiba-tiba timbul edema, kelemahan, malaise, hematuria gross, sakit kepala, 1 sampai 2 minggu postpharyngitis, 2 sampai 4 minggu setelah dermatitis streptokokus, yang paling umum dari usia 2 sampai 10 tahun

    periorbital and peripheral oedema, hipertensi, rash kulit

    urinalysis:d ismorfik merah sel, gips sel merah, proteinuria, mikroalbuminuria

    urea and creatinine: creatinine >2.0, urea >20

    24-hour urine collection for protein : >1 gram/24 hours

    serum antistreptolysin O titer : elevated

    Membranoproliferative glomerulonephritis

    Anamnesis Pemeriksaan

    fisik Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya

    tiba-tiba timbuledema dependen atau periorbital, kelelahan, hematuria gross, sakit kepala, oliguria

    periorbital and peripheral oedema, Hipertensi, konjungtiva pucat, drusen retina

    urinalysis: dysmorphic red cells, red cell casts, proteinuria, microalbuminuria

    urea and creatinine: creatinine >2.0, urea >20

    24-hour urine collection for protein : >1 gram/24 hours

    serum complement levels (C3, C4): low

    renal biopsy: hypercellular glomeruli, mesangium diperluas, imunofluoresensi positif, deposito padat elektron

  • Rapidly progressive glomerulonephritis

    Anamnesis Pemeriksa

    an fisik Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya

    prodromal gejala malaise, demam, arthralgias, anoreksia, dan mialgia, sakit perut, nodul kulit yang menyakitkan atau ulserasi

    Hipertensi, nodules kulit yang nyeri, conjunctivitis, uveitis, oliguria

    urinalysis: dysmorphic red cells, red cell casts, proteinuria, microalbuminuria

    urea and creatinine: creatinine >2.0, urea >20

    24-hour urine collection for protein : >1 gram/24 hours

    renal bx: hypercellular, sklerotik glomeruli dengan inklusi bulan sabit

    .IgA nephropathy

    Anamnesis Pemeriksa

    an fisik Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya

    rulang makroskopik hematuria terkait dengan infeksi saluran pernapasan

    Pada umumnya asimtomatik,hipertensi

    urinalysis: RBC casts, mild proteinuria

    urea and creatinine: creatinine >2.0, urea >20

    24-hour urine collection for protein : >1 gram/24 hours

    renal bx: adanya IgA pada mesangium, proliferative crescents pada kasus berat

    Systemic lupus erythematosus

    Anamnesis Pemeriksaan

    fisik Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya

    arthralgias, demam ringan, kelelahan, malaise, anoreksia, mual, penurunan berat badan, kejang, fotosensitifitas

    kupu-kupu atau ruam diskoid, borok mulut atau vagina, vaskulitis retina, murmur sistolik

    urinalysis: pyuria, RBCs, granular casts, proteinuria

    urea and creatinine: creatinine >2.0, urea >20

    24-hour urine collection for protein : >1 gram/24 hours

    renal bx : glomerulitis ringan deposisi imunoglobulin dan pembentukan bulan sabit

    proliferatiflupus serologies: elevated

    serum complement (C3, C4): low

    Renal cancer

    Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

    Nyeri pinggang, hx merokok, riwayat keluarga dengan kanker karsinoma sel ginjal, penyakit ginjal polikistik, paparan kimia karsinogen

    HTN, panggul massa, adenopati, varikokel kiri, edemas ekstremitas bawah

    renal ultrasound: solid or cystic renal mass

    CT abdomen with and without IV contrast: contrast enhancing renal mass

  • Grawitz tumor

    Anamnesis Pemeriksaan

    fisik Pemeriksaan penunjang

    nyeri pinggang, hematuria dan massa pada pinggang merupakan tanda tumor dalam stadium lanjut, nyeri pada sisi ginjal yang terkena , penurunan berat badan , kelelahan , demam yang hilang-timbul, anemi , Varikokel akut , hipertensi

    bisa diraba/dirasakan benjolan di perut

    PIV biasanya dikerjakan atas indikasi adanya hematuria tetapi jika diduga ada massa pada ginjal, pemeriksaan dilanjutkan dengan CT scan atau MRI. Dalam hal ini USG hanya dapat menerangkan bahwa ada massa solid atau kistik

    Tumor Wilms

    Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan

    penunjang

    Pemeriksaan lainnya

    tumor abdomen, Hematuri (makroskopis) Hipertensi anemia, penurunan berat badan, infeksi saluran kencing, demam, malaise dan anoreksia nyeri perut yang bersifat kolik

    Massa abdomen

    IVP tampak distorsi sistem pielokalises dan berguna untuk mengetahui fungsi ginjal.

    pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak sebagai tumor padat di daerah ginjal.

    kadar lactic dehydrogenase (LDH) meninggi dan Vinyl mandelic acid (VMA) dalam batas normal

    Urethral cancer

    Anamnesis Pemeriksaan

    fisik Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya

    lebih umum pada wanita putih dan pada mereka> 50 usia, frekuensi, keraguan, gejala kencing obstruktif

    Teraba massa, stricture

    IVU: filling defect, mass voiding

    cystourethrogram: filling defect, mass

    urethroscopy: visible urethral mass

    Penile cancer

    Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan

    penunjang Pemeriksaan lainnya

  • hx lesi penis, hx dari kondiloma

    eritematosa patch, indurasi, massa teraba, limfadenopati inguinal

    skin biopsy: squamous cell carcinoma

    MRI/CT pelvis

    Bladder stone

    Anamnesis Pemeriksaan

    fisik Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan

    lainnya

    suprapubik nyeri, hematuria, gejala saluran kandung kemih obstruktif, operasi sebelumnya

    Nyeri tekan suprapubic

    urinalysis: haematuria, leukocyte esterase, nitrites

    non-contrast CT abdomen: bladder stone

    BNO: radio-opaque bladder stone

    Cytotoxic medications

    Anamnesis Pemeriksaan

    fisik Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya

    hx dari penggunaan analgesik atau penyalahgunaan, aminoglikosida, cyclophosphamide, cyclosporine, penisilin, sulfonamid, non-steroid anti-inflamasi, hematuria berulang, nyeri pinggang, disuria

    hypotension, oedema, suprapubic pain

    urinalysis: dismorfik merah sel, gips sel merah, proteinuria, mikroalbuminuria

    FBC: peripheral blood eosinophilia

    serum creatinine: elevated

    cystoscopy: amyloid deposits, haemorrhagic inflammation

    Anticoagulation

    Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

    hx fibrilasi atrium, katup mekanik, stroke, memar, perdarahan gusi

    panggul massa, nyeri tekan sudut kostovertebral, memar, perdarahan gusi

    coagulation studies: elevated

    .Exercise-induced haematuria

    Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

    Setelah olahraga berat normal urinalysis: RBCs

  • Loin pain haematuria syndrome

    Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

    perempuan muda, hematuria intermiten, panggul nyeri intermiten mulai dari yang ringan sampai parah, penggunaan kontrasepsi oral

    low-grade fever

    urinalysis: diagnosa klinis, dan tes tidak secara rutin direkomendasikan

    Medication

    Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

    penggunaan obat seperti Pyridium, rifampin, fenitoin, levodopa, metildopa, dan kina

    normal

    urinalysis : diagnosa klinis, dan tes tidak secara rutin direkomendasikan

    Food-related

    Anamnesis Pemeriksaan

    fisik Pemeriksaan penunjang

    Riwayat makan bit, blackberry, rhubarb

    normal

    urinalysis: : diagnosa klinis, dan tes tidak secara rutin direkomendasikan

  • V. PENATALAKSANAAN

    Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan retensi urine, coba

    dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli dengan memakai cairan garam fisiologis, tetapi

    jika tindakan ini tidak berhasil, pasien secepatnya dirujuk untuk menjalani evakuasi bekuan

    darah transuretra dan sekaligus menghentikan sumber perdarahan. Jika terjadi eksanguinasi yang

    menyebabkan anemia, harus dipikirkan pemberian transfusi darah. Demikian juga jika terjadi

    infeksi harus diberikan antibiotika. (Mellisa C Stoppler, 2010) . Setelah hematuria dapat

    ditanggulangi, tindakan selanjutnya adalah mencari penyebabnya dan selanjutnya menyelesaikan

    masalah primer penyebab hematuria. (Mellisa C Stoppler, 2010)

  • Bab III

    KESIMPULAN

    Hematuria merupaan suatu gejala yang penting pada berbagai penyakit ginjal dan

    salurannya, sedangkan proteinuria lebih memilii arti dalam hal diagnostic dan prognostic

    penyakit. Pemeriksaan harus dilakuan dengan teliti dan terarah supaya jangan sampai ada hal

    penting yang terlewatkan sedangkan pemeriksaan-pemeriksaan yang tidak perlu sebaiknya

    dihindarkan.

    Penemuan klinis sering di dapatkan pada populasi orang dewasa, dengan prevalensi yang

    mulai dari 2,5% menjadi 20,0% .1,2

    Secara visual terdapatnya sel-sel darah merah di dalam urine

    dibedakan dalam 2 keadaan, yaitu:

    Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat dilihat sebagai

    urine yang berwarna merah, mungkin tampak pada awal miksi atau pada akhirnya

    yang berasal dari daerah posterior uretra atau leher kandung kemih. (Wim de Jong,

    dkk, 2004)

    Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak dapat dilihat

    sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan mikroskopik diketemukan

    lebih dari 2 sel darah merah per lapangan pandang. (Mellisa C Stoppler, 2010) .

    Urological Association (AUA) mendefinisikan hematuria mikroskopis klinis yang

    signifikan karena terdapat lebih dari 3 sel darah merah (sel darah merah) pada

    lapangan pandang besar pada 2 dari 3 spesimen urin dikumpulkan dengan selama 2

    sampai 3 minggu.3

    Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam sistem

    urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem urogenitalia. Penyebab paling umum dari

    hematuria pada populasi orang dewasa termasuk saluran kemih infeksi, batu saluran kemih,

    pembesaran prostat jinak, dan keganasan dalam urologi.1,2,4

    Namun, diferensial lengkap sangat

    luas , beberapa insiden khusus kondisi yang berhubungan dengan hematuria bervariasi dengan

  • umur pasien, jenis hematuria (gross atau mikroskopis, gejala atau tanpa gejala), dan adanya

    faktor risiko keganasan.

    Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien dengan hematuria mikroskopis dan sampai dengan

    40% pasien dengan gross hematuria ditemukan pada neoplasma dari urinary tract.3

    genitourinari, 5,6

    Sebaliknya, pada hingga 40% pasien dengan asimptomatik mikrohematuria,sulit

    diidentifikasikan penyebabnya .1

    Akibatnya, dokter harus mempertimbangkan hematuria yang

    tidak jelas penyebabnya dari tingkat mana pun dan mampu mempertimbangkan kemungkinan

    suatu keganasan .

    Diagnosis dan evaluasi pasien harus diyakinkan dahulu, benarkah seorang pasien

    menderita hematuria, pseudo hematuria, atau perdarahan per-uretra. Pseudo atau false hematuria

    dapat disebabkan oleh karena hemoglobinuria, mioglobinuria, konsentrasi asam urat yang

    meningkat, sehabis makan/minum bahan yang mengandung pigmen tumbuh-tumbuhan yang

    berwarna merah, atau setelah mengkonsumsi beberapa obat-obatan tertentu antara lain:

    fenotiazin, piridium, porfirin, rifampisin, dan fenolftalein. Perdarahan per-uretra adalah

    keluarnya darah dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi, hal ini sering terjadi

    pada trauma uretra atau tumor uretra. (Mellisa C Stoppler, 2010)

    Penatalaksanaan pada kasus hematuria berdasarkan algoritme dan etiologi.