1 pendahuluanereport.ipb.ac.id/id/eprint/1659/4/j3e217196-04-karissa...1 1 pendahuluan 1.1 latar...
TRANSCRIPT
1
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sosis merupakan salah satu jenis makanan yang terbuat dari daging olahan.
Daging yang digunakan dalam proses pembuatan sosis biasanya menggunakan
daging giling atau daging cincang. Sosis diklasifikasikan menjadi sosis dengan
kombinasi daging 35 % dan daging minimal 20 % (BSN 2015). Cara pengolahan
sosis adalah dengan mencampurkan daging yang telah digiling atau dicincang
dengan bahan pengikat, bahan pengisi, dan bumbu-bumbu lainnya kemudian
dimasukan ke dalam selongsong.
Pembuatan Sosis membutuhkan bahan pengikat yang berfungsi untuk
membentuk serta menstabilkan suatu emulsi, dan juga berperan dalam proses
meningkatkan daya ikat air pada produk untuk mengurangi susut pada pemasakan
(Sofiana 2012). Protein nabati dapat menjadi substitusi bagi protein hewani. Salah
satu protein nabati yang dapat digunakan sebagai bahan pengikat adalah isolated
soy protein. Isolated soy protein (ISP) adalah tepung kedelai yang memiliki
kandungan protein nabati sebanyak 90 %. ISP berfungsi sebagai bahan pengikat
(binder) pada adonan sosis yang dapat memperbaiki emulsi pada saat pembuatan
sosis. Fungsi lain dari penggunaan ISP adalah sebagai gelling, emulsifikasi,
meningkatkan cita rasa, serta memberikan tekstur yang kenyal (Amir et al. 2016)
PT Sorin Maharasa merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi
produk olahan sosis sapi di Indonesia. PT Sorin Maharasa menggunakan bahan
baku berkualitas tinggi untuk menghasilkan produk yang digemari oleh
masyarakat. Dalam pembuatan produk sosis menggunakan bahan baku daging
sapi berkualitas tinggi dan juga bahan pengikat berupa isolated soy protein. Pada
proses pembuatan emulsi menggunakan bahan baku utama yaitu isolated soy
protein, proses ini dapat menghasilkan panas. Panas yang ditimbulkan akan
meningkatkan suhu emulsi pada bahan pengikat sehingga menyebabkan
denaturasi pada suhu lebih dari 33 °C.
Perbedaan suhu yang dihasilkan pada proses pengolahan bahan pengikat
isolated soy protein, menjadi masalah yang dihadapi oleh PT Sorin Maharasa.
Suhu yang melebihi standar perusahaan dapat memungkinkan terjadinya
perubahan pada karakteristik produk akhir. Pengujian Organoleptik dilakukan
untuk mengidentifikasi pengaruh perbedaan suhu emulsi terhadap produk akhir
sosis. Pengujian organoleptik meliputi aroma, rasa, tekstur, dan penampakan. Hal
tersebut menjadi latar belakang untuk menguji apakah suhu yang dihasilkan setiap
pengolahan isolated soy protein akan mempengaruhi atau memiliki hasil produk
akhir yang berbeda nyata.
Produk yang telah selesai dikemas akan disimpan pada sebuah ruang
penyimpanan. Ruang penyimpanan produk akhir sosis merupakan tempat
penyimpanan sebelum sosis didistribusikan. Penyimpanan produk akhir berfungsi
untuk mencegah penurunan mutu pada produk sosis sebelum dipasarkan. Terdapat
beberapa macam jenis ruang penyimpanan produk akhir seperti finish good
storage dan reefer container storage. Penggunaan ruang penyimpanan yang tidak
sesuai dapat memungkinkan terjadinya penurunan mutu pada produk akhir
sebelum dipasarkan.