1. panduan ipa terpadu-baron-solo 27 juli

Download 1. Panduan IPA Terpadu-Baron-Solo 27 Juli

If you can't read please download the document

Upload: munawarah-che

Post on 27-Oct-2015

67 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

MODEL PEMBELAJARAN TERPADU IPA DI SMP

PANDUAN PENGEMBANGANPEMBELAJARAN IPA TERPADU

Oleh

TIM IPA TERPADU

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASARDIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA201115

Kata Pengantar

Implikasi dari penetapan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No 22, 23, dan 24 tahun 2006 adalah munculnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disusun sendiri oleh sekolah berdasarkan SI dan SKL yang sudah ditetapkan dari pusat dengan tetap mempertimbangkan kondisi dan potensi yang ada di sekolah. Untuk itu, dituntut kemampuan sekolah (termasuk di dalamnya guru) yang memadai dalam mengembangkan KTSP tersebut. Oleh karena itu, KTSP yang disusun oleh suatu sekolah mungkin sedikit berbeda dengan KTSP yang disusun oleh sekolah yang lain. Untuk itu menjadi suatu hal penting dalam implementasi KTSP sekolah (guru) mengembangkan materi pembelajaran sendiri yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik sekolah dan peserta didik berdasarkan KTSP yang sudah disusun. Terkait implementasi dari KTSP tersebut hal penting yang menjadi titik perhatian adalah proses implementasi itu sendiri yang melibatkan proses pembelajaran. Salah satunya adalah pembelajaran IPA terpadu yang merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang diharapkan dapat diaplikasikan di SMP/MTs. Dalam Lampiran Permen Diknas No 22 tahun 2006 tentang SI untuk Mata Pelajaran IPA di tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Selain itu, dalam Permen Diknas No 41 Tahun 2007 butir II C nomor 5 dinyatakan pengembangan RPP memperhatikan prinsip keterkaitan dan keterpaduan, serta disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. Mengacu pada Permen tersebut di atas, penerapan pembelajaran IPA terpadu di SMP/MTs memiliki dasar hukum yang kuat. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan panduan pengembangan model pembelajaran IPA terpadu dengan harapan untuk membantu sekolah (guru) dalam mengembangkan model pembelajaran IPA terpadu beserta cara-cara implementasinya yang sesuai dengan kebutuhan sekolah dengan tetap mengacu pada SI dan SKL yang berlaku. Hal tersebut diperlukan mengingat masih terbatasnya panduan dan contoh-contoh perangkat pembelajaran IPA terpadu yang tersedia. Kami berharap panduan yang dilengkapi dengan contoh-contoh perangkat pembelajaran IPA terpadu ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan bagi sekolah (guru) dan pihak terkait dalam mengembangkan dan mengimplementasikan model pembelajaran IPA terpadu. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk penyempurnaan panduan ini.

DirekturPembinaan Sekolah Menengah Pertama

Didik Suhardi, S.H., M.Si. NIP. 131270212

Daftar Isi

halaman

Kata PengantariDaftar Isiii

BAB IPENDAHULUANA.Latar Belakang1B.Tujuan2

BAB IIPEMBELAJARAN IPA TERPADUA.Konsep Pembelajaran IPA Terpadu3B.Model-model Pembelajaran IPA Terpadu yang Potensial Diterapkan3

BAB IIIPELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA TERPADUA.Perencanaan5B.Pelaksanaan Pembelajaran6C.Penilaian8E.Implikasi Pembelajaran IPA Terpadu9

Lampiran-lampiran:1.Contoh Pembelajaran IPA Terpadu Model IntegratedPemisahan Zat

2.Contoh Pembelajaran IPA Terpadu Model WebbedHipertensiEfek Rumah Kaca

3.Contoh Pembelajaran IPA Terpadu Model ConnectedSistem Gerak pada Manusia dan Hubungannya dengan KesehatanAsam, Basa, dan Garam

4.Contoh Pembelajaran IPA Terpadu Model SharedGerakFotosintesis

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangIlmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan upaya memahami berbagai fenomena alam secara sistematis. IPA memiliki dimensi sikap ilmiah (scientific attitude), proses ilmiah (scientific process), dan produk ilmiah (scientific product) yanag berupa pengetahuan. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran IPA tidak sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi harus melatihkan berbagai keterampilan proses, dan dapat menumbuhkan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA juga harus mampu menumbuhkan kreativitas (creativity) dan memberikan perhatian pada terapan IPA dalam kehidupan sehari-hari (application) (Carin, 1997; Yager, 1996).Sikap ilmiah berkaitan dengan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Proses ilmiah berkaitan dengan prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan metode ilmiah yang meliputi merumuskan hipotesis, merancang dan melaksanakan penyelidikan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan. Produk IPA berupa pengetahuan baik pengetahuan faktual, prosedural, maupun konseptual meliputi prinsip, hukum, dan teori. Aplikasi berkaitan dengan penerapan metode ilmiah dan produk IPA dalam kehidupan sehari-hari. Kreativitas berhubungan dengan ide baru atau cara-cara yang tidak biasa dalam menggambarkan dan memanfaatkan produk IPA serta kegiatan pemecahan masalah. Pembelajaran IPA harus mencakup lima dimensi di atas. Namun, bila dicermati pembelajaran IPA yang terjadi di sekolah pada masa kini cenderung hanya berorientasi pada produk IPA. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang mempelajari IPA dengan cara menghafal konsep, prinsip, hukum, dan teori. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada tes atau ujian. Akibatnya dimensi sikap, proses, aplikasi, dan kreativitas tidak tergarap secara optimal. Tantangan abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan teknologi yang diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat. Fakta menunjukkan bahwa berbagai tindakan manusia memberikan dampak yang besar pada berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan teknologi; mampu berpikir logis, kritis, dan kreatif; dapat berargumentasi secara benar; dan yang tidak kalah penting adalah kemampuan berpikir secara komprehensif dalam memecahkan berbagai persoalan dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran IPA secara terpadu.Secara yuridis formal, pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang diharapkan dapat diaplikasikan di SMP/MTs. Dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Mata Pelajaran IPA di tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Selain itu, perlu juga adanya muatan imtaq di dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa.Selanjutnya, dalam Permendiknas No 24 Tahun 2006 pada pasal 1 ayat 2 dinyatakan bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Isi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Standar Kompentesi Lulusan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Dengan demikian, dimungkinkan merancang pembelajaran dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi dasar (KD) yang baru untuk memperkaya SK/KD yang ada. Dalam Permen Diknas No 41 Tahun 2007 butir II B dinyatakan bahwa RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Kemudian, dalam Butir II C nomor 5 dinyatakan pengembangan RPP memperhatikan prinsip keterkaitan dan keterpaduan, artinya penyusunan RPP harus memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. Mengacu pada Permen tersebut di atas, maka dimungkinkan bagi satuan pendidikan untuk menyusun kurikulum operasionalnya dengan memodifikasi atau menambah KD dan atau SKL. Dengan demikian, penerapan pembelajaran IPA secara terpadu di SMP/MTs memiliki dasar hukum yang kuat.

B. TujuanTujuan penyusunan Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu untuk SMP/MTs ini adalah untuk memberikan pedoman yang dapat dijadikan kerangka acuan bagi guru dan pihak terkait. Lebih khusus, panduan ini dapat digunakan untuk: memberikan wawasan bagi guru tentang apa, mengapa, dan bagaimana pembelajaran IPA terpadu pada tingkat SMP/MTs;memberikan bekal keterampilan kepada guru untuk dapat menyusun rencana pembelajaran (memetakan kompentensi, menyusun silabus, dan menjabarkan silabus menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran) dan penilaian;memberikan bekal kemampuan kepada guru agar memiliki kemampuan melaksanakan pembelajaran IPA terpadu;memberikan wawasan, pengetahuan, dan pemahaman bagi pihak terkait (misalnya kepala sekolah dan pengawas), sehingga mereka dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran dan ketepatan pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu.

BAB IIPEMBELAJARAN IPA TERPADU

A.Konsep Pembelajaran IPA Terpadu

Lingkup IPA di tingkat SMP/MTs meliputi bidang kajian energi dan perubahannya (Fisika), bumi antariksa (IPBA), makhluk hidup dan proses kehidupan (Biologi), serta materi dan sifatnya (Kimia). Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, lingkup IPA tersebut dibelajarkan dalam satu mata pelajaran IPA. Pelaksanaan pembelajaran IPA seyogyanya juga memberi penekanan pada pembelajaran salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat). Karena itulah perlu dikembangkan pembelajaran IPA terpadu, yaitu suatu pendekatan pembelajaran IPA yang menghubungkan atau menyatupadukan berbagai bidang kajian IPA menjadi satu kesatuan bahasan. Pembelajaran IPA terpadu juga harus mencakup dimensi sikap, proses, produk, aplikasi, dan kreativitas. Dengan pembelajaran IPA terpadu, diharapkan siswa mempunyai pengetahuan IPA yang utuh (holistik) untuk dapat memecahkan permasalahan kehidupan sehari-hari secara kontekstual.Agar siswa kompeten dalam pemecahan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, pembelajaran IPA terpadu mestinya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup (life skills). Pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah adalah karakteristik lain dari pembelajaran IPA terpadu. Keterampilan proses yang harus dilatihkan melalui pembelajaran IPA terpadu, antara lain: mengidentifikasi masalah, melakukan pengamatan (observasi), menyusun hipotesis, merancang dan melakukan penyelidikan, dan merumuskan simpulan. Keterampilan inkuiri lain yang mewarnai pembelajaran IPA terpadu adalah: mengukur, menggunakan peralatan, menggolongkan atau melakukan klasifikasi, mengolah dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru, serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, misalnya dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Latihan keterampilan proses dapat mengembangkan sikap dan nilai, antara lain: rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, skeptis, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain.

B.Model-model Keterpaduan dalam Pembelajaran IPA

Dari sejumlah model pembelajaran yang dikemukakan oleh Fogarty (1991), terdapat empat model yang potensial untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA terpadu, yaitu connected, webbed, shared, dan integrated. Empat model tersebut dipilih karena konsep-konsep dalam KD IPA memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga memerlukan model yang sesuai agar memberikan hasil yang optimal. Ada sejumlah KD yang mengandung konsep-konsep yang saling beririsan/tumpang tindih, sehingga bila dibelajarkan secara terpisah-pisah menjadi tidak efisien. Konsep-konsep semacam ini memerlukan pembelajaran model integrated atau shared. Pada model integrated, materi pembelajaran adalah KD-KD atau konsep-konsep dalam KD yang sepenuhnya beririsan; sedangkan pada model shared, KD-KD atau konsep-konsep dalam KD yang dibelajarkan tidak sepenuhnya beririsan, tetapi dimulai dari bagian yang beririsan. Sejumlah KD lain mengandung konsep yang saling berkaitan tetapi tidak beririsan. Untuk menghasilkan kompetensi yang utuh, konsep-konsep atau KD-KD tersebut harus dikaitkan dengan suatu tema tertentu hingga menyerupai jaring laba-laba. Model semacam ini disebut webbed. Karena selalu memerlukan tema pengait, maka model webbed lazim disebut model tematik. Juga terdapat sejumlah KD yang contoh atau terapan konsepnya bertautan dengan KD lain. Agar pembelajarannya menghasilkan kompetensi yang utuh, maka konsep-konsep tersebut harus dipertautkan (connected) dalam pembelajarannya. Pada model connected ini KD atau konsep pokok menjadi materi pembelajaran inti, sedangkan contoh atau terapan konsep yang dikaitkan berfungsi untuk pengayaan. Pada Tabel 1, disajikan karakteristik pembelajaran IPA terpadu model integrated, shared, webbed, dan connected.

Tabel 1Empat Model Pembelajaran IPA Terpadu yang Potensial untuk Diterapkan

Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan Keterpaduan(integrated)Membelajarkan konsep pada beberapa KD yang beririsan atau tumpang tindih

hanya konsep yang beririsan yang dibelajarkan

Pemahaman terhadap konsep lebih utuh (holistik)Lebih efisien Sangat kontekstual

KD-KD yang konsepnya beririsan tidak selalu dalam semester atau kelas yang samaMenuntut wawasan dan penguasaan materi yang luas Sarana-prasarana, misalnya buku belum mendukung

Berbagi (Shared)

Membelajarkan semua konsep dari beberapa KD, dimulai dari konsep yang beririsan sebagai unsur pengikat Pemahaman terhadap konsep utuh Efisien Kontekstual

KD-KD yang konsepnya beririsan tidak selalu dalam semester atau kelas yang samaMenuntut wawasan dan penguasaan materi yang luas Sarana-prasarana, misalnya buku belum mendukung

Jaring laba-labatema(Webbed)Membelajarkan beberapa KD yang berkaitan melalui sebuah tema

Pemahaman terhadap konsep utuhKontekstualDapat dipilih tema-tema menarik yang dekat dengan kehidupan

KD-KD yang konsepnya berkaitan tidak selalu dalam semester atau kelas yang samaTidak mudah menemukan tema pengait yang tepat.

Keterhubungan(connected)Membelajarkan sebuah KD, konsep-konsep pada KD tersebut dipertautkan dengan konsep pada KD yang lain

Melihat permasalahan tidak hanya dari satu bidang kajianPembelajaran dapat mengikuti KD-KD dalam SI

Kaitan antara bidang kajian sudah tampak tetapi masih didominasi oleh bidang kajian tertentu

Empat model keterpaduan di atas dipilih karena konsep-konsep dalam KD IPA memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga memerlukan model yang sesuai agar memberikan hasil belajar yang optimal. Contoh perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, dan Buku Siswa) untuk keempat model keterpaduan di atas dapat dilihat pada Lampiran.

BAB IIIPELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU

Pembelajaran IPA terpadu melibatkan tiga kegiatan utama yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Di samping itu, pembelajaran IPA terpadu memberikan beberapa implikasi terhadap guru, siswa maupun bahan ajar yang digunakan.

A.PerencanaanKeberhasilan pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu akan lebih optimal jika guru dalam merencanakan pembelajaran tersebut mempertimbangkan kondisi dan potensi peserta didik serta kemampuan sumberdaya pendukung lainnya. Kondisi dan potensi peserta didik tersebut meliputi: minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik. Kemampuan sumberdaya pendukung meliputi kemampuan guru, ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran, serta kepedulian stakeholders sekolah.Seperti yang telah diuraikan di muka, ada empat model keterpaduan yang potensial diterapkan dalam pembelajaran IPA di SMP/MTs, yaitu model keterpaduan connected, shared, webbed, dan integrated. Model keterpaduan manapun yang dipilih dan diterapkan oleh guru, semuanya berdasar pada keterkaitan antar bidang kajian IPA. Dalam Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006, SK dan KD sudah dituangkan secara terpisah dalam masing-masing bidang kajian. Oleh karena itu, untuk pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu perlu dilakukan pemetaan SK dan KD terlebih dulu. Namun, dengan model-model keterpaduan di atas, harus diupayakan tidak satupun SK atau KD yang pencapaiannya parsial tanpa mengaitkan atau memadukannya dengan SK atau KD lain yang relevan. Pemetaan SK dan KD serta penyusunan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ditunjukkan pada bagan di bawah ini.

Membuat matriks atau bagan hubungan konsep dalam KD dengan tema atau topik

Memetakan SK dan KD bidang kajian IPA yang akan dipadukan

Merumuskan indikator pembelajaran IPA terpadu

Menentukan jenis keterpaduan konsep-konsep antar KD dalam bidang kajian IPA

integrated atau shared

webbedconnected

Menyusun silabus pembelajaran IPA terpadu

Menentukan tema pemersatu

Menentukan topik/konsep yang beririsan atau tema yang mewakiliMenentukan materi pokok dan materi yang dikaitkan

Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu

Secara lebih rinci, alur penyusunan rencana pembelajaran IPA terpadu yang ditunjukkan pada bagan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.

Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pembelajaran IPA Terpadu:

Mengkaji dan memetakan semua SK dan KD dari bidang kajian yang akan dipadukan. Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh, sehingga dapat dipilih model keterpaduan connected, shared, webbed, ataukah integrated yang akan diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu tersebut. Menentukan model keterpaduan. Bila konsep pada suatu KD menjadi materi utama, sedang konsep pada KD lain akan dikaitkan atau menjadi terapannya, maka model keterpaduan yang dihasilkan adalah connected. Bila beberapa konsep dari beberapa KD dipersatukan melalui sebuah tema, maka model keterpaduan yang dihasilkan adalah webbed. Bila konsep dari beberapa KD sepenuhnya beririsan dan dapat diangkat menjadi topik pembelajaran, maka model keterpaduan yang dihasilkan adalah integrated. Tetapi, bila konsep dari beberapa KD yang dipadukan tidak sepenuhnya beririsan, maka model keterpaduan yang dihasilkan adalah shared.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan kaitan, menentukan tema, atau memilih topik pada pembelajaran IPA terpadu adalah:Relevan dengan KD-KD yang dipadukan. Memperhatikan isu-isu yang aktual dan menarik.Kontekstual, yaitu dekat dengan pengalaman pribadi peserta didik dan sesuai dengan keadaan lingkungan setempat.

Membuat matriks atau bagan keterhubungan konsep-konsep dalam kompetensi dasar sesuai keterpaduan yang dipilih. Dengan matriks atau bagan ini, hasil pemetaan KD atau SK dan model keterpaduan yang dipilih menjadi semakin jelas.Merumuskan indikator pencapaian hasil belajar sesuai KD-KD yang dipadukan. Untuk model keterpaduan integrated, dimungkinkan merumuskan KD sesuai karakteristik keterpaduannya. Menyusun silabus pembelajaran IPA terpadu berdasarkan sejumlah indikator yang telah dihasilkan. Setelah silabus tersusun, selanjutnya dikembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pada pembelajaran IPA Terpadu, keterpaduan terletak pada kegiatan pembelajaran. Hal ini disebabkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar telah ditentukan dalam Standar Isi.

B.Pelaksanaan Model Pembelajaran IPA Terpadu

Sesuai uraian sebelumnya, terdapat empat model keterpaduan yang berpotensi untuk dikembangkan dalam pembelajaran IPA terpadu, yakni connected, webbed, shared dan integrated. Apapun model yang dipilih, pembelajaran harus dijabarkan dari silabus menjadi RPP dan dikemas menjadi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup/tindak lanjut.

1. Kegiatan Pendahuluan/AwalKegiatan pendahuluan digunakan untuk menciptakan suasana awal yang kondusif, sehingga pembelajaran akan berjalan efektif, peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan penuh antusias dan materi yang akan dibelajarkan dapat berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Efisiensi waktu dalam kegiatan awal ini perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia relatif singkat, yaitu antara 5-10 menit. Langkah-langkah dalam kegiatan pendahuluan antara lain: menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, melakukan kegiatan motivasi, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai, dan menyampaikan cakupan materi, serta penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. Dalam kegiatan pendahuluan ini guru dapat pula melakukan penilaian awal (tes awal) secara lisan maupun tertulis.

Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan inti dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Menurut Permen Diknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Pembelajaran, kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan karakteristik mata pelajaran, meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.Dalam kegiatan eksplorasi, guru melibatkan peserta didik untuk: (i) mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari; (ii) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain; (iii) memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; (iv) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan (v) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium atau lapangan.Dalam kegiatan elaborasi, guru: (i) membiasakan peserta didik mencari literatur yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna, termasuk mencari informasi dari internet; (ii) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas dan diskusi untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; (iii) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; (iv) berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar; (iv) membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik secara lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; serta (v) melalui kegiatan-kegiatan lain yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.Dalam kegiatan konfirmasi, guru: (i) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik; (ii) melakukan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi sehingga peserta didik memahami hasil-hasil yang benar; serta (iii) melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.

Kegiatan Penutup/Akhir dan Tindak LanjutSebagaimana waktu untuk kegiatan pendahuluan, waktu yang tersedia untuk kegiatan penutup atau kegiatan akhir ini juga cukup singkat, karena itu guru perlu mengatur dan memanfaatkannya secara efisien. Kegiatan penutup antara lain: mengajak peserta didik untuk menyimpulkan materi yang telah diajarkan, melaksanakan tindak lanjut pembelajaran dengan pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah, menjelaskan kembali bahan yang dianggap sulit oleh peserta didik, membaca materi pelajaran tertentu, mendiskusikan terapannya dalam kehidupan sehari-hari, mengemukakan topik yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya, memberikan evaluasi secara lisan atau tertulis, dan memberikan penghargaan kepada peserta didik yang kinerjanya bagus.

Pembelajaran IPA terpadu secara connected, shared, webbed, atau integrated dapat dilaksanakan melalui model-model pembelajaran inovatif, misalnya pembelajaran berdasarkan masalah, pembelajaran kooperatif, pengajaran langsung, dan lain-lain. Tentu saja langkah-langkah atau sintaksnya dimodifikasi sesuai model keterpaduan yang dipilih.

C.Penilaian

Penilaian dalam pembelajaran IPA terpadu dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut: 1.Hakikat IPA. Penilaian tidak hanya ditekankan pada dimensi produk (kognitif), tetapi juga harus menilai dimensi sikap, proses, dan aplikasi secara proporsional. Penilaian tidak hanya menyangkut apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi juga harus menilai apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik, melalui berbagai bentuk penilaian kinerja.2.Model keterpaduan yang dipilih. Kriteria ketuntasan atau ketercapaian KD pada model connected, webbed, shared, atau integrated ditentukan mengacu pada konsep-konsep KD yang dipadukan. Dengan demikian, konten atau cakupan penilaian dapat berupa perpaduan berbagai bidang kajian atau hanya mengaitkan bidang kajian tertentu dengan bidang kajian yang lain. 3.Sistem penilaian. Sesuai Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007, penilaian dilakukan menyatu dengan proses pembelajaran melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, ujian sekolah, dan ujian nasional. Penilaian harus memperhatikan prinsip-prinsip: sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, beracuan kriteria, serta akuntabel. Penilaian dilakukan dengan berbagai bentuk, teknik, dan menggunakan berbagai instrumen penilaian sebagaimana ditunjukkan Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2Klasifikasi Teknik dan Bentuk Instrumen Penilaian

NoTeknik PenilaianBentuk Instrumen1Tes tertulisTes pilihan: pilihan ganda, benarsalah, menjodohkan, dll.Tes isian: isian singkat dan uraian

2Observasi (pengamatan)Lembar observasi

(lembar pengamatan)3Tes praktik (tes kinerja)Tes tulis keterampilanTes simulasiTes/uji petik kerja

4Penugasan individual atau kelompokPekerjaan rumahProyek

5Tes lisanDaftar pertanyaan6Penilaian portofolioLembar penilaian portofolio7JurnalBuku cacatan jurnal8Penilaian diriKuesioner/lembar penilaian diri9Penilaian antarteman Lembar penilaian antarteman

D.Implikasi Pembelajaran IPA TerpaduPada dasarnya pembelajaran IPA terpadu bukanlah pendekatan yang baru. Sebagian dari guru-guru IPA mungkin telah menerapkan pembelajaran tersebut dalam tingkatan yang sederhana, misalnya mengaitkan satu konsep dalam biologi dengan konsep lain yang relevan dalam fisika atau kimia dan sebaliknya. Namun secara umum, mayoritas guru IPA dapat dianggap belum memahami atau melaksanakan pembelajaran tersebut secara terencana. Karena itu, wajar bila pembelajaran IPA terpadu dianggap sebagai model pembelajaran yang baru bagi guru-guru IPA. Sesuatu yang baru cenderung tidak mudah untuk diterima dan dilaksanakan, karena memerlukan kesediaan untuk menerima, penyesuaian diri, dan kemauan untuk beradaptasi. Apalagi sebagian besar guru IPA di SMP/MTs memiliki latar belakang keilmuan yang spesifik, misalnya pendidikan fisika, kimia, atau biologi. Oleh karena itu untuk mengembangkan pembelajaran IPA terpadu di SMP/MTs perlu dilakukan sosialisasi pembelajaran IPA terpadu secara intensif kepada guru-guru IPA, kepada kepala sekolah, dan pengawas. Pembelajaran IPA terpadu harus memperhatikan hakikat IPA, karena itu dalam pelaksanaannya harus mengoptimalkan penerapan pendekatan inkuiri. selain itu, kegiatan pembelajaran perlu dimulai dengan fenomena yang sering ditemui oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, karena itu pembelajaran IPA terpadu seharusnya dilakukan secara kontekstual. Pembelajaran IPA terpadu harus memadukan berbagai bidang kajian IPA (fisika, kimia, biologi, ilmu bumi, dan astronomi). Hal-hal di atas memberikan berbagai implikasi terhadap guru, peserta didik, bahan ajar, maupun sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Dari segi materi, pembelajaran IPA terpadu membawa konsekuensi yaitu dalam meninjau setiap permasalahan IPA, permasalahan tersebut harus ditinjau dari dua atau lebih bidang kajian. Oleh karena itu, pembelajaran IPA terpadu menuntut pembahasan secara simultan dari dua atau lebih bidang kajian tersebut. Dari segi pengelolaan kelas, jumlah siswa per kelas yang cukup besar menyebabkan terbentuknya banyak kelompok ketika siswa melakukan kegiatan penyelidikan. Dari segi penilaian, pembelajaran IPA terpadu menuntut dilakukannya penilaian atas performan siswa, baik ketika memecahkan masalah melalui kegiatan diskusi maupun ketika bekerja secara kelompok/ individual di laboratorium. Oleh karena itu, menjadi tuntutan yang rasional bila dalam pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu melibatkan lebih dari satu guru dalam setiap pembelajarannya. Tentunya, secara terencana harus ada kejelasan tugas setiap anggota tim. Dengan demikian, kehadiran seorang anggota tim bukan sekedar pelengkap untuk keterlaksanaan suatu pembelajaran.

1. Implikasi terhadap GuruPembelajaran IPA terpadu dapat dilakukan oleh satu guru (guru tunggal) maupun secara team teaching. Hal ini bergantung pada ketersediaan dan kemampuan guru yang ada di sekolah.Pembelajaran IPA Terpadu oleh Satu Guru Pembelajaran IPA terpadu oleh satu guru merupakan kondisi yang ideal, tetapi untuk dapat melakukannya guru harus memiliki kemampuan yang memadai dalam semua bidang kajian IPA. Pembelajaran IPA terpadu oleh satu guru cenderung efektif apabila jumlah siswanya sedikit. Beberapa keuntungan bila pembelajaran IPA terpadu diampu oleh satu guru, adalah: (i) guru dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran tanpa bergantung pada guru yang lain dan (ii) dapat mengurangi berbagai permasalahan teknis, misalnya jadwal pelajaran. Kelemahan atau hambatan untuk menerapkannya, antara lain: (i) guru-guru, khususnya guru-guru senior, sudah terlanjur terbiasa mengajarkan IPA secara parsial sesuai latar belakang keilmuannya, sehingga cenderung kesulitan ketika harus mengaitkan atau melakukan penggabungan berbagai bidang kajian IPA; (ii) rendahnya motivasi dan kreativitas guru dalam mencari sumber-sumber informasi dan memadukan bidang-bidang kajian untuk pembelajaran; (iii) rendahnya kemampuan guru dalam memanfaatkan TIK; (iv) belum adanya upaya sistematik dari pihak yang berwenang untuk mengembangkan kemampuan guru di lapangan dalam melaksanakan pembelajaran IPA terpadu; dan (v) minimnya bahan pustaka yang dapat digunakan sebagai acuan oleh guru IPA dalam merencanakan dan mengembangkan pembelajaran IPA terpadu. Oleh karena itu, untuk kondisi saat ini kemungkinan melakukan pembelajaran IPA terpadu oleh satu guru atau guru tunggal cenderung sulit dilakukan.

b. Pembelajaran IPA Terpadu secara Team TeachingPembelajaran IPA terpadu secara team teaching dilakukan dengan mempertimbangkan aspek bidang kajian yang dipadukan, jumlah siswa, dan sistem penilaiannya. Oleh karena itu, pembelajaran secara team teaching bukan berarti apabila seorang guru melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru yang lain sesama tim tidak perlu hadir di kelas. Dalam team teaching semua guru yang termasuk anggota tim wajib terlibat secara aktif dalam menyiapkan perangkat pembelajaran (silabus, RPP, media, sumber belajar, dan instrumen penilaian) dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, setiap anggota tim harus jelas perannya, misalnya guru pertama memandu pembelajaran, guru kedua melaksanakan penilaian. Banyak keuntungan yang diperoleh dari pemberlakuan team teaching, terutama dalam mengatasi sejumlah hambatan yang ditemui dalam pembelajaran IPA terpadu dengan guru tunggal. Karena itu, untuk kondisi saat ini, pembelajaran IPA terpadu secara team teaching lebih berpeluang dibandingkan dengan guru tunggal. Tetapi harus ditumbuhkan teamwork yang sehat, sehingga tidak ada anggota tim yang dirugikan.

2.Implikasi bagi Peserta didikPembelajaran IPA terpadu secara kontekstual, apalagi dengan pendekatan inkuiri, akan memberikan berbagai keuntungan bagi peserta didik, antara lain:Melatih peserta didik memahami keterkaitan atau hubungan antar konsep.Sebagai sarana untuk melatih dan meningkatkan kemampuan asosiasi konsep siswa.Melatih peserta didik untuk memahami suatu permasalahan ditinjau dari berbagai bidang kajian.Melatih peserta didik untuk memecahkan berbagai permasalahan secara holistik, dengan melibatkan berbagai bidang kajian.Menimbulkan kepekaan peserta didik terhadap lingkungan sekitar, termasuk perkembangan masyarakat dan teknologi serta dampak yang ditimbulkannya.Sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, khususnya kemampuan berpikir kritis, analitis, dan kreatif termasuk dalam mencari sumber-sumber informasi.

3. Implikasi Bahan AjarKetersedian bahan ajar yang mendukung pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu adalah mutlak diperlukan. Karena pembelajaran IPA terpadu merupakan perpaduan dari berbagai bidang kajian yang tercakup dalam IPA, maka penggunaan bahan ajar yang sejak awal dirancang hanya untuk bidang kajian tertentu tentu akan menimbulkan kesulitan. Bahan ajar IPA terpadu harus komprehensif menyajikan berbagai bidang kajian IPA secara utuh sebagai satu kesatuan yang saling berkaitan. Bahan ajar tersebut paling tidak harus memuat contoh-contoh tentang keterkaitan antar konsep dari berbagai bidang kajian IPA. Persoalannya, sampai saat ini dapat dianggap belum ada buku IPA yang betul-betul mengintegrasikan berbagai bidang kajian IPA, meskipun di lapangan telah beredar buku untuk SMP/MTs dengan judul IPA Terpadu. Kenyataannya, buku-buku tersebut tidak mengintegrasikan berbagai bidang kajian IPA. Oleh karena itu perlu usaha yang sungguh-sungguh agar buku yang mendukung pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu segera tersedia. Guru perlu didukung untuk memulai menulis buku IPA terpadu yang sesuai dengan kondisi siswa, sekolah, dan lingkungannya. Tentu saja diperlukan berbagai referensi, misalnya buku teks integrated science, jurnal ilmiah seperti International Journal of Science Education dan Journal of Research in Science Teaching, serta berbagai video dan animasi yang dapat diperoleh melalui internet. Secara khusus, perlu disediakan contoh konkrit bagaimana bahan ajar ditulis dan digunakan dalam pembelajaran di kelas. Untuk itulah, Panduan Pengembangan Model Pembelajaran IPA Terpadu ini disusun. Contoh-contoh model keterpaduan yang disajikan dalam panduan ini diharapkan mampu merangsang guru untuk mengembangkan perangkat pembelajaran IPA terpadu untuk topik atau tema yang lain. Di samping itu, instansi yang terkait, misalnya Pusat Perbukuan, hendaknya juga menyegerakan pengadaan buku IPA terpadu dengan mengundang penulis yang kompeten atau mengadakan lomba penulisan buku IPA terpadu. Dengan demikian kesulitan bahan ajar IPA terpadu akan teratasi.

4. Sarana dan PrasaranaPelaksanaan pembelajaran IPA terpadu melalui pendekatan inkuiri menuntut tersedianya laboratorium beserta alat dan bahan yang mencukupi. Peralatan yang lengkap dan standar tentu sangat membantu proses belajar peserta didik dalam membangun konsep secara utuh. Namun, dalam kondisi-kondisi tertentu yang amat terbatas alat dan bahan dapat disederhanakan sesuai kondisi siswa dan sekolah. Pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai laboratorium alam, penggunaan alat-alat sederhana dan bahan-bahan daur ulang dalam proses pembelajaran perlu ditingkatkan. Hal yang demikian justru semakin merangsang kreativitas dan meningkatkan kontekstualitas pembelajaran. Tentu saja, dalam era teknologi informasi seperti sekarang ini, keberadaan internet sebagai sumber sekaligus media pembelajaran global patut digalakkan, apalagi bagi sekolah-sekolah yang memiliki kemudahan akses. Dengan demikian, perlu kejelian guru dalam memilih media yang cocok, mudah diperoleh/diakses, dan efektif untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu.

Daftar Pustaka

Carin, A. A. (1997). Teaching Modern Science, 7th edition. Ohio: Merril an imprint of Prentice Hall.

Fogarty, R. (1991). How to integrate the curricula. Palatine: IRI/Skylight Publishing, Inc.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Repubrik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Pendidikan untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Repubrik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Repubrik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah.

Pusat Kurikulum, Balitbang, Depdiknas. (2006). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu, SMP/MTs.Yager, R. E. & McCormack, A. J. (1989). Assessing Teaching/Learning Successes in Multiple Domains of Science and Science Education. Science Education, 3(1), 45-58.