1. keluarga alumni gadjah mada

17

Upload: tiara-wahidah

Post on 03-Feb-2016

293 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

yess

TRANSCRIPT

Page 1: 1. Keluarga Alumni Gadjah Mada
Page 2: 1. Keluarga Alumni Gadjah Mada

PRAKATA PENULIS

E-book dengan judul Kiprah Kagama Mempertegas Jati Diri UGM ini merupakan

ringkasan dan penyempurnaan dari buku 7 Windu Sumbangsih Kagama bagi Bangsa dan

Negara yang pernah diterbitkan oleh Pengurus Pusat Kagama tahun 2014, bertepatan dengan

acara Munas XII Kagama.

Edisi e-book ini disusun sebagai bahan pembelajaran bagi calon mahasiswa baru UGM

agar mengenal apa dan bagaimana kiprah alumni Universitas Gadjah Mada dari masa ke masa.

Penulis menyadari bahwa tidak semua kiprah Kagama baik pusat dan daerah dapat terekam

dalam buku tipis ini, sekalipun demikian penulis berharap isi buku ini cukup memberi

gambaran sekilas tentang kiprah Kagama.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Pengurus

Pusat Kagama dan Direktorat Kemahasiswaan yang berkenan menerbitkan buku ini.

Terimakasih juga diucapkan pada segenap pihak yang telah membantu mewujudkan buku ini.

Selamat membaca, semoga menginspirasi dan bermanfaat.

Yogyakarta, Juli 2015

Tim Penulis

Page 3: 1. Keluarga Alumni Gadjah Mada

KIPRAH KAGAMA MEMPERTEGAS JATI DIRI UGM

KAGAMA dibentuk tanggal 18 Desember 1958, dan merupakan organisasi kekeluargaan,

bukan organisasi politik. Meski begitu KAGAMA tetap berkomitmen pada permasalahan-

permasalahan yang terjadi pada bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebut saja,

ketika terjadi pergolakan politik terkait dengan dasar negara setelah pemerintahan RIS kembali

menjadi NKRI dan konstituante macet dalam pembahasan dasar negara, KAGAMA berinisiatif

menyelenggarakan Seminar Pancasila. Seminar yang dilaksanakan tanggal 17-21 Februari 1959

tersebut berhasil menjelaskan secara ilmiah tempat dan kedudukan Pancasila di dalam

ketatanegaraan Indonesia. Pancasila sebagai dasar filsafat negara termasuk dalam hukum dasar

yang dengan jalan hukum tidak dapat diubah. Pancasila harus dijelmakan di dalam seluruh

kehidupan hukum dan kenegaraan.

Ketika menutup seminar Presiden Soekarno mengatakan akan menganjurkan Konstituante

untuk kembali kepada UUD 1945. Dewan Mahasiswa kala itu juga tidak mau ketinggalan dalam

mendukung kembali ke-UUD 1945. Maka pada tanggal 17 Februari 1959 Dewan Mahasiswa UGM

juga mengadakan Seminar Kembali ke-UUD 1945 dan Follow-upnya. Dua seminar inilah yang

diyakini telah mendorong terjadinya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, dan dunia politik yang saat itu

sempat bergolak dapat ditenteramkan kembali.

Suasana Seminar Pancasila yang dibuka dan ditutup secara resmi oleh Presiden RI, Ir. Soekarno di

Sasono Hinggil tanggal 17-21 Februari 1959. (dok ANRI)

Page 4: 1. Keluarga Alumni Gadjah Mada

Usai menutup seminar, Presiden menjenguk Ki Hadjar Dewantara yang menyambut baik hasil

seminar agar dasar negara kembali ke UUD 1945. (dok. ANRI)

Dalam rangka Munas IV KAGAMA, April 1981, KAGAMA kembali berhasil memberi

masukan kepada pemerintah tentang perlunya penambahan azas-azas baru dalam GBHN dan

penegasan pengertian beberapa azas yang sudah ada. Azas baru yang perlu ditambahkan adalah

azas kesederhanaan bertanggungjawab, dan kejujuran bertanggungjawab, serta azas hidup

sederhana, sedangkan azas yang sudah ada dalam GBHN yang perlu dipertegas pengertiannya

yaitu azas manfaat, azas usaha bersama dan kekeluargaan, azas demokrasi, azas adil dan merata,

dan azas perikehidupan. Kegiatan pembangunan tidak sekedar bermanfaat yang sebesar-besarnya

bagi kemanusiaan, tetapi penekanan dimensi waktu perlu dimantapkan, yaitu bahwa kegiatan

pembangunan harus bermanfaat baik untuk masa sekarang maupun untuk masa mendatang.

Selanjutnya, azas usaha bersama dan kekeluargaan perlu ditambah dan ditekankan adanya

semangat kejujuran. Sementara azas demokrasi harus ditambah tidak hanya berlaku pada bidang-

bidang politik, sosial, dan ekonomi, tetapi juga pada bidang kebudayaan. Naskah Sumbangan

Pemikiran KAGAMA untuk GBHN 1984-1989 diterima Presiden Soeharto di Bina Graha Jakarta

hari Sabtu, 18 April 1981.

Page 5: 1. Keluarga Alumni Gadjah Mada

Munas IV KAGAMA dibuka residen Soeharto di Istana Negara 19 Februari 1981. (dok. KAGAMA)

Ketika bangsa ini dilanda krisis multidimensi pada tahun 1998, KAGAMA juga berperan

aktif menyumbangankan pemikiran untuk mengatasi krisis, disamping juga melakukan aksi

membantu masyarakat di sekitar kampus. Diawali dengan mengadakan diskusi ”Upaya Mengatasi

Krisis Nasional” tanggal 23 Februari 1998 yang melahirkan 9 butir sumbangan pemikiran dari

para pakar, anggota, dan pengurus KAGAMA. Kegiatan ini dilanjutkan dengan diskusi tanggal 29

April 1998 yang melahirkan ”Pokok-pokok Pikiran KAGAMA tentang Reformasi Politik dan

Ekonomi”. Pokok-pokok pikiran PPH KAGAMA tentang reformasi meliputi bidang politik dan

hukum yang terdiri atas 5 butir, bidang ekonomi 5 butir, dan 3 butir pemikiran dalam bidang

sosial budaya.

Jatuhnya korban akibat terjadinya ”bentrok dan kericuhan” antara mahasiswa yang

berunjukrasa dengan aparat keamanan, mendorong PPH KAGAMA membentuk ”Posko Pengaduan

dan Penanganan Akibat Krisis” (Crisis Service Centre), pada tanggal 18 Mei 1998. Adapun tujuan

krisis center, selain untuk mengoptimalkan peran serta sivitas akademika UGM, lebih-lebih

alumninya dalam memberikan pembelaan dan pelayanan hukum bagi masyarakat, juga

memberikan dukungan terhadap segala upaya dan perjuangan untuk tercapainya reformasi total

di Indonesia.

Page 6: 1. Keluarga Alumni Gadjah Mada

Hingga pertengahan Mei 1998, belum ada tanda-tanda krisis akan berakhir. Bahkan, situasi

menjadi semakin tidak menentu. Untuk itu, pada tanggal 20 Mei 1998, KAGAMA beserta Sivitas

Akademika UGM dan masyarakat Yogyakarta melakukan long-march dari halaman auditorium

Graha Sabha Pramana ke alun-alun utara Kraton Yogya untuk menyampaikan aspirasi kepada

Sultan HB X agar menuntut pemerintah melakukan reformasi total termasuk pergantian

kepemimpinan nasional.

Pernyataan sikap oleh Ketua PP KAGAMA, tanggal 20 Mei 1998 di Halaman GSP UGM. (dok. UGM)

Pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto menyerahkan jabatan kepada Wakil

Presiden, Prof. Dr. B.J. Habibie. Pergantian kepemimpinan nasional ternyata tidak serta merta

menyelesaikan permasalahan bangsa. Pada tanggal 8 Juli 1998, PPH KAGAMA mengadakan

”Seminar Refleksi Pancasila dan UUD 1945 Sebagai Dasar dan Arah Reformasi Nasional”. Pada

tanggal 12-13 Agustus 1998 PPH KAGAMA bekerjasama dengan BKS-IKAPTISI menyelenggarakan

Semiloka ”Mencari Platform Gerakan Reformasi Menuju Kesatuan dan Persatuan Bangsa” di Grha

Sabha Pramana. Kegiatan ini diakhiri dengan pembacaan ”Deklarasi Gerakan Reformasi Menuju

Persatuan dan Kesatuan Bangsa”. Tanggal 14 November 1998, PPH KAGAMA juga mengeluarkan 4

(empat) butir Pernyataan Keprihatinan dan Empati KAGAMA dan Dosen-Dosen di Yogyakarta

terkait keprihatinan atas gugurnya sejumlah mahasiswa, penyebab tragedi berdarah, penilaian

terhadap tragedi, dan tuntutan kepada pimpinan ABRI.

Pemikiran KAGAMA yang disampaikan kepada pemerintah tidak hanya terkait masalah

sosial-politik-ekonomi. Di bidang pendidikan dan ketenagakerjaan pemikiran KAGAMA tentang

pendidikan dasar sembilan tahun sudah dilontarkan jauh sebelum pemerintah mencanangkan

wajib belajar sembilan tahun. Pada tahun 1981 dalam lokakarya ketenagakerjaan yang

diselenggarakan PPH KAGAMA menyimpulkan perlunya pendidikan dasar selama sembilan tahun.

Menurut KAGAMA, pendidikan dasar umum sampai tingkat SLTP, selain untuk menjamin agar

kualitas pengetahuan warga negara bertambah kuat, juga sekaligus sekolah dapat menjadi sumber

tenaga terampil jika lulusannya tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Page 7: 1. Keluarga Alumni Gadjah Mada

Usulan yang dilontarkan KAGAMA terkait dengan masalah spiritual digulirkan dalam

seminar yang diselenggarakan dalam rangka menyambut Dies Natalis ke-37 UGM bertajuk

”Keseimbangan Spiritual dan Material dalam Peningkatan Pembangunan Nasional”. Kesimpulan

dari seminar ini antara lain bahwa harapan terhadap masa depan masyarakat Indonesia dapat

dicapai dengan membentuk keseimbangan antara rasionalitas dan emosionalitas antara

materialistis dan spiritualistis, keselarasan antara faktor intristik manusia dan faktor ekatrinsik

manusia, sehingga dalam proses pembangunan dapat dihindarkan proses dehumanisasi dan

dipihak lain dapat mempertahankan identitas tanpa mengingkiari nilai-nilai humanitas dan

universalitas. Semua nilai tersebut telah dirangkum dalam Pancasila sebagai etos Kebudayaan

Nasional Indonesia.

Terkait dengan globalisasi, KAGAMA berpendapat bahwa dalam era global disamping

memberikan dampak positif, juga menimbulkan masalah negatif yang mempengaruhi sendi-sendi

kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Globalisasi melemahkan nilai-

nilai agama, nilai sosial, dan nilai budaya. Berubahnya orientasi kehidupan keorientasi

materialistik telah merubah masyarakat dari suatu ikatan kolektif kearah individualistik.

Orientasi kehidupan yang materialistik dan individualistik ini membuat manusia semakin permisif

pada perilaku yang melanggar norma kehidupan berbangsa dan bernegara. Perubahan yang

demikian pesat ini mendorong KAGAMA sebagai suatu organisasi alumni yang terkait erat dengan

nilai dan etika almamaternya (Universitas Gadjah Mada), menyelenggarakan seminar nasional

sebagai bagian dari Munas VIII KAGAMA di Palembang tanggal 23-26 Juli 1997 dengan tema

:”Pengabdian dan Profesionalisme dalam Menyongsong abad XXI,” dengan sub bahasan

Peningkatan Profesionalisme, Cinta Tanah Air, serta Iman dan Takwa terhadap Tuhan Yang Maha

Esa.

Terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah, KAGAMA beberapa kali melakukan

pembahasan dalam format seminar nasional. Diawali dengan mengadakan Seminar Nasional

”Pelaksanaan Reformasi dalam Konteks Otonomi Daerah” tanggal 18 Desember 1998, di Wisma

KAGAMA. Dalam rangka MUNAS IX, tanggal 6-7 Juli 2001 KAGAMA kembali menyelenggarakan

seminar “Otonomi Daerah dalam Rangka Integrasi Bangsa”. Kegiatan yang dilaksanakan di

Balikpapan tersebut menghasilkan pokok-pokok pikiran dalam rangka integrasi bangsa dengan

pendekatan (1) otonomi daerah, (2) komunikasi politik, dan (3) budaya, sebagai sumbangan

KAGAMA kepada bangsa dan negara.Pada sidang pleno nasional KAGAMA tanggal 20 Desember

2002, PP KAGAMA juga mengadakan seminar nasional ”Peran Lembaga Keuangan Mikro dalam

Otonomi Daerah”. Seminar dihadiri PP KAGAMA, Pengda, dan Pengcab dari seluruh Indonesia.

Dalam rangka Sidang Pleno Nasional tanggal 17 Desember 2005, PP KAGAMA

menyelenggarakan seminar nasional ”Mengkaji Pelaksanaan Otonomi Daerah”. Selanjutnya, pada

tanggal20 Desember 2008, PP KAGAMA juga menggelar seminar nasional ”Refleksi Otonomi

Page 8: 1. Keluarga Alumni Gadjah Mada

Daerah sebagai Pondasi Kesatuan dan Kemajuan Indonesia”. Adapun pembicara dalam seminar ini

antara lain Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang dan Dirjen Otonomi Depdagri

Sodjuangan Situmorang,

Terkait dengan amademen UUD 1945, PP KAGAMA menggelar Semiloka Evaluasi Kritis

atas Proses dan Hasil Amandemen UUD 1945. Seminar yang dilaksanakan tanggal 8-10 Juli 2002

ini menghasilkan tiga rekomendasi yang diterima oleh Presiden RI, Megawati Soekarnoputri

ketika menutup acara seminar di Balai Senat UGM. Adapun nara sumber dalam seminar ini antara

lain, Jendral Endriartono Sutarto, Dr. Adnan Buyung Nasution, Dr. J. Kristadi, Bambang Wijoyanto,

SH, Dr. Mochtar Pabotinggi, Dr. Indria Samego, dan Dr. Denny Indrayana, SH, LLM.

Seminar Amandemen UUD 1945 yang hasilnya diserahkan kepada Presiden Megawati saat menutup

seminar di Balai Senat UGM. (dok. UGM)

Pada Munas KAGAMA X yang berlangsung di Jakarta, Presiden RI, Susilo Bambang

Yudhoyono (SBY), membuka acara secara resmi di Istana Negara. Dalam rangkaian Munas

KAGAMA X juga diselenggarakan seminar nasional bertema Strategi Kebudayaan, Upaya

Membangun Bangsa.Kegiatan berlangsung di Hotel Borobudur di Jakarta tanggal 22-24 Juli 2005.

Page 9: 1. Keluarga Alumni Gadjah Mada

Menyinggung seminar nasional yang diadakan KAGAMA dalam rangkaian acara Munas, SBY

menyambut positif dan mendukung diadakannya seminar. Bahkan, SBY meminta secara khusus

agar seminar tersebut membahas bagaimana memadukan hard power dan soft power dalam

pembangunan bangsa dan negara. Strategi kebudayaan hendaknya disusun dengan kontemplasi

dan refleksi tentang arah dan tujuan pembangunan bangsa dan negara. Menurut presiden, hasil

seminar bisa menjadi rujukan pemerintah untuk mengelola kehidupan pemerintah.

Munas X KAGAMA dibuka oleh Presiden Susulo Bambang Yudhojono di Istana Negara. (dok.

KAGAMA)

Dalam rangka memperingati Dies Natalis ke 62 Universitas Gadjah Mada, Pengurus Pusat

KAGAMA mengadakan seminar nasional bertajuk Mengukuhkan Strategi Kebudayaan Nusantara

Untuk Kedaulatan Bangsa. Seminar yang diselenggarakan di Auditorium UGM Grha Sabha

Pramana, tanggal 16-17 Desember 2011 ini menampilkan nara sumber, untuk sesi I Drs.

Hajriyanto Y. Thohari, M.A. dan Ir. Bondan Gunawan dengan materi berjudul “Jalan menuju

Peradaban Nusantara untuk Kedaulatan BangsaBermartabat”. Pada sesi II, Prof. Dr. Windu Nuryati

dan Anies Baswedan, Ph.D. membahas masalah “Pendidikan Karakter Bangsa Berlandaskan

Peradaban Nusantara yangMencerdaskan dan Mencerahkan Bangsa”.

Selanjutnya, di sesi III, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec.danIr. Airlangga Hartarto,

MBA.,MMT., menyampaikan materi tentang ‘Ekonomi Kerakyatan Bersumber dari Peradaban

Nusantara yangBerkeadilan dan Mensejahterakan Bangsa’, sedangkan dalam sesi IV,Prof. Dr. Moh.

Mahfud MD dan Ir. Joko Widodo menyampaikan makalah berjudul‘Politik, Hukum, dan Sosial

Berasaskan Nilai-nilai Luhur Peradaban Nusantara sebagai Jati Diri Bangsa’. Adapun pidato kunci

oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dengan judul ‘Membangun Peradaban Nusantara sebagai

Perekat KebhinekaanIndonesia’.

Page 10: 1. Keluarga Alumni Gadjah Mada

Seminar “Mengukuhkan Strategi Kebudayaan Nusantara Untuk Kedaulatan Bangsa” di Grha Sabha

Pramana. (dok. KAGAMA)

Dalam acara Temu Kangen Alumni UGM di Balai Kartini Jakarta, 12 September 2014,

KAGAMA DKI menyampaikan 20 butir rekomendasi pemikiran tentang artikulasi kejayaan

Indonesia Raya yang diharapkan untuk bisa dipergunakan pemerintahan baru mendatang. Pokok-

pokok pemikiran dari hasil Focus Group Discussion tersebut diserahkan oleh Dr. Bambang

Kesowo kepada Presiden terpilih Ir. H. Joko Widodo yang diwakili oleh Dr. Anies Baswedan selaku

Deputi Tim Transisi, disaksikan oleh Ketua KAGAMA DKI, Ir. Budi Karya Sumadi dan Rektor UGM,

Prof. Dr. Pratikno, M.Soc, Sc. Reuni Kagama yang bertemakan “Guyub Rukun Mbangun Bangsa”

dihadiri ribuan alumni. Tampak hadir diantaranya Wamenkes Ali Ghufron Mukti, Menpora Roy

Suryo, dan Kepala Bulog Sutarto Alimoeso.

Temu Kangen Alumni UGM di Balai Kartini, 12 September 2014, KAGAMA DKI menyampaikan 20

butir rekomendasi pemikiran tentang artikulasi kejayaan Indonesia Raya. (dok. UGM)

Dalam rangkaian Munas XII KAGAMA yang dibuka oleh Presiden RI Ir. Joko Widodo di

Kendari, 6-8 November 2014 juga diselenggarakan seminar bertema Revitalisasi Negara Maritim

yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian. Presiden RI Ir. Joko Widodo dalam sambutannya

mengatakan kebanggaannya sebagai anggota KAGAMA dan bisa membawa harum almamater

Page 11: 1. Keluarga Alumni Gadjah Mada

dengan menjadi Presiden. Alumni UGM menurut Jokowi memiliki potensi yang handal terbukti

dari banyaknya usulan ketika menyusun Kabinet Kerja lebih dari lima puluh persen usulan calon

menteri berasal dari alumni UGM. Presiden juga sempat menyinggung potensi maritim yang

dimiliki Indonesia. Keseriusan Indonesia dalam membangun tol laut serta poros maritim dunia

ternyata menjadi daya tarik negara lain. Terbukti dari kunjungan maupun pertemuan dengan

beberapa pemimpin dunia mereka selalu menyinggung hal tersebut.

Munas KAGAMA di Kendari selain oleh PP KAGAMA, PENGDA, dan PENCAB dari seluruh

Indonesia juga dihadiri oleh tokoh-tokoh nasional antara lain, Mensesneg Prof. Pratikno, Menteri

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimulyono, Menteri Pertanian dan Kedaulatan

Pangan Andi Amran Sulaiman, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo serta Wagub Kepulauan

Riau Suryo Respationo.

Munas XII KAGAMA di Kendari dibuka oleh Presden Ir. Joko Widodo (dok. UGM)

Kiprah KAGAMA selain dalam bentuk kajian ilmiah yang menjadi bahan masukan bagi

pengambil kebijakan, KAGAMA juga melaksanakan pengabdian yang langsung menyentuh

masyarakat. Berbagai kegiatan telah dilakukan baik dalam bentuk bakti sosial berupa pengobatan

gratis, pembagian sembako, peralatan sekolah, seragam, dan khitanan masal juga membentuk Tim

Peduli Bencana. Ketika terjadi gempa dan tsunami serta bencana lain di berbagai wilayah di

Indonesia KAGAMA memberi/menyalurkan bantuan dalam bentuk uang dan barang serta

menerjunkan pakar untuk pendampingan pasca bencana. Kegiatan tersebut antara lain

dilaksanakan di Aceh, Padang, Bantul, Klaten, dan Lereng Merapi. Beberapa teknologi tepat guna

juga disumbangkan untuk masyarakat antara lain, karya Prof. Ir. Hardjoso tentang Tripokon-S

(Tripikon Septictank) telah disumbangkan untuk masyarakat di wilayah padat penduduk dan

daerah rawa. Untuk wilayah padat penduduk, Tripikon-S disumbangkan untuk masyarakat Code,

Yogyakarta, sadangkan untuk daerah rawa disumbangkan untuk masyarakat Kalimantan. Untuk

melengkapi Tripikon-S untuk pengolah limbah rumah tangga, KAGAMA juga menyumbangkan

sumur Tripikon karya Prof. Hardjoso untuk menghasilkan air bersih di daerah rawa Kalimantan.

Page 12: 1. Keluarga Alumni Gadjah Mada

Salah satu bentuk pengabdian KAGAMA menyumbangkan teknologi tepat guna karya Prof. Hardjoso

untuk masyarakat Kalimantan. (dok. KAGAMA)

Pengabdian kepada masyarakat juga diwujudkan dalam bentuk warung makan murah

selama krisis ekonomi tahun 1998-2002. Ketika krisis terjadi banyak mahasiswa pendatang yang

kesulitan makan karena makin sulit dan lambatnya kiriman orang tua. Pada waktu itu harga-harga

menjadi tidak menentu, bahan pangan kadang juga sulit didapat. Harga dolar yang awalnya tidak

mencapai Rp 2.000,-/dolar melambung, bahkan pernah menembus keangkaRp 15.000,-/dolar.

Mahasiswa hampir tiap hari turun ke jalan, menuntut pemerintah mengambil sikap menurunkan

harga kebutuhan pokok. Aksi turun kejalan akhirnya tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa,

tetapi juga para dosen, dan para ibu Anggota Dharma Wanita. Di bunderan UGM, depan Kantor

PPH KAGAMA, hampir setiap hari terlihat ratusan dan bahkan ribuan mahasiswa melakukan aksi.

Orasi yang disampaikan oleh para mahasiswa menyentuh hati para ibu (istri) PPH KAGAMA yang

kemudian mengusulkan ke Seksi Pengabdian Masyarakat PPH KAGAMA untuk

diselenggarakannya Bhakti Kasih dalam bentuk Warung Makan Murah KAGAMA (WMMK). WMMK

tidak hanya diperuntukkan bagi mahasiswa, tetapi juga masyarakat sekitar kampus. Kegitan ini

berjalan selama 4 tahun yakni sejak awal April 1998 sampai dengan tahun 2002. Awalnya WMMK

hanya menyediakan 300 porsi setiap hari kemudian sejak bulan Juli 1998 meningkat menjadi 400

porsi, sedangkan pada bulan puasa disediakan 700 bungkus pada sore hari.

Page 13: 1. Keluarga Alumni Gadjah Mada

Warung makan murah KAGAMA di Wisma KAGAMA, April 1998 s/d Mei 2002. (dok. KAGAMA)

Selain Pengurus Pusat KAGAMA, Pengurus KAGAMA Daerah danPengurus KAGAMA

Cabang juga aktif memberikan masukkan untuk Pemerintah Daerah dan melaksanakan

pengabdian pada masyarakat di daerahnya. Kepedulian kepada masyarakat tidak hanya dilakukan

oleh Pengurus KAGAMA, tetapi juga oleh alumnus UGM, baik yang mengabdi di daerah-daerah

terpencil, di perkampungan, maupun di kota-kota besar. Sebut saja sebagai contoh, dokter

Sudanto, pria kelahiran Kebumen yang kini berusia 72 tahun, selama 35 tahun ini mengabdi

sebagai dokter di Papua. Dimulai dari pedalaman Asmat, kemudian membuka praktik di Abepura

sejak tahun 1982.Tarip untuk periksa dan pengobatan pasien saat itu25 rupiah dan sekarang 2

ribu rupiah. Bagi pasien yang tidak memiliki uang dokter Sudanto memberi pelayanan gratis.

Hanya kadang, pasien mengganti biayanya dengan membawakan rempah-rempah. Tiap hari

tempat praktiknya dikunjungi ratusan pasien yang datang dari penjuru pelosok Papua.

Ada lagi contoh dokter muda yang bersedia mengabdi di daerah terpencil. Dokter Hj. Nuke

Hartinah Setiati, Kepala Puskesmas di pedalaman Dumai, Riau. Dokter Nuke adalah dokter wanita

pertama di Puskesman Panipahan, daerah terpencil, daerah nelayan yang rumahnya dibangun

diatas plantar (papan yang disusun), dengan kehidupan malam yang sangat keras. Selain

mengobati pasien ia juga memberi pelajaran sadar gender pada masyarakat kolot bahwa wanita

juga bisa menjadi dokter yang baik dan tangguh. Ia juga melayani kesehatan masyarakat selama

24 jam. Selain menjadi Kepala Puskesmas, ia juga satu-satunya dokter di daerah tersebut. Karena

dokter satu-satunya, ia menjadi sering menangani kasus-kasus spesialis dan emergency:

pneumotrorax, gigitan ular berbisa, manual eksplorasi, overdosis, putus sendon dan arteri, visum

forensik. Semua itu dilakukannya dengan hasil yang baik, hanya berbekal improvisasi/kreativitas,

baik dalam penggunaan peralatatan maupun fasilitas yang amat minim. Pukul 04.30 dini hari

sudah berangkat ke Posyandu bersama tim menggunakan PUSKEL (Puskesmas Keliling) yang

terbuat dari kapal kayu dengan mesin disel. Pengabdiannya itu ia kerjakan dengan sungguh-

sungguh dan ikhlas. “Insya Allah yang kuasa akan menolong dan menunjukkan jalan” akunya.

Page 14: 1. Keluarga Alumni Gadjah Mada

Bukan hanya alumnus Fakultas Kedokteran yang mengabdi di daerah terpencil. Masih

banyak lagi yang lain. Eko Prabowo, SS., alumnus Jurusan Sastra Jawa FIB tahun 1998 ini

menikmati profesinya sebagai guru di SMPN 1 Muting, 360 kilometer dari Merauke dan

berbatasan dengan Papua Nugini. Ia mengajar siswa suku asli pedalaman Papua, Marin Biand yang

mayoritas belum bisa membaca dan menulis. Tidak hanya itu, siswa yang diajarpun berusia rata-

rata 17 hingga 20 tahun. Kondisi geografis Muting yang terdiri dari sungai dan hutan membuat

masyarakat suku asli Muting mengandalkan mata pencaharian hidup sebagai pencari ikan,

berburu, dan mencari sagu di hutan. Semua itu dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan

makan sehari-hari.Mereka belum terfikirkan untuk mengandalkan mata pencaharian hidup itu

sebagai tempat mencari uang.

Saat ini jumlah alumnus UGM sudah mencapai 250.000 orang yang tersebar di berbagai

daerah di Indonesia, bahkan di beberapa belahan dunia. Sebagian diantaranya menduduki jabatan

penting seperti: Duta Besar, Menteri, Direktur BUMN, BUMD, Wapres, Direktur ASEAN

Foundation, Pejabat di UNO, WHO, dan beberapa lembaga internasional lainnya, bahkan Presiden

RI saat ini juga alumnus UGM. Banyak juga alumni UGM memegang posisi penting di perusahaan-

perusahaan swasta, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, atau menjadi pengusaha sukses.

Namun, juga tidak sedikit alumnus UGM yang bersedia dan sanggup mengabdikan dirinya di

daerah terpencil, pedalaman, dan masih terbelakang di seluruh pelosok negeri dengan fasilitas

kerja yang sangat minim. Kiprah KAGAMA dan para alumnus UGM ini tentu saja lebih

mempertegas jati diri UGM sebagai universitas nasional, universitas perjuangan, universitas

pancasila, universitas kerakyatan, dan universitas pusat kebudayaan.

Presiden RI, Ir. Djoko Widodo ketika menjadi Wali Kota Surakarta pernah diwawancara

Kabare KAGAMA tentang kebijakannya yang selalu ”merakyat”. Beliau mengatakan ”Antara lain

saya peroleh dari UGM. Dulu, UGM menunjukkan pada saya bagaimana berpihak pada rakyat.

Kesederhanaan UGM juga tampak pada mahasiswanya yang memilih berjalan kaki atau bersepeda

saat ke kampus”. Keberpihakan pada rakyat, menurutnya juga tampak ketika UGM merelokasi

PKL ke beberapa tempat strategis UGM seperti di kawasan kampus Humaniora (kini dikenal

dengan nama ”Bonbin”). ”Seharusnya seperti itu, kita merapikan, tapi tetap memperhatikan

keuntungan mereka di tempat baru”. kata Wali Kota Surakarta ini saat diwawancara Kabare

KAGAMA awal tahun 2009, sebagaimana yang termuat dalam Kabare KAGAMA edisi

170/XXXVIII/Februari 2009.

Page 15: 1. Keluarga Alumni Gadjah Mada

KETUA KAGAMA DARI MASA KE MASA

Prof. Ir. H. Johannes Prof. Drs. Sumpono D Ir. Soewarno Prof. Dr. Sukadji R

1958-1961 1961-1966 Plt 1966-1973 1981-1985

1973-1981

Prof. Dr. Koesnadi H Prof. Dr. Kunto Wibisono Prof. Dr. Ichlasul Amal, MA

1985-1997 1997-2001 2001-2005

Dr.Ir. Djoko Kirmanto Sri Sultan HB X Ganjar Pranowo, SH

2005-2009 2009-2014 2014-2019

Page 16: 1. Keluarga Alumni Gadjah Mada

KEPUSTAKAAN

Buku/Makalah

Anonim, Buklet Profil Penerima Penghargaan Alumni, UGM (2009)

Hardjasoemantri, Koesnadi, Prof. Dr. Memorandum Akhir Jabatan Rektor Masa Bakti Tahun 1986-1990,

Gadjah Mada University Press, 1990.

KAGAMA, Evaluasi Kritis atas Proses dan Hasil Amandemen UUD 1945, 2002

KAGAMA, Risalah Seminar Ilmiah, 1989

KAGAMA, KAGAMA dan Almamater, Memperkokoh Imtegrasi Bangsa”, Balikpapan, 2001.

Notonagoro, Prof. Drs. SH, Pantjasila Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia (Kumpulan tiga uraian

pokok-pokok persoalan tentang Pantjasila), 1962.

Sardjito, Prof. Dr., Pidato Dies Natalis Jang Ke VII Universitas Gadjah Mada Jogjakarta, 1956

Sardjito, Prof. Dr., Pidato Pembukaan Rapat Senat Terbuka Pada Dies Natalis Universitas Gadjah Mada

Jang ke X, 1959

Sardjito, Prof. Dr. Laporan Tahunan Universitas Gadjah Mada Tahun Peladjaran 1958-1959, 1959

Soekarno, Dr. Ir, Pidato pada Seminar Pantjasila, Jogjakarta, 1959

Soekarnoputri, Megawati, Sambutan pada Munas IX KAGAMA, Balikpapan, 2001

Suwarni dan Santoso, Heri, 60 Tahun Sumbangsih UGM Bagi Bangsa, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta, 2009

Penerbitan Berkala

Berita KAGAMA, Nomor 1 Tahun 1977 – Nomor 150 Tahun 2003

Gadjah Mada, Majalah, 1959-1960

Gelora Mahasiswa, Nomor 1 Tahun II, 1974 – Nomor 4 Tahun VII, 1979

Kabare KAGAMA, Nomor 151 Tahun 2003- Nomor 193 Tahun 2014

Pantjaran Universitas Gadjah Mada, Nomor 16 Tahun 1968-Nomor 3 Tahun 1973

Kedaulatan Rakyat, 19 Februari 1981 dan 20 April 1981

Kompas, Kamis, 19 Februari 1981, 20 Februari 1981, 21 Februari 1981, dan 20 April 1981

Page 17: 1. Keluarga Alumni Gadjah Mada

PENULIS

Dra. Suwarni Darsohardjono

Alumnus Komunikasi Fisipol UGM ini pernah menjabat Kepala Sub-Unit Humas

UGM dan Kepala Bidang Data Base Arsip UGM, Redaktur Berita KAGAMA (1990-2002)

ini juga menulis beberapa buku antara lain, bersama Heri Santoso, menulis: 60 Tahun

Sumbangsih UGM Bagi Bangsa (2009); dengan Agustina Merdekawati: Kilas Balik

65Tahun Fakultas Hukum UGM (2011); bersama Supriyanto, dkk, menulis: 65Tahun

Fakultas Pertanian UGM (2011); sedangkan buku: Fakultas Peternakan UGM Dulu dan Kini (2012)

ditulis bersama Subur Priyono SB, dkk; dan 10Tahun Majelis Guru Besar UGM diterbitkan MGB (2012).

Ia juga salah satu penyunting buku: Jihad Menegakkan Kedaulatan Pangan, Suara dari Bulak Sumur,

yang diterbitkan Gama Press (2013); Buku 7Windu Sumbangsih KAGAMA bagi Bangsa dan Negara

ditulis bersama Heri Santoso dan Ahmad Agus Setiawan (2014); dan 50 Tahun Fakultas Psikologi UGM

: SETENGAH ABAD SEPENUH HATI (2015).Selain berinovasi di bidang kearsipan, dalam rangka turut

mensosialisasikan Jati Diri dan Nilai-nilai ke-UGM-an, pemenang AdProGrand Due-Like 2007 ini, telah

menghasilkan 7 (tujuh) film dokumenter terkait UGM. Film-film tersebut diunggah di media.ugm.ac.id,

dan di arsip.ugm.ac.id, dan juga diunggah ke YouTube antara lain tentang Program Pengerahan Tenaga

Mahasiswa (PTM) UGM. Saat ini, selain membantu kegiatan di lingkungan UGM juga menjadi

narasumber pada pelatihan terkait pengelolaan dan pemanfaatan dokumen yang diselenggarakan oleh

PTN, PTS, maupun PTAI.

Dr. Heri Santoso, S.S, M.Hum

Kepala Pusat Studi Pancasila UGM ini memiliki hobby meneliti dan menulis

tentang nilai-nilai Ke-UGM-an. Berbagai karya yang telah dihasilkan antara lain : Filosofi

UGM (2008); DVD ke-UGM-an (anggota Tim) (2008); Filosofi, Humor dan Kisah Unik

Guru Besar UGM (2009); Gadjah Mada Bercanda: Humor, Hikmah, dan Kisah Unik Dosen

UGM (2009); 60 Tahun Sumbangsih UGM bagi Bangsa (penulis II bersama Suwarni)

(2009); Filosofi Tanaman dan Pepohonan di UGM (2012); Makna Filosofis Identitas dan

Jati Diri UGM (2012), Buku 7Windu Sumbangsih KAGAMA bagi Bangsa dan Negara (penulis II bersama

Suwarni dan Ahmad Agus Setiawan) (2014), dan beberapa buku lain seputar filsafat dan Pancasila.

Adapun pengalaman organisasi dan pekerjaannya, antara lain menjadi anggota Senat Fakultas

Filsafat UGM, Senat Akademik UGM, Sekretaris Pusat Studi Pancasila UGM, Tim Penyusun Statuta UGM

(2012-2013), Anggota Panitia Persiapan dan Rintisan Museum UGM, dan berbagai aktivitas ke-UGM-an

lainnya. Doktor bidang Ilmu Filsafat UGM ini menganut paham “lebih baik menulis jadi sampah, dari

pada tidak menulis, karena akan jadi sampah di pikiran. Lebih baik jadi dosen menulis jelek, dari pada

jadi dosen jelek karena tidak menulis”.

Ahmad Agus Setiawan, S.T., M.Sc., Ph.D

Dosen Fakultas Teknik UGM ini memiliki kecintaan penelitian pada bidang

Energi Terbarukan. Penyandang gelar PhD dari Curtin University, Australia (2009) serta

peraih Mondialogo Engineering Award 2007 dari UNESCO & Daimler, ADHICIPTA

PRATAMA - PII Engineering Award 2010 dari Persatuan Insinyur Indonesia (PII),

Australian Alumni Award 2011 for Sustainable Economic and Social Development dari

Kedutaan Besar Australia di Indonesia; dan Energy Globe Award 2012 dari sebuah

Yayasan Austria sekaligus bertindak sebagai Energy Globe Ambassador 2013. Tahun 2014 menerima

anugerah Habibie Award pada bidang Ilmu Rekayasa. Saat ini menjabat sebagai Kepala Sub Direktorat

Kreativitas Mahasiswa, Direktorat Kemahasiswaan UGM dan di PP KAGAMA periode 2014 – 2019

sebagai Sekretaris Bidang Pengabdian Masyarakat & Budaya.