1 analisis kinerja keuangan bank : pendekatan rasio

14
1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK : PENDEKATAN RASIO NPL, LDR, BOPO DAN ROA PADA BANK PRIVAT DAN PUBLIK Nuresya Meliyanti Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma Abstraksi Rasio kecukupan modal, likuiditas, dan rentabilitas adalah tolak ukur yang sering digunakan dalam pengukuran kinerja bank. Faktor lain yang juga mempengaruhi kinerja perbankan adalah besarnya kredit bermasalah (non performing loan) yang dimiliki oleh bank. Adapun kriteria yang dikeluarkan Bank Indonesia untuk sebuah bank bisa menjadi bank jangkar (anchor bank) adalah : (1) Rasio kecukupan modal (CAR) minimum 12% dengan rasio modal inti minimum 6%, (2) Rasio Return On Asset (ROA) minimal 1,5%, (3) Pertumbuhan kredit riil sedikitnya 22% dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) sedikitnya 50% dan rasio kredit bermasalah (NPL) dibawah 5%, (4) Merupakan perusahaan publik atau berencana dalam waktu dekat menjadi perusahaan publik dan (5) Memiliki kemampuan menjadi konsolidator. Rasio BOPO untuk industri perbankan nasional telah mencapai 91,5% sehingga lebih efisien dibandingkan dengan bank-bank yang memiliki modal kecil. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat apakah terdapat perbedaan kinerja bank jika dilihat dari kredit bermasalah, rasio likuiditas dan rentabilitas antara NPL, LDR, BOPO, dan ROA yang memenuhi standar dan di bawah standar, mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara NPL, LDR, BOPO, dan ROA, dan bagaimana secara prediktif pengelompokkan bank privat dan bank publik diketahui dengan metode diskriminan. Metode penelitian dalam penelititan ini berupa data sekunder yaitu laporan keuangan bank periode Januari-Desember 2008. Metode analisis yang digunakan adalah independent samples t test, analisis korelasi dan analisis diskriminan. Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata antara NPL, LDR, BOPO, dan ROA yang memenuhi standar dan dibawah standar. Setiap rasio yaitu NPL, LDR, BOPO, dan ROA satu sama lain saling berkorelasi dan significant. Bank yang pada data awal adalah tergolong bank privat, dan dari klasifikasi fungsi diskriminan tetap pada kelompok bank privat adalah 21 bank, dan bank yang ternyata menjadi group bank publik adalah 26 bank. Demikian juga dengan group bank publik, yang tetap pada group bank publik sejumlah 18 bank, dan yang meleset adalah 6 bank. Dari hasil output tersebut juga dapat kita lihat bahwa kemampuan prediksi group bank privat sebesar 44.7 %, sedangkan kemampuan prediksi bank publik sebesar 75.0 %. Dan ketepatan prediksi kedua bank jika dilebur adalah sebesar 54.9 %. Kata Kunci : kinerja keuangan bank, NPL, LDR, BOPO, ROA.(DAFTAR PUSTAKA, 1997- 2008) PENDAHULUAN Latar Belakang Tahun ini, perbankan nasional dihadapkan sejumlah tantangan. Krisis ekonomi yang melanda pasar global diperkirakan sudah dapat dipastikan akan berpengaruh terhadap perkembangan dunia perbankan. Kondisi pasar keuangan global juga masih rapuh dengan

Upload: buikhue

Post on 16-Jan-2017

239 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK : PENDEKATAN RASIO

1

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK : PENDEKATAN RASIO NPL, LDR, BOPO DAN ROA PADA BANK PRIVAT

DAN PUBLIK

Nuresya Meliyanti Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma

Abstraksi

Rasio kecukupan modal, likuiditas, dan rentabilitas adalah tolak ukur yang sering digunakan dalam pengukuran kinerja bank. Faktor lain yang juga mempengaruhi kinerja perbankan adalah besarnya kredit bermasalah (non performing loan) yang dimiliki oleh bank. Adapun kriteria yang dikeluarkan Bank Indonesia untuk sebuah bank bisa menjadi bank jangkar (anchor bank) adalah : (1) Rasio kecukupan modal (CAR) minimum 12% dengan rasio modal inti minimum 6%, (2) Rasio Return On Asset (ROA) minimal 1,5%, (3) Pertumbuhan kredit riil sedikitnya 22% dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) sedikitnya 50% dan rasio kredit bermasalah (NPL) dibawah 5%, (4) Merupakan perusahaan publik atau berencana dalam waktu dekat menjadi perusahaan publik dan (5) Memiliki kemampuan menjadi konsolidator. Rasio BOPO untuk industri perbankan nasional telah mencapai 91,5% sehingga lebih efisien dibandingkan dengan bank-bank yang memiliki modal kecil. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat apakah terdapat perbedaan kinerja bank jika dilihat dari kredit bermasalah, rasio likuiditas dan rentabilitas antara NPL, LDR, BOPO, dan ROA yang memenuhi standar dan di bawah standar, mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara NPL, LDR, BOPO, dan ROA, dan bagaimana secara prediktif pengelompokkan bank privat dan bank publik diketahui dengan metode diskriminan. Metode penelitian dalam penelititan ini berupa data sekunder yaitu laporan keuangan bank periode Januari-Desember 2008. Metode analisis yang digunakan adalah independent samples t test, analisis korelasi dan analisis diskriminan. Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata antara NPL, LDR, BOPO, dan ROA yang memenuhi standar dan dibawah standar. Setiap rasio yaitu NPL, LDR, BOPO, dan ROA satu sama lain saling berkorelasi dan significant. Bank yang pada data awal adalah tergolong bank privat, dan dari klasifikasi fungsi diskriminan tetap pada kelompok bank privat adalah 21 bank, dan bank yang ternyata menjadi group bank publik adalah 26 bank. Demikian juga dengan group bank publik, yang tetap pada group bank publik sejumlah 18 bank, dan yang meleset adalah 6 bank. Dari hasil output tersebut juga dapat kita lihat bahwa kemampuan prediksi group bank privat sebesar 44.7 %, sedangkan kemampuan prediksi bank publik sebesar 75.0 %. Dan ketepatan prediksi kedua bank jika dilebur adalah sebesar 54.9 %. Kata Kunci : kinerja keuangan bank, NPL, LDR, BOPO, ROA.(DAFTAR PUSTAKA, 1997-2008) PENDAHULUAN Latar Belakang

Tahun ini, perbankan nasional dihadapkan sejumlah tantangan. Krisis ekonomi yang melanda pasar global diperkirakan sudah dapat dipastikan akan berpengaruh terhadap perkembangan dunia perbankan. Kondisi pasar keuangan global juga masih rapuh dengan

Page 2: 1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK : PENDEKATAN RASIO

2

banyaknya laporan kerugian lembaga keuangan dunia. Hal tersebut memberikan dampak negatif bagi perkembangan ekonomi di kawasan, terutama bagi negara-negara yang mengandalkan ekspor ke negara maju, termasuk Indonesia. Sementara itu, keketatan likuiditas global masih terus berlangsung dan diikuti oleh meningkatnya persepsi risiko emerging market.

Bank Indonesia juga memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2009 akan tumbuh sekitar 4%. Potensi risiko akan semakin membesar apabila ekonomi global semakin memburuk. Diduga penyebab melemahnya pertumbuhan ekonomi pada 2009 adalah kinerja ekspor yang erat kaitannya dengan perkembangan kondisi global. Kekhawatiran meningkatnya kredit macet (non performing loan/NPL) diperkirakan masih akan membayangi perbankan pada 2009. Belajar dari krisis 1997 silam, sektor perbankan akan lebih prudent menghadapi perlambatan ekonomi dunia saat ini. Sebagai lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang memerlukan dana, diperlukan bank dengan kinerja keuangan yang sehat, sehingga fungsi intermediasi dapat berjalan lancar. Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu sumber utama indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan itu akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank. Rasio kecukupan modal, likuiditas, dan rentabilitas adalah tolak ukur yang sering digunakan dalam pengukuran kinerja bank. Faktor lain yang juga mempengaruhi kinerja perbankan adalah besarnya kredit bermasalah (non performing loan) yang dimiliki oleh bank. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk melihat apakah terdapat perbedaan kinerja bank jika dilihat dari kredit bermasalah, rasio likuiditas dan rentabilitas antara NPL, LDR, BOPO, dan ROA yang memenuhi standar dan dibawah standar, mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara NPL, LDR, BOPO, dan ROA, serta bagaimana secara prediktif pengelompokkan bank privat dan bank publik diketahui dengan metode diskriminan. TINJAUAN PUSTAKA Perbankan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bab I, pasal 1 ayat (2), mengatakan :

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”

Kasmir (2003 : 11), dalam bukun Manajemen Perbankan mendefinisikan bank sebagai: “Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari

masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.”

Berdasarkan definisi-definisi di atas, fungsi bank dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1. Bank sebagai lembaga kredit yang menghimpun dana masyarakat atau penerima kredit dari

masyarakat.

Page 3: 1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK : PENDEKATAN RASIO

3

2. Bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau sebagai lembaga pemberi kredit. Dengan ini dapat dikatakan bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara aktif.

3. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan pembayaran. Jenis bank menurut Kasmir (2003 : 20 - 31), yaitu : 1. Jenis bank berdasarkan undang-undang

Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, terdapat dua jenis bank : a. Bank Umum, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. b. Bank Perkreditan Rakyat, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya a. Bank milik pemerintah. b. Bank milik swasta nasional. c. Bank milik asing. d. Bank milik campuran. 3. Jenis bank berdasarkan status a. Bank devisa, adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan mata uang asing secara keseluruhan. b. Bank non devisa, adalah bank yang tidak dapat melaksanakan transaksi luar negeri. 4. Jenis bank berdasarkan cara menentukan harga a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional. b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah. Perkreditan

Pengertian kredit menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah :

“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”

Menurut Kasmir (2003 : 74-76) unsur yang terkandung dalam pemberian kredit adalah kepercayaan, kesepakatan, jangka waktu, risiko, dan balas jasa.

Jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu (Kasmir, 2003 : 76-79) : 1. Dilihat dari Segi Kegunaan

a. Kredit investasi b. Kredit modal kerja

2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit

a. Kredit produktif b. Kredit konsumtif c. Kredit perdagangan

Page 4: 1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK : PENDEKATAN RASIO

4

3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu a. Kredit jangka pendek, jangka waktunya kurang dari satu tahun atau paling lama satu

tahun b. Kredit jangka menengah, jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai

dengan tiga tahun c. Kredit jangka panjang, jangka waktu kreditnya di atas tiga tahun

4. Dilihat dari Segi Jaminan a. Kredit dengan jaminan b. Kredit tanpa jaminan

5. Dilihat dari Segi Sektor Usaha a. Kredit pertanian b. Kredit peternakan c. Kredit industri d. Kredit pertambangan e. Kredit pendidikan f. Kredit profesi g. Kredit perumahan

Kategori kolektibilitas kredit berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia di dalam

Lukman Dendawijaya (2003 : 85), sebagai berikut : 1. Kredit lancar, adalah kredit yang tidak mengalami penundaan pengembalian pokok pinjaman

dan pembayaran bunga. 2. Kredit kurang lancar, adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran

bunganya telah mengalami penundaan selama tiga bulan dari waktu yang diperjanjikan. 3. Kredit diragukan, adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran

bunganya telah mengalami penundaan selama 6 bulan atau dua kali dari jadwal yang telah diperjanjikan.

4. Kredit macet, adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan.

Menurut Siswanto Sutojo (1997 : 335) gejala umum yang muncul sebagai tanda akan

terjadinya kredit bermasalah antara lain penyimpangan dari berbagai ketentuan dalam perjanjian kredit, penurunan kondisi keuangan perusahaan, tingginya frekuensi pergantian pimpinan dan tenaga inti, penyajian bahan masukan secara tidak benar, menurunnya sikap kooperatif debitur, penurunan nilai jaminan yang disediakan, problem keluarga atau pribadi.

Kredit bermasalah akan berdampak negatif baik bagi kelangsungan hidup bank itu sendiri maupun bagi perekonomian negara. Berikut ini diuraikan dampak kredit bermasalah terhadap bank menurut As. Mahmoeddin (2004 : 111-114), yaitu : 1. Likuiditas

Jika kredit yang jatuh tempo atau mulai diwajibkan membayar angsuran namun tidak mampu mengangsur karena kredit tidak lancar atau bermasalah, maka bank terancam menjadi tidak likuid.

2. Solvabilitas Adanya kredit bermasalah dapat menimbulkan kerugian bagi bank sehingga bank menjadi tidak likuid dan kemudian mencairkan aktiva tetapnya guna memenuhi segala kewajibannya

Page 5: 1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK : PENDEKATAN RASIO

5

kepada pihak ketiga. Jika bank tidak mampu memenuhi kewajibannya, maka berarti solvabilitas bank tersebut juga menjadi berkurang.

3. Rentabilitas Rentabilitas adalah kemampuan bank untuk memperoleh penghasilan dari bunga kredit. Jika kredit bermasalah atau tidak lancar maka penghasilan bank dari bunga kredit akan berkurang.

4. Biaya-biaya tambahan Biaya tambahan adalah adanya biaya tertentu karena adanya kredit bermasalah, antara lain legal cost, administrative cost, opportunity cost, carrying cost, management cost, dan intangible cost.

5. Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Jika kredit tidak lancar maka profitabilitas bank menjadi kecil.

6. Bonafiditas Bonafiditas adalah kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada bank.

7. Tingkat kesehatan bank Bank yang dilanda kredit bermasalah bisa menurunkan tingkat kesehatannya, dan pada gilirannya bank dapat dikenakan sanksi, bahkan bisa menghadapi likuidasi.

8. Modal bank Besar kecilnya ekspansi usaha sangat ditentukan dengan perkembangan kredit. Jika kredit tidak tumbuh dengan baik, maka modal bank juga tidak dapat berkembang dengan baik.

Menurut Lukman Dendawijaya (2003 : 86-89) dalam usaha mengatasi timbulnya kredit bermasalah pihak bank dapat melakukan beberapa tindakan penyelamatan sebagai berikut :

1. Rescheduling Rescheduling merupakan upaya pertama dari pihak bank untuk menyelamatkan kredit yang diberikannya kepada debitur berupa penjadwalan kembali sebagiaatau seluruh kewajiban debitur.

2. Reconditioning Reconditioning merupakan usaha pihak bank untuk menyelamatkan kredit yang diberikannya dengan cara mengubah sebagian atau seluruh kondisi (persyaratan) yang semula disepakati bersama pihak debitur dalam perjanjian kredit.

3. Restructuring Restructuring atau restrukturisasi adalah usaha penyelamatan kredit yang terpaksa harus dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari pemberian kredit.

4. Kombinasi 3-R Dalam rangka penyelamatan kredit bermasalah, bila dianggap perlu bank dapat melakukan berbagai kombinasi dari tindakan rescheduling, reconditioning, dan restructuring tersebut di atas, yakni : a. rescheduling dan reconditioning. b. rescheduling dan restructuring. c. restructuring dan reconditioning. d. rescheduling, reconditioning, dan restructuring.

Page 6: 1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK : PENDEKATAN RASIO

6

5. Eksekusi Jika semua usaha penyelamatan di atas sudah dicoba namun nasabah masih juga tidak mampu memenuhi kewajibannya terhadap bank, maka jalan terakhir adalah melakukan eksekusi dengan berbagai cara, antara lain: a. Menyerahkan kewajiban kepada BUPN (Badan Urusan Piutang Negara). b. Menyerahkan perkara ke pengadilan negeri (perkara perdata).

Tolak Ukur Kinerja Keuangan Bank

Menurut Lukman Dendawijaya (2003 : 116-124) rasio-rasio keuangan yang digunakan sebagai tolak ukur kinerja dari suatu bank adalah sebagai berikut : 1. Analisis Rasio Likuiditas

Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Beberapa rasio likuiditas dalam menilai kinerja suatu bank antara lain :

a. Cash Ratio Cash Ratio adalah rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang dihimpun bank yang harus segera dibayar. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi pula kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Cash Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :

b. Reserve Requirement

Reserve Requirement atau lebih dikenal juga dengan likuiditas wajib minimum adalah suatu simpanan minimum yang wajib dipelihara dalam bentuk giro di Bank Indonesia bagi semua bank. Reserve Requirement dapat dirumuskan sebagai berikut :

c. Loan to Deposit Ratio (LDR)

LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank. LDR menggambarkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio LDR memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Loan to Deposit Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :

Alat Likuid x 100 % Pinjaman Yang Harus Segera Dibayar

Jumlah Alat Likuid x 100 % Jumlah Dana (Simpanan) Pihak Ketiga

Jumlah Kredit Yang Diberikan x 100 %

Total Dana Pihak Ketiga

Page 7: 1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK : PENDEKATAN RASIO

7

d. Loan to Asset Ratio Loan to Asset Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

e. Rasio Kewajiban Bersih Call Money

Persentase dari rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar. Semakin kecil nilai rasio ini maka semakin besar likuiditas bank tersebut karena bank dapat segera menutupi kewajiban dalam kegiatan pasar uang antar bank dengan alat likuid yang dimilikinya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

f. Earning Assets to Total Assets Ratio (EATAR)

EATAR yaitu rasio asset produktif terhadap total asset. Asset produktif terdiri dari efek-efek, penempatan pada bank lain, pinjaman, dan penyertaan. Menurut Etty M. Nasser dan Titik Aryati (1999) earning assets suatu bank akan menjadi sumber pendapatan atau laba yang akan menjadi salah satu sumber dana bagi bank yang bersangkutan. Dengan rendahnya kualitas asset suatu bank akan menimbulkan kerugian yang justru akan mengurangi volume dana yang dimilikinya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

2. Analisis Rasio Rentabilitas

Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank.

a. Return on Assets (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset.

Jumlah Kredit Yang Diberikan x 100 %

Jumlah Asset

Kewajiban Bersih Call Money x 100 %

Aktiva Lancar

Aktiva Produktif x 100 %

Total Aktiva

Page 8: 1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK : PENDEKATAN RASIO

8

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : b. Return on Equity (ROE)

ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Rasio ini merupakan indikator bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

c. Rasio Biaya Operasional (BOPO) Rasio biaya operasional (BOPO) adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

d. Net Profit Margin Ratio Net Profit Margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

3. Analisis Rasio Solvabilitas

Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank. Rasio-rasio yang digunakan antara lain :

a. Capital Adequacy Ratio (CAR) CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko, misalnya kredit yang diberikan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Laba Sebelum Pajak x 100 %

Total Aktiva

Laba Bersih x 100 % Modal Sendiri

Beban Operasional x 100 %

Pendapatan Operasional

Laba Bersih x 100 % Pendapatan Operasional

Modal Bank x 100 %

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

Page 9: 1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK : PENDEKATAN RASIO

9

b. Debt to Equity Ratio Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang-utangnya dengan dana yang berasal dari modal bank sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

c. Long Term Debt to Assets Ratio Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai seluruh aktiva bank dibiayai atau dananya diperoleh dari sumber-sumber utang jangka panjang. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Non Performing Loan (NPL)

Adalah kredit yang tidak lancar atau kredit dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang diperjanjikan.

2. Loan to Deposit Ratio (LDR) Adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank. LDR menggambarkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

3. Rasio Biaya Operasional (BOPO) Adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.

4. Return on Assets (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset.

Jumlah Utang x 100 %

Jumlah Modal Sendiri

Utang Jangka Panjang x 100 %

Total Aktiva

Page 10: 1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK : PENDEKATAN RASIO

10

Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Statistik Deskriptif, merupakan bidang ilmu statistika yang mempelajari cara-cara

pengumpulan, penyusunan, dan penyajian data dari suatu penelitian. 2. Statistik Inferensial, merupakan bidang ilmu statistik yang mempelajari cara-cara penarikan

suatu kesimpulan dari suatu populasi tertentu berdasarkan sebagian data (sampel). Dalam penulisan ini penulis menggunakan Statistik Parametrik yang merupakan bagian dari statistik inferen, yang terdiri dari analisis independent samles t test dan analisis diskriminan. a. Independent Samples T Test

Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sample yang tidak berhubungan. Jika ada perbedaan, rata-rata manakah yang lebih tinggi. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Rumus untuk mencari nilai t yaitu :

di mana : X1 : rata-rata dari kelompok pertama X2 : rata-rata dari kelompok kedua S1

2 : kuadrat standar deviasi atau varian kelompok pertama S2

2 : kuadrat standar deviasi atau varian kelompok kedua n : jumlah kasus pada setiap kelompok

Aturan keputusan :

Ho ditolak jika : t hitung > t tabel, t hitung < - t tabel atau nilai sig. < 0,05 b. Analisis Korelasi

Dalam penelitian ini penulis ingin melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan antara Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), rasio biaya operasional (BOPO), dan Return on Assets (ROA).

c. Analisis Diskriminan

Analisis diskriminan bertujuan untuk mengidentifikasi, mengelompokkan dan membedakan. Mengidentifikasi suatu objek, mengelompokkan dan kemudian menganalisis perbedaan pada kelompok tersebut.

Hipotesis Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1 : Ada perbedaan rata-rata NPL, LDR, BOPO, dan ROA antara yang memenuhi standar dan dibawah standar H2 : Terdapat hubungan antara NPL, LDR, BOPO, dan ROA

( ) ( )⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

−−−+−−

=

2121

222

211

21

112

11nnnn

SnSnXXt

Page 11: 1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK : PENDEKATAN RASIO

11

HASIL PENELITIAN Independent Samples T Test

Independent Samples Test

2.111 .157 .500 28 .621 .58600 1.17167 -1.81405 2.98605

.500 25.843 .621 .58600 1.17167 -1.82311 2.99511

3.887 .059 -1.217 28 .234 -15.41133 12.65994 -41.34405 10.52138

-1.217 14.558 .243 -15.41133 12.65994 -42.46697 11.64430

4.518 .043 -1.708 28 .099 -10.87533 6.36834 -23.92029 2.16962

-1.708 24.913 .100 -10.87533 6.36834 -23.99351 2.24285

3.667 .066 1.836 28 .077 5.40400 2.94344 -.62535 11.43335

1.836 19.135 .082 5.40400 2.94344 -.75375 11.56175

3.688 .065 -2.264 28 .031 -11.99667 5.29788 -22.84889 -1.14444

-2.264 19.575 .035 -11.99667 5.29788 -23.06328 -.93006

10.169 .004 1.466 28 .154 .78733 .53716 -.31300 1.88766

1.466 15.855 .162 .78733 .53716 -.35225 1.92692

Equal variancesassumedEqual variancesnot assumedEqual variancesassumedEqual variancesnot assumedEqual variancesassumedEqual variancesnot assumedEqual variancesassumedEqual variancesnot assumedEqual variancesassumedEqual variancesnot assumedEqual variancesassumedEqual variancesnot assumed

NPL

CAR

LDR

EATAR

BOPO

ROA

F Sig.

Levene's Test forEquality of Variances

t df Sig. (2-tailed)Mean

DifferenceStd. ErrorDifference Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

t-test for Equality of Means

Sumber : data diolah

Tabel Hasil Analisis Independent Samples T Test No Jenis Rasio (Variabel) Hasil Analisis 1 NPL Tidak ada perbedaan rata-rata NPL

antara bank fokus dan bank terbatas 2 CAR Tidak ada perbedaan rata-rata CAR

antara bank fokus dan bank terbatas 3

LDR Tidak ada perbedaan rata-rata LDR antara bank fokus dan bank terbatas

4 EATAR Tidak ada perbedaan rata-rata EATAR antara bank fokus dan bank terbatas

5 BOPO Ada perbedaan rata-rata BOPO antara bank fokus dan bank terbatas

6 ROA Tidak ada perbedaan rata-rata ROA antara bank fokus dan bank terbatas

Page 12: 1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK : PENDEKATAN RASIO

12

Discriminant

Classification Resultsb,c

13 2 153 12 15

86.7 13.3 100.020.0 80.0 100.0

13 2 155 10 15

86.7 13.3 100.033.3 66.7 100.0

Jenis_BankBank FokusBank TerbatasBank FokusBank TerbatasBank FokusBank TerbatasBank FokusBank Terbatas

Count

%

Count

%

Original

Cross-validateda

Bank FokusBank

Terbatas

Predicted GroupMembership

Total

Cross validation is done only for those cases in the analysis. In crossvalidation, each case is classified by the functions derived from all casesother than that case.

a.

83.3% of original grouped cases correctly classified.b.

76.7% of cross-validated grouped cases correctly classified.c.

Analisis diskriminan menunjukkan bahwa 83,3 % bank sesuai dengan kelompoknya jika

dikaitkan dengan perbedaan kinerja keuangannya. Berdasarkan kinerjanya, untuk bank fokus tercatat 13 dari 15 bank yang diteliti memang tergolong pada bank fokus. Sedangkan untuk bank terbatas, tercatat 12 dari 15 bank memang tergolong pada bank terbatas berdasarkan kinerjanya. Hal tersebut berarti bahwa penggolongan bank berdasarkan kemampuan modal sesuai dengan kerangka API relatif bisa membedakan kinerja bank jika menggunakan 6 variabel penelitian.

Berdasarkan hasil analisis diskriminan, 2 bank yang tergolong sebagai bank fokus berdasarkan API sebenarnya menunjukkan kinerja keuangan yang sama dengan bank terbatas. Atau sebaliknya 3 bank yang tergolong sebagai bank terbatas menurut kerangka API ternyata menunjukkan kinerja keuangan yang relatif sama dengan kelompok bank fokus.

Besar perbedaan masing-masing variabel diskriminan pada bank fokus dan bank terbatas dapat dilihat pada tabel Canoncial Discriminant Function Coefficients berikut ini :

Canonical Discriminant Function Coefficients

-.258-.002.054

-.078.061

-.064-1.339

NPLCARLDREATARBOPOROA(Constant)

1Function

Unstandardized coefficients

Page 13: 1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK : PENDEKATAN RASIO

13

Fungsi persamaan diskriminan selengkapnya dengan menggunakan Standardized

Canonical Discriminant Function Coefficients adalah :

Dari persamaan tersebut dilihat bahwa nilai rata-rata rasio yang paling dominan untuk

memprediksi perbedaan antara bank fokus dan bank terbatas adalah rasio BOPO, karena memiliki koefisien tertinggi yaitu 0,061 sedangkan rata-rata rasio yang dianggap paling lemah adalah rasio NPL, karena memiliki koefisien paling rendah yaitu -0,258. PENUTUP Kesimpulan

1. Hasil analisis menggunakan metode Independent Samples T Test menunjukkan bahwa kinerja bank fokus dan bank terbatas jika dilihat dari NPL, CAR, LDR, EATAR dan ROA cenderung sama. Hal ini menunjukkan bahwa kelima variabel tersebut cenderung stabil dan tidak dipengaruhi oleh besarnya modal yang dimiliki bank. Sementara jika dilihat dari BOPO, hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi perbedaan kinerja antara bank fokus dan bank terbatas, dimana kinerja bank fokus cenderung lebih baik jika dibandingkan dengan kinerja bank terbatas.

2. Berdasarkan analisis diskriminan, pengelompokkan bank berdasarkan kemampuan modalnya jika dilihat dari kredit bermasalah (NPL), rasio kecukupan modal (CAR), likuiditas (LDR dan EATAR), dan rentabilitas (BOPO dan ROA) dapat memprediksi pengelompokkan bank berdasarkan kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), dengan variabel yang paling dominan adalah rasio BOPO dan variabel paling lemah adalah rasio NPL.

Saran

1. Untuk menciptakan struktur perbankan yang kuat, sebaiknya bank yang memiliki modal di bawah Rp 100 milyar harus lebih ditingkatkan, karena dengan modal yang terbatas di bawah Rp 100 milyar sangat sulit bagi bank untuk mendukung pertumbuhan kredit yang tinggi.

2. Dengan banyaknya problem yang dihadapi perbankan nasional, maka perbankan harus menyusun skala prioritas penyelesaian masalah menjadi prioritas jangka pendek, menengah, dan panjang dengan tetap memerhatikan kondisi persaingan global, good corporate governance, dan the New Basle Capital Accord (minimum capital requirement, supervisory review, dan market discipline), karena hanya bank dengan modal yang memadai, berskala relatif besar, dan memiliki core competence yang didukung dengan perangkat teknologi dan manajemen risiko yang tangguh yang akan mampu bertahan dan menghiasi lanskap perbankan masa depan.

D = -1,339 - 0,258 NPL - 0,002 CAR + 0,054 LDR - 0,078 EATAR + 0,061 BOPO - 0,064

ROA

Page 14: 1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK : PENDEKATAN RASIO

14

DAFTAR PUSTAKA Ahmad Faisol. Analisis Kinerja Keuangan Bank Pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.

Universitas Lampung : Bandar Lampung. Anonim. 2004. Arsitektur Perbankan Indonesia. Bank Indonesia : Jakarta. As. Mahmoeddin. 2004. Melacak Kredit Bermasalah. Pustaka Sinar Harapan : Jakarta. Darsono dan Anshari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Andi :

Yogyakarta. Djoko Retnadi. 2006. Memilih Bank yang Sehat. PT Elex Media Komputindo : Jakarta. Duwi Priyatno. 2008. Mandiri Belajar SPSS. MediaKom : Yogyakarta. Etty M. Nasser dan Titik Aryati. 1999. Model Analisis CAMEL untuk Memprediksi Financial

Distress pada Sektor Perbankan yang Go Public. ISSN : 1440-2420 : Jakarta. Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Edisi-1. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta. Lukman Dendawijaya. 2003. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia : Jakarta. Nurul Wulansari dan Budi Hermana. Analisis Biaya Dana, Persentase Aktiva Produktif, dan

Pendapatan Sebagai Faktor Pembeda Antara Bank Fokus dan Bank Terbatas Menurut Kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia. UG Jurnal Vol.2 No.2 Tahun 2008 : Jakarta.

Peneliti Bank Indonesia. 2004. Bank Sentral Republik Indonesia, Sebuah Pengantar. Edisi

Pertama. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan : Bank Indonesia, Jakarta. Siswanto Sutojo. 1997. Manajemen Terapan Bank. PT Pustaka Binaman Pressindo : Jakarta. www.bi.go.id www.lps.go.id www.menmudren.go.id www.stttelkomnews.defhosting.net www.unisosdem.org