1. asuhan keperawatan glaukoma

Upload: agustina-kusumastuti

Post on 30-Oct-2015

216 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Asuhan keperawatan, etiologi, patofis

TRANSCRIPT

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

GLAUKOMAA. DEFINISIGlaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optic dengan defek lapang pandangan mata. (Ilyas,2005).

Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang ditandai dengan berkurangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf optikus kerusakan ini berhubungan dengan peningkatan TIO yang terlalu tinggi. (Brunner & Suddarth. 2005)Glaukoma adalah kondisi dimana peningkatan tekanan intraokular, yang diakibatkan oleh perubahan patologis pada sudut iridokorneal yang menghambat aliran keluar normal aqueous humor. Peningkatan tekanan ini menyebabkan kerusakan struktur dan fungsional secara progresif pada saraf optikus dan pada akhirnya dapat mengarah pada kebutaan. (Smeltzer, 2001)Glaukoma adalah peningkatan abnormal tekanan intraokular (lebih dari 20 mmHg), atrofi papil saraf optik, dan menciutnya lapang pandang yang menyebabkan penekanan saraf optikus sehingga menyebabkan kematian serat-serat saraf. (Long Barbara, 1996)

Berbagai pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa pengertian Glaukoma adalah penyakit mata dengan gangguan integritas struktur dan fungsional secara progresif pada saraf optikus dan pada akhirnya dapat mengarah pada kebutaan yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (lebih dari 20 mmHg) ekskavasi dan antrofi papil saraf optik, serta kerusakan lapang pandang yang khas.B. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. FACTOR PRESIPITASI DAN PREDISPOSISI1) Factor PresipitasiAda beberapa sebab dan faktor yang beresiko terhadap terjadinya glaukoma. Diantaranya adalah:a. Umur.Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2% dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah dengan bertambahnya usia.b. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukomaUntuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak.c. Tekanan bola mata.

Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata dan/atau dokter spesialis mata. Obat-obatand. Pemakai steroid secara rutin.

Pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai steroid secara rutin lainnya. Bila anda mengetahui bahwa anda pemakai obat-obatan steroid secara rutin, sangat dianjurkan memeriksakan diri anda ke dokter spesialis mata untuk pendeteksian glaukoma.e. Riwayat trauma (luka kecelakaan) pada mataf. Penyakit lainRiwayat penyakit diabetes (kencing manis), hipertensi dan migren.2) Factor PredisposisiGenetik

Glaukoma CongenitalGlaukoma ini terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermalmemfungsikan trabekular. Kondisi ini disebabkan oleh ciri autosom resesif dan biasanya bilateral.

(Anonim,2010)2. PATOFISIOLOGIHumor akuos berperan sebagai pembawa zat makanan dan oksigen untuk organ di dalam mata yang tidak berpembuluh darah yaitu lensa dan kornea, disamping itu juga berguna untuk mengangkut zat buangan hasil metabolisme pada kedua organ tersebut. Adanya cairan tersebut akan mempertahankan bentuk mata dan menimbulkan tekanan dalam bola mata/tekanan intra okuler. Tekanan intraokuler inilah yang berperan dalam terjadinya glaukoma sehingga menimbulkan kerusakan pada saraf optik. Humor akuos diproduksi oleh badan silier, masuk ke dalam bilik mata belakang kemudian mengalir ke bilik mata depan melalui pupil. Setelah sampai ke bilik mata depan humor akuos akan meninggalkan bola mata melalui suatu bangunan yang disebut trabekulum yang terletak di sudut iridokornea. Keseimbangan antara produksi dan pengeluaran/ pembuangan humor akuos inilah yang menentukan jumlah humor akuos di dalam bola mata

Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan.Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.Tekananintraokular dipertahankan oleh produksi dan pengaliran humor aqueous yang terus menerus di rongga interior. Cairan yang terbentuk di dalam badan siliar mata mengalir diantara ligament atau penggantung lensa, kemudian melintasi pupil, lalu masuk ke dalam bilik mata depan (ruang antara kornea dan iris), selanjutnya cairan mengalir pada sudut antara kornea dan iris melalui jaringan laba-laba yang terbuka sangat kecil yang disebut trabekular. Akhirnya cairan masuk melalui schlemn ke dalam vena-vena ekstraokular.Pada mata normal tekanan intraokular tetap konstan dan bervariasi dalam rentang 2 mmHg. Tekanan intraokular normal kurang lebih 15 mmHg dengan rentangan 10-21 mmHg. Glaukoma dapat terjadi bila ada habatan dalam pengaliran humor aqueous yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Bila tekanan terus meningkat dapat mengakibatkan ischemik dan matinya neuron-neuron mata sehingga mengakibatkan degenerasi nervus optikus dan berakhir dengan hilangnya penglihatan sampai pada kebutaan.3. KLASIFIKASI GLAUKOMABanyak sekali pola yang digunakan untuk mengklasifikasikan glaukoma, namun, klasifikasi yang secara luas digunakan adalah glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup, karena pembagian tersebut terfokus pada patofisiologi terjadinya glaukoma dan merupakan titik awal ditentukannya penatalaksanaan klinis yang sesuai. Klasifkasi Vaughen untuk glaukoma adalah:1) Glaukoma PrimerGlaukoma primer adalah glaukoma yang tidak berhubungan dengan penyakit mata atau sistenik yang menyebabkan meningkatnya resistensi aliran aqueous humor. Glaukoma primer biasanya terjadi pada kedua mata.a. Glaukoma Sudut Terbuka (Glaukoma Simpleks)

Glaukoma primer sudut terbuka merupakan glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya dan ditandai dengan sudut bilik mata terbuka. Glaukoma primer sudut terbuka merupakan penyakit kronis dan progresif lambat dengan atrofi dan cupping dari papil nervus optikus dan pola gangguan lapang pandang yang khas. Glaukoma primer sudut terbuka memiliki kecenderungan familial.

Pada umumnya, glaukoma primer sudut terbuka terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Prevalensi juga lebih tinggi pada orang berkulit gelap atau berwarna dibandingkan dengan orang berkulit putih.

Tekanan intraokuler merupakan faktor resiko utama untuk glaukoma primer sudut terbuka. Terdapat faktor resiko lain yang berhubungan dengan glaukoma primer sudut terbuka, yaitu; miopia, diabetes mellitus, hipertensi dan oklusi vena sentralis retina.

Sifat onsetnya yang samar serta perjalanannya yang progresif lambat maka timbulnya gejalanya pun lambat dan tidak disadari sampai akhirnya berlanjut dengan kebutaan. Keluhan pasien biasanya sangat sedikit atau samar, misalnya mata terasa berat, kepala pusing sebelah, dan anamnesis tidak khas lainnya. Biasanya pasien tidak mengeluh adanya halo dan tidak tampak mata merah. Tekanan intraokuler sehari-hari biasanya tinggi atau lebih dari 20 mmHg. Akibat tekanan tinggi akan terbentuk atrofi papil serta ekskavasio glaukomatosa. Kerusakan dimulai dari tepi lapang pandang, dengan demikian penglihatan sentral tetap baik, sehingga penderita seolah-olah melihat melalui teropong.

b. Glaukoma Sudut Tertutup

Pasien yang menderita glaukoma primer sudut tertutup cenderung memiliki segmen anterior yang kecil dan sempit, sehingga menjadi faktor predisposisi untuk timbulnya pupillary block relatif. Resiko terjadinya hal tersebut meningkat dengan bertambahnya usia, seiring dengan berkembangnya lensa dan pupil menjadi miosis.

c. Glaukoma Primer Sudut Tertutup AkutGlaukoma primer sudut tertutup akut adalah kondisi yang timbul saat TIO meningkat secara cepat akibat blokade relatif mendadak dari jaringan trabekular. Hal ini dapat menimbulkan manifestasi berupa rasa sakit, penglihatan buram, halo, mual dan muntah. Peningkatan TIO yang tinggi menyebabkan edema epitel kornea yang bertanggung jawab dalam timbulnya keluhan penurunan penglihatan. Tanda-tanda pada glaukoma sudut tertutup akut antara lain:a) TIO yang tinggib) Pupil yang lebar dan terkadang irregular

c) Edema epitel kornead) Kongesti pembuluh darah episkleral dan konjungtivae) Kamera okuli anterior yang sempit

Selama serangan akut, TIO cukup tinggi sehingga dapat menyebabkan gangguan nervus optikus dan oklusi pembuluh darah retina. Sinekia anterior perifer dapat terbentuk dengan cepat dan TIO yang tinggi menyebabkan terjadinya iskemia sehingga dapat terjadi atrofi sektoral dari iris. Atrofi pada iris menimbulkan pelepasan pigmen iris dan pigmen-pigmen tersebut menempel dan mengotori permukaan iris dan endotel kornea. Akibat iskemia iris, maka pupil dapat berdilatasi dan terfiksasi.

d. Glaukoma Primer Sudut Tertutup SubakutGlaukoma primer sudut tertutup subakut (intermiten) adalah kondisi yang ditandai dengan adanya penglihatan yang buram, halo, dan rasa sakit yang ringan, disertai dengan peningkatan TIO. Gejala ini membaik dengan sendirinya, terutama selama tidur, dan muncul kembali secara periodik dalam hitungan hari atau minggu. Diagnosis yang tepat dapat dibantu ditegakkan dengan pemeriksaan gonioskopi.e. Glaukoma Primer Sudut Tertutup KronisGlaukoma primer sudut tertutup kronis merupakan kondisi yang timbul setelah glaukoma sudut tertutup akut atau saat sudut kamera anterior tertutup secara bertahap dan tekanan intraokuler meningkat secara perlahan. Gejala klinisnya serupa dengan glaukoma primer sudut terbuka, yaitu keluhan yang samar, cupping papil nervus optikus yang progresif dan gangguan lapang pandang glaukomatosa. Sehingga, pemeriksaan gonioskopi diperlukan untuk menentukan diagnosis yang tepat.

2) Glaukoma SekunderGlaukoma sekunder adalah glaukoma yang berhubungan dengan penyakit mata atau sistemik yang menyebabkan menurunnya aliran aqueous humor. Glaukoma sekunder sering terjadi hanya pada satu mata.Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang diketahui penyebab yang menimbulkannya.Glaukoma sekunder dapat terlihat dalam bentuk sudut tertutup maupun sudut terbuka. Kelainan-kelainan tersebut dapat terletak pada:a. Sudut bilik mata, akibat goniosinekia, hifema, leukoma adheren dan kontusi sudut bilik matab. Pupil, akibat seklusio dan oklusi relatif pupilc. Badan siliar, seperti rangsangan akibat luksasio lensa

Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan glaukoma, yaitu:a. Uveitis, dimana glaukoma terjadi akibat adanya sinekia anterior maupun posterior, penimbunan sel radang di sudut bilik mata dan seklusio pupil yang biasanya disertai dengan iris bomb.b. Pasca trauma serta ulkus kornea, yang mengakibatkan leukoma adheren sehingga bilik mata tertutup dan mengganggu aliran aqueous humor.c. Hifema, akan mengakibatkan tersumbatnya sudut bilik mata

3) Glaukoma AbsolutGlaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma dimana sudah terjadi kebutaan total. Pada glaukoma absolut, kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan ekskavasio galukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris.Kelainan mata yang dapat menyebabkan glaukoma antara lain:

a. Kelainan lensa

b. Kelainan uvea

c. Trauma

d. Pasca bedah

e. Glaukoma absolut

4. MANIFESTASI KLINISMenurut Harnawartiaj (2008) umumnya dari riwayat keluarga ditemukan anggota keluarga dalam garis vertical atau horizontal memiliki penyakit serupa, penyakit ini berkembang secara perlahan namun pasti, penampilan bola mata seperti normal dan sebagian besar tidak menampakan kelainan selama stadium dini. Pada stadium lanjut keluhan klien yang mincul adalah sering menabrak akibat pandangan yang menjadi jelek atau lebih kabur, lapangan pandang menjdi lebih sempit hingga kebutaan secara permanen.

Gejala yang lain adalah:

1) Mata merasa dan sakit tanpa kotoran.

2) Kornea suram.

3) Disertai sakit kepala hebat terkadang sampai muntah.

4) Kemunduran penglihatan yang berkurang cepat.

5) Nyeri di mata dan sekitarnya.

6) Udema kornea.

7) Pupil lebar dan refleks berkurang sampai hilang.

8) Lensa keruh.

Menurut Sidharta Ilyas (2004) glaucoma akan memperlihatkan gejala sebagai berikut:

1) Tekanan bola mata yang tidak normal

2) Rusaknya selaput jala

3) Menciutnya lapang penglihatan akibat rusaknya selaput jala yang dapat

4) Berakhir dengan kebutaan5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKPemeriksaan mata yang biasa dilakukan adalah :

1) Pemeriksaan dengan oftalmoskop bisa menunjukkan adanya perubahan pada saraf optikus akibat Glaukoma.

2) Pengukuran tekanan intraokuler dengan tonometri.Tekanan didalam bilik anterior disebut tekanan intraokuler dan bisa diukur dengan menggunakan tonometri. Biasanya jika tekanan intraokuler lebih besar dari 20-22 mm, dikatakan telah terjadi peningkatan tekanan. Kadang Glaukoma terjadi pada tekanan normal.

3) Pengukuran lapang pandang.

4) Ketajaman penglihatan.

5) Tes Refraksi

6) Respon refleks pupil

7) Pemeriksaan gonioskopi (lensa khusus untuk mengamati saluran humor aqueus)6. KOMPLIKASIKomplikasi glaukoma pada umumnya adalah kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutaan yaitu kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan ekskavasi (penggaungan) glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris yang dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. Pengobatan kebutaan ini dapat dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.7. PENATALAKSANAAN MEDIS

1) Glaukoma Primera. Pemberian tetes mata Beta blocker (misalnya timolol, betaxolol, carteolol, levobunolol atau metipranolol) yang kemungkinan akan mengurangi pembentukan cairan di dalam mata dan TIO.b. Pilocarpine untuk memperkecil pupil sehingga iris tertarik dan membuka saluran yang tersumbat.c. Obat lainnya yang juga diberikan adalah epinephrine, dipivephrine dan carbacol (untuk memperbaiki pengaliran cairan atau mengurangi pembentukan cairan)d. Minum larutan gliserin dan air biasa untuk mengurangi tekanan dan menghentikan serangan glaukoma.e. Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya acetazolamide).f. Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan manitol intravena (melalui pembuluh darah).2) Glaukoma sekunderPengobatan glaukoma sekunder tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah peradangan, diberikan corticosteroid dan obat untuk melebarkan pupil. Kadang dilakukan pembedahan.3) Glaukoma kongenitalis Untuk mengatasi Glaukoma kongenitalis perlu dilakukan pembedahan.

Apabila obat tidak dapat mengontrol glaukoma dan peningkatan TIO menetap, maka terapi laser dan pembedahan merupakan alternatif.1) Terapi Laser

a. Laser iridotomy melibatkan pembuatan suatu lubang pada bagian mata yang berwarna (iris) untuk mengizinkan cairan mengalir secara normal pada mata dengan sudut sempit atau tertutup (narrow or closed angles).

b. Laser trabeculoplasty adalah suatu prosedur laser dilaksanakan hanya pada mata-mata dengan sudut-sudut terbuka (open angles). Laser trabeculoplasty tidak menyembuhkan glaukoma, namun sering dilakukan daripada meningkatkan jumlah obat-obat tetes mata yang berbeda-beda. Pada beberapa kasus-kasus, dia digunakan sebagai terapi permulaan atau terapi utama untuk open-angle glaukoma. Prosedur ini adalah metode yang cepat, tidak sakit, dan relatif aman untuk menurunkan tekanan intraocular. Dengan mata yang dibius dengan obat-obat tetes bius, perawatan laser dilaksanakan melalui lens kontak yang berkaca pada sudut mata (angle of the eye). Microscopic laser yang membakar sudut mengizinkan cairan keluar lebih leluasa dari kanal-kanal pengaliran.

c. Laser cilioablation (juga dikenal sebagai penghancuran badan ciliary atau cyclophotocoagulation) adalah bentuk lain dari perawatan yang umumnya dicadangkan untuk pasien-pasien dengan bentuk-bentuk yang parah dari glaukoma dengan potensi penglihatan yang miskin. Prosedur ini melibatkan pelaksanaan pembakaran laser pada bagian mata yang membuat cairan aqueous (ciliary body). Pembakaran laser ini menghancurkan sel-sel yang membuat cairan, dengan demikian mengurangi tekanan mata.

2) Terapi Pembedahana. Trabeculectomy adalah suatu prosedur operasi mikro yang sulit, digunakan untuk merawat glaukoma. Pada operasi ini, suatu potongan kecil dari trabecular meshwork yang tersumbat dihilangkan untuk menciptakan suatu pembukaan dan suatu jalan kecil penyaringan yang baru dibuat untuk cairan keluar dari mata. Untk jalan-jalan kecil baru, suatu bleb penyaringan kecil diciptakan dari jaringan conjunctiva (conjunctival tissue). Conjunctiva adalah penutup bening diatas putih mata. Filtering bleb adalah suatu area yang timbul seperti bisul yang ditempatkan pada bagian atas mata dibawah kelopak atas. Sistim pengaliran baru ini mengizinkan cairan untuk meninggalkan mata, masuk ke bleb, dan kemudian lewat masuk kedalam sirkulasi darah kapiler (capillary blood circulation) dengan demikian menurunkan tekanan mata. Trabeculectomy adalah operasi glaukoma yang paling umum dilaksanakan. Jika sukses, dia merupakan alat paling efektif menurunkan tekanan mata.

b. Viscocanalostomy adalah suatu prosedur operasi alternatif yang digunakan untuk menurunkan tekanan mata. Dia melibatkan penghilangan suatu potongan dari sclera (dinding mata) untuk meninggalkan hanya suatu membran yang tipis dari jaringan melaluinya cairan aqueous dapat dengan lebih mudah mengalir. Ketika dia lebih tidak invasiv dibanding trabeculectomy dan aqueous shunt surgery, dia juga bertendensi lebih tidak efektif. Ahli bedah kadangkala menciptakan tipe-tipe lain dari sistim pengaliran (drainage systems). Ketika operasi glaukoma seringkali efektif, komplikasi-komplikasi, seperti infeksi atau perdarahan, adalah mungkin. Maka, operasi umumnya dicadangkan untuk kasus-kasus yang dengan cara lain tidak dapat dikontrol.

C. DIAGNOSE KEPERAWATAN

1. Pre Operasi

a. Cemas (ansietas) berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan.b. Resiko Cedera berhubungan dengan kerusakan penglihatan.c. Gangguan sensori persepsi: penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/ perubahan status organ indera.2. Post Operasi

a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur infasifb. Gangguan sensori perceptual : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori / status organ indera.c. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan pasca operasi.d. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kehilangan penglihatan perifer sementara dan persepsi sekunder terhadap pembedahan mata.e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan sumber informasi.D. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Pre operasi

1) Diagnosa keperawatan : cemas (ansietas) berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan.

Tujuan : menurunkan stress emosional, ketakutan dan depresi, mengenai proses pembedahan dan pemahaman instruksi.

Kriteria hasil: mengucapkan pemahaman mengenai informasi.

Intervensi :

a. Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk mengetahui keprihatinan pasien, perasaan, dan tingkat pemahaman. Jawab pertanyaan, beri dukungan dan bantu pasien dengan metode koping.

Rasional : informasi dapat menghilangkan ketakutan yang tidak diketahui.Mekanisme koping dapat membantu pasien berkompromi dengan kegusaran, ketakutan, depresi, tegang, keputusasaan, kemarahan dan penolakan.

b. Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru.

Rasional: pengenalan terhadap lingkungan membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan.

c. Jelaskan rutinitas persiapan operasi dan tindakan operasi yang akan dilakukan.

Rasional: Pasien yang telah mendapat banyak informasi akan lebih mudah menerima pemahaman dan mematuhi instruksi.

d. Jelaskan intervensi sedetil-detilnya. Perkenalkan diri anda pada setiap interaksi, terjemahkan setiap suara asing, pergunakan sentuhan untuk membantu komunikasi verbal.

Rasional: Pasien yang mengalami gangguan visual bergantung pada masukan indera yang lain untuk mendapatkan informasi.

e. Kolaborasi dengan keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien.

Rasional: Pasien mungkin tak mampu melakukan semua tugas sehubungan dengan penanganan dan perawatan diri.

2) Resiko Cedera berhubungan dengan kerusakan penglihatan Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan cedera dapat dicegah.

Kriteria hasil : Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan melindungi diri dari cedera.

Intervensi :

a. Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi, pre operasi sampai stabil, dan mencapai penglihatan dan keterampilan koping yang memadai. Gunakan teknik bimbingan penglihatan.

Rasional : Menurunkan resiko jatuh atau cedera ketika langkah sempoyongan atau tidak mempunyai keterampilan koping untuk kerusakan penglihatan.

b. Bantu pasien menata lingkungan. Jangan mengubah penataan meja kursi tanpa orientasi terlebih dahulu.

Rasoinal : Memfasilitasi kemandirian dan menurunkan resiko cedera.

c. Orientasikan pasien pada ruangan.

Rasional : Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan.

d. Bahas perlunya penggunaan persisai metal atau kacamata bila diperintahkan.

Rasional : Tameng logam atau kacamata melindungi mata terhadap cedera.

e. Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata.

Rasional : Cedera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata.

3) Gangguan sensori persepsi: penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/ perubahan status organ indera.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapat meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.Kriteria hasil : Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan, mengidentifikasi atau memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.Intervensi :

a. Observasi tanda dan gejala disorientasi. Pertahankan pada tempat tidur sampai benar-benar sembuh.Rasional : Terbangun dalam lingkungan tidak dikenal dan mengalami keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan bingung pada orang tua. Meningkatkan resiko jatuh bila bingung/tidak tahu ukuran tempat tidur.b. Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.Rasional : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi, sebab kehilangan penglihatan terjadi secara lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda. Tetapi biasanya hanya satu mata diperbaiki per prosedur

c. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain disekitarnya.Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pasca operasi.d. Pendekatan dari sisi yang tidak dioperasi, bicara dan menyentuh sering, dorong orang terdekat tinggal dengan pasien.Rasional : Memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung.e. Kolaborasi dengan keluarga untuk mengingatkan pasien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar 25%, penglihatan perifer hilang, dan buta titik mungkin ada.Rasional : Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingunng penglihatan/ meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.2. Post operasi1) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, infeksi tidak terjadi.Kriteria hasil : Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema, dan demam.Intervensi :

a. Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata.

Rasional : Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontamenasi area operasi.

b. Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam dengan kapas basah/bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan dan masukkan lensa kontak bila menggunakan.

Rasional : Teknik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.

c. Tekankan pentingnya tidak menyentuh/menggaruk mata yang dioperasi.

Rasional : Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.

d. Observasi/diskusikan tanda terjadinya infeksi, contoh : kemerahan, kelopak bengkak, drainase purulen.

Rasional : Infeksi mata terjadi 2 sampai 3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya intervensi.

e. Berikan obat sesuai indikasi. Antibiotic (topical, parenteral, subkonjungtiva) dan steroid.

Rasional : Sediaan topical digunakan secara profilaksis, dimana terapi lebih agresif diperlukan bila terjadi infeksi. Steroid digunakan untuk menurunkan inflamasi.

2) Gangguan sensori perceptual : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori / status organ indera.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapat meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.

Kriteria hasil :Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan, mengidentifikasi atau memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

Intervensi :

a. Observasi ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.

Rasional : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi, sebab kehilangan penglihatan terjadi secara lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda. Tetapi biasanya hanya satu mata diperbaiki per prosedur

b. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain disekitarnya.

Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pasca operasi.

c. Pendekatan dari sisi yang tidak dioperasi, bicara dan menyentuh sering, dorong orang terdekat tinggal dengan pasien.

Rasional : Memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung.d. Kolaborasi dengan keluarga untuk mengingatkan pasien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar 25%, penglihatan perifer hilang, dan buta titik mungkin ada.Rasional : Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingunng penglihatan/ meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.

3) Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan tindakan operasi yang akan dilakukan.

Tujuan : Mendemonstrasikan berkurangnya ketidaknyamanan mata.

Kriteria hasil : Menyangkal ketidaknyamanan mata, tak ada merintih, ekspresi wajah rileks.

Intervensi :

a. Observasi adanya nyeri. Tentukan karakteristik nyeri, misalnya terus-menerus, sakit, menusuk, terbakar. Buat rentang intesitas pada skala 0-10.

Rasional : Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan/ keefektifan intervensi.

b. Berikan kompres dingin sesuai pesanan dengan menggunakan teknik aseptik.

Rasional : Dingin membantu menurunkan bengkak. Kerusakan jaringan mempredisposisikan pasien pada invasi bakteri.

c. Ajarkan pasien bagaimana memberikan kompres dengan menggunakan teknik aseptik dalam persiapan pulang. Tekankan pentingnya mencuci tangan sebelum perawatan mata di rumah.

Rasional : Dingin membantu menurunkan bengkak. Kerusakan jaringan mempredisposisikan pasien pada invasi bakteri.

d. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesic.

Rasional : Analgesik memblokir rasa nyeri.

4) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kehilangan penglihatan perifer sementara dan persepsi sekunder terhadap pembedahan mata.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, cedera dapat dicegah.

Kriteria hasil: tidak ada memar kaki, menyangkal jatuh, tidak ada manifestasi peningkatan intraokular atau perdarahan.

Intervensi :

a. Pertahankan posisi tempat tidur rendah, pagar tempat tidur tinggi, dan bel pemanggil di samping tempat tidur. Orientasikan ulang pasien terhadap susunan struktur ruangan. Instruksikan pasien untuk memberi tanda untuk bantuan bila turun dari tempat tidur sampai mampu ambulasi tanpa bantuan.Rasional : Beberapa kejadian kehilangan keseimbangan terjadi bila mata ditutup, khususnya pada lansia.

b. Mulai tindakan-tmdakan untuk mencegah peningkatan tekanan intraokular :

a) Pertahankan kepala tempat tidur tinggi kira- kira 45 derajat untuk 24 jam pertama.

b) Ingatkan pasien untuk menghindari batuk, bersin, membungkuk dengan kepala rendah dari panggul, dan mengejan.

Rasional: Peningkatan tekanan intraokular meningkatkan nyeri dan resiko terhadap kerusakan jahitan yang digunakan pada pembedahan mata.DAFTAR PUSTAKAAnonim.2010. Askep Glaukoma. Jakarta:Balai Pustaka

Brunner dan Suddarth. 2005. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Hartono. 2007. Oftalmoskopidasar dan klinis. Yogyakarta : Pustaka CendekiaIlyas, sidarta. 2009. Dasar-dasar pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata. Edisi 3. Jakarta:Balai Pustaka.

Ilyas, sidarta. 2004. Masalah kesehatan mata anda dalam pertanyaan- pertanyaan. Edisi 2. Jakarta : FKUIMansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: FKUISmeltzer, S. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC.