1. mp b. proposal tesis.pdf

27
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan- kecakapan fundamental secaara intelektual dan emosional kearah alam dan sesame manusia. (John Dewey). Penelitian pada Sistem Pendidikan Indonesia berdasarkan hasil survey Political and economic Risk Consultancy ( PERC) berada pada level terburuk di kawasan asia yaitu : Korea Selatan, Singapura, Jepang, Taiwan, India, Cina, Malaysia dan terakhir Indonesia (Kompas : 5 September 2010). Data ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Bank Dunia di Indonesia menghasilkan penemuan bahwa pada pembelajaran di sekolah banyak guru dalam memberi pelajaran di sekolah (1) lebih banyak ceramah, (2) belum memanfaatkan media, hanya memanfaatkan papan tulis seadanya, (3) kegiatan dan pengelolaan belajar cenderung klasikal dan kurang bervariasi (4) guru dan buku sebagai sumber belajar (5) tuntutan guru terhadap hasil belajar dan produktivitas siswa rendah (6) semua siswa dianggap sama, (7) penilaian hanya berupa test (8) latihan dan tugas-tugas kurang dan tidak menantang juga tidak ada pajangan hasil karya siswa (9) interaksi pembelajaran searah (Sagala 2011 :117). Ini dimungkinkan karena manajemen sumber daya manusia negara kita masih perlu dioptimalisasikan agar mempunyai kinerja yang baik. Karenanya untuk menciptakan kinerja guru yang baik, maka peran kepemimpinan kepala sekolah sangat menentukan ( Yamin H. martinis 2010:130) Secara sistematik, pendidikan terdiri dari berbagai komponen agar pendidikan sebagai proses dapat berlangsung. Komponen utama setelah anak didik adalah pendidik atau guru di sekolah. Peran guru di sekolah di samping strategis juga sangat menentukan karena guru adalah orang yang memegang kunci dalam keberhasilan proses pendidikan yang berlangsung. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia yang memungkinkan terjadinya peningkatan profesionalisme. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Gurudan Dosen menyebutkan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugasutama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai danmengevaluasi peserta didik. Oleh karena itu, guru merupakan tokoh sentral dalampenyelenggaraan pendidikan karena bagaimanapun guru adalah pihak yangberinteraksi langsung dengan siswa dalam proses

Upload: mustaqim

Post on 10-Nov-2015

28 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan

    adalah proses pembentukan kecakapan- kecakapan fundamental secaara intelektual dan

    emosional kearah alam dan sesame manusia. (John Dewey). Penelitian pada Sistem

    Pendidikan Indonesia berdasarkan hasil survey Political and economic Risk Consultancy (

    PERC) berada pada level terburuk di kawasan asia yaitu : Korea Selatan, Singapura, Jepang,

    Taiwan, India, Cina, Malaysia dan terakhir Indonesia (Kompas : 5 September 2010). Data ini

    diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Bank Dunia di Indonesia menghasilkan

    penemuan bahwa pada pembelajaran di sekolah banyak guru dalam memberi pelajaran di

    sekolah (1) lebih banyak ceramah, (2) belum memanfaatkan media, hanya memanfaatkan

    papan tulis seadanya, (3) kegiatan dan pengelolaan belajar cenderung klasikal dan kurang

    bervariasi (4) guru dan buku sebagai sumber belajar (5) tuntutan guru terhadap hasil belajar

    dan produktivitas siswa rendah (6) semua siswa dianggap sama, (7) penilaian hanya berupa

    test (8) latihan dan tugas-tugas kurang dan tidak menantang juga tidak ada pajangan hasil

    karya siswa (9) interaksi pembelajaran searah (Sagala 2011 :117). Ini dimungkinkan karena

    manajemen sumber daya manusia negara kita masih perlu dioptimalisasikan agar mempunyai

    kinerja yang baik. Karenanya untuk menciptakan kinerja guru yang baik, maka peran

    kepemimpinan kepala sekolah sangat menentukan ( Yamin H. martinis 2010:130) Secara

    sistematik, pendidikan terdiri dari berbagai komponen agar pendidikan sebagai proses dapat

    berlangsung. Komponen utama setelah anak didik adalah pendidik atau guru di sekolah. Peran

    guru di sekolah di samping strategis juga sangat menentukan karena guru adalah orang yang

    memegang kunci dalam keberhasilan proses pendidikan yang berlangsung. Oleh karena itu,

    diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia yang memungkinkan

    terjadinya peningkatan profesionalisme.

    Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Gurudan Dosen

    menyebutkan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugasutama mendidik,

    mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai danmengevaluasi peserta didik. Oleh

    karena itu, guru merupakan tokoh sentral dalampenyelenggaraan pendidikan karena

    bagaimanapun guru adalah pihak yangberinteraksi langsung dengan siswa dalam proses

  • 2

    pembelajaran dan penentuutama dalam mewujudkan peserta didik yang berkualitas. Guru

    adalah yang bertanggung jawab langsung terhadap pembentukan watak peserta didik melalui

    pengembangan dan peningkatan kepribadian serta menanamkan nilai moral yangdiinginkan

    dan itu harus dimulai dari pendidikan tingkat sekolah dasar karenanya guru harus memiliki

    kinerja dan disipilin yang baik. Guru harus menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya.

    Maka guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial dan kepribadian yang baik selain

    kompetensi mengajar.Untuk itu diperlukan pengelolaan tenaga pendidik dan tenaga

    kependidikan terutama tenaga pendidik sehingga didapatkan pendidik/guru yang memiliki

    kinerja yang baik sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.Kunci keberhasilan

    dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar adalah kemampuan professional guru. Guru

    dianggap sebagai orang yang memiliki keahlian tertentu dalam bidang pendidikan, diserahi

    tugas dan wewenang untukmengelola kegiatan belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan

    tertentu.Keberhasilan tugas guru dalam pengelolaan pembelajaran sangat ditentukan

    olehbeberapa hal, diantaranya adalah: hubungan interpersonal guru dengan siswa,adanya

    perbedaan individual dan kemampuan siswa, tidak adanya balikan berupasaran atau kritik

    untuk pengembangan kompetensi professionalnya dari temansejawat atau guru lain, padahal

    apa yang sudah dilakukannya selama ini belumtentu benar.

    Keberhasilan guru dalam mengajar menunjukkan kenaikan dalamkualitas

    pendidikan.(Rohani dan Ahmadi, 2010 : 91). Yang menjadi permasalahan sekarang ini adalah,

    di Lingkungan Lembaga Pendidikan Maarif NU, khususnya guru MTs Kabupaten Kendal

    banyak guruyang belum menunjukkan sikap dan perilaku yang kreatif dan produktifsebagai

    guru dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran dan pendidikan disekolah, akibatnya para

    guru tersebut kurang menunjukkan kinerja yang tinggidalam melaksanakan tugasnya sebagai

    guru dan hal ini dipengaruhi pula olehkepemimpinan kepala sekolah yang belum efektif

    dalam manajemen organisasisekolah sehingga berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru.

    Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap danberkesinambungan

    melalui sistem pendidikan yang berkualitas baik pada jalurpendidikan formal, informal,

    maupun non formal, mulai dari pendidikan dasarsampai pendidikan tinggi (Mulyasa

    2004:4).Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasatentang pentingnya pengembangan sistem

    pendidikan yang berkualitas perlu lebihditekankan, karena berbagai indikator menunjukkan

    bahwa pendidikan yang adabelum mampu menghasilkan sumber daya sesuai dengan

  • 3

    perkembanganmasyarakat dan kebutuhan pembangunan. Sardiman (2005:125)

    mengemukakan guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar,

    yangikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang

    pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur dibidang kependidikan

    harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannyasebagai tenaga profesional,

    sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakinberkembang. Dalam hal ini guru tidak

    semata-mata sebagai pengajar yangmelakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai

    pendidik yangmelakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang

    memberikanpengarahkan dan menuntun siswa dalam belajar.

    Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilankepala sekolah

    dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah.Kepala sekolah merupakan

    salah satu komponen pendidikan yang berpengaruhdalam meningkatkan kinerja guru.Kepala

    sekolah bertanggung jawab ataspenyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah,

    pembinaan tenagakependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana

    danprasarana (Mulyasa 2004:25).Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengansemakin

    kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendakidukungan kinerja yang

    semakin efektif dan efisien.

    Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi harus dapat mengupayakanpeningkatan

    kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenagakependidikan.Oleh karena itu

    kepala sekolah harus mempunyai kepribadian atausifat-sifat dan kemampuan serta

    keterampilan-keterampilan untuk memimpinsebuah lembaga pendidikan.Dalam fungsinya

    sebagai seorang pemimpin, kepalasekolah harus dapat memperhatikan kebutuhan dan

    perasaan orang-orang yangbekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga. Simanjuntak

    (2005:13) menyatakankinerja perusahaan dan kinerja setiap orang juga sangat bergantung

    padakemampuan manajerial para manager atau pimpinan, baik dengan membangunsistem

    kerja dan hubungan industrial yang aman dan harmonis, maupun denganmengembangkan

    potensi pekerja serta dengan menumbuhkan motivasi danmemobilisasi seluruh karyawan

    untuk bekerja secara optimal.

    Tetapi suatu kenyataan yang ada, bahwa kualitas kepala sekolah pada saatini belum

    seperti yang diharapkan.Hal ini terjadi, disebabkan oleh beberapafaktor, seperti sumber daya

    manusia yang berperan sebagai pemikir, perencanadan pelaksana organisasi sebagai aparat

  • 4

    pencapaian tujuan dan koordinasi sebagaimekanisme dan strategi belum dapat dipenuhi.Tugas

    Kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen tenaga kependidikandi sekolah bukanlah

    pekerjaan yang mudah, karena tidak hanya mengusahakantercapainya tujuan sekolah, tetapi

    juga tujuan pendidikan. Oleh karena itu, kepalasekolah dituntut untuk memiliki instrument

    pengelolaan tenaga kependidikanseperti daftar absensi, daftar urut kepangkatan, daftar riwayat

    hidup, daftarriwayat pekerjaan dan kondite tenaga kependidikan untuk membantu

    kelancaranpendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Sesuai dengan ini Mulyasa

    (2007:158)berpendapat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, jajaran pimpinan padadinas

    pendidikan termasuk kepala sekolah memiliki gaya kepemimpinan masingmasing,yang sangat

    mempengaruhi para kinerja tenaga kependidikan dilingkungan kerjanya masing-masing.

    Kegagalan dan keberhasilan sekolahbanyak ditentukan oleh Kepala sekolah, karena kepala

    sekolah merupakanpengendali dan penentu arah yang hendak ditempuh oleh sekolah dan

    tujuannya.Kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor yang sangat penting

    dalammenciptakan budaya kerja guru yang akan berpengaruh terhadap kinerja mengajarguru

    untuk mencapai kualitas pendidikan masing-masing sekolah. Yang menonjoldalam

    kepemimpinan kepala sekolah di Lingkungan MTs pada Lembaga PendidikanMaarif NU

    adalah para kepala sekolah dalam melaksanakankepemimpinannya memiliki gaya

    kepemimpinan yang sama dan terpolakan olehMusyawarah Kerja Kepala Sekolah ( MKKS).

    Dimana para kepala sekolah lebihmenitikberatkan pada hubungan kekeluargaan dan terlalu

    banyak kebijaksanaanterhadap guru yang tidak disiplin, akibatnya banyak guru yang

    dalammelaksanakan tugasnya terkesan tidak mempunyai program pengajaran yang jelasdan

    terarah, hal ini mengakibatkan kinerja guru kurang dapat dioptimalkan.Halini sesuai dengan

    pendapat dari James E. Neal J.R.Junior dalam Wasliman(2008:14) mengemukakan bahwa

    kinerja mengajar guru sangat dipengaruhi olehkepemimpinan pembelajaran kepala sekolah.

    Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru terdiri atas faktor intrinsik

    guru (personal/individual) atau Sumber daya manusia dan Ekstrinsikyaitu Kepemimpinan,

    sistem, tim dan situasional. ( Syafri mangkuprawira danAida Vitayala 2007:155).Simanjuntak

    (2005:14) mengemukakan bahwa kinerja setiap orang (individu)dipengaruhi oleh banyak

    factor yang dapat digolongkan pada 3 (tiga) kelompokyaitu kompensasi individu orang yang

    bersangkutan, dukungan organisasi dandukungan manajemen.Dari pendapat Simanjuntak

  • 5

    dapat digambarkan factor factor yang mempengaruhi kinerja seperti pada gambar 1.1.dibawah

    ini, sebagaiberikut :

    Gambar 1.1.Sumber : Simanjuntak (2005 : 14)

    Peranan manajemen sangat penting dan dominan dalam peningkatan kinerjapegawai, baik

    dalam meningkatkan kompetensi dan motivasi kerjapegawaimaupun dalammembangun

    sistem kerja yang efektif dan menciptakan kondisidan suasana kerja yang harmonis, aman dan

    menyenangkan. Upaya untukmeningkatkan kualitas pegawai harus secara terus menerus

    dilakukan olehmanajemen agar dapat meningkatkan kinerja pegawai, menjadikan

    individuindividuyang handal yang akan memajukan organisasi. Untuk itu

    diperlukankemampuan pemimpin yang dapat menggali, menyalurkan, membina

    danmengembangkan potensi yang dimiliki pegawai dalam rangka peningkatan

    kinerjapegawai.

    Dalam pelaksanaan tugas mendidik, guru memiliki sifat dan perilaku yang berbeda, ada

    yang bersemangat dan penuh tanggung jawab, juga ada guru yangdalam melakukan pekerjaan

    itu tanpa dilandasi rasa tanggung jawab, selain itujuga ada guru yang sering membolos, datang

    tidak tepat pada waktunya dan tidakmematuhi perintah. Kondisi guru seperti itulah yang

    Kinerja Individu

    Dukungan Manajemen

    1.Hubungan Industrial

    2.Kepeminmpinan

    Kompetensi Individu Dukungan Organisasi

    1.Kemampuan dan

    ketramkpilan

    2.Motivasi, sikap dan

    etos kerja

    1.Struktur organisasi

    2. Teknologi dan peralatan

    3. kondisi daan syarat

    kerja (lingkungan kerja)

  • 6

    menjadi permasalahan disetiap lembaga pendidikan formal. Dengan adanya guru yang

    mempunyai kinerjarendah, sekolah akan sulit untuk mencapai hasil seperti yang

    diharapkanorganisasi.

    Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk menelitiPENGARUH

    KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAPKINERJA GURU MTs DI

    LINGKUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN MAARIF NU KABUPATEN KENDAL.

    B. Perumusan Pokok Masalah

    Berdasarkan uraian di atas, maka fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah:Adakah

    pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru MTs di Lingkungan Lembaga

    Pendidikan Maarif NU Kabupaten Kendal?

    C. Tujuan Penelitan

    Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran empiriktentang :Ada

    tidaknya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru MTs di Lingkungan

    Lembaga Pendidikan Maarif NU Kabupaten Kendal?

    D. Signifikansi Penelitian

    Dalam penelitian ini diharapkan mempunyai signifikansi yang bersifat teoritis dan

    praktis.

    1. Signifikansi Teoritis

    Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah

    pengembangan keilmuan, melalui kajian kepemimpinan kepala sekolah dalam rangka

    meningkatkan kinerja guru.

    2. Signifikansi Praktis

    Adapun manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai

    masukan bagi Kepala MTs di Lingkungan Lembaga Pendidikan Maarif NU Kabupaten

    Kendal dalam melakukan usaha-usaha meningkatkan kinerja guru dan pada gilirannya

    kinerja sekolah yang dipimpinnya meningkat pula.

    E. Batasan Penelitian

    Ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru, namun dalam penelitian ini peneliti

    hanya akan mengkaji pengaruh kepemimpinan kepala sekolah (X) dalam rangka

  • 7

    meningkatkan kinerja guru (Y) berdasarkan penilaian guru atas kemampuan kepemimpinan

    kepala sekolah MTs di Lingkungan Lembaga Pendidikan Maarif NU Kabupaten Kendal.

    Kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan kinerja guru dibatasi pada faktor

    kemampuan menggunakan pengaruh kewibawaan, transformasi visi dan misi, pemberdayaan,

    mobilisasi, motivasi, pengarahan dan bimbingan, serta pembentukan komitmen.Sedangkan

    prestasi kerja atau kinerja guru dibatasi pada perencanaan pembelajaran, pelaksanaan

    pembelajaran, hubungan antar pribadi dan pelaksanaan penilaian.

    F. Sistematika Penulisan

    Penulisan ini terdiri dari 5 (lima) bab dan disusun dengan sistematika sebagai

    berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini akanmenjelaskan hal-hal yang melatar belakangi masalah, pokok

    permasalahan, dengan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian yang ingin

    dicapaisignifikasinya atau manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Bab ini akanmengetengahkan tinjauan pustaka dengan mengambil teori-teori yang

    relevan dengan penelitian yang dilakukan dan sesuai dengan topik penelitian, serta model

    dari kerangka pemikiran.

    BAB III METODE PENELITIAN

    Bab ini akanmenguraikan tahapan penelitian, metode penelitian yang

    dipergunakan, pengumpulan data, pemilihan responden serta tehnik analisis data.

    BAB IV PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP

    KINERJA GURU MTs DI LINGKUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN MAARIF NU

    KABUPATEN KENDAL

    Pada bab ini akan menguraikan tentang keadaan umum objek penelitian yaitu

    MTs dibawah naunganLembaga Pendidikan Maarif NU yang terdiri dari 28 MTs NU.

    Danbab ini akan menguraikan tentang deskripsi analisis data serta pembahasan hasil

    penelitian di MTs NU yang ada dibawah naungan Lembaga Pendidikan Maarif NU

    Kabupaten Kendal.

    BAB VI PENUTUP

  • 8

    Pada bab ini akan menguraikan tentang kesimpulan penelitian, hasil penelitian

    serta saran untuk pihak terkait dalam penelitian.

    II. LANDASAN TEORI

    A. Deskripsi Teori

    1. Kepemimpinan

    a. Teori Kepemimpinan

    Garry Yukl (2010) Leadership is the process of influencing other

    tounderstand and agree about what needs to be done and how it can be

    doneeffectively, and the process of facilitating individual and collective efforts

    toaccomplish the shared objectives (Kepemimpinan adalah proses

    mempengaruhiorang lain untuk memahami dan setuju tentang apa yang perlu

    dikerjakan danbagaimana tugas itu dapat dilakukan secara efektif, dan proses

    memfasilitasiusaha individu dan kelompok untuk mencapai tujuan bersama).

    Harold Koontzdan Cyrill ODonnellc 1976 (dalam Soekarso 2011) Leadership is

    the art ofincluding subordinates to accomplish their assignment with zeal and

    confidence(Kepemimpinan adalah seni membujuk bawahan untuk

    menyelesaikan pekerjaanpekerjaanmereka dengan semangat

    keyakinan).Northouse, P.G. (2003:3) Kepemimpinan adalah suatu proses

    dimanaindividu mempengaruhi kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.

    Kottler(1988:5) Kepemimpinan adalah proses menggerakkan seseorang atau

    sekelompokorang kepada tujuan-tujuan yang umumnya ditempuh dengan cara-

    cara yang tidakmemaksa.

    Menurut Gibson (1997:15) kepemimpinan adalah suatu usaha

    yangmenggunakan gaya kepemimpinan untuk dapat mempengaruhi dan

    tidakmemaksa dalam memotivasi individu untuk mencapai tujuan.

    SedangkanSchriessheim (dalam Tjiptono dan Anastasia, 2003:152) menyatakan

    bahwakepemimpinan adalah proses pengaruh sosial dimana pemimpin

    mengupayakanpartisipasi sukarela para bawahannya dalam usaha mencapai

    tujuan organisasiRobbins dalam Nawawi (2003:20) mengatakan bahwa

    Kepemimpinan adalahkemampuan mempengaruhi suatu kelompok kearah

  • 9

    pencapaian tujuan. Dalam buku yang sama Owen mengemukakan bahwa

    kepemimpianan merupakan suatuinteraksi antar suatu pihak yang memimpin

    dengan pihak yang dipimpin.Ada pula yang mengartikan kepemimpinan

    merupakan kemampuanuntuk membangkitkan semangat orang lain agar bersedia

    dan memiliki tanggungjawan total terhadap usaha mencapai atau melampaui

    tujuan organisasi (Gietschdan Davis, 1994: 192). Sedangkan Thoha (2006:9)

    merumuskan bahwakepemimpinan adalah kegiatan untuk memepengaruhi

    perilaku orang lain, atauseni mempengaruhi prilaku manusia baik perorangan

    maupun kelompok.Kepemimpinan (Leadership) menurut Ishak dan Tanjung

    (2003:235)adalah kemampuan seseorang untuk menguasai atau mempengaruhi

    orang lainatau masyarakat yang saling berbeda menuju kepada pencapaian tujuan

    tertentu.Jadi Kepemimpinan merupakan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh

    seorangpemimpin (Leader).

    Dengan demikian kepemimpinan adalah suatu perilaku seorang

    denganmenggunakan gaya kepemimpinan yang dirancang untuk mempengaruhi

    aktifitaspara anggota kelompok dalam mencapai tujuan bersama dan memberi

    manfaatkepada individu dan organisasi. Definisi lain dikenukakan oleh Husaini

    Usman(2006:252) kepemimpinan adalah ilmu dan seni mempengaruhi orang

    ataukelompok untuk bertindak seperti yang diharapkan dalam rangka mencapai

    tujuansecara efektif dan efisien.

    Berdasarkan pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan

    bahwapengertian kepemimpinan adalah (1) seni dalam mempengaruhi orang

    lainsehingga mau bekerja secara sukarela dan penuh antuisas kearah

    pencapaiantujuan kelompok, untuk itu dibutuhkan adanya kualitas pemimpin

    yang ditandaioleh sifat-sifat kepribadian yang kuat, memiliki kewibawaan, dan

    mampumenggunakan perilaku dan gaya kepemimpinan dengan tepat

    dalammempengaruhi orang lain; (2) hubungan interaksi antara dua orang atau

    lebihyang melibatkan adanya seorang pemimpin dengan orang-orang yang

    dipimpin.Oleh karena iu, seorang pemimpin hendaknya mempunyai jiwa dan

    kemampuankepemimpinan sehingga mampu menjalankan fungsi dan tugasnya

    untukmenggerakan, meyakinkan dan memotivasi bawahan dalam mencapai tujua

  • 10

    yangdapat dikatakan bahwa proses kepemimpinan dipengaruhi oleh tiga faktor,

    yaituPemimpin, pengikut dan faktor situasi (Gitosudarmo dan Sudita,

    2010:128)Dalam penelitian ini, pengertian kepemimpinan ditekankan pada

    fungsidan tugas seorang pemimpin (dalam hal ini kepala sekolah)

    berdasarkankemampuan kepemimpinannya untuk mempengaruhi dan

    menggerakan orang orangyang dipimpin (guru) dalam mencapai tujuan sekolah.

    b. Proses Kepemimpinan

    Kepemimpinan adalah proses, bukan orang. Proses dalam kepemimpinan

    meliputi tiga faktor yaitu pemimpin, pengikut dan faktor situasi (Indriyo

    Gitosudarmo dan I Nyoman Sudita, 2000:128). Proses yang dimaksud adalah

    proses interaksi antara pemimpin yang dipengaruhi oleh kualitas, perilaku dan

    gaya kepemimpinan dengan pengikut yang disertai dengan motivasi, harapan,

    kepentingan dan kematangan pengikut dalam menerima setiap perintah atau

    bimbingan pemimpin dalam mencapai tujuan organisasi. Hubungan interaksi ini

    dipengaruhi pula oleh faktor situasi seperti situasi struktur tugas, iklim kerja, dan

    nilai-nilai atau budaya organisasi.

    Proses kepemimpinan yang baik akan menghasilkan dan meningkatkan

    produktifitas, kepuasan dan moral kerja pengikut yang tinggi. Fullan (Law dan

    Glover, 2000:13-14) mengatakan bahwa leadership relates to mission,

    direction,inspiration, management involves designing and carrying aout plans,

    gettingthings done, working effectively with people. Kepemimpinan

    berhubungan dengan misi, pengarahan dan inspirasi, manajemen menyangkut

    pada pengaturan, pelaksanaan rencana kegiatan, tercapainya sesuatu dan bekerja

    secara efektifdengan seseorang.Glover juga membedakan antara kepemimpinan

    dengan manajemen.Kepemimpinan berhubungan dengan pembentukan dan

    pemeliharaan struktur organisasi.Dalam kepemimpinan seorang pemimpin

    mengembangkan organisasi berdasarkan pada dorongan kepercayaan dan bekerja

    atas dasar empati dan perhatian.Sedangkan dalam manajemen seorang manajer

    memelihara organisasi berdasarkan pada pengawasan dan bekerja atas dasar

    penerapan emosional.

  • 11

    c. Tipe- tipe Kepemimpinan

    Tipe kepemimpinan timbul karena perbedaan kekuatan sifat dan pribadi

    seorang pemimpin serta pengaruh faktor situasional. Faktor situasional itu berupa

    karakteristik manajerial, karakteristik bawahan, faktor kelompok dan factor

    organisasi. Oleh karena itu, berdasarkan pendekatan sifat, pengaruh kewibawaan,

    perilaku dan faktor situasional dikenal tipe-tipe kepemimpinan.

    Berdasarkan pendekatan sifat dan pengaruh kewibawaan dikenal adanya

    tipe kepemimpinan kharismatik, transformasional, otoriter, leissez faire, dan

    demokratis.Sedangkan berdasarkan perilaku kepemimpinan hubungannya dengan

    faktor situasional terutama karakteristik bawahan yang berupa tingkat kematangan

    bawahan dikenal juga tipe kepemimpinan direktif, konsultatif, partisipatif dan

    delegatif.

    Untuk kepentingan penelitian ini dibahas tipe kepemimpinan

    transformasional, demokratis, dan partisipatif, dengan alasan bahwa tipe-tipe

    tersebut berkaitan erat dengan kepemimpinan kepala sekolah. Tipe kepemimpinan

    transformasional akan lebih mendukung kepala sekolah dalam

    mentransformasikan dan mensosialisasikan visi dan misi sekolah kepada seluruh

    warga sekolah. Kepemimpinan demokratis memungkinkan kepala sekolah mampu

    meningkatkan pemberdayaan bagi warga sekolah agar dapat melakukan

    tugastugasnya secara leluasa.Kepemimpinan partisipatif menuntut kepala sekolah

    berkemampuan memberi kesempatan bagi semua warga sekolah untuk terlibat

    dalam pelaksanaan kegiatan sekolah.Uraian singkat ketiga tipe kepemimpinan

    tersebut adalah sebagai berikut.

    1) Tipe Kepemimpinan Transformasional

    Menurut Danim (2006:218-219) istilah transformasional berinduk dari

    kata to transform yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu

    menjadi bentuk lain yang berbeda. Kepemimpinan transformasional adalah

    kemampuan seorang pemimpin bekerja dengan dan/atau melalui orang lain

    untuk mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam

    rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target capaian yang

    telah ditetapkan.

  • 12

    Kepemimpinan transformasional juga merujuk kepada pembentukan

    komitmen dan pemberdayaan bawahan untuk melaksanakan tujuan organisasi.

    Burn (dalam Yuki, 2010:351) menyatakan bahwa kepemimpinan

    transformasional dapat diketahui pada proses pengaruh antar individu dan

    memobilisasi sumber daya manusia ke arah perubahan sistem sosial dan

    pembaharuan lembaga.

    Dalam penerapannya di sekolah, kepemimpinan ini dilakukan dengan

    cara: (a)Mengembangkan visi yang jelas dan menarik; (b) mengembangkan

    strategi dalam mencapai visi tersebut; (c) mengartikulasikan dan memajukan

    visi pengikut; (d) menjadikan pengikutnya yakin dan optimis terhadap visi

    tersebut; (e) memotivasi pengikut agar mampu meyakini visi; (f)

    meningkatkan keyakinan pengikutnya untuk memperoleh keberhasilan; (g)

    memberikan pujian terhadap keberhasilan pengikutnya; (h) memperkuat nilai

    visi dengan tindakan dramatis dan simbolis; (i) pemimpin memberi contoh

    kepada pengikut, dan (j) menciptakan, memodifikasi atau mengurangi budaya

    (Yuki,2010:368-373).

    Kepemimpinan transformasional juga berarti menggerakan sumber daya

    manusia dan mensosialisasikan visi dan misi sekolah kepada warga sekolah

    sehingga para bawahan memahami dan meyakininya sebagai titik pencaapaian

    tujuan sekolah.Dengan demikian, kepala sekolah disebut menerapkan kaidah

    kepemimpinan transformasional, apabila dia mampu mengubah energi sumber

    daya, baik manusia, instrument, maupun situasi untuk mencapai tujuan

    reformasi sekolah. Sumber daya dimaksud dapat berupa sumber saya manusia

    (SDM), fasilitas, dana, dan faktor-faktor eksternal organisasi. Di dalam

    organisasi sekolah, SDM dimaksud dapat berupa pimpinan, staf, bawahan,

    tenaga ahli, guru, dosen, widyaiswara, peneliti, dan lain-lain.

    Selanjutnya, apakah kepemimpinan transformasioanal berdampak positif

    bagi pembentukan kultur manajemen berbasis sekolah, termasuk kultur baru

    pembelajaran. Studi dampak kepemimpinan yang dilakukan oleh Leithwood,

    dkk. (Danim, 2006:219) menemukan bahwa gaya kepemimpinan

    transformasional mengontribusi pada inisiatif-inisiatif restrukturisasi; dan

  • 13

    menurut apa yang dirasakan oleh guru, hal ini memberi sumbangsih bagi

    perbaikan perolehan belajar siswa.

    2) Tipe Kepemimpinan Demokratis

    Inti demokrasi adalah keterbukaan dan keinginan memposisikan pekerjaan

    dari, oleh, dan untuk semua.Tipe kepemimpinan demokratis bertolak dari

    asumsi bahwa hanya dengan kekuatan kelompok, tujuan yang bermutu dapat

    dicapai.Pimpinan yang demokratis berusaha lebih banyak melibatkan anggota

    kelompok dalam memacu tujuan.Tugas dan tanggung jawab dibagi menurut

    bidang masing- masing.Oteng Sutisna (Danim, 2006:213) mengemukakan

    bahwa kepemimpinan demokrtatis ialah suatu gaya dimana pimpinan

    memainkan peran permisif.Istilah permisif diartikan sebagai pembagian

    fungsi-fungsi kepemimpinan dengan para anggota kelompok melalui

    partisipasi mereka di dalam menetapkan perencanaan, tujuan, dan pengarahan

    kegiatan.

    Kepemimpinan demokratis menekankan pada hubungan yang akrab dan

    kooperatif antara pimpinan dengan bawahan.Kepemimpinan demokratis,

    dipandang sebagai tipe kepemimpinan yang paling tepat untuk organisasi

    modern. Kepemimpinan ini memberi kesempatan kepada bawahan untuk lebih

    mengembangkan kepercayaan diri dan mandiri dalam melaksanakan

    tugasnya (Soebagio Atmodiwiro,2010:35) Kepemimpinan ini bercirikan,

    antara lain bahwa pemimpin; (a) selalu menstimulasi bawahan agar bekerja

    kooperatif dalam mencapai tujuan; (b) mempertimbangkan kesanggupan,

    kemampuan dan berpangkal pada kepentingan kelompok; (c) menerima dan

    mengharapkan pendapat, saran dan kritik dari anggotanya; (d) memupuk rasa

    kekeluargaan dan kebersamaan serta persatuan diantara anggotanya; (e)

    berusaha memberikan kesempatan untuk berkembang kepada bawahan; dan;

    (f) membimbing bawahan untuk lebih berhasil, serta (g) menaruh kepercayaan

    dan kebebasan penuh kepada anggotanya untuk melakukan tugasnya sesuai

    dengan tanggung jawabnya.

  • 14

    3) Tipe Kepemimpinan Partisipatif

    Kepemimpinan partisipatif muncul karena memandang bawahan

    memilikikemauan kerja baik, tetapi kurang memotivasi kerja.Hubungannya

    dalampengambilan keputusan, tipe kepemimpinan ini mendorong dan

    mengajak bawahan untuk berpartisipasi berdasarkan kemampuannya secara

    optimal dalam pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan

    partisipatif menurut Cangeni (Slamet, 2009:13) adalah untuk mencari

    wilayah kesamaan antara kelompok-kelompok kepentingan yang terkait

    dengan sekolah. Pengambilan keputusan partisipatif juga merupakan suatu

    cara untuk mengambil keputusan melalui penciptaan lingkungan yang terbuka

    dan demokratik, dimana warga sekolah didorong untuk terlibat secara

    langsung dalam proses pengambilan keputusan, disamping yang bersangkutan

    akan mempunyai rasa memiliki terhadap keputusan tersebut juga dapat

    berkontribusi terhadap pencapaian tujuansekolah.

    d. Konsep Kepemimpinan Kepala Sekolah

    Kepemimpinan kepala sekolah adalah cara atau usaha kepala sekolah

    dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan

    menggerakkan guru, staff, siswa, orang tua siswa dan pihak lain yang terkait

    untuk bekerja guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain

    bagaimana cara kepala sekolah untuk membuat orang lain bekerja untuk mencapai

    tujuan sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah juga merupakan suatu kemampuan

    dan kesiapan kepala sekolah untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan

    danmenggerakkan staff sekolah agar dapat bekerja secara efektif dalam rangka

    mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan.

    Koontz dan Donnel (Burhanuddin, 1994:74) menyimpulkan bahwa

    kemampuan yang dimaksud terdiri atas empat unsur, yaitu: otoritas atau kekuatan

    pemimpin, kemampuan dalam menyatupadukan sumber tenaga manusia yang

    memiliki daya motivasi yang bervariasi setiap waktu dan situasi, kemampuan

    dalam mengembangkan iklim kerja sehingga membangkitkan motivasi, dan

  • 15

    kemampuan dalam mengembangkan gaya-gaya kepemimpinan yang tepat.

    Berdasarkan pengertian diatas, maka kepemimpinan kepala sekolah yang

    dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan kepala sekolah menjalankan

    fungsi dan tugasnya selaku pemimpin yang didukung oleh kualitas

    kepemimpinan. Fungsi kepala sekolah selaku pemimpin meliputi fungsi-fungsi

    yang berhubungan dengan: tujuan yang akan dicapai; pengarahan pelaksanaan

    setiap kegiatan; dan penciptaan iklim kerja. Fungsi pertama mengimplikasikan

    bahwa kepala sekolah berusaha membantu kelompok (bawahan) untuk

    memikirkan, memilih dan merumuskan tujuan.Fungsi kedua mengisyaratkan

    bahwa kepala sekolah berhubungan dengan aktivitas manajerial pemimpin dalam

    rangka menggerakkan kelompok untuk memenuhi tuntutan organisasi. Fungsi

    ketiga berarti kepala sekolah hendaknya mampu membuat iklim kerja yang

    kondusif agar dapat membangkitkan semangat kerja kepada siapa saja yang

    terlibat dalam proses kerja sama sehingga meningkatkan produktivitas kerja dan

    memperoleh kepuasan kerja melalui

    penggunaan gaya kepemimpinan yang tepat (Burhanuddin, 1994:67).

    Stoner (dalam Wahjosumidjo, 2010: 41-42) juga mengatakan bahwa fungsi pokok

    seorang pemimpin adalah berhubungan dengan pemecahan masalah dan

    berhubungan dengan pembinaan kelompok.Dalam pemecahan masalah, seorang

    pemimpin memberikan saran dan pemecahan masalah serta memberikan

    sumbangan informasi dan pendapat.Sedangkan dalam pembinaan kelompok,

    seorang pemimpin membantu kelompok beroperasi lebih lancar, memberikan

    persetujuan atau melengkapi anggota kelompok yang sedang berselisih pendapat,

    dan memperhatikan diskusi-diskusi kelompok.

    2. Kompetensi Guru

    Menurut Usman Uzer standar Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari 4

    kompetensi utama, yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) Kepribadian (3) sosial dan

    (4) professional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

    a. Kompetensi Pedagogik

    Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan

    dengan karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek sepeti moral, emosional dan

  • 16

    intelektual.Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai

    teori belajar dan prinsip-prinsip belajar karena siswa memiliki karakter, sifat dan

    interest yang berbeda.Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru

    harus mampu mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan

    masingmasing dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal.

    Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk

    mengaktualisasikan kemampuannya dikelas, dan harus mampu melakukan

    kegiatan penilaian terhadap kegiata pembelajaran yang telah dilakukan.

    Kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek-aspek yang

    diamati, yaitu:

    1. Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,sosial,

    kultural, emosional dan intelektual.

    2. Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran

    yangmendidik.

    3. Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidangpengembangan

    yang diampu.

    4. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.

    5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

    kepentinganpenyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.

    6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untukmengaktualisasikan

    berbagai potensi yang dimiliki.

    7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

    8. Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkanhasil

    penelitian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.

    9. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

    b. Kompetensi Kepribadian

    Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu persaan bangga

    akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan generasi kualitas

    masa depan bangsa. Walaupun berat tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam

    pelaksanaan tugasnya harus tetap tegar dalam melaksanakan tugas sebagai seorang

    guru. Pendidikan adalah proses yang direncanakan agar semua berkembang

  • 17

    melalui proses pembelajaran. Guru sebagai pendidik harus dapat mempengaruhi

    siswa kearah proses situasi sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan berlaku

    dalam masyarakat.

    Tata nilai termasuk, norma, moral, etika, dan ilmu pengetahuan,

    mempengaruhi perilaku etik siswa sebagai pribadi dan sebagai anggota

    masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan

    menghasilkan sikap mental, watak dan kepribadian siswa yang kuat. Guru dituntut

    harus mampu membelajarkan siswanya tentang disiplin diri, belajar membaca,

    mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi

    aturan/tata tertib,dan belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil

    apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Guru

    harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas

    kepribadian seorang guru.

    c. Kompetensi Sosial

    Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu dicontoh

    dan merupakan suri tauladan dalam kehidupannya sehari-hari. Guru perlu memilki

    kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses

    pembelajaran yang efektif. Dengan dimilikinya kemampuan tersebut, otomatis

    hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika

    ada keperluan dengan orang tua siswa, para guru tidak akan mendapat kesulitan.

    Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama,

    bergaul simpatik dan mempunyai jiwa yang menyenangkan.

    d. Kompetensi Professional

    Kompetensi Profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam

    perencanan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk

    mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk

    itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran/ guru harus selalu

    mengupdate, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri

    tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai

    sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu

    mengikutiperkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.

  • 18

    3. Kinerja Guru

    Untuk mengetahui kinerja pegawai di dalam melaksanakan tugas-tugasyang

    diembannya, maka dilakukan penilaian kinerja terhadap pegawai

    tersebut.Prawirosentono (2010:216) mengartikan penilaian kinerja sebagai

    prosespenilaian hasil kerja yang akan digunakan pihak manajemen untuk

    memberinformasi kepada para karyawan secara individual tentang mutu

    hasilpekerjaannya dipandang dari sudut kepentingan organisasi.Bacal (2002:1112)

    menyatakan bahwa evaluasi kinerja merupakan prosesuntuk memaksimalkan dan

    mengevaluasi kinerja perorangan. Proses ini adalahjawaban bagi sebuah pertanyaan

    sederhana. Seberapa baiknyakah kinerja seorangkaryawan selama jangka waktu

    tertentu. Penilaian kinerja menurut Nawawi(2005:234) yaitu proses pengamatan

    (observasi) terhadap pelaksanaan pekerjaanoleh seorang pekerja. Dari hasil observasi

    (pengamatan) itu dilakukan pengukuranyang dinyatakan dalam bentuk penetapan

    keputusan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam bekerja.

    Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan salah satu faktor kunci

    gunamengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena

    adanyakebijakan atau program penilaian kinerja, berarti organisasi telah

    memanfaatkansecara baik sumber daya manusia yang ada dalam organisasi.Penilaian

    kinerjaindividu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi

    secarakeseluruhan.Melalui penilaian tersebut, maka dapat diketahui bagaimana

    kondisiriil pegawai dilihat dari kinerja.Dengan demikian data-data ini dapat

    dijadikansebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam

    suatuorganisasi.

    Siagian (1999:100) menyatakan bahwa penilaian kinerja bermanfaat

    bagikepentingan seperti:a).Mendorong peningkatan prestasi kerja, b).Sebagai bahan

    pengambilankeputusan dalam pemberian imbalan, c).Untuk kepentingan mutasi

    pegawai,d).Guna menyusun program pendidikan dan pelatihan, e).Membantu

    pegawaiuntuk menentukan rencana karirnya.Stoner (2004:136) mengatakan penilaian

  • 19

    kecakapan adalah prosesberkesinambungan dalam memberikan kepada bawahan

    umpan balik tentangseberapa baik mereka melakukan pekerjaan mereka untuk

    organisasi.Adapun ukuran kinerja menurut T.R. Mitchell (1989) dapat dilihat

    dariempat hal, yaitu Quality of work (Kualitas hasil kerja), Promptness (ketepatan

    waktu menyelesaikan pekerjaan), Initiative (prakarsa dalam pekerjaan), Capability

    (kemampuan menyelesaikan pekerjaan), Comunication(kemampuan membina kerja

    sama dengan pihak lain).

    Hasibuan dalam Rohmah (2008:62) menyebutkan tidak kurang sebelasdimensi

    kinerja yang biasa dinilai, yaitu : kesetiaan, prestasi kerja, kejujuran,kedisiplinan,

    kreativitas, kerjasama, kepemimpinan, kepribadian, prakarsa,kecakapan dan tanggung

    jawab.Dalam kegiatan proses belajar mengajar yang merupakan tugas seorangguru,

    dimensi kinerja mengajar guru berkaitan dengan aktivitas yang berhubungandengan

    perencanaan, implementasi dan penilaian. Sebagai perencana, guruhendaknya dapat

    mendiagnosa kebutuhan para siswa sebagai subjek belajar,merumuskan tujuan

    kegiatan kegiatan proses pembelajaran, dan menetapkanstrategi pembelajaran yang

    ditempuh untuk merealisasikan tujuan yang telahdirumuskan. Sebagai

    pengimplementasi rencana pengajaran yang telah disusun,guru hendaknya

    mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada serta berusahamemoles setiap situasi

    yang muncul menjadi situasi yanmg memungkinkanberlangsungnya kegiatan belajar

    mengajar yang kondusif.Pada saat melaksanakankegiatan evaluasi, guru harus dapat

    menetapkan prosedur dan teknik evaluasi yangtepat.Jika tujuan pembelajaran yang

    telah ditetapkan pada kegiatan perencanaanbelum tercapai, maka guru harus meninjau

    kembali serta rencanaimplementasinya dengan maksud untuk melakukan

    perbaikan.Lebih rinci Nasution (2010:185) mengemukakan, mengajar terdiri

    atassejumlah kegiatan tertentu yaitu: a).Mengembangkan dan memelihara perhatian,

    b).Menjelaskan kepada murid apa yang diharapkan, c).Merangsang murid untuk

    mengingat konsep, aturan, danketrampilan yang merupakan prasyarat agar memahami

    pelajaran yang akandiberikan, d).Menyajikan stimuli yang berkenaan dengan bahan

    pelajaran.e).Memberikan bimbingan kepada murid dalam proses belajar

    mengajar,f).Memberikan feedback atau balikan dengan memberitahukan kepada

    muridapakakah hasil belajarnya benar atau tidak, g).Menilai hasil belajar

  • 20

    denganmemberikan kesempatan kepada murid untuk mengetahui apakah ia telah

    benarmenguasai bahan pelajaran itu dengan memberikan beberapa

    soal,h).Mengusahakan transfer dengan memberikan contoh-contoh tambahan

    untukmenggeneralisasikan apa yang telah dipelajari itu sehingga ia

    dapatmenggunakannya dalam situasi-situasi lain, i).Memantapkan apa yang

    dipelajaridengan memberikan latihan-latihan untuk menerapkan apa yang telah

    dipelajariitu.

    4. Hubungan Kepemimpinan Kepala sekolah dengan Kinerja guru

    Gibsons, Ivansevich dan Donelly (1997:52) mengemukakan Kinerja mengajar

    guru sangat dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat digolongkan pada tiga

    variabel yaitu: psikologi yang meliputi (persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan

    motivasi),Variabel individu yang meliputi ( kemampuan, ketrampilan dan latar

    belakang kepala sekolah), Variabel organisasi yang meliputi (kepemimpinan kepala

    sekolah, sumber daya yang meliputi fasilitas belajar mengajar, biaya, tenaga dan

    manajemen).

    Menurut Syafri mangkuprawira dan Aida Vitayala (2007:155) mengatakan faktor

    factor yang dapat mempengaruhi kinerja guru terdiri atas faktor intrinsik guru

    (personal/individual) atau Sumber daya manusia dan Ekstrinsik yaitu Kepemimpinan,

    sistem, tim dan situasional.

    B. Penelitian yang Relevan

    1. Tutut Solihat, Tahun 2006 Kemampuan Manajerial Pimpinan Terhadap Pembinaan

    Tenaga Edukatif Yang Dilaksanakan Di IAIN Bandung.penelitian ini menggunakan

    metode Kuantitatif murni. Dalam penelitian ini, kemampuan pimpinan dalam

    memberikan pengawasan, pengamatan, penilaian termasuk dalam kategori sedang.

    Perhitungankorelasi menunjukansebesar 0,392. Hargatersebut termasuk

    dalamkategori hubungan jelastatapi kecil (korelasisedang 0,21 0,40).Sedangkan

    besarnyakoefisien determinasi(kd) sebesar 0,153, inidapat dikatakan bahwasebesar

    15,3 %pembinaan tenagaedukatif sangatditentukan oleh tingkatkemampuan

  • 21

    manajerialitu dapat dinyatakanbahwa kemampuanmanajerial pimpinandalam

    manajerialpimpinan dalammelakukan pengawasan.

    2. EdiKisworo(2009)Hubungan Antara Peran Manajer Dan Kualitas Guru Dengan

    Kreativitas Dalam Mengajar Siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Cikopo. Penelitian ini

    menggunakan metode Kuantitatifmurni. Dalam hasil penelitian tersebut, terdapat

    hubungan antaraperan manajer dengankreatifitas dalammengajar siswa sekolahdasar

    dengan persamaanregresi Y=32,614 +0,840X1 dengankoefisien korelasi r =0,860

    signifikan pada0,05 dan koefisiendeterminasi r= 0,7396,kontribusi peran

    manajerterhadap kreativitasdalam mengajar siswasekolah dasar sebesar73,96%. Dan

    terdapathubungan positif antarakualitas guru dengankreativitas dalammengajar siswa

    sekolahdasar dengan persamaanregresi Y= 27,981 +0,837X2 dengankoefisien

    korelasi r =0,920 signifikan pada0,05 dan koefisiendeterminasi r= 0,847,kontribusi

    kualitas guruterhadap kreativitasdalam mengajar siswasekolah dasar sebesar84,7%.

    Serta terdapathubungan positif antaraperan manajer dankualitas guru

    dengankreativitas secarabersama-sama dalammengajar siswa disekolah dasar

    denganpersamaan regresi Y=18,030 + 0,338x +0,586X dengan koefisienkorelasi r=

    0,944signifikan pada 0,05 dankoefisien determinasi r=0,891, kontribusi

    peranmanajer dan kualitasguru terhadap kreativitasdalam mengajar siswasekolah

    dasar sebesar89,1%. Dengan demikianperan manajerberpengaruh terhadapkreatifitas

    guru.

    C. Kerangka Berpikir

    James E. Neal J.R.Junior, Guide to performance Appraisals, ( 2003:14)

    mengemukakan bahwa kinerja mengajar guru sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan

    pembelajaran kepala sekolahnya. Robbins (2001:3) mendefinisikan kepemimpinan

    sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya tujuan.

    Gibson, Ivansevich dan Donnely (1997:4) mendefinisikan kepemimpiann sebagai usaha

    menggunakan suatu gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi individu

    dalam mencapai tujuan. Setiap kepala sekolah mempunyai cara dan kemampuan

    kompetensi yang berbeda-beda dalam menjalankan kepemimpinannya. Perbedaan

  • 22

    tersebut tergantung tingkat pendidikan, pemahaman terhadap bawahan dan situasi serta

    kondisi yang dihadapinya.Sehingga hal ini mempengaruhi terhadap kinerja bawahannya.

    Kinerja mengajar guru dapat diartikan sebagai tampilan prestasi kerja guru atas

    pelaksanaan tugas professional dan fungsinya dalam pembelajaran yang telah ditentukan

    pada kurun waktu.Kinerja mengajar guru dapat pula diartikan sebagai prestasi guru

    dalam mengelola dan melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawab untuk mencapai

    tujuan pendidikan (Nasution, 2009:63).

    Berdasarkan kerangka berfikir diatas, maka uraian tersebut dapat digambarkan

    dalam Model Operasional penelitian sebagai berikut :

    Gambar 1.2 :Hubungan Variabel Independent dengan variabel dependent

    Sumber : (James E. Neal J.R.Junior, Guide to performance Appraisals, 2003:14)

    Dari gambar 1.2 diatas dapat dikatakan bahwa kinerja guru sebagai variabel

    terikatsangat tergantung kepada kepemimpinan sebagai variabel bebas.Dapatdiartikan

    bahwa kepemimpinan kepala sekolah juga merupakan salah satu faktor yang dapat

    mempengaruhi kinerja guru.Dimana diperlukan kemampuan pemimpin yang dapat

    menggali, menyalurkan, membina dan mengembangkan potensi/kemampuan kerja yang

    dimiliki guru serta mampu membangun dan meningkatkan motivasi kerja guru, sehingga

    guru dapat melakukan tugasnya dengan semangat tinggi dan menghasilkan kinerja yang

    tinggi pula.Kepemimpinan sebagai variabel bebas dan Kinerja guru sebagai variabel

    terikat secara teoritis dapat dikatakan terdapat hubungan yang kuat.

    D. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan uraian di atas, kemudian dirumuskan hipotesis sebagai berikut :Ada

    pengaruh yang signifikan antara Kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru

    MTs di Lingkungan Lembaga Pendidikan Maarif NU Kabupaten Kendal.

    Kepemimpinan Kepala

    Sekolah (X)

    Kinerja Guru

    (Y)

  • 23

    III. PROSEDUR PENELITIAN

    A. Pendekatan Penelitian

    Dalam penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif ataupositivisme ,

    sebab dalam penelitian ini , dihasilkan indikator-indikatorvariabel yang diturunkan dari

    beberapa teori tentang kepemimpinan kepalasekolah, dan teori kinerja guru. Juga dalam

    penelitian ini mengikuti polaberpikir deduktif, dimana terjadi proses pengamatan

    kemudian hipotesis,selanjutnya pengumpulan data lalu pengujian hipotesis dan

    terakhirkesimpulan.

    B. Variabel Penelitian

    Penelitian ini terdapat dua variabel yaitu terdiri dari:

    1. Variabel bebas : Kepemimpinan Kepala Sekolah (X)

    2. Variabelterikat : Kinerja Guru (Y)

    Dari variabel - variabel tersebut yang dilihat adalah ada tidaknya pengaruh antara

    variabel bebas dengan variabel terikat.

    C. Populasi dan Sampel

    1. Jenis Populasi

    Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi seluruh guru MTs

    yang ada di Lingkungan Lembaga Pendidikan Maarif NU Kabupaten Kendal yang

    tersebar di 28 sekolah.Guru yangmenjadi populasi ini tidak dibatasi pada mata

    pelajaran tertentu tetapi dari semuajenis mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.Hal

    ini dilakukan agar guru yangditeliti dapat mewakili semua mata pelajaran yang

    diajarkan.Jumlah gurusebanyak 582 orang.

    2. Sampel

    a. Jenis Sampel

    Jenis Sampel dalam penelitian ini adalah probability sampling, di mana

    pengambilan sampel memberikan peluang sama bagi guru-guru MTs yang ada di

    Lingkungan Lembaga Pendidikan Maarif NU Kabupaten Kendal.

    b. Teknik Penarikan Sampel

  • 24

    Teknik yang digunakan untuk penarikan sampel adalah teknik

    Proporsional Random Sampling karena obyek yang akan diteliti atau sumber

    data terdiri dari 28 sekolah. Untuk menentukan guru yang akan dijadikan sumber

    data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan data guru-guru MTs yang ada di

    Lingkungan Lembaga Pendidikan Maarif NU Kabupaten Kendal. Dari 28 MTs

    tersebut sebagai sampelnya ditentukan dengan pengambilan sampel dengan

    rumus dari Taro Yamane atau Slovin sebagai berikut

    n = N

    N.d + 1

    Keterangan :

    n = Jumlah sampel

    N = Jumlah populasi = 582 orang

    d = Presisi ( ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%.

    Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut :

    n = N

    N.d + 1

    = 582 = 582 = 85,34 = 85 responden

    (582).0,1 + 1 6,82

    c. Jumlah Sampel

    Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah guru-guru yang bertugas di

    MTs NU yang tersebar di kabupaten Kendal. Teknik Proporsional digunakan

    untuk menentukan jumlah sampel dari masing masing MTs NU se Kabupaten

    Kendal, sedangkan teknik randomsampling yang digunakan adalah sample

    random sampling, yakni sampel yang diambil dengan menggunakan undian

    terhadap semua populasi pada suatu sekolah. Dengan demikian masing-masing

    sampel untuk tiap sekolah harus proporsional sesuai dengan jumlah guru pada

    tiap sekolah.

    D. Tempat dan Waktu Penelitian

    Dalam penelitian yang akan dilaksanakan, penulis akan meneliti guru MTs NU

    dilingkungan Lembaga Pendidikan Maarif NU di Kabupaten Kendal. Penulis akan

  • 25

    melaksanakan penelitian selama tiga bulan. Penelitin akan dilaksanakan mulai tanggal 27

    Juli 2015 sampai dengan 27September 2015.

    E. Metode Pengumpulan Data

    Dalam pengumpulan data, penulis akan menggunakan teknik survey dan studi

    literatur. Adapun alat instrument penelitian berupa kuisioner. Dalam uji syarat instrument

    penelitian akan dilakukan uji validitas dan relibilitas.

    F. Instrumen Penelitian

    Alat instrument berupa kuesioner dengan jumlah 69 menggunakan skala

    pengukuran : Rating Scale, yaitu data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif

    yang kemudian dikuantitatifkan, tetapi dengan rating scale data mentah yang diperoleh

    berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

  • 26

    Daftar Pustaka

    Arikunto, S. (2008).Prosedur Penelitian. Jakarta: RinekaCipta.

    Atmodiwiro., et al. (1991). Kepemimpinan kepala sekolah Semarang :Adhi Waskita.

    Burhanuddin, (1994) .Analisis administras imanajemen dan kepemimpinan pendidikan.Jakarta:

    BumiAksara.

    Danim, S. (2006).Visi baru Manajemen Sekolah.Jakarta: BumiAksara.

    Gibson, James L., (1997). Organization, behavior, struxture and process.Organisasi, perilaku,

    Gitusudarmo, Indriyo& I NyomanSudita, (2000).Perilaku keorganisasian.(edisipertama).

    Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

    Hasibuan Malayu S.P. (2010) Manajemen sumber Daya manusia. Jakarta:SinarGrafika

    Mulyasa, E, (2004), Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: RemajaRosda karya.

    ___________ (2006).Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan.Bandung: Remaja Rosda Karya.

    Prawiro Sentono Sutadi (2010) Kebijakan Kinerja karyawan, Yogyakarta:BPFE

    Sagala Syaiful (2011) Memahami Organisasi pendidikan, Bandung:Alfabeta.

    Sugiono, (2010) Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,kualitatif, dan R&D.

    Bandung:CV.Alfabeta.

    Thoha, Miftah (2006). Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

    Usman Uzer .(2011). Menjadi Guru Profesional.Bandung: Remaja Rosda Karya.

    Wahyusumidjo, (2010).Kepemimpinan Kepala sekolah, Jakarta:Rajawali Press.

    Yuki, Gary, (2010). Leadership in Organization Saddle River New Jersey: Prentice Hall,Inc.

  • 27