1. laporan praktikum ekologi terrestrial pengamatan ekosistem

39
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TERRESTRIAL Pengamatan Ekosistem Terrestrial Mega Indriyanti Nuris 1110095000001 Arif Raditya Nugraha 1110095000007 Fuad Albani 1110095000011 Mirjani Adila 1110095000020 Renny Ambar Puspitanigrum 1110095000021 Firdaus Ramadhan 1110095000026 Sara Fadlah Iq 1110095000031 Kelompok / Semester : 1 (Satu) / 5 A Tanggal Praktikum : 10 – 11 Oktober 2012 Tanggal Pengumpulan : 16 Oktober 2012

Upload: syara-fadlah

Post on 05-Aug-2015

2.411 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TERRESTRIAL

Pengamatan Ekosistem Terrestrial

Mega Indriyanti Nuris 1110095000001

Arif Raditya Nugraha 1110095000007

Fuad Albani 1110095000011

Mirjani Adila 1110095000020

Renny Ambar Puspitanigrum 1110095000021

Firdaus Ramadhan 1110095000026

Sara Fadlah Iq 1110095000031

Kelompok / Semester : 1 (Satu) / 5 A

Tanggal Praktikum : 10 – 11 Oktober 2012

Tanggal Pengumpulan : 16 Oktober 2012

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2012

Page 2: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ekologi yang merupakan suatu pengkajian ilmiah mengenai ekosistem

(Cambell, Reece, Mitchell, 2004), sedangkan ekosistem merupakan hubungan timbal

balik antara makhluk hidup dan lingkungannya (Resosoedarmo, Kartawinata,

Soegiarto, 1985). Terestrial merupakan wilayah daratan atau permukaan tanah.

Ekosistem Terestrial merupakan hubungan timbal balik antar makhluk hidup dan

lingkungannya di wilayah daratan.

Pada tingkatan inklusif, suatu ekosistem melibatkan dua proses yang tidak

dapat dijelaskan sepenuhnya pada tingkat yang lebih rendah, yaitu aliran energi dan

siklus kimia (Cambell, Reece, Mitchell, 2004). Pada dasarnya ekosistem merupakan

bagian dasar dari suatu ekologi, dimana aliran energi dan siklus kimia masuk dan

berada pada dua komponen di dalam suatu ekosistem, yaitu komponen biotik dan

komponen abiotik (Resosoedarmo, Kartawinata, Soegiarto, 1985).

Berdasarkan apa yang telah dipelajari, bahwa suatu ekosistem selalu terdiri

dari komponen abiotik dan biotik baik di daratan maupun di wilayah perairan.

Pengidentifikasian suatu ekosistem merupakan awal dari pembelajaran ekologi yang

sangat penting, maka dari itu pengamatan ekosistem di sekitar merupakan salah satu

tahap dalam pembelajaran mengenai ekosistem.

1.2. Tujuan

1. Mengamati komponen biotik dan abiotik pada beberapa ekosistem terestrial.

2. Mengetahui cara penggunaan alat-alat pengukuran komponen abiotik dan

biotik pada beberapa ekosistem terestrial.

3. Mengenal perbedaan dan kesamaan berbagai keadaan ekosistem terestrial.

4. Mengetahui batasan-batasan faktor abiotik dan biotik yang mempengaruhi

pada beberapa ekosistem terestrial.

Page 3: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekosistem

Ekosistem merupakan bagian dari tingkat organisasi, makhluk hidup

mempunyai tingkat organisasi dari tingkat yang paling sederhana sampai tingkat yang

paling kompleks. Sebuah ekosistem terdiri atas semua organisme hidup (faktor

biotik) dan lingkungan abiotik (udara, tanah, air) yang mengelilinginya serta dapat

menompang semua kebutuhan hidupnya sendiri dengan bantuan sinar matahari.

Misalnya sebuah hutan, danau, padang rumput, kolam. Dengan bantuan energi

matahari, tumbuhan yang berklorofil mampu mengubah senyawa anorganik (CO2

dan H2O) menjadi senyawa organik (C6H12O¬6) melalui fotosintesis (Campbell,

2009).

Ekosistem merupakan kesatuan interdependen dari masyarakat biotik dan

lingkungan abiotiknya atau dapat juga dikatakan sebagai interaksi antara populasi

dalam suatu komunitas biotik dengan faktor abiotiknya (Djarubito, 1989). Batas

ekosistem umumnya tidak dapat dipastikan dengan jelas. Ekosistem dapat berawal

dari mikrokosmos laboratorium, danau hingga hutan. Para ahli ekologi menganggap

keseluruhan biosfer sebagai suatu ekosistem global yang merupakan gabungan

seluruh ekosistem yang ada di bumi. Faktor-faktor abiotik yang mempengaruhinya

adalah suhu, air, cahaya matahari, iklim serta tanah dan batuan (Campbell et al,

2004).

Terdapat organisme yang mempunyai kemampuan menyusun bahan organik

dalam suatu ekosistem, organisme tersebut dibagi menjadi dua, yaitu organisme

autotrof dan organisme heterotrof. Organisme autotrof merupakan organisme yang

menghasilkan senyawa organik kompleks (seperti karbohidrat, lemak, dan protein)

dari zat-zat sederhana yang ada di sekitarnya, umumnya menggunakan energi dari

cahaya (oleh fotosintesis) atau anorganik reaksi kimia (kemosintesis). Semua

Page 4: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

organisme yang berklorofil termasuk ke dalam organisme autotrof karena mereka

dapat melakukan fotosintesis. Contohnya adalah tumbuhan hijau. Organisme

heterotrof adalah organisme yang tidak dapat menyusun zat anorganik menjadi zat

organik sehingga ia mendapatkan nutrisi dengan cara memakan organisme lain.

Berdasarkan jenis makanannya, organisme heterotrof dibedakan menjadi

herbivora, kelompok hewan pemakan tumbuhan. Karnivora, kelompok hewan yang

memakan hewan lain atau daging. Omnivora, kelompok hewan yang memakan

segalanya, baik tumbuhan maupun hewan lain. Scavenger (pemakan bangkai),

kelompok hewan yang memakan tubuh hewan lain yang sudah mati, dan detrivor,

kelompok hewan yang memakan detritus (Gunawan, 1994).

2.2. Faktor Abiotik dan Biotik dalam Suatu Ekosistem

Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah komponen tak hidup

(abiotik) dan komponen hidup (biotik). Komponen abiotik berupa cahaya matahari,

air, udara, angin, tanah dan lain-lain. sedangkan komponen biotik berupa organisme

yang hidup yaitu bakteri, jamur, tumbuhan, hewan dan manusia. Kedua komponen

tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang

teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan,

tumbuhan air, plankton yang terapung di air sebagai komponen biotik, sedangkan

yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang

terlarut dalam air (Sujarwanta, 2008).

2.2.1. Faktor Abiotik

Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia.

Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut :

2.2.1.1. Suhu

Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang

diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat

hidup pada kisaran suhu tertentu. Suhu lingkungan merupakan faktor penting dalam

Page 5: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

ekosistem karena pengaruhnya pada proses fisiologis organisme penghuni ekosistem.

Naiknya suhu 10°C pada suhu yang masih dapat ditoleransi suatu organisme maka

metabolisme tubuh naik dua kali lipat. Terlalu tinggi suhu menyebabkan enzim

terdenaturasi dan rendahnya suhu lingkungan menyebabkan enzim organisme terkait

tidak bekerja secara optimal (Isnaeni, 2006).

2.2.1.2. Sinar Matahari

Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari

menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh

tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis. Matahari menjadi sumber energi

utama yang menggerakkan hampir seluruh ekosistem, meskipun hanya tumbuhan dan

organisme fotosintetik lain yang menggunakan sumber energi ini secara langsung

dengan menyerap sekitar λ 400 – 700 nm ( Salisbury dan Ross,1995). Cahaya juga

penting bagi perkembangan dan perilaku banyak tumbuhan dan hewan yang sensitif

terhadap fotoperiode, yaitu panjang relatif siang dan malam hari (Winarno dan

Agustinah, 2007).

2.2.1.3. Air

Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk

kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan,

perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai

air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat

hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan

sebagai pelarut dan pelapuk. Sifat-sifat air yang unik berpengaruh pada organisme

dan lingkungannya. Air sangat penting bagi kehidupan, tetapi ketersediaannya

bervariasi secara dramatis di berbagai habitat. Organisme air tawar dan air laut hidup

terendam di dalam suatu lingkungan akuatik, tetapi organisme tersebut dapat

menghadapi permasalahan keseimbangan air. Organisme di lingkungan terestrial

menghadapi ancaman kekeringan (Campbell et al, 2004).

Page 6: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

2.2.1.4. Tanah

Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda

menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga

menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.

Struktur fisik, pH, dan komposisi mineral batuan serta tanah akan membatasi

persebaran tumbuhan dan hewan yang memakannya, sehingga menjadi salah satu

penyebab timbulnya pola mengelompok pada area tertentu yang acak pada ekosistem

terrestrial. (Campbell et al, 2004).

2.2.1.5. Ketinggian

Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat

tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia

yang berbeda.

2.2.1.6. Angin

Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam

penyebaran biji tumbuhan tertentu. Angin juga dapat mempengaruhi suhu udara pada

suatu ekosistem. Angin memperkuat pengaruh suhu lingkungan pada organisme

dengan cara meningkatkan hilangnya panas melalui penguapan (evaporasi) dan

konveksi. Angin juga menyebabkan hilangnya air di organisme dengan cara

meningkatkan laju penguapan pada hewan dan laju transpirasi pada tumbuhan. Empat

faktor pertama yaitu suhu, air, cahaya, dan angin merupakan komponen utama iklim

(climate). Iklim adalah kondisi cuaca yang dominan pada suatu lokasi (Campbell et

al, 2004).

2.2.2. Faktor Biotik

Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di

bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, produsen (tumbuhan hijau),

konsumen (herbivora, karnivora, dan omnivora), dan dekomposer/pengurai

(mikroorganisme). Faktor biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang

meliputi :

Page 7: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

2.2.2.1. Individu

Individu merupakan organisme tunggal. Contohnya : seekor tikus, seekor

kucing, sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia.

2.2.2.2. Populasi

Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan

waktu tertentu. Contohnya kumpulan ikan lumba-lumba, kumpulan pohon karet dll.

2.2.2.3. Komunitas

Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu

waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.

Contohnya komunitas ikan piranha di sungai Amazon.

2.2.2.4. Ekosistem

Ekosistem adalah hubungan timbal balik (interaksi) antara makhluk hidup dan

lingkungannya.Contohnya ekosistem darat, ekosistem pantai dll

2.2.2.5. Biosfer

Biosfer merupakan sistem kehidupan yang paling besar karena terdiri atas

gabungan ekosistem yang ada di planet bumi.

2.3. Aliran energi dalam ekosistem

Proses yang berlangsung pada ekosistem, yaitu jaring-jaring makanan (food

web), siklus komponen-komponen kimia dan aliran energi yang terjadi terus menerus.

Jaring-jaring makanan dilakukan oleh produser, konsumer dan dekomposer. Produser

merupakan oranisme autotrof, konsumer didefinisikan sebagai organisme yang

menggunakan metabolik bahan organik dari organisme autotrof atau disebut juga

organisme heterotrof. Dekomposer merupakan perombakan bahan-bahan organik

menjadi bahan anorganik (Campbell et al, 2004).

Siklus unsur kimia merupakan suatu perputaran dari zat organik menjadi

anorganik lalu diubah menjadi zat organik yang baru dan melibatkan komponen

Page 8: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

biotik dan abiotik suatu ekosistem, sehingga perputaran itu disebut juga siklus

biogeokimia (Campbell et al, 2004).

Aliran energi terjadi dalam rantai makanan ke dalam tingkat urutan makanan

yang disebut tingkat trofik. Setiap perpindahan trofik terjadi kehilangan energi.

Kehilangan energi yang terjadi dapat diketahui dengan hukum termodinamika II,

yaitu setiap perubahan energi menimbulkan hilangnya energy yang dipakai (Tim

Dosen Biologi, 2008).

Energi memasuki sebagian besar ekosistem dalam bentuk cahaya matahari ini

kemudian diubah menjadi energi kimia oleh organisme aurotrof, yang kemudian

diteruskan ke organisme heterotrof dalam bentuk senyawa-senyawa organik dalam

makanannya, dan dibuang dalam bentuk panas. Unsur-unsur kimia, sperti karbon dan

nirtogen, bersiklus diantara komponen-komponen abiotik dan biotik ekosistem.

Organisme fotosintetik mendapatkan unsur-unsur ini dalam bentuk anorganik dari

udara, tanah dan air dan mengasimilisikan unsur-unsur tersebut menjadi molekul-

molekul organik yang sebagian dikonsumsi oleh hewan. Unsur ini dikembalikan

dalam bentuk anorganik ke udara, tanah dan air melalui metabolisme tumbuhan dan

hewan, serta melalui organisme lain, seperti bakteri dan fungi, yang menguraikan

buangan organik dan organisme mati (Campbell, 2009).

Pergerakan energi dan materi melalui ekosistem saling berhubungan karena

keduanya berlangsung melalui transfer zat-zat melewati hubungan makan-memakan.

Akan tetapi, karena energi berbeda dengan materi, tidak dapat didaur ulang (disiklus

ulang), suatu ekosistem harus diberi tenaga dengan terus-menerus mengalirkan energi

baru dari suatu sumber eksternal (matahari). Dengan demikian, energi mengalir

melewati ekosistem, sementara materi bersiklus di dalam ekosistem tersebut

(Campbell, 2009).

Page 9: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Pengamatan

Pengamatan ekosistem terrestrial dilaksanakan pada dua hari rabu dan

kamis, pukul 08.00 - 09.10 dan 10.00 - 11.05 WIB di Kawasan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta untuk ekosistem tanaman obat (ekosistem A) dan

ekosistem kebun rambutan (ekosistem C), serta ekosistem kebun karet di kawasan

Fakultas Pertanian Universitas Muhamadiyah Jakarta (ekosistem B).

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ekosistem terrestrial adalah

termometer, sling psychrometer, Lux meter, anemometer, soil tester, core sampler,

alat gali tanah, pita meteran clinometer, plastik sample, jangka sorong, camera

digital.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ekosistem terrestrial adalah tanah,

tisu, dan aquadest serta seluruh komponen biotic dan abiotik pada masing-masing

ekosistem.

3.3. Cara Kerja

Termometer (mengukur suhu udara dan suhu tanah dengan satuan ºC/ºK/ºF)

Memegang alat pada pegangannya kemudian lihat skala yang

ditunjukkan. Bila perlu sebelum digunakan skala alat harus diskala nol

dengan diberi pendingin.

Sling psychrometer (untuk mengukur kelembaban udara)

Kain yang terdapat pada salah satu bagian termometer dibasahi dan

biarkan termometer yang lain tetap kering. Sling diputar selama 3 menit

Page 10: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

dengan posisi jauh dari tubuh, sehingga termometer membaca suhu udara

bukan suhu tubuh. Hasil pengukuran pada kedua termometer dibaca sebagai

suhu kering dan suhu basah. Nilai suhu kering dan selisih antara suhu basah

dan suhu kering tersebut dimasukkan ke dalam tabel sehingga didapat nilai

kelembaban relatif.

Lux Meter (untuk mengukur intensitas cahaya dengan satuan lux)

Ditekan tombol on/off untuk menyalakan alat. Alat dikalibrasi

sebelum digunakan yaitu dengan cara:

1. Sensor cahaya dibiarkan tetap tertutup kemudian dipilih range

pengukuran melalui tombol “range switch”. Setelah itu tombol

“zero” ditekan sehingga layar menunjukkan nilai 0.

2. Penutup sensor kemudian dibuka untuk melakukan pengukuran.

3. Pengukuran dilakukan dengan menghadapkan sensor pada sumber

cahaya yang akan diukur kemudian nilai intensitas cahayanya akan

tertera pada layar.

Anemometer ( untuk mengukur kecepatan angin)

Kalibrasi anemometer dengan cara memutar baling-baling

anemometer sehingga skala besar menunjukkan angka 0. Setelah anemometer

menunjukkan skala 0 maka cari arah angin. Bila baling-baling berputar maka

disitulah arah angin dan skala besar dan skala kecil akan berputar berdasarkan

kecepatan angin dilingkungan sekitar.

pH Tanah menggunakan soil tester

Cara penggunaannya: Keseluruhan sensor dari soil tester ditancapkan

ke dalam tanah pH dan kelembaban tanah dapat langsung dibaca. Setelah

Page 11: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

dipakai, bagian sensor dibersihkan dari bekas-bekas tanah dengan air

aquades.

Perkolasi tanah

Bersihkan tanah terlebih dahulu dari rumput dan serasah. Selanjutnya

dari ke tiga core sampler tersebut diukur ketinggian dan volumenya

menggunakan jangka sorong. Kemudian core sampler diletakkan diatas

tanah dengan alas pelastik. Pada lingkaran tersebut diisi dengan air hingga

penuh batas lingkaran tersebut. Kemudian plastik yang sebagai alas ditarik

secara perlahan- lahan dan diamati seberapa cepat air itu diserap oleh tanah.

Clinometer ( untuk mengukur tinggi pohon )

Posisi yang mengukur diam di satu tempat. Digunakan dua mata terbuka,

satu mata melihat ke lensa, sedangkan mata yang lain melihat ke obyek yang

dibidik. Otak kita akan menggabungkan skala pada lensa dengan obyek yang

dibidik.

Page 12: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan ekosistem terrestrial menghasilkan data-data yang kami ambil

secara langsung di lapangan dan dapat dilihat secara lengkap pada lampiran. Data-

data tersebut kami sajikan dalam grafik dan tabel di bawah ini dengan

menggambarkan perbandingan atau hubungan suatu faktor biotik dan abiotik yang

keduanya saling mendukung membentuk suatu ekosistem.

Penelitan mengenai pengamatan ekosistem terrestrial ini kami mengamati

tiga ekosistem, dari tiga ekosistem satu ekositem yang kami beri label Ekosistem B

merupakan ekosistem yang memiliki karakteristik reflektansi mirip dengan hutan,

ekosistem ini berbatasan dengan tempat penelitian agroteknik fakultas pertanian UMJ

yang berupa tempat becocok tanam, namun masih berupa lahan yang sudah digarap

tanpa tanaman yang ditanami. Dua ekosistem berikutnya terletak bersebelahan yang

dipisahkan oleh bata konblok selebar sepuluh meter, dan yang menjadi fokus

penelitian kami adalah aktivitas manusianya, dimana pada ekosistem yg kami label

dengan Ekosistem A terdapat aktifitas manusia namun tidak terlalu intense sehingga

terlihat seperti tidak terawat, dengan pola persebaran acak, sedangkan ekosistem yang

kami labeli Ekosistem C juga terdapat aktivitas manusia namun dengan insensitas

yang tinggi sehingga terlihat terawat dari pola persebaran vegetasi yang seragam

(uniform). Berikut deskripsinya.

1. Ekosistem A

Berlokasi di halaman depan Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ekosistem tersebut

merupakan sebuah ekosistem tanaman obat yang didominasi padang rumput,

dan berbagai tumbuhan bawah, serta terdapat beberapa pohon besar.

Tumbuhan tersebut terletak secara berkelompok di sudut plot pengamatan,

sementara sisanya berupa padang rumput dan ilalang.

Page 13: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

2. Ekosistem B

Berlokasi di kebun karet Kawasan Fakultas Pertanian UMJ.

Ekosistem tersebut merupakan ekosistem semi alami berupa pohon-pohon

karet, pohon besar lain, dan berbagai macam tumbuhan bawah serta

rerumputan (kelas graminacea).

3. Ekosistem C

Berlokasi di halaman depan Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ekosistem tersebut

merupakan ekosistem buatan yang didominasi oleh pohon rambutan yang

ditanami dengan pola seragam. Terdapat pula pohon jambu air, sawo,

mangga dan belimbing. Dibagian bawah terdapat rerumputan dan ilalang.

Tabel 1. Perbandingan Faktor Abiotik

FAKTOR ABIOTIKHASIL PENGUKURAN

Ekosistem A Ekosistem B Ekosistem C

Temperatur udara 32˚C 32,5˚C 31 ˚CTemperatur tanah 37˚C 28 ˚C 26 ˚C

pH tanah 6,8 5,2 6Kecepatan angin 0,65 m/s 0,10 m/s 0,3 m/s

Kelembaban udara 68% 68% 48%Intensitas cahaya 52,4 klx 4,66 klx 28,53 klx

Profil tanah Tanah liat Tanah merah Tanah merahPerkolasi tanah 5,31 cm3/s 13.01 cm3/s 7,8 cm3/s

Dari hasil yang didapat dari pengamatan dapat kita lihat bahwa suhu udara

yang didapat tidak terlampau jauh berbeda hanya berkisar 0.5 – 1 ˚C, hal ini

menunjukan bahwa ada keseragaman panas yang diterima dari matahari ataupun

panas yang dikeluarkan oleh organisme yang ada dalam ekosistem. Suhu udara

merupakan faktor penting dalam persebaran organisme karena pengaruhnya pada

proses biologis dan ketidak mampuan sebagian besar organisme untuk mengatur suhu

Page 14: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

tubuhnya secara tepat. Sel bisa pecah jika air yang terdapat di dalamnya membeku

pada suhu dibawah 0˚C , dan protein sebagian besar organisme akan mengalami

denaturasi pada suhu di atas 45˚C. Suhu internal suatu organisme sesungguhnya

dipengaruhi oleh pertukaran panas dengan lingkungannya, dan sebagian besar

organisme tidak dapat mempertahankan suhu tubuhnya lebih tinggi beberapa derajat

di atas atau di bawah suhu lingkungan sekitarnya (Campbell, 2004).

Kemudian jika kita lihat faktor insensitas cahaya ekosistem A memikiki

presentase terbesar diikuti oleh ekosistem C kemudian B, hal ini dikarenakan

ekosistem A didominasi oleh padang rumput, sehingga lebih banyak terpapar sinar

matahari, sedangkan ekosistem B dan C didominasi oleh pohon. Sebenarnya

penaungan oleh kanopi yang besar pada ekosistem membuat persaingan untuk

mendapatkan cahaya matahari dibawah kanopi tersebut menjadi sangat ketat. Cahaya

juga penting bagi perkembangan dan perilaku banyak tumbuhan dan hewan yang

sensitif terhadap fotoperiode, yaitu panjang relatif siang dan malam hari. Fotoperiode

merupakan suatu indikator yang lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan suhu,

dalam memberi petunjuk mengenai kejadian musiman,seperti perbungaan atau

perpindahan (migrasi). Intensitas cahaya juga berpengaruh tehadap populasi

berbagai ,jenis makrofauna tanah, semakin tinggi intensitas cahaya populasi

makrofauna tanah cenderung semakin menurun (Sugiarto, 2007).

Suhu dan pH tanah, ekositem B dan C akan lebih banyak dapat menyokong

kehidupan makro fauna tanah ataupun kehidupan vegetasi dibandingkan dengan

ekosistem A karena ekosistem A memiliki suhu tanah yang cenderung tinggi yaitu

37˚C. struktur fisik, Ph, dan komposisi mineral batuan serta tanah akan membatasi

persebaran tumbuhan dan hewan yang memakannya, sehingga timbulnya pola

mengelompok pada area tertentu (Campbell, 2004).

Pengukuran kecepatan angin, ekosistem A memiliki kecepatan angin tertinggi

disusul ekosistem C dan B. Hasil ini mengacu pada banyaknya vegetasi pohon yang

terdapat pada ekosistem tersebut. Angin juga dapat memperkuat pengaruh suhu

Page 15: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

lingkungan pada organisme dengan cara meingkatkan hilangnya panas melalui

penguapan (evaporasi) dan konveksi(faktor wind-chill atau pendinginan oleh angin).

Angin juga menyebabkan hilangnya air di organisme dengan cara meningkatkan laju

penguapan pada hewan dan laju transpirasi pada tumbuhan. Selain itu, angin juga

dapat menyebabkan pengaruh yang sangat mendasar pada bentuk pertumbuhan

tumbuhan,yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan anggota tubuh pohon yang

terdapat pada sisi arah tiupan angin; anggota tubuh pohon yang berada pada arah

yang berlawanan dengan arah tiupan angin akan tumbuh secara normal,yang

menghasilkan suatu penampakan “lamabaian bendera” (Campbell, 2004).

Gambar 1 menyajikan grafik yang menunjukan perbandingan kondisi faktor

biotik dari ketiga ekosistem yaitu ekosistem A adalah ekosistem tanaman obat FKIK

UIN jakarta, ekosistem B adalah ekosistem kebun karet kawasan fakultas pertanian

UMJ, dan ekosistem C adalah ekosistem kebun rambutan FKIK UIN jakarta.

Persentase tutupan kanopi tertinggi terdapat pada ekosistem kebun rambutan

sebesar 84% dan terendah pada ekosistem tanaman obat sebesar 28%. Hal ini

Page 16: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

disebabkan pada ekosistem ini didominasi oleh pohon rambutan yang berukuran

besar dengan jangkauan tutupan kanopi yang luas sehingga hampir menutupi seluruh

wilayah ekosistem tersebut, sedangkan pada ekosistem tanaman obat didominasi oleh

rerumputan dan tumbuhan bawah sehingga memiliki nilai penutupan kanopi yang

relatif kecil.

Kerapatan vegetasi memiliki presentase sebaliknya dari penutupan kanopi,

persentase terbesar dimiliki ekosistem tanaman obat dan terkecil adalah ekosistem

kebun rambutan. Persentase kanopi dan kerapatan vegetasi secara langsung ataupun

tidak langsung akan mempengaruhi keberadaan tumbuhan, hewan, dan jumlah

spesies yang hidup di ekosistem tersebut.

Gambar 2 merupakan grafik yang menunjukan perbandingan banyaknya

spesies tumbuhan dan hewan yang teramati pada masing-masing ekosistem,

tumbuhan bawah paling banyak ditemukan pada ekosistem tanaman obat dan paling

sedikit pada ekosistem kebun rambutan. Terkait dengan persentase tutupan kanopi,

ekosistem dengan persentase kanopi tertinggi dapat memiliki tumbuhan bawah yang

sedikit jumlahnya. Penyebabnya dapat dikarenakan terhambatnya suplay energy

Page 17: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

sinar matahari sampai ke bawah yang akan digunakan oleh tumbuhan bawah

melakukan fotosintesis sehingga menyulitkan tumbuhan bawah untuk terus

berkembang. Ekosistem kebun karet masih dapat digolongkan sebagai ekosistem

alami, dengan ditemukannya berbagai macam spesies pohon tinggi antara lain pohon

karet, pohon jati, pohon pisang, pohon bambu, pohon kecapi dan tumbuhan kelas

graminea yang tumbuh subur disekitarnya.

Tingkat keanekaragaman pohon yang tinggi ini mempengaruhi jenis hewan

dan organisme tanah yang terdapat pada ekosistem tersebut. Berdasarkan grafik 2

terlihat hewan di ekosistem kebun karet UMJ lebih banyak jumlah spesiesnya, secara

langsung akan erat kaitannya dengan rantai makanan dan jaring-jaring makanan yang

alami tanpa adanya aktivitas manusia yang relatif sedikit.

Pengukuran biomassa suatu ekosistem dapat diukur berdasarkan berat total

organisme dalam satuan berat (gr/kg) per satuan luas tertentu (m² atau hektar) yang

biasanya diukur dalam berat kering. Berdasarkan hasil pengamatan perkiraan

biomassa tertinggi didapati pada ekosistem kebun karet yang berlokasikan di area

fakultas pertanian UMJ. Pada ekosistem kebun karet UMJ terdapat kenekaragaman

yang cukup tinggi baik dari tumbuhan maupun hewannya, selain itu tumbuhan yang

terdapat di ekosistem kebun karet juga didominasi oleh pohon-pohon besar seperti

karet, Jati, mangga, sukun, dan kecapi yang berukuran relatif besar, dengan dominasi

tumbuhan alami tersebut bahan biologis yang dihasilkan baik dari organisme hidup

maupun mati yang paling besar adalah ekosistem kebun karet.

Ekosistem yang memiliki biomassa terendah adalah ekosistem tanaman obat

yang berlokasikan di halaman FKIK UIN Jakarta yang dapat digolongkan sebagai

ekosistem peralihan. Biomassa yang rendah dapat terlihat dari tumbuhan dan hewan

yang terdapat di ekosistem tanaman obat didominasi oleh tumbuhan bawah atau kelas

graminea (rerumputan) yang relatif kecil. Perbandingan biomassa dari tiga ekosistem

pengamatan, ekosistem kebun karet UMJ dikatakan sebagai ekosistem dengan

biomassa terbesar.

Page 18: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

Berdasarkan tingkat keragaman spesies dapat dilihat ekosistem yang

menyediakan lebih banyak jalur jaring-jaring makanan adalah ekosistem kebun karet.

Suatu ekosistem didalamnya terdapat rantai makanan yang berlangsung secara

kompleks. Hal ini terjadi karena tiap-tiap organisme dapat memakan organisme lain

dalam satu tingkatan konsumen atau dari tingkatan konsumen lain di dalam ekosistem

yang dikenal dengan rantai makanan dan antara rantai rantai makanan itu saling

berhubungan satu dengan lainnya yang dikenal dengan jaring-jaring makanan. Pada

ekosistem kebun karet terdapat keanekaragaman yang lebih kompleks dari pada dua

ekosistem lain. Keanekaragaman tersebut dapat menunjukan keragaman jaring-jaring

makanan yang terjadi.

Ketiga ekosistem tersebut dapat dikatakan sebagai ekosistem semi alami

karena terdapat campur tangan manusia baik dalam pembuatannya maupun

pengelolaannya. Strategi yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian habitat dan

organisme dimasing-masing ekosistem sebaiknya dilakukan dengan melihat peran-

peran sebagian ataupun seluruh organism yang terdapat pada ekosisitem tersebut bagi

lingkungannya.

Tipe ekosistem yang memiliki kemampuan lebih besar dalam menyokong

kehidupan berbagai organisme adalah ekositem B, karena pada ekosistem ini terdapat

keseimbangan antara berbagai faktor abiotiknya. Tipe ekosistem yang berpeluang

besar membatasi keanekaragaman organisme yaitu ekosistem C, karena walaupun

faktor abiotiknya cukup untuk mendukung kelangsungan hidup organisme, pada

ekosistem C terdapat aktivitas manusia yang dapat mengurangi keanekaragaman dari

organisme pada ekosistem. Dan secara langsung kita dapat melihat bahwa Ekosistem

C memiliki total jumlah spesies terendah dari ketiga ekosistem.

Faktor abiotik dan biotik yang memiliki pengaruh paling besar dalam membatasi keanekaragaman organism antara lain suhu, kelembaban udara, insensitas cahaya, dan angin. Keempat faktor ini merupakan komponen yang berpengaruh terhadap cuaca yang dominan di suatu lokasi, yang secara langsung akan berdapak pada keanekaragaman, dan persebaran organisme.

Page 19: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

Kemungkinan keanekaragaman organisme tanah paling tinggi dapat dijumpai pada ekosistem B, karena selain presentase kanopi besar, ekosistem ini memiliki suhu tanah, dan kelembaban yang cukup untuk menunjang kehidupan organism tanah. Tipe ekosistem yang kemungkinan merupakan ekosistem peralihan atau ekotone adalah Ekosistem A, karena ekosistem A kemungkinan mengandung organisme dari berbagai komunitas yang saling tumpang tindih, selain itu pada ekosistem A jumlah jenis dan kepadatan organismenya paling besar dibanding dua ekosistem lainnya.

Ekosistem yang memiliki aliran energi paling rendah adalah ekosistem C karena ekosistem C memiliki jumlah dan jenis vegetasi yang paling sedikit yang berimbas pada produktivitas primer. Kemudian jika dilanjutkan ke produktivitas sekundernya maka akan menjadi semakin sedikit.

Page 20: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

BAB V

KESIMPULAN

1. Faktor biotik pada suatu ekosistem dapat diamati secara langsung menggunakan

panca indera dengan mengestimasi hasil

2. Faktor abiotik pada suatu ekosistem diamati menggunakan alat khusus yang

spesifik berdasarkan hasil yang diinginkan misalnya, anemometer untuk

mengukur kecepatan angin.

3. Penggunaan alat-alat pengukuran faktor biotik dan abiotik memiliki spesifikasi

tersendiri sesuai dengan kegunaan alat dan setiap penggunaan alat dimulai

dengan mengkalibrasi terlebih dahulu alat tersebut.

4. Ekosistem tanaman obat, ekosistem kebun karet dan ekosistem kebun rambutan

termasuk ke dalam ekosistem semi alami.

5. Ekosistem tanaman obat memiliki keanekaragaman tanaman yang rendah dengan

dominasi rerumputan dan sedikit biota di dalamnya.

6. Ekosistem kebun karet memiliki keanekaragaman tanaman paling tinggi dengan

dominasi pohon besar dan banyak biota yang hidup di dalamnya.

7. Ekosistem kebun rambutan memiliki keanekaragaman tanaman terendah dengan

dominasi pohon rambutan dan sedikit biota yang hidup di dalamnya.

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan suatu ekosistem adalah :

a. Faktor biotik meliputi persentase kanopi, ketinggian vegetasi, kerapatan

vegetasi, spesies tumbuhan bawah dan pohon serta keberadaan hewan-

hewan dan aktivitas manusia.

b. Faktor abiotik meliputi temperatur udara dan tanah, pH tanah, kecepatan

angin, kelembaban udara, intensitas cahaya, profil dan perkolasi tanah.

Page 21: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

DAFTAR PUSTAKA

Campbel, Neil A.2009.Biologi Jilid III.Erlangga: Jakarta

Campbell, N.A., J.B. Reece dan L.G. Mitchell. 2004. Biologi. Penerjemah Wasmen

Manalu. Erlangga. Jakarta

Gunawan, Asim. Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 4. Jakarta: Pb. Itner Masa.

Indriyato. 1982. Ekologi Hutan. Jakarta: Buku Aksara

Isnaeni, W. Fisiologi Hewan. Kanisius. Yogyakarta

Resosoedarmo, Kartawinata, Soegiarto. 1985. Pengantar Ekologi. Gramedia. Jakarta

Salisbury, F. dan C. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Penerjemah : Diah, Lukman

dan Sumayono. ITB Press. Bandung

Sugiyarto. 2007. Preferensi Berbagai Jenis Makrofauna Tanah Terhadap Sisa Bahan

Organik Tanaman Pada insensitas Cahaya Berbeda.FMIPA Universitas

Sebelas Maret:Surakarta

Sujarwanta, Agus.2009. Panduan Praktikum. Metro:UMM

Tim Dosen Biologi. 2008. Biologi Dasar. Lembaga Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Jakarta

Winarno, F.G. dan W. Agustinah. 2007. Pengantar Bioteknologi. Embrio

Press.Bogor

Page 22: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

LAMPIRAN

Gambar3. Ekosistem Tanaman Obat di Utara FKIK UIN Jakarta

Tabel 2. Faktor Biotik Ekosistem Tanaman Obat di Utara FKIK UIN Jakarta

Bayam-bayaman Manihot utilisima Pohon katuk Pace Pohon cery Benalu

Pohon Mangga Mimosa pudica paku-pakuan Bufo sp Ilalang Pohon cabai

daun mangkuk pohon menjalar

Page 23: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

Gambar 4. Ekosistem Kebun Karet di Kawasan Fakultas Pertanian UMJ

Tabel 3. Komponen Biotik Kebun Karet di Kawasan Fakultas Pertanian UMJ

pletekkan Jamur Sukun Kangkung Pohon pepaya Pohon cery Bambu kipas

Petai china Pohon pisang Ilalang Pohon kecapi Pohon karet Mimosa pudica Pohon bambu

asem kecil Pohon ceremai Bufo sp Capung.

Page 24: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

Gambar 5. Ekosistem Kebun Rambutan di Selatan FKIK UIN Jakarta

Tabel 4. Faktor Biotik Ekosistem Tanaman Obat di Utara FKIK UIN Jakarta

Umbi-umbian Rumput ilalang Jambu air

Bufo sp. Rumput gajah Rambutan

Tabel 5. Alat – Alat Pengukuran Factor Biotic Dan Abiotik Ekosistem

Thermometer Soiltester Lux meter Sling psikrometer Jangka sorong Anemometer Core sampler

Page 25: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

Tabel 6. Data Hasil Pengamatab Faktor Biotik Ekosistem

Faktor Biotik Ekosesitem A Ekosesitem B Ekosesitem C

Persentase kanopi 28 % 63% 84%

Ketinggian vegetasi 8,3 m 22,5 m 12,7 m

Kerapatan vegetasi 90% 85% 80 %

Spesies tumbuhan

bawah

Rumput, putri malu,

ilalang, bayem liar,

singkong, tumbuhan

paku, alang-alang sp.1,

alang-alang sp.2, alang-

alang sp.3, tumbuhan

bunga terompet, kacang

tanah, Sp.4, bunga

sepatu, katuk, cabe,

boegenvil, jeruk nipis,

benalu, sp.5, dandelion,

jamur.

Rumput gajah,

kacang-kacangan,

alang-alang, ilalang,

keladi,jamur,

kangkung, mimosa

pudica, pletekan, sp1,

sp2, sp3, sp4.

Ilalang, rumput gajah,

ubi-ubian, benalu,

rerumputan,

Spesies pohon Mangga, trembesi, seri,

sp.1, rambutan,

mengkudu, belimbing,

bintaro

Jati, pisang, crème,

mangga,

singkong,papaya,

ceri, pete cina, sukun,

karet, mahkota dewa,

kecapi.

Rambutan, mangga,

belimbing, jambu,

sawo.

Tanda-tanda hewan Kupu-kupu, jangkrik,

lebah, semut, cacing

tanah, burung,

belalang, ulat, nyamuk,

lalat, tikus, cicak.

Kupu-kupu, belalang,

jangkrik, tikus,

kodok, laba-laba,

bekocot, kumbang,

tawon, kucing, kadal.

Kupu-kupu, semut,

kodok, belalang,

nyamuk, burung, ulat,

tawon.

Page 26: 1. Laporan Praktikum Ekologi Terrestrial Pengamatan Ekosistem

Organisme tanah Semut hitam, cacing

tanah, semut rang-rang

Semut, semut

rangrang, tikus,

cacing,

Semut, cacing, semut

rangrang

Burung Gereja, Wallet Wallet, gereja, sp1,

sp2

Wallet, gereja, kutilang

Aktivitas manusia Ada (Aktivitas

Penanaman Tanaman

Obat)

Ada Ada