1 struktur apbd dan kode rekening

25
1 TAHUN 2014 TAHUN 2014 STRUKTUR APBD DAN KODE REKENING

Upload: cummyaprilia

Post on 07-Apr-2016

485 views

Category:

Documents


45 download

DESCRIPTION

Struktur APBD dan Kode Rekening

TRANSCRIPT

11

TAHUN 2014TAHUN 2014

STRUKTUR APBDDAN

KODE REKENING

22

PENGERTIAN APBD

RENCANA KEUANGAN TAHUNAN PEMERINTAH DAERAH YANG DISETUJUI OLEH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

33

NONO URAIANURAIAN WAKTUWAKTU KETERANGANKETERANGANA.A. APBDAPBD

1.1. Penyusunan RKPDPenyusunan RKPD Akhir bulan MeiAkhir bulan Mei2.2. Penyampaian Rancangan KUA kepada Penyampaian Rancangan KUA kepada

Kepala DaerahKepala DaerahAwal bulan JuniAwal bulan Juni 1 bulan1 bulan

3.3. Penyampaian Rancangan KUA dari Kepala Penyampaian Rancangan KUA dari Kepala Daerah kepada DPRDDaerah kepada DPRD

Pertengahan bulan JuniPertengahan bulan Juni 3 minggu3 minggu

4.4. KUA disepakati antara Kepala Daerah KUA disepakati antara Kepala Daerah dengan DPRDdengan DPRD

Minggu pertama bulan Juli Minggu pertama bulan Juli

5.5. Penyusunan Rancangan PPASPenyusunan Rancangan PPAS 1 minggu1 minggu6.6. Penyampaian Rancangan PPAS ke DPRD Penyampaian Rancangan PPAS ke DPRD Minggu kedua bulan Juli Minggu kedua bulan Juli 3 minggu3 minggu7.7. PPAS disepakati antara Kepala Daerah PPAS disepakati antara Kepala Daerah

dengan DPRDdengan DPRDAkhir bulan Juli Akhir bulan Juli

8.8. Penetapan Pedoman penyusunan RKA-Penetapan Pedoman penyusunan RKA-SKPD oleh Kepala DaerahSKPD oleh Kepala Daerah

Awal bulan AgustusAwal bulan Agustus 1 minggu1 minggu

9.9. Penyampaian Raperda APBD kepada DPRD Penyampaian Raperda APBD kepada DPRD Minggu pertama bulan OktoberMinggu pertama bulan Oktober 2 bulan2 bulan10.10. Pengambilan keputusan bersama DPRD Pengambilan keputusan bersama DPRD

dan Kepala Daerah terhadap RAPBDdan Kepala Daerah terhadap RAPBDPaling lama 1 (satu) bulan sebelum Paling lama 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran yang tahun anggaran yang bersangkutan (awal bulan bersangkutan (awal bulan Desember)Desember)

11.11. Penetapan hasil evaluasiPenetapan hasil evaluasi 15 hari kerja (pertengahan bulan 15 hari kerja (pertengahan bulan Desember)Desember)

12.12. Penetapan Perda tentang APBD & Raper Penetapan Perda tentang APBD & Raper KDH tentang penjabaran APBD bila sesuai KDH tentang penjabaran APBD bila sesuai hasil evaluasihasil evaluasi

Akhir Desember (31 Desember)Akhir Desember (31 Desember)

44

NONO URAIANURAIAN WAKTUWAKTU KETERANGANKETERANGAN13.13. Penyempurnaan sesuai hasil evaluasi Penyempurnaan sesuai hasil evaluasi 7 hari kerja7 hari kerja Akhir bulan Akhir bulan

DesemberDesember14.14. Pembatalan berdasarkan hasil evaluasi Pembatalan berdasarkan hasil evaluasi 7 hari kerja setelah 7 hari kerja setelah

hasil evaluasi dari hasil evaluasi dari Menteri Dalam Menteri Dalam Negeri/GubernurNegeri/Gubernur

15.15. Penghentian dan pencanutan pelaksanaan Penghentian dan pencanutan pelaksanaan Perda tentang APBD bersama DPRDPerda tentang APBD bersama DPRD

7 hari kerja7 hari kerja Awal bulan JanuariAwal bulan Januari

16.16. Penetapan keputusan pimpinan DPRD tetang Penetapan keputusan pimpinan DPRD tetang penyempurnaan Perda APBD dan penyampaian penyempurnaan Perda APBD dan penyampaian hasil penyempurnaan berdasarkan hasil hasil penyempurnaan berdasarkan hasil evaluasievaluasi

3 hari kerja setelah keputusan 3 hari kerja setelah keputusan ditetapkanditetapkan

17.17. Penetapan Perda APBD dan Peraturan Kepala Penetapan Perda APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBDDaerah tentang penjabaran APBD

31 Desember31 Desember

18.18. Penyampaian Perda APBD dan Peraturan Penyampaian Perda APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD kepada Menteri Dalam Negeri/Gubernurkepada Menteri Dalam Negeri/Gubernur

7 hari kerja 7 hari kerja

B.B. DALAM HAL DPRD TIDAK MENGAMBIL KEPUTUSAN BERSAMA TERHADAP RAPERDA TENTANG APBDDALAM HAL DPRD TIDAK MENGAMBIL KEPUTUSAN BERSAMA TERHADAP RAPERDA TENTANG APBD1.1. Penyampaian Rancangan Peraturan Kepala Penyampaian Rancangan Peraturan Kepala

Daerah kepada Menteri Dalam Daerah kepada Menteri Dalam Negeri/Gubernur dalam hal DPRD tidak Negeri/Gubernur dalam hal DPRD tidak mengambil keputusan bersama terhadap mengambil keputusan bersama terhadap Raperda tentang APBD sampai dengan batas Raperda tentang APBD sampai dengan batas waktu yang ditetapkan undang-undang.waktu yang ditetapkan undang-undang.

Paling lama 15 hari kerja setelah Paling lama 15 hari kerja setelah Raperda tidak disetujui DPRD Raperda tidak disetujui DPRD (pertengahan bulan Desember)(pertengahan bulan Desember)

2.2. Pengesahan Menteri Dalam Negeri/Gubernur Pengesahan Menteri Dalam Negeri/Gubernur terhadap Rancangan Peraturan Kepala Daerah terhadap Rancangan Peraturan Kepala Daerah

Paling lama 30 hari kerja Paling lama 30 hari kerja (pertengahan bulan Januari)(pertengahan bulan Januari)

1 bulan1 bulan

C.C. APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRDAPBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD1.1. Penyampaian rancangan KUA dan PPAS kepada Penyampaian rancangan KUA dan PPAS kepada

Menteri Dalam Negeri/Gubernur bagi daerah Menteri Dalam Negeri/Gubernur bagi daerah yang belum memiliki DPRD yang belum memiliki DPRD

Pertengahan bulan JuniPertengahan bulan Juni

2.2. Persetujuan Menteri Dalam Negeri/GubernurPersetujuan Menteri Dalam Negeri/Gubernur Minggu pertama bulan JuliMinggu pertama bulan Juli 15 hari15 hari3.3. Penyampaian Rancangan Peraturan Kepala Penyampaian Rancangan Peraturan Kepala

Daerah tentang APBD Daerah tentang APBD 30 hari kerja sejak KUA dan PPAS 30 hari kerja sejak KUA dan PPAS disahkan Menteri Dalam disahkan Menteri Dalam Negeri/GubernurNegeri/Gubernur

Minggu pertama Minggu pertama bulan Agustusbulan Agustus

55

FUNGSI APBD1.1. Fungsi otorisasiFungsi otorisasi mengandung arti bahwa APBD menjadi dasar mengandung arti bahwa APBD menjadi dasar

untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.bersangkutan.

2.2. Fungsi perencanaanFungsi perencanaan mengandung arti bahwa APBD menjadi mengandung arti bahwa APBD menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.tahun yang bersangkutan.

3.3. Fungsi pengawasanFungsi pengawasan mengandung arti bahwa APBD menjadi mengandung arti bahwa APBD menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan ketentuan yang telah pemerintahan daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkanditetapkan..

4.4. Fungsi alokasiFungsi alokasi mengandung arti bahwa APBD harus diarahkan mengandung arti bahwa APBD harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.efektivitas perekonomian.

5.5. Fungsi distribusiFungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan APBD harus mengandung arti bahwa kebijakan APBD harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

6.6. Fungsi stabilisasiFungsi stabilisasi mengandung arti bahwa APBD menjadi alat mengandung arti bahwa APBD menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.perekonomian daerah.

66

PRINSIP-PRINSIP PENGANGGARANSemua penerimaan baik dalam bentuk uang, barang Semua penerimaan baik dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa dianggarkan dalam APBDdan/atau jasa dianggarkan dalam APBDSeluruh pendapatan, belanja dan pembiayaan Seluruh pendapatan, belanja dan pembiayaan dianggarkan secara brutodianggarkan secara brutoJumlah pendapatan merupakan perkiraan terukur Jumlah pendapatan merupakan perkiraan terukur dan dpt dicapai serta berdasarkan ketentuan per-dan dpt dicapai serta berdasarkan ketentuan per-UU-anUU-anPenganggaran pengeluaran harus didukung dengan Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah cukup dan harus didukung dengan dasar jumlah cukup dan harus didukung dengan dasar hukum yang melandasinyahukum yang melandasinya

77

PENDAPATAN PENDAPATAN Rp……Rp……BELANJA BELANJA Rp……. (-)Rp……. (-)

Surplus/(Defisit) Surplus/(Defisit) Rp…….Rp…….

PEMBIAYAANPEMBIAYAAN- Penerimaan Rp……..- Penerimaan Rp……..- Pengeluaran Rp……..(-)- Pengeluaran Rp……..(-) Pembiayaan NetoPembiayaan Neto Rp…….. Rp……..

SILPA Tahun BerjalanSILPA Tahun Berjalan Rp……..Rp……..

STRUKTUR APBD

88

A. Pendapatan Asli Daerah :1. Pajak Daerah2. Restribusi Daerah3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan4. Lain-lain PAD yang sah

B. Dana Perimbangan :1. Dana Bagi Hasil2. Dana Alokasi Umum3. Dana Alokasi Khusus

C. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah1. Hibah2. Dana Darurat3. Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan Pemda lainnya4. Dana penyesuaian & Dana OTSUS5. Bantuan Keuangan dari Propinsi atau Pemda lainnya

STRUKTUR PENDAPATAN

99

1.1. Kelompok pendapatan asli daerah Kelompok pendapatan asli daerah dibagi menurut jenis pendapatan yang dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri atas : pajak daerah, restribusi daerah, hasil pebgelolaan kekayaan terdiri atas : pajak daerah, restribusi daerah, hasil pebgelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

2.2. Kelompok dana perimbangan Kelompok dana perimbangan dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri atas : dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus.atas : dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus.

3.3. Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah, Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah, dapat bersumber dari :dapat bersumber dari :- Hibah, - Hibah, dapat berasal dari pemerintah, pemerintah kabupaten/kota di wilayahdapat berasal dari pemerintah, pemerintah kabupaten/kota di wilayah

propinsi, kabupaten/kota di luar wilayah provinsi, pemerintah provinsi propinsi, kabupaten/kota di luar wilayah provinsi, pemerintah provinsi dan/ataudan/atau

provinsi lainnya, dari perusahaan daerah/BUMD, dari perusahaan provinsi lainnya, dari perusahaan daerah/BUMD, dari perusahaan negara/BUMNnegara/BUMN

atau dari masyarakat.atau dari masyarakat.- Dana darurat - Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangandari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakankorban/kerusakan akibat bencana alamakibat bencana alam- Dana bagi hasil pajak dari provinsi - Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota dan dari kepada kabupaten/kota dan dari

pemerintah daerah lainnyapemerintah daerah lainnya- Dana penyesuaian - Dana penyesuaian dan dan dana otonomi khusus dana otonomi khusus yang ditetapkan olehyang ditetapkan oleh

pemerintahpemerintah- Bantuan keuangan - Bantuan keuangan dari kapubaten/kota di wilayah provinsi, bantuan dari kapubaten/kota di wilayah provinsi, bantuan keuangankeuangan

dari provinsi/kabupaten/kota lainnya di luar wilayah provinsi.dari provinsi/kabupaten/kota lainnya di luar wilayah provinsi.

KELOMPOK PENDAPATAN DAERAH

1010

A. Belanja Tidak Langsung :1. Belanja Pegawai2. Belanja Bunga3. Belanja Subsidi4. Belanja Hibah5. Belanja Bantuan Sosial6. Belanja Bagi Hasil7. Bantuan Keuangan8. Belanja Tak Terduga

B. Belanja Langsung :1. Belanja Pegawai2. Belanja Barang dan Jasa3. Belanja Modal

STRUKTUR BELANJA

1111

Tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dibebani pekerjaan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dinilai melampaui beban kerja normal.

JENIS BELANJABelanja Pegawai, digunakan untuk menganggarkan belanja penghasilan pimpinan dan anggota DPRD, gaji pokok dan tunjangan kepala daerah dan wakil kepala daerah serta gaji pokok dan tunjangan pegawai negeri sipil, tambahan penghasilan, serta honor atas pelaksanaan kegiatan.TAMBAHAN PENGHASILAN

Tambahan penghasilan berdasarkan tempat bertugas diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya berada di daerah memiliki tingkat kesulitan tinggi dan daerah terpencil.

Tambahan penghasilan berdasarkan kondisi kerja diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya berada pada lingkungan kerja yang memiliki resiko tinggi.

1212

Tambahan penghasilan berdasarkan pertimbangan objektif lainnya dalam rangka peningkatan kesejahteraan umum pegawai, seperti pemberian uang makan.

Lanjutan………

Tambahan penghasilan berdasarkan kelangkaan profesi diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dalam mengemban tugas memiliki ketrampilan khusus dan langka

Tambahan penghasilan berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya dinilai mempunyai prestasi kerja

Permendagri 59/2007

Belanja Bunga, digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang (principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang

1313

Bantuan sosial, digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan yang bersifat sosial kemasyarakatan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada kelompok/anggota masyarakat, dan partai politik.

Lanjutan………

Belanja subsidi, digunakan untuk menganggarkan subsidi kepada masyarakat melalui lembaga tertentu yang telah diaudit, dalam rangka mendukung kemampuan daya beli masyarakat untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Lembaga penerima belanja subsidi wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana subsidi kepada kepala daerahBelanja hibah, digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya.

Permendagri 59/2007

Belanja bagi hasil, untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatn provinsi yang dibagihasilkan kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota yang dibagihasilkan kepada pemerintah desa sesuai dengan ketentuan perudang-undangan.

1414

Lanjutan………

Belanja bantuan keuangan, untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan.

Belanja tidak terduga, untuk menganggarkan belanja atas kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.

1515

Belanja barang dan jasa, digunakan untuk menganggarkan belanja barang yang nilai mnfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dan/atu pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan.

Lanjutan………

Belanja modal, digunakan untuk menganggarkan belanja yang digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaatnya lebih dari 12 (duabelas) bulan. Honorarium panitia dalam rangka pengadaan dan adminsitrsi pembelian/pembangunan untuk memperoleh aset dianggarkan dalam belanja pegawai dan/atau belanja barang dan jasa.Permendagri

13/2006

Permendagri 59/2007

Belanja modal, digunakan untuk menganggarkan belanja yang digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaatnya lebih dari 12 (duabelas) bulan termasuk pula Honorarium panitia dalam rangka pengadaan dan adminsitrsi pembelian/pembangunan untuk memperoleh aset.

1616

Penerim subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan bertanggung jawab atas penggunaan uang/barang dan/atau jasa yang diterimanya dan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaannya kepada kepala daerah.

Lanjutan………

Penting untuk diperhatikan amanat Pasal 133 Permendagri 13 Tahun 2006Pemberian subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan dilaksanakan atas persetujuan kepala daerah.

Tata cara pemberian dan pertanggungjawaban subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) DITETAPKAN DALAM PERATURAN KEPALA DAERAH

1717

A. Penerimaan Pembiayaan:1. Selisih Lebih Perhitungan (SiLPA) Anggaran Tahun Sebelumnya2. Pencairan Dana Cadangan3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan4. Penerimaan Pinjaman Daerah5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman6. Penerimaan Piutang Daerah

B. Pengeluaran Pembiayaan :1. Pembentukan Dana Cadangan2. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah3. Pembayaran Pokok Utang4. Pemberian Pinjaman

Pembiayaan Neto ( A-B )

STRUKTUR PEMBIAYAAN

1818

SURPLUS / ( DEFISIT ) APBDMerupakan selisih antara anggaran pendapatan daerah dan anggaran Merupakan selisih antara anggaran pendapatan daerah dan anggaran belanja daerah.belanja daerah.Surplus anggaran terjadi bila anggaran pendapatan daerah Surplus anggaran terjadi bila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah.diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah.Surplus, diutamakan untuk pembayaran pokok utang yang jatuh Surplus, diutamakan untuk pembayaran pokok utang yang jatuh tempo, penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian pinjaman tempo, penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian pinjaman kepada pemerintah pusat/pemerintah daerah lain, dan/atau kepada pemerintah pusat/pemerintah daerah lain, dan/atau pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial.pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial.Defisit anggaran terjadi bila anggaran pendapatan daerah Defisit anggaran terjadi bila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih kecil dari anggaran belanja daerah.diperkirakan lebih kecil dari anggaran belanja daerah.Apabila defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk Apabila defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit, meliputi sisa lebih perhitungan anggaran tahun menutup defisit, meliputi sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan anggaran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, penerimaan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, penerimaan kembali pemberian pinjaman atau piutang daerah.kembali pemberian pinjaman atau piutang daerah.

19191919

KODE REKENING

Kode Rekening

Nama Rekening

1 Aset2 Kewajiban3 Ekuitas4 Pendapatan5 Belanja6 Pembiayaan

2020

Setiap program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek serta rincian obyek yang dicantumkan dalam APBD menggunakan kode program, kode kegiatan, kode kelompok, kode jenis, kode obyek dan kode rincian obyek.

KODE REKENING PENGANGGARANSetiap urusan pemerintah daerah dan organisasi yang dicantumkan dalam APBD menggunakan kode urusan pemerintah daerah dan kode organisasi.

Kode pendapatan, kode belanja dan kode pembiayaan yang digunakan dalam penganggaran menggunakan kode akun pendapatan, kode akun belanja, dan kode akun pembiayaan.

Untuk tertib penganggaran semua kode dihimpun menjadi satu kesatuan kode anggaran yang disebut kode rekening.

2121

LAMPIRAN A.VII

BAGAN KODE REKENINGPERMENDAGRI 59/2007

LAMPIRAN A.I

LAMPIRAN A.IILAMPIRAN A.II

LAMPIRAN A.III dan A.IVLAMPIRAN A.III dan A.IVLAMPIRAN A.VIIILAMPIRAN A.VIIILAMPIRAN A.IXLAMPIRAN A.IX

Kode Urusan Pemerintah daerah

Kode Organisasi

Kode rincian obyek pendapatan, belanja & pembiayaan

Kode Program

Kode obyek pendapatan, belanja & pembiayaan

Kode jenis pendapatan, belanja & pembiayaan

Kode Kegiatan

Kode akun pendapatan, belanja & pembiayaan

Kode kelompok pendapatan, belanja & pembiayaan

x.xx.xx

xx xx xxx xxxxxx xxxx

2222

Lampiran sebagaimana dimaksud ayat (1), ayat (3), ayat (4), ayat (7), ayat (8) dan ayat (10) merupakan daftar rekening dan kode rekening yang tidak merupakan acuan baku dalam penyusunan kode rekening yang pemilihannya disesuaikan dengan kebutuhan objektif dan nyata sesuai karakteristik daerah.

DISKRESI PENAMBAHAN KODE-KODE DALAM KODE REKENING

Pasal 77 ayat (12) Permendagri 59 Tahun 2007

Daerah diberi keleluasaan dan diskresi dalam membuat dan/atau menambah daftar relening dan kode rekening, termasuk untuk “kode dan nomenklatur urusan pemerintahan” serta “kode dan nomenklatur organisasi” maupun “kode dan nomenklatur program/kegiatan”

23232323

Nama Kode RekeningUrusan Wajib 1Urusan Pendidikan 01Dinas Pendidikan 1.01.01Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

01

Kegiatan Penyediaan Surat Menyurat

01

Belanja Alat Tulis Kantor

5.2.2.01.01

KODE REKENINGNYA1 0

11.01.01 01 01 5 2 2 01 01

24242424

Nama Kode RekeningUrusan Pilihan 2Urusan Pertanian 01Dinas Pertanian 2.01.01Program Peningkatan Ketahanan Pangan

16

Kegiatan Pengembangan Intensifikasi Tanaman Padi Palawija

15

Belanja Bahan/Bibit Tanaman

5.2.2.02.02KODE REKENINGNYA2 0

12.01.01 16 15 5 2 2 02 02

2525