1. keragaman agronomis beberapa varietas
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 1. Keragaman Agronomis Beberapa Varietas
1/10
Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No.1 JanuariMaret 2014: 1-10
1
KERAGAMAN AGRONOMIS BEBERAPA VARIETAS
UNGGUL BARU TANAMAN PADI (Oryza sativaL.) PADAMODEL PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU
Yudhi Mahmud, Sulistyo Sidik PurnomoFakultasPertanian Program StudiAgroteknologiUniversitas Singaperbangsa Karawang
Abstrak
Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan varietas unggul baru tanaman padi(Oryza sativa L.) apa yang menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi tertinggipada model Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi di Desa Kuta Raharja KecamatanBanyusari Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Tempat percobaan berada pada
ketinggian 18 meter di atas permukaan laut dengan jenis tanah Aluvial kelabu. Tempatpercobaan berdasarkan Klasifikasi iklim Schmidt and Ferguson, tergolong tipe E (agakkering). Percobaan dilaksanakan pada musim kemarau 2013 selama 5 bulan mulai daribulan Juni 2013 sampai dengan bulan Oktober 2013.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen dengan menggunakan
Rancangan Acak Kelompok Faktor Tunggal, yang terdiri dari 5 perlakuan. Adapun 5perlakuan itu adalah A = Varietas Mekongga, B = Varietas Sidenuk C = VarietasCiherang, D = Inpari 18 dan, E = Varietas Inpari 19.
Hasil penelitian menunjukkan Terdapat pengaruh macam varietas terhadap tinggi
tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi,
bobot 1.000 butir gabah isi dan hasil gabah kering giling (GKG) dari kelima varietas
tanaman padi yang digunakan. Varietas Mekongga memperoleh hasil gabah keringgiling tertinggi, yaitu 6,82 kg/petak atau setara dengan 7,58 ton/ha berbeda nyata
dengan empat varietas lainnya.
Kata Kunci: Varietas Unggul baru, PTT,
PENDAHULUANPadi merupakan komoditas pangan utama di Indonesia. Tingkat produksi
maupun konsumsi padi selalu menempati urutan pertama diantara komoditas
tanaman pangan lainnya. Konsumsi padi dari tahun ke tahun selalu mengalami
peningkatan seiring dengan pertambahan penduduk. Demikian juga denganproduksi maupun produktivitas padi semakin meningkat seiring dengan
penggunaan varietas unggul dan teknik budaya yang intensif. Pada tahun 1978
produksi padi nasional sebesar 25.77 juta ton sedangkan pada tahun 1984 menjadi
38.14 juta ton dengan produktivitas 3.91 ton/ha. Pada tahun 2000, produksi
nasional mencapai 51.89 juta ton dengan produktivitas sekitar 4.4 ton/ha
(Departemen Pertanian, 2006).
Permasalahan yang muncul adalah terjadinya pelandaian peningkatan
produksi dan produktivitas padi secara nasional. Produksi tahun 1981 1990
meningkat sebesar 4.08% per tahun, tahun 1991- 2000 sebesar 1.31% per tahun,
sedangkan tahun 2001-2007 sebesar 0.58% (Badan Pusat Statistik, 2008). Angka
-
7/26/2019 1. Keragaman Agronomis Beberapa Varietas
2/10
Yudhi Mahmud dkk, Keragaman Agronomis Beberapa.......
2
tersebut menunjukkan penurunan tingkat kanaikan produksi pada dekade ini
cukup besar jika dibandingkan dengan dekade sebelumnya.
Pada satu sisi, kebutuhan pangan nasional terus meningkat sejalan dengan
pertumbuhan penduduk sedangkan sisi lain upaya pemenuhan kebutuhan pangan
nasional dengan cara selalu mengimpor, selain menguras banyak devisa, jugatidak strategis bagi kepentingan ketahanan nasional dalam jangka panjang. Hal
ini secara tidak langsung membutuhkan solusi dari segi varietas tanaman pangan
yang berkualitas.
Sasaran perbaikan varietas padi adalah menghasilkan varietas varietas
baru yang mempunyai sifat-sifat unggul sesuai dengan tujuan pengembangan pada
masing-masing tipologi wilayah padi yaitu : lahan sawah, dataran tinggi, gogo,
lebak air dalam dan pasang surut (Harahap dan Silitongga, 1993).
Varietas yang memiliki prospek untuk menggantikan varietas Ciherang
sebagai varietas padi sawah utama yang ditanami petani adalah varietas
Mekongga, varietas Inpari 18, varietas Inpari 19, dan varietas Inpari Sidenuk.
Varietas ini termasuk dalam golongan varietas unggul baru yang belum dikenal
masyarakat, khususnya para petani di Kabupaten Karawang, sehingga perlu
diketahui bagaimana kemampuan adaptasinya jika ditanam di daerah Karawang
dan dapat menjadi pilihan atau alternatif varietas tanaman padi yang dapat
ditanam dengan hasil yang lebih baik.
Pengelolaan Tanaman Terpadu atau PTT padi sawah bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas tanaman dari segi hasil dan kualitas melalui
penerapan teknologi yang cocok dengan kondisi setempat (spesifik lokasi) serta
menjaga kelestarian lingkungan. Dengan meningkatnya hasil produksi diharapkan
pendapatan petani akan meningkat.
METODE PENELITIAN
Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi di Desa Kutaraharja
Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pada musim kemarau
tahun 2013 selama lima bulan dari bulan Juni 2013 sampai dengan bulan Oktober
2013.
Bahan yang digunakan adalah benih kelas FS (Foundation seed) tanaman
padi varietas unggul baru Ciherang, Mekongga, Sidenuk, Inpari 18, Inpari 19,
pupuk Urea (46% N), pupuk SP36 (36% P2O5 ), pupuk KCl (60 % K2O) dan
pestisida .
Metode penelitian menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan
Acak Kelompok (RAK). Perlakuan terdiri dari 5 yang masing-masing diulang 5
kali.
Analisis keragaman (Analysis of Variance) dilakukan untuk semua data
hasil pengamatan utama. Jika hasil uji F untuk perlakuan dalam sidik ragam
menunjukkan berbeda nyata, maka untuk mengetahui perlakuan paling baik
pengujian dilajutkan dengan uji beda rata-rata dengan menggunakan Duncan
multiple range test(DMRT) pada taraf nyata 5 % (Gomez dan Gomez, 2007)
Kegiatan pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan penunjang dan
pengamatan utama. Pengamatan penunjang adalah pengamatan yang datanya
tidak disertai analisis statistik, meliputi keadaan cuaca selama percobaan yaitu
suhu dan curah hujan selama 10 tahun terakhir dan keadaan OPT selama
-
7/26/2019 1. Keragaman Agronomis Beberapa Varietas
3/10
Yudhi Mahmud dkk, Keragaman Agronomis Beberapa.......
3
percobaan. Sedangkan Pengamatan utama adalah pengamatan yang diuji secara
statistic meliputi pengamatan tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai,
jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, bobot 1.000 butir gabah isi dan hasil
gabah kering giling (GKG).
HASIL DAN PEMBAHASANSelama percobaan dari bulan Juni sampai dengan bulan Oktober, suhu dan
kelembaban udara tidak mengalami perubahan cukup berarti. Kisaran suhu harian
selama percobaan antara 24 0C 330C, sedangkan kelembaban relatif antara 45%
- 80%. Kisaran suhu dan kelembaban relatif tempat percobaan berada pada
kisaran yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi, seperti yang dikemukakan
oleh Fagi dan Las (1989), bahwa tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada
kisaran suhu 20 350C.
Secara umum pelaksanaan percobaan di lapangan berjalan lancar, tidak
terjadi serangan hama yang mengkhawatirkan, dan tidak terjadi serangan penyakityang mengkhawatirkan. Pengumpulan data serangan hama dan penyakit
didasarkan pada jenis dan gejala serangan hama dan penyakit selama percobaan.
Serangan hama mulai terlihat pada saat tanaman berumur 5 hari setelah
tanam. Hama yang menyerang yaitu siput Murbai atau keong emas (Pomacea
canaliculata). Serangan hama tikus (Rattus rattus argentiventer) terjadi pada
umur 14 dan 21 hst. Pada umur 28 hari setelah tanam terjadi serangan hama
penggerek batang padi (Scirpophaga spp ) dengan intensitas rendah, dan dapat
diatasi secara kimia menggunakan insektisida.
1.
Tinggi Tanaman per RumpunHasil analisis statistik menunjukkan terdapat pengaruh nyata macam
varietas terhadap keragaan tinggi tanaman dari lima varietas yang diteiliti tertera
pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Pengaruh macam varietas tanaman padi terhadap tinggi tanaman
padi sawah di Kecamatan Banyusari Karawang pada umur 14
70 hst.
PerlakuanRata-rata tinggi tanaman per rumpun umur
14 hst 28 hst 42 hst 56 hst 70 hstKode Varietas
(cm)
A Mekongga 39,93b 65,09b 85,15b 93,83b 104,96b
B Sidenuk 41,91b 65,99b 84,01b 93,81b 105,77b
C Ciherang 41,35b 65,00b 89,04b 106,02a 110,69a
D Inpari 18 46,96a 67,27b 87,87b 101.27a 101,55b
-
7/26/2019 1. Keragaman Agronomis Beberapa Varietas
4/10
Yudhi Mahmud dkk, Keragaman Agronomis Beberapa.......
4
E Inpari 19 48,02a 74,81a 98,12a 103,61a 105,61ab
Koefisien Keragaman (%) 7,45 5,23 5,47 4,39 3,78
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yangsama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda
Duncan pada taraf 5%.
Varietas Inpari 19 sejak 14 hst hingga 42 hst memiliki tinggi tanaman
yang berbeda nyata dengan varietas lainnya, baru pada umur 56 hst tinggi
tanaman tertinggi dicapai oleh varietas Ciherang berbeda nyata dengan varietas
Mekongga dan Sidenuk, namun tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 18 dan
Inpari 19. Pada umur 70 hst tinggi tanaman tertinggi dicapai oleh varietas
Ciherang berbeda nyata dengan varietas Mekongga, Sidenuk dan Inpari 18,
namun tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 19.
2.
Jumlah Anakan per Rumpun
Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat pengaruh nyata macam
varietas terhadap keragaan jumlah anakan per rumpun dari lima varietas yang
diteiliti tertera pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Pengaruh macam varietas tanaman padi terhadap jumlah anakan
per rumpun padi sawah di Kecamatan Banyusari Karawang pada
umur 14 70 hst.
Perlakuan
Rata-rata jumlah anakan per rumpun umur
14 hst 28 hst 42 hst 56 hst 70 hstKode Varietas
(batang)
A Mekongga 6,88a 16,82a 20,44a 15,94a 14,46a
B Sidenuk 5,84ab 15,56a 17,84b 13,7b 11,86b
C Ciherang 5,64ab 14,42ab 17,14b 12.16 bc 10,10b
D Inpari 18 5,22b 12,10bc 14,32c 11,3c 10,30b
E Inpari 19 6,40ab 10,72c 13,66c 11,06c 10,08b
Koefisien Keragaman (%) 15,52 12,97 9,97 10,68 13,19
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda
Duncan pada taraf 5%.
Pada umur 14 hst jumlah anakan terbanyak dicapai oleh varietas
Mekongga, berbeda nyata dengan varietas Inpari 18, namun tidak berbeda nyata
-
7/26/2019 1. Keragaman Agronomis Beberapa Varietas
5/10
Yudhi Mahmud dkk, Keragaman Agronomis Beberapa.......
5
dengan varietas Sidenuk, Ciherang dan Inpari 19. Pada umur 28 hst jumlah
anakan terbanyak masih dicapai oleh varietas Mekongga berbeda nyata dengan
varietas Inpari 18 dan Inpari 19.
Pada umur 42 70 hst varietas Mekongga memiliki jumlah anakan paling
banyak berbeda nyata dengan varietas lainnya. Secara umum jumlah anakanmenurun pada saat tanaman padi mencapai periode generatif, diduga karena
adanya kompetisi yang menyebabkan kebutuhan nutrisi, cahaya dan ruang tumbuh
menjadi tidak tercukupi sehingga pertumbuhan jumlah anakan terganggu dan
akhirnya mati (Sastroutomo, 2009).
3. Jumlah malai per rumpun
Jumlah malai per rumpun terbanyak dicapai oleh varietas Mekongga
berbeda nyata dengan empat varietas lainnya. Perolehan jumlah malai per
rumpun berkaitan erat dengan kemampuan tanaman menghasilkan anakan dan
kemampuan mempertahankan berbagai fungsi fisiologis tanaman. Semakin
banyak anakan yang terbentuk semakin besar peluang terbentuknya anakan yang
menghasilkan malai. Hal ini sejalan dengan pendapat Murayama (1995) yang
menyatakan bahwa pada saat tanaman mulai berbunga hampir seluruh hasil
fotosintesis dialokasikan ke bagian generatif tanaman (malai) dalam bentuk
tepung. Selain itu, terjadi juga mobilisasi karbohidrat protein dan mineral yang
ada di daun, batang dan akar untuk dipindahkan ke malai.
Tabel 3. Pengaruh macam varietas tanaman padi terhadap komponen hasil
tanaman padi sawah di Kecamatan Banyusari Karawang, 2013.
Perlakuan Jumlah
malai per
rumpun
Jumlah
gabah per
malai
Persentase
gabah isi
Bobot
1000 butir
gabah isiKode Varietas
(Batang) (Butir) (%) (gram)
A Mekongga 14,1a 108,52b 94,86a 27,8a
B Sidenuk 11,66b 132,55a 91,44bc 25,26b
C Ciherang 9,86b 120,86ab 90,84bc 26,68b
D Inpari 18 10,22b 106,07b 92,66ab 28,46a
E Inpari 19 9,98b 120,45ab 90,02c 25,6b
Koefisien Keragaman (%) 13,57 10,36 1,67 5,74
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda
Duncan pada taraf 5%.
-
7/26/2019 1. Keragaman Agronomis Beberapa Varietas
6/10
Yudhi Mahmud dkk, Keragaman Agronomis Beberapa.......
6
4. Jumlah gabah per malaiJumlah gabah per malai terbanyak diperoleh oleh varietas Sidenuk berbeda
nyata dengan Mekongga dan Inpari 18, tapi tidak berbeda nyata dengan varietas
Ciherang dan Inpari 19. Kemampuan tanaman untuk menghasilkan jumlah
gabah per malai dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satu faktor yang palingpenting adalah karakteristik panjang malai dan ketersediaan hara. Setiap varietas
memiliki karakteristik panjang malai yang berbeda. Adanya perbedaan panjang
malai berpengaruh terhadap perbedaan jumlah bakal gabah dengan kecenderungan
semakin panjang malai semakin banyak bakal gabah yang terbentuk.
Perbedaan jumlah gabah per malai yang dihasilkan dari masing-masing
varietas disebabkan oleh faktor genetik masing-masing varietas, berdasarkan
deskripsi varietas Sidenuk memang memiliki jumlah gabah paling banyak, yaitu
175 200 butir. Hal ini sejalan dengan pendapat Guswara (2007)jumlah gabah
per malai dipengaruhi oleh faktor genetik. Disamping itu faktor lingkungan ikut
berperan dalam tinggi rendahnya jumlah gabah permalai, karena keadaan cuaca
yang cerah dapat meningkatkan laju fotosintesa, energi cahaya yang digunakan
untuk merombak air dan gas asam arang dirubah menjadi makanan, fotosintat
yang dihasilkan akan disimpan dalam jaringan batang dan daun, kemudian akan
ditranslokasikan ke gabah tingkat pematangan
5. Persentase Gabah IsiHasil analisis ragam dan uji beda nyata Duncan pada Tabel 5 menunjukkan
bahwa persentase gabah isi tertinggi diperoleh varietas Mekongga, yaitu 94,86%
berbeda nyata dengan varietas Sidenuk, Ciherang dan Inpari 19, namun tidak
berbeda nyata dengan varietas Inpari 18.
Perbedaan persentase gabah isi ini diduga disebabkan oleh faktor genetik daritiap varietas tanaman padi yang digunakan. Varietas Mekongga relatif lebih stabil
dibanding varietas lainnya sehingga memiliki persentase gabah isi yang tinggi.
Tingginya persentase gabah isi per malai sangat dipengaruhi oleh jumlah gabah
per malai dan jaminan hara yang tersedia. Kondisi lingkungan tumbuh yang
sesuai cenderung merangsang proses inisiasi malai menjadi sempurna, sehingga
peluang terbentuknya bakal gabah menjadi lebih banyak. Namun demikian
semakin banyak gabah yang terbentuk, meningkatkan beban tanaman untuk
membentuk gabah bernas. Apabila saat proses pengisian gabah, tidak diimbangi
dengan ketersediaan hara yang mencukupi akan banyak terbentuk gabah hampa.
Persentase gabah isi merupakan salah satu indikator produktivitas tanaman,
semakin tinggi persentase gabah isi yang diperoleh suatu varietas menandakanvarietas tersebut mempunyai produktivitas yang tinggi
6. Bobot 1.000 butir gabah isiHasil analisis ragam dan uji beda nyata Duncan pada Tabel 5 menunjukkan
bahwa bobot 1.000 butir gabah isi tertinggi diperoleh varietas Inpari 18, yaitu
28,46 gram berbeda nyata dengan varietas Sidenuk, Ciherang dan Inpari 19,
namun tidak berbeda nyata dengan varietas Mekongga.
Perbedaan bobot 1000 butir gabah isi antara hasil percobaan dan deskripsi
membuktikan bahwa walaupun secara genotifik varietas-varietas tersebut sudah
stabil namun faktor lingkungan sangat mempengaruhi sifat fenotifik dari suatu
varietas.
-
7/26/2019 1. Keragaman Agronomis Beberapa Varietas
7/10
Yudhi Mahmud dkk, Keragaman Agronomis Beberapa.......
7
7. Hasil Gabah Kering GilingHasil analisis statistik terhadap data hasil gabah kering giling (GKG)
dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5% tertera pada Tabel 4.
Hasil analisis statistik terhadap hasil gabah kering giling menunjukkan varietasMekongga memperoleh hasil tertinggi sebesar 6,82 kg/petak atau setara dengan
7,58 ton/ha, berbeda nyata dengan hasil gabah kering giling empat varietas
lainnya.
Hasil gabah berhubungan erat dengan komponen hasil seperti jumlah
malai per rumpun, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi dan bobot 1.000
butir gabah isi. Tingginya perolehan hasil gabah kering giling varietas Mekongga
ditunjang oleh perolehan jumlah malai per rumpun, persentase gabah isi dan
bobot 1.000 butir gabah isi yang lebih banyak dibanding perlakuan lainnya.
Tabel 4. Pengaruh macam varietas tanaman padi terhadap hasil gabah
kering giling tanaman padi sawah di Kecamatan Banyusari
Karawang. 2013.
PerlakuanHasil Gabah Kering Giling
Kode Varietas
(kg/petak) (ton/ha)
A Mekongga 6.82a 7,58
B Sidenuk 5,98b 6,64
C Ciherang 5,8b 6,44
D Inpari 18 5,96b 6,62
E Inpari 19 5,5b 6,11
Koefisien Keragaman (%) 7,78
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji jarak bergandaDuncan pada taraf 5%.
KESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1.
Terdapat pengaruh macam varietas terhadap tinggi tanaman, jumlah
anakan, jumlah malai, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, bobot
1.000 butir gabah isi dan hasil gabah kering giling (GKG) dari kelima
varietas tanaman padi yang digunakan.
-
7/26/2019 1. Keragaman Agronomis Beberapa Varietas
8/10
Yudhi Mahmud dkk, Keragaman Agronomis Beberapa.......
8
2. Varietas Mekongga memperoleh hasil gabah kering giling tertinggi, yaitu
6,82 kg/petak atau setara dengan 7,58 ton/ha berbeda nyata dengan empat
varietas lainnya.
DAFTAR PUSTAKAAtman. 2005. Pengaruh Sistim Tanam Bershaf dengan P-starter (shafter) pada
Padi Sawah varietas Batang Piaman. Jurnal Stigma Vol. XIII No. 4,
Oktober-Desember 2005. Faperta Universitas Andalas Padang; 579-582.
Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Indonesia.. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2010. Macam Varietas Unggul.
http://bbpadi.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 6 Maret 2013.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. 2011.Uji Adaptasi Beberapa VarietasUnggul Baru Padi Pada Lahan Sawah Dengan Pendekatan Pengelolaan
Tanaman Terpadu. http://bali.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal
16 April 2013.
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Potensi Varietas Unggul
Baru Tanaman Padi. Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Padi.
Bogor
Bambang. 2010 . Benih Tahan Banting. http://majalahpadi.blogspot.com. Diakses
pada tanggal 12 Maret 2013.
Budianto D. 2003. Kebijaksanaan Penelitian Dan Pengembangan Teknologi
Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu Di Indonesia. Prosiding
Lokakarya pelaksanaan program peningkatan Produktivitas Padi Terpadu
(P3T) Tahun 2003. Puslitbangtan. Bogor.
Departemen Pertanian. 2008. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Gogo.
Pedoman bagi penyuluh pertanian. Badan Litbangtan. Departemen
Pertanian. Jakarta.
Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Karawang. Paparan Target Produksi
Tanaman pangan di Kabupaten Karawang Tahun Anggaran 2013. DinasPertanian, Kehutanan dan Peternakan Kabupaten Karawang. Karawang.
Gomez, A. K. ,dan Gomez, A.A. 2007. Prosedur Statistik Untuk Penelitian.
Jakarta : Universitas Indonesia Press. 698 hal.
Guswara, A., Tita, R., E. Sutisna, dan I. Las. 2003. Intersepsi Radiasi Dalam
Berbagai Populasi Padi Tipe Baru. Laporan Kemajuan Penelitian. 2003.
11 p. tidak dipublikasikan.
http://bbpadi.litbang.deptan.go.id./http://bali.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=102:uji-adaptasi-beberapa-varietas-unggul-baru-padi-pada-lahan-sawah-dengan-pendekatan-pengelolaan-tanaman-terpadu&catid=11:bulletin&Itemid=58http://bali.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=102:uji-adaptasi-beberapa-varietas-unggul-baru-padi-pada-lahan-sawah-dengan-pendekatan-pengelolaan-tanaman-terpadu&catid=11:bulletin&Itemid=58http://bali.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=102:uji-adaptasi-beberapa-varietas-unggul-baru-padi-pada-lahan-sawah-dengan-pendekatan-pengelolaan-tanaman-terpadu&catid=11:bulletin&Itemid=58http://bali.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=102:uji-adaptasi-beberapa-varietas-unggul-baru-padi-pada-lahan-sawah-dengan-pendekatan%20pengelolaan-tanaman-terpadu&catid=11:bulletin&Itemid=58http://bali.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=102:uji-adaptasi-beberapa-varietas-unggul-baru-padi-pada-lahan-sawah-dengan-pendekatan%20pengelolaan-tanaman-terpadu&catid=11:bulletin&Itemid=58http://bali.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=102:uji-adaptasi-beberapa-varietas-unggul-baru-padi-pada-lahan-sawah-dengan-pendekatan-pengelolaan-tanaman-terpadu&catid=11:bulletin&Itemid=58http://bali.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=102:uji-adaptasi-beberapa-varietas-unggul-baru-padi-pada-lahan-sawah-dengan-pendekatan-pengelolaan-tanaman-terpadu&catid=11:bulletin&Itemid=58http://bali.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=102:uji-adaptasi-beberapa-varietas-unggul-baru-padi-pada-lahan-sawah-dengan-pendekatan-pengelolaan-tanaman-terpadu&catid=11:bulletin&Itemid=58http://bbpadi.litbang.deptan.go.id./ -
7/26/2019 1. Keragaman Agronomis Beberapa Varietas
9/10
Yudhi Mahmud dkk, Keragaman Agronomis Beberapa.......
9
Guswara, A.2007. Peningkatan Hasil Tanaman Padi Melalui Pengembangan Padi
Hibrida : Dalam Kumpulan RDTP/ROPP. Balai Besar Penelitian Tanaman
Padi. Sukamandi..
Harahap, Z. dan Silitongga. 1993. Perbaikan Varietas Padi Buku 2. PusatPenelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. http://www.bps.go.id (03
April 2011)
Ihsan, Nurman. 2012.MacamMacam Karakteristik Varietas Padi Unggul Baru.
http://ceritanurmanadi.wordpress.com. Diakses pada tanggal 16 April
2013
Ishaq, Iskandar, Kasdi Subagyono, dan Agus Nurawan. 2009. Petunjuk Teknis
Pengelolaan Tanaman danSumberdaya Terpadu (PTT) PadiSawah. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Departemen Pertanian, Jakarta.
Kush. G. S. and R. C. Aquino. 1990. Breeding For High Yield Potential In Rice.
Paper Presented At The International Rice Research Conference. 27 31
Augustus. Seoul, Korea.
Murayama, N 1995.Fertilizer application to rice in relation to nutriphysiology of
ripening. 2.j.Agri.Sci.24:71-77.(J) dalam skripsi H. Sukardi. 2006.
Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk Anorganik (NPK) dan Organik
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.).
Fakultas Pertanian Unsika.
Manurung, S.O. dan M. Ismunadji. 1989. Morfologi Padi. Dalam Padi Buku I.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman, Bogor. Hal. 319.
Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian Badan Penyuluhan dan
Pengembangan SDM Pertanian. 2011. Usaha Tani Padi Dengan
Pendekatan PTT. Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian Badan
Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian.Jakarta.
Sabiha. 2012. Varietas Inpari Untuk Rakyat. .http://blog.ub.ac.id. Diakses Pada
Tanggal 6 Maret 2013.
Sastroutomo, S., 2009. Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta.
Simorangkir, Yudho.2011. Sawah Irigasi.http://yudhozone.blogspot.com Diakses
Pada Tanggal 12 Maret 2013.
Sudirman. 2005. Deskripsi Tanaman Padi. http://theriiz.blogspot.com. Diakses
pada tanggal 12 Maret 2013.
Suhendar, Yan. 2011. Pemilihan Varietas Unggul Baru. http://www.agrina-
online.com. Diakses pada tanggal 16 April 2013.
http://yudhozone.blogspot.com/http://yudhozone.blogspot.com/ -
7/26/2019 1. Keragaman Agronomis Beberapa Varietas
10/10
Yudhi Mahmud dkk, Keragaman Agronomis Beberapa.......
10
Suteja. 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina Aksara, Jakarta. 193 hal.
Suryatna. 2007. Subsidi Benih Dan Dampaknya Terhadap Peningkatan Produksi
Pangan, Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian, Analisis KebijaksanaanAntisipatif Dan Responsif. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian.
Badan Litbang Pertanian. Bogor.