1-1 2pusat pengembangan pengelolaan limbah radioaktif

14
Prosiding Seminar Nasional ke-9 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasili!qs Nuklir Jakarta, 20 Agustus 2003 ISSN: 0854 - 2910 ANALISIS RISIKO PADA FASILITAS PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF D. T. Sony T\ Djarot SulistioW.B2,Andi S Ekariansyah1 IPusat Pengembangan TeknologiKeselamatanNuklir (P2TKN)- BATAN 2Pusat Pengembangan PengelolaanLimbah Radioaktif (P2PLR)- BATAN 7 \1-1 ABSTRAK ANALISIS RISIKO PADA FASILITAS PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF. Metoda PSA telah lama diterapkan pada reaktor nuklir baik reaktor daya atau reaktor riset. Sesuai dengan rekomendasi lAEA, PSA juga dapat digunakan pada fasilitas nuklir non reaktor. Pada makalah ini metoda PSA diterapkan pada fasilitas pengelolaan limbah radioaktif Tujuan dari metoda ini adalah menentukan fisiko yaitu merupakan kombinasi antara kebolehjadian clan konsekuensi. Dalam kasus ini, sebagai konsekuensi adalah pelepasan bahan radioaktif, pelepasan bahan kimia clan paparan radiasi lebih dari normal. Analisis dilakukan melalui 2 tahap yaitu tahap pertama menentukan kejadian awal clan tahap kedua membuat model sekuensi kecelakaan. Analisis dilakukan untuk 5 kelompok kejadian awal. Frekuensi kejadian awal ditentukan berdasarkan kondisi fasilitas clan data dari NUREG. Sebagai data keandalan komponen digunakan data dari lAEA-TECDOC-478 clan NUREG. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa kebolehjadian konsekuensi antara 10-10per tahun sampai dengan 10-5per tahun. Fasilitas pengelolaan limbah radioaktif cukup allan karena mempunyai kebolehjadian konsekuensi cukup kecil. Kata Kunci : PSA, fasilitaspengelolaanlimbahradioak:'tif,fisiko, kejadian awal.. ABSTRACT RISK ANALYSIS FOR THE RADIOACTIVE WASTE MANAGEMENT FACILITY. Method of PSA has been applied to nuclear reactor for power reactor or research reactor. As IAEA recommendation, PSA could be used on non~reactor nuclear facility. In this paper, PSA method has been applied for the radioactive waste management facility. Purpose of this method is to determine the risk that is combination of probability and consequence. In these cases, discharge of radioactive material and chemical substance and overexpo.sureare as consequence. Analysis is carried out by two stages, firstly It determines initiating event and secondly, it makes accident sequence modeling. Analysis has been done for 5 group of initiating events. Initiating event frequency is adopted from facility condition and NUREG data. As component reliability data is used from data of IAEA-TECDOC-478 and NUREG. Result of analysis, probability of consequence is about 10-10per year to 10-5per year. The radioactive waste management facility is safe enough because probability of consequence is very small. Kevwords: PSA, radioactive waste managementfacility, risk, initiating event. I 173

Upload: others

Post on 18-Nov-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Prosiding Seminar Nasional ke-9 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasili!qs NuklirJakarta, 20 Agustus 2003 ISSN: 0854 -2910

ANALISIS RISIKO PADA FASILITAS PENGELOLAAN LIMBAH

RADIOAKTIF

D. T. SonyT\ Djarot SulistioW.B2,Andi S Ekariansyah1

IPusat Pengembangan TeknologiKeselamatanNuklir (P2TKN)- BATAN

2Pusat Pengembangan PengelolaanLimbah Radioaktif (P2PLR)- BATAN7 \1-1

ABSTRAKANALISIS RISIKO PADA FASILITAS PENGELOLAAN LIMBAHRADIOAKTIF. Metoda PSA telah lama diterapkan pada reaktor nuklir baik reaktordaya atau reaktor riset. Sesuai dengan rekomendasi lAEA, PSA juga dapat digunakanpada fasilitas nuklir non reaktor. Pada makalah ini metoda PSA diterapkan pada fasilitaspengelolaan limbah radioaktif Tujuan dari metoda ini adalah menentukan fisiko yaitumerupakan kombinasi antara kebolehjadian clan konsekuensi. Dalam kasus ini, sebagaikonsekuensi adalah pelepasan bahan radioaktif, pelepasan bahan kimia clan paparanradiasi lebih dari normal. Analisis dilakukan melalui 2 tahap yaitu tahap pertamamenentukan kejadian awal clan tahap kedua membuat model sekuensi kecelakaan.Analisis dilakukan untuk 5 kelompok kejadian awal. Frekuensi kejadian awalditentukan berdasarkan kondisi fasilitas clandata dari NUREG. Sebagai data keandalankomponen digunakan data dari lAEA-TECDOC-478 clan NUREG. Dari hasil analisismenunjukkan bahwa kebolehjadian konsekuensi antara 10-10per tahun sampai dengan10-5per tahun. Fasilitas pengelolaan limbah radioaktif cukup allan karena mempunyaikebolehjadian konsekuensi cukup kecil.

Kata Kunci : PSA, fasilitaspengelolaanlimbahradioak:'tif,fisiko, kejadian awal..

ABSTRACTRISK ANALYSIS FOR THE RADIOACTIVE WASTE MANAGEMENT FACILITY.Method of PSA has been applied to nuclear reactor for power reactor or researchreactor. As IAEA recommendation, PSA could be used on non~reactor nuclear facility.In this paper, PSA method has been applied for the radioactive waste managementfacility. Purpose of this method is to determine the risk that is combination ofprobability and consequence. In these cases, discharge of radioactive material andchemical substance and overexpo.sureare as consequence. Analysis is carried out bytwo stages, firstly It determines initiating event and secondly, it makes accidentsequence modeling. Analysis has been done for 5 group of initiating events. Initiatingevent frequency is adopted from facility condition and NUREG data. As componentreliability data is used from data of IAEA-TECDOC-478 and NUREG. Result ofanalysis, probability of consequence is about 10-10per year to 10-5per year. Theradioactive waste management facility is safe enough because probability ofconsequence is very small.

Kevwords: PSA, radioactive waste managementfacility, risk, initiating event.

I

173

Ii

Prosiding Seminar Nasional ke-9 Teknologi don Keselamatan PLTN Serlo Fasilitas NuklirJakarta, 20 Agustus 2003 ISSN: 0854 -2910

PENDAHULUAN

Suatu fasilitas nuklir pacta umumnya didisain dengan tingkat keselamatan yang

tinggi, sehingga diharapkan selama beroperasi tidak mempunyai fisiko terhadap

lingkungan clan pekerja. Tingkatan fisiko setiap fasilitas nuklir akan berbeda, tergantung

dari proses yang terjadi clan source term yang tersimpan dalam fasilitas. Salah sarti

acuan untuk mengetahui tingkat keselamatan pacta instalasi nuklir adalah dengan

mengetahui fisiko yang ditimbulkan ipstalasi tersebut.

Penentuan fisiko rnempakan kombinasi antara kebolehjadian dan k<?nsekuensi.

Metoda ini banyak dilakukan untuk reaktor riser maupun reaktor daya clan dikenal

dengan metoda PSA (Probabilistic Safety Assessment). Berdasarkan rekomendasi

lAEA, metoda tersebut agar juga diterapkan untuk fasilitas nuklir bukan reaktor (non-

reactor nuclear facilities) [1], hal ini disebabkan walaupun konsekuensinya lebih

rendah tetapi terdapat 2 jenis potensi bahaya bagi pekerja' fasilitas maupun ke

lingkungan. Potensi bahaya pertama berhubungan dengan pelepasan bahan radioaktif,

sedangkan potensi bahaya kedua berhubungan dengan bahaya non nuklir yang pacta

umumnya dalam analisis fisiko di reaktor nuklir kurang diperhitungkan. Potensi bahaya

kedua dapat berupa pelepasan gas beracun, pelepasan material dapat bakar (flammable

materia!), pelepasan energi clan reaksi suatu z~ kimia dengan zat lain~ng

menimbulkandek yang lebih besar (reaktivitas) [2].

Hasil analisis fisiko pacta instalasi nuklir ini, disamping untuk mengetahui fisiko

yang mungkin terjadi, juga dapat digunakan sebagai masukan dalam manajemen

kecelakaan (accident management), clandisain ulang (redesignjasiltas).

Dalam makalah ini akan dilakukan analisis fisiko untuk fasilitas pengelolaan

limbah radioaktif secara probabilistik, sehingga dapat diketahui tingkat keselamatan

fasilitas tersebut.

TEOR!

Metoda PSA Pada Fasilitas Nuklir Non Reaktor (non-reactor nuclear facility)

Untuk menentukan fisiko pacta fasilitas pengelolaan limbah radioaktif maka

dilakukan 4 lahar sebagai berikut : identifikasi somber pelepasan radioaktif/paparan

radiasi clan penimbul kecelakaan (accident initiator), model skenario kecelakaan,

pengkajian data clanestimasi parameter, clankuantifikasi skenario [3].

Tujuan dari lahar pertama adalah untuk mengidentif!kasi somber potensi

pelepasan radioaktif daD paparan radiasi termasuk kejadian awal (initiating events) yang1'7,1

Prosiding Seminar Nasional ke-9 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas NuklirJakarta, 20 Agustus 2003 ISSN.. 0854 - 291 tr

dapat memberikan pelepasan atau paparan. Dengan cara yang sarna dilakukan juga

untuk bahaya non radiologis (non nuklir). Dalam tahap ini juga dilakukan identifikasi

potensi kecelakaan clanlangkah-Iangkahkeselamatan dalam fasilitas.

Tahap kedua adalah tahap model skenario kecelakaan. Tahap ini dilakukan

dengan analisis logika sekuensi kecelakaan yaitu merupakan kombinasi antara kejadian

awal clan kegagalan sistem proses atau sistem keselamatan. Selanjutnya dilakukan

perhitungan konsekuensi, yaitu menentukan pengaruh kecelakaan yang berupa pengaruh

setiap material yang dilepaskan ke lingkungan clanpeker}a, termasuk pengaruh paparan

langsung dari sumter radioaktif setelah kecelakaan.

Dalam tahap ketiga yaitu pengkajian data clan estimasi parameter dilakukan

pengumpulan kuantifikasi frekuensi clan model konsekuensi yang telah disusun dalam

tahap sebelumnya. Untuk estimasi frekuensi, parameter yang ditentukan dibedakan atas

3 hal yaitu : frekuensi kejadian awal, ketidaktersediaan komponen clan sistem, clan

kebolehjadian kesalahan manusia.

Tahap terakhir merupkan kuantifikasi skenario yaitu melakukan kombinasi

antara tahap kedua dengan data yang telah dikembangkan dalam tahap ketiga. Hasil dari

tahap ini adalah frekuensi dari sekuensi kecelakaan termasuk perkiraan pote"rlsi

_konsekuensiY&TIgmungkin diterima pekerja/ma-syarakatatau ke lingkunganc

Keempat tahap tersebut tidak harus dilakukan berurutan, tetapi beberapa tahap

dapat dilakukan dalam waktu yang bersamaan atau secara praktis dapat juga dilakukan

dengan 2 lahar.

Diskripsi PI'osesLimbah yang telah sampai pada instalasi pada umumnya dipisahkan atas jenis

yaitu : cair, semi cair clan padat, seperti terlihat dalam Gambar 1 [4,5]. Limbah cair non

korosif (:::;;10-2Ci/m3) diproses secara evaporasi untuk mereduksi volume, sedangkan

limbah cair korosif yaitu yang banyak mengandung fluor perlu dilakukan proses kimia

dalam fasilitas chemical treatment. Limbah cair organik direduksi dengan cara

insenerasi, sedangkan limbah aktivitas tinggi disimpan pada fasilitas penyimpanan

sementara limbah aktivitas tinggi. Hasil reduksi dari limbah cair setelah dilakukan

sementasi disimpan dalam tempat penyimpanan sementara. Limbah semi cair misalnya

resin bekas, setelah dilakukan sementasi kemudian dikungkung dalam teton 950 L clan

disimpan dalam tempat penyimpanan sementara.

175

"

Prosiding Seminar Nasional ke-9 Teknologi don Keselamatan PLTN Serlo Fasilitas NlIklirJakarta,20Agustus2003 ISSN.. 0854- 2910

Limbah padat dibedakan atas 4 jenis yaitu : termampatkan, tak termampatkan

clan tak terbakar, terbakar, clan aktivitas tinggi. Untuk yang dapat dimampatkan sebelum

dilakukan sementasi peflu direduksi dengan kompaktor (berkekuatan 600 kN),

sedangkan yang tidak termampatkan clan aktivitas tinggi diluruhkan sebelum disimpan

dalam penyimpan sementara. Limbah padat yang dapat terbakar direduksi dengan

insenerasisebelum disementasi.

Diagram blok sistem evaporator seperti ditunjukkan dalam Gambar 2. Limbah

cair masuk ke dalam tangki evaporator yang dilengkapi dengan tangki tranquilization

clankeloID pemisah uap'~Tangki tranquilization mempunyai fungsi untuk memisahkan

fase cair clanoar, sedangkan keloIDpemisah bertujuan 'untuk memisahkan cairan yang

masih terbawa oleh oar. Konsentrat yang merupakan hasil evaporasi dari "tangki

tranquilization dialirkan dalam penampung untuk selanjutnya dilakukan proses/

sementasi, sedangkan sebagian cairan masuk kembali dalam tangki evaporator. Cairan

yang dipisahkan kolom pemisah dialirkan pada tangki penyimpan limbah, sedangkan

uapnya dikondensasikan pada kondensor yang selanjutnya didinginkan clan ditampung

dalam tangki destiiasi. Komponen dalam sistem evaporator antara lain: penukar panas

(single-pass vertical tubular exchanger), keloIDpemisah (counter-current scrubbing on

exchange plates), kondensor (single-pass horizontal), pendingin (V-tube horisonial).

Komponen penunjangnya antara lain: tangki, katup, pipa penghubung, pompa, baffle

plate, resin.

Proses insenerasi seperti terlihat dalam Gambar 3, insenerator pada prinsipnya

merupakan 2 ruang pembakaran yang mempunyai laju pembakaran untuk limbah padat

adalah 50 kg/jam clan limbah cair 20 kg/jam. Gas hasil pembakaran yang keluar dari

ruang pembakar mempunyai temperatur sekitar 8500 C sehingga perlu didinginkan

menggunakan udara ( dilution fan) clan diharapkan temperatur turun menjadi sekitar

1800 C. Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan bag filter clan disaring kembali

menggunakan Hepa filter. Hasil insenerasi (abu) dilakukan proses sementasi, sedangkan

gas yang yang keluar dari Hepa filter dengan suhu 1800 C dialirkan pada keloID

pencucian karena bersifat asam. Pada keloID ini dilakukan netralisasi dengan larutan

soda clanpendinginan sehingga suhunya menjadi 500 C. Untuk menghindari kondensasi

pada exhaust fan clan cerobong dilakukan pemanasan ulang, setelah berdasarkan hasil

monitor gas dianggap aktivitasnya rendah dilepas ke lingkungan melalui cerobong.

Komponen dari insenerator terdiri atas : tungku pembakar, tangki, katup, pompa, filter,

fan, venturi washer, kolom netralisasi, koil pemanas, penukar panas clan lain-Iainn~a.

""fr

Prosidingjieminar Nasional ke-9 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas NuklirJakarta, 20Agustus 2003 ISSN: 0854 -2910

Metoda Analisis Dalam Studi Kasus

Analisis fisiko pada studi ini dilakukan dengan menentukan kemungkinan

kejadian awal yang terjadi pada instalasi pengelolaan limbah radioaktif. Untuk

menyederhanakan analisis dilakukan pengelompokkan kejadian awal yaitu suatu

kejadian awal yang mempunyai tindakan atau sistem mitigasi yang sarna dianggap

sebagai satu kejadian awal sejenis. Frekuensi kejadian awal terkelompok merupakan

jumlah dari gabungan kejadian awal penyusunnya. Selanju!nya dilakukan penyusunan

skenario kecelakaan dengan logika pohon kejadian (event tree)

Frekuensi kejadian awal ditentukan berdasarkan data generik atau penyusunan

logika pohon kegagalan (fault tree), demikian juga dengan kebolehjadian gagal sistem

atau tindakan mitgasi dalam skenario kecelakaan.

Data yang digunakan dalam perhitungan berdasarkan data keandalan komponen

untuk PSA [7] clan studi dari NUREG[8]. Perhitungan dilakukan dengan perangkatlunak SAPHlRE ver. 6.76

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan diskripsi sistem clanproses yang terjadi,.dalaminstalasi pengelolaan

limbah, maka dapat ditentukan kelompok kejadian awal seperti terlihat dalam Tabel 1.

Kelompok kejadian awal pelepasan bahan radioaktif selama proses merupakan

gabungan dari kegagalan proses evaporator all-n inseneraior~ Skenario kejadian awal

tersebut seperti terlihat dalam Gambar 4. Dalam skenario ini terdiri atas 4 tindakan atau

sistem mitigasi yaitu : sistem gas buang peralatan ( sistem penahan pertama dinamis ),

alarm radiasi berfungsi, operator/pekerja melakukan tindakan pencegahan clan sistem

ventilasi mangan. Dalam skenario ini, pelepasan bahan radioaktif terjadi pada 2

sekuensi. Sekuensi pertama bila sistem gas buang peralatan gagal, operator/pekerja

tidak mampu melakukan tindakan pencegahan setelah kejadian awal clan sistem

ventilasi gaga!. Sekuensi kedua terjadi bila sistem gas buang peralatan gagal, alarm

radiasi tidak berfungsi clansistem ventilasi gaga!.

Kejadian awal kebakaran diasumsikan bahwa kebakaran yang terjadi dalam

gedung merembet pada daerah yang terdapat bahan radioaktif (zona 3 clan 4). Pacta

kondisi ini terdapat 4 tindakan atau sistem mitigasi yaitu : alarm kebakaran clan sistem

pemadam berfungsi, indikator lain bila alarm tidak berfungsi, kemampuan sistem,

bertahan untuk mengatasi kebakaran clan tindakan operator atau pekerja untuk

177

Prosiding Seminar Nasional ke-9 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas NuklirJakarta, 20 Agustus 2003 . ISSN.. 0854 - 2910

memadamkan secara manual, seperti terlihat dalam Gambar 5. Facia skenario ini kondisi

pelepasan bahan radioaktif terdiri atas 3 sekuensi, sekuensi pertama terjadi hila sistem

tidak mampu bertahan selama kebakaran clan operator tidak mampu memadamkan

dengan peralatan yang ada. Sekuensi kedua identik dengan sekuensi pertama, tetapi

alarm kebakaran juga tidak berfungsi. Sekuensi ketiga terjadi hila alarm kebakaran clan

indikator kebakaran lain gaga!.

Tabell. Kejadian Awal Fasilitas Pengelolaan Limbah Radioaktif

"K~ ~ i~ I: ~. ~it IE': H;:;, Ii;;i;rillIIil~IIilIIIIIIIIIIJ IIII~ 1111:II ~ilillill!?:::.1. Kegagalan proses evaporator Pelepasan bahan radioaktif karena

proses abnormal

2. Kegagalan proses insenerator

Pelepasan bahan radioaktif karena

proses abnormal

Pelepasan bahan kimia

3. Kebakaran internal Xebakaran

4. Kebocoran di tangki Pelepasan bahan radioaktif karena.~

kegagalan penampung/cask

5. Kegagalan cask karena tekanan lebih Pelepasan bahan radioaktif karena-..

kegagalan penampung/cask

6. Kegagalan cask selama transportasi Pelepasan bahan radioaktif karen~

kegagalan penampung/cask

7. Jatuhnya beban dari crane ke cask/drum Pelepasan bahan radioaktif karena

kegagalan penampung/cask

8. Hilangnya fungsi perisai ( shielding) Paparan lebih

9.. Kegagalan cask Paparan lebih

10.Kebocoran penYlmpan bahan kimia IPelepasan bahan kimia

proses

Kelompok kejadian awal pelepasan bahan radioaktif merupakan kelompok dari

kejadian awal kebocoran di tangki, kegagalan cask karena tekanan, lebih clan

178

Prosiding Seminar Nasional ke-9 Teknologi don Keselamatan PLTN Serlo Fasilitas NuklirJakarta, 20 Agustus 2003 ISSN.. 0854 - 2910

transportasi clan jatuhnya beban dari crane. Tindakan atau sistem yang memitigasi

kejadian awal ini adalah : sistem gas huang peralatan, alarm radiasi, operator/pekerja

melakukan tindakan pencegahan, clan sistem ventilasi ruangan, dengan skenario

kecelakaan seperti terlihat dalam Gambar 6. Konsekuensi terjadi berdasarkan 2 sekuensi

yaitu sekuensi pertama terjadi hila sistem gas huang peralatan gagal, operator/pekerja

tidak mampu melalukan tindakan pencegahan clan sistem ventilasi gaga!. Sekuensi

kedua terjadi hila sistem gas huang peralatan gagal, alarm radiasi tidak berfungsi clan

sistem ventilasi gaga!.

Kejadian awal hilangnya fungsi perisai clan kegagalan cask dikelompokan

sebagai kejadian awal paparan melebihi batas normal, dengan tindakan atau sistem

mitigasi terdiri atas : alarm radiasi, operator/pekerja melakukan tindakan pencegahan

clan sistem ventilasi ruangan, seperti terlihat dalam Gambar 7. Konsekuensi paparan

berlebih disebabkan oleh 2 sekuensi, sekuensi pertama terjadi hila operator/pekerja

tidak mampu melakukan pencegahan clan sistem ventilasi ruangan gaga!. Sekuensi

kedua terjadi hila alarm radiasi tidak berfungsi clan sistem ventilasi ruangan gaga!.

Kejadian awal kebocoran penyimpanan bahan kimia proses adalah lepasnya

bahan HNO3 clanNaOH yang mempunyai dampak timbulnyakeracunan clankebakaran../

Kejadian awal i,ni identik jug

i

a untuk kejadian awal peIepasa~ bahan kimia kare~kegagalan dalam proses insene asi. Sistem mitigasi yang mengikuti keJadian awal ini

adalah : sistem gas huang, op rator/pekerja melakukan tindakan clan sistem ventilasi,

dengan logika pabon kejadian sFperti terlihat dalom Gambar 8. Konsekuensi pelepasanbahan kimia terjadi hila 2 sek~ensi yang diasumsikan terjadi yaitu sekuensi pertama

pada saat operator/pekerja tidrk mampu melakukan tindakan clan sistem ventilasi

ruangan gaga!. Sekuensi kedua terjadi identik dengan sekuensi pertama tetapi didahului

dengan gagalnya sistem gas bua

tg.

Berdasarkan pohon kej dian yang tersusun dengan mengelompokkan jenis

konsekuensi sejenis clan menghi ling frekuensi masing-masing kelompok kejadian awal

clan kegagalan sistem mitigasil atau tindakan operator/pekerja, maka hasil secarakeseluruhan dapat dilihat dalam

Dari tabel tersebut dapa~ ditentukan bahwa kebolehjadian total untuk pelepasan

bahan radioaktif adalah sekitar 2,2 x 10-5 per tahun, clan kondisi kemungkinanpaparan

berlebih dari kondisi normal seb~sar 3,6 x 10-8per tahun. Untuk pelepasan bahan kimia

mempunyai peluang sebesar l,~ x 10-10per tahun. Bila melihat harga-hargai~rs~but

menunjukkan bahwa instalasi

179

aman, walaupun peluang timbulnya pelepasan

I'

Prosiding Seminar Nasional ke-9 Teknologi don Keselamatan PLTN Serta Fasilitas NuklirJakarta, 20 Agustus 2003 ISSN: 0854 -2910

bahan radioaktif mempunyai orde sekitar 10-5. Angka ini merupakan gabungan 7

sekuensi yang mempunyai orde antara 10-5sampai dengan 10-11.

Tabel2. Kebolehjadian Konsekuensi

..~5 44 X 10-1 2,2 x 10-,1. Pelepasan bahan

radioaktif karena

proses abnormal

2. Kebakaran 3 X 10-3 2, 1 X 10-8

3. Pelepasan bahan

radioaktif karena

2,6 X 10-4 1, 1 X 10-08

kegagalan

penampung/cask

4. PaparaDJebih 2,0 X 10-5 3 6*-10-8,

5. Pelepasan Bahan

Kimia

4,8 x 10-4 1,5 X 10-10

Pelepasan Bahan

Radioaktif

PelepasanBahan

Radioaktif

PelepasanBahan

Radioaktif

Paparan Berlebih

PelepasanBahan

Kimia

Dengan kecilnya kebolehjadian dari konsekuensi yang timbul, menunjukkan

bahwa sistem keselamatan atau sistem mitigasi/tindakanyang ada dalam instalasi sudah

mampu untuk mengatasi kemungkinan kejadian awal internal. lAEA sampai saat ini

belum mempunyai batasan mengenai kebolehjadian untuk fasilitas nuklir non reaktor,

tetapi sebagai perbandingan dapat dilihat bahwa untuk reaktor nuklir kebolehjadian

teras me1eleh< 10-5per tahun.

Untuk analisis lebih lanjut fisiko ledakan dapat ditentukan berdasarkan

kegagalan dalam proses insenerator yang disebabkan kesalahan dalam seleksi pemilihan

bahan yang akan diinsenerasi, walapun kebolehjadian konsekuensi ini sangat kecil.

Dalam fasilitas nuklir non reaktor ( pada PSA ) banyak kondisi yang ditentukan

oleh kecepatan respon dari operator/pekerja untuk mengatasi kondisi transien atau

insiden yang timbul, hal ini tidak seperti-pada reaktor nuklir dimana banyak parameter

operasi yang dimonitor secara otomatis (safety related system). Maka dari itu untuk180

Prosiding Seminar Nasional ke-9 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas NuklirJakarta, 20 Agustus 2003 ISSN.. 0854 -2910

ketelitian dalam analisis ini, perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai respon dari

operator terhadap kondisi insiden atau transien. Hal ini disebabkan kesalahan operator

terdiri atas 3 hat yaitu kurang/tidak mengerti atas kelainan atau indikasi dari

penYlmpangan parameter operasi, mengetahui adanya penyimpangan tetapi tidak

mengetahui cara mengatasinya clan yang ketiga mengetahui adanya penyimpangan clan

mengatasinya tetapi tindakan yangdiambil terlambat. Oleh sebab itu pemahaman akan

budaya keselamatan perlu ditingkatakan pacta fasilitas nuklir non-reaktor. Demikian

juga analisis ini perlu dilakukan secara terns n:enerus ( living PSA ), kare~a I?erubahan

disain atau ke1nampuanoperator yang berub;:thjuga akan mempengaruhihasil analisis.

KESIMPULAN

Risiko pacta fasilitas pengelolaan limbah radioaktif telah dapat ditentukan. Dari

basil analisis dapat ditentukan sebagai konsekuensi adalah pelepasan bahan radioaktif,

pelepasan bahan kimia clanpaparan lebih dengan kebolehjadiannya adalah 2,2 x 10-5per

tahun, 1,5 x 10-10per tahun clan3,6 x 10-8per tahun. Berdasarkan nilai kebolehjadian

untuk setiap konsekuensi yang sangat kecil, maka fasilitas limbah radioaktif adalah

cukup aman.

DAFTAR PUSTAKA

1. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY (IAEA), Procedures for

Conducting Probabilistic Safety Assessment (PSA) for Non-Reactor Nuclear

Facilities, IAEA-TECDOC-1267, Vienna, 2002.

2. WilliamF. Kenney, Process Risk Management System, VCH Publishers, Inc, 1993.

3. D. T. Sony T. dkk, PSA PactaFasilitas Pengelolaan Limbah Radioaktif: Penentuan

Kejadian Awal clan Keandalan Sistem, Prosiding Presentasi Ilmiah Teknologi

Keselamatan Nuklir VII, Serpong 14 Pebruari, 2002.

4. P2PLR - BATAN, System Notes for Liquid Waste Processing by Evaporation,

,Serpong,2000.

5. P2PLR - BATAN, Logic Diagrams for Liquid Waste Treatment by Evaporation,

Serpong 2000.

6. PTPLR - BATAN, System Notes for Unit Insenerator, Serpong, 1999.

7. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY (IAEA), Component

Reliability Data for Use in Probability Safety Assessment, IAEA-TECDOC-478,

Vienna, 1989.

8. Technical Study of Spent Fuel Pool Accident Risk at Decommissioning Nuclear

Power Plant, NUREG-1738, October 2000.

181

Prosiding Seminar Nasional ke-9 Teknologi clanKeselamatan PLTN Serra Fasilitas NuklirJakarta, 20Agustus 2003 ISSN.. 0854 - 2910

182

..:=~

..Qe.-<~

~.-<......~~0.-<"'0~~

'.

...

--

..

J.'..~

U-=~.Qe~

r--+

l

;..'e=.u's~rn

I

-~"'0~

~

~Non

Korosif--.. Evaporasi

Korosif ChemicalTreatment

~ PelarutOrganik

h

.... AktivitasTinggi

H-

..Insenerasi

..Tcrmam-patkan

...

--"oJ Kompaksi

Tak Ter~ Mampat1 "'1 kan & Tak

Tcrbakar I

~-=~.Qe~

~I . Terhakar

Aktivitas

~. Tinggi

....

......

--..

'..r;f)~-CQJ

eQJ

rJ'J.

I::e'::

..c=

=';..='-Q)

~~

Gambar 1. Diagram Peng.elotaan Limbah Radioaktif [4,5]

,

...

e'::;..e'::...I::Q)eQ)

ifJ.

I::e'::I::e'::~e, ...>.I::Q)

~

-..

....I:: CDe':: e':: bJ)I:: . I::e':: .......~.sE-ce I:: ~~ e'::>. ~,~I:: Q) ;;..Q)ifJ.....

~ ~<

, I U.>lU"'1',,)~flIIIIU" /VU.>lIJIIUI,,~-y I e",wwgl aan l\.e.l'eWrtlalWI I'Ll IV ,)erta l'aSlIIlaS Nllkllr

Jakarta, 20 Agllstlls 200] IS,\'N.. OS54 - 2910

Gambar 2. Diagram Pengolahan Limbah Cair dengan Evaporator [4,5]

"

183

-

:.::

Tangki Kondensatc

..,... Kondensor'-............. E,.... \..,... 0"::::- '-

0 ::::

:.:::::!

t

Uap Peruanas ..,..

..,...

...

....c: Pendingin

0.....,

1 E...0 I c:.I

c. P-c

E Tanl!ki Destilasi

Limbah Cair

'0 .....

---._-..., .....--'- ............

PenvimpananLimbah CairKonsentrat Sementasi

......

-..

.....

Jakarta, 20 AgllStllS 2003 ISSN: 0854 - 2910

Gambar 3. Diagram Pengolahan Limbah dengan Insenerator [6]

184

,

Cerobong

'----

Ruang t-Pendingin

Air"t:j.............................................................

::u ...Udara Pembakaran I..

Hepa c: '"\U

.......

.:::::CjJRuang ---... Filter ..... Po.8

Bahan Bakar ....... PembakarI0 Soda-..i..0

...

""'-"""""""""""""""""""""""""""""'"

'"......RuangNitroQ:en

..... Pembakar II...

ExItUlLft

,.of..I'"

I l'

rTangkiUmpan

I

Prosiding Seminar Nasional ke-9 Teknologi don Keselamatan PLTN Serlo Fasilitas Nuklir =-Jakarta, 20Agustus 2003 ISSN: Of/54-2910

Gambar 4. Pohon Kejadian Awal Pelepasan Bahan Radio Aktif Selama Proses

- K~k~ran;31n -~rm Kebakarandanl IndikalorlJin.

Gedung(Zona3 &4) I SistemPemadam I KarenaKebahrnn!

,-.--

SistemMampu

lkrtahan

, Operator/pekerja

; MemadamkanDengan

: PenlatanKebakaran

-----

IE-FIRE FIR.ALARM FIR.IND FIR-SUR FIR.QP # IEND-STATE-NAMES

---

cc=c=

I OK2 OK . .J PELEPASAN.HAHAN;R.A.4 OK5 OK6 PELEPASAN-BAHAN-RA7 OK8 PELEPASAN-BAHAN-RA.

Gambar 5. Pohon Kejadian Awal Kebakaran

I OK2 OK3 OK4 OK5 PELEPASAN-BAHAN-R-A6 OK7 PELEPASAN-HJ\HAN.R-A.,

Gambar 6. Pohon Kejadian Awal Pelepasan Bahan Radioaktif

185

!Pelq>asanBahan SistemGas AlannRadiasi

I OpentorlPekelja

SisteruVentilasi IRadio AJcti(Karena BuangPealatan BerlUngsi . Melakubn Tindabn Ruangan

iProses Abnonnal ' Pencega/wI

_. -;

ABNORMAL EXH-SYS RAD asp AC-SYS I # END-STATE-NAMESI..- - , --- ------

I;,

;jI

I

I'OK

:

21OK

I

3 OK

I

4 OK5 PELEPASAN-BAHAN-R.-A.6 OK I- 7 PELEP.AI'I-BAHAN-R.-A. ;

IIIi

,--- -- _.

lPckpa.lanRaban I

SislemGas

I A:"

Opentocl1'ekerya SistemVentilasi

RadioAktifKaren.J HuangPeralatau Melal11l:anTUldakan Ruangan

KegagalanPenampung Penctgahm- IIIE-RAD I EXH-SYS OSP AC-SYS # END-STATE-NAMES

Prosiding Seminar Nasional ke-9 Tekllologi dan Keselamatan PLTN SerraFasilitas NuklirJakarta, 20Agustus 2003 =- ISSN: 0854 - 2910

Gambar 7. Pohon Kejadian Awal Paparan Berlebih

Pelepasan Bahan

Kimia

Sistem Gas Bu,mg Operator/Pekerja

Melman Tindakan

Penccg~Jan

~: '-~\1IAJ

'--'--"

jCH.EXH

ICH.DSP

SistemVentilasi

Ruangan

Ac.sysi._-END.STATE-NAMES

I2345678

OKOKOK 'PELEPASAN.BAHAN-KIML~OKOKOKPELEPASAN-BAfL~N.K1ML~

Gambar 8. Pohon Kejadian awal Pelepasan Bahan Kimia

186

,

PaparanRadiasi AlarmRarnasi OperatorlPekeqa SisternVenrilasi

Berleih Me!akukanTindakan Ruangan

i Pencegahan!i

,,_..

RAD-11- ACmBERLEBIH

I

# END.STATE-NAMES

I. "..

:

I OK,

I

2 OK

I

3 OK4 PAPARAN-BERLEBlli

I5 OK6 PAPARAN.BERLEBIH