1. sri padmantyo

13
BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis Volume 14, Nomor 2, Desember 2010, hlm. 53-65 ANALISIS MANAJEMEN LABA PADA LAPORAN KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH (Studi pada Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia) Sri Padmantyo Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura-Sukoharjo Abstract: The aim of this research is to know and analyze : Indication of earning management in financial statement of Bank Syariah Mandiri and Bank Muamalat Indonesia. Researcher uses total accruals from Healy (Arfani and Sasongko, 2005). The resulf of this research is positive of total accruals for four years and negative for one year. It means that there are earning management in financial statement of Bank Syariah Mandiri and Bank Muamalat Indonesia for four years. Keywords: earning management, total accruals, Healy, islamic banking Abstrak: Abstrak: tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa indikasi dari manajemen laba pada laporan keuangan Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia. Peneliti menggunakan total akrual dari Healy (Arfani dan Sasongko, 2005). Hasil dari penelitian ini adalah total akrual yang positif selama empat tahun dan negatif selama setahun. Hal ini berarti terdapat manajemen laba pada laporan keuangan Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat selama empat tahun. Kata Kunci: manajemen laba, total akrual, Healy, perbankan syariah PENDAHULUAN Kemunculan bank-bank dan lembaga keuangan Islam sebagai organisasi yang relatif baru menimbulkan tantangan besar. Para pakar syariah Islam harus mencari dasar bagi penerap- an dan pengembangan standar akuntansi keuangan yang berbeda dengan standar akuntansi keuangan bank dan lembaga keuangan konvensional seperti telah dikenal selama ini. Salah satu komponen dalam laporan keuangan adalah laporan laba rugi. Dalam akuntansi syariah, perhitungan laba rugi ( statement of income ) adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu. Suatu laporan keuangan memiliki landasan konseptual yang mendasarinya. Perhitungan laba rugi merupakan laporan yang digunakan untuk menilai dan mengukur laba. Pelaporan keuangan dan sistem akuntansi dalam Islam didesain sesuai dengan sistem ekonomi bisnis Islam yang bersumber pada Al Qur’an dan sunnah (hadits). Allah berfirman dalam Al Qur’an, “padahal mereka tidak disuruh kecuali untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus” (QS Al Bayyinah: 5); “Dan Dia-lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu...” (QS Al An’am: 165).

Upload: yana-zuhrina

Post on 22-Jun-2015

15 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

manajemen laba padan bank umum syariah

TRANSCRIPT

Page 1: 1. Sri Padmantyo

Volume 14, Nomor 2, Desember 2010: 53-65 53Analisis Manajemen Laba Laporan Perbankan

BENEFIT Jurnal Manajemen dan BisnisVolume 14, Nomor 2, Desember 2010, hlm. 53-65

ANALISIS MANAJEMEN LABAPADA LAPORAN KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH

(Studi pada Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia)

Sri Padmantyo

Fakultas EkonomiUniversitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura-Sukoharjo

Abstract: The aim of this research is to know and analyze : Indication of earning management infinancial statement of Bank Syariah Mandiri and Bank Muamalat Indonesia. Researcher uses totalaccruals from Healy (Arfani and Sasongko, 2005). The resulf of this research is positive of totalaccruals for four years and negative for one year. It means that there are earning management infinancial statement of Bank Syariah Mandiri and Bank Muamalat Indonesia for four years.

Keywords: earning management, total accruals, Healy, islamic banking

Abstrak: Abstrak: tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa indikasidari manajemen laba pada laporan keuangan Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia.Peneliti menggunakan total akrual dari Healy (Arfani dan Sasongko, 2005). Hasil dari penelitianini adalah total akrual yang positif selama empat tahun dan negatif selama setahun. Hal iniberarti terdapat manajemen laba pada laporan keuangan Bank Syariah Mandiri dan BankMuamalat selama empat tahun.

Kata Kunci: manajemen laba, total akrual, Healy, perbankan syariah

PENDAHULUAN

Kemunculan bank-bank dan lembagakeuangan Islam sebagai organisasi yang relatifbaru menimbulkan tantangan besar. Para pakarsyariah Islam harus mencari dasar bagi penerap-an dan pengembangan standar akuntansikeuangan yang berbeda dengan standarakuntansi keuangan bank dan lembaga keuangankonvensional seperti telah dikenal selama ini.

Salah satu komponen dalam laporankeuangan adalah laporan laba rugi. Dalamakuntansi syariah, perhitungan laba rugi(statement of income) adalah laporan yangmengukur keberhasilan operasi perusahaanuntuk suatu periode tertentu. Suatu laporankeuangan memiliki landasan konseptual yangmendasarinya. Perhitungan laba rugi merupakan

laporan yang digunakan untuk menilai danmengukur laba.

Pelaporan keuangan dan sistem akuntansidalam Islam didesain sesuai dengan sistemekonomi bisnis Islam yang bersumber pada AlQur’an dan sunnah (hadits). Allah berfirmandalam Al Qur’an, “padahal mereka tidak disuruhkecuali untuk menyembah Allah denganmemurnikan ketaatan kepada-Nya dalam(menjalankan) agama dengan lurus dan supayamereka mendirikan sholat dan menunaikan zakatdan yang demikian itulah agama yang lurus” (QSAl Bayyinah: 5); “Dan Dia-lah yang menjadikankamu penguasa-penguasa di bumi dan Diameninggikan sebagian kamu atas sebagian yanglain beberapa derajat untuk mengujimu tentangapa yang diberikan-Nya kepadamu...” (QS AlAn’am: 165).

Page 2: 1. Sri Padmantyo

54 BENEFIT Jurnal Manajemen dan BisnisSri Padmantyo

Ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwatujuan hidup manusia dalam seluruh aktivitas-nya adalah beribadah kepada Allah. Hal inimencakup aktivitas ekonomi dan didalamnyaadalah manajemen keuangan syariah. Berdasar-kan ayat-ayat tersebut, maka tujuan manajemenkeuangan syariah adalah pertanggungjawaban(accountability), baik pertanggungjawabanterhadap Allah, pihak-pihak yang berhak atasperusahaan, maupun alam. Pihak-pihak yangberhak atas perusahaan adalah pengguna lapor-an keuangan diantaranya adalah pemilik dana,pihak-pihak yang memanfaatkan dan menerimapenyaluran dana, pembayar zakat, pemegangsaham, otoritas pengawasan, Bank Indonesia,Pemerintah, lembaga penjamin simpanan danmasyarakat. Akuntabilitas bukan hanya suatukewajiban untuk melaporkan pelaksanaanaktivitas dan transaksi ekonomi, namun kewajib-an untuk melaksanakan atau untuk tidakmelaksanakan aktivitas dan transaksi yang tidaksesuai dengan syariah (Kusumawati, 2005)

Dalam praktiknya pemilik perusahaandibantu oleh pengelola perusahaan yaitu manajer.Dengan kewenangan mengelola dana pemilikdan pengambilan keputusan perusahaan lainnyamemungkinkan munculnya konflik kepentinganantara stakeholder sebagai pemilik dan manajersebagai pengendali perusahaan. Dari konflikkepentingan (conflict of interest) inilah timbulsebuah teori yang mengemukakan asumsi bahwamasing-masing individu semata-mata termoti-vasi oleh kepentingan dirinya sendiri. Teori inikemudian dikenal dengan agency theory (Anthonydan Govindarajan, 1995 dalam Indah, 2006).

Menurut Archer dan Karim (1997) agencytheory sangat relevan bagi perbankan syariah(Pramono, 2006). Hal ini terkait dengan per-masalahan tingkat akuntabilitas dan transparan-si penggunaan dana nasabah/Investment AccountHolder (IAH) dan pemilik perusahaan. Pertama,dari sisi “liabilities” karena perbankan syariahharus mempertanggungjawabkan berbagaikategori jenis dana investor yang dilakukanmelalui sejumlah kontrak/akad investasi yangspesifik dalam perbankan Islam. Kedua, dari sisi“assets” financing (pembiayaan) berbasis bagi hasilyang dilakukan oleh perbankan syariahmenuntut adanya “monitoring” proses yangefektif untuk memberikan keyakinan bahwa

proyek yang didanai telah mendapat pengawas-an dan pelaporan yang memadai untuk men-cegah moral hazard dan mismanagement sepertimelakukan rekayasa keuntungan.

Berdasarkan perbedaan kepentingan antaraagent dan principal inilah maka muncul suatupraktik manajemen laba (Anthony & Govinda-rajan, 1995). Meskipun secara teoritis perbankansyariah beroperasi dengan system bagi hasil,dalam praktiknya terdapat kemungkinan banksyariah melakukan kebijakan manajemen laba.Salah satu kebijakan manajemen laba yang di-lakukan adalah smoothening of profit and lost sha-ring deposit returns yaitu dengan cara memberikaninsentif berupa return kepada IAH (InvestmentAccount Holder) yang menyamai market ratesebagai benchmark-nya. Selain itu, kebijakan inijuga sering dilakukan dengan cara manajemenbank membentuk dana cadangan yang diambildari porsi alokasi IAH dari periode akuntansiterdahulu. Sehingga, situasi ini akan berpotensimeningkatkan potensi asymmetric informationbagi stakeholder perbankan syariah.

Meskipun secara teoritis perbankan syariahberoperasi dengan sistem bagi hasil, dalampraktiknya terdapat kemungkinan bank syariahmelakukan kebijakan manajemen laba (Pramono,2006). Hal ini terkait dengan permasalahantingkat akuntabilitas dan transparansi peng-gunaan dana nasabah/Investment Account Holder(IAH) dan pemilik perusahaan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapatdilihat bahwa praktik manajemen laba itu sangatmungkin dilakukan oleh manajer sebagai penge-lola bahkan pada perbankan syariah yang di-jalankan berdasarkan prinsip syariah.

Berdasarkan latar belakang masalahtersebut, maka dapat dirumuskan permasalahanpenelitian sebagai berikut: Apakah terdapatmanajemen laba pada laporan keuangan per-bankan syariah?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuidan menganalisa : adanya manajemen laba padalaporan keuangan perbankan syariah.

Tinjauan Pustaka. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 1998tanggal 10 November 1998 tentang perbankanyang dimaksud dengan bank adalah “badanusaha yang menghimpun dana dari masyarakatdalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

Page 3: 1. Sri Padmantyo

Volume 14, Nomor 2, Desember 2010: 53-65 55Analisis Manajemen Laba Laporan Perbankan

kepada masyarakat dalam bentuk kredit danbentuk-bentuk lainnya dalam rangka mening-katkan taraf hidup rakyat banyak”. Perbankanmembantu memperlancar perekonomian dian-taranya yaitu memperlancar aliran dana daripihak yang memiliki kelebihan dana denganpihak yang membutuhkan dana.

Secara umum jika dilihat dari cara menentu-kan harga, bank terbagi menjadi dua macam,yaitu bank yang berdasarkan prinsip konvensio-nal dan bank yang berdasarkan prinsip syariah.Bank syariah adalah bank dalam aktivitasnya,baik menghimpun dana maupun dalam rangka

penyaluran dananya memberikan dan menge-nakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitujual beli dan bagi hasil. (Sholahudin M., 2006)

Alasan berdirinya bank syariah adalahadanya unsur riba di dalam bank konvensionalyaitu unsur bunga dalam pengoperasian usaha-nya. Padahal dalam Al Qur’an dan sunnah sudahdengan jelas melarang keras adanya bungakarena kezalimannya (Q.S. Al Baqoroh: 283),dan juga banyaknya pendapat dari para ahlifiqih yang mengharamkan adanya bunga.

Perbedaan utama bank konvensional danbank syariah disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 1Perbedaan bank syariah dan bank konvensional

Bank Syariah Bank Konvensional

1. Melakukan investasi yang halal. 1. Investasi yang halal dan haram. 2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli

atau sewa. 2. Memakai perangkat bunga.

3. Profit dan falah oriented. 3. Profit oriented. 4. Hubungan dengan nasabah dalam

bentuk hubungan kemitraan. 4. Hubungan dengan nasabah dalam

bentuk hubungan debitur-kreditur. 5. Penghimpunan dan penyaluran dana

harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah.

5. Tidak terdapat dewan sejenis.

Sumber: Buku ajar Ekonomi Islam (Sholahudin, M., 2006) hal. 88

Sama seperti halnya dengan bank konven-sional, bank syariah juga menawarkan beragamproduk perbankan, produk dan pelayanan yangdiberikan sudah tentu sangat islami. Produk-produk bank syariah diantaranya adalah:

a. Al-wadi’ah/simpanan (Fatwa DSN no:02/DSN-MUI/IV/2000). Al-wadi’ah merupakantitipan ataupun simpanan pada bank syariah,prinsipnya adalah titipan murni dari satu pihakke pihak lain, baik perorangan maupun badanhukum yang harus dijaga dan dikembalikankapan saja bila si penitip menghendaki.

Akan tetapi dalam perkembangannyasimpanan menggunakan prinsip yad al-manahyaitu bank sebagai penerima dan dapat meman-faatkan dana titipan seperti simpanan giro,

tabungan dan deposito berjangka untukdimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat danNegara, yang terpenting adalah penyimpanbertanggung jawab atas segala kehilangan dankerusakan yang menimpa tersebut.

b. Pembiayaan dengan bagi hasil: (1) Al-Musyarakah (Fatwa DSN no: 08/DSN-MUI/IV/2000) merupakan akad kerjasama antara duapihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,dimana masing-masing pihak memberikankontribusi dana (modal) dengan ketentuanbahwa keuntungan dan resiko akan ditanggungbersama sesuai dengan kesepakatan, (2) Al-Mudharabah (Fatwa DSN no: 07/DSN-MUI/IV/2000) merupakan akad kerjasama suatu usahaantara dua pihak dimana pihak pertama (malik,

Page 4: 1. Sri Padmantyo

56 BENEFIT Jurnal Manajemen dan BisnisSri Padmantyo

shahib al-maal) menyediakan seluruh modal,sedang pihak kedua (‘amil, mudharib, nasabah)bertindak selaku pengelola, dan keuntunganusaha dibagi diantara mereka sesuai kesepa-katan yang dituangkan dalam kontrak, (3) Al-Muzaro’ah merupakan kerjasama pengolahanpertanian antara pemilik lahan dan penggarap(Hakim., 2007), dan (4) Al-Musaqah bentuk yanglebih sederhana dari al-muzara’ah, dimanapenggarap hanya bertanggung jawab atas penyi-raman dan pemeliharaan sebagai imbalan,penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasilpanen (Hakim., 2007).

c. Bai’al-murabahah (Fatwa DSN no: 04/DSN-MUI/IV/2000). Menjual suatu barangdengan menegaskan harga belinya kepadapembeli dan pembeli membayarnya denganharga yang lebih sebagai laba.

d. Bai’as-salam (Fatwa DSN no: 05/DSN-MUI/IV/2000). Jual beli barang dengan carapemesanan dan pembayaran dilakukan di muka,dengan syarat-syarat tertentu.

e. Bai’al-istishna (Fatwa DSN no: 06/DSN-MUI/IV/2000). Bentuk khusus dari akad bai’as-salam, oleh karena itu ketentuan dalam bai’al-istishna mengikuti ketentuan dan aturan bai’as-salam. Pengertian bai’al-istishna adalah akad jualbeli dalam bentuk pemesanan pembuatanbarang tertentu dengan kriteria dan persyaratantertentu yang disepakati antara pemesan(pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat,shani’).

f. Al-wakalah/amanat (Fatwa DSN no:10/DSN-MUI/IV/2000). Akad pelimpahankekuasaan oleh satu pihak kepada pihak laindalam hal-hal yang boleh diwakilkan.

g. Al-kafalah/garansi (Fatwa DSN no: 1 l/DSN-MUI/IV/2000). Akad penjaminan yangdiberikan oleh penanggung (kafiil) kepada pihakketiga untuk memenuhi kewajiban pihak keduaatau yang ditanggung (makfuul ‘anhu, ashil).

h. Al-hawalah (Fatwa DSN no: 12/DSN-MUMV/2000). Akad pengalihan utang dari satupihak yang berhutang kepada pihak lain yangwajib menanggung (membayar)-nya.

i. Ar-rahn (Fatwa DSN no: 25/DSN-MUI/III/2002). Merupakan kegiatan menahan salahsatu harta milik si peminjam sebagai jaminan ataspinjaman yang diterimanya.

Agency Theory. Menurut Anthony &Govindarajan (1995), kata “agent” berartimekanisme yang dihasilkan perusahaan pro-duksi atau perusahaan bisnis yang diatur. Padadasarnya fungsi agen terkait dengan hubunganantara aturan yang dilakukan. Anthony danGovindarajan (1995) mengemukakan asumsiagency theory bahwa masing-masing individusemata-mata termotivasi oleh kepentingan diri-nya sendiri sehingga menimbulkan konflikkepentingan antara principal dan agent. Principaltermotivasi mengadakan kontrak untuk mense-jahterakan dirinya sendiri dengan profitabilitasyang selalu meningkat, sedangkan agenttermotivasi untuk memaksimalkan pemenuhankebutuhan ekonomis dan psikologinya (Indah,2006).

Berdasarkan definisi di atas, dapat disim-pulkan bahwa antara manajer dan pemilikterdapat kepentingan yang berbeda sehinggabanyak perusahaan yang mengalami agencyproblem. Crutchley dan Hansen (1989) mengata-kan bahwa masalah keagenan terjadi karenaadanya pemisahan kepemilikan dan pengelolaanperusahaan. Pemisahan ini terjadi karena peme-gang saham yang tersebar dan melakukan diver-sifikasi portofolio mendelegasikan keuangandan pengambilan keputusan lain pada manajerperusahaan (Gunarsih, 2004). Dengan ke-wenangan mengelola dana pemilik dan pengam-bilan keputusan perusahaan lainnya, memung-kinkan munculnya konflik kepentingan pemilikdan manajer sebagai pengendali perusahaan.Pemilik berkepentingan pada diversifikasi risi-ko sistematik perusahaan, sedangkan manajermempunyai kecenderungan untuk memenuhikepentingannya sendiri yang mungkin berten-tangan dengan kepentingan pemilik. Misalnyamanajer mungkin menikmati penghasilan tam-bahan yang besar atas biaya pemilik, manajermungkin membuat keputusan biaya operasijangka pendek yang menguntungkan manajer,tetapi merugikan pemilik, dan manajer mungkinmemutuskan aktivitas yang mengurangi risikomereka meskipun membuat risiko perusahaanpada pemilik meningkat.

Permasalahan keagenan yang terjadi antarapemilik dengan manajer menimbulkan biayakeagenan ekuitas (equity agency cost). Menurut

Page 5: 1. Sri Padmantyo

Volume 14, Nomor 2, Desember 2010: 53-65 57Analisis Manajemen Laba Laporan Perbankan

Jensen dan Meckling (1976) terdapat tiga macambiaya keagenan, yaitu biaya monitoring olehprincipal, biaya bonding oleh agent, dan residualloss. Biaya monitoring dikeluarkan oleh principaluntuk membatasi aktivitas agent yang berbedadengan kepentingan principal (Gunarsih, 2004).

Menurut Jesen & Meckling (1976) dalamGunarsih (2004), agent juga akan mengeluarkansumber daya (bonding cost), untuk memberikankepastian pada principal bahwa agent tidak akanmelakukan tindakan yang akan merugikaninvestor. Contoh dari bonding cost adalah biayayang dikeluarkan oleh owner-manager untukmenjamin kepada pemegang saham (equity holder)bahwa manajer akan membatasi aktivitas yangakan menimbulkan keuntungan non kas bagimanajer (non pecuniary benefits). Beberapa bentukdari biaya ini misalnya jaminan bahwa laporankeuangan diaudit oleh akuntan publik, jaminansecara eksplisit mengenai penyalahgunaanwewenang manajer, dan pembatasan terhadapkekuasaan pengambilan keputusan oleh manajer.Pembatasan ini akan menimbulkan biaya karenamembatasi kemampuan manajer untuk mengam-bil beberapa kesempatan yang menguntungkan,sebagaimana pada pembatasan untuk merugikanpemilik dengan menguntungkan dirinya sendiri.

Residual loss adalah kemakmuran dalam nilaiuang yang turun sebagai akibat dari perbedaankepentingan ini (Jesen & Meckling, 1976 dalamGunarsih, 2004). Penurunan kemakmuran initerjadi karena perbedaan antara keputusan agentdan keputusan-keputusan yang akan memaksi-mumkan kemakmuran principal. Salah satu con-toh sederhana dari residual loss adalah menurun-nya nilai pasar perusahaan yang ditimbulkandari penjualan ekuitas oleh outside blockholderyang disebabkan oleh tidak terlaksananya ke-giatan monitoring dan bonding.

Manajemen Laba. Beberapa pendapatmengenai definisi manajemen laba diungkapkanberikut ini. Menurut Setiawati dan Na’im (2002)dalam Arfani dan Sasongko (2005) manajemenlaba adalah campur tangan manajemen dalamproses pelaporan keuangan eksternal dengantujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri.Manajemen laba merupakan salah satu faktoryang dapat mengurangi kredibilitas laporankeuangan. Manajemen laba menambah biasdalam laporan keuangan dan dapat meng-

ganggu pemakai laporan keuangan yangmempercayai angka laba hasil rekayasa tersebutsebagai angka tanpa rekayasa.

Schipper (1989:92) dalam Arfani danSasongko (2005) mendefinisikan manajemen labasebagai suatu intervensi dengan maksud ter-tentu terhadap proses pelaporan keuanganeksternal dengan sengaja untuk memperolehbeberapa keuntungan pribadi.

Fischer dan Rosenzweig (1995) men-definisikan manajemen laba sebagai tindakanseorang manajer dengan menyajikan laporanyang menaikkan (menurunkan) laba periodeberjalan dari unit usaha yang menjadi tanggungjawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan (penu-runan) profitabilitas ekonomi unit tersebutdalam jangka panjang.

Sedangkan menurut Healy and Wahlen(1999) dalam Arfani dan Sasongko (2005), mana-jemen laba terjadi ketika manajer menggunakanpertimbangan (judgment) dalam pelaporankeuangan dan penyusunan transaksi untukmerubah laporan keuangan, dengan tujuan un-tuk memanipulasi besaran laba kepada beberapastakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaanatau untuk mempengaruhi hasil perjanjian(kontrak) yang tergantung pada angka-angkaakuntansi yang dilaporkan.

Dari definisi Healy dan Wahlen (1999) diatas mengandung tiga aspek penting. (a) adabanyak alasan atau justifikasi yang dapatdiajukan oleh manajer untuk mempengaruhi la-poran keuangan perusahaan. Misalnya, manajerdapat menggunakan berbagai justifikasi untukmengestimasi berbagai kejadian ekonomi masadepan misalnya umur mesin, nilai sisa, assetjangka panjang, penundaan pajak atau kerugiansebagai akibat dari adanya bad debts, manajerjuga dituntut untuk memilih beberapa metodepenyusutan dan juga penggunaan sistempencatatan persediaan yang diperkenankan, (b)mengandung makna bahwa manajemen labadigunakan untuk menggambarkan sesuatu yangtidak sebenarnya kepada pemegang saham atausetidaknya beberapa tingkatan pemegang sahamtentang kinerja ekonomi perusahaan sebenar-nya. Hal ini terjadi ketika manajer percaya bah-wa pemegang saham tidak memiliki kemam-puan untuk mengungkap atau sebagian tidakpeduli dengan praktek manajemen laba, (c)

Page 6: 1. Sri Padmantyo

58 BENEFIT Jurnal Manajemen dan BisnisSri Padmantyo

justifikasi yang dilakukan oleh manajer untukmenggunakan manajemen laba tidak saja ber-implikasi pada manfaat tetapi juga pada biaya.Artinya manajemen laba memiliki dua implikasilangsung yaitu manfaat dan biaya. Biaya yangmemungkinkan terkait dengan manajemen labaadalah adanya potensi kesalahan alokasi atassumber-sumber yang muncul dari manajemenlaba. Sementara manfaat yang mungkin di-peroleh adalah potensi peningkatan dalamkemampuan manajemen dalam menyiratkaninformasi penting kepada pihak luar yangakhirnya dapat meningkatkan keputusan alokasisumber-sumber yang ada.

Terdapat berbagai motivasi yang men-dorong manajer melakukan manajemen laba.Menurut Scott (1997) dalam Indah (2005)motivasinya antara lain: (a) Bonus Plan. Labasering dijadikan indikator penilaian prestasimanajer perusahaan dengan menetapkan tingkatlaba yang harus dicapai dalam periode tertentu,(b) Contracting Incentives. Manajemen perusahaandengan kontrak kewajiban mempunyai do-rongan mengelola laba sepanjang waktu, untukmenghindari pelanggaran atas perjanjiankewajiban. Ketika asimetri tinggi, perusahaandapat mengelola laba di sekitar kewajibankontrak tanpa terdeteksi, (c) Stock Price Effect.manajer melakukan manajemen laba dalamlaporan keuangan bertujuan untuk mempenga-ruhi pasar, yaitu persepsi investor, (d) politicalMotivations. Manajer termotivasi untuk mengu-rangi biaya politis dan pengawasan dari peme-rintah, untuk meminimalkan tuntutan serikatburuh dan untuk memperoleh kemudahan danfasilitas dari pemerintah, misalnya subsidi,perlindungan dari pesaing luar negeri. Untuktujuan tersebut manajemen laba dilakukandengan cara menurunkan laba, (e) TaxationMotivation. Dalam hal ini manajer berusahamenurunkan laba untuk mengurangi beban pajakyang harus dibayar, dan (f) Changes of ChiefExecutive Office (CEO). Dalam kasus pergantianmanajer, biasanya diakhiri tahun tugasnya,manajer akan merasa sangat berat untukmencapai tingkat laba tersebut.

Penelitian Sebelumnya. Manajemen labasampai saat ini masih menjadi perdebatanbanyak pihak tentang keetisan penggunaannya.Namun demikian banyak perusahaan yang

menggunakan praktik manajemen laba dengantujuan meningkatkan kinerja perusahaan.

Penelitian mengenai ada tidaknya indikasikeberadaan unsur manajemen laba dalam la-poran keuangan pernah dilakukan oleh beberapapeneliti. Penelitian oleh Kiswara (1999) yangmeneliti indikasi keberadaan unsur manajemenlaba dalam laporan keuangan perusahaan publik.Sutanto (2000) meneliti indikasi manajemen labamenjelang IPO oleh perusahaan-perusahaan yangterdaftar di BEJ dan Lidyah (2002) yang menelitiindikasi manajemen laba terhadap kinerja padaSEO.

Gumanti (2003), dalam penelitian yangberjudul “Earnings Management dalam PenawaranSaham Perdana di Bursa Efek Jakarta”, mengujikeputusan-keputusan akuntansi yang dilakukanoleh pemilik perusahaan yang akan go publicsebelum sahamnya diperdagangkan di bursa ataumenguji apakah earning management terjadi padapenawaran saham perdana di pasar modal Indo-nesia. Hasil pengujian terhadap 39 perusahaanIPO yang go public antara tahun 1995 dan 1997dengan menggunakan pendekatan total accrualsmenunjukkan ada bukti yang kuat atas terjadi-nya manajemen keuntungan, khususnya padaperiode dua tahun sebelum go public. Hal iniberarti issuers telah memilih metode-metodeakuntansi yang menaikkan keuntungan yangdilaporkan dengan menerapkan income-incre-asing discretionary accruals.

Bukti lain menunjukkan bahwa earningmanagement tidak terbukti secara kuat pada pe-riode satu tahun sebelum go public. Pada periodeini walaupun perubahan total accruals adalahpositif dan signifikan, discretionary accruals justrulebih banyak yang negatif yaitu 20 perusahaandari keseluruhan sampel perusahaan. Hal inimengindikasikan bahwa earning managementpada periode ini tidak begitu kuat terbukti ataudengan kata lain earning management masihlemah.

Sulistyanto dan Prapti (2003) menelitimengenai “Stock Options Benarkah MendorongManajer Oportunis?” menemukan bahwa pascastock option, perusahaan akan mengalami ke-naikan kinerja yang dimulai dari tahun terjadi-nya stock options sampai dua tahun setelahperistiwa tersebut. Penelitian ini juga berhasilmembuktikan bahwa kenaikan kinerja pasca

Page 7: 1. Sri Padmantyo

Volume 14, Nomor 2, Desember 2010: 53-65 59Analisis Manajemen Laba Laporan Perbankan

stock options disebabkan karena eksekutifmelakukan rekayasa (earning management)dengan pola income increasing yang ditunjukkandari nilai discretionary accruals yang positif. Haltersebut merupakan refleksi sikap oportuniseksekutif yang berusaha menaikkan kinerja se-suai tujuan yang ingin dicapainya, yaitu memak-simalkan nilai saham yang dimilikinya.

Penelitian mengenai Good Corporate Gover-nance yang dilakukan oleh Sulistiyanto danWibisono (2003) menemukan bahwa manajemenmemilih menggunakan item aktiva tetap danjangka panjang sebagai dasar rekayasa keuang-an. Selain itu penelitian ini juga menemukanbahwa manajemen menggunakan earning mana-gement berpola income decreasing (penurunanlaba) untuk melakukan rekayasanya yangdiindikasikan dari nilai discretionary accruals yangnegatif.

Penelitian mengenai manajemen laba jugadilakukan oleh Arfani dan Sasongko (2005).Mereka menganalisis perbedaan pengaturanlaba (earnings management) pada kondisi laba danrugi pada perusahaan manufaktur di Indonesia.Mereka menemukan bahwa pada laporankeuangan tahunan perusahaan public perusaha-an yang memperoleh laba maupun mengalamirugi ternyata melakukan pengaturan laba.Apabila nilai mean discretionary accrual positifmaka pengaturan laba dilakukan dengan caramenaikkan angka laba pada laporan keuangan,sedangkan apabila bernilai negatif maka penga-turan laba dilakukan dengan menurunkan angkalaba pada laporan keuangan. Pada penelitian iniperusahaan yang melakukan pengaturan labadengan cara menaikkan angka laba pada la-poran keuangan tahunan yaitu perusahaan yangmengalami rugi, sedangkan untuk perusahaanyang memperoleh laba melakukan pengaturanlaba dengan menurunkan angka laba yang di-laporkan pada laporan keuangan tahunan. Dalamlaporan keuangan tahunan terdapat perbedaanyang signifikan pada pengaturan laba antaraperusahaan yang memperoleh keuntungandengan perusahaan yang mengalami kerugian.

Paparan teori di atas menyebutkan banksyariah adalah bank dalam aktivitasnya, baikmenghimpun dana maupun dalam rangkapenyaluran dananya memberikan dan menge-nakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu

jual beli dan bagi hasil. (Sholahudin, 2006). Dalampraktiknya pemilik dibantu oleh pengelolaperusahaan. Dengan kewenangan mengeloladana pemilik dan pengambil keputusan peru-sahaan lainnya, memungkinkan munculnyakonflik kepentingan antara pemilik dan manajersebagai pengendali perusahaan.

Adanya perbedaan kepentingan antara agentdan principal inilah maka muncul suatu praktikmanajemen laba yang mewakili kepentingankedua belah pihak. Beberapa penelitian mem-buktikan bahwa terdapat perusahaan-perusa-haan yang melakukan praktik manajemen laba.Namun, sejauh ini belum ada penelitian yangmencoba untuk meneliti pada perbankan sya-riah. Berdasarkan penjelasan tersebut maka di-lakukan penelitian ini untuk mengetahui apakahterdapat manajemen laba pada laporan keuanganperbankan syariah yang dijalankan berdasarkanprinsip syariah Islam.

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran. Kerangka pemikiranpenelitian ini dapat digambarkan sebagaiberikut:

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian

  Laporan Keuangan Perbankan Syariah

“X” dan “Y”

Agency Theory

Manajemen Laba

Total Akrual

Positif/Negatif Nol (0)

Ada manajemen laba

Tidak ada manajemen laba

Page 8: 1. Sri Padmantyo

60 BENEFIT Jurnal Manajemen dan BisnisSri Padmantyo

Permasalahan agency theory dalam konteksteori perusahaan timbul karena terjadinya per-bedaan kepentingan ekonomis antara agent (ma-najer) dan principal (investor/pemegang saham).Berdasarkan perbedaan kepentingan antaraagent dan principal inilah maka muncul suatupraktik manajemen laba. National Commission onFraudulent Financial Reporting (1987) mende-finisikan manajemen laba sebagai tindakan yangdapat menyesatkan pemakai laporan keuangandengan menyajikan laporan informasi yangtidak akurat, dan bahkan kadang merupakanpenyebab terjadinya tindakan illegal misalnyapenyajian laporan keuangan yang terdistorsiatau tidak sesuai dengan sebenarnya (Indah,2006).

Archer dan Karim (1997) berpendapat bah-wa meskipun secara teoritis perbankan syariahberoperasi dengan sistem bagi hasil, dalampraktiknya terdapat kemungkinan bank syariahmelakukan kebijakan manajemen laba (Pramono,2006). Hal ini terkait dengan permasalahantingkat akuntabilitas dan transparansi peng-gunaan dana nasabah/Investment Account Holder(IAH) dan pemilik perusahaan.

Untuk mendeteksi ada tidaknya mana-jemen laba, maka pengukuran laba atas akrualadalah hal yang sangat penting untuk diper-hatikan. Total accruals adalah semua kejadianyang bersifat operasional pada suatu tahun yangberpengaruh terhadap arus kas. Adanyamanajemen laba dapat dilihat dari nilai mean totalaccrual yang positif atau negatif. Nilai mean totalaccrual yang positif berarti bahwa perbankansyariah melakukan pengaturan laba dengan caramenaikkan laba yang dilaporkan sedangkan nilaimean total accrual yang negatif menunjukkanbahwa perbankan syariah melakukan peng-aturan laba dengan cara menurunkan laba.

Objek Penelitian. Adapun objek yangditeliti dalam penelitian ini adalah laporankeuangan Bank Syariah Mandiri dan BankMuamalat Indonesia.

Jenis, Sumber Data. Jenis data yang dipakaidalam penelitian ini adalah data sekunder yaitudata laporan keuangan publikasi Bank SyariahMandiri dan Bank Muamat Indonesia. Periodepenelitian yang digunakan dari tahun 2002-2006.

Metode Pengumpulan Data. Pengumpulandata dilakukan melalui dokumentasi, yaitu

pengambilan data yang diperoleh dari laporankeuangan publikasi Bank Syariah Mandiri danBank Muamalat Indonesia yang terkait untukselanjutnya diolah oleh peneliti.

Populasi dan Pengambilan Sampel. Popu-lasi penelitian ini adalah bank umum syariah.Pengambilan sampel penelitian menggunakanpurposive sampling dengan kriteria bank umumsyariah yang mengeluarkan laporan keuangan5 tahun berturut-turut, yaitu tahun 2002-2006.

Metode Analisis. Analisis data dilakukandengan tahap sebagai berikut.a. Variabel Penelitian dan Pengukuran1). Total Accrual

Total Accrual adalah semua kejadian yangbersifat operasional pada suatu tahun yangberpengaruh terhadap arus kas (Arfani danSasongko, 2005).

2). Perubahan KasKas adalah uang tunai berupa uang kertasatau logam serta alat-alat pembayaran lainyang dapat disamakan dengan uang tunai(Arifin dan Fakhrudin, 1999).Perubahan kas merupakan selisih kas periodeke t dengan periode sebelumnya.∆ Cash = Casht — Casht-1

3). Perubahan Aktiva LancarAktiva lancar adalah setiap aktiva dalamneraca yang dalam jangka pendek dapatdikonversi menjadi uang tunai misalnya kas,piutang dan persediaan, biasanyadipertimbangkan mempunyai jangka waktusatu tahun atau kurang (Arifin danFakhrudin, 1999).Perubahan aktiva lancar merupakan selisihaktiva lancar periode ke t dengan periodesebelumnya.

CA = CAt – CAt-1

4). Perubahan Utang LancarUtang lancar adalah kewajiban neraca yangmempunyai tanggal jatuh tempo dalam jang-ka pendek, biasanya satu tahun atau kurangdari satu tahun seperti utang usaha danutang pajak (Arifin dan Fakhrudin, 1999).Perubahan utang lancar merupakan selisihutang lancar periode ke t dengan periodesebelumnya.

CL = CLt – CLt – 1

Page 9: 1. Sri Padmantyo

Volume 14, Nomor 2, Desember 2010: 53-65 61Analisis Manajemen Laba Laporan Perbankan

5). Perubahan Utang Jangka Panjang yangtermasuk dalam Utang LancarUtang jangka panjang yang termasuk utanglancar adalah kewajiban neraca yangmempunyai tanggal jatuh tempo jangkapanjang yang pelunasannya meliputi rentangwaktu lebih dari satu tahun yang segerajatuh tempo (Arifin dan Fakhrudin, 1999).Perubahan utang jangka panjang merupakanselisih utang jangka panjang periode ke tdengan periode sebelum-nya.

STD = STDt – STDt – 1

5). Biaya DepresiasiBiaya depresiasi adalah proses peng-alokasian harga perolehan aktiva tetapmenjadi biaya selama masa manfaat dengancara yang rasional dan sistematis akibatpenggunaan/keausan yang diakui dalamsistem akuntansi dan keperluan pajakpenghasilan (Arifin dan Fakhrudin, 1999).

6). Total AktivaTotal aktiva adalah keseluruhan sumberekonomi yang dimiliki perusahaan yangbiasanya dinyatakan dalam satuan uang.Jenis sumber ekonomi/lazim disebut hartaperusahaan dapat berupa: uang yang dalamistilah akuntansi disebut kas, tagihan(piutang), tanah, gedung, mesin dansebagainya (Arifin dan Fakhrudin, 1999).

b. Pengujian HipotesisAdanya manajemen laba dapat diukur

menggunakan pendekatan total akrual. Totalakrual tersebut merupakan proksi darikebijakan akrual yang diterapkan oleh pihakmanajemen perusahaan. Penelitian ini meng-gunakan rumus total accruals dari Healy yangtercantum dalam Arfani dan Sasongko (2005)yaitu:

TAit = (

CAit –

CIit –

Cashit +

STDit – Depit)/ A(it – 1}

TAit : Total Accruals bank i pada periode ke t

CAit : Perubahan aktiva lancar bank i padaperiode ke t

CIit : Perubahan utang lancar bank i padaperiode ke t

Cashit: Perubahan kas dan ekuivalen kasbank i pada periode ke t

STDit : Perubahan utang jangka panjang yangtercakup dalam utang lancar bank ipada periode ke t

Depit : Biaya depresiasi bank i pada periodeke t

A(it – 1} : Total aktiva bank i pada periode ke tDalam penelitian ini tidak memasuk-kan akun hutang jangka panjang yangsegera jatuh tempo. Hal ini dikarena-kan tidak semua sampel mencantum-kan dana akun tersebut.

Kriteria pengujiana. Hipotesis diterima apabila TA<0 atau TA>0,

artinya bahwa terdapat manajemen labapada laporan keuangan perbankan syariah.

b. Hipotesis ditolak apabila TA = 0, artinyabahwa tidak ada manajemen laba padalaporan keuangan perbankan syariah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini bertujuan menjawab hipotesispenelitian seperti yang telah dirumuskansebelumnya. Untuk memperjelas gambaransampel yang digunakan, berikut dikemukakanstatistik deskriptif dari perusahaan yang terpilihmenjadi sampel.

Nilai aktiva lancar, utang lancar, kas,depresiasi dan total aktiva diperoleh dari nilaidari laporan keuangan perusahaan sampel.Laporan keuangan yang digunakan adalahlaporan keuangan yang telah diaudit danmerupakan laporan keuangan penuh untuk satutahun.

Sebagaimana telah disebutkan di muka,penelitian ini menggunakan pendekatan totalaccrual untuk mengukur ada atau tidaknyamanajemen laba yang terkandung dalam laporankeuangan perbankan syariah. Penelitian inimenggunakan rumus Total Accruals dari Healy(1985) yang tercantum dalam Arfani danSasongko (2005).

Dengan tabel total accrual model Healy(Tabel 3) dapat diketahui bahwa perbankansyariah yaitu Bank syariah Mandiri dan BankMuamalat Indonesia melakukan pengaturanlaba. Hal ini dapat dilihat dari nilai total accrualyang positif dan negatif.

Page 10: 1. Sri Padmantyo

62 BENEFIT Jurnal Manajemen dan BisnisSri Padmantyo

Dari tabel rata-rata total accrual denganmodel Healy (Tabel 3) menunjukkan bahwa nilaimean total accrual dan perbankan syariah padatahun 2002, 2004, 2005 dan 2006 adalah positif.Sedangkan pada tahun 2003 nilai mean totalaccrual perbankan syariah negatif. Hal ini berartibahwa hipotesis yang menyatakan adanyamanajemen laba pada laporan keuangan

perbankan syariah diterima. Nilai mean totalaccrual yang positif berarti bahwa perbankansyariah melakukan manajemen laba dengan caramenaikkan laba yang dilaporkan. Sebaliknya,nilai mean total accrual yang negatif menunjukkanbahwa perbankan syariah melakukan manajemenlaba dengan cara menurunkan laba.

Sumber : data primer yang diolah

Tabel 2. Hasil Perhitungan

Catatan :- Nilai perubahan aktiva lancar (∆ CAit), perubahan utang lancar ( CLit), perubahan kas ( Cashit), depresiasi

(Deprit) dan total aktiva (Ait-1) disajikan dengan angka pembulatan dalam jutaan rupiah.- Nilai total accrual disajikan dengan angka normal

Tabel 3. Rata-rata total accrual (Model Healy)

Sumber : data primer yang diolah

Pada tahun 2003 nilai total accrual perbankansyariah bernilai negatif yang berarti perbankansyariah melakukan manajemen laba dengan caramenurunkan laba. Ada berbagai kemungkinanyang melatarbelakangi hal tersebut. Salahsatunya berkaitan dengan pernyataan efektifdari ketua Bapepam dengan suratnya No. S2545/PM/2003 pada tanggal 22 Oktober 2003.Surat tersebut menyatakan bahwa tertanggal 22

Oktober 2003 Bank Muamalat berhak melaku-kan penawaran umum obligasi syariah mudha-rabah kepada masyarakat dengan nilai nominalRp. 200.000.000.000,00. Berdasarkan surattersebut terhitung dari tanggal 3 November 2003obligasi Bank yang beredar telah dicatatkan diBursa Efek Surabaya.

Hal ini sejalan dengan penelitian Gumanti(2001). Penelitian tersebut menguji fenomena

Page 11: 1. Sri Padmantyo

Volume 14, Nomor 2, Desember 2010: 53-65 63Analisis Manajemen Laba Laporan Perbankan

manajemen laba di Bursa Efek Jakarta dengansampel sebanyak 39 IPO yang go public antaratahun 1995 dan 1997. Hasil penelitian inimenunjukkan bukti adanya upaya pemilik peru-sahaan untuk menaikkan tingkat laba ditemukanpada periode dua tahun sebelum go public tetapitidak ditemukan pada periode setahun go publicyang diindikasikan oleh lebih banyaknya peru-sahaan yang memiliki nilai discretionary accrualyang negatif.

Untuk kemudian ada dua alasan yang dapatditawarkan untuk menjawab kenapa hal ter-sebut bisa terjadi. Yang pertama, issuers tidakingin upaya rekayasa keuntungan yang dila-kukannya terdeteksi oleh pihak lain. Rekayasakeuangan yang dilakukan berturut-turut adalahriskan untuk dilakukan, karena akan dapatdengan mudah terdeteksi, baik lewat keanehanyang berupa lonjakan dalam komponen di neracamaupun di laporan laba rugi. Kedua, rekayasakeuntungan sendiri tidak dapat dilakukan terus-menerus. Hal ini disebabkan oleh sifat dariaccruals dimana discretionary accruals yangdilakukan pada suatu periode akan berakibatpada periode berikutnya. Akibatnya, issuerstidak dapat dilakukan terus-menerus.

Kemungkinan lain manajer melakukanmanajemen laba dengan cara menurunkan labapada tahun 2003 adalah untuk menurunkanbeban pajak yang harus dibayar oleh perusaha-an. Hal tersebut masih harus dibuktikan, untukitu perlu dilakukan telaah dan penelitian lebihlanjut.

Manajemen laba yang dilakukan denganmenaikkan laba terjadi karena kemungkinanmanajemen bersikap optimis dalam melaporkankinerjanya, yaitu dengan mengakui pendapatanmasa depan menjadi pendapatan sekarang se-hingga kinerja perusahaan lebih tinggi daripadakinerja fundamentalnya. Sebaliknya, manajemenlaba yang dilakukan dengan menurunkan labaterjadi karena kemungkinan besar manajemenbersikap konservatif dalam melaporkan kinerja-nya, yaitu dengan mengakui biaya masa depanmenjadi biaya sekarang yang mengakibatkankinerja lebih rendah dari kinerja fundamental-nya.

Berdasarkan pengujian selama lima tahunpengamatan mean total accrual perbankan syariahmemiliki nilai lebih kecil dan lebih besar dari 0

sehingga dapat disimpulkan terdapat mana-jemen laba pada laporan keuangan perbankansyariah. Hal ini berarti bahwa hipotesis yangmenyatakan terdapat manajemen laba padalaporan keuangan perbankan syariah tersebutdapat diterima.

Dari hasil eksplorasi ditemukan bahwapada perbankan manajemen laba sering dilaku-kan melalui pergeseran kolektibilitas. Sebagaicontoh apabila terdapat nasabah yang berpindahkolektibilitas dari kolektibilitas 3 ke kolektibi-litas 2 maka bank tidak langsung memindahkannasabah tersebut ke kolektibilitas 2. Dalam halini bank akan menghitung mana yang lebih besarantara jumlah pendapatan yang akan diakuidengan jumlah penyisihan kerugian yang harusdibentuk karena adanya perpindahan kolekti-bilitas tersebut. Pada saat nasabah berada dikolektibilitas 2, bank harus membebankanpenyisihan kerugian sebesar 5% dari sisa pokokdan bank akan mengakui pendapatan yang ma-suk. Sedangkan apabila nasabah berada dikolektibilitas 3, bank tidak wajib membebankanpenyisihan kerugian. Pendapatan yang diper-oleh dari nasabah pada kolektibilitas 3 tidakdapat diakui sebagai pendapatan, tapi masukakun rekening administratif di luar neraca (off-balance sheet). Apabila jumlah pendapatan lebihbesar, bank akan memindahkan kolektibilitasnasabah tersebut dari kolektibilitas 3 ke kolekti-bilitas 2. Sebaliknya jika jumlah penyisihankerugian lebih besar, maka nasabah akan tetapdibiarkan di kolektibilitas 3.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan. Berdasarkan pengujian-pengu-jian yang telah dilakukan selama periode penga-matan, dapat disimpulkan bahwa pada laporankeuangan perbankan syariah terdapat praktikmanajemen laba. Hal ini dibuktikan dengan hasilperhitungan rata-rata total accrual selama limatahun pengamatan yang bernilai positif dannegatif.

Nilai rata-rata total accrual selama limatahun pengamatan adalah 0.3987, -0.0564, 0.2185,0.1273, dan 0.1652. Nilai rata-rata total accrualpositif menunjukkan terdapat manajemen labapada laporan keuangan perbankan syariah

Page 12: 1. Sri Padmantyo

64 BENEFIT Jurnal Manajemen dan BisnisSri Padmantyo

dengan cara menaikkan laba. Sebaliknya, nilairata-rata total accrual negatif menunjukkanbahwa terdapat manajemen laba pada laporankeuangan perbankan syariah dengan caramenurunkan laba.

Keterbatasan. Penelitian ini mempunyaibeberapa kelemahan dan masih jauh dan sem-purna sehingga hal ini dapat dijadikan reko-mendasi di masa mendatang.

Keterbatasan penelitian antara lain: (a)sampel dalam penelitian ini masih terlalu sedikitsehingga kurang dapat mewakili semua, untukpenelitian selanjutnya diharapkan dapatmenambah sampel penelitian, (b) penelitian inimenggunakan rumus total accrual model Healydalam Arfani dan Sasongko (2005), untukpenelitian selanjutnya dapat menggunakanrumus lain sebagai perbandingan dan penyem-purnaan penelitian ini. Rumus lain yang dapatdigunakan antara lain model Jones dan modelmodifikasi Jones dalam Arfani dan Sasongko(2005). Model Jones mengembangkan modeluntuk memisahkan discretionary accrual dannondiscretionary accrual. Jones dalam Arfani danSasongko (2005) menggunakan pendapatan danaktiva tetap untuk memproksi tingkat akrualnormal. Ada atau tidaknya manajemen labadilihat dari nilai discretionary accrual yang dicaridengan mengurangi total accrual dan nondis-cretionary accrual. Model modifikasi Jones padaprinsipnya sama dengan model Jones hanya sajamodel modifikasi Jones memasukkan unsurpiutang dagang untuk mengurangi pendapatan.

Implikasi. Hasil penelitian ini mempunyaiimplikasi terhadap investor dalam memilihperusahaan untuk menanamkan dananya. Untukmengetahui ada atau tidaknya manajemen labapada laporan keuangan, investor dapat melihatdan nilai total accrual. Investor sebaiknya meng-hindari perusahaan yang memiliki nilai total accrualpositif atau negatif karena itu berarti pada laporankeuangan perusahaan tersebut terdapat manaje-men laba. Hasil pengujian tambahan pada peneli-tian ini menunjukkan bahwa variabel-variabel yangdiduga berpengaruh terhadap manajemen labaternyata tidak berpengaruh signifikan baik secarabersama-sama maupun parsial. Hal ini membukapeluang bagi penelitian selanjutnya untuk mela-kukan penelitian mengenai variabel-variabel yangberpengaruh terhadap manajemen laba.

Saran. Perbankan syariah sebaiknya tidakmelakukan praktik manajemen laba karenamengakibatkan informasi yang disampaikanmenjadi tidak akurat dan tidak menggambarkankeadaan perusahaan yang sebenarnya. Hal initidak sesuai dengan prinsip syariah. Untukmenghindari adanya praktik manajemen labasalah satunya adalah dengan membentuk DewanPengawas Syariah (DPS) yang kompeten.Beberapa penelitian terdahulu menemukanbahwa semakin kompeten dewan semakinberkurang kecurangan.

DAFTAR PUSTAKA

Astri Arfani NK dan Noer Sasongko, 2005,Analisis Perbedaan Pengaturan Laba (earningmanagement) pada Kondisi Laba dan Rugipada Perusahaan Manufaktur di Indonesia,Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol. 4,No. 1, April 2005, Hal. 1 – 20.

Djarwanto, 2000, Statistik Induktif, Edisi Keempat,BPFE, Yogyakarta.

Endang Kiswara, 2005, Indikasi Keberadaan UnsurManajemen Laba (Earning Management)dalam Laporan Keuangan Perusahaan Publik,Tesis pada Fakultas Ekonomi UniversitasGajah Mada, Yogyakarta.

Intan Imam Sutanto, 2000, Indikasi Manajemen Labamenjelang IPO oleh Perusahaan-perusahaanyang terdaftar di BEJ, Tesis pada FakultasEkonomi Universitas Gajah Mada,Yogyakarta.

Johar Arifin dan Muhammad Fakhrudin, 1999,Kamus Istilah Pasar Modal, Akuntansi,Keuangan dan Perbankan, Gramedia,Yogyakarta.

Lukman Hakim, 2007. Buku Ajar Lembaga Eko-nomi dan Keuangan Syariah, UniversitasMuhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Mayasari Indah, 2006. Persepsi Manajer danInternal Auditor terhadap Pertimbangan Etikadalam Praktik Manajemen Laba, Skripsi padaFakultas Ekonomi Universitas JenderalSoedirman, Purwokerto.

Page 13: 1. Sri Padmantyo

Volume 14, Nomor 2, Desember 2010: 53-65 65Analisis Manajemen Laba Laporan Perbankan

Muhammad Sholahudin, 2006, Buku Ajar Eko-nomi Islam, UKM KEI FE UNS & PusatStudi Ekonomi Islam UMS, Surakarta.

Muhammad Syafi’i Antonio, 2001, Bank Syariahdan Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta.

Muhammad, 2005, Pengantar Akuntansi Syariah,Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta.

Noname, 2003, PSAK, IAI, Jakarta.

Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002,Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Kedua,BPFE, Yogyakarta.

Rika Lidyah, 2002, Analisis Indikasi EarningManagement terhadap Kinerja pada SEO,Tesis pada Fakultas Ekonomi UniversitasGajah Mada, Yogyakarta.

Sigit Pramono, 2006, Permasalahan Agency Theorydan GCG pada Perbankan Syariah, MediaAkuntansi, Edisi 52 Januari 2006.

Sri Sulistyanto dan Haris Wibisono, 2003, GoodCorporate Governance: Berhasilkah Diterpakandi Indonesia? Jurnal Widya Warta, No. 2Tahun XXVI/Juli 2003, ISSN : 0854-1981.

Sri Sulistyanto dan Meniek S. Prapti, 2003. StockOptions: Berhasilkah Mendorong ManajerOportunis? Jurnal Akuntansi dan Bisnis,vol. 1, No. 2, Maret 2003, ISSN : 1412 – 775x.

Sugiyono, 2006, Statistika untuk Penelitian, EdisiKesembilan, ALFABETA, Bandung.

Sukma Indah R., 2005, Pengaruh Leverage, UkuranPerusahaan dan Profitabilitas terhadapManajemen Laba, Skripsi pada FakultasEkonomi Universitas Jenderal Soedirman,Purwokerto.

Suliyanto, 2005, Analisis Data untuk Riset Pema-saran, Ghalia Indonesia, Bogor.

Suyatmin dan Arfan Ikhsan, 2003, MasalahAgency Theory dalam Perusahaan: SuatuTinjauan terhadap kontrak bisnis dalamKonteks Islam, BENEFIT, vol.7, No.2,Desember 2003, Hal. 142 – 166.

Tatang Ari Gumanti, 2000, Earnings Management: Suatu Telaah Pustaka, Jurnal Akuntansidan Keuangan, vol.2, No.2, Nopember2000, Hal. 104 – 115.

Tatang Ari Gumanti, 2001. Earnings Managementdalam Penawaran Saham Perdana di BursaEfek Jakarta, Jurnal Riset AkuntansiIndonesia, vol.4, No.2, Mei 2001, Hal. 165– 183.

Tri Gunarsih, 2004, Masalah Keagenan dan StrategiDiversifikasi, KOMPAK, No.10, Januari –April 2004, Hal. 52 – 69.

Ummi Arifa Afni dan John JOI Lhalauw, 2002,Manajemen Earning dalam PenawaranPerdana Saham, Jurnal Ekonomi dan Bisnis,vol.VIII, No.2, September 2002, Hal. 191 –208.

Wiwiek Prihandini, 2003, Manipulasi DataAkuntansi dalam Earning Management,Diskusi Dosen STIE PERBANAS,Bandung.

Zaidah Kusumawati, 2005, Menghitung LabaPerusahaan Aplikasi Akuntansi Syari’ah,Magistra Insania Press, Yogyakarta.

www.muamalatbank.co.id

www.syariahmandiri.co.id