1 statement kebijakan moneter - bi.go.id · penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan rumah tangga...

22

Upload: doancong

Post on 04-Aug-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER - bi.go.id · penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga dengan daya listrik 6 ... jumlah perusahaan yang mendapatkan Surat ... ekspor batubara
Page 2: 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER - bi.go.id · penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga dengan daya listrik 6 ... jumlah perusahaan yang mendapatkan Surat ... ekspor batubara

  | 1

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 10 Juli 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 7,50% dan 5,75%. Kebijakan tersebut konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,5±1% pada 2014 dan 4±1% pada 2015, serta menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. Bank Indonesia menilai bahwa stabilitas makro ekonomi masih terjaga di tengah proses penyesuaian struktur perekonomian ke arah yang lebih seimbang. Namun, ke depan masih terdapat sejumlah risiko dari eksternal dan domestik yang perlu diwaspadai yang dapat mengganggu tercapainya sasaran inflasi dan perbaikan kinerja transaksi berjalan. Untuk itu, Bank Indonesia akan senantiasa memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta kebijakan untuk memperkuat struktur perekonomian domestik dan pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN), khususnya ULN korporasi. Selain itu, Bank Indonesia juga akan meningkatkan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan agar proses penyesuaian ekonomi dapat berjalan baik dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi ke depan yang lebih sustainable.

Perbaikan ekonomi global masih berlanjut, namun lebih rendah dari prakiraan sebelumnya. Hal itu terkait dengan revisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi AS menyusul data realisasi PDB AS triwulan I 2014 yang lebih rendah akibat cuaca dingin ekstrim yang melanda negara tersebut. Meskipun dalam tren melambat, pemulihan ekonomi dunia tetap berjalan dan ditopang oleh membaiknya ekonomi negara-negara maju seiring masih berlanjutnya stimulus moneter. Sementara itu, ekonomi negara berkembang cenderung melambat, terutama sebagai akibat proses rebalancing ekonomi Tiongkok. Sejalan dengan hal tersebut, harga komoditas masih menunjukkan tren penurunan. Ke depan, risiko perekonomian global akan terus diwaspadai, antara lain terkait dengan perlambatan ekonomi Tiongkok dan normalisasi kebijakan the Fed.

Perekonomian domestik pada triwulan II 2014 masih menunjukan tren melambat. Meskipun masih tumbuh cukup kuat, konsumsi rumah tangga diperkirakan melambat. Hal ini diindikasikan, antara lain, oleh melambatnya indeks penjualan eceran dan penjualan mobil. Konsumsi pemerintah juga diprakirakan tumbuh lebih rendah akibat bergesernya pembayaran gaji ke-13 ke triwulan III 2014 dan penghematan belanja kementerian dan lembaga. Sementara itu, pertumbuhan investasi juga diperkirakan melambat, khususnya investasi bangunan sebagai dampak kebijakan stabilisasi. Namun, investasi nonbangunan diprakirakan meningkat yang, antara lain, ditopang oleh kinerja ekspor manufaktur yang masih kuat. Secara keseluruhan, kinerja sektor eksternal masih lemah, tertahan oleh kinerja ekspor batubara dan mineral. Meskipun ekspor secara keseluruhan melemah, ekspor manufaktur (nonsumber daya alam) menunjukkan tren peningkatan, khususnya alat angkut. Hal tersebut terutama didukung oleh pemulihan ekonomi di negara maju dan mulai dijadikannya Indonesia sebagai basis produksi mobil untuk pasar utama ASEAN, Jepang dan negara Asia lainnya.

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

1

Page 3: 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER - bi.go.id · penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga dengan daya listrik 6 ... jumlah perusahaan yang mendapatkan Surat ... ekspor batubara

  | 2

Neraca perdagangan mencatat sedikit surplus, terutama didorong oleh surplus neraca nonmigas. Neraca perdagangan pada Mei 2014 mengalami surplus sebesar 0,07 miliar dolar AS. Kinerja neraca perdagangan tersebut didorong oleh neraca perdagangan nonmigas yang mencatat surplus, di tengah kenaikan defisit neraca perdagangan migas. Surplus neraca nonmigas terutama didorong oleh impor nonmigas yang mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Impor nonmigas secara umum terkendali sejalan dengan moderasi permintaan domestik sebagai dampak kebijakan stabilisasi yang telah ditempuh selama ini. Berbeda dengan impor nonmigas, impor minyak terus mengalami peningkatan sejak 2010. Sementara itu, dari neraca finansial, aliran masuk modal asing pada Juni 2014 sedikit tertahan, seiring dengan perilaku investor yang menunggu hasil Pemilihan Umum Presiden 2014. Namun, secara akumulatif hingga Juni 2014, aliran masuk portofolio asing ke pasar keuangan Indonesia telah mencapai 11,54 miliar dolar AS. Dengan perkembangan tersebut, pada akhir Juni 2014, cadangan devisa Indonesia meningkat menjadi 107,7 miliar dolar AS, setara 6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Tekanan depresiasi terhadap nilai tukar rupiah meningkat pada bulan Juni 2014. Rupiah secara rata-rata melemah 3,03% (mtm) dari bulan sebelumnya menjadi Rp11.892 per dolar AS. Secara point to point (ptp), rupiah terdepresiasi sebesar 1,52% dan ditutup pada level Rp11.855 per dolar AS. Di samping berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global dan defisit neraca perdagangan pada bulan April 2014, pergerakan nilai tukar dipengaruhi oleh perilaku investor yang menunggu hasil Pemilihan Umum Presiden 2014. Ke depan, Bank Indonesia akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamentalnya.

Inflasi pada Juni 2014 relatif terkendali sesuai dengan pola musimannya. Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Juni mencatat inflasi sebesar 0,43% (mtm) atau 6,70% (yoy). Meningkatnya inflasi bulanan pada Juni sesuai dengan pola musiman menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Secara tahunan, inflasi masih menunjukkan tren yang menurun. Inflasi menjelang Ramadhan didorong oleh inflasi volatile food yang mencapai 1,06% (mtm) atau 6,74% (yoy). Sementara itu, inflasi inti masih terkendali dan relatif stabil di kisaran 0,25% (mtm) atau 4,81% (yoy). Di sisi lain, inflasi administered prices sedikit meningkat menjadi 0,45% (mtm) atau 13,47% (yoy), terutama disebabkan oleh penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga dengan daya listrik 6.600 VA ke atas. Ke depan, Bank Indonesia mencermati risiko inflasi yang berasal dari pola musiman perayaan hari besar keagamaan dan risiko lainnya seperti potensi tekanan penyesuaian administered prices dan peningkatan harga pangan akibat dampak El Nino. Dalam mengantisipasi risiko tersebut, Bank Indonesia akan memperkuat koordinasi pengendalian inflasi, khususnya melalui forum TPI dan TPID, untuk menjaga inflasi tetap sejalan dengan pencapaian sasaran inflasi 4,5±1% pada 2014 dan 4,0±1% pada 2015.

Stabilitas sistem keuangan masih solid ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja pasar keuangan. Ketahanan industri perbankan tetap kuat dengan risiko kredit, likuiditas dan pasar yang cukup terjaga, serta dukungan modal yang kuat. Pada Mei 2014, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) masih tinggi sebesar 19,51%, jauh di atas ketentuan minimum 8%, sedangkan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap rendah dan stabil di kisaran 2,00%. Pertumbuhan kredit kepada sektor swasta pada Mei 2014 melambat menjadi 17,4% (yoy) dari bulan sebelumnya 18,5% (yoy), sejalan dengan proses penyesuaian dalam perekonomian. Bank Indonesia akan terus berkoordinasi dengan OJK untuk mengarahkan

Page 4: 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER - bi.go.id · penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga dengan daya listrik 6 ... jumlah perusahaan yang mendapatkan Surat ... ekspor batubara

  | 3

pertumbuhan kredit ke depan agar dapat menopang pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih sehat dan seimbang. Sementara itu, kinerja bursa saham pada Juni 2014 mengalami koreksi 0,3% dari bulan sebelumnya ke level 4.878,58. Di sisi lain, kinerja pasar SBN menurun seiring dengan perilaku investor yang menunggu hasil Pemilihan Umum Presiden 2014.

Page 5: 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER - bi.go.id · penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga dengan daya listrik 6 ... jumlah perusahaan yang mendapatkan Surat ... ekspor batubara

  | 4

PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN MONETER

Pertumbuhan Ekonomi Global

Perbaikan ekonomi global masih berlanjut, namun lebih rendah dari prakiraan sebelumnya. Hal itu terkait dengan revisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi AS menyusul data realisasi PDB AS triwulan I 2014 yang lebih rendah akibat cuaca dingin ekstrim yang melanda negara tersebut. Meskipun dalam tren melambat, pemulihan ekonomi dunia tetap berjalan dan ditopang oleh membaiknya ekonomi negara-negara maju seiring masih berlanjutnya stimulus moneter. Sementara itu, ekonomi negara berkembang cenderung melambat, terutama sebagai akibat proses rebalancing ekonomi Tiongkok. Ke depan, risiko perekonomian global akan terus diwaspadai, antara lain terkait dengan perlambatan ekonomi Tiongkok dan normalisasi kebijakan the Fed.

Lebih lambatnya perbaikan ekonomi global turut memengaruhi perkiraan kinerja volume perdagangan dunia dan harga komoditas internasional, kecuali harga minyak. Sejalan dengan melambatnya perbaikan ekonomi global, volume perdagangan dunia diperkirakan tumbuh lebih rendah. Harga komoditas nonmigas internasional menunjukkan tren penurunan seiring dengan rebalancing ekonomi Tiongkok. Di lain pihak, harga minyak mengalami kenaikan akibat tekanan geopolitik yang meningkat di Timur Tengah serta jumlah persediaan minyak mentah yang menurun di AS.

Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian domestik pada pada triwulan II 2014 masih menunjukkan tren melambat. Meskipun masih tumbuh cukup kuat, konsumsi rumah tangga diperkirakan melambat. Hal ini diindikasikan, antara lain, oleh melambatnya indeks penjualan eceran dan penjualan mobil. Konsumsi pemerintah juga diprakirakan tumbuh lebih rendah akibat bergesernya pembayaran gaji ke-13 ke triwulan III 2014 dan penghematan belanja kementerian dan lembaga. Sementara itu, pertumbuhan investasi juga diperkirakan melambat, khususnya investasi bangunan sebagai dampak kebijakan stabilisasi. Namun, investasi nonbangunan diprakirakan meningkat yang, antara lain, ditopang oleh kinerja ekspor manufaktur yang masih kuat. Secara keseluruhan, kinerja sektor eksternal masih lemah, tertahan oleh kinerja ekspor batubara dan mineral. Meskipun ekspor secara keseluruhan melemah, ekspor manufaktur (nonsumber daya alam) menunjukkan tren peningkatan, khususnya alat angkut. Hal tersebut terutama didukung oleh pemulihan ekonomi di negara maju dan mulai dijadikannya Indonesia sebagai basis produksi mobil untuk pasar utama ASEAN, Jepang dan negara Asia lainnya.

Konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2014 diprakirakan tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan konsumsi diprakirakan terjadi seiring dengan penurunan keyakinan konsumen (Grafik 2.1). Selain itu, hasil survei Bank Indonesia juga menunjukkan adanya tren perlambatan ekspektasi pendapatan konsumen (Grafik 2.2). Konsumsi rumah tangga yang melambat tersebut terindikasi pada perlambatan indeks penjualan eceran, yang mencakup kelompok peralatan

2

Page 6: 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER - bi.go.id · penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga dengan daya listrik 6 ... jumlah perusahaan yang mendapatkan Surat ... ekspor batubara

  | 5

rumah tangga, komunikasi, dan barang lainnya termasuk pakaian (Grafik 2.3). Indikator lain dari konsumsi rumah tangga yaitu penjualan mobil juga mengalami perlambatan pada bulan Mei 2014.

Grafik 2.1Indeks Keyakinan Konsumen - BI

Grafik 2.2 Ekspektasi Pendapatan

Grafik 2.3 Indeks Penjualan Eceran

Konsumsi pemerintah triwulan II 2014 berpotensi tumbuh lebih rendah dari prakiraan sebelumnya. Pergeseran realisasi gaji ke-13 PNS menjadi bulan Juli 2014 dan penghematan belanja Kementerian/Lembaga (K/L) menjadi faktor perlambatan konsumsi pemerintah. Penghematan belanja Kementerian/Lembaga dalam APBNP 2014 sebesar Rp 43 triliun.

Kinerja investasi diprakirakan melambat dibandingkan triwulan sebelumnya terutama didorong oleh investasi bangunan. Investasi bangunan diprakirakan masih berada dalam tren melambat, dipengaruhi oleh kebijakan stabilisasi ekonomi. Kondisi ini terindikasi dari penurunan penjualan semen pada triwulan II 2014 (Grafik 2.4). Di sisi lain, investasi nonbangunan diprakirakan tumbuh meningkat, merespons konsumsi rumah tangga dan ekspor manufaktur yang tetap kuat. Peningkatan investasi nonbangunan tercermin pada impor barang modal (mesin nontransportasi) yang membaik pada triwulan II 2014 (Grafik 2.5). Konsumsi listrik industri juga meningkat pada triwulan II 2014. Sementara itu, utilisasi kapasitas industri pengolahan masih relatif tinggi pada level 73%.

Page 7: 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER - bi.go.id · penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga dengan daya listrik 6 ... jumlah perusahaan yang mendapatkan Surat ... ekspor batubara

  | 6

Grafik 2.4Indikator Investasi Bangunan

Grafik 2.5 Indikator Investasi Nonbangunan

Kinerja sektor eksternal secara keseluruhan masih melemah, tertahan oleh kinerja ekspor batubara dan mineral. Pelemahan tersebut disebabkan oleh memburuknya ekspor tambang akibat realisasi ekpor mineral yang masih nihil. Namun demikian, proses perizinan ekspor konsentrat mineral terus menunjukkan kemajuan dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang mendapatkan Surat Persetujuan Ekspor (SPE). Di tengah kondisi tersebut, ekspor batubara turun semakin dalam akibat penurunan permintaan dan harga yang cenderung rendah.

Meskipun ekspor secara keseluruhan melemah, ekspor manufaktur (non-Sumber Daya Alam) menunjukkan tren peningkatan (Grafik 2.6). Hal ini terkait dengan ekspor non-SDA yang lebih banyak ditujukan ke negara maju yang pertumbuhannya membaik (Grafik 2.7). Komoditas ekspor non-SDA yang mengalami tren peningkatan antara lain alat angkut, metal olahan, furnitur, dan tekstil. Terkait ekspor alat angkut, ekspor mobil dalam tren meningkat sejak pertengahan 2013. Indonesia mulai menjadi basis produksi dengan pasar utama ASEAN, Jepang, dan negara ASIA lainnya.

Grafik 2.6Ekspor Nonmigas

Grafik 2.7 Negara Tujuan Ekspor

Sejalan dengan moderasi perekonomian domestik dan kinerja ekspor yang melemah, impor diprakirakan masih tumbuh rendah. Hingga Mei 2014, impor riil turun terutama disebabkan oleh penurunan impor nonmigas, sedangkan impor migas tumbuh stabil untuk memenuhi konsumsi BBM domestik. Penurunan impor nonmigas riil terjadi di semua kelompok barang (Grafik 2.8). Impor bahan baku sebagai pangsa terbesar impor mengalami penurunan disebabkan oleh turunnya impor bahan baku (olahan) untuk industri, suku cadang dan perlengkapan barang modal, serta suku cadang peralatan transportasi industri. Dari sisi impor barang konsumsi, kontraksi pertumbuhan disebabkan oleh penurunan impor mobil penumpang, durable dan semidurable goods, serta bahan makanan untuk rumah tangga yang berlanjut. Sementara itu, impor barang modal masih

Page 8: 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER - bi.go.id · penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga dengan daya listrik 6 ... jumlah perusahaan yang mendapatkan Surat ... ekspor batubara

  | 7

dalam tren perbaikan pada triwulan II 2014, meskipun pada Mei 2014 kembali turun signifikan. Penurunan impor barang modal terjadi pada komoditas mesin, alat angkut, dan mobil penumpang untuk industri.

Grafik 2.8

Impor Nonmigas Riil Secara sektoral, perlambatan ekonomi berdampak pada pelemahan kinerja di beberapa sektor utama. Pada sektor penghasil barang, sektor industri tumbuh lebih lambat dari prakiraan sebelumnya sejalan dengan melambatnya konsumsi rumah tangga dan lebih rendahnya permintaan ekspor. Selain itu, sektor pertambangan tumbuh terbatas akibat menurunnya ekspor batubara, dan belum terealisasinya ekspor mineral. Kinerja sektor bangunan dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa juga masih lemah terkait dengan kebijakan stabilisasi makroekonomi. Di sisi lain, pergeseran masa panen mendorong pertumbuhan sektor pertanian di triwulan II 2014. Sementara itu, kinerja sektor penghasil jasa, seperti sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh meningkat karena dorongan Pemilu Presiden.

Neraca Pembayaran Indonesia

Neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2014 mencatat surplus sebesar 0,07 miliar dolar AS. Surplus neraca perdagangan tersebut didorong oleh surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah kenaikan defisit neraca perdagangan migas. Surplus neraca perdagangan nonmigas terutama didorong oleh impor nonmigas yang mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Terkendalinya impor nonmigas, secara umum, sejalan dengan moderasi permintaan domestik sebagai dampak kebijakan stabilisasi yang telah ditempuh selama ini. Sementara itu, neraca perdagangan migas mencatat defisit yang meningkat dari bulan sebelumnya sebagai akibat dari turunnya ekspor migas dan meningkatnya impor migas. Berbeda dengan impor nonmigas, impor minyak terus mengalami peningkatan sejak tahun 2010.

Neraca perdagangan nonmigas mencatat surplus 1,40 miliar dolar AS setelah pada bulan sebelumnya mencatat defisit 0,92 miliar dolar AS. Surplus neraca perdagangan nonmigas tersebut terutama dipengaruhi oleh impor nonmigas yang terkontraksi sebesar 12,05% (mtm) (Grafik 2.9). Kontraksi impor nonmigas pada Mei 2014 dipengaruhi oleh penurunan impor pada 8 dari 10 golongan barang utama seperti mesin dan peralatan mekanik, mesin dan peralatan listrik, serta besi dan baja. Berdasarkan jenis penggunaannya, seluruh kelompok barang impor, baik barang modal, bahan baku maupun barang konsumsi, tercatat mengalami penurunan. Sementara itu, ekspor nonmigas mengalami peningkatan terutama pada komoditas utama lemak dan minyak hewan/nabati.

Page 9: 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER - bi.go.id · penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga dengan daya listrik 6 ... jumlah perusahaan yang mendapatkan Surat ... ekspor batubara

  | 8

Selain itu, ekspor batubara dan ekspor produk manufaktur berupa produk kimia, alas kaki dan kertas karton juga mengalami peningkatan.

Membaiknya kinerja neraca perdagangan nonmigas tidak diikuti oleh kinerja neraca perdagangan migas. Defisit neraca perdagangan migas naik menjadi 1,33 miliar dolar AS dari 1,04 miliar dolar AS pada April 2014 (Grafik 2.9). Meningkatnya defisit tersebut dipengaruhi oleh kontraksi ekspor migas sebesar 10,40% (mtm) akibat turunnya ekspor gas dan hasil minyak, sedangkan impor migas justru tercatat meningkat 0,38% (mtm) akibat bertambahnya impor minyak mentah.

Di sisi neraca finansial, aliran masuk dana asing sedikit tertahan pada Juni 2014. Hal tersebut didorong oleh perilaku investor yang menunggu hasil Pemilihan Umum Presiden pada 9 Juli 2014. Selama Juni 2014, investor masih mencatat net beli sehingga secara akumulatif aliran masuk portofolio asing ke pasar keuangan Indonesia sejak Januari 2014 sampai dengan Juni 2014 telah mencapai 11,54 miliar dolar AS (Grafik 2.10).

Grafik 2.9Neraca Perdagangan Indonesia

Grafik 2.10 Aliran Dana Nonresiden di Aset

Rupiah Dengan berbagai perkembangan tersebut, cadangan devisa pada akhir Juni 2014 tercatat sebesar 107,7 miliar dolar AS. Posisi cadangan devisa tersebut meningkat dari bulan sebelumnya sebesar terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa hasil ekspor migas Pemerintah dan aliran masuk modal portofolio asing yang masih terus berlanjut. Dengan posisi tersebut, cadangan devisa dapat membiayai 6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, jauh berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Nilai Tukar Rupiah

Tekanan depresiasi terhadap nilai tukar rupiah meningkat pada bulan Juni 2014. Rupiah secara rata-rata melemah 3,03% (mtm) dari bulan sebelumnya menjadi Rp11.892 per dolar AS. Secara point to point (ptp), rupiah terdepresiasi sebesar 1,52% dan ditutup pada level Rp11.855 per dolar AS. (Grafik 2.11). Pelemahan rupiah tersebut disertai dengan meningkatnya volatilitas dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Page 10: 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER - bi.go.id · penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga dengan daya listrik 6 ... jumlah perusahaan yang mendapatkan Surat ... ekspor batubara

  | 9

Grafik 2.11 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah

Pergerakan rupiah yang melemah pada bulan laporan dipengaruhi oleh berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global, kinerja neraca perdagangan Indonesia April 2014, maupun perilaku investor yang menunggu hasil Pemilihan Umum Presiden 2014. Perkembangan eksternal menyangkut timing exit the Fed merupakan sumber ketidakpastian yang cenderung menekan rupiah meski tekanan tersebut saat ini sedikit termoderasi oleh sikap The Fed yang cenderung dovish dengan mempertahankan kebijakan akomodatif berupa suku bunga rendah “for considerable time”. Sementara itu, kinerja neraca perdagangan April 2014 yang mencatat defisit juga menjadi faktor yang memberikan tekanan pada pergerakan nilai tukar rupiah. Selain hal tersebut, perilaku investor nonresiden, yang cenderung mengambil sikap wait and see terkait hasil pilpres 2014 juga memengaruhi penurunan pasokan valas, yang pada akhirnya memberikan tekanan terhadap nilai tukar. Sejalan dengan tekanan pada Rupiah, faktor risiko Rupiah turut mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari kenaikan indikator risiko CDS dan yield spread (Grafik 2.12 dan 2.13).

Grafik 2.12CDS dan VIX Indeks

Grafik 2.13 Yield Spread

Inflasi

Inflasi bulan Juni 2014 relatif terkendali sesuai dengan pola musimannya. Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Juni mencatat inflasi sebesar 0,43% (mtm) atau 6,70% (yoy) (Grafik 2.14). Meningkatnya inflasi bulanan pada Juni sesuai dengan pola musiman menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Secara tahunan, inflasi masih menunjukkan tren yang menurun. Peningkatan inflasi antara lain disebabkan meningkatnya permintaan menjelang hari besar keagamaan dan adanya penyesuaian tarif tenaga listrik (TTL) kelompok Rumah Tangga dengan daya 6600 VA ke atas. Sementara itu, inflasi inti relatif

Page 11: 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER - bi.go.id · penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga dengan daya listrik 6 ... jumlah perusahaan yang mendapatkan Surat ... ekspor batubara

  | 10

stabil karena penurunan harga komoditas global yang dapat mengkompensasi tekanan inflasi dari deprasiasi rupiah serta melambatnya permintaan domestik.

Grafik 2.14 Disagregasi Inflasi Juni 2014

Sesuai dengan pola musimannya menjelang bulan Ramadhan, kelompok volatile food mengalami tekanan inflasi setelah tiga bulan berturut–turut mengalami deflasi. Kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 1,06% (mtm) atau 6,74% (yoy), setelah pada bulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 0,22% (mtm) atau 7,09% (yoy) (Grafik 2.15). Komoditas yang mengalami kenaikan tertinggi adalah daging ayam, bawang merah, telur ayam ras, dan bawang putih. Secara umum, kenaikan harga tersebut disebabkan oleh peningkatan permintaan menjelang Ramadhan. Sementara itu, harga bawang merah yang sebelumnya diperkirakan menurun seiring datangnya musim panen justru mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi. Hal tersebut antara lain akibat terganggunya panen bawang merah di beberapa daerah oleh hama penyakit. Kenaikan harga bahan pangan juga didorong oleh berakhirnya musim panen beras. Namun, inflasi bahan pangan yang lebih tinggi tersebut tertahan oleh deflasi yang terjadi pada cabai rawit, cabai merah, dan ikan segar. Deflasi cabai rawit dan cabai merah didukung oleh panen di berbagai sentra produksi. Deflasi ikan segar didukung oleh kondisi cuaca yang membaik sehingga berdampak pada tangkapan ikan nelayan (Tabel 2.1).

Tabel 2.1 Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok

Volatile Food

Grafik 2.15Pola Inflasi/Deflasi Volatile Food

Tekanan inflasi dari kelompok administered prices sedikit meningkat. Inflasi administered prices tercatat sebesar 0,45% (mtm) atau 13,47% (yoy) meningkat jika dibandingkan bulan lalu sebesar 0,30% (mtm) atau 16,85% (yoy) (Grafik 2.16). Dampak penyesuaian tarif listrik kelompok Rumah Tangga dengan daya 6600 VA ke atas dan kenaikan permintaan seiring dengan musim liburan sekolah menjadi penyumbang utama kenaikan inflasi pada kelompok ini (tarif angkutan udara). Selanjutnya, kenaikan

No. Volatile Food %,mtmKontribusi 

(%,mtm)

1 Daging Ayam Ras 5.09 0.06

2 Bawang Merah 10.89 0.05

3 Telur Ayam Ras 6.16 0.04

4 Tomat Sayur 12.12 0.02

5 Bawang Putih 14.52 0.02

6 Beras 0.39 0.01

1 cabai Rawit ‐18.83 0.03

2 Cabai Merah ‐6.60 0.02

3 Ikan Segar ‐0.18 0.01

Inflasi

Deflasi

Page 12: 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER - bi.go.id · penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga dengan daya listrik 6 ... jumlah perusahaan yang mendapatkan Surat ... ekspor batubara

  | 11

permintaan menjelang bulan Ramadhan yang mengakibatkan kenaikan harga LPG di daerah (Sumatera dan Jawa) juga menyumbang inflasi sebesar 0,01% (mtm) (Tabel 2.2).

Tabel 2.2 Penyumbang Inflasi Kelompok

Administered Prices

Grafik 2.16Inflasi Administered Prices

Relatif stabilnya inflasi inti disebabkan oleh penurunan harga komoditas global yang dapat mengkompensasi tekanan inflasi dari depresiasi rupiah serta melambatnya permintaan domestik. Inflasi inti tercatat 0,25% (mtm) atau 4,81% (yoy), relatif stabil dibanding bulan sebelumnya (0,23%, mtm atau 4,82%, yoy). Dari sisi eksternal peningkatan tekanan inflasi a.l. didorong oleh depresiasi nilai tukar Rupiah. Namun, dampak pelemahan nilai tukar ini sedikit termoderasi akibat berlanjutnya penurunan harga komoditas global yang terkait dengan impor (Grafik 2.17). Sementara itu, tekanan dari sisi domestik juga cenderung melambat tercermin dari inflasi inti nontraded yang melemah, baik untuk inflasi inti makanan maupun bukan makanan (Grafik 2.18). Hal tersebut antara lain didukung oleh koreksi harga bahan makanan pada periode Maret –Mei 2014.

Grafik 2.17Inflasi Core Traded dan Faktor Eksternal

Grafik 2.18 Inflasi Inti Nontraded

Inflasi inti yang stabil juga ditopang oleh ekspektasi inflasi yang terjaga. Ekspektasi inflasi yang terjaga dapat terlihat dari hasil survei consensus forecast (CF) bulan Juni yang menunjukkan ekspektasi inflasi s.d. akhir tahun 2015 yang stabil, bahkan di akhir 2014 menurun dari 6,30% menjadi 6,20% (Grafik 2.19). Sementara itu, dari survey harga pedagang eceran dapat dilihat bahwa dalam jangka pendek terdapat tekanan harga 6 bulan yang akan datang seiring dengan meningkatnya permintaan menjelang natal dan tahun baru serta penurunan subsidi listrik dari Pemerintah (Grafik 2.20).

No. Administered Prices %,mtmKontribusi 

(%,mtm)

1 Tarif Listrik 1.14 0.03

2 Angkutan Udara 3.78 0.03

3 Rokok Kretek Filter 0.60 0.01

4 Bahan Bakar Rumah Tangga 0.35 0.01

Inflasi

Page 13: 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER - bi.go.id · penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga dengan daya listrik 6 ... jumlah perusahaan yang mendapatkan Surat ... ekspor batubara

  | 12

Grafik 2.19Ekspektasi Inflasi CF Tahunan

Grafik 2.20 Ekspektasi Harga Pedagang Eceran

Secara spasial, kenaikan inflasi yang cukup tinggi terjadi antara lain di Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan Barat. Sumber tekanan terutama berasal dari meningkatnya harga daging dan telur ayam ras di Sumatera (Aceh dan Sumatera Utara), sebagian Kalimantan (Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah), serta kawasan Jawa dan Jakarta. Di sisi lain, melimpahnya pasokan ikan segar di sebagian besar daerah di Kawasan Timur Indonesia secara umum mampu menahan laju kenaikan inflasi pangan di kawasan ini. Koreksi harga ikan segar yang cukup signifikan antara lain terjadi di Maluku, Papua, NTB, Bali, Papua Barat dan Kalimantan Timur. Dukungan cuaca yang kondusif juga diperkirakan berdampak positif pada produksi sayuran khususnya di Papua dan Papua Barat.

Gambar 2.1. Peta Sebaran Inflasi

Ke depan, terdapat sejumlah risiko yang dapat meningkatkan tekanan terhadap inflasi. Risiko tersebut berasal dari pola musiman perayaan hari besar keagamaan dan risiko lainnya seperti potensi tekanan penyesuaian administered prices dan peningkatan harga pangan akibat dampak El Nino.

Page 14: 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER - bi.go.id · penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga dengan daya listrik 6 ... jumlah perusahaan yang mendapatkan Surat ... ekspor batubara

  | 13

Perkembangan Moneter

Perkembangan suku bunga dan besaran moneter masih sejalan dengan kebijakan stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia. Selama Juni 2014, suku bunga PUAB cenderung stabil, sementara suku bunga perbankan masih terus meningkat. Di sisi lain, kredit yang merupakan bagian dari M2 mencatat pertumbuhan yang melambat sejalan dengan perlambatan permintaan domestik.

Suku bunga PUAB O/N sepanjang Juni 2014 relatif stabil disertai kenaikan volume PUAB. Rata-rata tertimbang suku bunga PUAB O/N pada bulan Juni relatif stabil sebesar 5,85% dibandingkan 5,86% pada bulan sebelumnya, sejalan dengan tertahannya kenaikan BI rate. Spread suku bunga PUAB O/N terhadap DF O/N relatif tetap sebesar 10bps, sementara spread suku bunga PUAB O/N terhadap BI rate relatif stabil sebesar 165bps. Dengan demikian, suku bunga PUAB O/N tetap berada di koridor bawah suku bunga (Grafik 2.21). Rata-rata volume PUAB total naik menjadi Rp13,0 triliun dari Rp11,1 triliun pada bulan sebelumnya seiring dengan meningkatnya kebutuhan perbankan untuk menjaga likuditas menjelang bulan puasa. Rata-rata volume DF O/N juga naik menjadi Rp91,5 triliun dari Rp88,8 triliun (Grafik 2.22). Indikasi lain yang menunjukkan terjaganya likuiditas perbankan tercermin dari spread max-min yang relatif stabil dan rendah.

Grafik 2.21Suku Bunga PUAB O/N

Grafik 2.22 Suku Bunga PUAB O/N & Vol DF O/N

Suku bunga perbankan masih dalam tren meningkat. Pada Mei 2014, suku bunga deposito 1 bulan naik 6 bps ke level 8,16% dari 8,10%, sementara rata-rata tertimbang suku bunga kredit meningkat lebih tinggi yaitu 15 bps menjadi 12,74% dari 12,59%. Berdasarkan jenis penggunaannya, kenaikan suku bunga kredit utamanya didorong oleh kenaikan suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK) yang naik 25 bps menjadi 12,63%, sementara suku bunga Kredit Investasi (KI) dan Kredit Konsumsi (KK) naik masing-masing 12 bps dan 1 bps menjadi 12,18% dan 13,26% (Grafik 2.23). Dengan perkembangan ini, spread antara suku bunga kredit dan suku bunga simpanan pada bulan Mei melebar menjadi 458 bps dari 449bps (Grafik 2.24).

Page 15: 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER - bi.go.id · penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga dengan daya listrik 6 ... jumlah perusahaan yang mendapatkan Surat ... ekspor batubara

  | 14

Grafik 2.23Suku Bunga KMK, KI dan KK

Grafik 2.24 Spread Suku Bunga Perbankan

Berdasarkan komponennya, likuiditas perekonomian dalam arti luas (M2) tumbuh lebih lambat terutama didorong oleh perlambatan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) di perbankan. Pada Mei 2014, M2 tercatat sebesar Rp3.784,5 triliun, tumbuh 10,5% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan April 2014 yang sebesar 10,9% (yoy). Pertumbuhan M2 yang melambat bersumber dari komponen Uang Kuasi (Dana Pihak Ketiga yang terdiri dari simpanan berjangka dan tabungan baik rupiah maupun valas serta simpanan giro valas). Pertumbuhan komponen Uang Kuasi tercatat menurun dari 12,3% (yoy) pada April 2014 menjadi 10,3% (yoy). Di sisi lain, pertumbuhan M1 (Uang Kartal dan Giro Rupiah) tercatat meningkat dari 5,8% (yoy) pada April 2014 menjadi 10,2% (yoy) (Grafik 2.25 dan 2.26).

Grafik 2.25Pertumbuhan M2 dan Komponennya

Grafik 2.26 Pertumbuhan M1 dan Komponennya

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi, pertumbuhan M2 yang melambat tersebut terutama disebabkan oleh perlambatan Net Domestic Assets (NDA) seiring dengan perlambatan kredit perbankan. Pada Mei 2014, pertumbuhan kredit perbankan1 tercatat melambat menjadi 17,4% (yoy) dari 18,5% (yoy) pada bulan sebelumnya. Di sisi lain, Net Foreign Assets (NFA) tumbuh lebih tinggi sejalan dengan

1 Perhitungan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 17,4% (yoy) pada Mei 2014 menggunakan konsep moneter yaitu pinjaman rupiah dan valas yang diberikan oleh Bank Umum dan BPR (tidak termasuk kantor cabang bank yang beroperasi di luar wilayah Indonesia) kepada penduduk (tidak termasuk Pemerintah Pusat). Sementara itu, pertumbuhan kredit menggunakan konsep perbankan pada Mei 2014 tercatat sebesar 17,9% (yoy). Kredit menurut konsep perbankan adalah pinjaman rupiah dan valas yang diberikan Bank Umum (termasuk kantor cabang bank yang beroperasi di luar wilayah Indonesia) kepada penduduk (termasuk Pemerintah Pusat) dan bukan penduduk.

11

12

13

14

15

16

17

Jan‐08

Mar‐08

Mei‐08

Jul‐08

Sep‐08

Nop‐08

Jan‐09

Mar‐09

Mei‐09

Jul‐09

Sep‐09

Nop‐09

Jan‐10

Mar‐10

Mei‐10

Jul‐10

Sep‐10

Nop‐10

Jan‐11

Mar‐11

Mei‐11

Jul‐11

Sep‐11

Nop‐11

Jan‐12

Mar‐12

Mei‐12

Jul‐12

Sep‐12

Nop‐12

Jan‐13

Mar‐13

Mei‐13

Jul‐13

Sep‐13

Nop‐13

Jan‐14

Mar‐14

Mei‐14

Sb. Kredit Sb. Kredit Modal Kerja Sb. Kredit Investasi Sb. Kredit Konsumsi

%

Data Per Mei 2014

13.26

12.74

12.63

12.18

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

5

7

9

11

13

15

Jan‐05

Mei‐05

Sep‐05

Jan‐06

Mei‐06

Sep‐06

Jan‐07

Mei‐07

Sep‐07

Jan‐08

Mei‐08

Sep‐08

Jan‐09

Mei‐09

Sep‐09

Jan‐10

Mei‐10

Sep‐10

Jan‐11

Mei‐11

Sep‐11

Jan‐12

Mei‐12

Sep‐12

Jan‐13

Mei‐13

Sep‐13

Jan‐14

Mei‐14

Spread‐rhs Sb Kredit Sb Dep 1 bln BI rate Sb LPS

%

Selisih rKredit ‐ rDepo1: 458 bps

%

8.16

12.74

0

5

10

15

20

25

Jan‐11

Apr‐11

Jul‐11

Oct‐11

Jan‐12

Apr‐12

Jul‐12

Oct‐12

Jan‐13

Apr‐13

Jul‐13

Oct‐13

Jan‐14

Apr‐14

M2

M1

UangKuasi

Pertumbuhan M2 (%yoy)

‐10

0

10

20

30

40

50

Jan‐11

Mar‐11

May‐11

Jul‐11

Sep‐11

Nov‐11

Jan‐12

Mar‐12

May‐12

Jul‐12

Sep‐12

Nov‐12

Jan‐13

Mar‐13

May‐13

Jul‐13

Sep‐13

Nov‐13

Jan‐14

Mar‐14

May‐14

Kartal M1 Giro Rp

Pertumbuhan M1 (%yoy)

Page 16: 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER - bi.go.id · penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga dengan daya listrik 6 ... jumlah perusahaan yang mendapatkan Surat ... ekspor batubara

  | 15

cadangan devisa yang meningkat menjadi USD107,7 miliar dari posisi April 2014 yang sebesar USD107,0 miliar (Grafik 2.27).

Grafik 2.27

Pertumbuhan M2 dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

Industri Perbankan

Stabilitas sistem keuangan masih solid ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja pasar keuangan. Ketahanan industri perbankan tetap kuat dengan risiko kredit, likuiditas dan pasar yang cukup terjaga, serta dukungan modal yang kuat.

Pertumbuhan kredit masih dalam tren melambat sejalan dengan melambatnya permintaan domestik. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, pada Mei 2014 kredit tumbuh 17,4% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan April 2014 yang sebesar 18,5% (yoy) (Grafik 2.28). Perlambatan kredit utamanya disumbang oleh perlambatan Kredit Modal Kerja (KMK), yang memiliki pangsa hingga 48% dari total kredit, menjadi 12,9% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya 15,5% (yoy). Pertumbuhan Kredit Investasi (KI) juga tercatat menurun menjadi 33,9% (yoy) dari 34,8% (yoy), sementara Kredit Konsumsi (KK) tumbuh meningkat menjadi 12,9% (yoy) dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 11,9% (yoy). Secara sektoral, perlambatan kredit dikontribusi utamanya oleh perlambatan di sektor industri pengolahan dan sektor konstruksi. Pertumbuhan kredit pada sektor-sektor tersebut melambat menjadi masing-masing 24,6% (yoy) dan 18,5% (yoy) dari 26,3% (yoy) dan 24,3% (yoy) pada bulan sebelumnya (Grafik 2.29).

Grafik 2.28

Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan

Grafik 2.29

Pertumbuhan Kredit Menurut Sektor Ekonomi

‐20

‐10

0

10

20

30

40

Jan‐11

Mar‐11

May‐11

Jul‐11

Sep‐11

Nov‐11

Jan‐12

Mar‐12

May‐12

Jul‐12

Sep‐12

Nov‐12

Jan‐13

Mar‐13

May‐13

Jul‐13

Sep‐13

Nov‐13

Jan‐14

Mar‐14

May‐14

NDA M2 NFA

Pertumbuhan M2: Faktor (%yoy)%yoy

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

Jan

Apr

Jul

Okt

Jan

Apr

Jul

Okt

Jan

Apr

Jul

Okt

Jan

Apr

Jul

Okt

Jan

Apr

Jul

Okt

Jan

Apr

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Total KI KMK KK

25.5%

9.6%

26.3%

41.4%

24.3%

22.4%

29.3%

17.9%

25.2%

3.0%

24.6%

33.3%

18.5%

23.5%

29.4%

20.4%

‐30% ‐20% ‐10% 0% 10% 20% 30% 40% 50%

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Konstruksi

PHR

Angkut dan Komunikasi

Keuangan, Real Estat dan Jasa

Jasa‐jasa

2014‐Mei 2014‐Apr

Page 17: 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER - bi.go.id · penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga dengan daya listrik 6 ... jumlah perusahaan yang mendapatkan Surat ... ekspor batubara

  | 16

Pada Mei 2014, pertumbuhan DPK juga melambat di tengah terus meningkatnya suku bunga simpanan karena tingginya kebutuhan transaksi terkait persiapan Pemilu dan bulan Ramadhan. DPK2 tercatat tumbuh 10,76% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 11,03% (yoy). Perlambatan pertumbuhan DPK ini utamanya dikontribusi oleh deposito yang tumbuh menjadi 12,29% (yoy) dari 14,12% (yoy) pada bulan sebelumnya. Pertumbuhan tabungan juga melambat menjadi 8,85% (yoy) dari 10,02% (yoy), sementara pertumbuhan giro naik menjadi 10,48% (yoy) dari 6,55% (yoy) pada bulan sebelumnya (Grafik 2.30).

Grafik 2.30. Pertumbuhan DPK

Di tengah tren melambatnya permintaan domestik, ketahanan perbankan yang tercermin pada unsur permodalan perbankan tetap terjaga dan dibarengi risiko kredit yang terkendali. Pada Mei 2014, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) masih tinggi sebesar 19,51%, jauh di atas ketentuan minimum 8%. Angka ini relatif stabil dibandingkan dengan CAR pada akhir bulan sebelumnya yang sebesar 19,35%. Kondisi ini mencerminkan daya tahan perbankan yang masih kuat untuk mengatasi tekanan dan gejolak termasuk berlanjutnya tren kenaikan suku bunga. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap rendah dan stabil di kisaran 2,00% (Tabel 2.3).

2 Perhitungan pertumbuhan DPK sebesar 10,76% (yoy) pada Mei 2014 menggunakan konsep moneter yaitu simpanan milik pihak ketiga, baik dalam rupiah maupun valas, pada Bank Umum dan BPR (tidak termasuk kantor cabang bank yang beroperasi di luar wilayah Indonesia) dalam bentuk tabungan, giro, dan simpanan berjangka. DPK menurut konsep moneter tidak termasuk simpanan milik Pemerintah Pusat dan simpanan milik bukan penduduk. Sementara itu, DPK menurut konsep perbankan pada Mei 2014 mencatat pertumbuhan sebesar 12,4% (yoy). DPK menurut konsep perbankan adalah simpanan milik pihak ketiga, baik dalam rupiah maupun valas, pada Bank Umum (termasuk kantor cabang bank yang beroperasi di luar wilayah Indonesia) dalam bentuk tabungan, giro, dan simpanan berjangka. DPK menurut konsep perbankan meliputi pula simpanan milik Pemerintah Pusat dan simpanan milik bukan penduduk.

0%

5%

10%

15%

20%

25%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

Jan

Apr

Jul

Oct

Jan

Apr

Jul

Oct

Jan

Apr

Jul

Oct

Jan

Apr

Jul

Oct

Jan

Apr

2010 2011 2012 2013 2014

DPK (RHS) Giro Tab Depo

Page 18: 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER - bi.go.id · penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga dengan daya listrik 6 ... jumlah perusahaan yang mendapatkan Surat ... ekspor batubara

  | 17

Tabel 2.3 Kondisi Umum Perbankan

Pasar Saham dan Pasar Surat Berharga Negara

Pasar saham domestik selama Juni 2014 mengalami sedikit koreksi seiring dengan berkembangnya sejumlah sentimen negatif serta sikap wait and see para pelaku pasar. IHSG pada Juni 2014 mencapai level 4.878,58 (30 Juni 2014) atau turun 0,3% (yoy) dibandingkan Mei 2014 yang sebesar 4.893,91. Penurunan IHSG ini sejalan dengan berkembangnya sentimen negatif global terkait meningkatnya ketegangan di Irak dan Ukraina, kekhawatiran terhadap sektor properti China, dan ekspektasi kenaikan suku bunga di Amerika Serikat. Dari dalam negeri, pelemahan indeks terkait perilaku investor yang menunggu hasil Pemilu Presiden 2014. Kinerja IHSG tercatat lebih rendah dibandingkan kinerja bursa saham Thailand, Filipina, dan Malaysia (Grafik 2.31).

Sektor properti di pasar saham mengalami pelemahan terbesar yaitu -6,5% (mtm), diikuti oleh sektor pertambangan yang melemah sebesar -4,5% (mtm). Sektor lainnya melemah di kisaran -0,5% hingga -1,6%. Sementara itu, sektor yang mengalami penguatan adalah sektor perdagangan, aneka industri, konsumsi dan pertanian (Grafik 2.32).

Grafik 2.31. IHSG dan Indeks Bursa Global Juni 2014

Grafik 2.32. Indeks Sektoral Juni 2014

Di tengah kinerja pasar saham yang melemah, investor non residen masih menambah kepemilikannya. Selama Juni 2014, investor non residen terus menambah kepemilikannya di pasar saham yang menunjukkan terpeliharanya optimisme terhadap prospek perekonomian domestik. Investor non residen tercatat melakukan net beli sebesar Rp2,74 triliun, lebih rendah dibandingkan Mei 2014 yang mengalami net beli sebesar

Indikator

Utama Mei Jun Jul Ags  Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei

Total Aset (T Rp) 4,418.7  4,461.8  4,510.3  4,581.1  4,737.3  4,717.0  4,817.8  4,954.5  4,880.5  4,888.8  4,933.0  5,008.1  5,097.5 

DPK (T Rp) 3,349.6  3,374.4  3,392.9  3,440.2  3,526.2  3,520.9  3,563.4  3,664.0  3,594.7  3,603.6  3,618.1  3,694.8  3,763.5 

Kredit* (T Rp) 2,887.5  2,959.1  3,021.1  3,067.4  3,147.2  3,159.5  3,214.4  3,292.9  3,258.4  3,267.8  3,306.9  3,361.3  3,403.1 

LDR* (%) 86.20     87.69     89.04     89.16     89.25     89.74     90.21     89.70     90.65     90.68     91.40     90.98     90.43    

NPLs Bruto* (%) 1.95 1.88 1.87 1.99 1.86 1.91 1.88 1.77 1.90 1.99 2.00 2.05 2.18

CAR (%) 18.39 17.98 17.95 17.89 18.00 18.36 18.60 18.36 19.63 19.78 19.83 19.35 19.51

NIM (%) 5.41 5.43 5.46 5.46 5.48 5.50 5.51 4.89 4.11 4.12 4.28 4.26 4.22

ROA (%) 2.96 2.98 3.00 2.99 3.01 3.03 3.04 3.08 2.85 2.74 2.94 2.86 2.91

* tanpa channeling

2013 2014

Page 19: 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER - bi.go.id · penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga dengan daya listrik 6 ... jumlah perusahaan yang mendapatkan Surat ... ekspor batubara

  | 18

Rp8,09 triliun. Sampai dengan Juni 2014, posisi kepemilikan saham oleh investor non residen adalah sebesar 64% dan investor lokal sebesar 36% (Grafik 2.33).

Grafik 2.33. Kinerja IHSG dan Net Beli/Jual Asing

Sebagaimana di pasar saham, kinerja pasar SBN juga mengalami sedikit penurunan seiring dengan perilaku investor yang menunggu hasil Pemilu Presiden 2014. Selama Juni 2014, yield SBN meningkat 14,94 bps menjadi 8,05% dibandingkan Mei 2014 yang sebesar 7,91%. Peningkatan yield terjadi di seluruh tenor. Yield jangka pendek, menengah dan panjang meningkat masing-masing sebesar 11,63 bps, 13,87 bps dan 21,50 bps menjadi sebesar 7,40%, 8,08% dan 8,87% (Grafik 2.34).

Pelemahan harga SBN dimanfaatkan oleh pelaku non residen untuk terus menambah kepemilikannya di pasar SBN. Investor non residen tercatat menambah eksposur mereka pada pasar SBN. Selama Juni 2014, investor non residen membukukan net beli sebesar Rp6,44 triliun, lebih rendah dibandingkan kondisi Mei 2014 yang membukukan net beli sebesar Rp20,15 triliun (Grafik 2.35). Dibandingkan posisi Mei 2014, kepemilikan SBN oleh bank, perusahaan asuransi, dan investor nonresiden mengalami peningkatan, sementara kepemilikan SBN oleh dana pensiun dan Bank Indonesia menurun. Dengan perkembangan tersebut, porsi kepemilikan asing di SBN tercatat sebesar 34,51%, relatif stabil dibandingkan posisi bulan Mei 2014 yang sebesar 34,54%. Pembelian SBN oleh investor non residen terjadi di tenor jangka menengah dan jangka panjang.

Grafik 2.34. Perubahan YieldBulanan (mtm)

Grafik 2.35. Yield SBN dan Net Jual/Beli Asing Bulanan

Page 20: 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER - bi.go.id · penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga dengan daya listrik 6 ... jumlah perusahaan yang mendapatkan Surat ... ekspor batubara

  | 19

Pembiayaan Non Bank Pembiayaan ekonomi non bank tetap terjaga meski masih berada dalam tren melambat sejalan dengan moderasi pertumbuhan ekonomi. Selama Juni 2014, total pembiayaan melalui penerbitan saham perdana, right issue, obligasi korporasi, medium term notes, promissory notes dan instrumen keuangan lainnya mencapai Rp8,4 triliun atau tumbuh negatif -0,67% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan Mei 2014 yang mencatat -0,61% (yoy) (Tabel 2.4). Nilai pembiayaan tersebut juga lebih rendah dibandingkan posisi Juni 2013 yang mencapai Rp25,7 triliun.

Berdasarkan komponennya, pembiayaan nonbank pada Juni 2014 masih didominasi oleh obligasi yakni sebanyak Rp7,0 triliun disusul oleh pembiayaan melalui medium term notes sebanyak Rp1,3 triliun. Sementara itu, pembiayaan melalui saham tercatat sebesar Rp0,2 triliun. Hingga Juni 2014, sejumlah 12 perusahaan telah melakukan initial public offering (IPO) dari total 17 perusahaan yang direncanakan IPO pada tahun ini.

Tabel 2.4. Pembiayaan Non Bank

Sumber: OJK, BEI, diolah

Rp. Triliun

Juni TW I TW II TW III TW IV Total Jan Feb Mar Apr Mei Juni TW I TW II Total

Non Bank 25.7 16.3 58.3 3.6 34.7 112.9 3.4 4.9 10.2 2.8 9.0 8.4 18.4 20.3 38.7Saham 10.2 2.8 29.3 2.8 22.7 57.5 2.7 0.0 5.5 0.4 0.5 0.2 8.2 1.0 9.2 w/o Emiten Sektor Keuangan 3.8 0.3 6.0 1.2 9.1 16.6 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.4 0.0 0.4

Obligasi 15.4 12.7 27.7 0.3 9.9 50.5 0.0 4.8 3.7 1.9 6.6 7.0 8.5 15.5 24.0w/o Emiten Sektor Keuangan 8.2 9.9 13.5 0.0 7.5 30.8 0.0 3.2 3.2 0.4 5.8 2.0 6.4 8.2 14.6

MTN dan Promissory Notes + NCD 0.0 0.8 1.3 0.6 2.2 4.9 0.6 0.1 0.9 0.5 2.0 1.3 1.6 3.8 5.4w/o Emiten Sektor Keuangan 0.0 0.7 1.3 0.1 1.1 3.2 0.6 0.0 0.6 0.3 1.8 1.1 1.2 3.2 4.4

2013 2014

Page 21: 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER - bi.go.id · penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga dengan daya listrik 6 ... jumlah perusahaan yang mendapatkan Surat ... ekspor batubara

  | 20

RESPONS KEBIJAKAN MONETER

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 10 Juli 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 7,50% dan 5,75%. Kebijakan tersebut konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,5±1% pada 2014 dan 4±1% pada 2015, serta menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. Bank Indonesia menilai bahwa stabilitas makro ekonomi masih terjaga di tengah proses penyesuaian struktur perekonomian ke arah yang lebih seimbang. Namun, ke depan masih terdapat sejumlah risiko dari eksternal dan domestik yang perlu diwaspadai yang dapat mengganggu tercapainya sasaran inflasi dan perbaikan kinerja transaksi berjalan. Untuk itu, Bank Indonesia akan senantiasa memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta kebijakan untuk memperkuat struktur perekonomian domestik dan pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN), khususnya ULN korporasi. Selain itu, Bank Indonesia juga akan meningkatkan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan agar proses penyesuaian ekonomi dapat berjalan baik dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi ke depan yang lebih sustainable.

3

Page 22: 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER - bi.go.id · penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga dengan daya listrik 6 ... jumlah perusahaan yang mendapatkan Surat ... ekspor batubara

  | 21

INDIKATOR TERKINI

Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Maret, April, Juni, Juli, September, Oktober dan Desember. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respons kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar, dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respons kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Pengaturan dan Komunikasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Telp: +62 21 2981 8334/6902 Fax: +62 21 345 2489 Email: [email protected] Website: http//www.bi.go.id

Dewan Gubernur Agus D.W. Martowardojo – Gubernur Mirza Adityaswara – Deputi Gubernur Senior Halim Alamsyah – Deputi Gubernur Ronald Waas – Deputi Gubernur Perry Warjiyo – Deputi Gubernur Hendar – Deputi Gubernur

Mar Juni Sep Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni

SUKU BUNGA & SAHAMSuku bunga SBI 9 bln 1) 4.87 5.28 6.96 7.22 7.23 7.17 7.13 7.14 7.15 7.14Suku bunga deposito 1 bln 2) 5.51 5.60 6.73 7.92 7.91 7.99 7.98 8.10 8.17 -Suku bunga deposito 3 bln 2) 5.64 5.72 6.58 7.64 7.96 8.05 8.27 8.35 8.90 -JIBOR satu minggu 2) 4.28 4.46 5.89 6.99 6.44 6.51 6.55 6.56 6.56 -IHSG Indeks 3) 4,941 4,819 4,316 4,274 4,419 4,620 4,768 4,840 4,894 4,879

BESARAN MONETER (miliar Rp)Uang Primer 664,935 691,678 715,662 821,679 781,500 755,167 771,365 778,697 788,723 -M1(C+D) 810,112 858,557 867,721 887,064 842,669 834,526 853,494 886,620 906,746 -

Uang Kartal (C) 331,226 347,204 360,085 399,589 380,061 367,645 377,429 378,491 380,493 -Uang giral (D) 478,886 511,353 507,636 487,475 462,608 466,881 476,065 508,129 526,253 -

Uang Beredar Luas (M2 = C+D+T+S) 3,322,586 3,413,437 3,584,017 3,727,696 3,649,270 3,639,494 3,656,440 3,732,093 3,784,518 -Uang kuasi (T) 2,500,342 2,543,285 2,691,903 2,817,826 2,784,379 2,783,476 2,781,019 2,824,253 2,855,355 - Uang kuasi (Rupiah) 2,127,118 2,139,112 2,218,323 2,338,485 2,325,640 2,332,776 2,347,505 2,387,641 2,384,784 - Deposito 1,125,587 1,116,098 1,148,970 1,186,783 1,207,618 1,222,600 1,251,956 1,283,873 1,290,519 - Tabungan Total 1,001,530 1,023,014 1,069,352 1,151,702 1,118,022 1,110,176 1,095,549 1,103,768 1,094,265 - Deposito (Valas) 182,383 198,689 232,808 236,925 222,396 213,893 213,875 213,269 229,066 - Simpanan Giro Valuta Asing 190,841 205,484 240,772 242,416 236,344 236,806 219,639 223,343 241,505 -Surat Berharga Selain Saham (S) 12,132 11,594 24,394 22,805 22,223 21,492 21,928 21,220 22,417 -

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Uang Beredar 3,322,586 3,413,437 3,584,017 3,727,696 3,649,270 3,639,494 3,656,440 3,732,093 3,784,518 -Aktiva Luar Negeri Bersih 947,362 833,821 972,110 1,011,361 1,035,758 1,013,467 987,705 1,015,014 1,061,751 -Aktiva Dalam Negeri Bersih 2,375,225 2,579,616 2,611,907 2,716,334 2,613,512 2,626,027 2,668,735 2,717,079 2,722,767 -

Tagihan Bersih kepada Pemerintah Pusat 366,902 330,871 342,434 406,612 345,714 318,741 308,681 314,193 290,864 -Tagihan Kepada Sektor Lainnya 2,973,874 3,180,790 3,382,424 3,525,435 3,490,575 3,503,344 3,544,990 597,501 585,921 -

PERTUMBUHAN BESARAN MONETER (%,YOY)Uang Primer 13.46 10.25 12.02 16.58 17.69 15.21 16.01 16.72 15.73 -M1(C+D) 13.42 10.15 9.08 5.39 6.95 6.09 5.35 6.53 10.19 -

Uang Kartal (C) 15.39 10.34 10.60 10.39 16.27 14.34 13.95 16.68 13.89 -Uang giral (D) 12.10 10.03 8.02 1.61 0.34 0.39 -0.59 0.05 7.65 -

Uang Beredar Luas (M2 = C+D+T+S) 14.10 11.87 14.63 12.76 11.64 10.94 10.05 11.04 10.45 -Uang kuasi (T) 14.54 12.77 16.05 14.84 12.72 12.10 11.23 12.26 10.33 - Uang kuasi (Rupiah) 13.43 11.61 12.66 11.69 10.83 10.62 10.36 11.22 9.62 - Deposito 10.13 9.85 11.46 11.28 11.70 11.14 11.23 13.29 11.56 - Tabungan Total 17.38 13.61 13.98 12.12 9.91 10.04 9.39 8.90 7.41 - Deposito (Valas) 22.69 20.59 29.07 33.47 28.10 26.00 17.27 19.56 16.93 - Simpanan Giro Valuta Asing 20.04 18.13 41.53 32.95 19.32 15.89 15.09 17.14 11.45 -Surat Berharga Selain Saham (S) -17.86 -30.20 112.91 118.85 105.22 97.89 80.74 64.47 46.19 -

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Uang Beredar 14.01 11.81 14.57 12.70 11.64 10.94 10.05 11.04 10.45 -Aktiva Luar Negeri Bersih 2.29 -9.91 -0.36 4.76 7.87 8.08 4.26 7.96 13.48 -Aktiva Dalam Negeri Bersih 19.47 21.26 21.34 15.98 13.21 12.09 12.36 12.24 9.31 -

Tagihan Bersih kepada Pemerintah Pusat 23.49 16.37 14.57 4.31 -8.63 -11.79 -15.87 -7.94 -9.90 -Tagihan Kepada Sektor Lainnya 20.61 20.03 22.79 20.84 20.60 19.78 19.20 -80.27 -81.16 -

Inflasi bulanan (%, mtm) 0.63 1.03 -0.35 0.55 1.07 0.26 0.08 -0.02 0.16 0.43Inflasi tahunan (%, yoy) 5.90 5.90 8.40 8.38 8.22 7.75 7.32 7.25 7.32 6.70

Rp/USD (akhir periode, nilai tengah) 9,718 9,925 11,580 12,170 12,210 11,609 11,360 11,562 11,675 11,855Ekspor Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4) 12,727 11,970 12,248 13,672 12,051 11,983 12,648 11,772 12,544 -Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4) 10,971 12,029 11,811 11,313 11,372 10,357 10,487 12,652 11,095 -

Pertumbuhan PDB (%, yoy)KonsumsiInvestasi (PMTDB)Perubahan StokEksporImpor

1) minggu terakhir

2) rata-rata tertimbang3) penutupan pada akhir periode 4) closed fileSumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS

-0.78-0.66

Tw.I Tw.III

2013

H A R G A

SEKTOR EKSTERNAL

INDIKATOR KUARTALAN

SEKTOR KEUANGAN2014

Tw.IV2013 2014

Tw.II Tw I

5.215.415.1315.98

6.00 4.77 5.54

16.50

5.62 5.89

3.58 -0.03

5.80 4.78 4.47 4.04 4.82 0.69

4.54 -8.015.25 5.09

5.70 5.44 4.37 -8.637.40 -0.60