1. fakultas sains dan teknik perancangan perangkat...

28
1 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK SISTEM PENJADWALAN EKONOMIS PADA UNIT UNIT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL (PLTD) UNTUK MENGOPTIMALKAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) DI KOTA KUPANG Sri Kurniati 1 , Sudirman 2 , dan Jauhari Effendi 3 Email:[email protected] dan [email protected] dan [email protected] Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknik, Jl. Adisucipto Penfui, Kupang, Abstrak Mengoperasikan suatu sistem tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pusat pembangkit listrik, perlu suatu koordinasi di dalam penjadwalan pembebanan besar daya listrik yang di bangkitkan masing-masing pusat pembangkit listrik, sehingga diperoleh biaya pembangkit yang minim.Dalam suatu sistem tenaga listrik yang terdiri dari Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pusat Listrik Tenaga Termal, telah diketahui bahwa biaya pembangkitan energi listrik dari pembangkit termal adalah lebih besar di bandingkan dengan biaya pembangkitan dari pembangkit hidro, untuk menghasilkan daya yang sama. Masalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti diatas adalah dalam melayani beban listrik yang tertentu besarnya dan dalam selang waktu tertentu, dimana dibangkitkan energi listrik yang maksimum pada pusat listrik tenaga air dan optimal pada pusat listrik tenaga termal.Hal tersebut dikenal sebagai masalah optimisasi pembangkitan energi listrik. Sistem tenaga listrik yang besar yang memiliki pembangkit-pembangkit termal seperti PLTU, PLTD dan PLTG akan menghadapi permasalahan dalam hal biaya bahan bakar untuk pengoperasiannya. Hal ini disebabkan harga bahan bakar yang cenderung mengalami kenaikan dari waktu ke waktu, sementara biaya bahan bakar merupakan bagian yang terbesar dari biaya operasi pembangkitan secara keseluruhan, sehingga pengurangan biaya bahan bakar akan menghasilkan operasi pembangkitan yang lebih ekonomis. Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui cara mengatur penjadwalan unit-unit pembangkit PLTD Kota Kupang dan untuk mengetahui perbedaan biaya yang diperlukan setelah unit-unit pembangkit PLTD dioptimisasi dengan menggunakan metode gradient orde dua. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen dan observasi lapangan, yang menekankan pada peluang penghematan penggunaan BBM sehingga diperoleh nilai harga yang lebih murah setelah dilakukan optimisasi pembangkit dan melakukan perancangan perangkat lunak dengan melakukan simulasi dengan menggunakan metode gradient orde dua dan fuzzy logic.Sedangkan pengolahan data menggunakan simulasi dengan perangkat keras komputer PC Pentium I3 dan perangkat lunak MATLAB versi 2010a. Lokasi penelitiaan dilakukan pada PLTD Tenau Kupang dengan pengambilan data penggunaan BBM, daya yang dibangkitkan serta daya terpasang dan daya mampu selama 3 bulan terakhir, yaitu bulan Desember 2012, Januari 2013 dan Pebruari 2013. Data yang digunakan adalah data data dari pembangkit milik PLN yang terdiri dari MAK I, MAK II, MAK III, MAK IV, MIRRLEES II, MIRRLEES III, CATERPILLAR II dan SULZER 40/48

Upload: vothuan

Post on 20-Jun-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

1

1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK SISTEM PENJADWALAN EKONOMIS

PADA UNIT – UNIT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL (PLTD) UNTUK

MENGOPTIMALKAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)

DI KOTA KUPANG

Sri Kurniati1, Sudirman

2, dan Jauhari Effendi

3

Email:[email protected] dan [email protected] dan [email protected]

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknik, Jl. Adisucipto Penfui, Kupang,

Abstrak

Mengoperasikan suatu sistem tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pusat pembangkit

listrik, perlu suatu koordinasi di dalam penjadwalan pembebanan besar daya listrik yang di

bangkitkan masing-masing pusat pembangkit listrik, sehingga diperoleh biaya pembangkit yang

minim.Dalam suatu sistem tenaga listrik yang terdiri dari Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) dan

Pusat Listrik Tenaga Termal, telah diketahui bahwa biaya pembangkitan energi listrik dari

pembangkit termal adalah lebih besar di bandingkan dengan biaya pembangkitan dari

pembangkit hidro, untuk menghasilkan daya yang sama. Masalah pada operasi sistem tenaga

listrik seperti diatas adalah dalam melayani beban listrik yang tertentu besarnya dan dalam

selang waktu tertentu, dimana dibangkitkan energi listrik yang maksimum pada pusat listrik

tenaga air dan optimal pada pusat listrik tenaga termal.Hal tersebut dikenal sebagai masalah

optimisasi pembangkitan energi listrik.

Sistem tenaga listrik yang besar yang memiliki pembangkit-pembangkit termal seperti

PLTU, PLTD dan PLTG akan menghadapi permasalahan dalam hal biaya bahan bakar untuk

pengoperasiannya. Hal ini disebabkan harga bahan bakar yang cenderung mengalami kenaikan

dari waktu ke waktu, sementara biaya bahan bakar merupakan bagian yang terbesar dari biaya

operasi pembangkitan secara keseluruhan, sehingga pengurangan biaya bahan bakar akan

menghasilkan operasi pembangkitan yang lebih ekonomis.

Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui cara mengatur penjadwalan unit-unit

pembangkit PLTD Kota Kupang dan untuk mengetahui perbedaan biaya yang diperlukan setelah

unit-unit pembangkit PLTD dioptimisasi dengan menggunakan metode gradient orde dua.

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen dan observasi

lapangan, yang menekankan pada peluang penghematan penggunaan BBM sehingga diperoleh

nilai harga yang lebih murah setelah dilakukan optimisasi pembangkit dan melakukan

perancangan perangkat lunak dengan melakukan simulasi dengan menggunakan metode gradient

orde dua dan fuzzy logic.Sedangkan pengolahan data menggunakan simulasi dengan perangkat

keras komputer PC Pentium I3 dan perangkat lunak MATLAB versi 2010a.

Lokasi penelitiaan dilakukan pada PLTD Tenau Kupang dengan pengambilan data

penggunaan BBM, daya yang dibangkitkan serta daya terpasang dan daya mampu selama 3

bulan terakhir, yaitu bulan Desember 2012, Januari 2013 dan Pebruari 2013. Data yang

digunakan adalah data – data dari pembangkit milik PLN yang terdiri dari MAK I, MAK II,

MAK III, MAK IV, MIRRLEES II, MIRRLEES III, CATERPILLAR II dan SULZER 40/48

Page 2: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

2

sebagai data sekunder pada penelitian ini.Pada PLTD Tenau Kupang yang memiliki total 8

pembangkit yang beroperasi pada 3 bulan terakhir ini dan juga beberapa mesin sewaan (rental)

guna melayani kebutuhan daya beban. Pada saat beban puncak malam hari, maka semua unit

diesel generator tersebut beroperasi, sedangkan diluar waktu beban puncak, maka yang memikul

beban adalah dua sampai tiga unit pembangkit yang memiliki daya yang besar dan untuk

kenaikan beban tertentu, maka ditambah dengan pengoperasian unit diesel ganerator yang

memiliki daya yang sedikit lebih kecil untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Berdasarkan data yang diperoleh pada bulan Desember 2012 sebelum dioptimasi diketahui

biaya beban dasar sebesar Rp75.631.727,387/jam dan beban menengah Rp75.834.518,7886/jam.

Kemudian setelah dilakukan optimasi berdasarkan hasil running program metode gradient orde

dua diperoleh optimasi biayabeban pembangkit sebesar Rp27.381.675,197/jam untuk beban

dasar dan Rp32.936.380,89/jam untuk beban menengah. Berdasarkan hasil optimisasi ini

diperoleh penghematan biaya sebesar Rp48.250.052,1893/jam untuk beban dasar dan

Rp42.898.137,8986/jam untuk beban menengah. Sebelum dilakukan optimisasi jumlah

pembangkit yang beroperasi untuk melayani beban dasar, yaitu 5 unit pembangkit: MAK I,

MAK II, MAK IV, MIRRLEES II, MIRRLEES III dan setelah dilakukan optimisasi pembangkit

yang beroperasi, tetap 5 unit pembangkit, tetapi ada perubahan pengoperasian unit pembangkit,

yakni: MAK II, MAK III, MIRRLEES II, MIRRLEES III, dan CATERPILLAR II. Sedangkan

untuk beban menengah pembangkit yang dioperasikan sebelum optimisasi sebanyak 6 unit

pembangkit, yaitu: MAK I, MAK II, MAK III, MAK IV, MIRRLEES II dan MIRRLEES,

namun setelah dilakukan optimisasi pembangkit yang dioperasikan guna melayani beban

menengah, yaitu 5 unit pembangkit: MAK II, MAK III, MIRRLEES II, MIRRLEES III, dan

CATERPILLAR II. Berdasarkan hasil optimisasi ini diperoleh penurunan pemakaian operasi

jumlah pembangkit ,dan juga diperoleh penghematan biaya seperti yang telah diuraikan diatas.

Kata Kunci: Optimisasi, Beban Menengah, Beban Dasar

Page 3: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

3

PENGEMBANGAN DAN BUDIDAYA KEDELAI LOKAL

POLA TUMPANGSARI DENGAN METODE RADIASI MULTI- GAMMA (NUKLIR)

YANG TOLERAN KONDISI KEKERINGAN

Bartholomeus Pasangka1, Marthen Robinson Pellokila

2, Jeffry Amalo

3

Dosen Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, Jl. Adisucipto Penfui, Kupang,

Abstrak

Kacang kedelai merupakan tanaman polong-polongan atau legum pertama terpenting di

Indonesia, yang memiliki manfaat penting karena memiliki multiguna. Kandungan gizi tinggi

sebagai sumber protein nabati dan rendah kolestrol dengan harga yang dapat dijangkau oleh

semua kalangan, dapat dikonsumsi langsung, dan dapat juga digunakan sebagai bahan baku

agroindustri, seperti: tempe, tahu, tauco, kecap, susu kedelai, dan untuk industri pakan ternak.

Kebutuhan kedelai setiap tahun semakin meningkat, sedangkan produksi kedelai secara Regional

dan Nasional masih relatif rendah. Produktivitas perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan.

Tanaman tersebut memiliki prospek untuk dikembangkan di NTT, karena dapat dihasilkan

benih yang toleran terhadap kondisi kekeringan. Penelitian ini bertujuan mengembangkan dan

membudidayakan varietas kacang kedelai lokal asal Bajawa Flores melalui pemuliaan dengan

metode radiasi multigamma (nuklir) dan seleksi dengan pola tumpang sari berbasis kelompok

tani mandiri anggur merah, agar diperoleh benih varietas kedelai lokal lebih unggul yang dapat

meningkatkan produksivitas secara optimal, dan mengembangkan lebih lanjut benih jagung

kuning manis lokal unggul agar lebih toleran terhadap kondisi kekeringan. Kegunaan hasil riset

adalah dapat membantu para petani kedelai dan jagung untuk mendapatkan benih yang lebih

unggul sehingga hasil produksi dapat ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan baik regional,

maupun skala Nasional. Hasil riset diharapkan dapat mendukung pemenuhan kebutuhan industri

tahu dan tempe di NTT, yang merupakan salah satu kebutuhan utama masyarakat, yang dapat

dijangkau oleh semua kalangan. Selain itu, dapat mendukung program pemerintah daerah

tentang penuntasan kemiskinan melalui program petani mandiri anggur merah, serta mendukung

ketahanan pangan nasional (tujuan jangka panjang).

Metode utama riset adalah penerapan radiasi multigamma pada pemuliaan kacang kedelai

lokal Bajawa Flores untuk menghasilkan berbagai varietas benih unggul, atau lebih unggul.

Metode pendukung lainnya meliputi: observasi/survei, sampling, tumpangsari, analisis,

comparative, dan interpretasi.

Hasil yang ditargetkan ialah diperoleh benih kedelai lokal Bajawa Flores lebih unggul pola

tumpang sari, dan benih jagung kuning unggul yang toleran terhadap kondisi kekeringan, yang

dapat dibudidayakan seluas-luasnya, sehingga hasil produksi para petani kedelai dan jagung di

Bajawa Flores khususnya dan di provinsi NTT pada umumnya dapat meningkat secara optimal,

untuk mendukung ketahanan dan keamanan pangan nasional yang merupakan tujuan penelitian

jangka panjang. Target lain adalah publikasi dalam jurnal terakreditasi, dan buku referensi dalam

bentuk monograf.

Kata Kunci: Tumpanssari,Radiasi,multigama

Page 4: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

4

PEMODELAN KASUS PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN

AKUT (ISPA) UNTUK PENGENDALIAN KASUS DI PROVINSI NUSA

TENGGARA TIMUR (NTT)

Astri Atti1, Sintha Lisa Purimahua

2

Dosen Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana, Jl. Adisucipto Penfui, Kupang,

Abstrak

ISPA adalah proses infeksi akut berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh

mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari

hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan adneksanya, seperti

sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penelitian ini bertujuan mengklaster/ mengelompokkan

kabupaten di NTT berdasarkan faktor risiko ISPA; mengetahui karakteristik faktor-faktor risiko

ISPA di setiap kelompok kabupaten yang terbentuk; mengidentifikasi faktor penentu utama

kerawanan kasus ISPA di NTT; serta menentukan tingkat prioritas dari kelompok penderita

ISPA untuk strategi pengendalian kasus di NTT. Dari hasil analisis terhadap 21 kabupaten yang

ada di NTT, diperoleh empat klaster yaitu 3 (tiga) kabupaten yang termasuk klaster I merupakan

Prioritas ke-2 dengan faktor penentu utama kerawanan ISPA adalah tingginya persentase

Pelayanan kesehatan yang rendah; Pemberian ASI yang tidak memadai; dan Rumah yang tidak

sehat. 10 (sepuluh) kabupaten yang merupakan anggota klaster II masuk

dalam Prioritas ke-1 dengan faktor penentu utama tingkat kerawanan ISPA adalah tingginya

persentase Pemberian ASI yang tidak memadai; Rumah yang tidak sehat; Tingkat sosial ekonomi

rendah; Status imunisasi yang tidak memadai; dan persentase rumah tangga yang tidak

berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan 2 (dua) kabupaten yang masuk dalam klaster III

merupakan kabupaten Prioritas ke-4 dengan faktor penentu utamanya adalah tingginya

persentase Status gizi buruk; Pelayanan kesehatan yang rendah; dan tingkat Sosial ekonomi

rendah. Serta 6 (enam) kabupaten yang merupakan anggota dalam klaster IV masuk Prioritas ke-

3 dengan faktor penentu utama kerawanan ISPA adalah tingginya persentase BBLR; Gizi buruk;

dan Rumah tangga yang tidak ber-PHBS. Dari hasil pengelompokan kabupaten, diketahui bahwa

faktor yang membedakan secara nyata keempat klaster adalah faktor BBLR, Pelayanan

kesehatan yang rendah, Pemberian ASI yang tidak memadai, dan Tingkat sosial

ekonomi rendah. Tindakan intervensi dapat dilakukan pada faktor-faktor utama

tiap daerah prioritas.

Kata kunci: ISPA, Gizi buruk, Perilaku hidup bersih dan sehat

Page 5: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

5

KAJIAN BIOMASSA ALGA TERAKTIVASI Na, K dan Ca SEBAGAI KANDIDAT

BIOSORBEN BARU

Yohanes Buang1, Suwari

2

Dosen pada Fakultas Sains dan Teknik, Jl. Adisucipto Penfui, Kupang,

Abstrak

Proses bioakumulasi dan pemisahan logam berat seperti kadmium (Cd) dan merkuri (Hg)

membutuhkan biomaterial baru yang banyak tersedia secara lokal dan murah untuk aplikasi

teknik biosorpsi menggunakan biosorben. Biosorben terpilih diharapkan memiliki kapasitas

sorpsi dan selektifitas tinggi terhadap logam berat tertentu. Penelitian diawali dengan sampling

alga hijau di Pantai Tablolong dan sampling alga merah di Pantai Pulau Semau Kabupaten

Kupang, selanjutnya preparasi sampel dan pembuatan biosorben dari biomassa alga teraktivasi

Na, K, Ca, terprotonasi, dan biomassa tanpa aktivasi sebagai pembanding. Karakteristik

biosorben terhadap kapasitas sorpsi ion Cd(II) dan Hg(II) diteliti. Parameter eksperimen yang

mempengaruhi proses biosorpsi seperti waktu kontak, pH, volume kontak, konsentrasi biomassa

dan konsentrasi ion Cd(II) dan Hg(II) awal dikaji. Hasil penelitian menunjukan bahwa

biosorben-Ca memiliki kapasitas sorpsi tertinggi terhadap ion Cd(II) maupun Hg(II) berturut-

turut sebesar 15,79 – 17,44 mg Cd(II) /g biosorben dan 18,81 – 18,83 mg Hg(II) / g biosorben.

Kondisi optimum hasil optimasi, proses biosorpsi ion Cd(II) menggunakan biosorben-Ca adalah

waktu kontak 60 menit, pH 5, volume kontak 125 ml, konsentrasi ion Cd(II) awal 300 mg/L dan

dosis biosorben-Ca 1,0 g/L. Pada kondisi ini, kapasitas sorpsi biosorben terhadap ion Cd(II)

mencapai 65,41 – 73,48 mg Cd(II)/g biosorben dengan efisiensi sorpsi 94,16 – 97,93%.

Sementara kondisi optimum proses biosorpsi ion Hg(II) adalah waktu kontak 90 menit, pH 4,

volume kontak 125 ml, konsentrasi ion Hg(II) awal 300 mg/L dan dosis biosorben-Ca 1,5 g/L

yang menghasilkan kapasitas sorpsi 58,22 - 60,48 mg Hg(II)/g biosorben-Ca dengan efisiensi

sorpsi 88,48 – 92,29%. Kapasitas dan efisiensi pemisahan ion Cd(II) dari biosorben-Ca yang

berasal dari biomasa alga hijau lebih tinggi dibandingkan biosorben-Ca dari biomassa alga merah

dan kapasitas sorpsi kedua jenis alga terhadap ion Cd(II) lebih tinggi dibandingkan kapasitas

sorpsi terhadap ion Hg(II). Proses sorpsi Cd(II) maupun Hg(II) oleh biomassa termodifikasi Ca

tidak sepenuhnya mengikuti persamaan laju orde satu pseudo.

Nilai kapasitas adsorpsi maksimum yang ditentukan menggunakan model Langmuir lebih tinggi

dari jumlah Cd(II) maupun Hg(II) yang teradsorpsi menurut percobaan. Model Freundlich paling

sesuai diterapkan pada biosorpsi Cd(II) maupun Hg(II) oleh biosorben-Ca dan mengisyaratkan

bahwa ion logam Cd(II) maupun Hg(II) terserab pada permukaan heterogen dengan distribusi

energi dan afinitas yang tidak seragam. Nilai RMSE model Freundlich lebih rendah

dibandingkan model Langmuir. Nilai koefesien determinasi (R2) kedua model > 0,95

mengindikasikan bahwa kedua model dapat digunakan untuk mendiskripsikan proses adsorpsi

kedua ion logam tersebut. Hasil analisis spektra FT-IR menunjukkan bahwa gugus fungsi amida

dan –OH memiliki peranan penting dalam proses biosorpsi ion Cd(II) oleh biomassa

termodifikasi Ca

Kata Kunci: alga hijau, biosorben-Ca, freundlich, langmuir, spektra FT-IR

Page 6: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

6

PENGEMBANGAN KANDIDAT BAHAN AKTIF ANTIOKSIDAN DAN

ANTIKANKER DARI EKSTRAK Clathria basilana

Karyawati, A.T1; Mauboy, R.S

2; Manalu, W

3; Suparto, I.H

4

*Department of Biology, Faculty of Science and Engineering, Nusa Cendana University, Kupang,

Indonesia

**Department of Anatomy, Physiology and Farmacology, Faculty of Veteriner, Bogor Agricultural

University, Bogor, Indonesia

***Major of Primatology, Faculty of Multidicipline, Bogor Agricultural University, Bogor, Indonesia

Abstrak

Tujuan utama penelitian ini adalah mengembangkan suatu produk kandidat bahan aktif

antioksidan dan antikanker dari ekstrak spons Clathria basilana yang siap diserap oleh industri

untuk dikembangkan sebagai bahan baku produk yang terkait dengan upaya kuratif ataupun

preventif kanker. Penelitian dilakukan dalam 3 tahapan kegiatan penelitian, yaitu: Tahap I

Penapisan Fraksi Aktif Antioksidan dan Antikanker dari Ekstrak Clathria basilana, Tahap II

Karakterisasi Fraksi Aktif Antioksidan dan Antikanker dari Ekstrak Clathria basilana, Tahap III

Uji Toksisitas Kandidat Bahan Aktif Antioksidan dan Antikanker. Penelitian tahap I dan II telah

dilaksanakan pada tahun pertama (2013) sedangkan penelitian tahap III dilaksanakan pada tahun

kedua (2014).

Hasil penelitian tahun pertama menunjukan bahwa Ekstrak metanol spons Clathria basilana

memperlihatkan aktivitas antioksidan dan antikanker. Konsentrasi ekstrak spons C.basilana yang

memberikan respon aktivitas antioksidan dan antikanker terbaik yaitu pada konsentrasi 500 ppm.

Ekstrak metanol ini, selanjutnya dipisahkan menjadi Fraksi metanolair dan n-heksan,

Berdasarkan hasil uji antioksidan dan uji antikanker ini, maka fraksi ekstrak metanol-air dari

spons C. Basilana menjadi kandidat bahan aktif antioksidan dan antikanker. Ekstrak ini

berbentuk padat berwarna coklat kemerahan, mengandung Alkaloid dan Fenol. Selanjutnya, pada

tahun kedua ini, ekstrak metanol-air dari spons C. Basilana ditentukan toksisitas akut dan

subkroniknya.

Berdasarkan hasil uji toksisitas akut dan subkronik yang telah dilakukan, belum ditemukan bukti

bahwa ekstrak metanol-air dari spons C. Basilana 5 mg/Kg BB bersifat toksik. Berdasarkan hasil

penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini telah berhasil mengembangkan suatu

produk kandidat bahan aktif antioksidan dan antikanker berupa ekstrak metanol-air dari spons C.

Basilana yang selanjutnya diberi nama Basilana MA-5. Kandidat bahan aktif antioksidan dan

antikanker ini memiliki aktivitas antioksidan berdasarkan uji DPPH dan aktif terhadap sel kanker

paru-paru manusia (A-549). Kandidat bahan aktif antioksidan dan antikanker yang

dikembangkan ini berbentuk padatan, berwarna coklat kemerahan, dan mudah larut dalam air.

Hasil fitokimia test menunjukkan bahwa mengandung senyawa alkaloid dan fenol. Hasil uji

toksisitas dengan menggunakan hewan coba mencit dan tikus belum menemukan bukti bahwa

kandidat bahan aktif antioksidan dan antikanker ini memiliki toksisitas akut maupun subkronik.

KataKunci: Antioksidan, antikanker, Clathria basilana

Page 7: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

7

ESTIMASI BASIC REPRODUCTIVE RATIO BERBASIS

MODEL HOST-VECTOR SIR-SI DAN SIR-ESI UNTUK WILAYAH

ENDEMIK DEMAM BERDARAH DENGUE

Drs. Jafaruddin, M.Si

Dosen Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, Jl. Adisucipto Penfui, Kupang

Abstrak

Penentuan basic reproductive ratio R0 dari data pendrita demam berdarah telah menjadi

tantangan besar di antara ahli epidemiologi internasional. Dalam tulisan ini kami mengusulkan

dua model baru untuk memperkirakan R0 ini. Semua model yang dibangun berdasarkan sistem

dinamis dari model host-vector sederhana transmisi demam berdarah. Semua metode didasrkan

pada konsep yang diusulkan oleh Favier. Dalam estimasi oleh Favier estimasi model dibangun

berdasarkan asumsi bahwa di awal epidemi yang terinfeksi meninngkat secara eksponensial

dengan laju yang sama, R0F . Untuk estimasi baru pertama, kami memodifikasi

model lama dengan mengasumsikan bahwa tingkat infeksi untuk nyamuk dan manusia dengan

laju yang berbeda R0MF . Dalam estimasi baru yang kedua, kami memperbaiki dengan

memasukkan kondisi yang lebih realistis di mana dinamika kompartemen manusia terinfeksi

diintervensi oleh adanya dinamika kompartemen nyamuk yang terinfeksi, dan sebaliknya R0A.

Kami menerapkan model lama dan dua model baru untuk data real dari epidemi demam berdarah

di Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia dari periode 2008-20012.

Sebagai hasil numerik utama kami menemukan bahwa nilai estimasi R0F overestimasi jika

indeks person lebih besar dari perkiraan nilai dari R0, jika tingkat infeksi populasi manusia

dengue lebih tinggi daripada tingkat infeksi populasi nyamuk demam berdarah, atau jika

populasi manusia lebih tinggi daripada populasi nyamuk. Jika nilai estimasiR0 model Favier

lebih kecil dari dua model lainnya.

Kata kunci: Estimasi Basic Reproductive Ratio, Model Host-Vector SIR-SI dan SIR-ESI

Endemik, Demam Berdarah D

Page 8: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

8

MODEL STRATEGIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN NUSA

TENGGARA TIMUR (INDONESIA) DENGAN TIMOR LESTE

Jauhari Effendi1, Ruslan Ramang

2, Sri Kurniati A

3, Sudirman S

4

Dosen Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana, Jl. Adisucipto Penfui-Kupang

Abstrak

Akibatnya kawasan perbatasan dianggap bukan merupakan wilayah prioritas pembangunan, baik

oleh pemerintah pusat maupun daerah. Tujuan jangka panjang dari penelitian ini meliputi: (1)

penyusunan kebijakan, peraturan, standar minimum, dan rencana tindak pengembangan wilayah

strategis dan cepat tumbuh; (2) peningkatan kerjasama antar wilayah, antar sektor, dan antar

pelaku dalam pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh; (3)peningkatan peran

pemerintah daerah sebagai perencana dan pelaksana pengembangan wilayah strategis dan cepat

tumbuh melalui peningkatan kualitas SDM pemerintah daerah dan fasilitasi pemerintah pusat.

Sedangkan target khusus yang ingin dicapai adalah (1) mengkaji potensi wilayah dalam rangka

membuat model pengembangan kawasan perbatasan NTT-Timor Leste; (2) membuat suatu

master plan pengembangan wilayah perbatasan sebagai rencana strategi pengelolaan wilayah

perbatasan; (3) melakukan pemetaan fungsi ruang wilayah perbatasan dengan menggunakan

pendekatan aspek sektoral dan aspek spasial;(4) dan menyusun Rencana Investasi Program

Jangka Menengah (RPIJM).Untuk mencapai tujuan tersebut, maka digunakan metode desktriptif

dan pendekatan empirik. untuk menghasilkan model teoritis pengembangan kawasan perbatasan

dilakukan proses dengan membandingkan model teoritis dari beberapa kasus di negara yang

telah berhasil maupun gagal dalam mengembangkan kawasan perbatasan. Analisis deskriptif

dilakukan terhadap beberapa model empirik di negara lain berdasarkan potensi wilayahnya

dengan beberapa asumsi, konsep dan konteks tertentu sehingga didapatkan model teoritis.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka diperoleh skenario pengembangan

wilayah kabupaten Belu berupa arahan pengembangan struktur ruang Wilayah Kabupaten Belu

yang dibagi menjadi 4 wilayah, yakni: (1) wilayah pengembangan I yang meliputi: kecamatan

kota Atambua, kecamatan pembantu Tasifeto Barat (sekarang kecamatan Kakuluk Mesak) dan

kecamatan Tasifeto Timur, dengan pusat pengembangan di kota Atambua; (2) wilayah

pengembangan II meliputi kecamatan Lamaknen dan kecamatan Tasifeto Timur (sekarang

kecamatan Raihat), dengan pusat pengembangan di Weluli; (3)wilayah Pengembangan III

meliputi kecamatan Tasifeto Barat dan kecamatan Malaka Timur (sekarang kecamatan Malaka

Timur, kecamatan Laen Manen dan kecamatan Raimanuk), dengan pusat pengembangan di

Halilulik; (4) wilayah pengembangan IV: meliputi kecamatan Malaka Barat (sekarang kecamatan

Malaka Barat, kecamatan Wewiku dan kecamatan Weliman), kecamatan pembantu Malaka Barat

(sekarang kecamatan Rinhat), kecamatan Malaka Tengah, pembantu kecamatan Malaka Tengah

(sekarang kecamatan Sasita Mean), dan kecamatan Kobalima; dengan pusat pengembangan di

Betun. Selanjutnya, masing-masing simpul pada Wilayah Pengembangan memiliki fungsi

sebagai berikut: (1) Sub Wilayah Pengembangan I (kota Atambua), berfungsi sebagai pusat

pertumbuhan utama, sebagai pusat administrasi pemerintahan dan sebagai pintu gerbang

perdagangan inter regional ( ke luar kabupaten Belu); (2) Sub Wilayah Pengembangan II (kota

Weluli), berfungsi sebagai pusat pertumbuhan

Kata Kunci: Model, Strategis Pengembangan, Kawasan Perbatasan,

Page 9: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

9

PENGEMBANGAN MESIN PENDINGIN EVAPORATOR GANDA SINGEL STAGE

SISTEM UNTUK PENGAWETAN IKAN DI KAPAL PENANGKAP IKAN

TRADISIONAL

Matheus M. Dwinanto1, Verdy A. Koehuan

2, Yunita A. Messah

3

Dosen Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana, Jl. Adisucipto Penfui-Kupang

Abstrak

Hasil perikanan laut mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan

perekonomian nasional terutama dalam meningkatkan perluasan kesempatan kerja, pemerataan

pendapatan, dan peningkatan taraf hidup nelayan dan pihak-pihak pelaku usaha di bidang

perikanan. Untuk mewujudkan peranan tersebut, hasil perikanan harus dapat mengikuti

persyaratan yang dapat menjamin mutu dan keamanan yang diinginkan oleh konsumen. Salah

satu faktor yang mempengaruhi mutu produk perikanan adalah jarak ke pelabuhan (atau tempat

pendaratan ikan). Persoalan jarak ini menjadi lebih nyata pada wilayah-wilayah tropis (seperti di

laut Sawu, wilayah laut di Nusa Tenggara Timur) dibanding pada iklim yang lebih dingin. Suhu

udara yang lebih panas meningkatkan tingkat penurunan kualitas, khususnya apabila hasil

tangkapan ditumpuk di atas geladak dengan sedikit atau tanpa es untuk menjaganya tetap dingin.

Sengatan sinar matahari dengan cepat menjadikan ikan terlalu panas dan mempercepat

penurunan mutu ikan pasca penangkapan.

Penanganan pasca penangkapan ikan, dan pengangkutan ikan memegang peranan penting dan

merupakan bagian yang tak terpisahkan untuk memperoleh nilai jual ikan yang maksimal dalam

proses pemasaran. Pengembangan mesin pendingin evaporator ganda ini dilakukan agar pasca

penangkapan dan setelah ikan segar disortasi, ikan tersebut dimasukkan ke dalam kedua kotak

pendingin dan pembeku berdasarkan ukurannya (ikan berukuran besar dan ikan berukuran kecil)

sehingga memudahkan dalam distribusi dan pemasaran. Keberhasilan yang diharapkan akan

diperoleh dari penelitian ini adalah koefisien prestasi (COP) yang tinggi dari mesin pendingin,

dan mutu ikan yang mampu dipertahankan untuk tetap memiliki nilai jual yang tinggi.

Hasil pengujian awal dalam penelitian ini adalah mesin refrigerasi evaporator ganda single stage

system hasil rancangbangun ini telah mampu bekerja dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan

penurunan temperatur ruang kedua kotak pendingin yang dapat mencapai ± -6 oC dalam waktu

pengujian 60 menit. Rangka kotak pendingin yang digunakan dari bahan kayu jati dan kayu

multipleks, serta isolator dari polyurethane telah mampu menekan rugi kalor dari udara sekitar

kotak pendingin sebagi akibat perpindahan kalor konduksi yang terjadi pada dinding kotak

pendingin selama mesin refrigerasi bekerja. Pengujian awal mesin refrigerasi ini memberikan

koefisien performans (COP) sebesar 6,09 dan dengan kapasitas refrigerasi sebesar 24,39 kW.

Kata kunci : Mesin pendingin, Penangkapan ikan tradisional

Page 10: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

10

2. FAKULTAS PERTANIAN

TINGKAT KETAHANAN KLON HARAPAN UBI JALAR LOKAL ASAL TIMOR

BARAT TERHADAP PENYAKIT KUDIS (Elsinoe batatas Saw.)

Yosep Seran Mau1, Antonius S.S.Ndiwa

2, I G.B.Adwita Arsa

3

Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana,2Pusat Penelitian Lahan Kering,

Jl. Adisucipto Penfui, Kupang, NTT 85001. Email: [email protected].

Abstrak

Penelitian laboratorium dan lapangan dilakukan untuk mengevaluasi ketahanan klon-klon

harapan ubi jalar asal Timor Barat, dengan tujuan mengetahui: 1) tingkat ketahanan klon-klon

ubi jalar tersebut terhadap penyakit kudis, 2) konsistensi ketahanan di lapang dan di

laboratorium, 3) klon-klon tahan terhadap penyakit kudis.

Penelitian ini diatur dalam Rancangan Acak Lengkap di laboratorium dan Rancangan Acak

Kelompok di lapangan. Perlakuan yang diberikan adalah genotipe ubi jalar yang terdiri dari 10

klon. Peubah yang dimatai adalah intensitas penyakit yang diamati pada 2, 4, 6, dan 8 MSI

(Minggu Setelah Inokulasi). Data intensitas penyakit selama periode pengamatan digunakan

untuk membuat kurva perkembangan penyakit penyakit sedangkan data severitas pada 8 MSI

digunakan untuk mengelompokkan tingkat ketahanan terhadap penyakit kudis.

Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi yang cukup besar antar klon yang diuji dalam hal

intensitas atau tingkat keparahan penyakit kudis, baik pada pengujian di laboratorium maupun di

lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar klon yang diuji dikategorikan

“tahan” dan “agak tahan” terhadap penyakit kudis, kecuali pembanding SLM-01 yang

dikategorikan“rentan”. Ketahanan sebagian besar klon yang diuji menunjukkann konsistensi

antara pengujian di laboratorium dan di lapangan.

Kata kunci: ketahanan, klon, ubi jalar, penyakit kudis, Elsinoe batatas.

Page 11: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

11

PENGEMBANGAN POTENSI BUAH LONTAR MENJADI BERBAGAI JENIS

PRODUK DALAM MENUNJANG KERAGAMAN JENIS MAKANAN LOKAL DALAM

MENUNJANG KEPARIWISATAAN DI KOTA KUPANG

I Nyoman W. Mahayasa1, H.J.D. Lalel

2, Kartiwan

3, Zulianatul Hidayah

4

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana, Jl. Adisucipto Penfui-Kupang

Abstrak

Kupang adalah ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang juga sebagai kota utama di

Timor Barat. Memiliki beberapa tempat indah sebagai obyek wisata yang cukup menarik untuk

dikunjungi, seperti goha moyet, pantai manikin, pantai tablolong, dan pantai lasiana. Atau bisa

juga dengan mengunjungi museum NTT dengan berbagai koleksinya. Begitu juga dengan wisata

kerajinannya (sasando alat musik tradisional, dll). Namun demikian, pariwisata akan terasa

tidaklah lengkap jika belum ditunjang oleh beberapa faktor pendukung lainnya, antara lain

adalah makanan, jajanan, ataupun buah tangan khas (adanya wisata kuliner yang berciri khas

daerah). Untuk kuliner, Kota Kupang masih sangat kurang jenis makanan khasnya, sedangkan

untuk menarik wisatawan yang utama adalah obyek wisatanya dan tidak kalah penting adalah

jenis kulinernya. Oleh sebab itu, maka keragaman jenis makanan perlu ditingkatkan dalam

kepariwisataan di Kota Kupang.

Buah lontar atau dikenal dengan nama saboak, memiliki potensi yang tidak bisa dianggap remeh

untuk diolah menjadi berbagai jenis makanan. Selama ini buah lontar masih merupakan buah

yang tidak memiliki harga, lebih hanya terbuang begitu saja. Kota kupang memiliki populasi

pohon lontar yang cukup banyak, sehingga jika saja buah ini dimanfaatkan secara optimal, maka

tentu saja akan memberikan keragaman dalam produk makanan khas yang ada di Kota Kupang.

Mahayasa (2007) telah mencoba memanfaatkan buah lontar ini untuk diolah menjadi beberapa

produk makanan, antara lain adalah stick lontar, dodol lontar, selei lontar, kerupuk lontar , dan

beberapa produk kue lainnya. Akan tetapi suatu produk makanan untuk mendapatkan kwalitas

prima, tentunya harus melalui beberapa pengujian, antara lain analisis gizinya, daya terima

konsumen, komposisi bahan, dan yang sangat mengganjal selama ini adalah berasanya sepat dan

pahit pada produk yang dihasilkan yang diakibatkan karena kandungan tanin dalam bahan yang

cukup tinggi (Mahayasa, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan produk pulp

sserabut buah lontar yang rendah tanin (rasa pahit), sehingga diperoleh makanan hasil olahan

dari buah lontar dengan kualitas yang prima.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari beberapa teknik yang dilakukan, antaranya dengan

menggunakan PEP, penggunaan ragi tapai, dan penggunaan Natrium Karbonat, serta pencucian,

maka dari percobaan yang telah dilakukan menunjukkan kalau semua perlakuan yang dilakukan

memberi hasil yang signifikan dalam menurunkan kadar tanin, namun dengan pemberian

Natrium Karbonat menghasilkan pulp yang berwarna coklat tua (terjadi perubahan warna)

sedangkan dengan PEP dan pencucian terdapat beberapa permasalahan dalam operasionalnya.

Sedangkan dengan menggunakan ragi tapai disamping harganya murah, pelaksanaannyapun

lebih mudah. Dari hasil penelitian, kemudian telah dibuat produk olahan yaitu, pia, kerupuk,

dodol, dan stik lontar. Hasil ini pula telah dilaksanakan (diterapkan) ke mitra kelompok Sari

Lontar. Dengan demikian diharapkan mitra dapat mengolahnya untuk dijadikan salah satu

produk unggulan mereka.

Kata kunci: Buah lontar,makanan lokal,pulp

Page 12: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

12

EFEKTIVITAS SPI PEMDA DALAM IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH

STUDI KASUS: KABUPATEN KUPANG DAN KAB TIMOR TENGAH UTARA

Fredrik l. Benu1, Anthon S. Y. Kerihi

2, Moni W .Muskanan

3, Herly M. Oematan

4,

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana, Jl. Adisucipto Penfui-Kupang

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki Sistem Pengendalian Intern (SPI) Pemerintah Daerah

(PEMDA) Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).Alasan Kab. Kupang

dan TTU dipilih karena kedua pemda ini telah diidentifikasi memiliki SPI terlemah dalam tata

kelola pemerintahannya (LHP BPK 2011). Pelitian telah dilaksanakan selama hamper dua tahun,

dengan aktivitas tahun pertama yaitu mengevaluasi sejauh mana pemahaman kedua PEMDA

mengenai SPIP (knowing); mengevaluasi unsur SPIP mana yang terlemah dalam implementasi

SPIP (diagnostic assessment) dengan melakukan analisa konteks dari dimensi

politik,ekonomi,sosial,teknologi, lingkungan dan hukum dan penyelenggaraan unsur SPI pada

tingkatan formal dan informal. Tujuan pada penelitian tahap satu yaitu untuk menganalisa unsure

SPI terlemah pada kedua pemda terkait. Selanjutnya dari hasil penelitian tahun satu, pada tahun

kedua tim peneliti merancang model sistem pengendalian yang dapat diterapkan oleh top

management di semua level untuk memperbaiki sistem pengendalian internal pada unit-unit

masing-masing. Penelitian ini bersifat deskripsi kualitatif dengan mewawancarai (one-to-one

interview) 100 responden di kedua kabupaten pada tahun pertama (2013). Selanjutnya dengan

menggunakan teknik SERVQUAL dan skala Linkert, data-data primer tersebut kemudian

dianalisa dengan membandingkan dengan data-data sekunder dari kedua pemda terkait. Adapun

temuan pada tahap pertama sbb: 1. Unsur SPI terlemah di PEMDA Kabupaten Kupang dan TTU

yaitu Lingkungan Pengendalian, Kegiatan Pengendalian dan Penilaian resiko. 2. Penyebab utama

lemahnya lingkungan pengendalian adalah kurangnya komitmen terhadap profesinalisme kerja

baik oleh pimpinan instansi pemerintah dan bawahan. 3. Di kedua PEMDA, pemicu utama

kurangnya komitmen terhadap profesinalisme kerja adalah adanya konflik kepentingan baik itu

konflik kepentingan politik, ekonomi maupun sosial budaya. Selanjutnya di pemicu utama

konflik kepentingan di Kabupaten Kupang adalag konflik kepentingan sosial budaya yang sangat

terlihat pada sistem pengendalian SDM. Sedangkan di Kabupaten TTU konflik kepentingan yang

terjadi sangat dipicu oleh faktor politik yang mempengaruhi sistem pengendalian perencanaan

dan penganggaran. Pada tahun kedua, tim peneliti merancang model untuk memperbaiki SPI

pada kedua kabupaten. Berdasarkan temuan tahun 1 bahwa konflik kepentingan adalah pemicu

utama lemahnya implementasi SPI, maka tim peneliti merancang Model 1 yaitu model sistem

pengendalian untuk meminimalisir konflik kepentingan. Model 1 adalah syarat mutlak harus

dilakukan terlebih dahulu sebelum, mengimplementasikan Model 2 yang terkait dengan

perbaikan unsur-unsur SPI yang paling lemah diimplementasikan. Kedua model kemudian

dikomunikasikan dengan kedua pemda selaku institusi mitra dalam penelitian ini dan telah ada

komitmen bersama untuk menerapkan model yang telah dirancang.

Kata kunci: Efektifitas,Sistem Pengendalian Intern, Otonomi Daerah

Page 13: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

13

3. FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

ANALISIS HASIL TANGKAPAN KEPITING BAKAU (Scylla SP) MENGGUNAKAN

BUBU TIPE KERUCUT YANG DIOPERASIKAN DI PERAIRAN DESA OEBELO,

KECAMATAN KUPANG TENGAH, KABUPATEN KUPANG

Risamasu, F.J.L1, Yahyah, I

2. Tallo dan Kiik G. Sine

3

Dosen Perikanan dan Kelautan Faperta Undana, Jl. Adisucipto, Penfui, Kotak Pos 104, Kupang

85001-NTT; Telp/Fax . (0380-881560), Hp. 082144581773, e-mail: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini telah dilakukan di perairan Oebelo, Kecamatan Kupang Tengah, mulai bulan Juli

hingga September 2014. Tujuan penelitian tahun kedua yaitu mengetahui kemampuan daya

tangkap bubu tipe kerucut; serta menganalisis produksi hasil tangkapan kepiting bakau baik

komposisi jenis, jumlah kepiting yang tertangkap serta berat kepiting. Penelitian ini

menggunakan metode observasi dengan melakukan uji coba penangkapan (experimental fishing)

selama dua bulan. Hasil penelitian menujukkan bahwa jenis kepiting bakau (Scylla sp) yang

tertangkap selama 20 trip penangkapan di perairan hutan mangrove desa Oebelo secara

keseluruhan berjumlah 4 jenis yaitu Scylla serrata, S. transquabarica, S.olivacea,dan S.

paramamosain. Selanjutnya ditemukan juga 2 genus kepiting lain yaitu Portunus pelagicus dan

Charybdis granulata . Jenis kepiting bakau (Scylla sp) yang tertangkap pada bubu tipe kerucut

dengan jumlah dan proporsi tertinggi adalah Scylla serrata dan S. tranquebarica masing-masing

sebanyak 83 individu (32,55%), kemudian diikuti oleh S.olivcea dan S. paramamosain.

Selanjutnya 2 genus kepiting lain yang tertangkap dengan jumlah dan proporsi tertinggi yaitu

Portunus pelagicus sebanyak 14 individu (5,49%), kemudian Charybdis granulata sebanyak 10

individu (3,92%). Nilai kelimpahan tertinggi dari seluruh trip penangkapan terdapat pada trip

penangkapan pertama (ke-1) dan terendah pada trip penangkapan ke-12 dan ke-13. Jenis

kepiting yang memiliki nilai kelimpahan tertinggi adalah S. transquebarica, kemudian S. serrata

dan terendah Charybdis granulata. Jenis kepiting yang memiliki berat tertinggi adalah S.

transquebarica, kemudian diikuti oleh S. serrata dan terendah Charybdis granulata. Nilai Catch

Per Unit Effort (CPUE) untuk seluruh hasil tangkapan bubu selama 20 trip penangkapan sebesar

1,832 kg/trip, tertinggi pada trip penangkapan ke-10 dan terendah pada trip penangkapan ke-7.

Dari hasil rekayasa tipe bubu ditemukan bubu tipe kerucut termasuk salah satu tipe bubu yang

memiliki kemampuan daya tangkap tinggi dan telah diuji coba bersama nelayan ternyata

memberikan hasil tangkapan lebih banyak sehingga bubu tipe kerucut dapat direkomendasikan

untuk digunakan nelayan dalam penangkapan kepiting bakau.

Kata kunci : Bubu kerucut, hasil tangkapan,kelimpahan, CPUE kepiting bakau

Page 14: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

14

STUDI BEBERAPA ASPEK BIOLOGI DAN EKOLOGI TERIPANG (Holothuroidea)

BESERTA POLA PROTEIN DI PERAIRAN SABU, KABUPATEN SABU RAIJUA

Marcelien Dj Ratoe Oedjoe1, Crisca B. Eoh

2,

Dosen Perikanan dan Kelautan Faperta Undana, Jl. Adisucipto, Penfui-Kupang

Abstrak

Teripang (Holothuroidea) termasuk salah satu sumber daya perikanan yang tidak banyak

diketahui oleh masyarakat. Beberapa jenis tripang (Holothuroidea) telah dikenal, dapat dimakan

dan bergizi tinggi dan memiliki nilai cita rasa yang khas, asam amino dan vitamin A serta

kandungan proteinnya sebesar 43 % dari berat kering. (Aziz, 1996). Meskipun di NTT jenis

teripang belum begitu popular, namun penduduk nelayan di perairan NTT telah

memanfaatkannya sebagai bahan makanan bahkan telah diekspor. Perairan Hawu Mehara yang

memiliki potensi sumberdaya hayati laut yang cukup besar, namun sumberdaya laut khususnya

teripang (Holothuroidea) belum dimanfaatkan padahal potensi dan peluang pemanfaatannya

cukup besar (Diskan NTT, 2010).Tujuan jangka panjang penyusunan model pengembangana

budidaya dan pengolahan yang optimum agar tidak mengancam kelestarian sumberdaya teripang

(Holothuroidea) sebagai salah satu sumber protein hewan. Sedangkan target khusus yang ingin

dicapai adalah untuk mendapatkan kandungan gizi yang dapat digunakan untuk pengembangan

komoditi budidaya teripang dan selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan pangan dan obat

tradisional (Ozer et al., 2004), Metode yang digunakan: Menganalisis data-data secara kuantitatif

dari aspek biologi dan ekologi serta analisis pola protein teripang (Holothuroidea) di Perairan

Raijua dengan 5 (lima) stasiun pengamatan dengan metode kontigensi (asosiasi ) 2 x 2, Kruskal-

Wallis, uji Khikuadrat (Χ²) dan korelasinya. Hasil identifikasi teripang didapat 11 jenis yang

termasuk dalam 3 (tiga ) famili, yaitu :Holothuridae, Stichopoditae dan famili Synaptidae. Ada

11 jenis teripang yang ditemukan di 5 (lima) lokasi penelitian perairan Sabu Raijua dengan

komposisis yaitu Holothuria scabra; Holothuria nobilis; Holothuria atra; Holothuria edulis

Holothuria impatiens; Holothuria Mexicana; Actinopyga lecanora dan Bahaschia argus.

Kepadatan : Holothuria nobilis adalah 5,651 individu/m2; Holothuria atra 4,409 individu / m2,

Holothuria scabra : 3,294 individu/m2; Holothuria edulis 3,102 individu/m2; Bahaschia argus

2,102 individu/m2; Holothuria Mexicana 2,088 individu/m2; Holothuria impatiens 2,044

individu/m2 dan Actinopyga lecanora 1,037 individu /m2. Penyebarannya teripang jenis

teripang berada pada seluruh subtrat pasir, lamun/rumput laut serat karang/tubir. Pada subtrat

berpasir terbanyak 17,3 % adalah Holothuria atra dan Bahaschia argus. Sedang sekitar 6 spesies

terbanyak 82,7% pada substrat lamun dan karang. Koefesien korelasi spesies teripang yang

banyak ditemukan di perairan Menia Sabu Raijua. H. nobilis mempunyai asosiasi yang terbesar

dengan H. scabra dimana koefesien korelasi kuat 0,602 . Asosiasi yang sangat lemah terjadi

antara Actinopyga lecanora dan Bahaschia argus sebesar 0,151. Sedangkan asosiasi yang cukup

antara H. nobilis dan Actinopyga lecanora dengan koefesiens korelasi sebesar 0,352. Semua

spesies teripang yang banyak ditemukan mempunyai asosiasi positif dan erat. Kandungan nutrisi

protein teripang rata-rata 11,46 % dan kualitas air sangat layak untuk di lakukaan pengembangan

budidaya teripang. Phytoplankton yang terindentifikasi adalah Bacillariophyceae, Cyanophyceae,

dan Chrolophyceae serta Zooplankton dari family: Copepoda, Foraminifera, Ostracoda, dan

Gastropoda

Kata kunci: Teripang, Vitamin, kandungan Protein

Page 15: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

15

PEMANFAATAN PROTEIN Per-CP MAKROALGA LAUT Halimeda opuntia SEBAGAI

BAHAN ANTIVIRAL PADA KEGIATAN BUDIDAYA KOMODITAS IKAN KERAPU

TIKUS (Cromileptes altivelis)

Nicodemus Dahoklory1,Yudiana Jasmanindar

2

Dosen Perikanan dan Kelautan Faperta Undana, Jl. Adisucipto, Penfui-Kupang

Abstrak

Viral Nervous Necrosis merupakan problem penting yang mengakibatkan kematian ikan kerapu

di keramba jaring apung. Salah satu penentu faktor virulensi viral nervous necrosis ditentukan

oleh lemahnya sistim imun pada ikan kerapu, didasarkan pada pembentukan sistim imun dengan

cara uji in vivo Per-CP Halimeda opuntia pada ikan kerapu tikus. Untuk itu, penelitian ini

bertujuan untuk melihat ekspresi sel pada organ hati dan intestine maupun ekspresi protein P56.

Metode penelitian yang digunakan adalah eksplorasi laboratorium untuk mengisolasi Per-CP

Halimeda opuntia, menguji in vivo Per-CP Halimeda opuntia pada ikan kerapu tikus, menguji in

vivo Per-CP Halimeda opuntia yang diuji tantang dengan viral nervous necrosis.Organ target

yang diisolasi adalah hati, intestine dan mata.

Hasil penelitian isolat Per-CP Halimeda opuntia memiliki kisaran protein antara 9 sampai 25

μg/μl. Hasil ekspresi sel yang paling kuat pada organ hati ikan kerapu tikus tanpa pemberian Per-

CP adalah 91 kDa. Hasil ekspresi sel yang paling kuat pada organ hati ikan kerapu tikus yang

disonde dengan Per-CP adalah 5 kDa. Hasil ekspresi sel yang paling kuat pada organ hati ikan

kerapu tikus yang disonde dengan Per-CP yang diuji tantang dengan viral nervous necrosis

adalah 90 kDa. Hasil SEM pada mata ikan kerapu tikus setiap perlakuan menunjukkan bahwa

terjadi perubahan patologis yang bersifat ringan

Kata-Kata Kunci : Ekspresi sel, kDa, Per-PC, ikan kerapu tikus.

Page 16: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

16

3. FAKULTAS PETERNAKAN

STRATEGI PENINGKATAN LAJU ADOPSI TEKNOLOGI PAKAN SUPLEMEN

PEDET DALAM RANGKA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TERNAK SAPI

I Gusti N. Jelantik1, Tara Tiba Nikolaus

2, Maria R. Deno Ratu

3

Dosen Fakultas Peternakan,Universitas Nusa Cendana, Jln, Adisucipto Penfui-Kupang

Abstrak

Kematian pedet yang sangat tinggi dan rendahnya laju pertumbuhan pedet sapi Bali merupakan

penyebab utama rendahnya produksi dan kualitas bakalan yang dihasilkan dari sistem peternakan

ekstensif di NTT. Teknologi suplementasi langsung pada pedet (pasupet) yang dikembangkan

selama ini terbukti secara meyakinkan mampu menekan angka kematian dan sekaligus

meningkatkan pertumbuhan dan kualitas bakalan. Namun demikian adoptabilitas teknologi

pasupet oleh petani peternak dirasakan masih relatif rendah. Hal ini disebabkan terutama oleh

beberapa faktor antara lain bahan baku pasupet tidak tersedia di tingkat peternak, membutuhkan

pengolahan serta aplikasinya yang mengharuskan pedet untuk dikandangkan sementara induknya

digembalakan.

Dengan demikian tujuan utama penelitian ini adalah untuk meningkatkan adoptabilitas teknologi

pasupet melalui upaya menekan harga dan meningkatkan ketersediaan bahan baku di tingkat

peternak, meminimalisir pengolahan, serta menyederhanakan teknik aplikasi pada sistem

gembala. Kegiatan penelitian pada tahun pertama diawali dengan upaya memodifikasi formula

pasupet dengan memasukkan leguminosa herba dan labu sebagai bahan baku pasupet sehingga

harga pasupet dapat ditekan serendah-rendahnya dan dapat dihasilkan dan diolah di tingkat

peternak. Pada tahapan selanjutnya, formula pasupet tersebut akan diuji-cobakan secara in vivo

dibandingkan dengan pasupet terdahulu. Tahap akhir dari penelitian tahun I dalah upaya

menyederhanakan metode pengolahan bahan baku dengan memberikan dalam bentuk segar atau

dalam bentuk hay dibandingkan dengan dalam bentuk tepung.

Kegiatan pada tahun II akan difokuskan untuk mengkaji strategi pemberian pasupet yang lebih

sederhana sehingga lebih mudah diadopsi oleh peternak. Strategi pemberian langsung dikandang

tanpa perlu memisahkan dengan induknya dengan teknik creep-feeding baik di kandang maupun

di padang penggembalaan akan dibandingkan ddengan metode sebelumnya yang memisahkan

pedet selama induknya menggembala.

Selanjutnya pada tahun III, formula pasupet yang baru dan strategi pemberian yang baru akan

diujicobakan secara luas pada kondisi on farm pada peternak di dua kabupaten masing-masing

Kabupaten Kupang dan TTS. Kemanfaatan dan laju adopsi akan dievaluasi berdasarkan dampak

produktivitas (biologis), ekonomis dan teknis (apiklasi).

Kata kunci: Pakan,Suplemen Pedet, Produktivitas,

Page 17: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

17

RINGKASAN EVALUASI KADAR TANIN DAN PROTEIN KASAR HIJAUAN POHON

LEGUMINOSA DAN NON-LEGUMINOSA YANG DOMINAN DIMANFAATKAN

PETERNAK SEBAGAI PAKAN SUPLEMEN TERNAK SAPI

Emma Dyelim Wie Lawa1, Edwin J.L. Lazarus

2

Dosen Fakultas Peternakan,Universitas Nusa Cendana, Jln, Adisucipto Penfui-Kupang

Abstrak

Musim kemarau yang panjang di Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya di Kabupaten Kupang

mengakibatkan ketersediaan pakan bagi ternak sapi mengalami kendala baik kuantitas maupun

kualitasnya.Hijauan pohon dari jenis leguminosa maupun non-leguminosa biasanya disediakan

peternak sebagai pakan suplemen bagi ternak sapi yang dipeliharanya.Penelitian ini bertujuan

mendapatkan informasi sejauhmana masyarakat peternak memanfaatkan hijauan leguminosa dan

non-leguminosa pohon sebagai pakan suplemen dalam ransum sapi yang

dipeliharanya.Keberadaan senyawa tanin dalam berbagai hijauan pohon khususnya yang

dominan diberikan sebagai pakan suplemen dievaluasi dampak negatifnya bagi ternak, Penelitian

ini mengambil sampel wilayah di kecamatan Amfoang Selatan dan Amarasi Barat.Hasil

penelitian menunjukkan bahwa di kedua wilayah tersebut masyarakat telah memanfaatkan

hijauan pohon sebagai suplemen dalam ransum sapi.Hijauan yang dominan diberikan adalah turi

(Sesbania grandiflora), lamtoro (Leucaena leucocephala), kaliandra (Calliandra callothyrsus),

kapuk (Ceiba petandra) dan kabesak putih (Acacia leucophloea) dari jenis leguminosa dan

hijauan timo (Timonius timon), busi (Melochia umbelata) dan mara/bafkenu (Macaranga

tanarius) dari jenis non-leguminosa. Masih terdapat hijauan pohon seperti dadap (Erytrina

oviliafolia) dan trembesi (Sammanea saman) dari jenis leguminosa dan waru (Hibiscus

tilliaceus), beringin (Ficus benyamina) serta bidara (Zyziphus mauritania) dari jenis non-

leguminosa yang diberikan dalam jumlah sedikit. Tidak nampak dampak gangguan kesehatan

akibat keberadaan senyawa tanin dalam hijauan pohon terhadap ternak sapi; hal ini karena

masyarakat telah mengantisipasinya dengan strategi pemberian pakan seperti, perlakuan awal

terhadap hijauan dengan pelayuan dan pemberian secara campuran pakan. Kadar protein kasar

dan senyawa tanin dari hijauan pohon yang dominan diberikan untuk ternak sapi adalah,

kaliandra (22,56%; 6%), lamtoro (22,34%; 4%), turi (23,76%; 0%), kabesak putih (19,28%;

1,6%), kapuk (23%; 0,50%), timo (15,21%; 2,4%), mara/bafkenu (15%; 2,1%), Busi (20,31%;

2,6%), beringin (15,79%; 3,2%) dan bidara (17,84%; 1,8%). Masih diperlukan pengkajian

mendalam secara ilmiah dan praktis di masyarakat terhadap jenis hijauan leguminosa dan non-

leguminosa pohon yang potensial di wilayah penelitian ini sebagai pakan suplemen bagi ternak

sapi untuk menanggulangi krisis pakan hijauan di musim kemarau.

Kata kunci : kadar tannin, protein kasar, leguminosa, non-leguminosa pohon, suplemen,sapi

Page 18: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

18

PENGARUH LEVEL KUNING TELUR DALAM PENGENCER AIR KELAPA

TERHADAP KUALITAS SEMEN DAN ANGKA KEBUNTINGAN KUDA SANDEL DI

KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA.

Aloysius Marawali1, W. Marlene Nalley

2

Dosen Fakultas Peternakan,Universitas Nusa Cendana, Jln, Adisucipto Penfui-Kupang

Abstrak

Suatu penelitian tentang pengaruh level kuning telur (KT) dalam pengencer air kelapa terhadap

kualitas semen dan angka kebuntingan kuda sandel telah dilakukan di kabupaten Sumba Barat

Daya. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap percobaan. Percobaan I daya tahan hidup

spermatozoa dengan kecepatan sentrifugasi 2000 rpm selama 15 menit. Setelah sentrifugasi,

supernatan dibuang dan pellet (spermatozoa) dilarutkan dengan pengencer air kelapa kuning

telur dengan level KT 15%, 20% dan 25% dengan konsentrasi spermatozoa 200x106 per ml.

Pengamatan kualitas semen cair dilakukan dengan mengevaluasi persentase spermatozoa motil

dan persentase spermatozoa hidup setiap 3 jam untuk suhu ruangan dan setiap 12 jam pada suhu

50C. Percobaan II daya tahan hidup spermatozoa dengan kadar plasma semen(KPS) yang

berbeda (0%, 10%, 20% dan 30%) pada pengencer air kelapa+kuning telur. Semen cair

selanjutnya disimpan pada suhu 50C untuk pengamatan terhadap persentase spermatozoa motil

dan persentase spermatozoa hidup setiap 24 jam. Hasil percobaan pertama untuk motilitas

spermatozoa pada penyimpanan suhu ruangan dengan kecepatan sentrifugasi 2000 rpm selama

15 menit pada 0, 3, 6 dan 9 jam penyimpanan pada suhu ruangan pada level KT 15% adalah

60.4%, 46.8% dan 36.8%, pada level KT 20% adalah 60.4%, 51.8% dan 40.5% ; pada level KT

25% adalah 60.4%, 50.8% dan 37.8%. Daya tahan hidup spermatozoa pada penyimpanan suhu

ruangan dengan kecepatan sentrifugasi 2000 rpm selama 15 menit pada 0, 3 dan 6 jam

penyimpanan pada level KT 15% adalah 81.6%, 66.2%, 58.7% dan 48.5%; pada level KT 20%

adalah 81.6%, 70.4%, 64.8%, dan 54.5%; pada level KT 25% adalah 81.6%, 67.2%, 59.7% dan

49.5%. Motilitas spermatozoa pada penyimpanan suhu 50C dengan kecepatan sentrifugasi 2000

rpm selama 15 menit pada 0, 12, 24, 36 dan 48 jam penyimpanan pada level KT 15% adalah

60.4%, 54.6%, 44.4%, 36.6%, dan 30.6%; pada level KT 20% adalah 60.4%, 56.6%, 50.5%,

42.4% dan 36.4%; pada level KT 25% adalah 60.4%, 55.4%, 45.8%, 37.4% dan 32.4%. Daya

tahan hidup spermatozoa pada penyimpanan suhu 50C dengan kecepatan sentrifugasi 2000 rpm

selama 15 menit pada 0, 12, 24, 36 dan 48 jam penyimpanan pada level KT 15% adalah 81.6%,

74.0%, 61.6%, 51.8% dan 40.0%; pada level KT 20% adalah 81.6%, 76.6%, 66.7%, 56.6% dan

49.2%, untuk level kuning telur 25% adalah 81.6%, 75.9%, 62.5%, 52.8% dan 41.3%.

Percobaan kedua diperoleh hasil untuk motilitas spermatozoa pada penyimpanan suhu 50C

dengan kadar plasma semen (KPS) 0% dengan 0, 24, dan 48 jam penyimpanan adalah 72.5%,

47.5% dan 33.3%, KPS 10% adalah 72.5%, 20.0% dan 11.7% , KPS 20% adalah 72.5%, 10.0%

dan 3.3%, KPS 30% adalah 72.5%, 4.2% dan 0.8.%. Daya tahan hidup spermatozoa pada

penyimpanan suhu 50C dengan KPS 0% selama 0, 24, 48 dan 72 jam penyimpanan adalah 80%,

61% dan 55.2%, 52.4%, KPS 10% selama 0, 24, 48 dan 72 jam penyimpanan adalah 80.5%,

52.9%, 47.5% dan 44.1%, selama 0, 24, 48 dan 72 jam penyimpanan dengan KPS 20% adalah

80.5% dan 51.3%, 44.5% dan 31.8% serta selama 0, 48 jam dan 72 jam penyimpanan dengan

KPS 30% adalah 80.5%, 45.1%, 34.2% dan 22.8%. Pada percobaan ketiga diperoleh hasil yang

terdiri atas persentase estrus 100% setelah sinkronisasi dua kali berselang 14 hari. Angka

kebuntingan masing-masing 50% pada ternak kuda yang diinseminasi pada hari ketiga, hari

keempat dan hari kelima onset estrus.

Kata kunci :sentrifugasi, semen kuda,plasma semen, angka kebuntingan, kuning telur,air kelapa

Page 19: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

19

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUK DAN ANAK SAPI BALI

MELALUI SUPLEMENTASI PAKAN LOKAL DAN OBAT CACING UNTUK

MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING NASIONAL

Pellokila, Marthen R2, Sukawaty Fattah

2, Yohanis U. L. Sobang

2, Marthen Yunus

2

Dosen Fakultas Peternakan,Universitas Nusa Cendana, Jln, Adisucipto Penfui-Kupang

Abstrak

Suatu penelitian telah dilakukan yang bertujuan untuk 1) meningkatkan produktivitas induk sapi

Bali melalui suplementasi pakan lokal dan obat cacing, 2) meningkatkan produktivitas dan

menurunkan angka kematian pedet sapi Bali melalui suplementasi pakan lokal dan obat cacing,

3) menemukan model inovasi pengembangan sapi Bali berbasis partisipasi peternak. Metode

yang digunakan adalah pada tahun 1 menggunakan metode eksperimen pola rancangan acak

kelompok dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Adapun perlakuan dalam penelitian ini adalah P0 =

pakan hijuan (kontrol), P1 = R0 + pakan konsentrat mengandung tepung daun gamal dan daun

singkong 16 %, P2 = P1 + obat cacing. Dimana perlakuan diaplikasi pada induk bunting dan dan

induk laktasi Parameter yang diukur dalam penelitian tahun 1, yaitu konsumsi ransum (bahan

segar dan bahan kering), bobot lahir anak, skor tubuh induk, perubahan berat badan induk pasca

2 bulan melahirkan, produksi susu induk, pertambahan berat badan harian anak, jumlah telur

cacing dalam feses. Analisis data pada penelitian ini ditabulasi dan dilakukan analisis sesuai

prosedur ANOVA dengan menggunakan program SAS (Cody and Smith, 1997). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa rataan knsumsi bahan segar yaitu P2 18,35±0.22 kg/hari, P1 18,10±0.18

kg/hari, dan P0 16,10±0.49 kg/hari, .konsumsi bahan kering ransum yaitu P2 6.35± 0.13 kg/hari,

P1 6.22± 0.30 kg/hari, dan P0 5.50± 0.30 kg/hari, rataan bobot lahir anak yaitu P2 15,5±0.5 kg,

P1 14,5±0.5 kg, dan P0 13±0.5 kg, rataan produksi susu induk yaitu P2 1.3± 0.10 kg/hari, P1

1.2± 0.10 kg/hari, dan P0 0.93± 0.15 kg/hari, rataan pertambahan berat badan anak yaitu P2

0.24±0.03 kg/hari, P1 0.22±0.04 kg/hari, dan 0.15±0.01 kg/hari, rataan skor tubuh induk pasca

2 bulan melahirkan yaitu P2 3,67±0.29, P1 3,33±0.29, dan P0 2,83±0.29, rataan pertabahan

bobot badan pasca 2 bulan melahirkan yaitu P2 16,83±0.15 kg, P1 16,17±0.06 kg, dan P0

10,67±1.01 kg, dan rataan jumlah telur cacing dalam feses yaitu P0 sebesar 67±4.36/gr feses, P1

sebesar 62±6.00/gr feses, dan P2 sebesar 26±5.29/gr feses Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa 1) suplementasi bahan pakan lokal dan pemberian obat cacing pada induk

laktasi sapi Bali memberikan pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap konsumsi bahan segar,

konsumsi bahan kering, bobot lahir anak, skor tubuh induk, pertambahan bobot badan induk

pasca melahirkan, pertambahan bobot badan anak sapi Bali, dan jumlah telur cacing dalam feses,

sedangkan suplementasi bahan pakan lokal dan pemberian obat cacing pada induk laktasi sapi

Bali memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0.05) terhadap produksi susu induk sapi Bali dan

2) pemberian obat cacing pada induk sapi Bali yang mendapatkan pakan konsentrat memberikan

pengaruh yang tidak nyata (P>0.05) konsumsi bahan segar, konsumsi bahan kering, bobot lahir

anak, skor tubuh induk, produksi susu induk, pertambahan bobot badan induk pasca melahirkan,

pertambahan bobot badan anak sapi Bali, dan jumlah telur cacing dalam feses. Berdasarkan

kesimpulan di atas, maka dapat disarankan untuk 1) tepung daun gamal dan tepung daun

singkong dapat dijadikan bahan penyusun pakan konsentrat sumber protein untuk meningkatkan

produktivitas anak sapi Bali dan memperbaiki produksi susu induk Sapi Bali dan 2) untuk

mengeliminasi pengaruh parasit cacing pada sapi Bali dapat diberikan obat cacing, sehingga

dapat meningkatkan efsisensi penggunaan pakan

Kata Kunci : suplementasi, induk sapi Bali, anak sapi Bali, pakan lokal, obat cacing

Page 20: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

20

KAJIAN EKONOMI RUMAH TANGGA PETERNAK PENGGEMUKAN SAPI

POTANG DIWILAYAH HULU DAERAH ALIRAN SUNGAI/DAS BENAIN

NOELMINA,TIMUR BARAT NUSA TENGGARA TIMUR

Agus A. Nalle1, Melkianus Tiro

2

Dosen Fakultas Peternakan,Universitas Nusa Cendana, Jln, Adisucipto Penfui-Kupang

Abstrak

Keberadaan kawasan hulu DAS Benain-Noelmina di Timor Barat memegang peran

strategis tidak saja dalam menjaga tata air di Timor Barat, akan tetapi cukup potensial dalam

menunjang pengembangan sektor pertanian umumnya, dan khususnya pengembangan ternak sapi

potong. Ketergantungan rumah tangga peternak pada kawasan ini serta situasi sosial ekonomi

rumah tangga telah mendeterminasi pilihannya dalam menerapkan sistem pemeliharaan ternak

sapi potong baik dengan cara lepas (ekstensif) maupun cara ikat (intensif). Demikian juga pilihan

usahatani tanaman dan usaha non-pertanian lainnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dalam memberikan kontribusi bagi kesejahteraan peternak dan rumah tangganya.

Hasil analisis diperoleh bahwa potensi kinerja hasil produksi yang dapat diraih, serta alasan yang

menjustifikasi pilihan peternak untuk menerapkan sistem pemeliharaan ternak sapi potong, maka

lebih rasional dan lebih baik dengan menerapkan sistem ikat akibat minimnya resiko baik dari

aspek ekonomi maupun fisik lingkungan. Selanjutnya bahwa usaha ternak sapi potong pada

peternak di kawasan hulu DAS Benain-Noelmina merupakan usaha yang memberikan kontribusi

terbesar bagi penghasilan rumah tangga dibanding jenis usaha lainnya. Ketergantungan yang

dominan terhadap anggota rumahtangga produktif sebagai sumber tenaga kerja utama, kebutuhan

biaya produksi, tingkat konsumsi rumah tangga dan juga berbagai aktivitas non-pertanian lainnya

merupakan faktor penting yang mempengaruhi kinerja ekonomi rumah tangga peternak sapi

potong pada kawasan hulu DAS Benain-Noelmina.

Berdasarkan hasil yanga ada, maka rekomendasi yang diajukan : 1) Perlunya upaya advokasi dan

penyuluhan yang intensif sehingga kepada para peternak sapi potong di kawasan hulu DAS

Benain-Noelmina, dalam hal ini berkenaan dengan berbagai resiko baik ditinjau dari aspek sosial

ekonomi maupun fisik lingkungan ketika mereka terus memutuskan untuk menerapkan sistem

lepas dari ternak sapi potong yang diusahakannya; 2) Mendorong peningkatan kinerja dan

produktivitas usaha ternak sapi potong secara intensif, dengan mengembangkan dan

menyediakan alternatif usaha ekonomi produktif lainnya merupakan sumber penghasilan

tambahan penting bagi peningkatan kesejahteraan petani peternak, dan 3) Perlu pengkajian

lanjutan dan lebih bersifat komprehensif dalam rangka pengembangan usaha tani tanaman, usaha

ternak sapi potong dan usaha non pertanian lainnya secara integratif di tingkat rumah tangga

petani peternak di kawasan hulu DAS Benain-Noelmina.

Kata Kunci : Sapi Potong, Hulu DAS dan Ekonomi Rumah Tangga

Page 21: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

21

EFEK PEMBERIAN PAKAN KOMPLIT PLUS SELAMA BUNTING AKHIR, LAKTASI

DAN PENYAPIHAN DINI TERHADADAP EFISIENSI REPRODUKSI INDUK SAPI

BALI YANG DIPELIHARA SEMI INTENSIF

Erna Hartati1, Franky M. S. Telupere

2, Ahmad Saleh

3

Dosen Fakultas Peternakan,Universitas Nusa Cendana, Jln, Adisucipto Penfui-Kupang

Abstrak

Tujuan jangka panjang penelitian adalah mempercepat peningkatan produktivitas (produksi dan

populasi) sapi melalui inovasi teknologi Pakan Komplit-Plus (PK-Plus) berbasis pakan lokal

mengandung 150 mg ZnSO4/kg BK konsentrat dan 2% Zn-Cu isoleusinat /kg BK ransum untuk

memenuhi kecukupan kebutuhan konsumsi daging nasional dan pada gilirannya ketahanan dan

kemanan pangan dapat terwujud. Target penelitian mengoptimalkan peningkatan pertambahan

berat badan induk dan fetus, berat lahir dan berat pedet serta meningkatkan efisiensi reproduksi

dan pada gilirannya terjadi peningkatan populasi sapi yang berkualitas. Untuk mencapai

peningkatan populasi telah dilaksanakan penelitian selama 2 tahun yaitu pada tahun I adalah

percobaan terhadap induk sapi Bali bunting akhir yang dipelihara semi intensif dengan

mengiplementasikan perlakuan yang memperoleh respons terbaik pada sapi Bali jantan muda

dan sapi bibit (Hartati, dkk., 2010 dan 2011).

Penelitian dilanjutkan pada tahun II dengan perlakuan yang sama disertai penyapihan dini

terhadap pedet. Luaran tahun I menghasilkan pertambahan berat badan induk dan fetus dan berat

lahir tertinggi pada perlakuan 150 mg ZnSO4/kg BK konsentrat dan 2% Zn-Cu isoleusinat /kg

BK ransum sementara pada tahun II ingin dihasilkan berat sapih tertinggi, siklus birahi post

partum dan interval kelahiran lebih pendek dibandingkan dengan sapi yang tanpa pemberian

pakan tambahan.. Metode yang digunakan adalah percobaan dengan Rancangan Acak Kelompok

(RAK) 3 perlakuan dan 9 ulangan. Tiga macam perlakuan adalah: R0: induk sapi Bali bunting

akhir dilepas di padang siang hari, sore di kandangkan; R1: R0 + daun legum pohon (daun

gamal); R2: R0 + 150 mg ZnSO4/kg BK konsentrat + 2 % Zn-Cu isoleusinat/kg BK ransum.

Parameter yang diamati konsumsi dan kecernaan, kinetika rumen, status Zn dan Cu, retensi N

dan energi, berat sapih pedet, lama birahi, siklus birahi post partum dan calving interval sebagai

indikator tingkat efisiensi reproduksi induk sapi Bali. .Data dianalisis menggunakan sidik ragam

dan dilanjutkan dengan uji Duncan menggunakan paket SPSS Relase 17.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan tambahan baik hijauan legum maupun

konsentrat berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap peningkatan pertambahan berat sapih,

lama birahi dan siklus birahi induk post partum. Peningkatan berat sapih tertinggi (P<0,05) pada

induk sapi yang diberi tambahan konsentrat, sementara lama birahi dan siklus birahi induk post

partum pada induk yang diberi tambahan pakan lebih cepat (P<0,05) dibandingkan dengan tanpa

penambahan, akan tetapi antara pemberian hijauan legum dan konsentrat tidak berbeda nyata.

Kata kunci: Zn-Cu Isoleusinat;ZnSO4, berat sapih, interval kelahiran; sapi Bali

Page 22: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

22

EKSPANSI STEM CELLS PARTENOGENETIK DALAM MEDIUM SELULER

TERKONDISIKAN DAN PENGARAHANNYA MENJADI BERBAGAI TIPE SEL

SEBAGAI MODEL UNTUK TERAPI PENYAKIT DEGENERATIF

Thomas Mata Hine1, Arnol Elyazar Manu

2, Kirenius Uly

3

Dosen Fakultas Peternakan,Universitas Nusa Cendana, Jln, Adisucipto Penfui-Kupang

Abstrak

Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah menemukan media tumbuh stem cells alternatif

yang murah dan mudah diperoleh dan mampu menunjang proliferasi stem cells partenogenetik

selama kultur in vitro, sehingga dapat dijadikan sebagai model bahan baku terapi sel dalam

upaya menyembuhkan berbagai penyakit degeneratif. Target khususnya adalah optimalisasi

produksi stem cells partenogenetik mencit pada medium seluler terkondisikan yakni medium

terkondisikan pada sel kumulus (MTK), medium terkondisikan pada sel fibroblas (MTF), dan

medium terkondisikan pada sel endometrium (MTE).

Hasil penelitian pada tahun pertama menunjukkan bahwa TCM-199 lebih baik dalam

mendukung pertumbuhan sel kumulus, fibroblas, dan endometrium. Untuk kultur embrio

partenogenetik, MTF lebih superior dari MTK dan MTE. Pada tahun kedua, kegiatan penelitian

difokuskan untuk produksi stem cells partenogenetik pada MTK, MTF, dan MTE; yang diawali

dengan kegiatan isolasi inner cell mass blastosis menggunakan rabbit anti mouse anti serum dan

guinea pig complement, selanjutnya dikultur dalam MTK, MTF, dan MTE dalam inkubator CO2

5%, 37oC. Pasase dan perbanyakan stem cells dilakukan secara enzimatik, dan selanjutnya

dilakukan uji pluripotensi. Stem cells selanjutnya diarahkan menjadi sel syaraf dengan cara

menempatkan stem cells dalam medium yang telah dikondisikan dengan beberapa agens

diferensiasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa MTF, MTK, dan MTE mampu menunjang pembentukan

koloni stem cell yang lebih baik daripada yang dikultur tanpa medium terkondisikan; dengan

hasil terbaik dihasilkan oleh MTF.

Kata Kunci : Media Tumbuh, Model, Terapi Penyakit Degeneratif

Page 23: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

23

4. FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UJI COBA MODEL PEMBERDAYAAN PERAN PEREMPUAN DALAM

MENGHADAPI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI KABUPATEN KUPANG

DAN KABUPATEN TIMOR TENGAHN UTARA

Mien Ratoe Oedjoe1,Reny Masu

2, Orpa G Manuain

3, Thelma S.M.Kadja

4

Dosen FKIP Universitas Nusa Cendana, Jl. Adisucipto Penfui-Kupang

Abstrak

Model Pemberdayaan Peran Perempuan dalam menghadapi dampak perubahan iklim di

Kabupaten Kupang merupakan hasil penelitian yang ditemukan pada pnelitian tahap pertama,

yang perlu diujicobakan kembali untuk mendapatkan input bagi revisi model demi memperoleh

model yang diharapkan memberikan kontribusi dalam upaya pemberdayaan peran perempuan

menghadapi masalah bencana alam di Kabupaten Kupang. Uji coba model ini di Kabupaten

Kupang dan di perbandingkan dengan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Untuk itu maka

masalah yang dikemukakan adalah Uji Coba Rancangan Model, Potensi yang dimiliki dalam

penerapan Rancangan Model; Hambatan yang dihadapi;Solusi yang diambil; Input terkait

dengan penyempurnaan model yang lebih efektif. Metode yang dipergunakann adalah deskriptif

kualitatif dengan alat analisis Gender Pathway (GAP). Komponen acuan/wilayah kunci Uji

Coba Model adalah: Komitmen/ (Good Will) yang tampak dalam peraturan perundang-

undangan;Sumberdaya Manusia/Satgas; Dana tanggap darurat; Fasilitas/ Sarpras; Koordinasi

antara pemerintah, swasta dan masyarakat; Pemberdayaan Masyaraka t(masyarakat harus

mandiri dalam menghadapi CC; Peta Lokasi dan Penanggungjawab Sektor;Rambu-rambu lokasi

bencana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pemberdayaan peran perempuan yang

diujikan pada Kabupaten Kupang dan Kabupaten TTU, dengan latar belakang penganut budaya

Timor Dawan, berpandangan bahwa peran perempuan adalah di ranah domestik dimana pada

saat terjadi bencana perempuan yang banyak berbeban dalam mengatasi berbagai masalah rumah

tangga. Dengan demikian maka perempuan dapat mempergunakan warisan kearifan lokal untuk

menghadapi berbagai permasalahan dalam rumah tangga. Pemerintah Kabupaten Kupang

maupun TTU melalui Badan Penaggulangan bencana daerah (BPBD) cq. Setiap bidang baik

Bidang pencegahan dan kesiap siagaan, Kedaruratan dan Logistik, Rehabilitasi dan Rekonstruksi

melibatkan perempuan dalam membantu menyediakan konsumsi bagi korban bencana dan

evakuasi anak . Input terkait model pemberdayaan peran perempuan adalah Model yang bersifat

Integratif dimana BPBD dan stake holders mengintegrasikan 9 komponen kunci dengan

pengalaman, masalah dan kearifan lokal yang dimiliki perempuan menghadapi bencana alam;

kesimpulan yang diambil bahwa pendekatan integarif dalam upaya memberdayakan peran

perempuan dinilai lebih efektif yang dapat menjawab kepetingan perempuan dan anak. Sehingga

disarankan agar perlu penguatan kapasitas perempuan dan stake holders kebencanaan melalui

pelatihan dan sosialisasi; Menginventarisir Masalah, Kebutuhan, Kearifan Lokal dan Potensi

Perempuan dalam bentuk Profil Peran Perempuan dalam menghadapi dampak perubahan Iklim;

meningkatkan koordinasi antara Semua Stake Holder kebencanaan Pentingnya Desa Pilot Model

Penanganan bencana berbasis ”Model Integrasi Pemberdayaan Peran Perempuan”

Kata kunci: Model, Pemberdyaan, peran perempuan, dampak Perubahan Iklim

Page 24: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

24

RESISTENSI MASYARAKAT LOTAS DAN PERAN PEMIMPIN LOKAL DI WILAYAH

PERBATASAN BELU DAN SOE

Anderias Ande1,Reny Masu

2, Orpa G Manuain

3, Thelma S.M.Kadja

4

Dosen FKIP Universitas Nusa Cendana, Jl. Adisucipto Penfui-Kupang

Abstrak

Riset ini bertujuan untuk menemukan suatu model yang tepat melalui data dan informasi

tentang berbagai sub-etnik dan lokasi kediamannya yang jelas untuk dijadikan dasar bagi

pengambilan kebijakan yang dapat meredusir kemungkinan hubungan yang tidak harmonis di

antara berbagai sub-etnik tersebut. Salah satu bentuk konkritnya ialah menjadikan hunian

kompleks perbatasan baru dan sejenis lebih heterogen, membuka isolasi pemukiman daerah

konflik dan menghindari konsentrasi hunian dari sub-etnik tertentu sehingga mengeliminir

kemungkinan munculnya ethnosentrisme yang sempit. Riset ini akan didisain dalam tiga tahap.

Tahap pertama, akan dilakukan identifikasi terhadap kognisi, afeksi dan psikomotorik mereka

tentang etnisitas dan kekerasan dalam kehidupan bermasyarakat. Cara untuk mencermatinya

yaitu dengan melalui pengamatan dalam kancah dan wawancara mendalam. Pendekatan yang

digunakan dalam riset ini adalah pendekatan interdisipliner dan selanjutnya dianalisis secara

kualitatif. Tahap kedua adalah tahap intervensi, di mana data hasil pengamatan dalam kancah

dan hasil wawancara mendalam serta hasil studi kepustakaan dibuatkan pemetaan terhadap

etnisitas daerah perbatasan dalam bingkai kekerasan sebagai upaya resolusi terhadap tindakan

kekerasan. Bertolak dari pemetaan tersebut kemudian diberikan pelayanan sosial berupa

konseling keluarga baik dilakukan secara perorangan maupun kelompok. Tahap ketiga,

dilakukan try-out dan simulasi untuk menguji tingkat efisiensi dan efektivitas resolusi yang

dicanangkan. Konflik anarkisme antar wilayah perbatasan yang terjadi di Pulau Timor sendiri

pada dasarnya merupakan embrio dari ketidakadilan dan marjinalisasi suatu kelompok terentu

selama bertahun-tahun. Adapun ethnisitas yang selama ini disematkan dalam membaca dan

menganalisis konflik wilayah perbatasan di Pulau Timor. Ia dapat dikatakan sebagai faktor

pendukung sekaligus sebagai pemicu konflik kekerasan karena pada hakekatnya konflik lebih

mengarah pada perebutan sumber daya politik, budaya, ekonomi, dan hukum. Dalam kerangka

sejarah konflik kekerasan wilayah perbatasan antar kabupaten/kota diwarnai dengan praktik-

praktik dominasi maupun subordinasi semenjak zaman kerajaan hingga masa Republik ini

terutama era otonomi daerah yang berimplikasi pada semakin bertumbunya potensi konflik laten.

Konflik kekerasan selama ini terjadi rupanya belum efektif diselesaikan jika diselesaikan

melalui pendekatan hukum positif. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa rekonsiliasi konflik

kekerasan wilayah perbatasan di Pulau Timor yang cukup efektif melalui pendekatan kearifan

lokal. Kearifan lokal pada tataran ini sebenarnya memiliki tingkat keefektifan yang cukup tinggi

bila dibandingkan dengan pendekatan hukum formal. Karena kearifan lokal memiliki potensi

dalam merajut kembali dan merekatkan kohesivitas masyarakat menuju proses rekonsialisasi.

Dan juga turut dipertimbangkan seperti faktor agama, jabatan birokrasi dan kepentingan-

kepentingan lain sejenisnya di wilayah perbatasan. Hasil temuan lapangan juga telah

menunjukkan bahwa harmonisasi dalam hidup dan kehidupan di wilayah perbatasan merupakan

cara rekonsiliasi yang efektif dalam tataran elite dalam konteks menjaga perdamaian. Situasi dan

kondisi seperti ini dijaga dalam kerangka mereduksi segala bentuk etnosentrisme yang

seringkali mengkonstruksi konflik kekerasan di wilayah perbatasan.

Kata Kunci: Ethnisitas; Konflik; Perbatasan

Page 25: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

25

5. FAKULTAS HUKUM

INPLEMENTASI HUKUM KEBIJAKAN PERIKANAN DAN EFEKTIFITAS

HUKUMNYA DALAM MENUNJANG SISTEM PERIKANAN LAUT DAERAH

SECARA BERKELANJUTAN

Dr.Jimmy Pello

Dosen Fakultas HUKUM Universitas Nusa Cendana, Jl. Adisucipto Penfui-Kupang

Abstrak

Pertentangan azas-azas hukum pembagian wewenang pengelolaan perikanan daerah yang

melandasi UU Perikanan Nomor 31 Thn 2004 (dekonsentrasi), UU No. 45 Tahun 2009 (Tugas

pembantuan) dan UU Pemda (desentralisasi) mengacaukan konsistensi logika hukum. Melandasi

persoalan tersebut secara teoretis hierarki perundang-undangan bahwa hukum terendah

mengikuti hukum yang tertinggi. Dengan demikian apakah kelompok hukum perikanan

mengikuti kehendaki ketentuan Pasal 33 (3) UUD 1945 dan Pasal 18 ayat (5) UUD 1945 ?

Tujuan jangka panjang berkontribusi bagi terwujudnya sistem pengelolaan perikanan

berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat, dan untuk meningkatkan mutu pendidikan hukum

khususnya menghasilkan pilihan azas-azas hukum dan konsep-konsep hukum kebijakan

perikanan berkelanjutan. Hal ini dilaksanakan melibatkan mahasiswa, menghassilkan, bahan

penulisan buku, berpeluang dijadikan materi jurnal terakreditasi, materi bahan ajar, materi di

perguruan tinggi serta sebagai informasi tambahan bagi calon peneliti selanjutnya.

Metode yang digunakan dalam mencapai tujuan: Metode penelitian hukum normatif (tahun

pertana dan kedua. Tahun ketiga menggunakan metode penelitian hukum empirik dan bersifat

kualitatif dan deskriptif. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat sistem konsep yang

terkandung dalam prinsip konservasi versi konstitusi Indonesia dan harus menyatu antara

“konsep dikuasai negara “ dengan “konsep dikuasai daerah” rumuskan hukum perikanan

bergagasan eksploitasi dan budidaya serta sedikit mengemukakan konsep konservasi di

perikanan laut atas dasar prinsip dekonsentrasi karena kuat dugaan pembentuk hukum

menafsirkan isi Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 tidak secara utuh. Dengan demikian UU Perikanan

No.31 Thn 2004 (Pasal 60) inkonstitusional. Selanjutnya UU No. 45 Tahun 2009 perubahan UU

No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, khususnya ketentuan Pasal 60 pemerintah daerah

menerapkan prinsip mandate dalam arti ketiadaan kewenangan pada pemerintah daerah .

kehendak uu ini menonjolkan konsep konservasi dan perlindungannya namun kewenangan

berada di pusat. Dengan demikian uu ini inkonstitusional pula, kecuali UU Pemda No. 32 Tahun

2004 berkesesuaian dengan UUD 1945 berdasarkan rumusan ketentuan Pasal 18 mengedepankan

pemikiran pembagian wilayah pengelolaan wilayah perikanan menonjolkan gagasan Pasal 33

ayat (3) tentang wewenang pusat dan daerah dipadukan dengan Pasal 18 ayat (5) UUD 1945 dan

sangat mempertimbangkan prinsip konservasi pada Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 dalam Pasal 18

ayat (3) UU Pemda. Gagasan tentang otonomi perikanan terlihat dalam hal bersama mengatur,

melindungi dan mengelola perikanan berdasarkan wewenang yang dimiliki dan harus dapat

dipertanggungjawabkan sesuai digariskan dlm UU organik (perikanan nasional oleh Pemerintah,

Perikanan daerah oleh Pemda (DKP). Rekomendasi hasil penelitian perlu amandemen ketentuan

Pasal 60 pada kedua uu perikanan diseleraskan dengan ide dasar desentralisasi dan konservasi

menurut ketentuan Pasal 33 ayat (3), (4) serta Pasal 18 ayat (5) UUD 1945 serta Pasal 18 UU

Pemda demi pengelolaan perikanan nasional dan daerah secara berkelanjutan.

Page 26: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

26

POLA PEMBINAAN ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN YANG RESPONSIVE

TERHADAP PENGARUSUTAMAAN HAK ANAK DI LAPAS ANAK KELAS IIA

KUPANG

Reny R Masu1 , Mien Ratoe Oedjoe

2,Orpa G. Manuain

3

Dosen Fakultas HUKUM Universitas Nusa Cendana, Jl. Adisucipto Penfui-Kupang

Abstrak

Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas IIa Kupang melaksanakan pembinaan kepada Narapidana

Anak didasarkan kepada UU No. 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Pelaksanaan

Pembinaan didasarkan Kepada Peraturan Menteri Kehakiman, peraturan perundangan tersebut

bersifat umum melintasi jenis kelamin dan usia, menganut asas hukum pidana “ geenstraft

zonder schuld (tiada pidana tanpa kesalahan), pendekatan security disampinbg kesejahteraan

anak; Pengarusutamaan Hak Anak (PUHA) dipergunakan sebagai strategi untuk melindungi hak

anak perlu mendapat perhatian dari berbagai komnponen bangsa termasuk Lapas Anak Kelas IIa

Kupang. Diperlukan kajian untuk mengetahui masalah diseputar implementasi PUHA di Lapas

Anak Kelas IIa Kupang. Masalah yang dikemukakan adalah Bagaimana upaya yang telah

diambil dalam pembinaan dan pendidikan anak didik pemasyarakatan; Apakah yang menjadi

factor penghambat dalam upaya membangun pola pembinaan yang responsive PUHA; Apakah

solusi yang diambil mengatasi hambatan dalam menerapkan pola pembinaan yang responsive

PUHA; Bagaimana Model pembinaan anak didik pemasyarakatan yang responsive PUHA

Metode pendekatan deskriptif kualitatif, dengan mempergunakan alat analisis Problem Based

Approach (Proba) diperoleh jawaban atas masalah bahwa Telah terdapat upaya yang telah

dilakukan Lapas Anak kelas IIa Kupang dalam memberikan pembinaan demi perlindungan akan

hak Anak melalui kegiatan kepribadian, ketarmpilan dan pengetahuan, pendampingan dan

konsultasi masalah anak, keterbukaan menerima program dan kegiatan stake holders bidang

perlindungan anak; masalah yang dihadapi berhubungan dengan perundang-undangan yang

berlaku umum diterapkan pada masalah anak, perbedaan pandangan mengenai pendekatan

pembinaan, mengenai PUHA, Kapasitas Sumberdaya manusia dan Anggaran yang terbatas, data

terpilah belum optimal di terapkan, kelembagaan PUHA belum tampak; mutasi pejabat yang

bersifat umum.

Solusi yang diambil menyamakan persepsi tentang peraturan perundang-undangan yang tumpang

tindih dalam pelaksanaannya biasanya diadakan sharing antara para petugas, terutama pada saat

Rapat Team pemgamat Pemasyarakatan (TPP); Peningkatan kapasitas petugas melalui

sosialisasi, menjadi anggota Lembaga Perlindungan Anak, terbuka terhadap program dan

kegiatan yang di samapaikan oleh LSM, PT maupun stake holders lainnya; tingkatkan koordinasi

dengan stake holdes KemenHukHAM, dinas pendidikan Kota untuk mengatasi masalah

anggaran; Komunikasi dengan anak; Petugas membuka diri; Memberikan kebebasan kepada

Bapas untuk mengadakan penelitian tentang anak; ditemukan model pembinaan Anak Didik

Pemasyarakatan yaitu Model system Pembinaan Anak Didik Pemasyarakatan yang

meningtegrasikan Roh PUHA kedalam Pola Pembinaan yang selama ini dianut.

Kata kunci: Pola, Pembinaan, Lapas Anak, Pengarusutamaam Hak Anak

Page 27: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

27

6. FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU PENDIDIKAN

ANALISIS KEBIJAKAN DAN KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOPERASI DAN

PARIWISATA DI NUSA TENGGARA TIMUR (STUDI KASUS DI KABUPATEN

RAIJUA DAN SUMBA BARAT DAYA)

Apriana H.J.Fanggidae1, Catrin Adam dan Jeny Eoh

2

Dosen FISIP Universitas Nusa Cendana, Jl. Adisucipto Penfui-Kupang

Abstrak

Koperasi berkualitas adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan

sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha

ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja

pada umumnya dengan berlandaskan pada gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian

nasional. Potensi atraksi alam, pantai, budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam

memberikan peluang bagi daerah khususnya SBD dan Sabu Raijua meningkatkan pendapatan

daerah melalui pengembangan pariwisata. Hasil penelitian ini mendorong peneliti melakukan

penelitian lanjutan untuk tahun kedua dengan tujuan kegiatan yaitu Studi Kelayakan Model

Kemitraan Pemerintah Swasta dan Perguruan Tinggi dalam Pengembangan Koperasi dan

Pariwisata di NTT. Dari penelitian ini diharapkan menghasilkan luaran berupa Model Kelayakan

kemitraan Pemerintah, Swasta, dan PT dalam pengembangan koperasi dan Pariwisata di NTT

dan Publikasi Ilmiah serta Bahan Ajar. Populasi dalam penelitian ini adalah mereka yang terlibat

dalam pengembangan koperasi dan pariwisata. Pengambilan sampel diambil sesuai

kebutuhan/kepentingan penelitian di Kabupaten Sabu Raijua dan SBD. Hasil penelitian

menujukkan bahwa produk pariwisata yang menjadi unggulan dan layak dikembangkan adalah

1) Sabu Raijua: Lontar, jagung, sorgum, rumput laut, atraksi budaya, atraksi laut/pantai dan

atraksi tenun ikat. 2) Sumba Barat Daya: jagung, pisang, kuda, kerbau, tebu, kakao, jambu mete,

atraksi budaya, atraksi alam pegunungan, atraksi laut/pantai dan atraksi tenun ikat. Dan koperasi

yang layak dipercayakan untuk mengembangkan potensi pariwisata adalah: 1) Sabu Raijua:

Koperasi Mira Kaddi Hari, KSU Habba Rae dap KSU Saliko. 2) Sumba Barat Daya: KSP Iya

Teki, KSP Eta Dabba, Kopwan Analalo, Hotel “Newa Resort”, Kopwan Wali Ate dan Koperasi

Tamera. Pengembangan sektor kepariwisataan perlu memperhatian kaidah-kaidah pengelolaan

lingkungan, pasar, legalitas, keuangan, dan sosial ekonomi serta lingkungan hidup mengingat

salah satu unsur wisata adalah sumber daya alam yang merupakan bagian dari lingkungan hidup.

Model kelayakan pengembangan koperasi dan pariwisata akan terpadu dan bersinergi melalui

kekuatan masyarakat, pemerintah, LSM, pengelola pariwisata, akademisi, media masa dan

pelaku kepariwisataan lainnya serta Pemerintah dituntut untuk bersikap tegas yakni tidak akan

menggunakan lagi sistem proteksi dalam pengembangan dunia usaha tetapi lebih banyak

berperan sebagai penyedia fasilitas, pembuat dan penegak peraturan dan pemberi bantuan

perkuatan bagi yang lemah.

Kata Kunci: Kelayakan, kemitraan, pemerintah, Akademisi, koperasi dan pariwisata

Page 28: 1. FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PERANCANGAN PERANGKAT …blog.undana.ac.id/jsmallfib_top/abstract2014/Kumpulan Abstrak Tahun_2014.pdfMasalah pada operasi sistem tenaga listrik seperti

28

PENGARUH TATAKELOLA KORPORASI UKURAN, TERHADAP

LEVERAGE,BIAYA AGENSI,TANGGUNG JAWAB SOSIAL KORPORASI DAN

DAMPAKNYA PADA NILAI KORPORASI

Oktovianus Nawa Pau

Dosen FISIP Universitas Nusa Cendana, Jl. Adisucipto Penfui-Kupang

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa apakah telah terjadi peningkatan nilai ukuran

korporasi, leverage, biaya agensi dan tanggung jawab sosial korporasi yang berpengaruh pada

peningkatan nilai saham di pasar modal Indonesia sebagai dampak dari penerapan tata kelola

korporasi yang baik di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatory survey

dengan metode General Least Ssquare(GLS). Penelitian ini menggunakan data sampel 19

korporasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mengikuti program riset penerapan tata

kelola yang baik dan tanggung jawab sosial korporasi dengan periode pengamatan tahun 2007

sampai tahun 2013.

Hasil penelitian ini secara keseluruhan menunjukan bahwa penerapan tata kelola korporasi yang

baik dapat meningkatkan nilai ukuran korporasi serta berkontribusi pada peningkatan nilai saham

korporasi di pasar modal secara signifikan. Ditunjukkan oleh koefisien R-square = 0.95 dan

koefisien β = 0.2583 artinya 25.83 persen kontribusi berasal dari variabel dalam model(terdiri

dari tata kelola β = -0.01858, ukuran korporasi β = +0.4435; leverage β = -0.01699; biaya agensi

β = +0.0032; dan tanggung jawab sosial β = +0.01699). Secara parsial hasil penelitian disertasi

ini menemukan bahwa: 1) tata kelola berpengaruh positif dan signifikan terhadap ukuran

korporasi dengan koefisien β = 0.2686; 2) tata kelola berpengaruh positif dan signifikan terhadap

leverage korporasi dengan koefisien β = 0.2674; 3) tata kelola berpengaruh positif dan signifikan

terhadap biaya agensi dengan koefisien β = 0.0972; 4) tata kelola berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap tanggung jawab sosial dengan koefisien β = -2.163; 5) tata kelola

berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai saham dengan kofisien β = 0.0918; 6) ukuran

korporasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan nilai saham korporasi dengan

koefisien β = 0.5238. 7) Leverage korporasi berpengaruh negatif signifikan terhadap peningkatan

nilai saham dengan koefisien β = -0.01664. 8) Biaya agensi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap nilai saham dengan koefisien β = 0.0151; 9) tanggung jawab sosial korporasi

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai saham korporasi dengan koefisien β = -

0.000261.

Kata kunci: Tata kelola korporasi, Nilai saham, Tanggung jawab sosial, Ukuran, Leverage, dan

Biaya agensi.