º ï õ í ° ä » ä1 ± ä ¸2 º ä1...
TRANSCRIPT
DEPUTI BIDANG KEMARITIMAN DAN SUMBERDAYA ALAMKEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
JANUARI 2016
PRAKARSA STRATEGISOPTIMALISASI PEMANFAATANPOTENSI KELAUTAN MENUJUTERWUJUDNYA INDONESIASEBAGAI POROS MARITIM
N O N
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
KATA PENGANTAR
Kesadaran bangsa akan jati diri sebagai Negara Kepulauan yang terletak di posisi
geostrategis dunia, diantara dua benua dan dua samudera, serta terdapatnya kandungan SDA
kelautan yang sangat tinggi dan beragam di wilayah perairan Indonesia, telah meyakinkan
arah orientasi pembangunan menuju terwujudnya Indonesia sebagai negara kepulauan yang
berorientasi maritim yang kuat, mandiri dan berbasiskan kepentingan nasional. Kemaritiman
dan Kelautan telah ditetapkan sebagai salah satu Dimensi Sektor Unggulan yang penting
dalam roda pembangunan ke depan.
Visi Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia dilandasi oleh tinjauan sejarah, letak
geostrategis, dan keinginan supaya eksistensi bangsa harus semakin diperhitungkan ditingkat
regional maupun global. Visi ini sudah barang tentu merupakan langkah jangka panjang,
yang membutuhkan konsistensi kebijakan, kerjasama dan kesungguhan untuk mencapainya.
Untuk mencapai visi Poros Maritim, beberapa aspek penting kelautan dan kemaritiman yang
dimiliki bangsa perlu secara jelas dipetakan kekuatan dan kelemahannya, diketahui
tantangannya. Setelah dikenali secara detail pokok persoalannya, selanjutnya kita mulai
menyusun rancang bangun secara integratif dan holistik serta merencanakan langkah
implementasinya.
Prakarsa Strategis ini menguraikan segenap aspek secara menyeluruh, dari mulai
menyangkut terminologi Poros Maritim sampai dengan bagaimana pentahapan
pencapaiannya. Diharapkan Prakarsa ini menjadi awal pemikiran komprehensif dalam
memandang visi besar kelautan di masa depan. Penyusunan konsepsi ini dilakukan dengan
serangkaian diskusi terfokus baik di pusat dan daerah, yang melibatkan berbagai narasumber
dari beragam disiplin keahlian, baik pemerintah, swasta, masyarakat sipil, asosiasi dan
akademisi. Namun walaupun demikian, kami meyakini masih terdapatnya
ketidaksempurnaan dalam dokumen ini. Untuk itu kami terus membuka komunikasi kepada
segenap pihak untuk bersama-sama membangun persepsi dan konsepsi yang sama didalam
mewujudkan visi besar Indonesia sebagai Poros Maritim.
Jakarta, Januari 2016
Endah Murniningtyas
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 0
OPTIMALISASI PEMANFAATAN POTENSI KELAUTAN
MENUJU TERWUJUDNYA INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM
ABSTRAK
Email : [email protected]
Visi pembangunan nasional jangka panjang adalah membangun Indonesia sebagai negara
kepulauan yang berorientasi maritim. Letak geostrategis dan tinjauan sejarah bangsa telah
menjadi pijakan kuat untuk membangun visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Pilar
negara maritim sebagaimana yang disampaikan oleh Presiden mencakup 5 pilar yaitu,
membangun budaya maritim; (ii) menjaga dan mengelola sumberdaya laut; (iii) membangun
infrastruktur dan konektivitas maritim; (iv) memperkuat diplomasi maritim; (v) dan
membangun kekuatan pertahanan maritim. Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi isu-
isu strategis dan aspek-aspek utama dalam pengembangan poros maritim; memetakan
tantangan utama di setiap sektor yang terkait dengan persoalan kemaritiman; menyusun
Rancang Bangun dan Agenda Utama Pembangunan di setiap sektor untuk mendukung Poros
Maritim; menyusun Kerangka Kerja Pembangunan Indonesia sebagai Poros Maritim.
Metodologi kajian yang dipakai menggunakan sumberdata primer dan sekunder berasal dari
serial diskusi terfokus yang melibatkan berbagai narasumber dengan latar belakang yang
beragam, baik di pusat maupun di daerah; serta studi literatur. Yang selanjutnya diuraikan
secara deskriptif dan dianalisa secara mendalam. Hasil kajian menguraikan beberapa
tantangan yang masih dihadapi disetiap sektor terkait, yang akan menjadi domain poros
maritim, diantaranya adalah masih belum optimalnya pemanfatan sumberdaya perikanan,
disparitas regional dan transportasi laut yang tidak efisien, lemahnya pengelolaan pulau-pulau
kecil strategis, rendahnya pemanfatan sumberdaya kelautan, tata kelola kelembagaan yang
belum serasi, yang menyangkut tataruang laut, pengaturan pengawasan, pengelolaan alur
laut; budaya bahari yang sudah lama ditinggalkan dan rusaknya daya dukung lingkungan laut.
Diperlukan 3 jenis transformasi, yang mencakup cara pandang/paradigma, pengelolaan
ekonomi maritim, dan efektivitas tata kelola. Mengingat bahwa perwujudan Poros maritim
dunia merupakan visi jangka panjang, maka dibutuhkan roadmap dan milestone
pentahapannya sampai dengan tahun 2045. Langkah awal untuk memulai perwujudan visi ini
dimulai dengan penegasan kedaulatan, pengembangan konektivitas sejalan dengan
pembangunan regional, pembangunan ekonomi maritim sebagai “core”, penguasaan iptek
kelautan dan penataan mekanisme kerja kelembagaan kemaritiman dimasa mendatang
Kata kunci: poros maritim, transformasi, pilar maritim, ekonomi maritim, tata kelola
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 1
I. Latar Belakang
1. Sesuai arahan Presiden, sudah saatnya kita kembali ke laut, kembali menjadikan laut
sebagai kekuatan bangsa dan negara Indonesia, sehingga Indonesia dapat menjadi Poros
Maritim Dunia. Tonggak baru pembangunan negara maritim dicanangkan oleh
Presiden Indonesia ke-7. Cuplikan pidato pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden
RI di MPR pada tanggal 20 Oktober 2014, merupakan orientasi baru dan tonggak
kebangkitan bangsa Indonesia menjadi negara kepulauan yang segala aktivitasnya
haruslah mencirikan kemaritiman.
2. Untuk menterjemahkan arahan
Presiden tersebut diatas, maka perlu
dilakukan kajian komprehensif
untuk penyusunan konsepsi
menjadikan Indonesia menuju Poros
Maritim Dunia. Indonesia memiliki
posisi geografis strategis, diantara
dua benua dan dua samudera,
menjadi alur pelayaran laut dunia
yang penting, yang menjadi modal
utama untuk bisa dimanfaatkan guna
mewujudkan Poros Maritim Dunia.
Di dalam UU No 17/2007 tentang
RPJPN 2005-2025, ditegaskan
dalam Misi ke-7 untuk Mewujudkan
Indonesia Menjadi Negara
Kepulauan yang Mandiri, Maju,
Kuat dan Berbasiskan Kepentingan
Nasional (Kotak 1)
3. Lebih lanjut, sesuai Pidato di East Asian Summit tahun 2014, Presiden menyampaikan
5 (lima) pilar Pembangunan Poros Maritim yang mencakup: (i) membangun budaya
maritim; (ii) menjaga dan mengelola sumberdaya laut; (iii) pengembangan
infrastruktur dan konektivitas maritim; (iv) memperkuat diplomasi maritim dan
(v) sebagai Negara yang menjadi titik tumpu dua samudera, Indonesia wajib
membangun kekuatan pertahanan maritim.
“Kita harus bekerja dengan sekeras-kerasnya untuk mengembalikan Indonesia sebagai negara
maritim. Samudra, laut, selat dan teluk adalah masa depan peradaban kita. Kita telah terlalu lama
memunggungi laut, memunggungi samudra, memunggungi selat dan teluk. Kini saatnya kita
mengembalikan semuanya sehingga Jalesveva Jayamahe, di Laut justru kita jaya, sebagai
semboyan nenek moyang kita di masa lalu, bisa kembali membahana.”
Kotak 1. Misi: Mewujudkan Indonesia Menjadi
Negara Kepulauan yang Mandiri, Maju, Kuat dan
Berbasiskan Kepentingan Nasional
Arah Kebijakan Pembangunan :
1. Membangkitkan wawasan dan Budaya bahari
2. Meningkatkan dan Menguatkan Peran SDM di bidang
Kelautan
3. Menetapkan Wilayah NKRI, aset dan hal-hal terkait
di dalamnya termasuk kewajibian yang telah
digariskan oleh hukum laut UNCLOS 1982.
4. Melakukan Pengamanan wilayah kedaulatan
yurisdiksi dan aset NKRI
5. Mengembangkan industri kelautan secara sinergi,
optimal dan berkelanjutan
6. Mengurangi dampak bencana pesisir dan pencemaran
laut
7. Meningkatnya kesejahteraan keluarga miskin di
kawasan pesisir.
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 2
II. Tujuan dan Output
4. Tujuan. Kajian Penyusunan Konsep ini secara khusus ditujukan untuk: (i)
Mengidentifikasi isu-isu strategis dan aspek-aspek utama dalam pengembangan poros
maritim; (ii) Memetakan tantangan utama di setiap sektor yang terkait dengan persoalan
kemaritiman; (iii) Menyusun Rancang Bangun dan Agenda Pembangunan di setiap
Sektor untuk mendukung Poros Maritim; (iv) Menyusun kerangka kerja pengembangan
Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
5. Output. Output kajian ini berupa Laporan Konsep Pembangunan Poros Maritim.
Laporan bermanfaat untuk menjadi pedoman awal pemikiran komprehensif tentang
pengertian Poros Maritim dan langkah-langkah pembangunannya. Pedoman awal dapat
digunakan untuk koordinasi pembangunan Poros Maritim secara terpadu; dan sebagai
rujukan bagi masing-masing sektor dan pemangku kepentingan untuk mengembangkan
program dan langkah-langkah yang sinergis sejalan dengan konsep yang disusun.
III. Metodologi
6. Metoda Pelaksanaan Kajian. Proses penyusunan Konsep Poros Maritim diperoleh
melalui masukan dari berbagai Narasumber dan serangkaian Diskusi Terfokus, baik di
Pusat maupun di Daerah untuk menampung aspirasi dari wilayah Timur dan Barat;
serta studi literatur Data-data primer dan sekunder yang diperoleh selanjutnya dianalisa
dengan dept analysis. Proses FGD dan list para pembicara, baik dari pakar, praktisi
maupun pelaksana kebijakan, disampaikan dalam Lampiran.
7. Kerangka Kerja Kajian dilakukan dalam 3 tahap. Tahap Pertama adalah tahapan
pengkajian potensi (assesment) yakni melakukan identifikasi, pemetaan dan telaah
terhadap hal-hal yang melatar-belakangi pentingnya kemaritiman bagi Indonesia;
Tahap Kedua adalah mengkaji isu penting, tantangan dan peluang tersebut secara
bersamaan, dengan merancang bangun pembangunan kelautan dan kemaritiman menuju
poros maritim dunia. Tahap ketiga adalah merumuskan langkah kedepan, roadmap,
milestone dan pentahapan secara garis besar dalam rangka mewujudkan Indonesia
sebagai Poros Maritim Dunia (Gambar 1).
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 3
IV. Hasil Kajian dan Analisis
4.1. Landasan dan Modal Menjadi Poros Maritim Dunia
8. Landasan dan Modal menjadi Poros Maritim Dunia. Perwujudan Indonesia sebagai
Poros Maritim memiliki landasan kuat dari berbagai segi, baik landasan hukum,
tinjauan sejarah, mapupun kekuatan sosial ekonomi yang dapat dijadikan “domain” dan
peluang baru yang timbul dengan adanya dinamika geoekonomi dan geopolitik dunia
dan kawasan/regional.
a. Pertama, berdasarkan kerangka hukum yang ada, pengertian negara maritim
perlu mengacu pada Pasal 25 Amandemen ke-2 UUD 1945 sebagai basis, yang
menyatakan: “Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara
kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-
haknya ditetapkan dengan undang-undang” Artinya esensi NKRI sebagai negara
kepulauan tetap menjadi ciri khas, namun perlu didukung juga dengan
kemampuan kemaritiman yang kuat.
• REVIEW ASPEK PENTING KELAUTAN DAN KEMARITIMAN
• IDENTIFIKASI TANTANGAN DAN PEUANG DALAM SETIAP ASPEK DI ATAS
BAGIAN I. PENDALAMAN
•RANCANG BANGUN MENUJU POROS MARITIM DUNIA
BAGIAN II. KERANGKA
MENUJU POROS MARITIM DUNIA
•LANGKAH MENUJU INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA
BAGIAN III. LANGKAH KE DEPAN
(THE WAY FORWARD)
Gambar 1. Kerangka Kerja Kajian
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 4
b. Kedua. Berbagai aspek pembangunan negara kepulauan, sebagaimana diuraikan
dalam misi ke 7 RPJP 2005-2015, merupakan “aset kuat” untuk disinergikan dan
didayagunakan untuk
menjadikan posisi geostrategis
Indonesia bisa diolah menjadi
kekuatan geoekonomi dan
geopolitik dan sebagai
“domain” menuju Poros
Maritim Dunia. Pemilihan
domain sebagai andalan ini
penting sekali, mengingat
beberapa negara lain yang lebih
dahulu menguasai aspek
kemaritiman dunia telah
memiliki “domain” yang
dijadikan sebagai andalan
(Kotak 2)).
c. Ketiga, apabila aset yang berpotensi menjadi domain tidak mampu kita
manfaatkan secara baik, maka akan timbul beban (liability) yang harus kita
tanggung ke depan, yang berupa: (i) Aset sumberdaya kelautan akan dieksploitasi
bangsa lain; (ii) Posisi geografis akan dimanfaatkan negara lain menjadi hub; (iii)
Indonesia akan menjadi negara “penonton”, penjaga lalu lintas ALKI tanpa
mendapat manfaat; malahan bisa mendapatkan polusi yang ditimbulkan dari
berbagai kegiatan tersebut.
d. Keempat, Dari sejarah masa kerajaan nusantara dan masa kolonial, nampak
bahwa untuk menjadi Poros Maritim bukan hanya berperan secara pasif
memanfaatkan posisi geografis, namun bagaimana mampu penggunaan seluruh
kekuatan bangsa dan negara Indonesia untuk (i) berkontribusi dalam peradaban
maritim dunia; (ii) berperan dalam global supply chain system (memiliki pangsa
/share yang cukup dominan, menjadi hub dalam suatu rantai’; dan (iii) berperan
dalam jaringan dan diplomasi dunia di bidang kelautan dan kemaritiman.
e. Kelima, Berkembangnya Geo-Ekonomi dan Geopolitik Dunia. Pusat ekonomi
dunia ke depan diperkirakan akan bergeser terutama dari kawasan Eropa-Amerika
ke kawasan Asia Pasifik. Kontribusi Pendapatan Domestik Bruto (PDB) negara
berkembang terhadap PDB Dunia pada tahun 2019 diperkirakan akan mencapai
43,8 persen; dimana pada tahun 2010 hanya sebesar 34,1 persen. Akibatnya,
aliran modal asing ke negara berkembang diperkirakan akan terus meningkat,
terutama ke negara berkembang di kawasan Asia dan Amerika Latin.
Sumber pertumbuhan akan bertumpu di negara berkembang, sehingga aliran
perdagangan di kawasan ini akan meningkat; tidak saja perdagangan barang
namun juga perdagangan jasa, seperti: jasa logistik dan distribusi, jasa
transportasi, jasa keuangan, dan lain-lain.
Kotak 2. Domain khusus untuk menjadi Poros
Maritim Dunia
1. Inggris (menguasai aspek keuangan dan
regulasi),
2. Amerika Serikat (menguasai secara militer
hampir seluruh Sea Lines of
Communications/SLOCs),
3. Korea Selatan (raksasa galangan kapal dunia),
4. Denmark (mengontrol 15% kapasitas kapal
kontainer global melalui Maersk Group)
5. Singapura dengan Port of Singapore Authority
(sebagai operator pelabuhan terbesar dunia).
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 5
Selain itu, berkembangnya regionalisasi perdagangan di dunia, seperti adanya
Regional Comprehensive Economic Partnership dan Trans-Pacific Partnership
dapat menjadi peluang baru, apabila Indonesia memperkuat diri dan
meningkatkan peran sebagai negara yang berada di titik persimpangan dua
samudera dan dua benua dan menjadi poros di tengah-tengah
perputaran/dinamika dunia.
4.2. Unsur Pembangun Poros Maritim Dunia
9. Aspek penting untuk dibangun agar dapat mewujudkan Poros Maritim Dunia. Berbagai aspek yang merupakan unsur-unsur pembangunan kelautan dan kemaritiman
dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar. Kelompok pertama adalah aspek
ekonomi kelautan dan kemaritiman yang menjadi aset andalan pengembangan dan
pembangunan Poros Maritim; Kelompok kedua, adalah aspek-aspek yang merupakan
komponen tata kelola, yang akan menentukan bagaimana aspek pertama tersebut dapat
dikelola dan dikembangkan arahnya untuk mewujudkan Poros Martim Dunia. Kedua
kelompok aspek tersebut, secara integratif penting untuk dikelola sebagai “domain”
Indonesia untuk menjadi Poros Maritim Dunia.
10. Kelompok aspek Ekonomi Kelautan dan Kemaritiman
a. Perikanan. Sumberdaya perikanan dan kelautan perlu dikelola agar tetap
menjadi kekayaan alam yang berlimpah di perairan Indonesia. Kekuatan armada
perikanan nasional, baik skala besar-menengah-kecil, perlu diperkuat setelah
keberhasilan penanganan illegal fishing. Perikanan budidaya memiliki potensi
besar, terutama budidaya laut dan payau yang perlu dimanfaatkan secara optimal,
dimana kontribusinya akan terus meningkat, sejalan dengan peningkatan
konsumsi ikan di dunia. Selanjutnya, terkait perbaikan pengelolaan perikanan
tangkap, dibutuhkan manajemen WPP yang lebih tapat, karena walaupun sudah
lama ada penetapan 11 WPP, namun belum dimanfaatkan sebagai alat untuk
pembangunan perwilayahan perikanan secara strategis. Dengan semakin
tingginya permintaan konsumsi ikan dunia maupun kebutuhan domestik, maka
peningkatan produktifitas dan produksi perikanan budidaya dan perikanan
tangkap menjadi penting.
b. Migas dan Mineral Laut. Pemanfaatan migas lepas pantai (offshore) dan
mineral dasar laut sebagai sumber energi merupakan potensi baru jasa kelautan
yang harus dikembangkan. Penguasaan bangsa Indonesia atas aset tersebut masih
rendah dan belum meratanya akses energi di seluruh wilayah Indonesia.
Eksplorasi dan eksploitasi mineral lepas pantai dan dasar laut perlu dilakukan
secara bertahap. Pengembangan kapasitas dalam negeri dalam menguasai usaha
Migas dan Mineral offshore (laut lepas) perlu ditingkatkan baik dari sisi
penguasaan teknologi, pengembangan SDM kemampuan permodalannya.
c. Transportasi laut dan industri maritim. Transportasi laut (tol laut) merupakan
aspek penting dalam poros maritim. Selama ini, dengan paradigma pembangunan
yang beorientasi daratan, maka laut diperlakukan sebagai pemisah daratan NKRI.
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 6
Sebagai akibatnya sistem transportasi laut banyak ketinggalan dibanding
pengembangan transportasi udara apalagi darat. Pembangunan kemaritiman
memberikan mandat bahwa laut menjadi penghubung pulau-pulau, sehingga
transportasi laut merupakan perekat dan unsur terpenting untuk pembangunan
Poros Maritim. Transportasi laut harus mampu menghubungkan antar pulau
secara efektif, sehingga pusat-pusat pertumbuhan baru di luar pulau Jawa akan
berkembang, sehingga mengurangi kesenjangan Jawa-luar Jawa. Pengembangan
transportasi laut ini perlu didukung dengan pembangunan industri maritim yang
mencakup pembangunan galangan kapal dan industri komponen kapal,
pembangunan pelabuhan dan industri pelayaran, yang harus dijalankan secara
simultan untuk terwujudnya konektivitas maritim.
d. Potensi Baru: Wisata Bahari, Biodiversity Laut dan Potensi Intangible
lainnya. Pantai dan pesisir Indonesia yang sangat panjang, banyak mengandung
kekayaan biodiversity pesisir dan laut yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Kekayaan bidodiversitas laut yang berada di daerah konervasi laut, sangat
potensial untuk wisata bahari. Pengembangan potensi wisata pulau-pulau kecil
dengan terumbu karangnya, sangat bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat
pesisir dan pulau-pulau kecil. Kekayaan bidodiversity laut juga berpotensi untuk
menjadi bahan pangan baru, bahan pemelihara kebugaran dan kosmetika, bahan
obat, dan bahan bioteknologi, serta menjadi pendapatan “hijau”. Potensi laut
lain untuk energi misalnya juga masih perlu terus dieksplorasi sehingga laut
benar-benar membawa manfaat kesejahteraan dan sumber pertumbuhan
perekonomian masyarakat dan negara.
e. Pulau Kecil terluar/terdepan. Indonesia
memiliki 92 pulau kecil terluar/terdepan, yang
selain penting untuk pengembangan potensi
baru, juga merupakan titik-titik terluar
strategis untuk titik luar pertahanan dan
keamanan nasional. Berbagai negara di dunia
saling memperebutkan pulau-pulau kecil yang
berlokasi di titik strategis di berbagai
samudera. Untuk itu, pulau kecil terluar di
Indonesia perlu dijadikan titik strategis untuk
persebaran kekuatan pertahanan dan
keamanan maritim, menegakan kedaulatan
negara sekaligus untuk mendukung dan
memperkuat pembangunan Indonesia
sebagai Poros Maritim Dunia.
11. Kelompok Aspek Tata kelola. Aset/kekayaan Kelautan dan Kemaritiman tidak
akan bermanfaat apabila tidak didukung oleh strategi pengelolaan yang tepat.
Beberapa aspek kemaritiman yang termasuk dalam kategori tata kelola adalah sebagai
berikut:
Gambar 2. Lokasi Pulau-pulau Kecil Strategis
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 7
a. Penataan Ruang Laut. Ruang laut yang terdiri dari permukaan laut, kolom laut
dan dasar laut, membutuhkan pengaturan yang tepat. Pemanfaatan ruang laut ke
depan akan semakin berkembang untuk berbagai kepentingan, diantaranya untuk
transportasi laut/pelayaran, perikanan tangkap, pembangunan sarana
prasarana/bangunan laut, peletakan kabel/pipa laut, dan alat navigasi laut.
Pengelolaan tata ruang dan zonasi pesisir diperlukan untuk sinergitas
pembangunan lintas sektor sekaligus mewujudkan pengelolaan yang
mensejahterakan masyarakat di daerah pesisir. Pemanfaatan ruang laut untuk
aktifitas dunia usaha perlu memperhatikan rentang kendali pengelolaan, dengan
memperhatikan adanya desentralisasi pembangunan, dengan tetap mengutamakan
dan menjaga kesatuan laut yang menjadi penyatu dan ciri Negara Kepulauan
Indonesia.
b. Pengaturan Alur Laut Kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia
dilintasi 3 alur ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) yang berfungsi sebagai
alur pelayaran laut dunia untuk transportasi logistik dan perdagangan, yaitu: (1)
ALKI I melintasi Laut Cina Selatan-Selat Karimata-Laut DKI-Selat Sunda; (2)
ALKI II melintasi Laut Sulawesi-Selat Makassar-Luatan Flores-Selat Lombok;
dan (3) ALKI III Melintasi Sumadera Pasifik-Selat Maluku, Laut Seram-Laut
Banda. Untuk menuju poros maritim, maka perkembangan ekonomi laut dan
maritim perlu ditingkatkan dan dilaksanakan dengan pemanfaatan ALKI
pelayaran internasional dan menjadikan Indonesia sebagai “hub” perekonomian
dunia. Selain itu, kota-kota perlintasan ALKI dapat dibangun menjadi kota bandar
internasional yang selaras dengan peran Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
c. Pengawasan Laut. Pengawasan
kegiatan pemanfaatan jasa kelautan,
termasuk lalu lintas di laut dilakukan
oleh banyak lembaga (Diantaranya
Kepolisian, TNI Angkatan Laut,
Kementerian Perikanan, Kementerian
Perhubungan, Kementerian
Keuangan/Bea Cukai). Dalam Bagan 1
memang sudah dibentuk lembaga
Bakamla untuk koordinasi berbagai
lembaga yang ada tersebut. Akan tetapi,
belum memiliki hubungan yang dominan
untuk menyelesaikan masalah di laut
dengan cepat, ketiadaan “single
authorities” selama ini menimbulkan
ekses adanya pemeriksaan oleh bebagai lembaga sehingga memperlambat
kelancaran pelaku usaha dan membuka peluang penyimpangan di laut. Dalam
Bagan 1 juga nampak bahwa masih adanya “grey area” antara pengawasan
militer untuk keperluan pertahanan keamanan, dengan pengawasan pelayaran
sipil. Untuk saat ini, koordinasi berbagai lembaga nampak mencukupi. Akan
tetapi, dengan semakin pentingnya kesatuan dan keterpaduan upaya pertahanan
dan keamanan NKRI untuk mendukung Poros Maritim; dan akan semakin
Bagan 1. Gambaran Sistem Pengawasan Laut
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 8
Gambar 3. Sumber Daya Pertahanan Keamanan dalam
Menjaga Kedaulatan Maritim NKRI
berkembangnya pelayaran sipil dan komersial di perairan Indonesia, maka perlu
ada pemisahan jelas antara fungsi pengawasan untuk pertahanan keamanan dan
menegakkan kedaulatan NKRI, dengan fungsi pengawasan untuk keamanan
pelayaran sipil.
d. Pertahanan dan Keamanan untuk Kedaulatan NKRI. Perkembangan
ekonomi kelautan dan
kemaritiman, perlu didukung
dengan sistem pertahanan dan
keamanan yang kuat dan tangguh
sehingga dapat menopang
pemanfaatan “domain” yang
dibangun menjadi kekuatan
strategis geoekonomi dan
geopolitik. Sistem pertahanan dan
keamanan integratif darat-udara-
laut perlu dibangun sesuai dengan
transformasi paradigma yang
berkonsentrasi. keseimbangan
darat-laut-udara yang tepat, perlu
dikembangkan baik personil, maupun peralatan pertahanan keamanan, untuk
menjaga kedulatan dan mempertahankan negara pada saat Indonesia nantinya
menjalankan perannya sebagai Poros Maritim Dunia.
e. Budaya Bahari, SDM dan Iptek Kelautan yang meliputi cara
pandang/paradigma dan budaya yang tercermin pada wujud konkrit seperti
perilaku dan kebiasaan/budaya bahari, penguasaan imu pengetahuan dan
teknologi, serta kapasitas sumberdaya manusia.
Cara pandang merupakan unsur terpenting dan perlu diinternalisasikan ke dalam
semua aspek pembangunan kelautan dan kemaritiman. Pemahaman dan aplikasi
budaya bahari perlu ditingkatkan. Hal ini mencakup pemahaman yang mendalam
akan peran laut sebagai sumber kesejahteraan bangsa sekaligus bagaimana peran
bangsa dalam memanfaatkan laut, hal ini disebut dengan ocean literacy, yang
mencakup aspek knowhow, know the facts and skill yang perlu dibangun kembali,
karena selama ini pembangunan sudah sangat berorientasi darat, sehingga
kebiasaan masyarakat, kemampuan sumberdaya manusia kelautan dan
kemaritiman juga relatif tertinggal. Untuk itu: (i) Kapasitas sumberdaya manusia
di berbagai bidang di atas perlu dikembangkan secara lengkap dan sinergi; (ii)
Generasi muda perlu diarahkan pandangannya, sehingga dapat menempatkan laut
sebagai titik sentral paradigma, perilaku dan langkah mereka; (iii) Kearifan lokal
perlu dihidupkan kembali, terutama yang mendukung dan menjadi aset budaya
maritim Indonesia, yang mungkin sangat berbeda dengan budaya maritim di
negara dan wilayah dunia lainnya.
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 9
Ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan dan kemaritiman perlu diperkuat dan
dikembangkan sejalan dengan pengembangan aspek-aspek ekonomi dan tata
kelola. Pusat keunggulan iptek (center of excellence) perlu disusun sesuai kondisi
kelautan dan kemaritiman dan ditempatkan pada posisi-posisi geografis yang
strategis sesuai kondisi wilayah NKRI. Penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi oleh bangsa Indonesia perlu ditingkatkan agar daya saingnya dapat
digunakan untuk mengembangkan inovasi teknologi kelautan dan kemaritiman
mendukung wujud Indonesia sebagai Poros Maritim. Penguasaan SDM dan Iptek
tidak hanya untuk kepentingan sebatas wilayah geografis negara kepulauan
Indonesia, namun juga ZEE dan bahkan wilayah laut internasional, dimana semua
negara memiliki hak kepentingan, untuk eksistensi di masa depan. Kolaborasi
seluruh komponen bangsa untuk menghasilkan SDM unggul dan iptek yang maju
sangat penting dilakukan dan dikelola agar dapat menghasilkan penguasaan
inovasi teknologi yang tangguh dan sejalan dengan kebutuhan eksplorasi dan
eksploitasi kekayaan kelautan dan kamaritiman Indonesia.
f. Kualitas dan Daya Dukung Lingkungan Laut. Seluruh aspek ekonomi
kelautan dan kemaritiman dan unsur-unsur tata kelola sebagaimana diuraikan di
atas, berada dalam satu wadah laut dan daratan Indonesia sebagai satu kesatuan.
Untuk itu kelestarian fungsi pesisir dan laut akan menjadi penentu pula eksistensi
dan keberlanjutan siklus ekosistem laut dan kemampuannya untuk menopang
ekonomi laut-darat yang akan dikembangkan menjadi “domain” Indonesia
sebagai poros Maritim. Tanpa pemeliharaan kualitas ekosistem di darat, perairan,
pesisir dan laut maka tidak akan ada keberlanjutan ekonomi kelautan dan
kemaritiman sebagai kekuatan menuju Poros Maritim dunia.
Pada saat ini, kualitas dan daya dukung laut masih menjadi prioritas rendah, dan
bahkan Indonesia masih memiliki laut yang memiliki sampah plastik yang tinggi
di dunia. Selanjutnya, beberapa lokasi perairan Indonesia juga memiliki tingkat
polusi tinggi, dan pesisir Indonesia mengalami kerusakan yang disebabkan abrasi
yang tinggi karena hilangnya hutan mangrove, namun juga tercemar sebagai
akibat dari masih banyaknya sungai yang menjadi tempat buangan berbagai
macam sampah dan polusi dari industri kecil dan besar di Indonesia.
4.3. Kerangka Pembangunan Menuju Poros Maritim Dunia
12. Pengembangan Poros Maritim perlu dengan jelas: (i) mensinergikan pengembangan
sektor-sektor kelautan dan kemaritiman sebagai aset yang menjadi andalan Indonesia
agar dapat menjadi poros maritim; (ii) bagaimana segenap aset dikelola agar dapat
dimanfaatkan secara optimal; (iii) bagaimana kesemuanya itu diwadahi oleh sistem
pertahanan dan keamanan sehingga menjadi kekuatan strategis dan dapat digunakan
untuk mewujudkan posisi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Pengelolaan secara
integrated terhadap aspek-aspek tersebut di atas, akan menjadi domain kuat Poros
Maritim, yang memerlukan dilakukannya 3 (tiga) Transformasi, yaitu: (1) Transformasi
Cara Pandang/ Paradigma; (2) Transformasi Ekonomi; dan (3) Transformasi
Kelembagaan.
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 10
13. Transformasi : Laut adalah unsur pengikat sehingga konektivitas laut agar dihidupkan;
laut dan air (sungai, danau) adalah aset penting yang harus dijaga keberlanjutannya,
ditempatkan di depan, dimanfaatkan secara seimbang dari aspek ekonomi dan
ekologisnya, sehingga tetap terjaga sampai generasi mendatang; pertahanan dan
keamanan baik darat, laut dan udara perlu bersatu menjaga kepentingan nasional dan
kedaulatan bangsa di wilayah NKRI. Cara memandang nilai laut ini perlu diinternalkan
kesemua aspek pembangunan kelautan dan kemaritiman, agar aspek-aspek penting
yang diuraikan di atas, dapat dibangun menjadi “domain” pembangunan menuju Poros
Maritim Dunia. Internalisasi paradigma ini berpengaruh pada perlunya transformasi
ekonomi, transformasi tata kelola yang di dalamnya termasuk penguasaan teknologi
dan transformasi kelembagaan yang meliputi lembaga dan pengaturan di bidang
hankam, hukum dan politik. Transformasi sistem pertahanan termasuk pentingnya
sistem pertahanan darat-laut-udara yang dapat mendukung mewujudkan Indonesia
sebagai Poros Maritim.
Rancang bangun dan pentingnya 3 (tiga) transformasi di atas memerlukan waktu untuk
melaksanakan dan mewujudkannya, sehingga diperlukan dukungan politik tidak hanya
Kepala Negara pada saat ini, namun juga Kepala Negara periode berikutnya.
Pembangunan Poros Maritim adalah visi perjuangan jangka panjang. Dengan demikian,
Bagan 2. Komponen Utama Transpormasi menuju Poros Maritim
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 11
pentahapan yang jelas menjadi sangat perlu agar setiap tahap pemerintahan dapat
melaksanakannya secara konsisten dan berkesinambungan.
4.4. Analisis: Roadmap Membangun Menuju Poros Maritim Dunia & Langkah
Memulai
4.4.1. Roadmap 14. Untuk dapat menyusun roadmap (peta jalan) diperlukan adanya visi pangka panjang
yang kuat, memiliki indikator yang jelas dan terukur, menguraikan target konkrit yang
ingin dicapai pada tahapan tertentu sebagai milestone (Gambar 4). Tahapan ini akan
menjadi koridor untuk memandu dan menjabarkan ke dalam langkah-langkah konkrit
guna mewujudkan target-target tersebut. Berikut ini beberapa tahap kondisi pada
tahun-tahun tertentu yang dikumpulkan dari analisis berbagai masukan yang diterima
dan dipertimbangkan pula masukan dari beberapa kajian lain (referensi) yang terkait.
Gambar 4. Roadmap Menuju Poros Maritim
a. Ukuran target pada tahun 2020 adalah PDB dari sektor kelautan dan perikanan
dapat mencapai sebesar 20% dari total PDB. Pada saat ini porsi PDB dari sektor
kelautan dan kemaritiman mencapai sebesar 11,8%1. Dengan pertimbangan bahwa
1 Perhitungan oleh Tim PKSPL IPB (2013) dengan data kegiatan ekonomi sektor kelautan dan perikanan yang masih
sangat terbatas di BPS, yang meliputi 12 sektor (perikanan tangkap laut, perikanan budidaya laut dan payau,
pertambangan minyak, gas dan panas bumi di pesisir dan laut atau lepas pantai, bijih timah bijih pasir besi dan garam
kasar dari laut, pengilangan minyak bumi offshore, industri pengolahan hasil perikanan laut dan payau, industri alat
2020
2030
2045 1. PDB Ekonomi kelautan dan
kemaritiman 20% dari PDB (11,8
pada tahun 2012)
2. Tol laut dan industri maritim
24 pelabuhan; 5 hub; 19
Feeder berfungsi penuh
Daya tampung pelabuhan
nasional sekitar 30 juta TEUS
(2012: 12 juta TEUS) 1. PDB Ekonomi kelautan dan kemaritiman
mencapai 25-30% dari PDB
2. Biaya logistik di wilayah Indonesia rata-
rata 1,25x Jakarta-Singapura (saat ini
7,5x)
3. Indonesia memiliki 1-2 Kota Bandar
Dunia
4. Riset Laut: kerjasama riset internasional
1x per tahun
5. Kesatuan sistem pertahanan nasional;
dan pemisahan pengawalan sipil dari
pengawasan militer
1. PDB Ekonomi kelautan dan
kemaritiman mencapai 35-40% dari
PDB
2. Biaya logistik di wilayah Indonesia
sama dengan Jakarta-Singapura
3. Perusahaan pelayaran nasional sudah
menguasai 100% pelayaran DN
4. Ekspedisi Laut lepas (high seas) dan
Antartika untuk eksplorasi hak
kepentingan
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 12
pada tahun 2020 semua 24 pelabuhan umum akan diselesaikan
dibangun/di”upgrade” di penghujung tahun 2019 (RPJMN 2015-2019), sehingga
akan terjadi peningkatan angkutan diantara wilayah Indonesia maupun antar pulau
yang meningkat. Peningkatan produktifitas diarahkan terjadi di Indonesia Bagian
Timur, baik karena didorong oleh adanya pelayaran laut yang akan mendorong
pertumbuhan di luar Jawa dan sebaliknya pelayaran dari Timur ke Barat akan
meningkatkan pula pemasaran dan pertumbuhan di luar pulau Jawa.
b. Ukuran target untuk tahun 2030, selain meningkatnya pelayaran laut yang
mendorong pertumbuhan di seluruh wilayah pulau Jawa, pengembangan ekonomi
baru baik dari wisata bahari maupun ekonomi biodiversity yang semakin
bertumbuh, bioteknologi laut yang mulai berkembang serta industri maritim
(industri kapal, jasa pelayaran dan jasa maritim lainnya), maupun dari pertumbuhan
ekonomi daerah yang juga semakin meningkat. Terkait dengan ini, sudah akan
berkembang Kota Bandar Dunia di Indonesia yang memanfaatkan jalur ALKI2.
Dengan berkembangnya pelayaran nasional, maka pemisahan pengawasan untuk
pelayaran sipil sudah dipisahkan dari pengawasan untuk pertahanan dan keamanan
yang dilaksanakan oleh TNI ABRI. Dalam kaitan dengan penguasaan teknologi
kelautan dan kemaritiman juga semakin berkembang, khususnya yang mendukung
daya saing produk ekonomi kelautan dan kemaritiman yang semakin produktif dan
kompetitif. Sehubungan dengan itu, untuk memulai penguasaan teknologi anak
bangsa terhadap samudra/laut internasinal, maka kolaborasi riset peneliti nasional
perlu dilakukan secara reguler (1 kali/tahun) bekerjasama dengan konsorsium
peneliti asing. Tujuan adalah untuk menjajagi bagaimana Indonesia akan
mengembangkan hak kepentingan atas samudera /laut lepas/ internasional.
Langkah ini penting, untuk memperluas eksplorasi wilayah laut untuk kepentingan
di masa mendatang. Ekspedisi laut lepas dan eksplorasi sumberdaya mineral di
dasar samudera akan menjadi salah satu “pertarungan” antar negara-negara besar
dalam kontek pemenuhan untuk kebutuhan industrinya ataupun kebutuhan sumber
pangan3
c. Ukuran target pada tahun 2045, PDB sektor kelautan dan perikanan akan
mencapai 35-40%. Pelayaran nasional sudah semakin efisien yang ditunjukkan oleh
biaya logistik dari Jakarta ke weluruh wilayah Indonesia secara rata-rata sudah
menyamai dengan Jakarta-Singapura. Selain itu, pelayaran nasional sudah 100
persen berasal dari dalam negeri, yang merupakan penerapan azas cabotage
sepenuhnya, yaitu pelayaran nasional dilakukan oleh bangsa Indonesia, perusahaan
pelayaran nasional dan kapal buatan Indonesia. Selain itu, pada peringatan
Kemerdekaan RI ke-100 (Satu Abad Kemerdekaan Indonesia) maka perlu untuk
menunjukkan kemampuan bangsa didalam eksplorasi kawasan-kawasan tertentu
angkut laut dan sungai, bangunan kelautan, angkutan air laut dan sungai, hotel dan restoran di pesisir, jasa wisata bahari,
dan jasa kelautan lainnya). 2 Batam dan Lombok Utara dapat digarap untuk dikembangkan sehingga berfungsi sebagai Kota Bandar Dunia (perkiraan
pada saat ini). 3 Kutub Utara (Arktik) sebagai wilayah internasional sudah banyak “dimiliki” terutama oleh Amerika, Kanada, Rusia dan
Cina. Negara-negara tersebut dan Negara Skandinavia sudah memiliki teritori pula di Kutub Selatan dengan
menggunakan hak kepentingan. Indonesia sudah saatnya menjajagi untuk eksplorasi hak ini pada tahun 2030.
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 13
yang penting bagi umat manusia, seperti daerah kutub misalnya. Untuk itu perlu
dilakukan eksplorasi laut lepas/samudra dan ekspedisi kutub selatan (Antartika),
untuk keperluan scientific, lingkungan laut dunia, eksplorasi mineral strategis dan
lainnya. Upaya ini sekaligus implementasi exercise hak kepentingan bangsa
Indonesia dan menunjukkan kesejajaran kemampuan dengan bangsa-bangsa lain di
dunia.
4.4.2. Rekomendasi - Langkah Untuk Memulainya
Dengan berbagai target kondisi yang diinginkan pada tahun 2020, 2030 dan 2045
tersebut di atas, maka perlu dipikirkan pula bagaimana memulainya pada saat ini. Sangat
benar bahwa semua langkah harus dijalankan secara paralel, namun ada beberapa aspek yang
merupakan prasyarat dan sampai saat ini memiliki tingkat kesiapan yang lebih dibanding
maju dibanding aspek yang lainnya. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penguatan pada
aspek Ekonomi Kelautan dan Perikanan yang merupakan “core” dan andalan, merupakan hal
yang paling penting untuk dimulai.
Selanjutnya adalah aspek-aspek yang menjadi landasan tata kelola dan “enabler”
terkelolanya Ekonomi Kelautan dan Perikanan menjadi “domain” Menuju Poros Maritim
Dunia. Kesemuanya itu kemudian perlu didukung dengan bangun kelembagaan yang dapat
memperkuat dan menumbuhkan aspek-aspek penting Poros Maritim Dunia; dengan
pembiayaan yang tepat dan Kerjasama Internasional yang mengutamakan kepentingan
nasional sehingga menjaga kedaulatan bangsa dan negara Indonesia (Bagan 3)
15. Pertama: Penyelesaian Wilayah untuk Penguatan “Klaim” Yurisdiksi dan Aset
yang Ada di Dalam Negara Kepulauan Indonesia.
Bagan 3. Kerangka Pelaksanaan untuk Memulai Membangun Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 14
a. Sampai saat ini masih kondisi pendataan batas laut Indonesia adalah: (1) Laut
teritorial yang belum diselesaikan sekitar 44 persen; (2) Batas Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE) masih menjadi pekerjaan rumah sekitar 54 persen; dan (3) Landas
kontinen belum dilakukan pada sekitar 70 persen wilayah. Sementara itu, dari 17
ribu pulau yang dimiliki, baru sebanyak 13.466 pulau yang sudah didaftarkan ke
PBB sebagai milik Indonesia.
b. Selanjutnya, dari perbatasan laut dengan 10 negara (India, Thailand, Malaysia,
Singapura, Vietnam, Phillipina, Palau, PNG, Australia dan Timor Leste; baru 19
(segmen) perjanjian batas yang sudah diselesaikan dengan 8 negara, secara penuh
maupun sebagian. Sementara itu, batas dengan Palau dan Timor Leste belum ada
sama sekali4.
c. Langkah: (i) Percepatan
penyelesaian pendataan batas
laut, koordinat pulau dan
penamaan pulau (toponimi) perlu
segera dilakukan oleh lembaga-
lembaga seperti: BPPT, LIPI,
DisHidros (TNI AL), Kemen
ESDM, Kemen Kelautan dan
Perikanan, Kemendagri serta
Badan Informasi Geospasial; (ii)
Pendaftaran (submission) klaim
yurisdikdi pulau-pulau ke PBB
oleh Kementerian Luar Negeri.
(Kotak 3). Peningkatan kegiatan
survey termasuk untuk
mengidentifikasi lokasi strategis
pulau-pulau kecil terdepan yang
selain berpotensi ekonomi, juga
sangat strategis untuk dijadikan
titik-titik luar pertahanan dan
keamanan Negara kepulauan
Indonesia (pada tingkat
minimum). Pemfungsian pulau
terluar sebagai pusat pertahanan
minimal akan sangat bermanfaat untuk menjaga kedaulatan negara dan mendukung
peran aktif negara pada waktu perlu “menjalankan” langkah aktif Indonesia sebagai
Poros Maritim Dunia.
16. Kedua: Konektivitas Laut. adalah Awal Pembangunan Menuju Poros Maritim
Dunia, namun Tidak Berdiri Sendiri Melainkan Perlu Didukung dan Berjalan
Selaras dengan Peningkatan Pertumbuhan Daerah.
4 Settling maritime boundaries, one looming priority, Jakarta Post, October 29, 2014
Kotak 3 Percepatan Pendataan Batas Laut dan
Pulau-pulau.
1. Langkah segera : Dalam tahun ini, diutamakan
optimalisasi pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki
oleh lembaga terkait, termasuk kapal, hari layar, dan
rencana penggunaa serta daerah mana yang akan
diteliti/disurvey (pembagian wilayah survey);
2. Langkah berikutnya: (a) Penambahan kapal,
peralatan survey dan awak serta mungkin perlu
dipertimbangkan membangun pangkalan bersama
kapal-kapal riset ini; (b) Perlu disusun Strategi dan
Program penyelesaian batas wilayah dan
pendaftaran pulau untuk memperkuat kedaulatan
yang dilakukan dengan menyelesaikan batas laut
teritorial, ZEE dan Landas Kontinen yang
aplikasinya nanti untuk keperluan perundingan;
3. Perlu dibentuk Gugus Tugas Riset dan Survey
Maritim Indonesia untuk batas laut dan aplikasi
tematik kelautan. Survey tematik yang dilakukan
untuk keperluan seperti informasi cuaca, data stock
ikan, data kandungan minyak dan mineral laut serta
eksplorasi potensi kelautan dan kemaritiman ke
depan, termasuk riset berkaitan dengan pemanfaatan
hak kepentingan di wilayah perairan/laut
internasional.
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 15
Bagan 4. Keterkaitan Konektifitas Laut dengan
Pembangunan Wilayah
Bagan 5. Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan
a. Konektivitas laut tidak dapat dilakukan sendiri, perlu didukung dengan
pembangunan daerah. Untuk itu, sampai dengan tahun 2019/2020 penting
diselesaikan: (i) Penyelesaian peningkatan pelabuhan hub (5) dan feeder (19 buah)
serta pelabuhan antar pulau sampai dengan tahun 2020; (ii) Peningkatan
pertumbuhan wilayah/daerah; membangun pusat-pusat pertumbuhan 15 KEK dan
14 Kawasan Industri. KEK dan Kawasan Industri diutamakan yang satu area,
misalnya: Pelabuhan Kuala Tanjung dengan Sei Mangke; Pelabuhan Bitung dengan
Kawasan Industri Bitung; (iii) keterkaitan pusat pertumbuhan dengan ekonomi
pedalaman (hinterland)/kegiatan ekonomi masyarakat luas, yang didukung dengan
dana APBN dan APBD. Pembangunan pelabuhan dan pusat pertumbuhan
diutamakan disebar ke luar pulau Jawa untuk meningkatkan pertumbuhan luar
pulau Jawa sehingga kesenjangan antar daerah dapat dikurangi.
b. Pada wilayah-wilayah tersebut pasokan listrik diutamakan ditingkatkan dengan
cara: (i) Percepatan pelayanan PLN di wilayah tersebut; (ii) Mengutamakam
investasi energi/listrik di Kawasan Industri
dan KEK; (iii) Pengembangan listrik
sumber terbarukan skala masyarakat,
sehingga layanan PLN dapat diarahkan ke
kawasan industri dan KEK; (iv) Agar
investasi dan pertumbuhan daerah berjalan
efektif, tata kelola Pemda juga perlu
ditingkatkan, baik kemampuan untuk
menarik investasi dengan penyederhaan
perijinan, memfasilitasi sumber
permodalan terutama untuk investasi
daerah/menengah kecil, untuk menjamin
bahwa pertumbuhan di KEK dan Kawasan
Industri akan terkait/terhubungkan dengan
ekonomi masyarakat.
c. Ke depan (beyond 2020), efisiensi konektivitas perlu ditingkatkan agar biaya
logistik dari Jakarta ke pelabuhan di seluruh Indonesia menjadi lebih rendah
dibanding biaya logistik Jakarta-Singapura, maupun Jakarta-Beijing, sehingga
aliran barang antar pulau akan lebih meningkat dibanding dengan aliran barang dari
luar negeri.
17. Ketiga: Penguatan dan Pengembangan Ekonomi Kelautan dan Kemaritiman
sebagai Core Pertumbuhan
a. Perikanan Berkelanjutan, adalah
keseimbangan antara pemanfaatan
sesuai daya tumbuh (total allowable
catch), pelestarian dan pemeliharaan
daya dukung laut, serta pertumbuhan
industri perikanan nasional. Beberapa
langkah yang perlu dilakukan:
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 16
Gambar 5. Destinasi Pariwisata Bahari
Melanjutkan penanganan IUU fishing;
Peningkatan produksi perikanan laut: armada perikanan nasional dan perikanan
rakyat, serta mariculture dengan memanfaatkan perairan pesisir Indonesia yang
terpanjang di dunia.
Pengaturan ruang laut dan zonasi dan manajemen WPP (yang saat ini belum
optimal pengelolaannya).
Pembentukan Lembaga Pengelola di 11 (sebelas) WPP dinilai menjadi sangat
penting karena berkaitan dengan berbagai hal, diantaranya (i) Pengelolaan WPP
yang lebih efektif supaya kegiatan penangkapan ikan di setiap WPP mengadopsi
prinsip perikanan berkelanjutan; (ii) Menjaga kesehatan laut di WPP yang sangat
penting untuk kesuburan laut serta ketersediaan stok ikan dan biodiversity yang
sangat potensial untuk sumber ekonomi baru (seperti, wisata bahari, ekonomi
biodiversity dan bioteknologi laut); (iii) Penegakan aturan penangkapan ikan di
lapangan, yang selama ini dilakukan di Pusat, agar dapat dilakukan di tingkat
daerah, sehingga kerjasama dengan nelayan lokal dan pengguna laut lainnya dapat
dilakukan secara serasi. Dengan demikian, kesejahteraan nelayan dan masyarakat
setempat dapat lebih diutamakan.
b. Pariwisata Bahari, sebagai potensi
baru yang belum dimanfaatkan
secara optimal. Pada saat ini
wisata laut sudah mulai
berkembang, namun kualitas
pengelolaannya masih relatif
rendah. Pengelolaan wisata bahari
yang berkualitas untuk wisatawan
kelas menengah ke bawah memang
dikelola oleh masyarakat umum dan
warga setempat. Namun
pengelolaannya seadanya, sehingga
seringkali merusak kualitas
destinasi wisata. Pemda sangat
perlu terlibat lebih jauh untuk meningkatkan pengelolaan wisata bahari di daerah,
diantaranya mencakup : (i) Perlu dukungan prasarana jalan dan sarana angkutan
sampai ke lokasi wisata, serta layanan dasar lain seperti air bersih, toilets, tempat
pembuangan/pengolahan limbah; (ii) Penguatan peran jasa wisata yang terdiri dari
travel biro, pemandu wisata untuk menguasai pengetahuan tentang destinasi wisata,
nilai-nilai lokal, sejarah setempat dan nilai-nilai positif budaya masyarakat
setempat; (iii) Dukungan fasilitas pendukung jasa akomodasi di kota terdekat.
Fasilitas yang nyaman akan mendorong wisatawan akan tinggal lebih lama untuk
menikmati budaya lokal dan sehingga industri kreatif setempat dapat memanfaatkan
wisata sebagai pasar/pangsa baru.
Pengelolaan kepemilikan asing di sektor wisata. Perlu dipikirkan pengaruh
meningkatnya penguasaan asing pada destinasi wisata yang bernilai tinggi dan
layanan wisata berkualitas prima. Pengaturan jenis wisata ini “hampir” belum ada
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 17
dan sehingga terjadi “pengkamplingan” lokasi (spot) wisata bagus oleh kelompok
ini, yang biasanya mereka memperoleh hak dengan proses yang tidak transparan
(memanfaatkan masyarakt lokal), sehingga manfaat untuk masyarakat setempat dan
Pemda tidak ada sama sekali. Pola kerjasama dengan investor asing di sektor
wisata ini perlu dikaji dan ditinjau kembali, namun kemampuan pelaku sektor
wisata yang dapat memenuhi standar dan melayani wisatawan kelas atas sangat
penting untuk dikembangkan. Dengan demikian, pengembangan wisata bahari akan
sejalan dengan arah pengembangan Poros Maritim yaitu meningkatkan kedaulatan
dalam mengelola aset nasional agar menjadi kekuatan yang dapat dimainkan
sebagai kekuatan untuk geoekonomi dan geopolitik di dunia internasional.
c. Jasa kelautan dan Industri Maritim sangat penting dikembangkan untuk mengisi
peningkatan permintaan akibat berkembangnya transportasi laut (tol laut). Dalam
kaitan ini, penguasaan industri perkapalan nasional sangat penting, tidak hanya
pembuatan kapal, namun juga segera dapat dikembangkan adalah jasa “perawatan
dan reparasi” kapal. Keahlian masyarakat Indonesia di berbagai wilayah harus
dapat segera dikelola untuk menjadi tenaga “perawatan dan reparasi” dan
“perusahaan perawatan dan reparasi perkapalan”. Selanjutnya, dalam tingkatan
yang lebih tinggi lagi adalah pengembangan industri pembuatan kapal dengan
industri pendukungnya, seperti industri baja, industri komponen, industri bahan
baku kayu, desain kapal dan lainnya.
Jasa kelautan, berupa perusahaan pelayaran dan industri pendukung transportasi
laut/pelayaran juga penting untuk dikembangkan. Sampai saat ini, perusahaan
pelayaran nasional yang beroperasi di perairan internasional hanya 1 (satu)
perusahaan5. Dengan wilayah laut seluas 70% wilayah negara, didukung budaya
dan potensi dasar pembuatan kapal, merupakan bekal untuk men-standarkan
perusahaan pelayaran nasional dan meningkatkan agar memenuhi standar
internasional. Dukungan untuk pengembangan industri maritim baik berupa
dukungan teknis, fasilitasi pembiayaan maupun pengembangan teknologi dan
pendidikan sumberdaya manusia di bidang ini penting sekali untuk dibangun.
Perkembangan pasar global, baik melalui kerjasama regional maupun internasional
perlu dimanfaatkan bagi Indonesia, yang memiliki dasar sejarah budaya maritim.
Azas cabotage. Untuk itu, sudah saat disepakati penerapan azas cabotage secara
bertahap sesuai Undang-Undang No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. Selama ini arah
pengembangan industri maritim belum disepakati, khususnya dikaitkan dengan
penerapan azas cabotage ini. Penerapan azas cabotage secara utuh akan
berimplikasi kepada bagaimana kesiapan dan kemandirian industri dalam negeri
dalam hal produksi kapal dan komponen kapal misalnya. Penerapan azas cabotage
secara bertahap, sesuai dengan kemampuan dan pengembangan industri maritim
nasional perlu disusun dan disepakati bersama.
18. Keempat: Peningkatan Penguasaan Teknologi Kelautan dan Kemaritiman. Penguasaan teknologi kelautan dan perikanan meliputi kemampuan SDM;
5 Perusahaan Samudera adalah satu-satunya perusahaan yang terdaftar dalam Marine Transportation, 2015.
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 18
pengembangan iptek dan penerapannya, sangat penting untuk peningkatan daya saing
dan produktifitas.
a. Sumberdaya Manusia. Pengembangan sumberdaya manusia penting dilakuan
melalui: (i) Pendidikan formal yang menghasilkan SDM dengan standar kompetensi
dan sertifikasi, di bidang industri perikanan, industri maritim dan industri lain di
bidang kelautan dan perikanan; (ii) Pengembangan akreditasi berbagai lembaga
pendidikan dan pelatihan di bidang kelautan dan perikanan, untuk mendukung
peningkatan daya saing SDM dan daya saing usaha; (iii) Peningkatan kompetensi
tenaga kerja dan pelaku usaha di bidang kelautan dan perikanan melalui
pengembangan community college6 sesuai dengan kondisi dan potensi usaha lokal.
Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan kompetensi/keahlian tenaga kerja dan
usaha lokal, sehingga meningkatkan daysa saing usaha lokal yang ada dan
memperluas penyerapan tenaga kerja setempat.
b. Pengembangan Iptek Kelautan dan Kemaritiman.
Pengembangan iptek kelautan dan kemaritiman perlu difasilitasi dengan
pembentukan center of excellence di bidang kelautan dan kemaritiman agar
kemampuan yang ada terkumpul dan dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan
masyarakat dan dikembangkan secara terstruktur. Dengan demikian, iptek tidak
hanya berkembang pada tataran penelitian/riset namun sampai kepada
penguasaannya untuk sektor produksi. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
sangat penting untuk pengembangan ekonomi kelautan dan kemaritiman, sehingga
perlu disusun mekanisme dan dukungan yang memungkinkan terlaksananya
kerjasama pelaksanaan penelitian/riset dengan calon pengembang/swasta. Dengan
demikian hasil penelitian/riset akan menghasilkan inovasi baru dan paten yang
dikembangkan oleh swasta.
19. Kelima: Peran Serta Masyarakat dan Kearifan Lokal. 60% penduduk Indonesia
berdiam di wilayah pesisir, sehingga keberadaan dan peran mereka sangat besar dalam
pelaksanaan langkah-langkah tersebut di atas, Beberapa langkah yang perlu dilakukan
untuk pelibatan masyarakat adalah:
a. Pemeliharaan kearifan lokal. Diberbagai wilayah Indonesia, berkembang
berbagai kearifan lokal, tidak hanya dalam pembuatan kapal, namun juga dalam
pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan. Kearifan lokal ini perlu
dihidupkan dan dikaitkan dengan berbagai pola pengelolaan berkelanjutan, karena
banyak kearifan lokal yang semula berdasarkan logika budaya, ternyata sangat
selaras dengan prinsip pengelolaan berkelanjutan. Peran perguruan tinggi setempat
untuk membantu Pemda menghidupkan kearifan lokal dalam praktek sehari-hari
dan mengembangkannya sesuai kaidah “modern” sangat penting ditingkatkan.
6 Pengembangan community college selain diarahkan untuk peningkatan kompetensi dan keterampilan teknis, namun pelajar yang sekaligus
sudah menjadi pelaku usaha dapat meningkatkan komptensi akademik dan standar kualitas usahanya sekaligus. Langkah ini penting agar
investasi baru di daerah dan pengembangan ekonmi did aerah dapat menyerap tenaga kerja lokal dan dilakukan oleh usaha local, sehingga mengurangi kebocoran (ekonomi) daerah. Sumber: Pengalaman IPB membina Community College di Kabupaten Lembata.
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 19
b. Peran serta masyarakat. Penguasaan kearifan lokal dan keberadaan masyarakat
di wilayah pesisir merupakan aset untuk peningkatan usaha ekonomi kelautan dan
perikanan. Peran masyarakat dan penerapan kearifan lokal juga penting diterapkan
dalam pengelolaan WPP, termasuk menjaga kualitas lingkungan laut dari perilaku
yang mencemari sungai, merusak ekosistem pesisir dan laut (seperti pengeboman
ikan, penangkapan ikan pada masa-masa ikan berbiak, penambangan terumbu
karang, dan sebagainya).
20. Keenam: Pengawasan dan Dukungan Kelembagaan yang Efisien dan Kuat
a. Pengawasan Perikanan dan Pelayaran Umum/Sipil dan Pengawasan
Kedaulatan NKRI
Pengawasan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap adalah memantau bahwa
penangkapan ikan dilakukan sesuai ijin dan memenuhi kaidah keberlanjutan
(sustainable catch). Informasi dari pemantauan kapal perikanan melalui
Monitoring, Controlling, and Surveillance (MCS) penting diketahui dan digunakan
untuk pengawasan di lapangan, terutama untuk secara konsisten melakukan
pemberantasan illegal fishing. Dengan demikian, perlu ada sistem terpadu di
tingkat pengelolaan WPP di regional dan Pusat.
Selanjutnya, sistem pemantauan untuk pelayaran umum, juga perlu dilakukan
untuk mematuhi ketentuan yang ada di International Maritime Organization
(IMO). Hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan navigasi serta
compliance/kepatuhan terhadap peraturan pelayaran yang ada. BAKAMLA
sebagai lembaga yang menjalankan mandat pengawasan laut sesuai UU Kelautan,
masih perlu diperkuat sebagai lembaga yang memiliki otoritas “terpadu” untuk
penindakan penyimpangan/ pelanggaran di laut sebagaimana diinginkan oleh
pelaku usaha.
Selanjutnya, untuk kepentingan pertahanan keamanan, perlu disusun sistem
pertahanan keamanan terpadu darat-laut dan udara. Dalam konteks ini, maka
memerlukan suatu perangkat (tool) yang dapat mengintegrasikan “national security
system” di laut, terutama untuk menindak pelaku pelanggaran kedaulatan negara.
Dalam kaitan ini, pemilihan pulau-pulau terluar yang memiliki posisi strategis
sebagai titik pertahanan luar penting untuk dikembangkan.
b. Kelembagaan Pengelolaan Poros Maritim
Penataan tata kerja kelembagaan pada tataran pemerintahan, dalam jangka pendek,
memerlukan “modifikasi” yang tepat untuk mendukung perwujudan Indonesia
sebagai Poros Maritim Dunia. Lingkup pembangunan poros maritim melibatkan
K/L yang ada di hampir semua Kementerian Koordinator.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional yang memeiliki fungsi koordinasi perencanaan berbagai
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 20
Gambar 6. Kerangka Alur Kelembagaan Pembangunan Kemaritiman Nasional
Gambar 7. Lima Pilar Poros Maritim dengan Berbagai Aspek Pendukungnya
sektor, tepat untuk berperan sebagai koordinator perencanaan yang bersifat holistik,
integrated dan tematik. Sementara Kemenko Kemaritiman berperan dalam
koordinasi eksekusi/pelaksanaan program-program kemaritiman, bekerjasama
dengan Menko lainnya. Skema kerangka kerja dan struktur kelembagaan yang
lebih efektif untuk mengatur pembangunan kemaritiman ke depan disajikan dalam
Gambar 6 dibawah ini:
21. Penutup dan Kesimpulan
Selanjutnya sebagai penutup dan kesimpulan, berikut adalah hubungan antara
pembangunan aspek-aspek yang penting dikelola sebagai “domain” pembangunan Poros
Maritim yang perlu dikembangkan secara holistik dan terpadu sehingga Indonesia mampu
mencapai visi besar sebagai Poros Maritim Dunia sebagaimana arahan Presiden yang
tercermin dalam 5 (lima) pilar Poros Maritim, yaitu: (i) Membangun budaya maritim
Indonesia; (ii) Menjaga laut dan sumberdaya laut; (iii) Membangun infrastruktur dan
konektivitas maritim; (iv) Diplomasi maritim dan (v) Membangun kekuatan pertahanan
maritim. Keterkaitan antara Pilar Poros Maritim dengan aspek kajian digambarkan sebagai
berikut :
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 21
Pembangunan Indonesia menuju Poros Maritim Dunia merupakan langkah strategis
yang berdimensi jangka panjang, untuk itu diperlukan konsistensi kebijakan seluruh
komponen negara, untuk mewujudkan visi membangun Indonesia menjadi Poros Maritim
Dunia.
Selanjutnya, walaupun dalam Prakarsa Strategis ini telah diuraikan pemahaman yang
menyeluruh tentang Konsep Poros Maritim, termasuk pentahapan pencapaiannya, namun
kajian ini masih memiliki keterbatasan diantaranya: (i) Perlunya pendalaman langkah
memulai, termasuk menyusun langkah konkrit dan pelaksanaan secara holistik dan terpadu
sampai pada lokus yang dipilih, terutama untuk pelaksanaan target sampai dengan tahun
2020; (ii) Perhitungan tingkat target/sasaran di dalam roadmap masih berupa perkiraan
“kasar” dan belum berdasarkan model, karena keterbatasan waktu dan ketersediaan data
kelautan dan kemaritiman yang tersedia.
Beberapa langkah lanjutan kajian yang diperlukan adalah: (i). Penyusunan data
ekonomi kelautan dan maritim sehingga proyeksi dalam roadmap dapat disusun berdasarkan
model; (ii) Penyusunan rencana detil setiap langkah yang perlu dimulai dan rencana
sinerginya secara holistik dan terpadu; (iii). Melakukan pentahapan pelaksanaan
pembangunan Indonesia sebagai poros maritim dunia, yaitu diawali dengan penguatan
konektifitas laut dan pengembangan ekonomi daerah/lokal, terutama di wilayah Indonesia
bagian timur, sehingga kesenjangan antar wilayah dapat dikurangi. Dengan demikian,
pembangunan konektivitas/tol laut akan mengurangi kesenjangan dan pada gilirannya akan
semakin memperkuat ekonomi kelautan dan kemaritiman Indonesia, sehingga dapat menjadi
poros maritim dunia.
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 22
DAFTAR PUSTAKA
Andaya, Leonard Y. Leaves of the Saame Tree Trade and Ethnicity in the Straits of Malaka.
Singapore NUS Press, 2010.
Andi, I.M. 2007. Batas Maritim Antar Negara. Jogjakarta. UGM Press. Andi, I.M. 2007. Border
Studies. Diakses tanggal 4 Juli 2015 pukul 12.45 dari http://www.maritime limits.htm.
Anshoriy N. & Arbaningsih, D, 2008. Negara Maritim Nusantara : Jejak yang Terhapus,Yogyakarta:
Tiara Wacana.
Arsana, I Made Andi. (2010), Batas Maritim Di Selat Singapura. Yogyakarta, Gadjah Mada
University Press.
Bappenas. 2014. Backgroud Data Rancangan Teknokratis RPJMN 2015-2019 Bidang Kelautan dan
Perikanan. Jakarta
Bakrie, C. R. (2010, Juli 09). Indonesia Maritime Institute. Diakses November 23, 2015, dari Negara
Visi Maritim: http://indomaritimeinstitute.org/2010/07/negara-visi-maritim/
BNPP, Sekretariat Tetap (2011), Pembangunan Basis Data Wilayah Perbatasan Laut Berbasis Arc-
GIS. PT Ajisaka Destar Utama, Jakarta
BNPP, Sekretariat Tetap (2012), Kajian Penetapan dan Penegasan Batas Negara RI Singapura. PT
Ajisaka Destar Utama, Jakarta
BNPP, Sekretariat Tetap (2012), Survey, Investigasi dan Pemeliharaan Titik Referensi dan Titik
Dasar Garis Pangkal Batas RI-Singapura. PT Ajisaka Destar Utama, Jakarta
Budiardjo, M. (2013). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Burger, D.H. 1980. Sejarah sosiologis-ekonomis Indonesia. Jakarta: Prajnyaparamita.
Burhanuddin, Safri, dkk. 2003.Sejarah Maritim Indonesia: Menelusuri Jiwa Bahari (Indonesia dalam
Proses Integrasi Bangsa (Sejak Jaman Prasejarah hingga Abad XVII ), (e-book), Pusat Riset
Wilayah Laut dan Sumberdaya Non-Hayati Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen
Kelautan dan Perikanan.
Dahuri, Rokhmin dan Jacob Rais. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Djunarsjah, E. 2004. Hukum Laut. Bandung. ITB
Djunarsjah, Eka. (2007), Aspek Teknik Hukum Laut. Diktat Kuliah, Penerbit ITB, Bandung.
Guan, John. 1997. Keahlian Pelaut dan Ilmu Pelayaran. Bandung : Tarsito
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 23
International Hydrographic Bureau . 1993. A Manual on Technical Aspects of the United Convention
on the Law of the Sea. Special Publication No.51, 3rd edition. Monaco.
International Hydrographic Bureau . 2006. A Manual on Technical Aspects of the United Convention
on the Law of the Sea. Special Publication No.51, 4th edition. Monaco.
Jujun, S. &. (1995). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: 1995.
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. 2015. Media Informasi WIRA: Kebijakan Pertahanan
Negara Tahun 2015. Jakarta: Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.
Koentjaraningrat. 1969. Rintangan-rintangan Mental dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia.
Jakarta: PT. Gramedia.
Lapian, A.B. Sejarah Nusantara Sejarah Bahari. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tidak Tetap Fakultas
Sastra Universitas Indonesia 1992.
Lapian, Adrian B. Pelayaran dan Perniagaan Nusantara abad ke-16 dan 17. Jakarta : Komunitas
Bambu. 2008.
Liebner, Horst. "Perahu-Perahu Tradisional Nusantara: Suatu Tinjauan Sejarah Perkapalan dan
Pelayaran” dalam Edi Sedyawati ed. Eksplorasi Sumberdaya Budaya Maritim. Departemen
Kelautan dan Perikanan Rl, 2005.
Lowe,V., Carleton, C., dan Ward, C. 2002. In the Matter of East Timor’s Maritime Boundaries
Opinion. Diakses tanggal 2 Juli 2015. Pukul 16.48 dari
http://www.petrotimor.com/lglop.html.
M.C. Ricklefs. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Makmur Keliat, 2009. Keamanan Maritim dan Implikasi Kebijakannya Bagi Indonesia, Jurnal Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik. Jakarta: Fisip Universitas Indonesia.
Muhammad Sehol, Dr. Dkk, 2010. Penguatan Kedaulatan Indonesia Sebagai Negara Maritim.
Yogyakarta: Kapas Gama.
Muhhamad As Hikam, 2013. Menyongsong 2014-2019, Memperkuat Indonesia Dalam Dunia Yang
Berubah. Jakarta: Rumah Buku.
Muhhamad As Hikam. 1996. Demokrasi dan Civil Society. Jakarta: LP3ES
Negara Kesatuan Republik Indonesia. (2008). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37
Tahun 2008 Tentang Daftar Koordinat Geografis Titik – Titik Garis Pangkal Kepulauan
Indonesia
Niemeyer, Hendrik E. "A Sea of Histories, a History of the Seas: on Interview with Adrian B. Lapian"
dalam Itinerario, volume xxviii (2004) number 1 Leiden Grafaria, 2004: 7-15.
Oppenheimer, Stephen, Eden in The East The Drowned Continent of Southeast Asia. London; Orion
House, 2001.
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 24
Pramono, Djoko. Budaya Bahari. Jakarta: Gramedia Pustaka. 2004.
Pujiastuti, Fusy. 2009. Aspek Geodetik Dalam Penarikan Batas Wilayah Laut Daerah (Studi Kasus :
Perairan Selat Madura). Laporan Tugas Akhir. Surabaya. ITS.
Purworahardjo, Umaryono. 2000. Hitung dan Proyeksi Geodesi. Bandung. Jurusan teknik Geodesi
FTSP – ITB.
Rasjid, Abdul, Restu Gunawan. Makassar Sebagai Kota Maritim. Jakarta: CV.Putra Prima, 2000.
Reid, Anthony, South Asia in the Age of Commerce, Vol. I The Lands Below the Wind, New Haven,
Yale University Press, 1988.
Reid, Anthony, Southeast Asia in the Age Commerce 1450-1680. Yale University Press. 1993.
Rusdiansyah, Tony. Kekuasaan, Sejarah, & Tindakan Sebuah kajian Tentang Lanskap Budaya.
Jakarta, Rajagrafindo. 2009.
Saifuddin, Achmad Fedyani, Integrasi Sosial Golongan Miskin di Perkotaan: Kajian Kasus di
Jakarta. Jurnal Antropologi Indonesia Vol. 29, No.3, 2005.
Schofield,C. 2003. Maritime Zones and Jurisdiction. Proceeding of the 2003 ABLOS Tutorials &
Conference “Addressing Difficult Issues in UNCLOS” 28 – 30 Oktober. International
Hydrographic Bureau. Monaco. Diakses tanggal 3 Juli 2015 pukul 13.07 dari
http://www.gmat.unsw.edu.au /ablos/ABLOS03Folder/SESSION3.PDF
Setiawan, E. (t.thn.). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dipetik Desember 23, 2013, dari
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) web site: http://kbbi.web.id/maritim
Settling Maritime Boundaries, One Looming Priority. Jakarta Post, October 29, 2014
Soedarto, Gatot. Sun Tzu Seni Perang Modern di Mandala Lautan. Jakarta: Aksara Karunia. 2003.
Sondakh, B. K., 2010. Sejarah Maritim Indonesia: Meretas Sejarah Menegakkan Martabat. Jakarta:
Tiara Wacana.
Southon, Michael, The Navel of The Perahu Meaning and Values in the Maritime Trading Economi of
a Butonese Village. Publication of The Department of Anthropology ANU, Canberra 1995.
Stocke, D. M. (2010). Teori dan Metode dalam Ilmu Politik . Bandung: Nusamedia.
Suprayitno, Bambang.2012. Privatisasi Jalan Tol Sebagai Solusi Dalam Mempercepat Terwujudnya
Infrastruktur Jalan Tol Yang Memadai Di Indonesia Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarata
The Geographer (1974), Jarak Titik-Titik Batas Ke Titik Dasar Indonesia Dan Singapura
The Geographer (1974), Koordinat Geodetik Titik Batas Teritorial Indonesia – Singapura Pada
Segmen Tengah
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 25
Tim Pengajar WSBM Universitas Hasanuddin. 2012. Himpunan Materi Kuliah Wawasan Sosial
Budaya Maritim. Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
United Nations. 1982. United Nations Convention on the Law of the Sea. Diakses tanggal 21
November 2010 pukul 14.05 dari http://id.wikisource.org/wiki/Halaman:Unclos_e.djvu/ .
Wikipedia, 2010. RDTL. Diakses tanggal 21 November 2010 pukul 13.15 dari http://RDTL -
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm .
Vansina, Jan. Oral Traditions as History. The University of Wisconsin Press 1985.
Waadward, Kathryn. (ed) Identity and Difference. The Open University. Walton, 1999
Wafren, James F., Iranun and Balangingi. Globalization, Maritime Raiding and The Birth of Ethnicity.
Singapore, Singapore University Press, 2001.
Wertheim, W.F. 1959. Indonesian Society in Transition. 2nd rev., ed.,The Hague and Bandung.
Zacot, Francois R. Orang Bajo: Suku Pengembara Laut. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer
Gramedia). 2002.
Zuhdi, Susanto, Didik Pradjoko dan Agus Setiawan, "Diaspora Orang Buton Sebagai Faktor
Integrasi Bangsa", Laporan Penelitian Hibah Riset Strategis Nasional, kepada DRPM-Ul.
2009.
Zuhdi, Susanto, Sejarah Buton yang Terabaikan Labu Rope Labu Wana. Jakarta, Penerbit
Rajagrafindo: 2010.
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 26
DAFTAR NARASUMBER DALAM FGD
No
AGENDA KEGIATAN
NAMA NARASUMBER KETERANGAN
FGD I Pengembangan Industri Maritim
(25 Februari 2016)
Prof. Daniel M.Rosyid Institut Sepuluh November Surabaya
Tri Achmadi, Ph.D Institut Sepuluh November Surabaya
M. Firmansyah Arifin PT. PAL
Prof. Senator Nur Bahagia Institut Teknologi Bandung
Taryono Kodiran Institut Pertanian Bogor
Supriyanto INSA (Indonesian National Shipowners’ Association)
Yogi Prianto KADIN Pusat
FGD II Tata Ruang Laut (12 Juni 2015)
Dr. Gellwynn Jusuf Dirjen Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan
Ir. Hartono, M.Sc Direktur Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan
Aria Indra Purnama, ST, MUM Kasubdit Kebijakan dan Strategis Nasional, Kementeriang Agraria dan Tata Ruang
Ir. M. Tohir, M.Si Kasubdit Pengembangan Pelabuhan, Kementerian Perhubungan
Dr. Nurwadjedi, M.Sc Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik, Badan Informasi Geospasial
Dr. Ir. Subandono Diposaptono, M.Eng
Direktur Tata Ruang Laut, Kementerian kelautan dan Perikanan
Ir. Andi Oetomo, M.Pi KK. P2PK - Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan - ITB
FGD III Jati Diri Maritim (25 Juni 2015)
Sulaiman Syarif Plt. Asisten Deputi I Bidang Hukum dan Perjanjian Kemaritiman, Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman
Mayjend M. Nakir Direktur Kebijakan Strategi, Kementerian Pertahanan
S. Alina Tampubolon Direktur Pengawasan Sumber Daya Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan
Dr. Dedi Sutisna Sekjen Dewan Kelautan Indonesia
Ringkasan Prakarsa Strategis Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Kelautan
Menuju Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim 2015
Halaman | 27
No AGENDA
KEGIATAN NAMA NARASUMBER KETERANGAN
FGD IV Pengembangan Budaya Maritim
(2 Juli 2015)
Dr. Safri Burhanudin Deputi Bidang SDM dan IPTEK, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
Prof. Dr. Indra Jaya Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB
Dr. Ir. Santoso, M.Phil Kepala Pusat Pelatihan, BPSDMKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan
Andika Fajar Asdep SDM dan IPTEK, Kemenristek dan Dikti
Dr. Budhi M. Suyitno Sekjen AIPI
Drs. Masyhuri Imron, M.Si Peneliti Utama, LIPI
FGD V Brainstroming Penyusunan
Definisi dan Konsep Pembangunan Poros
Maritim (7 Agustus 2015)
Prof. Indra Jaya Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB
Prof. Tridoyo Kusumastanto Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB
Prof. Bonar P Pasaribu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB
Dr. Luky Adrianto Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB
FGD VI Regional Manado (10 Agustus 2015)
Ir. Royke O.Roring, M.Si Kepala Bappeda Provinsi Sulawesi Utara
Prof. Dr. Alex Retraubun Pakar Kelautan
Prof. Dr. Rene Charles Kepel Guru Besar FPIK Universitas Samratulangi
Prof. Jamaludin Jompa Dekan FPIK Universitas Hasanudin Makassar
Ir. Ronald T.H Sorongan, M.Si Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara
Prof. Dr. Grevo Gerung Dekan FPIK Universitas Samratulangi
FGD VII Regional Banda Aceh
(31 Agustus 2015)
Prof. Muchlisin, Z.A Pembantu Dekan I FKP, Universitas Syaih Kuala Banda Aceh
Dr. Husaini Ibrahim Dosen FPIK Sejarah dan Kepala Pusat Penelitian Ilmu Sosial dan Budaya
Dr. Iskhaq Iskandar Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Universitas Sriwijaya Palembang
Prof. Rifardi Guru Besar FPIK Universitas Riau
Dr. Indra Z Ketua Prodi Magister Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Terpadu, Universitas Syiah Kuala Banda
Aceh
Syamsudin Daud Panglima Laot Aceh
FGD VIII Tantangan dan Strategi Pembangunan Sistem Logistik Ikan Nasional (17 September 2015)
Dr. Riza Damanik KNTI / LSM
Dr. Ir. Slamet Soebjakto, M.Si Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan
M. Nadjikh CEO PT. Kelola Mina Laut
Ir. R. Nilanto Perbowo, M.Sc Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk, Kementerian Kelautan dan Perikanan
Ir. Sadullah Muhdi, MBA Sesditjen PSDP, Kementerian Kelautan dan Perikanan