10 bab ii tinjauan pustaka 2.1 landasan teori 2.1.1 teori …repository.ump.ac.id/2492/3/fitri...

20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan Satu hal penting dalam manajemen keuangan bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham yang diterjemahkan sebagai memaksimumkan harga saham tetapi dalam kenyataannya tidak jarang mananjer memiliki tujuan lain yang mungkin bertentangan dengan tujuan utama tersebut karena manajer diangkat oleh pemegang saham maka idealnya mereka akan bertindak on the best of interest of stockholder, tetapi dalam prakteknya sering terjadi konflik, konflik kepentingan antar agen disebut dengan agency problem. Agency problem merupakan konflik yang timbul antara pemilik, karyawan dan manajer perusahaan dimana ada kecenderungan manajer lebih mementingkan tujuan individu dari pada tujuan perusahaan, agency problem muncul terutama apabila perusahaan menghasilkan free cash flow yang sangat besar. Konflik antara manajer dan pemegang saham sering timbul dalam transaksi pembelian sebuah perusahaan oleh perusahaan besar dengan menggunakan hutang, konflik lain dapat terjadi antara stockholder dengan debtholder. Hal ini disebabkan karena debtholder merasa dijadikan sebagai “kuda pedati” bagi pemegang saham, artinya kreditur diekploitasi oleh pemegang saham, pandangan itu terjadi karena apabila perusahaan sukses maka pihak yang paling banyak menikmati keberhasilan itu adalah pemegang 10 Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016

Upload: others

Post on 20-Dec-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/2492/3/FITRI NOFIAWATI BAB II.pdf · 2017. 7. 10. · 10 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan

Satu hal penting dalam manajemen keuangan bahwa tujuan perusahaan

adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham yang diterjemahkan

sebagai memaksimumkan harga saham tetapi dalam kenyataannya tidak jarang

mananjer memiliki tujuan lain yang mungkin bertentangan dengan tujuan

utama tersebut karena manajer diangkat oleh pemegang saham maka idealnya

mereka akan bertindak on the best of interest of stockholder, tetapi dalam

prakteknya sering terjadi konflik, konflik kepentingan antar agen disebut

dengan agency problem.

Agency problem merupakan konflik yang timbul antara pemilik,

karyawan dan manajer perusahaan dimana ada kecenderungan manajer lebih

mementingkan tujuan individu dari pada tujuan perusahaan, agency problem

muncul terutama apabila perusahaan menghasilkan free cash flow yang sangat

besar. Konflik antara manajer dan pemegang saham sering timbul dalam

transaksi pembelian sebuah perusahaan oleh perusahaan besar dengan

menggunakan hutang, konflik lain dapat terjadi antara stockholder dengan

debtholder. Hal ini disebabkan karena debtholder merasa dijadikan sebagai

“kuda pedati” bagi pemegang saham, artinya kreditur diekploitasi oleh

pemegang saham, pandangan itu terjadi karena apabila perusahaan sukses

maka pihak yang paling banyak menikmati keberhasilan itu adalah pemegang

10

Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016

Page 2: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/2492/3/FITRI NOFIAWATI BAB II.pdf · 2017. 7. 10. · 10 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan

11

saham, tetapi apabila perusahaan mengalami kesulitan atau bangkrut maka

resiko akan ditanggung oleh pemegang saham dan kreditur. Adapun cara yang

dapat digunakan agar manajer selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan

pemegang saham yaitu dengan cara:

1. Memberikan stock option, manajer diberi hak untuk membeli saham

perusahaan dengan jumlah tertentu dengan harga yang telah ditentukan.

Dengan demikian manajer akan berusaha selalu meningkatkan harga

perusahaan.

2. Dengan meminta pembagian dividen dalam jumlah yang besar sehingga

tidak terdapat free cash flow, apabila manajer memerlukan dana untuk

investasi maka manajer terpaksa harus mencari sumber dana eksternal.

2.1.2 Biaya Agensi

Biaya Agensi (agency cost) adalah biaya yang timbul karena perusahaan

menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan

(pemegang saham) dan kreditor. Biaya agensi muncul dari problem keagenan

(agency problem), jika perusahaan menggunakan hutang ada kemungkinan

pemilik perusahaan melakukan tindakan yang merugikan kreditor, karena

kreditor menerima keuntungan yang tetap (bunga utang) berapapun

keuntungan perusahaan (Sjahrial, 2008)

Menurut Weston dan Brigham (2006), biaya agensi merupakan biaya

yang terkait dengan tindakan pemantauan manajer untuk memastikan bahwa

tindakan manajer konsisten dengan persetujuan kontrak antara manajer,

pemegang saham, dan kreditur, dalam keadaan ini manajer punya

Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016

Page 3: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/2492/3/FITRI NOFIAWATI BAB II.pdf · 2017. 7. 10. · 10 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan

12

kecenderungan untuk melakukan konsumsi atas keuntungan - keuntungan

tambahan secara berlebihan karena risiko yang ditanggungnya relatif sama

disebut agency cost of equity.

Penelitian ini akan memfokuskan pada biaya agensi (agency cost) yang

diproksikan melalui insider ownership, collateralizable assets, free cash flow,

debt to equity ratio dan firm size, selain biaya agensi terdapat siklus hidup

perusahaan yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

2.1.2.1 Insider Ownership

Insider ownership merupakan ukuran presentase saham yang dimililki

direksi, manajemen, dan komisaris ataupun setiap pihak yang terlibat secara

langsung dalam pembuatan keputusan perusahaan (Sartono, 2012). Insider

ownership juga diartikan bahwa pemilik perusahaan (Stockholder) sekaligus

menjabat sebagai pengelola perusahaan (manajemen), insider ownership

dihitung dengan membandingkan jumlah saham yang dimiliki komisaris dan

direktur dengan jumlah saham yang beredar (Novelma, 2014). Jumlah

kepemilikan saham manajemen akan mensejajarkan kepentingan manajemen

dengan kepentingan pemegang saham, adanya kesamaan kepentingan antara

pihak manajemen dengan pihak pemegang saham maka dapat menurunkan

potensi konflik. Potensi konflik keagenan yang kecil ini dapat berpengaruh

terhadap rendahnya agency cost yang dikeluarkan oleh pemegang saham, pada

dasarnya fungsi insider ownership terkait dengan pengawasan tambahan

terhadap manajer dari perusahaan, karena biaya yang ditimbulkan oleh insider

ownership itu berasal dari alokasi biaya kekayaan mereka untuk perusahaan.

Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016

Page 4: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/2492/3/FITRI NOFIAWATI BAB II.pdf · 2017. 7. 10. · 10 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan

13

Disisi lain manajer juga memiliki kecenderungan untuk menggunakan utang

yang tinggi yang dilakukan dengan didasarkan pada kepentingan oportunitas

mereka dan bukan dari pemaksimalan nilai perusahaan. Tindakan yang

dilakukan manajer akan membawa pengaruh dalam bentuk meningkatnya

resiko kesulitan perusahaan, karena beban bunga pinjaman yang tinggi

sehingga agency cost dari utang juga akan tinggi.

2.1.2.2 Collaterizable Asset

Collateralizable assets adalah besarnya aktiva yang dijaminkan oleh

kreditor untuk menjamin pinjamannya, collateralizable assets dianggap

sebagai proksi asset - asset jaminan untuk biaya agensi yang terjadi karena

konflik antara pemegang saham dan pemegang obligasi. Perusahaan dengan

collateralizable assets yang tinggi memiliki agency conflict yang kecil antara

pemegang saham dengan pemegang obligasi. Tingginya collateralizable

assets yang dimiliki perusahaan akan mengurangi konflik kepentingan antara

pemegang saham dengan kreditor sehingga perusahaan dapat membayar

dividen dalam jumlah besar, collateralizable assets yang tinggi akan membuat

pemegang obligasi tidak perlu melakukan pembatasan yang ketat terhadap

kebijakan dividen perusahaan. Sebaliknya, collateralizable assets yang rendah

akan meningkatkan kekhawatiran pemegang obligasi atas resiko kebangkrutan

perusahaan sehingga perlu dilakukan pembatasan dividen. Semakin rendah

collateralizable asset yang dimiliki perusahaaan akan meningkatkan konflik

kepentingan antara pemegang saham dengan kreditor sehingga kreditor akan

Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016

Page 5: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/2492/3/FITRI NOFIAWATI BAB II.pdf · 2017. 7. 10. · 10 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan

14

menghalangi perusahaan untuk membiayai dividen dalam jumlah besar kepada

pemegang saham karena takut piutang mereka tidak terbayar.

2.1.2.3 Free Cash Flow

Free cash flow atau aliran kas bersih adalah cash flow yang tersedia

untuk dibagikan kepada para investor setelah perusahaan melakukan investasi

pada fixed asset dan working capital yang diperlukan untuk mempertahankan

kelangsungan usahanya, dengan kata lain aliran kas bebas adalah kas yang

tersedia diatas kebutuhan investasi yang profitable. Free cash flow ini

sebenarnya merupakan hak pemegang saham, nilai operasi perusahaan

ditentukan oleh aliran kas yang akan dihasilkan sekarang dan dimasa yang

akan datang, secara khusus nilai dari operasi tergantung pada aliran kas bebas

yang diharapkan terjadi atau expected free cash flow. Nilai ini merupakan laba

operasi sesudah pajak atau after tax operating profit dikurangi nilai investasi

fixed asset dan working capital yang diperlukan untuk mempertahankan

operasi perusahaan. Jadi free cash flow mencerminkan sejumlah kas yang

secara actrual tersedia untuk dibagikan kepada investor atau pemegang saham

(Sartono, 2012), jika free cash flow semakin besar maka manajer akan

cenderung menginvestasikan uangnya ke proyek yang kurang menguntungkan

sehingga konflik perusahaan meningkat. Meningkatnya konflik perusahaan

akan memperbesar biaya agensi dan pembayaran dividen akan meningkat

untuk mengurangi konflik.

Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016

Page 6: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/2492/3/FITRI NOFIAWATI BAB II.pdf · 2017. 7. 10. · 10 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan

15

2.1.2.3 Debt to Equity Ratio

Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur tingkat leverage (penggunaan utang) perusahaan, financial leverage

menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya.

Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti menggunakan modal

sendiri100% (Sartono, 2012). DER digunakan untuk mengukur tingkat

leverage (penggunaan utang) terhadap total shareholders’e equity yang

dimiliki perusahaan. DER menggambarkan perbandingan antara total hutang

dengan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan

usaha. Semakin banyak hutang akan berakibat pembayaran dividen mengecil

karena perusahaan lebih memilih untuk membayar utang dibandingkan

membayar dividen.

Menurut Maulida (2013), debt to equity ratio adalah rasio yang

menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan

perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut

untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Kemakmuran pemegang saham akan

meningkat apabila harga saham yang dimilikinya meningkat. Sementara itu

harga saham itu terbentuk di pasar modal dan ditentukan oleh beberapa faktor,

salah satunya adalah laba per lembar saham atau earning per share yaitu

dengan membagi laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba setelah

pajak di kurangi dividen saham preferen) dengan rata-rata tertimbang jumlah

lembar saham yang beredar selama periode perhitungan dilakukan.

Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016

Page 7: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/2492/3/FITRI NOFIAWATI BAB II.pdf · 2017. 7. 10. · 10 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan

16

Tingginya DER akan mempengaruhi minat investor terhadap saham

perusahaan tertentu karena investor pasti lebih tertarik pada saham yang tidak

menanggung terlalu banyak beban, debt to equity ratio yang tinggi juga

menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva,

selain itu kreditur juga mengasumsikan terdapat risiko yang besar dari

perusahaan sehingga kreditur dapat saja memberikan bunga yang cukup besar,

sehingga kemampuan perusahaan untuk mendapatkan uang dari sumber-

sumber luar terbatas. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin besar risiko yang

dihadapi, dan investor akan meminta tingkat keuntungan.

2.1.2.4 Firm size

Ukuran perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk tahun

yang bersangkutan sampai beberapa tahun, dalam hal ini penjualan lebih besar

daripada biaya variabel dan biaya tetap maka akan diperoleh jumlah

pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada

biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian

(Brigham & Houston 2011). Suatu perusahaan yang mapan dan besar

memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal karena untuk mendapat

sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh

pinjaman dari krediturpun akan lebih mudah karena perusahaan dengan

ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan

persaingan atau bertahan dalam industri. Kemudahan aksesibilitas ke pasar

modal dapat diartikan adanya fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk

menciptakan hutang atau memunculkan dana yang lebih besar dengan catatan

Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016

Page 8: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/2492/3/FITRI NOFIAWATI BAB II.pdf · 2017. 7. 10. · 10 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan

17

perusahaan tersebut memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi

daripada perusahaan kecil, akses perusahaan di pasar modal juga berpengaruh

terhadap kebijakan dividen. Aksesibilitas perusahaan ini dipengaruhi oleh

ukuran firm size (Sartono, 2012)

2.1.3 Siklus Hidup Perusahaan

Siklus hidup perusahaan merupakan perkembangan perusahaan melalui

tahapan – tahapan yang dapat diperkirakan. Siklus hidup perusahaan dimulai

dari tahap pendirian, tahap pertumbuhan, tahap pendewasaan dan tahap

terakhir merupakan tahap penurunan. Masa waktu dari tahapan – tahapan

tersebut bervariasi berdasarkan jenis industri dan perbedaan dari masing –

masing perusahaan. Fase – fase ini dibedakan berdasarkan karakteristik yang

terkait dengan profitabilitas dari keuntungan dan kebutuhan pendanaan

perusahaan

Tahap pendirian adalah tahap pertama dalam siklus hidup perusahaan,

perusahaan pada saat ini biasanya akan merugi, perkembangan produk dan

berjuang untuk mengamankan posisi dipasar, tahap kedua adalah

pertumbuhan, pada fase ini perusahaan mulai menghasilkan keuntungan, pada

fase ini ditandai dengan ekspansi yang cepat dan meningkatkannya kebutuhan

dan ketergantungan pada pendananaan dari luar untuk mempertahankan

pertumbuhan, tahap ketiga adalah kedewasaan, dalam fase ini pertumbuhan

dan ekspansi melambat dan kebutuhan untuk sumber – sumber dari luar dan

subsidi modal dan tahap terakhir adalah tahap penurunan, dalam fase ini

perusahaan tetap menguntungkan tetapi penjualan menurun, perusahaan

Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016

Page 9: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/2492/3/FITRI NOFIAWATI BAB II.pdf · 2017. 7. 10. · 10 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan

18

memiliki lebih banyak uang dari yang perusahaan butuhkan dalam proyek –

proyek perusahaan yang tersedia (Junius, 2014)

2.1.4 Kebijakan Dividen

Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh

perusahaan kepada pemegang saham oleh karena itu dividen merupakan

bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Menurut

Sartono (2012), dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang

saham selain capital gain, dividen merupakan bentuk distribusi laba yang

dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi

lembar saham yang dimilikinya. Bagi seorang investor, dividen merupakan

komponen return di samping capital gain. Besar kecilnya dividen akan sangat

bergantung pada besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan serta proporsi

laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Pembagian ini akan

mengurangi laba ditahan dan kas yang tersedia bagi perusahaan, tapi distribusi

keuntungan kepada para pemilik memang adalah tujuan utama suatu bisnis.

Menurut Darmaji dan Fakhrudin (2006), bentuk dividen yang

dibayarkan dapat di bedakan menjadi:

1. Dividen Tunai (cash dividend) adalah dividen yang dibayarkan dalam

bentuk uang tunai. Pengumuman dividen tunai adalah suatu kewajiban dan

pembayaran yang umumnya dilakukan secara sengaja, maka biasanya

merupakan kewajiban lancar.

2. Dividen Saham (Stock Dividend) adalah dividen yang dibayarkan dalam

bentuk saham dengan proporsi tertentu. Pembagian dividen saham

Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016

Page 10: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/2492/3/FITRI NOFIAWATI BAB II.pdf · 2017. 7. 10. · 10 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan

19

dianggap besar, jika perbandingan saham baru yang dibagikan dengan

saham yang sudah ada (outstanding share) lebih dari 25% maka dianggap

kecil.

3. Dividen Properti (Property Dividend) adalah pembagian laba kepada

pemegang saham atau investor dalam bentuk barang yang dapat berupa

barang dagangan, real estate atau investasi yang di rancang oleh dewan

direksi.

4. Dividen Likuidisi (Liquidity dividend) adalah dividen yang diberikan

kepada pemegang saham sebagai akibat dilikuidasinya perusahaan. Dividen

yang dibagikan adalah selisih nilai realisasi asset prusahaan dikurangi

semua kewajibannya.

Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau

akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa

datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen,

maka akan mengurangi laba ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber

dana intern atau internal financing, sebaliknya jika perusahaan memilih untuk

menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pemebentukan dana intern

akan semakin besar (Sartono, 2012). Kebijakan dividen diukur dengan

menggunakan rasio dividend payout ratio (DPR)

Menurut Gitosudarmo & Basti (2008), dividend payout ratio

merupakan perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih

yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk presentase. Semakin

Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016

Page 11: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/2492/3/FITRI NOFIAWATI BAB II.pdf · 2017. 7. 10. · 10 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan

20

tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari

pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil

laba ditahan, tetapi sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan

merugikan para pemegang saham (investor) tetapi internal financial

perusahaan semakin kuat.

Rasio pembayaran dividen menentukan jumlah laba yang dibagi dalam

bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan, rasio ini

menunjukan presentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang

saham yang berupa dividen kas. Apabila laba perusahaan yang ditahan untuk

keperluan operasional perusahaan dalam jumlah yang besar, berarti laba yang

akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil, sebaliknya jika

perusahaan lebih memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan

meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham, sehingga para pemegang

saham akan terus menanamkan sahamnya pada perusahaan tersebut.

Macam – macam kebijakan dividen menurut (Riyanto, 2010) yaitu

sebagai berikut:

1. Kebijakan dividen yang stabil

Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil,

artinya jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relative

tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan perlembar saham

per tahunnya berfluktuasi.

Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016

Page 12: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/2492/3/FITRI NOFIAWATI BAB II.pdf · 2017. 7. 10. · 10 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan

21

2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah

ekstra tertentu.

Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen perlembar saham

setiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan

membayarkan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut.

3. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan

Penetapan payout ratio yang konstan. Perusahaan yang menjalankan

kebijakan ini menetapkan dividend payout ratio yang konstan misalnya

50%. Ini berarti bahwa jumlah dividen perlembar saham yang dibayarkan

setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan

neto yang diperoleh setiap tahunnya.

4. Kebijakan dividen yang fleksibel

Penetapan dividend payout ratio yang fleksibel yang besarnya setiap

tahunnya disesuaikan dengan posisi financial dan kebijakan financial dari

perusahaan yang besangkutan.

2.1.5 Teori – teori Kebijakan Dividen

Teori tentang kebijakan dividen menurut Brigham dan Houston, 2011

sebagai berikut:

1. Dividend irrelevance theory

Dividend irrelevance theory menyatakan bahwa kebijakan dividen

tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya

modalnya. Menurut Modigliani dan Miller (MM), nilai suatu perusahaan

tidak ditentukan oleh besar kecilnya dividend payout ratio, tapi ditentukan

Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016

Page 13: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/2492/3/FITRI NOFIAWATI BAB II.pdf · 2017. 7. 10. · 10 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan

22

oleh laba sebelum pajak (EBIT) dan kelas risiko perusahaan. Kebijakan

dividen tidak relevan terhadap kemakmuran pemegang saham karena

pembayaran dividen berarti mengurangi laba ditahan yang seharusnya untuk

investasi, sehingga perusahan akan mencari dana baru untuk memenuhi

kebutuhan dana tersebut. Sehingga, kenaikan pembayaran dividen akan

diikuti dengan penurunan harga saham sebagai akibat penjualan saham baru

atau penerbitan utang, dengan demikian apakah laba dibagikan sebagai

dividen atau ditahan untuk investasi tidak mempengaruhi kemakmuran

pemegang saham. Jadi menurut MM, Dividen adalah tidak relevan.

2.Teori “The Bird in The Hand”

Gordon dan Linter menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan

akan naik jika dividend payout ratio rendah karena investor lebih suka

menerima dividen dari pada capital gain, menurut mereka, investor

memandang dividen yield lebih pasti dari pada capital gain yield.

3.Teori Perbedaan Pajak

Teori diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy, mereka

menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan

capital gains, para investor lebih menyukai capital gain karena dapat

menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu

tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividen

yield tinggi, capital gain yield rendah daripada saham dengan dividend yield

rendah , capital gains yeld tinggi. Jika pajak atas dividen lebih besar dari

pada pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa.

Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016

Page 14: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/2492/3/FITRI NOFIAWATI BAB II.pdf · 2017. 7. 10. · 10 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan

23

4.Teori “ Signaling Hypotesis”

Teori Signaling Hypotesis ini sulit dibuktikan secara empiris, adalah

nyata bahwa perubahan dividen mengandung beberapa informasi, tapi sulit

dikatakan apakah kenaikan dan penurunan harga setelah adanya kenaikan

dan penurunan dividen semata – mata disebabkan oleh efek “ sinyal “ atau

disebabkan karena efek “ sinyal “ dan preferen terhadap dividen.

5. Teori “Clientele Effect”

Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham

yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan

dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan

penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu dividend payout ratio yang

tinggi, sebaiknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu

membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian

besar laba bersih perusahaan.

2.2 Kerangka pemikiran

Berdasarkan uraian teoritis yang akan menguji pengaruh biaya agensi

dan siklus hidup perusahaan terhadap kebijakan dividen, maka peneliti

mendiskripsikan kerangka pemikiran sebagai berikut:

2.2.1 Pengaruh Insider Ownership terhadap Kebijakan Dividen

Insider ownership dalam suatu perusahaan merupakan pihak yang

secara aktif berperan dalam mengambil keputusan untuk menjalankan

perusahaan, semakin tinggi tingkat insider maka semakin besar informasi

yang dimiliki oleh manajemen yang sekaligus menjadi pemilik perusahaan,

Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016

Page 15: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/2492/3/FITRI NOFIAWATI BAB II.pdf · 2017. 7. 10. · 10 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan

24

sehingga mengakibatkan agency cost semakin kecil karena pemilik sekaligus

merangkap menjadi agent sehingga dapat menurunkan biaya pengawasan

terhadap agent. Adanya pengawasan ini menyebabkan manajer berusaha

mempertahankan kualitas kinerja sehingga akan menurunkan konflik

keagenan. Pihak insider ownership lebih menyukai apabila laba perusahaan

tidak dibagikan kepada para pemegang saham karena digunakan sebagai

modal internal yang digunakan untuk ekspansi perusahaan, semakin tinggi

tingkat insider ownership diperusahaan maka semakin tinggi pula

kemungkinan dividen yang akan dibagikan semakin sedikit karena pihak

insider lebih suka apabila dividen tersebut ditahan. Maka dapat disimpulkan

bahwa insider ownership memiliki hubungan negatif terhadap kebijakan

dividen, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kamaludin,

2010 dengan judul Pengaruh Profitability, Insider ownership, Dispersion of

ownership, Free Cash Flow, and Collaterizable Asset terhadap Dividend

Payout Ratio.(Studi pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta

pada 2005 – 2008)

2.2.2 Pengaruh Collaterizable Asset terhadap Kebijakan Dividen

Collaterizable asset digunakan sebagai proksi agency cost yang timbul

dari konflik antara pemegang saham dan pemegang obligasi. Perusahaan

dengan collaterizable asset yang tinggi memiliki masalah agensi yang lebih

kecil antara pemegang saham dan pemegang obligasi, alasan yang mendasari

perusahaan dengan collaterizable asset yang tinggi dapat menggunakan asset

tersebut sebagai jaminan untuk hutang. Akibatnya perusahaan cenderung

Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016

Page 16: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/2492/3/FITRI NOFIAWATI BAB II.pdf · 2017. 7. 10. · 10 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan

25

kurang mengandalkan laba ditahan dalam kegiatan pendanaannya sehingga

kecil kemungkinan pemegang obligasi akan membatasi kebijakan dividen

perusahaan, semakin besar collaterizable asset maka akan semakin besar pula

dividen yang akan dibagikan (Santoso, 2012). Maka dapat disimpulkan bahwa

collaterizable asset memiliki hubungan yang positif dengan kebijakan dividen

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Latiefa Sari, 2011 dengan judul

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen (Studi

empiris pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2005 –

2009).

2.2.3 Pengaruh Free Cash Flow terhadap Kebijakan Dividen

Free cash flow merupakan arus kas operasi dikurangi investasi yang

diwajibkan, semakin besar rasio ini menunjukkan bahwa nilai arus kas bebas

lebih besar jika dibandingkan dengan nilai aktiva perusahaan dan semakin

besar arus kas bebas maka kemungkinan dividen yang dibayarkan menjadi

semakin besar sebaliknya semakin kecil rasio ini menunjukkan bahwa nilai

aktiva perusahaan lebih besar jika dibandingkan dengan arus kas bebas, arus

kas bebas yang kecil akan menyebabkan perusahaan memiliki keterbatasaan

dalam kemampuannya membayar dividen. Sesuai teori keagenan, apabila

perusahaan mempunyai aliran kas bebas yang cukup memadai, manajer

perusahaan mendapatkan tekanan dari pemegang saham untuk

membagikannya dalam bentuk dividen, untuk mencegah free cash flow

digunakan untuk hal yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan dan

cenderung merugikan pemegang saham. Oleh karena itu, pihak manajemen

Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016

Page 17: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/2492/3/FITRI NOFIAWATI BAB II.pdf · 2017. 7. 10. · 10 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan

26

membagikan free cash flow pada besarnya dividen agar dapat menekan biaya

agensi atau agency cost. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan

bahwa free cash flow berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen

pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu Destasiwi

Estiaji, 2014 dengan judul Pengaruh Insider Ownership, Return on Equity,

Free Cash Flow, Firm Size dan Debt To Equity Ratio terhadap Dividend

Payout Ratio pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2010 – 2013.

2.2.4 Pengaruh Debt To Equity Ratio terhadap Kebijkan Dividen

Debt to equity ratio merupakan rasio keuangan untuk mengukur

proporsi hubungan antara hutang dan ekuitas yang digunakan untuk

membiayai asset perusahaan, peningkatan hutang pada perusahaan akan

mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang

saham, termasuk dividen yang diterima karena kewajiban untuk membayar

hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen, peningkatan hutang

dalam perusahaan akan mengurangi besar kecilnya keuntungan bersih yang

tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima

karena kewajiban (beban tetap) tersebut lebih diprioritaskan dari pada

pembagian dividen, maka dapat disimpulkan debt to equity ratio berpengaruh

negatif terhadap kebijakan dividen. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Estika Maulida Priyo, 2013 dengan judul Analisis

Pengaruh Return on Asset, Debt To Equity Ratio, Firm Size, Growth dan Free

Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016

Page 18: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/2492/3/FITRI NOFIAWATI BAB II.pdf · 2017. 7. 10. · 10 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan

27

Cash Flow terhadap Dividend Payout Ratio ( Studi Empiris Pada Perusahaan

Manufaktur Yang terdaftar Di BEI periode 2008 – 2011).

2.2.5 Pengaruh Firm Size terhadap Kebijakan Dividen

Perusahaan yang besar dan mapan mempunyai akses yang lebih mudah

kepasar modal dibanding dengan perusahaan kecil, akses yang baik dapat

membantu perusahaan memenuhi kebutuhan likuiditasnya hal ini akan

mengurangi ketergantungan mereka pada pendanaan internal perusahaan.

Kemudahan untuk berhubungan dengan pasar modal tersebut membuat

perusahaan besar memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan

dana dalam jangka pendek menjadi lebih besar, sehingga perusahaan besar

dapat mengusahakan pembayaran dividen yang lebih besar dibandingkan

dengan perusahaan kecil, jadi dapat disimpulkan firm size berpengaruh positif

terhadap kebijakan dividen. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Diah Nur Safitri, 2013 yang berjudul Pengaruh Free Cash Flow,

Investment Opportunity (IOS), dan Firm Size terhadap Kebijakan Dividen

Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2011.

2.2.6 Pengaruh Siklus Hidup Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen

Dividen yang dibayarkan oleh perusahaan cenderung merupakan

perusahaan yang berada dalam tahap matang (stabil) dimana kesempatan

untuk pertumbuhan rendah dan tingkat keuntungan sudah tinggi. Perusahaan

yang keadaan perkembangan perusahaannya tinggi tidak memerlukan dana

untuk membiayai invesatsinya, oleh karena itu perusahaan akan lebih sedikit

untuk menahan laba dan lebih banyak untuk membagikan laba tersebut kepada

Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016

Page 19: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/2492/3/FITRI NOFIAWATI BAB II.pdf · 2017. 7. 10. · 10 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan

28

pemegang saham dalam bentuk dividen. Dapat disimpulkan siklus hidup

perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Djumahir, 2009 dengan judul Pengaruh

Biaya Agensi, Tahap Daur Hidup Perusahaan, dan Regulasi terhadap

Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Dengan hasil penelitian Variabel Dispersion of Ownership, Free Cash Flow,

Tahap Daur Hidup Perusahaan, dan Regulasi secara parsial berpengaruh

terhadap Kebijakan Dividen, kecuali variabel Institutional Ownership.

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

H1 (-)

H2 (+)

H3 (+)

H4 (-)

H5 (+)

H6 (+)

Insider Ownership

Collaterizable Asset

Free Cash Flow

Debt To Equity Ratio

Firm Size

SIKLUS HIDUP PERUSAHAAN

KEBIJAKAN DIVIDEN

B

I

A

Y

A

A

G

E

N

S

I

Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016

Page 20: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/2492/3/FITRI NOFIAWATI BAB II.pdf · 2017. 7. 10. · 10 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan

29

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan teori - teori yang telah

dikemukakan di bab sebelumnya mengenai pengaruh biaya agensi dan siklus

kehidupan perusahaan terhadap kebijakan dividen, maka dalam hipotesis ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen biaya agensi terdiri

dari insider ownership, collataterizable, free cash flow, debt to equity ratio,

firm size dan siklus hidup perusahaan terhadap variabel dependen kebijakan

dividen. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

: Terdapat pengaruh negatif insider ownership terhadap kebijakan dividen

: Terdapat pengaruh positif collateralizable assets terhadap kebijakan

dividen

: Terdapat pengaruh positif free cash flow terhadap kebijakan dividen

: Terdapat pengaruh negatif debt to equity ratio terhadap kebijakan dividen

: Terdapat pengaruh positif firm size terhadap kebijakan dividen

: Terdapat pengaruh positif siklus hidup perusahaan terhadap kebijakan

dividen

Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016