1. bab 1-daftar pustaka

70
1 JUDUL : PERANAN PENGGUNAAN METODE SIMULASI TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SLTP NEGERI 2 PATAMPANUA KABUPATEN PINRANG 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini yang masih menjadi pembicaraan hangat dalam masalah mutu pendidikan adalah prestasi belajar siswa dalam suatu bidang ilmu pengetahuan. Menyadari hal tersebut, maka pemerintah bersama para ahli pendidikan, berusaha untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan. Upaya pembaharuan pendidikan telah banyak dilakukan oleh pemerintah, diantaranya melalui seminar, lokakarya dan pelatihan-pelatihan dalam hal pemantapan materi pelajaran serta metode pembelajaran untuk bidang studi tertentu misalnya IPA, Matematika dan lain-lain. Sudah banyak usaha yang dilakukan oleh Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia di sekolah, namun belum menampakkan hasil yang memuaskan, baik

Upload: apajipade

Post on 24-Jun-2015

533 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

1

JUDUL : PERANAN PENGGUNAAN METODE SIMULASI TERHADAP

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS

VIII DI SLTP NEGERI 2 PATAMPANUA KABUPATEN

PINRANG

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini yang masih menjadi pembicaraan hangat dalam masalah mutu

pendidikan adalah prestasi belajar siswa dalam suatu bidang ilmu pengetahuan.

Menyadari hal tersebut, maka pemerintah bersama para ahli pendidikan, berusaha

untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan. Upaya pembaharuan pendidikan

telah banyak dilakukan oleh pemerintah, diantaranya melalui seminar, lokakarya

dan pelatihan-pelatihan dalam hal pemantapan materi pelajaran serta metode

pembelajaran untuk bidang studi tertentu misalnya IPA, Matematika dan lain-lain.

Sudah banyak usaha yang dilakukan oleh Indonesia untuk meningkatkan kualitas

pendidikan Indonesia di sekolah, namun belum menampakkan hasil yang

memuaskan, baik ditinjau dari proses pembelajarannya maupun dari hasil prestasi

belajar siswanya.

Dari beberapa mata pelajaran yang disajikan pada Sekolah Menengah Pertama,

fisika adalah salah satu mata pelajaran yang menjadi kebutuhan sistem dalam

melatih penalarannya. Hasil observasi empirik di lapangan mengindikasikan

bahwa tidak semua individu yang sempat dan masih mengalami pendidikan secara

formal mampu menunjukkan perkembangan atau perubahan (dalam hal ini

Page 2: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

2

perubahan ke arah positif). Pada umumnya masalah utama yang menyebabkan hal

tersebut adalah masih rendahnya daya serap peserta didik yang tampak dari rerata

hasil belajar yang senantiasa masih sangat memprihatinkan, dan hasil belajar di

bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada khususnya. Hal inilah yang mesti

menjadi pekerjaan bersama insan pendidik, pemerintah dan masyarakat secara

berkesinambungan guna mencapai tujuan pendidikan nasional.

Berdasarkan data hasil observasi yang dilaksanakan pada siswa kelas VIII

SLTP Negeri 2 Patampanua maka dapat diketahui bahwa minat belajar dan

pemahaman siswa terhadap setiap pelajaran khususnya bidang studi fisika masih

rendah, dimana hanya sekitar 75% siswa yang mencapai kriteria ketuntasan

minimal (KKM) dengan nilai sebesar 65. Hal tersebut dipengaruhi dari beberapa

faktor antara lain : Pertama, penerapan metode mengajar oleh guru pelajaran yang

monoton dengan metode konvensional. Dalam hal ini metode mengajar yang

cenderung digunakan oleh guru adalah metode ceramah yang dipadukan dengan

metode tanya jawab. Karenanya mengakibatkan siswa bekerja secara prosedural

dan memahami fisika tanpa penalaran, selain itu interaksi antara siswa selama

proses belajar-mengajar sangat minim. Guru kurang memberikan peluang kepada

siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep fisika, siswa hanya menyalin apa

yang dikerjakan oleh guru. Kedua, siswa cenderung pasif pada saat proses belajar

mengajar berlangsung, artinya interaksi antara siswa dan guru dalam kelas sangat

kurang. Hal ini terlihat saat guru mengajukan pertanyaan, hanya satu atau dua

orang siswa yang mau memberikan jawaban, begitu pula saat siswa diberi

kesempatan untuk mempertanyakan hal-hal yang kurang dimengerti dari

Page 3: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

3

penjelasan atau materi yang diajarkan oleh guru. Hal ini disebabkan karena siswa

memang kurang memahami materi pelajaran ataukah memang karena siswa

merasa bosan mengikuti mater pelajaran yang diajarkan.

Ketiga, hal yang tidak kalah pentingnya adalah siswa belum mampu

mengaitkan konsep-konsep atau materi pembelajaran yang dipelajari di sekolah

dengan lingkungan kehidupan sehari-hari secara nyata sehingga dalam pemikiran

siswa mata pelajaran fisika adalah mata pelajaran yang tidak lebih dari sekedar

berhitung dan bermain dengan rumus dan angka-angka yang menurut mereka

sangat sulit dipahami dan menjadi momok yang menakutkan didalam benak

sebagian siswa. Saat ini banyak siswa yang hanya menerima begitu saja

pengajaran fisika di sekolah, tanpa mempertanyakan mengapa dan untuk apa

materi tersebut harus diajarkan. Begitu beratnya gelar yang disandang fisika yang

membuat kekhawatiran pada prestasi belajar fisika siswa.

Keempat, faktor yang mempengaruhi rendahnya minat belajar dan hasil belajar

fisika adalah kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan

kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran

bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibatnya

motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung

menghafal dan mekanistis. Ditambah lagi dengan penggunaan pendekatan

pembelajaran yang cenderung membuat siswa pasif dalam proses belajar-

mengajar, yang membuat siswa merasa bosan sehingga tidak tertarik lagi untuk

mengikuti pelajaran tersebut, terlebih lagi pelajaran fisika yang berkaitan dengan

konsep-konsep abstrak, sehingga pemahamannya membutuhkan daya nalar yang

Page 4: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

4

tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan ketekunan, keuletan, perhatian, dan motivasi

yang tinggi untuk memahami materi pelajaran fisika.

Pada umumnya beberapa masalah yang ditemukan pada kegiatan observasi

tersebut merupakan masalah kompleks khususnya pada mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) khususnya mata pelajaran fisika yang hampir ditemukan

di setiap sekolah. Atas dasar tersebut maka penulis beranggapan perlunya

pembelajaran dengan metode yang tepat guna menciptakan pembelajaran yang

bermakna dengan melibatkan keaktifan siswa sehingga dapat meningkatkan hasil

belajar fisika siswa kelas VIII SLTP Negeri 2 patampanua. Salah satunya dengan

menerapkan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa

untuk mengembangkan potensi secara maksimal.

Banyak sekali metode-metode pembelajaran yang bisa diterapkan, sehingga

memungkinkan guru untuk menyampaikan materi fisika secara menarik dan

menyenangkan. Dalam kondisi peserta didik yang santai maka peserta didik dapat

mengikuti dengan santai juga, maka mereka tidak merasa jenuh dalam belajar

fisika. Semakin beranekaragamnya metode pembelajaran seperti metode

pembelajaran demonstrasi, metode pembelajaran sandiwara, metode pembelajaran

laboratorium, metode pembelajaran ceramah, metode pemberian tugas, metode

simulasi, metode socrates dan lain-lain namun dalam pemilihan yang akan

diterapkan haruslah disesuaikan dengan tujuan pembelajarannya, kesesuaian

dengan materi yang hendak disampaikan, perkembangan peserta didik.

Dalam penelitian kali ini metode pembelajaran yang dapat diterapkan di SLTP

Negeri 2 Patampanua adalah metode pembelajaran simulasi, karena metode

Page 5: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

5

pembelajaran ini dapat mendorong keaktifan, membangkitkan minat dan

kreatifitas belajar siswa agar dapat meningkatkan hasil belajarnya. Pendekatan

simulasi adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran fisika yang landasan

filosofinya sejalan dengan falsafah konstruktivis yang menyebutkan bahwa

pengetahuan itu adalah konstruksi dari seseorang yang sedang belajar. Dalam hal

ini pembelajaran dengan metode simulasi siswa di dorong untuk aktif bekerja

bahkan diharapkan untuk mengkonstruksi atau membangun sendiri konsep-

konsep fisika, dengan demikian simulasi berpotensi untuk meningkatkan prestasi

belajar fisika siswa SMP Negeri 2 Patampanua.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis mencoba melakukan penelitian

untuk diajukan sebagai proposal dengan judul : "PERANAN PENGGUNAAN

METODE SIMULASI TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR

SISWA KELAS VIII DI SLTP NEGERI 2 PATAMPANUA KABUPATEN

PINRANG”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya dan dengan mengacu

pada tujuan yang ingin dicapai, maka dirumuskan masalah dalam penelitian

sebagai berikut:

1. Apakah terjadi peningkatan yang signifikan pada kelompok siswa yang

memiliki kemampuan tinggi setelah diajar dengan menggunakan metode

simulasi?

Page 6: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

6

2. Apakah terjadi peningkatan yang signifikan pada kelompok siswa yang

memiliki kemampuan rendah setelah diajar dengan menggunakan metode

simulasi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian eksperimen adalah

mengetahui peranan penggunaan metode simulasi terhadap hasil belajar fisika

siswa di SLTP Negeri 2 Patampanua.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Bagi siswa : dapat meningkatkan keaktifan belajar, motivasi, dan

menumbuhkan rasa percaya diri serta meningkatkan pemahaman siswa

terhadap pelajaran fisika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika

siswa

2. Bagi guru: dapat menjadi tambahan referensi strategi pembelajaran sehingga

dapat lebih profesional dalam menyajikan materi ajar dengan melibatkan

siswa secara aktif.

3. Bagi sekolah : hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik

bagi sekolah dalam rangka memperbaiki prestasi belajar di sekolah.

Page 7: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua

orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang

lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah dengan adanya

perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut, baik

yang menyangkut pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) dan yang

menyangkut nilai dan sikap (afektif).

L.B. Curzon dalam Sahabuddin (2007:81) mengemukakan bahwa:

“Belajar adalah modifikasi yang tampak dari perilaku seseorang melalui

kegiatan-kegiatan dan pengalaman-pengalamannya, sehingga pengetahuan,

keterampilan dan sikapnya, termasuk penyesuaian cara-cara terhadap

lingkungan yang berubah-ubah sedikit banyaknya permanen”. Untuk

mendapatkan pengertian lebih tentang belajar, berikut ini beberapa pendapat

tokoh-tokoh pendidikan tentang pengertian belajar, yaitu:

1. Robert.M.Gagne dalam bukunya yang mengemukakan bahwa belajar adalah

perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar terus-

menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Gagne

berkeyakinan,bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan

keduanya saling berinteraksi.

Page 8: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

8

2. Menurut Liang Gie ( 1979 :22 ), belajar adalah segenap rangkaian kegiatan

yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang rnengakibatkan perubahan

dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan.

3. Hilgart dan Lower mendefinisikan belajar itu adalah berhubungan dengan

tingkah Iaku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan

pengeluaran berulang - ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah

laku tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan atas respon

pembawaan, kematangan atau keadaan seorang diri, misalnya kelelahan,

pengaruh obat dan lain sebagainya ( Mulyadi, 1954 52 ).

4. Bruner, J (1960) berpendapat bahwa belajar adalah sebuah proses aktif

dimana peserta didik membangun ide-ide atau konsep baru berdasarkan

mereka saat ini/masa lalu pengetahuan.

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

segenap aktifitas yang dilakukan seseorang sadar, baik berupa penambahan

pengetahuan atau ketrampilan yang menghasilkan tingkah laku baik berupa

sifat psikis atau fisik.

2. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks yang

tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Dalam hal ini pembelajaran pada

hakikatnya diartikan sebagai usaha sadar dari seorang guru untuk

membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar

lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapakan (Trianto, 2009:17).

Secara umum definisi pembelajaran dijelaskan dalam UUSPN No. 20 tahun

Page 9: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

9

2003 yang dituliskan dalam Sagala (2005:62) menyatakan bahwa pembelajaran

adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada

suatu lingkungan belajar. Sedangkan menurut Corey dalam Sagala (2005:61)

pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara

disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku

tertentu dalam kondisi-kondisi khusus dari pendidikan.

Dari berbagai pendapat tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh

pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa sebagai

peserta didik.

3. Hasil Belajar

Kata hasil berarti sesuatu yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan

Dalam proses pembelajaran setiap guru ingin mengetahui hasil yang telah

dicapai siswanya selama mengikuti proses pembelajaran. Untuk mengetahui

tingkat keberhasilan siswa digunakan alat ukur yaitu tes. Menurut Syaiful

Bahri Djamarah, “prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah

dikerjakan, atau diciptakan secara individu maupun secara kelompok”.

Pendapat ini berarti prestasi tidak akan pernah dihasilkan apabila seseorang

tidak melakukan kegiatan. Hasil belajar atau prestasi belajar adalah suatu hasil

yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Oleh karena

itu prestasi belajar bukan ukuran, tetapi dapat diukur setelah melakukan

kegiatan belajar. Keberhasilan seseorang dalam mengikuti program

pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar seseorang tersebut.

Page 10: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

10

Menurut Adi Negoro, prestasi adalah segala jenis pekerjaan yang

berhasil dan prestasi itu rnenunjukkan kecakapan suatu bangsa. Ka!au menurut

W.J.S Winkel Purwadarmtinto, “ prestasi adalah hasil yang dicapai “.

Berdasarkan pendapat diatas, penulis berkesirnpulan hahwa prestasi adalah

segala usaha yang dicapai manusia secara maksimal dengan hasil yang

memuaskan.

Menurut W.J.S Purwadarrninto ( 1987:767 ) rnenyatakan bahwa

“prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut

kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau

dilakukan”

Menurut Gagne, “prestasi belajar dapat dikelompokkan ke dalam 5

(lima) kategori yaitu :

1) keterampilan intelektual

2) informasi verbal

3) strategi kognitif

4) keterampilan motorik

5) sikap

Menurut Syaefudin Azwar, “prestasi belajar adalah performa maksimal

seseorang dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan atau

telah dipelajari. Jadi prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai

menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan

serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar

Page 11: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

11

dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai

dan hasil tes atau ujian.

4. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi

Setiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor - faktor

yang mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong maupun yang

menghambat. Demikian juga dialami belajar, faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar siswa itu adalah sebagai berikut :

a. Faktor Internal

Faktor internal ada1ah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor

ini dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu :

• Faktor lntelegensi

Intelegensi dalarn arti sernpit adalah kemampuan untuk

mencapai prestasi di sekolah yang didalamnya berpikir perasaan.

Intelegensi ini memegang peranan yang sangat penting bagi prestasi

belajar siswa. Karena tingginya peranan intelegensi dalam mencapai

prestasi belajar maka guru harus memberikan perhatian yang sangat

besar terhadap bidang studi yang banyak membutuhkan berpikir

rasiologi untuk rnata pelajaran matematika.

Page 12: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

12

• Faktor Minat

Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subyek untuk

merasa tertarik pada bidang tertentu. Siswa yang kurang beminat dalam

pelajaran tertentu akan rnenghambat dalam belajar.

• Faktor Keadaan Fisik dan Psikis

Keadaan fisik rnenunjukkan pada tahap pertumbuhan, kesehatan

jasmani, keadaan alat - alat indera dan lain sebagainya. Keadaan psikis

menunjuk pada keadaan stabilitas / Iabilitas mental siswa, karena fisik

dan psikis yang sehat sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan

belajar mengajar dan sebaliknya.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor dan luar diri siswa yang mempengaruhi

prestasi belajar. Faktor eksternal dapat dibagi rnenjadi beberapa bagian,

yaitu :

• Faktor Guru

Guru sebagai tenaga berpendidikan rnemiliki tugas

menyelenggarakan kegiatan belajar rnengajar, rnembimbing, melatih,

mengolah, meneliti dan mengembangkan serta memberikan pelalaran

teknik karena itu setiap guru harus memiliki wewenang dan

kemampuan profesiona1, kepribadian dan kemasyarakatan. Guru juga

rnenunjukkan fleksibilitas yang tinggi yaitu pendekatan didaktif dan

gaya memirnpin kelas yang selalu disesuaikan dengan keadaan, situasi

Page 13: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

13

kelas yang diberi pelajaran, sehingga dapat rnenunjang tingkat prestasi

siswa semaksimal mungkin.

• Faktor Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan hasil kerja,

bahkan mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang sangat penting,

karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di rumah, keluarga

kurang mendukung situasi belajar. Seperti kericuhan keluarga, kurang

perhatian orang tua, kurang perlengkapan belajar akan mempengaruhi

berhasil tidaknya belajar.

• Faktor Sumber - Sumber Belajar

Salah satu faktor yang rnenunjang keberhasilan dalam proses belajar

adalah tersedianya sumber belajar yang memadai. Sumber belajar itu

dapat berupa media/alat bantu belajar serta bahan baku penunjang. AIat

bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk

membantu siswa dalam melakukan perbuatan belajar. Maka pelajaran

akan lebih menarik, menjadi konkret, mudah dipahami, hemat waktu

dan tenaga serta hasil yang lebih bermakna.

5. Pengertian Metode Simulasi

Simulasi berasal dari kata “simulate” yang memiliki arti pura-pura atau

seolah-olah. Simulasi adalah tiruan perbuatan yang hanya pura-pura.

Simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura. Menurut kamus

Inggris-Indonesia (Echols dan Shadily, 1992:527), simulation artinya pekerjaan

tiruan atau meniru, sedang simulate, artinya menirukan, pura-pura atau berbuat

Page 14: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

14

seolah-olah. Dengan demikian simulasi adalah peniruan atau perbuatan yang

bersifat menirukan suatu peristiwa seolah-olah seperti peristiwa yang

sebenarnya. Permainan drama adalah permainan simulasi dimana peristiwa

yang diperankan oleh para pemegang peran menggambarkan peristiwa yang

seolah-olah peristiwa yang sebenarnya. Penggunaan metode tersebut memberi

kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi sehingga dapat mengurangi rasa

takut. Metode simulasi cenderung lebih dinamis dalam menanggapi gejala fisik

dan sosial, karena melalui metode ini seolah-olah siswa melakukan hal-hal

yang nyata ada. Dengan mensimulasikan sebuah kasus atau permasalahan,

seseorang akan lebih menjiwai keberadaannya.

a. Kelebihan dan Kekurangan Metode Simulasi

Hoban dan Casberque (dalam Tornyay dan Thompson, 1982:39)

menyebutkan penggunaan simulasi dalam pembelajaran, dapat

memudahkan:

1. belajar dan retensi hasil belajar

2. transfer hasil belajar

3. pemahaman siswa

4. pembentukan sikap

5. motivasi belajar

Wilkins (1990:138), menyebutkan keuntungan-keuntungan simulasi

antara lain adalah berikut ini:

Page 15: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

15

1. simulasi dapat melibatkan anak untuk melakukan sesuatu, sehingga

meningkatkan partisipasi anak secara aktif

2. simulasi dapat mendekatkan belajar anak dengan kenyataan-kenyataan

sosial yang ada dimasyarakat yang sebenarnya

3. simulasi dapat mengembangkan isu-isu yang dapat memberi petunjuk

dalam mencapai keberhasilan diskusi

4. simulasi melibatkan anak untuk berbuat sesuatu dalam belajarnya

5. simulasi dapat melibatkan afektif anak, sebagaimana halnya aspek

kognitif

6. simulasi dapat mendorong motivasi anak dalam belajarnya terutama

anak yang tidak memiliki motivasi dalam belajar secara tradisional

Ornstein (1990:356) menyebutkan empat keuntungan penggunaan

metode simulasi adalah:

1. simulasi merupakan alat motivasi belajar yang sangat baik

2. keberhasilan simulasi menuntut penggunaan beberapa keterampilan dan

teknik dan praktek, hubungan antara belajar dan hiburan

3. simulasi penuh cara untuk membuat topik dari kehidupan

4. keberhasilan simulasi sangat menyenangkan (rewarding) bagi guru

Page 16: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

16

Mereka dapat duduk dibelakang menikmati permainan siswa yang penuh

dengan keaktifan belajar. Pendek kata, simulasi memberi kesempatan kepada

siswa untuk mendekatkan diri dengan pengalaman kehidupan yang nyata.

Simulasi merupakan metode yang baik untuk pembelajaran moral, etik,

klarifikasi nilai, dan pendidikan sikap.

Kekurangannya :

1. efektivitasnya dalam memajukan proses belajar mengajar belum

terbukti oleh riset.

2. terlalu mahal, membuat simulasi hanya untuk memotivasinya.

3. simulasi menghendaki hubungan yang imajinasi antara guru dan murid.

4. sering mendapatkan kritik dari orang tua karena aktivitas ini melibatkan

permainan.

5. sebaliknya bagi siswa yang pandai, dan yang senang berbicara

cenderung menguasai proses simulasi

6. bagi siswa yang susah mengeluarkan pendapat hal ini merupakan

metode yang paling menyusahkan

b. Peranan Metode Simulasi Terhadap Hasil Belajar

Pemanfaatan simulasi untuk pembelajaran dikelas, juga bukan hal yang

baru. Game atau permainan sebagai salah satu jenis simulasi, digunakan dalam

Page 17: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

17

pembelajaran menulis pada awal tahun 1775. James (1908) telah mendorong

guru untuk membuat belajar lebih berorientasi pada aktivitas. Akhir-akhir ini,

para pendidik berargumentasi bahwa variasi pengalaman dan aktivitas dalam

belajar bagian yang penting dari keseluruhan situasi belajar.

Simulasi menjadi penting seiring dengan perubahan pandangan

pendidikan, dari proses pengalihan isi pengetahuan kearah proses

pengaplikasian teori ke dalam realita pengalaman kehidupan. Lebih lanjut,

pengenalan teknik simulasi lebih merupakan kegiatan untuk membantu siswa

dalam mengembangkan keterampilan menemukan dan memecahan masalah.

Sehingga pada giliranya melalui simulasi, dapat meningkatkan efektivitas

keterampilan siswa dalam menemukan dan memecahkan masalah untuk saat

yang akan datang. Teknik simulasi dapat memberikan pengalaman langsung

kepada siswa, akan menjadi bagian dari suasana pendidikan.

c. Manfaat Simulasi

Beberapa penulis menyebutkan manfaat simulasi, diantaranya adalah

berikut ini. Simulasi dapat meningkatkan motivasi dan perhatian anak terhadap

topik, dan belajar anak, serta meningkatkan keterlibatan langsung dan

partisipasi aktif siswa dalam belajar. Meningkatkan kemampuan siswa dalam

belajar kognitif, meliputi informasi faktual, konsep, prinsip dan keterampilan

membuat keputusan. Belajar siswa lebih bermakna.

Page 18: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

18

Meningkatkan afektif, atau sikap dan persepsi anak terhadap isu yang

berkembang di masyarakat. Meningkatkan sikap empatik dan pemahaman

adanya perbedaan antara dirinya dengan orang lain. Afeksi umum anak

meningkat, kesadaran diri dan pandangan terhadap orang lain lebih efektif.

Struktur kelas dan pola interaksi kelas berkembang, hubungan guru siswa

hangat, mendorong kebebasan anak dalam mengeksplorasi gagasan, peran guru

minimal sedang otonomi anak meningkat, meningkatkan tukar pendapat dari

pandangan anak yang berbeda-beda.

d. Tujuan simulasi

Adapun utujuan simulasi antara lain :

1. Melatih keterampilan tertentu, baik yang bersifat profesional maupun

bagi kehidupan sehari-hari

2. Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip

3. Melatih memecahkan masalah.

4. Mengembangkan sikap, dan pemahaman terhadap orang lain

5. Meningkatkan partisipasi belajar yang optimal

6. Meningkatkan motivasi belajar siswa, karena simulasi sangat menarik

dan menyenangkan anak

7. Melatih anak untuk bekerjasama dalam kelompok secara efektif

Page 19: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

19

8. Menimbulkan dan memupuk kreatifitas siswa

9. Melatih anak untuk memahami dan menghargai peran temannya.

e. Bentuk - bentuk Simulasi

Menurut Gilstrap dengan melihat sifat tiruannya, simulasi itu dapat

berbentuk:

(1) Peer teaching

(2) Sosiodrama

Sedang menurut Hayan dalam bukunya "Ways of Teaching", simulasi

merupakan salah satu metode yang termasuk dalam kelompok Role Playing.

Secara rinci, bentuk-bentuk simulasi tersebut adalah berikut ini.

1. Peer teaching

Peer teaching dapat dikategorikan sebagai simulasi mengingat peer

teaching adalah latihan mengajar yang dilakukan seorang mahasiswa dimana

dia bertindak seolah-olah sebagai guru dan teman sekelasnya seolah-olah

sebagai murid suatu sekolah tertentu. Peer teaching ini banyak dipraktekan

siswa atau mahasiswa di sekolah calon guru, untuk meningkatkan keterampilan

mengajarnya, sebelum mengajar siswa yang sebenarnya pada saat praktek.

2. Sosiodrama

Page 20: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

20

Sosiodrama adalah salah satu bentuk simulasi, yakni suatu drama yang

bertujuan untuk menemukan alternatif pemecahan masalah-masalah sosial

yang timbul dalam hubungan antar anggota sosial. Masalah-masalah sosial

yang cocok untuk sosiodrama misalnya, masalah konflik antara anggota

keluarga, konflik antara buru dengan majikan, konflik antara masyarakat

dengan pimpinannya, dan sejenisnya. Bagi siswa, dengan metode simulasi

utamanya melalui sosio-drama dapat belajar menemukan alternatif pemecahan

masalah sosial yang berkembang dimasyarakat. Dengan disosiodramakan,

siswa dapat mengimajinasikan masalah sehingga terdorong untuk menemukan

alternatif pemecahannya.

B. KERANGKA PIKIR

Proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh adanya interaksi edukatif

pada komponen pelajaran yang meliputi guru, siswa, materi pelajaran serta model

pembelajaran. Guru fisika sebagai pelaksana dalam pengajaran fisika harus

mencari suatu alternatif mengajar agar materi pelajaran mudah dipahami oleh

siswa, sehingga siswa dapat belajar dengan baik dan hasil belajar fisika lebih

meningkat.

Peningkatan kemampuan siswa merupakan ukuran keberhasilan terhadap

guru setelah melalui proses pembelajaran, baik sebagai siswa maupun sebagai

guru dalam menyampaikan pelajaran sebagai hasil peningkatan kemampuan

siswa. Guru sebagai pengatur kondisi belajar haruslah menguasai bebrbagai

metode mengajar yang diramu menjadi suatu model pembelajaran dengan harapan

Page 21: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

21

terlaksananya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien yang berorientasi

pada hasil belajar fisika seoptimal mungkin, salah satunya adalah penggunaan

metode simulasi.

C. PENGAJUAN HIPOTESIS

Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka, dan kerangka berpikir

dirumuskanlah hipotesis sebagai berikut :

“terdapat perbedaan signifikan antara siswa yang memiliki tingkat kemampuan

tinggi yang diajar menggunakan metode simulasi dengan siswa yang memiliki

tingkat kemampuan rendah yang diajar menggunakan metode simulasi”

Page 22: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

22

III. METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN DAN LOKASI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLTP Negeri 2 Patampanua Pinrang yang

beralamat di Desa Urung, Kecamatan Patampanua, dimana terbagi atas dua

kelas yaitu kelas VIII1 dan kelas VIII 6

B. VARIABEL DAN DESAIN PENELITIAN

Page 23: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

23

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel yaitu masing-masing

adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah pembelajaran

fisika yang terdiri dari dua level. Level pertama yaitu kelas eksperimen yang

menerapkan pembelajaran fisika yang menerapkan metode simulasi pada kelas

VIII1 yang diasumsikan memiliki kecerdasan rata-rata yang cukup tinggi. Dan

level kedua yaitu kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran fisika yang

menggunakan metode simulasi pada kelas VIII6 yang diasumsikan memiliki

kecerdasan rata-rata rendah. Sedangkan variabel terikat yakni hasil belajar

fisika.

2. Desain

Desain yang digunakan dalam penelitian adalah “pre-test and post-test only

control group design” yang dapat digambarkan sebagai berikut:

KelompokTes Awal Perlakuan Tes Akhir

Kelas VII1 O1 X O2

Kelas VII6 O1 X O2

keterangan:

X = menyatakan pengajaran dengan menggunakan metode simulasi

Page 24: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

24

O1 = mengadakan tes sebelum menggunakan metode simulasi

O2 = mengadakan tes setelah menggunakan metode simulasi

C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

1. Metode simulasi adalah metode yang diberikan kepada siswa, agar siswa

dapat menggunakan sekumpulan fakta, konsep, dan strategi tertentu.

2. Metode konvensional adalah pembelajaran yang menggunakan metode

ceramah dipadukan dengan metode tanya jawab.

3. Hasil belajar fisika adalah skor total yang diperoleh siswa secara

keseluruhan pada materi pelajaran fisika setelah melalui proses

pembelajaran.

D. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Subjek populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SLTP Negeri

2 Patampanua Kabupaten Pinrang.

2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara terpilih dengan

tujuan agar dapat diketahui kelas mana yang lebih efektif dalam mengunakan

metode simulasi, kelas VIII1 (kemampuan tinggi) dan kelas VIII6

(kemampuan rendah)

Page 25: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

25

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data dikumpulkan dengan menggunakan instrument tes. Instrument tes

yang dimaksud yaitu tes hasil belajar untuk materi usaha yang didesain khusus

untuk penelitian ini.

F. PENGEMBANGAN INSTRUMEN

Tes yang digunakan sebagai pengumpul data variabel hasil belajar fisika

dengan ranah kognitif yang meliputi ingatan (C1) pemahaman, (C2) penerapan,

(C3) dan analisis. Bentuk instrumen dalam penelitian ini adalah multiple choice

test (pilihan ganda) pada pokok bahasan “Usaha & Energi dan Pesawat

Sederhana”.

1. Tahap Pertama

Penyusunan tes berdasarkan kisi-kisi tes sesuai dengan isi materi yang

tertuang dalam konsep dan subkonsep sejumlah 50 item soal.

2. Tahap Kedua

i. Uji Validitas

Semua item tes yang telah disusun diujicobakan kepada 67 responden

yang berasal dari kelas VIII SMP Negeri 2 Patampanua tahun ajaran

2010/2011. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui validitas setiap item

tes. Uji validitas digunakan untuk mengetahui kualitas terhadap instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian validitas setiap item tes

Page 26: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

26

dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto

(2003: 79) yakni sebagai berikut :

q

p

S

MM

t

tppb

1

( Suharsimi Arikunto, 2003 ; 79 )

dengan :

1pb= koefesien korelasi biserial

Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang

dicari validitasnya

Mt = rerata skor total

St = standar deviasi

p = proporsi siswa yang menjawab benar

q = proporsi siswa yang menjawab salah

(q = 1 – p)

Dengan kriteria , jika 0,316 maka item dinyatakan valid dan

jika 0,316 maka item dinyatakan drop. Dari ke 50 tes hasil belajar fisika

yang diujicobakan setelah dianalisis ternyata diperoleh 23 item yang

memenuhi kriteria valid.(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran A).

ii. Uji Realibilitas

Page 27: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

27

Untuk menghitung reliabilitas tes hasil belajar fisika digunakan

rumus Kuder-Richardson - 20 (KR-20) sebagai berikut :

2

11 21

S pqnr

n S

(Suharsimi Arikunto, 2003: 100)

dengan :

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar.

q = proporsi subjek yang menjawab item salah (q = 1-p )

pq = jumlah perkalian antara p dan q

n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

x = simpangan X dari X , yang dicari dari X - X

S2 = varians, selalu dituliskan dalam bentuk kuadrat, karena standar

deviasi kuadrat.

Page 28: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

28

N = banyaknya subjek pengikut tes

Berdasarkan perhitungan, reliabilitas item setelah diuji cobakan

adalah 0734, ini berarti bahwa item yang digunakan reliabel (dapat

dipercaya sebagai alat pengumpul data). (perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran C).

G. TEKNIK ANALISIS DATA

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan teknik analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif

ini digunakan untuk mendeskripsikan skor hasil belajar fisika kelas VIII SMP

Negeri 2 Patampanua yang diajar dengan menerapkan metode simulasi.

Sedangkan analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

1. Teknik Analisis Deskriptif

Teknik analisis deskriptif yang digunakan adalah penyajian data berupa

skor rata-rata, standar deviasi,dan daftar distribusi frekuensi kumulatif.

2. Teknik Analisis Inferensial

Page 29: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

29

i. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh bersifat homogen atau tidak. pengujian homogenitas dilakukan

dengan uji-F dengan rumus sebagai berikut:

(Sugiyono,2008,199)

Dengan kriteria pengujian, jika Fhitung < Ftabel maka varians kedua data

homogen dan untuk hal lainnya heterogen dengan dk=n-1.

ii. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data hasil

penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.

Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan uji chi-kuadrat

dengan rumus sebagai berikut:

(Riduwan, 2010, 190)

Dimana:

x2 = Nilai chi-kuadrat

k = Banyaknya kelas interval

Page 30: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

30

Oi = Frekuensi pengamatan

Ei = Frekuensi yang diharapkan

Kriteria pengujian:

Apabila x2hitung

< x2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = k – 1 pada

taraf signifikan α = 0,05, maka diasumsikan data berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. Sebaliknya apabila x2hitung x2tabel dengan

derajat kebebasan (dk) = k – 1 pada taraf signifikan α = 0,05, maka

diasumsikan data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

iii. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang

diajukan dapat diterima atau ditolak dengan menggunakan uji t (uji dua

pihak). Uji t yang digunakan adalah Polled Varians (Variansnya Homogen),

dengan persamaan:

Page 31: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

31

(Sugiyono, 2008, 135)

Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa

yang diajar dengan menggunakan metode simulasi pada pada kelas

VIII1 (siswa yang berkemampuan tinggi) dan siswa yang diajar

dengan menggunakan metode simulasi pada pada kelas VIII6 (siswa

yang berkemampuan rendah) di SMPN 2 Patampanua Kabupaten

Pinrang, H0 : 0 = 1

Ha : Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa yang

diajar dengan menggunakan metode simulasi pada pada kelas VIII1

(siswa yang berkemampuan tinggi) dan siswa yang diajar dengan

menggunakan metode simulasi pada pada kelas VIII6 (siswa yang

berkemampuan rendah) di SMPN 2 Patampanua Kabupaten Pinrang,,

H0 : 0 1

Dengan kriteria penerimaan, jika –ttabel thitung ttabel maka Ho diterima

dan ditolak untuk hal lainnya.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan pengolahan data,

pengujian hipotesis dan pembahasan berdasarkan data yang diperoleh sesuai

dengan teknik dan prosedur pengambilan data dalam penelitian ini. Pengolahan

data yang dimaksud disini meliputi pengujian dasar-dasar analisis yaitu pengujian

Page 32: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

32

normalitas dan homogenitas data, serta analisis deskriptif. Untuk pengujian

hipotesis digunakan analisis inferensial.

A. Hasil penelitian

1. Analisis deskriptif hasil belajar pada kelas berkemampuan tinggi

(kelas VIII1) dan kelas berkemampuan rendah (kelas VIII6)

Berikut ini hasil analisis deskriptif siswa kelas VIII SMP Negeri 2

Patampanua tahun ajaran 2010/2011 pada ujian post-test yang diajar dengan

menerapkan metode simulasi :

Tabel diatas menunjukkan bahwa skor rata-rata yang diperoleh siswa

pada kelas VIII1 adalah 17.91 dengan skor tertinggi 21 dan skor terendah 14

dari skor ideal 23 yang mungkin dicapai serta standar deviasi 3.65.

Sedangkan skor rata-rata yang diperoleh siswa pada kelas VIII1 adalah 16.18

dengan skor tertinggi 20 dan skor terendah 9 dari skor ideal 23 yang mungkin

dicapai serta standar deviasi 4.54

Kelas VIII1 VIII6

Rata-rata skor 17.91 16.18

Standar deviasi 3.65 4.54

Skor maksimal 21 20

Skor minimal 14 9

Skor ideal 23 23

Rentang 7 11

Banyak kelas interval 6 6

panjang kelas interval 1 2

Page 33: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

33

Tabel 3 : Rata-rata Nilai Kelas VIII1 dan Kelas VIII6

KelasBanyaknya

SiswaUjian

Rata-rata Nilai Kelas

VIII1 34 orangPre-test 66.44Post-test 78.03

VIII6 33 orangPre-test 62.00Post-test 69.24

Rata-rata skor hasil belajar siswa kelas VIII1 SMP Negeri 2 Patampanua

sebagai kelas berkemampuan tinggi pada ujian pre-test adalah 66.44

sedangkan pada ujian post-test diperoleh rata-rata kelas adalah 78.03 dari

nilai ideal 100. Untuk rata-rata skor kelas VIII6 sebagai kelas berkemampuan

rendah pada ujian pre-test adalah 62.00 sedangkan pada ujian post-test

diperoleh rata-rata kelas adalah 68.81. Hasilnya dapat dideskripsikan dalam

bentuk diagram berikut :

Diagram 1 : Rata-rata Nilai Kelas VIII1 dan Kelas VIII6

Page 34: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

34

Untuk kategori hasil belajar fisika siswa kelas VIII1 dan kelas VIII6

dapat dideskripsikan dalam bentuk tabel 4 dan diagram berikut:

Tabel 4.1: Kategori Hasil Belajar Fisika Siswa Untuk Pre-Test Pada Kelas VIII 1

Ujian KelasInterval

NilaiKategori Hasil

BelajarFrekuensi Persentase

Pre-Test VIII1

86 – 100 Baik sekali 0 0

71 – 85 Baik 10 29.41%

56 – 70 Cukup 20 58.82%

41 – 55 Kurang 3 8.82%

≤ 40 Sangat Kurang 1 2.94%

Jumlah 34 100.00%

Post-Test VIII1

86 – 100 Baik sekali 8 23.53%

71 – 85 Baik 19 55.88%

56 – 70 Cukup 7 20.59%

41 – 55 Kurang 0 0

≤ 40 Sangat Kurang 0 0

Jumlah 100.00%

Pre-Test VIII6

86 – 100 Baik sekali 0 0

71 – 85 Baik 5 15.15%

56 – 70 Cukup 19 57.58%

41 – 55 Kurang 8 24.24%

≤ 40 Sangat Kurang 1 3.03%

Jumlah 33 100.00%

Post-Test VIII6

86 – 100 Baik sekali 2 6.06%

71 – 85 Baik 18 54.55%

56 – 70 Cukup 9 27.27%

41 – 55 Kurang 1 3.03

≤ 40 Sangat Kurang 3 9.09%

Page 35: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

35

Jumlah 33 100.00%

Sebelum diberi perlakuan pada siswa kelas VIII1 tidak ada yang

mencapai kategori “baik sekali”, dan terdapat 29.41% siswa yang masuk

dalam “kategori baik”. Kategori “Cukup Baik” terdapat sekitar 58.82%,

kemudian kategori “kurang” ada sekitar 8.82% dan kategori yang “sangat

kurang” terdapat sekitar 2.94%, setelah mendapatkan perlakuan berupa

pengajaran yang menggunakan metode simulasi, maka kategori “baik sekali”

terdapat 23.53%, “kategori baik” mencapai 55.88%, kategori “cukup”

terdapat 20.59%, sedangkan “kategori kurang” dan “kurang sekali” masing-

masing 0%. Dari hasil yang diperoleh, tampak bahwa nilai yang

diperolehbkelas VIII1 mengalami peningkatan secara keseluruhan dari hasil

ujian sebelumnya.

Pada kelas VIII6 Sebelum diberi perlakuan tidak ada yang mencapai

kategori “baik sekali”, dan terdapat 15.15% siswa yang masuk dalam

“kategori baik”. Sedangkan kategori “Cukup Baik” terdapat sekitar 57.58%

yang merupakan persentase terbesar dalam hal ini, kemudian kategori

“kurang” ada sekitar 24.24% dan kategori yang “sangat kurang” terdapat

sekitar 3.03%. Namun setelah diberi perlakuan yang sama dengan perlakuan

yang diberikan pada kelas VIII1, maka paada kategori “baik sekali” terdapat

6.06%, kategori “baik” terdapat 54.55%, kategori “cukup” sekitar 27.27%,

untuk kategori “kurang” terdapat 3.03%, dan kategori “kurang sekali”

terdapat sekitar 9.09%. Dari hasil yang diperoleh, tampak bahwa kelas VIII6

Page 36: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

36

juga mengalami peningkatan secara keseluruhan disbanding dengan hasil

ujian sebelumnya.

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika

siswa kelas VIII1 sebelum diberi perlakuan (pre-test) dibanding dengan

setelah diberi perlakuan (post-test) mengalami peningkatan hasil belajar baik

secara per individu maupun secara keseluruhan. Begitu pula halnya pada

kelas VIII6 sebelum diberi perlakuan (pre-test) dibanding dengan setelah

diberi perlakuan (post-test) juga mengalami peningkatan hasil belajar baik

secara per individu maupun secara keseluruhan.

Untuk mendeskripsikan ketuntasan belajar siswa kelas VIII1 dan VIII6

SMP Negeri 2 Patampanua pada ujian pre-test, dimana nilai yang berada

diatas nilai KKM 65 siswa dikatakan tuntas dan nilai siswa yang berada

dibawah 65 siswa dikatakan tidak tuntas. Hasilnya dapat dideskripsikan

dalam tabel 5 berikut :

Tabel 5.1 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VIII1 dan Kelas VIII6 SMP

Negeri 2 Patampanua

UjianKelas

Kriteria

KetuntansanKategori

Frekuensi

(orang)Persentase

VIII1 0 - 64 Tidak Tuntas 8 23.53%

Page 37: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

37

Pre-Test 65 - 100 Tuntas 26 76.47%

Total 34 100%

Post-Test VIII1

0 - 64 Tidak Tuntas 3 8.82%

65 - 100 Tuntas 31 91.18%

Total 34 100%

Pre-Test VIII6

0 - 64 Tidak Tuntas 14 42.42%

65 - 100 Tuntas 19 57.58%

Total 33 100%

Post-Test VIII6

0 - 64 Tidak Tuntas 9 27.27%

65 - 100 Tuntas 24 72.73%

Total 33 100%

Pada kelas VIII1, terdapat 23.53% siswa yang tidak mencapai kriteria

ketuntasan belajar minimal dan 76.47% siswa yang mencapai kriteria

ketuntasan belajar minimal pada ujian pre-test, sedangkan pada ujian post-test

setelah mendapat perlakuan terdapat 8.82% yang tidak mencapai kriteria

ketuntasan belajar minimal dan 91.18% yang mencapai kriteria ketuntasan

belajar minimal.

Page 38: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

38

Pada kelas VIII6, terdapat 14 orang atau 42.42% yang tidak mencapai

kriteria ketuntasan belajar minimal dan 19 orang atau 57.58% yang mencapai

kriteria ketuntasan belajar minimal, sedangkan pada ujian post-test setelah

mendapatkan perlakuan terdapat 27.27% yang tidak mencapai kriteria

ketuntasan belajar minimal dan 72.73% yang mencapai kriteria ketuntasan

belajar minimal. Hasilnya dapat digambarkan dalam bentuk diagram berikut :

Diagram 2 : Kriteria ketuntasan Belajar Minimal Kelas VIII1 dan Kelas VIII6

Page 39: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

39

Berikut adalah nilai pre-test dan post-test pada kelas VIII1 dan kelas VIII6 serta

nilai gain score nya :

Nilai Pre-test dan Post Test Kelas VIII1

N o NamaNilai

Post-TestNilai

Pre-TestGain Score

Rata-rata Gain score

1 Ayu Pratiwi 87 74 13 11.382 Feratry 87 74 133 Jumatiza 87 61 264 Merliastin 91 83 85 Nikita 83 70 76 Nur Aisyah U 65 70 -57 Nur Hidayah 78 65 138 Nurhalimah H 83 65 189 Rahma 83 78 510 Riri Nurfita Sari R 70 70 011 Rismayanti 74 70 412 Ruhati 91 65 2613 Sherina Jamal 87 57 3014 Sitti Wakiah B.J 87 52 3515 Sri Tutu Hardianti 78 61 1716 Sutiargi 78 65 1217 Yelastri 83 74 918 Abd. Salam 83 74 919 Anto 61 78 -1720 Ardi Sulaeman 61 70 -921 Arifin 74 52 2222 Arman 78 65 1323 Dedi Cahyadi 74 65 924 Gusrianto 65 74 -925 Ibrahim 61 74 -1326 M. Edwin Eko P 78 70 827 Muh. Adrianto 87 70 1728 Muh. Al Ihwan 78 74 429 Muh. Taufiq 78 39 3930 Muh. Ridha 74 43 3131 Rahmat Rizaldi T 78 65 1332 Rahmat Sikky 83 70 1333 Sukri 70 65 534 Welly Mohan A 78 57 21

Jumlah 2653 2259 387 11.38Nilai Pre-test dan Post Test Kelas VIII 6

Page 40: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

40

No NamaNilai

Post-TestNilai

Pre-TestGain Score

Rata-rata Gain score

1 Annis Wahyuni 70 65 7 7.302 Dewi Sulastri 74 70 43 Eka Amelia 57 74 -174 Hernani 74 70 45 Indar Yani Waris 65 70 -56 Nurhayati 74 52 227 Nurhikmah 74 48 268 Nurmianti 87 74 139 Nuryani 83 52 3110 Rosmiati 83 70 1311 Rukiyah 83 83 012 Sri Rahayu Saleh 83 57 2613 Sri Warniasari 83 57 26

14Chintia Septie Nengsih

78 78 0

15 Yulianti 87 74 1316 Ahmad Deni 39 43 -417 Amin Rais 65 48 1718 Amnur 57 52 519 Deny Nurhidayat 74 61 1320 Dwi Hari Albian 74 65 921 Haidir 43 65 -2222 Heriansyah 61 61 023 Jabal Nur 74 57 1724 M. Nasri 74 70 425 Muh. Rusmawan 78 65 1326 Muh. Azrul A 83 65 1827 Muhlis 35 48 -1328 Mustari 61 39 2229 Mutung Pasau 78 65 1330 Rahman 57 65 -831 Ridwan 38 65 -2732 Wahyuddin 74 70 433 Zulkarnain 65 48 17

Jumlah 2285 2046 241 7.30

Jika diperlihatkan dalam bentuk diagram maka akan tampak sebagai berikut :

Page 41: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

41

2. Analisis inferensial

Sebelum hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diuji, terlebih dahulu

dilakukan dasar-dasar analisis yang merupakan syarat dalam pemakaian statistik.

Pengujian dasar-dasar analisis tersebut meliputi:

a. Pengujian Normalitas

Pengujian normalitas bertujuan untuk menyatakan apakah data skor

hasil belajar fisika siswa untuk masing-masing kelas berasal dari popolasi

berdistribusi normal.

Hasil pengujian normalitas menunjukkan bahwa nilai χ2hitung = 1.02 <

χ2tabel = 7.82 untuk kelas VIII1 (Kelas berkemampuan tinggi). Untuk kelas VIII6

diperoleh χ2hitung = 1.78 < χ2

tabel = 7.82. Hal ini menunjukkan bahwa data skor

hasil belajar fisika siswa dari kedua kelas (VIII1 dan VIII6) terdistribusi dengan

normal denga taraf nyata α = 0,05.

b. Pengujian Homogenitas

Page 42: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

42

Dari hasil perhitungan pengujian homogenitas varians populasi

diperoleh nilai Fhitung = 1.24 dan nilai Ftabel = 1.80. Karena Fhitung < Ftabel, maka

dapat disimpulkan bahwa data skor hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMPN

2 Patampanua Kabupaten Pinrang tahun ajaran 2010/2011 antara kedua kelas

(Kelas VIII1 dan Kelas VIII6) berasal dari populasi yang mempunyai varians

yang homogen.

c. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini menggunakan uji-t dua pihak dengan rumus

polled varians (sugiyono, 2006;135). Hipotesisnya adalah: “terdapat perbedaan

yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan

menggunakan metode simulasi pada siswa kelas VIII1 (Berkemampuan Tinggi)

dengan siswa kelas VIII6 (Berkemampuan Rendah) pada siswa kelas VIII

SMPN 2 Patampanua Kabupaten Pinrang.”

Berdasrkan hasil analisis (lampiran 9) menunjukkan bahwa thitung = 2,23

tidak berada di dalam daerah penerimaam Ho yaitu -1,99 sampai 1,99 dengan

taraf nyata = 0,05. Dalam hal ini hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini

berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika

siswa yang diajar dengan menggunakan metode simulasi pada siswa kelas

VIII1 (Berkemampuan Tinggi) dengan siswa kelas VIII6 (Berkemampuan

Rendah) pada siswa kelas VIII SMPN 2 Patampanua Kabupaten Pinrang.

Karena H0 ditolak maka lanjutkan dengan melakukan uji hipotesis pihak

kanan (uji t), Dengan kriteria penerimaan; H0 diterima jika t ≤ t(1-), dan H0

Page 43: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

43

ditolak jika jika t t(1-). Berdasarkan hasil analisis diperoleh thitung > t tabel

yaitu 59.04 1,99.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa Ha diterima yang berarti skor rata-

rata populasi kelas VIII1 (kelas berkemampuan tinggi) lebih tinggi

dibandingkan dengan skor rata-rata populasi kelas VIII6 (kelas berkemampuan

rendah). Sehingga dari pengujian Hipotesis yang telah dilakukan, diperoleh

hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa

yang diajar menggunakan metode simulasi pada siswa kelas VIII1 (siswa

berkemampuan tinggi). Dimana Hasil belajar fisika siswa kelas VIII1 lebih

tinggi dibandingkan siswa kelas VIII6.

C. Pembahasan

Dalam pembelajaran dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang dapat

membantu proses belajar mengajar. Salah satu metode pembelajaran yang dapat

digunakan adalah metode simulasi. Model pembelajaran ini diterapkan pada kelas

VIII1 dan VIII6 di SMPN 2 Patampanua Kabupaten Pinrang.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa hasil belajar

fisika siswa kelas VIII1 dan kelas VIII6 SMPN 2 Patampanua Kabupaten Pinrang

pada tahun ajaran 2010/2011 yang diajar dengan menggunakan metode simulasi

sama-sama mengalami peningkatan, akan tetapi, kelas VIII1 dalam hal ini sebagai

kelas yang berkemampuan tinggi memiliki gain score yang lebih dibandingkan

dengan kelas VIII1 yang dalam hal ini dianggap sebagai kelas berkemampuan

rendah. Kelas VIII1 pada saat belum mendapatkan perlakuan, memiliki nilai rata-

Page 44: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

44

rata 66.04 dan setelah diberi perlakuan berupa pengajaran berbasis metode

simulasi, nilain rata-ratanya meningkat menjadi 78.03. Sedangkan pada kelas

VIII6 sebelum mendapatkann perlakuan, memiliki nilai rata-rata kelas 62.00,

namun setelah diberikan perlakuan maka nilai rata-rata kelasnya meningkat

menjadi 69.24. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode simulasi lebih

efektif diterapkan pada kelas yang memiliki tingkat kemampuan yang tinggi.

Hasil perhitungan analisis infrensial menunjukkan bahwa skor hasil belajar

fisika siswa kelas VIII SMPN 2 Patampanua Kabupaten Pinrang antara kelas VIII1

dan kelas VIII6 berasal dari populasi yang terdistribusi normal dan memiliki

varians yang homogen. Pada pengujian Hipotesis dua pihak diperoleh bahwa jika

nilai –t(1-)/2 ≤ t ≤ t(1-)/2 H0 diterima dan dalam hal lainnya H0 ditolak. Dari data

diperoleh bahwa H0 ditolak. Sehingga dari hasil tersebut disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan skor hasil belajar fisika siswa kelas VIII1 dan

siswa kelas VIII6 yang diajar dengan menggunakan metode simulasi di SMPN 2

Patampanua Kabupaten Pinrang.

Page 45: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

45

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa:

1. Hasil belajar fisika didapatkan oleh skor rata-rata

siswa kelas VIII1 yang diajar dengan menggunakan metode simulasi lebih

tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata siswa kelas VIII6 yang diajar

dengan menggunakan metode simulasi.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar

fisika siswa antara siswa kelas VIII1 dan siswa kelas VIII6 yang diajar

dengan menggunakan metode simulasi pada siswa kelas VIII SMPN 2

Patampanua Kanupaten Pinrang tahun ajaran 2010/2011.

3. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa

metode simulasi memiliki peranan penting dalam mencapai hasil belajar

fisika siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka ada beberapa hal yang

dapat disarankan, yaitu:

1. Metode Simulasi mengakibatkan hasil belajar Fisika

siswa lebih baik, sehingga akan lebih baik jika guru menerapkan Metode

simulasi dalam pembelajaran.

Page 46: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

46

2. Metode simulasi mampu merangsang partisipasi

siswa dalam proses belajar mengajar sehingga sangat baik diterapkan oleh

guru dalam proses ajar mengajar.

3. Penerapan metode simulasi dalam penelitian ini

masih terbatas pada materi Usaha dan energy sehingga diharapkan ada

penelitian lebih lanjut mengenai materi pembelajaran Fisika lainnya.

Page 47: 1. Bab 1-Daftar Pustaka

47

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. www.geocities.com/guruvalah. Diunduh Pada Januari 2009

Anonim. 2006. www.Word Press.com. Diunduh Pada Januari 2009

Arianto Sam. 2008. www.Sahabat Bersama.com. Diunduh Pada November 2008

Arikunto,Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Asnaldi, Arie. 2008. www.Ari’s Site.com. Diunduh Pada Januari 2009.

Echols, J & Shadily H. 1992. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Riduwan. 2010. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sahabuddin. 2007. Mengajar dan Belajar. Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfa Beta.

Syamsul Bahri Djamarah. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetesi Guru. Jakarta : Rineka Cipta

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana

Whandie. 2007. www.Word Press.com. Diunduh Pada Januari 2009