0t0nomi daerah

35
BAB V OTONOMI DAERAH

Upload: joke-punuhsingon

Post on 30-Oct-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 1/35

BAB V

OTONOMI DAERAH

Page 2: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 2/35

Page 3: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 3/35

BAB V

OTONOMI DAERAH

A. Pendahuluan

Tekad melaksanakan Otonomi Daerah diawali dengan amanat

dalam UUD 45 Pasal 18 dan penjelasannya yang antara lain

mengamanatkan:

a. Daerah Indonesia akan dibagi dalam Daerah Propinsi dan

Daerah Propinsi akan dibagi pula dalam daerah-daerah yanglebih kecil;

 b. Daerah-daerah itu bersifat otonom atau bersifat administrasi belaka sesuai dengan aturan yang akan ditetapkan dengan

Undang-undang.

c. Daerah-daerah yang bersifat otonom akan diadakan Badan

Perwakilan Daerah.

Dengan landasan amanat UUD 45 tersebut ditetapkan peraturan perundang-undangan pelaksanaannya yaitu UU No. 1

Tahun 1945, UU No. 2 Tahun 1948 yang selanjutnya diperbaharui

V/1

Page 4: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 4/35

sesuai dengan UUDS RI tahun 1950 melalui UU No. 1 Tahun 1957,

PENPRES No. 6 Tahun 1959, PENPRES No. 5 Tahun 1960, dan

setelah kembali pada UUD 45 diubah lagi dengan UU No. 5 Tahun

1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah.

Implementasi Otonomi Daerah sesuai dengan UU No. 5Tahun 1974 sangat lambat dan tersendat-sendat sampai dengan

diterbitkannya PP No. 45 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan

Otonomi Daerah dengan Titik Berat pada Dati II. Untuk lebih

mendorong realisasi Otonomi Daerah tersebut, diterbitkan pula PP

 No. 8 Tahun 1995 tentang Penyerahan Sebahagian Urusan

Pemerintahan kepada 26 Dati II Percontohan.

Rangkaian upaya penyelenggaraan Otonomi Daerah tersebut

masih belum mampu mewujudkan Otonomi Daerah di seluruhwilayah Indonesia seperti yang diharapkan.

Hambatan dan masalah yang dihadapi dalam upaya

Pelaksanaan Otonomi Daerah antara lain :

a. Materi pokok Undang-undang No. 5 Tahun 1974 cenderung

lebih dititikberatkan pada efisiensi manajemen pemerintah.

Sedangkan aspek yang mendorong demokratisasi masih belummampu dikembangkan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini

antara lain terlihat dari kedudukan DPRD sebagai unsur dari

Pemerintah Daerah.

 b. Penyerahan urusan lebih cenderung hanya mengenai hal yang

 bersifat administratif tanpa diiringi upaya yang memadai dalam

 pemberian insentif yang memungkinkan Pemerintah dan

masyarakat Daerah Otonomi bergairah untuk melakukan upaya-

V/2

Page 5: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 5/35

upaya peningkatan ekonomi didaerahnya, sehingga Pendapatan

Asli Daerah sulit meningkat.

c. Pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional

serta perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah belum

dilaksanakan secara proposional sesuai dengan prinsip

demokrasi, keadilan, dan pemerataan.

d. Belum lengkap dan rincinya peraturan perundang-undanganyang mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah menimbulkan

 perbedaan interprestasi dan persepsi yang mengakibatkan

tumpang tindih kewenangan antara instansi Pusat dan Daerah.

Pada pasca Orde Baru, Otonomi Daerah dipengaruhi oleh

 perkembangan lingkungan yang strategis baik nasional maupuninternasional. Perkembangan lingkungan strategis ini bergerak cepat

dan dinamis antara lain tampak :

a. Pada tingkat nasional, krisis moneter dan ekonomi memicu

gerakan reformasi nasional yang menghendaki pembaharuan

dalam berbagai aspek kehidupan yang menuju kehidupan yang

demokratis dan sejahtera. b. Pada tingkat internasional, gerakan liberalisasi perdagangan dan

investasi terus berkembang dengan komitmen Indonesia

terhadap AFTA, APEC, WTO dan kesepakatan IMF. Indonesiamenghadapi persaingan yang kian tajam dalam pasar 

internasional.

Perkembangan lingkungan strategis tersebut membuka peluang bagi pelaksanaan Otonomi Daerah. Momentum reformasi

adalah saat yang tepat bagi realisasi Otonomi Daerah, dan

merupakan kesempatan menentukan pilihan yang tepat mengenai

V/3

Page 6: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 6/35

 bentuk pemerintahan di Daerah serta mengupayakan pengembangan potensi sumber daya Daerah agar dapat terangkat dalam era

globalisasi. Namun ada pula kendala yang dihadapi, antara lain:

krisis politik menghadapi Indonesia pada berbagai pilihan bentuk 

 pemerintahan yang jika tidak hati-hati bisa menjurus kearah

disintegrasi. Krisis ekonomi juga akan memperlemah kemampuan

dalam pembiayaan. Kendala yang lain adalah tersedianya waktuyang sempit mengingat realisasi AFTA pada tahun 2003.

Searah dengan pengaruh lingkungan strategis beserta peluang

dan kendalanya, MPR melalui ketetapan No. XV/MPR/1998

mengamanatkan perlu diwujudkan penyelenggaraan Otonomi

Daerah, pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya

nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan antaraPemerintah Pusat dan Daerah dalam rangka Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Selanjutnya ketetapan MPR tersebut di atasdiikuti dengan terbitnya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 25 Tahun 1999

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah.

Sebagai konsekwensinya dari pelaksanaan Undang-undang

ini, organisasi pemerintah pusat maupun daerah harus disusun lagi

sesuai dengan penyerahan kewenangan yang lebih besar kepada

Daerah, Peraturan Pemerintah sedang dipersiapkan untuk itu.demikian juga mengenai PNS juga diatur kembali. Dalam hubungan

ini, maka Undang-undang No. 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok 

Kepegawaian perlu diubah dan disesuaikan dengan penyeleng-

garaan otonomi daerah. Pembahasan perubahan Undang-undang

Kepegawaian ini telah disetujui DPR pada bulan September 1999.Hampir semua Departemen akan menjadi lebih ramping sehinggadapat lebih efisien.

V/4

Page 7: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 7/35

Agar pemerintah daerah otonomi mampu melaksanakan tugas-

tugasnya yang dibebankan kepadanya, dibutuhkan dukungan

keuangan yang lebih besar. Menurut Undang-undang No. 25 Tahun1999 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah,

Daerah Otonomi akan mempunyai 4 sumber pendapatan yaitu

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Pinjaman, danPenerimaan lainnya yang sah.

Otonomi Daerah memiliki makna yang strategis dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara karena akan mampu mendorong

demokratisasi, dalam arti memberi ruang gerak kepada masyarakat

di daerah untuk mengembangkan partisipasi, prakarsa dankreativitasnya dalam menata dan membangun daerah, dengan

mengacu pada persatuan dan kesatuan bangsa. Otonomi Daerahdapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas manajemen mengenai

 pemerintahan, dalam pemberian kewenangan dan kemandirian

 pengambilan keputusan serta pengelolaan urusan pemerintahan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bertolak dari pengalaman masa lalu dan memperhatikan

 berbagai ketentuan yang ada serta prospek masa depan, maka telahditetapkan bahwa otonomi daerah yang luas pada daerah

kabupaten/kota dengan hanya berasaskan desentralisasi. Sedangkandi Propinsi dilaksanakan otonomi daerah yang terbatas dengan

 berasaskan desentralisasi dan dekonsentrasi. Disamping itu

kebijaksanaan ini akan membuka peluang luas bagi terwujudnya

 pemerintahan yang demokratis, sehingga masyarakat bisa lebih berperan dan berpartisipasi dalam melaksanakan pembangunan

sesuai potensi daerahnya, begitu pula pemerintah akan lebih dekatdan mudah memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat.

V/5

Page 8: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 8/35

Pada prinsipnya semua tugas umum pemerintah dan pembangunan dapat diserahkan kepada Daerah Otonom, kecuali

 bidang-bidang pertahanan keamanan, peradilan, luar negeri,

moneter, dan agama serta bidang lainnya yang secara nasional lebih

tepat diurus oleh pemerintah pusat. Oleh karena itu secara mendasar 

ada pembagian kewenangan yang tegas antara pemerintah pusat,

 pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

Kewenangan pemerintah pusat diarahkan pada kebijakan

tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunannasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem

administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan

dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber 

daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, danstandarisasi nasional. Kewenangan Propinsi sebagai daerah otonom

mencakup kewenangan dalam bidang pemerintah yang bersifatlintas kabupaten/kota serta kewenangan bidang tertentu lainnya dan

kewenangan propinsi sebagai wilayah administrasi mencakup

kewenangan dalam bidang pemerintahan yang dilimpahkan kepada

gubernur selaku wakil pemerintah. Sedangkan Daerah Otonom berwenang untuk melaksanakan tugas desentralisasi yang diarahkan

 pada fungsi penyelenggaraan urusan rumah tangga daerah, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah, peningkatan

efisiensi pelayanan kepada masyarakat, pengembangan sumber 

 pembiayaan daerah dan pemberdayaan masyarakat.

Dengan kewenangan-kewenangan tersebut di atas, maka

 pelaksanaan Daerah Otonomi harus memperhatikan kesiapan dan

kelengkapan unsur-unsur penting mengenai kelembagaan, kesediaan,

sumber daya aparatur yang handal, perlengkapan, potensi ekonomi

daerah yang dapat menjadi sumber pendapatan sendiri, pemberianinsentif fiskal dan non fiskal serta hubungan keuangan antara pusat

V/6

Page 9: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 9/35

dan daerah. Perhatian sungguh-sungguh terhadap kemampuan

ekonomi pada semua Daerah Otonom ini sangat penting. Urusan

keuangan dikelola sesuai APBD dengan memanfaatkan semuasumber dana dari pendapatan asli daerah, bantuan umum, dan

 bantuan khusus dari pemerintah pusat serta dana perolehan sesuai

kontribusi ekonomi daerah, dengan tetap memperhatikan aspek  pemerintah.

Penyelenggaraan Otonomi Daerah diharapkan akan mampu

memberdayakan seluruh wilayah Indonesia baik dalam aspek 

 politik, ekonomi, maupun sosial budaya. Dengan kemandirian fungsi

legislasi dan pengawasan yang dilakukan oleh DPRD akanmendorong terwujudnya pemerintah daerah serta kehidupan

masyarakat yang demokrasi. Partisipasi masyarakat dalam

 pembangunan akan meningkat, sehingga dapat diharapkan seluruh

daerah di Indonesia mampu tumbuh dan berkembang dalam wujud

semua daerah maju, dalam kerangka persatuan dan kesatuan bangsa.

B. Langkah-Langkah yang Dilakukan

Tuntutan, dinamika, dan aspirasi masyarakat dalam

menyelesaikan krisis yang dihadapi oleh bangsa dan negara dewasa

ini mengacu kita untuk menyiapkan segenap tatanan Pemerintah dan

 bangsa dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan.

Suasana reformasi juga mendesak Majelis Permusyawaratan

Rakyat untuk melakukan serangkaian penyempurnaan terhadap

Pemerintahan Daerah yakni dengan memberikan kewenangan yanglebih luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah,

sebagaimana tertuang dalam TAP MPR No. XV/MPR/1998.

V/7

Page 10: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 10/35

Sesuai dengan TAP MPR tersebut, Pemerintah bersama-samaDPR telah menetapkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun

1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah

1. Hal-hal pokok yang tertuang dalam Undang-undang No. 22

Tahun 1999, adalah :

1) Penyelenggaraan Otonomi Daerah, yang semula dilakukan

dengan pola bertahap, sekarang dilakukan dengan

 penyerahan secara total, bulat, utuh dan menyeluruh

terhadap semua kewenangan pemerintahan, kecuali

kewenangan dibidang politik luar negeri, hankam, peradilan, moneter/fiskal dan agama, serta bidang-bidang

tertentu yang akan ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah.

2) Penyelenggaraan pemerintahan di propinsi berdasarkan

asas desentralisasi dan dekonsentrasi, sehingga propinsi

 berkedudukan sebagai Daerah Otonom sekaligus sebagai

Wilayah Administrasi. Begitu pula Gubernur berstatus

sebagai Kepala Daerah disamping juga sebagai WakilPemerintah Pusat. Sedangkan bagi Daerah Kabupaten/

Kota sepenuhnya menggunakan asas desentralisasi,

sehingga hanya berkedudukan sebagai Daerah Otonomsaja.

3) Wilayah Propinsi ditetapkan pula meliputi wilayah lautsepanjang 12 mil, sedangkan wilayah Kabupaten/Kota

sepanjang 1/3 wilayah laut Propinsi.

4) Pemerintah Daerah terdiri dari Kepala Daerah dan

 perangkat Daerah lainnya. DPRD bukan sebagai unsur 

Pemerintah Daerah yang mempunyai fungsi pengawasan,

V/8

Page 11: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 11/35

anggaran dan legislasi Daerah, Kepala Daerah dipilih dan bertanggung jawab kepada DPRD, Gubernur selaku Wakil

Pemerintah Pusat yang bertanggung jawab kepada

Presiden.

5) Peraturan Daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan

 persetujuan DPRD sesuai dengan pedoman yangditetapkan Pemerintah, dan tidak perlu disahkan oleh

 pejabat yang berwenang.

6) Daerah diberi kewenangan untuk melakukan pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, penetapan

 pensiun, gaji, tunjangan dan kesejahteraan, pendidikan dan

 pelatihan pegawai sesuai kebutuhan dan kemampuan

Daerah, berdasarkan norma, standar, prosedur yang

ditetapkan Pemerintah.

7) Keuangan Daerah bersumber dari Pendapatan AsliDaerah, dana perimbangan keuangan Pusat dan Daerah,

 pinjaman Daerah dan lain-lain pendapatan yang sah.

8) Daerah kabupaten/kota diberi Otonomi yang luas, sedang

Propinsi terbatas. Kewenangan pemerintahan pada

Propinsi adalah otonomi yang sifatnya lintas Kabupaten

dan Kota serta kewenangan yang belum mampu ditanganioleh Kabupaten dan Kota.

9) Kelembagaan Daerah disamping lembaga DPRD, adalahKepala Daerah, Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, dan

Lembaga Teknis Daerah, seperti perencanaan, penelitian

dan pengembangan, Diklat, pengawasan dan Badan Usaha

Milik Daerah.

V/9

Page 12: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 12/35

Hal-hal pokok yang tertuang dalam Undang-undang No.

25 Tahun 1999, adalah :

1) Penyelenggaraan Otonomi Daerah diperlukan kewenangan

yang luas, nyata dan bertanggung jawab di Daerah secara

 proposional yang diwujudkan dengan pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang

 berkeadilan, serta perimbangan keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah.

2) Sumber pembiayaan pemerintah Daerah dalam rangka

 perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah

dilaksanakan atas dasar desentralisasi, dekonsentrasi dantugas pembantuan.

3) Pelaksanaan desentralisasi berasal dari Pendapatan Asli

Daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain penerimaan yang sah :

a) Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pajak daerah,

retribusi Daerah, hasil perusahaan milik daerah dan

 pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan

lain-lain

 b) Dana Perimbangan berasal dari bagian daerah dari

Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak AtasTanah dan Bangunan dan penerimaan dari sumber 

daya alam, serta dana alokasi umum dan alokasi

khusus.

4) Penerimaan negara dari Pajak Bumi dan Bangunan dibagi:

10 persen untuk penerimaan Pusat (dibagikan ke seluruh

kabupaten/kota) dan 90 persen untuk daerah.

5) Penerimaan negara dari Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan dibagi: 20 persen untuk Pemerintah Pusat(dibagikan keseluruh kabupaten/kota) dan 80 persen untuk 

daerah.

V/10

2.

Page 13: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 13/35

6) Penerimaan negara di sektor Kehutanan dan

Pertambangan dibagi: 20 persen untuk pemerintah pusat dan

80 persen untuk daerah.

7) Penerimaan negara dari hasil minyak bumi dibagi: 85

 persen untuk pemerintah pusat dan 15 persen untuk daerah.

8) Penerimaan negara dari gas alam dibagi: 70 persen untuk 

 pemerintah pusat dan 30 persen untuk daerah (setelahdikurangi komponen pajak).

9) Dana alokasi umum sekurang-kurangnya 25 persen dari penerimaan dalam negeri dengan komposisi: 10 persen

untuk daerah propinsi dan 90 persen untuk daerah

kabupaten/kota.

10) Dana alokasi khusus untuk membantu kebutuhan khususyang disediakan dalam APBN termasuk yang berasal dari

dana reboisasi. Dana reboisasi dibagi 40 persen kepadadaerah penghasil sebagai dana alokasi khusus dan 60

 persen untuk pemerintah pusat.

11) Pembiayaan dekonsentrasi disalurkan kepada Gubernur 

melalui Departemen/LPND.

12) Pembiayaan tugas pembantuan disalurkan kepada daerahdan desa Departemen/LPND yang menugaskan.

C. Hasil-Hasil yang Dicapai

Pewujudan otonomi daerah yang semakin luas, diharapkan

masing-masing daerah tidak hanya berorientasi pada daerahnyamasing-masing secara sempit. Hal ini dapat merugikan

 perkembangan masing-masing daerah yang bersangkutan, daerahlain, maupun kepentingan nasional. Untuk memperkecil dampak 

V/11

Page 14: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 14/35

negatif dari semakin luasnya otonomi daerah tersebut, perludiciptakan aturan main dan mekanisme kerjasama antar daerah.

Undang-undang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang

Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan

Daerah akan membawa banyak perubahan dalam kehidupanmasyarakat Indonesia secara keseluruhan, dalam sistem

 pemerintahan pusat maupun daerah.

Tuntutan utama yang perlu dipenuhi untuk memecahkan

 berbagai masalah tersebut adalah, pertama, meningkatkan peranan

 pemerintah daerah dalam pengambilan keputusan untuk mengatasidampak krisis ekonomi dan pemulihan kondisi sosial ekonomi

masyarakat; kedua, mewujudkan otonomi daerah dengan

memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk  berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan

 pembangunan; ketiga, mewujudkan sistem perimbangan keuangan

antara pusat dan daerah; keempat, mengubah orientasi pemecahan

masalah dan pelaksanaan program pembangunan yang semula

 bersifat dari atas ke bawah (top-down) menjadi dari bawah ke atas(bottom-up); kelima, meningkatkan bantuan langsung ke masyarakatuntuk memecahkan masalah yang ada, dan keenam, mewujudkan

 pemerintah yang baik (good governance) dan demokratis.

Dalam upaya mewujudkan tuntutan otonomi, desentralisasi

dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan

nasional, telah dilakukan berbagai langkah penyempurnaan terhadap

kebijaksanaan perencanaan pembangunan.

V/12

Page 15: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 15/35

1. Penyiapan Perangkat Hukum Untuk Pelaksanaan

Otonomi Daerah

Sebagai dasar hukum dari pelaksanaan otonomi daerah

 pemerintahan bersama dengan DPR telah mengundangkan UU No.

22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun

1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat danDaerah. Kedua undang-undang tersebut selanjutnya akan ditindak-

lanjuti dengan peraturan pelaksanaan lainnya. Peraturan pelaksanaan

yang diperlukan antara lain :

a. Peraturan pelaksanaan UU No. 22 Tahun 1999 :

1) Undang-undang, tentang:

a) Pajak dan Retribusi Daerah.

 b) Ibukota Negara RI. (Telah ditetapkan dengan UU no. 34

tahun 1999).

c) Pokok-pokok Kepegawaian (telah disetujui DPR).

2) Peraturan Pemerintah, tentang :

a) Syarat-syarat Pembentukan Daerah.

 b) Kriteria Penghapusan, Penggabungan dan Pemekaran

Daerah.

c) Kewenangan Daerah Propinsi, Kabupaten dan Kota di

Wilayah Laut.

d) Kewenangan Pemerintah (Pusat) dan Daerah Propinsi

dibidang lainnya.

e) Pemberian Insentif Fiskal dan Non fiskal kepada Daerah.

f) Pengaturan Kawasan Pertokoan di Kabupaten.

 

Page 16: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 16/35

3) Keputusan Presiden, tentang :

a) Pembentukan, Susunan Organisasi, Formasi dan

Tatalaksana Instansi Vertikal,

 b) Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah.

c) Pedoman Penyusunan Organisasi Perangkat PemerintahDaerah.

 b. Peraturan pelaksanaan UU No. 25 Tahun 1999 :

1) Peraturan Pemerintah, tentang :

a) Tatacara Penghitungan dan Penyaluran Atas Bagian

Daerah dari Penerimaan negara. b) Pengaturan Dana Alokasi Khusus.

c) Pelaksanaan Pinjaman Daerah.

d) Pembiayaan Pelaksanaan Dekonsentrasi.

e) Pembiayaan Pelaksanaan Tugas Pembantuan.

f) Pengelolaan Sistem Informasi Keuangan Daerah.

2) Keputusan Presiden, tentang :

Sekretariat Bidang Perimbangan Keuangan Pusat dan

Daerah.

Selanjutnya dalam rangka tindak lanjut pelaksanaan Otonomi

Daerah sesuai dengan Undang-undang Pemerintahan Daerah, telahditetapkan Keputusan Presiden No. 67 Tahun 1999 tentang Tim

Koordinasi Tindak Lanjut Pelaksanaan Undang-undang No. 22

Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No.

25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Daerah, yang menugaskan kepada Menko Wasbangpan

V/14

Page 17: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 17/35

untuk melakukan langkah-langkah koordinasi dengan para menteri

terkait, meliputi antara lain:

a. menetapkan pentahapan dan prioritas penyusunan tindak lanjut

 pelaksanaan kedua undang-undang tersebut; b. merumuskan konsep kebijaksanaan sebagai dasar untuk 

menyusun peraturan pelaksanaan, termasuk saran dan acuan

tentang struktur kelembagaan Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah;

c. menetapkan instansi penyusun setiap peraturan pelaksanaan.

Sebagai pelaksanaan dari Keppres Nomor 67 Tahun 1999tersebut maka Menko Wasbangpan telah mengeluarkan dua buah

keputusan yaitu :

a. Keputusan Nomor 35/KEP/MK.WASPAN/8/1999 tentang

Unsur Pendukung Pelaksanaan Tugas Tim Koordinasi Tindak 

Lanjut Pelaksanaan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara PemerintahPusat dan Daerah.

Pokok-pokok penting dalam keputusan tersebut adalah:

1) Membentuk Kelompok Kerja Perumus Kebijaksanaan dan

Penyelerasi Peraturan Pelaksanaan Otonomi Daerah yang

terdiri dari :

a) Kelompok Kerja Kewenangan dan KelembagaanPemerintah Pusat;

V/15

Page 18: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 18/35

 b) Kelompok Kerja Kewenangan dan KelembagaanPemerintah Daerah;

c) Kelompok Kerja Sumberdaya Aparatur.;

d) Kelompok Kerja Perimbangan Keuangan AntaraPemerintah Pusat dan Daerah;

e) Kelompok Kerja Sistim dan Prosedur Manajemen

Keuangan.

2) Tugas Kelompok Kerja di atas adalah, untuk :

a) menyusun daftar peraturan atau keputusan pelaksanaan

yang diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 22Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah;

 b) merumuskan strategi pelaksanaan Otonomi Daerah,

khususnya dalam periode peralihan selama 2 (dua)

tahun pertama;

c) merancang prioritas dan tatacara penyelesaian, sertainstansi penyusun peraturan atau keputusansebagaimana dimaksud butir (a);

d) merumuskan konsep kebijaksanaan sebagai dasar untuk menyusun rancangan peraturan atau keputusan

sebagaimana dimaksud butir (a);

e) menyusun inventarisasi kewenangan yang berada pada

Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota serta

rancangan struktur kelembagaan Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah;

f) merumuskan rancangan norma dan standar teknis

organisasi kepegawaian, dan pelayanan umum;

V/16

Page 19: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 19/35

g) menyusun rancangan realokasi Pegawai Negeri Sipil

diantara instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah;

h) menyusun daftar seluruh kekayaan negara berupa

tanah/gedung, perlengkapan dan peralatan yang ada di

daerah untuk dialihkan kepada Pemerintah Propinsi danPemerintah Kabupaten/Kota, mengikuti pembagian

kewenangan.

 b. Keputusan Nomor 39/KEP/MK.WASPAN/8/1999 tentang

Rincian Tugas Dan Tatakerja Tim Koordinasi Pelaksanaan

UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25 Tahun 1999.

Seluruh kegiatan penyusunan peraturan pelaksanaan undang-

undang tersebut harus diselesaikan selambat-lambatnya 7 Mei 2000

dan proses transformasi kewenangan, pembentukan kelembagaan,

realokasi pegawai, keuangan dan perlengkapan harus sudah selesaiselambat-lambatnya 7 Mei 2001, yang berarti Undang-undang

 Nomor 22 Tahun 1999 sudah mulai berlaku efektif.

2.  Jadwal Waktu Persiapan Pelaksanaan Otonomi Daerah.

Pemerintah dalam upaya yang sistematis melakukan persiapan

implementasi Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat danDaerah. Persiapan dimaksud meliputi : penyiapan produk hukum

 peraturan perundang-undangan yang merupakan derivat keduaundang-undang tersebut, sebagai petunjuk pelaksanaan,

 pengembangan organisasi, realokasi Pegawai Negeri Sipil serta

V/17

Page 20: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 20/35

 pengembangan disain proses pembangunan dan kegiatan

masyarakat.

Langkah kerja yang diproyeksikan dalam horison waktu dua

tahun sejak 7 Mei 1999, dirangkum dalam kegiatan-kegiatan sebagai

 berikut :

1. Sosialisasi materi undang-undang,

2. Pemantapan hasil pemilu dan capacity building  legislatif,khususnya didaerah,

3. Penyelesaian peraturan perundangan-undangan untuk pelaksanaan

kedua undang-undang,4. Pengembangan disain dan capacity building  pemerintah daerah

sesuai dengan semangat undang-undang,

5. Penataan kewenangan dan penyesuaian organisasi pemerintah

(Pusat),

6. Penataan dan penyesuaian kewenangan dan struktur organisasi

Pemerintah Daerah,

7. Pengembangan disain mekanisme pembangunan daerah daninteraksi kemasyarakatan,

8. Peningkatan efisiensi penyelenggaraan pemerintah daerah.

Secara proposional bobot kegiatan menurut semester adalahsebagai berikut :

V/18

Page 21: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 21/35

1) Penyelesaian Kebijaksanaan dan Perundang-undangan:

a. Melakukan penyesuaian kebijaksanaan dengan

 pertimbangan UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun

1999, menurut pasal-pasal;

 b. Menyusun prioritas produk hukum dari kedua undang-

undang tersebut sesuai dengan periode sasaran;

c. Menyelesaikan semua produk hukum yang prinsip harus

diselesaikan menurut periode sasaran;

d. Melakukan pembinaan pengaturan antara produk hukum

Pusat dan produk hukum Daerah.

V/19

Page 22: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 22/35

2) Reorganisasi Pusat dan Pemerintah Daerah:

a. Melakukan inventarisasi kebijaksanaan strategis nasional;

 b. Menyiapkan naskah akademik/peraturan dan draft;

c. Melakukan pengembangan substansi kewenangan pusat;

d. Melakukan pengembangan alternatif penataan struktur organisasi tingkat Pusat;

e. Melakukan inventarisasi kewenangan Propinsi dan

Kabupaten/Kota;

f. Melaksanakan pengelompokan substansi kewenangan

Propinsi dan Kabupaten/Kota;

g. Melakukan pengembangan alternatif penataan struktur organisasi pemerintahan daerah;

h. Melakukan pengembangan perencanaan mekanisme

kegiatan (pemerintahan/pembangunan);

i. Melaksanakan uji coba lapangan (field test);

 j. Membuat pedoman-pedoman hubungan kerja dan

ketatalaksanaan Pusat dan Daerah serta petunjuk teknis(guidelines) yang diperlukan.

3) Analisis dan Proses Realokasi Personil:

a. Melakukan inventarisasi kebutuhan menurut kriteria

kewenangan Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota;

 b. Menyusun kebijaksanaan penempatan pegawai;c. Melakukan pengembangan/penyesuaian kebutuhan pegawai;

d. Memberdayakan aspek kepegawaian pada kewenangan

Pemerintah Daerah;

V/20

Page 23: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 23/35

e. Melaksanakan koordinasi dengan instansi Pusat dan Daerah;

f. Memberikan petunjuk kepada Daerah;

g. Inventarisasi dan pengkajian berbagai Peraturan Perundang-

undangan yang terkait dengan kepegawaian dan kediklatan;

h. Penyusunan berbagai naskah akademis, sebagai masukan

 penyempurnaan dan perubahan berbagai peraturan

 perundang-undangan dibidang kepegawaian termasuk Diktat

Aparatur;

i. Penyusunan Pedoman dan Instrumen PendataanPegawai per unit organisasi;

 j. Penyusunan draft Rencana Induk Penataan dan

Pendayagunaan pegawai;

k. Penyusunan draft Rencana Relokasi Pegawai Kantor Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota;

1. Pendalaman materi Rancangan Undang-Undang dibidang

Kepegawaian;

m. Penjajagan, pembentukan Tim/Pokja Rencana Relokasi

Aparatur yang terintegrasi antara Pusat, Propinsi dan

Kabupaten/Kota serta Penyusunan draft Mekanisme Kerja.

4) Analisis dan Proses Asset dan Keuangan:

a. Melaksanakan inventarisasi barang milik negara (instansi

vertikal) yang ada di Daerah;

 b. Melakukan kebijaksanaan penataan barang;

c. Mengembangkan kebijaksanaan dan desain penataan sistemkeuangan dan anggaran;

d. Menyusun pedoman kerja;

V/21

Page 24: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 24/35

e. Melakukan bimbingan dan asistensi ke Daerah;

f. Menyiapkan produk hukum sebagai dasar pengaturan

 pelaksanaan pengalihan hak atas barang milik negara

(instansi vertikal) yang ada di Daerah.

g.

Penyesuaian struktur dan mekanisme anggaran daerah,meliputi:

1) Perubahan struktur anggaran (budget structure reform)

2) Perubahan proses penyusunan APBD (budget process

reform)

3) Perubahan format dan administrasi pelaksanaan

4) Perubahan prinsip akuntansi (accounting reform);

5) Perubahan prinsip pengelolaan anggaran kas dan

cadangan anggaran;

6) Perubahan strategi pembiayaan melalui prinsip

kemitraan;

7) Perubahan proses penyiapan anggaran;

8) Perubahan proses pelaksanaan anggaran;

9) Perubahan proses pelaksanaan tender dan kerjasamadengan swasta.

5) Analisis Umpan Balik dan Pengembangan Sistem Pembangunan

dan Kemasyarakatan:

a. Mengikuti dan melakukan analisis terhadap respons

masyarakat atas substansi UU.

 b. Mengembangkan kegiatan dalam upaya penyesuaian

mekanisme menurut respons secara luas (masyarakat,Perguruan Tinggi, LSM, dll).

V/22

Page 25: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 25/35

c. Melakukan inventarisasi kebutuhan penyesuaian dalammekanisme perencanaan, pelaksanaan dan monitoring

Pembangunan Daerah;

d. Menyusun kebijaksanaan, dukungan peraturan pemerintah

tentang perencanaan, pelaksanaan dan monitoring

 pembangunan daerah;

e. Mengembangkan desain mekanisme dan sistem

 pengambilan keputusan dan sistem keterlibatan masyarakat

dalam pembangunan dan pelayanan masyarakat;

f. Monitoring dan evaluasi kegiatan sistem manajemen

 pembangunan dan kemasyarakatan, serta melakukan penyempurnaan yang diperlukan.

3. Desentralisasi Penyiapan Dokumen Anggaran

Pembangunan

Langkah mendasar yang ditempuh untuk mewujudkan

tuntutan otonomi dan desentralisasi adalah meningkatkan anggaran

 pembangunan yang diberikan kepada daerah dan mengupayakan

keterpaduan antara perencanaan pembangunan sektoral dan

 pembangunan daerah. Langkah ini dilakukan dengan memberikankewenangan kepada daerah untuk mempersiapkan proses

 penyusunan dokumen anggaran pembangunan (Daftar Isian Proyek).Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan dan hasil pembangunan

 benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing

daerah.

Dalam tahun anggaran 1999/2000, anggaran pembangunan

yang semula dikelola secara terpusat kemudian dialihkan ke daerahmencapai 55,6 persen dari total pengeluaran di luar pembiayaan

la in-la in. Peningkatan anggaran yang didaerahkan tersebut

V/23

Page 26: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 26/35

diharapkan dapat mempercepat pemulihan kegiatan ekonomimasyarakat sekaligus mengatasi dampak krisis ekonomi di daerah.

4. Perubahan Bantuan Inpres menjadi Dana Pembangunan

Daerah

Langkah penting lainnya yang dilakukan untuk mendukungkebijaksanaan reformasi pembangunan daerah adalah

 penyempurnaan mekanisme transfer dana dari pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah sebagai sarana untuk mendorong

 perimbangan keuangan daerah. Langkah penyempurnaan tersebut

adalah perubahan nama Bantuan Inpres menjadi Dana Pembangunan

Daerah (DPD). Perubahan nama ini dimaksudkan untuk memberikankewenangan yang lebih besar kepada pemerintah daerah dan

masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan dana bantuan pembangunan.

5. Pengalihan Dana Khusus menjadi Dana Umum

Dalam upaya memberikan kewenangan yang lebih besar 

kepada daerah untuk mengelola dana pembangunan daerah, maka

 berbagai bantuan daerah yang semula bersifat bantuan khusus(sektoral) dikelola langsung oleh instansi pemerintah pusatkemudian secara bertahap dialihkan menjadi dana umum yang

dikelola sepenuhnya oleh pemerintah daerah.

6. Penyederhanaan Mekanisme Pengelolaan Dana

Pembangunan Daerah

Langkah penting yang dilakukan adalah penertiban PedomanUmum untuk menyederhanakan mekanisme pengelolaan dana

 pembangunan daerah. Pedoman Umum ini menjadi acuan bagi

 berbagai instansi pemerintah dalam mengelola dana pembangunan

V/24

Page 27: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 27/35

daerah agar dapat dicapai kinerja pembangunan daerah yangsemakin baik. Pedoman umum tersebut memuat tujuan prinsip dasar 

 pengelolaan dana pembangunan daerah yang mengarah pada

 pemberdayaan masyarakat dan kesinambungan hasil-hasil program,

yaitu; keterbukaan, partisipasi, pendanaan tepat waktu dan langsung,

 pertanggungjawaban, berkelanjutan, sederhana dalam pelaksanaandan pengembangan potensi lokal.

7.  Pengelolaan Dana Pembangunan Daerah

Dalam tahun anggaran 1999/2000 Pemerintah sepakat untuk 

menyatukan dan mereformasi seluruh Bantuan Pembangunan

Daerah (Inpres) yang ada menjadi dana pembangunan daerah

(DPD) yang terdiri dari (1) dana pembangunan propinsi, (2) dana pembangunan kabupaten/kota, (3) dana pembangunan desa, dan (4)

dana perluasan jaring pengaman sosial (JPS) dan pemberdayaan

masyarakat (PJPS-PM). Pengelolaan dana-dana pembangunandaerah ini sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah daerah dan

masyarakat.

Dana pembangunan daerah propinsi terdiri dari dana umum

(block grant) dan dana khusus (specific grant). Dana umum pembangunan propinsi dimaksudkan untuk meningkatkan

kemampuan keuangan pemerintah daerah propinsi dalam membiayai

 program pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas

daerah. Sedangkan dana khusus pembangunan propinsidimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan pemerintah daerah

dalam membiayai program pembangunan tertentu di daerah sebagai

satu kesatuan dari tujuan dan sasaran pembangunan nasional. Dana

khusus terdiri dari 6 (enam) komponen, yaitu: PengembanganPrasarana dan Sarana Ekonomi, Pemeliharaan Lingkungan Hidup,

Pengembangan Sos ia l Budaya dan Pe layanan Pemer in tah ,

V/25

Page 28: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 28/35

Peningkatan Pendidikan Dasar di SD dan MI, Pembangunan SaranaKesehatan, dan Pengembangan Wilayah.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan perencanaan dan

 proses desentralisasi di daerah, langkah penyempurnaan yangdilakukan adalah mengalihkan kewenangan dan pola penanganan

Dana Pembangunan Propinsi secara langsung kepada pemerintah

daerah. Hal tersebut ditunjukan bahwa dalam perencanaannya

 pemerintah pusat (Tim Pembina Pusat) dalam tahun anggaran

1999/2000 hanya memberikan Pedoman Umum sebagai acuan pelaksanaan Dana Pembangunan Propinsi yang bersifat umum,

sedangkan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis sudah

diserahkan kewenangannya kepada daerah untuk menyusunnya

sendiri. Petunjuk Pelaksanaan hanya diberikan untuk komponen-

komponen yang baru seperti Peningkatan Pendidikan Dasar di SD

dan MI, Pembangunan Sarana Kesehatan, dan PengembanganWilayah, mengingat komponen-komponen tersebut masih baru bagi

daerah dalam pengadministrasiannya.

Bantuan dana pembangunan kabupaten/kota dimaksudkan

untuk memperkuat kemampuan kabupaten/kota dalam mewujudkan

kesejahteraan rakyat melalui kegiatan pemerintah, pelayanan umum

dan pembangunan di daerah yang dilakukan atas dasar prinsip

otonomi daerah dan pemberian wewenang yang luas, nyata dan

 bertanggung jawab. Sasaran utama pemberian bantuan danakabupaten/kota adalah mengurangi jumlah penduduk miskin dan

 pengangguran, meningkatkan produksi dan produktivitas dunia

usaha/masyarakat, meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana

umum dan meningkatkan ketertiban umum dan ketentraman

masyarakat.

V/26

Page 29: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 29/35

Pengelolaan dana pembangunan Kabupaten/Kota dibagi dalam

dua jenis, yaitu dana umum dan dana khusus. Dana Umum adalah

dana yang diberikan kepada seluruh Pemerintahan Daerah Tingkat IIuntuk membiayai berbagai program/proyek prioritas pembangunan

dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan Pemerintah Daerah

Tingkat II dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat,meningkatkan pendapatan masyarakat dan kualitas hidupmasyarakat. Dalam rangka mendukung pelaksanaan reformasi, maka

 pengelolaan bantuan dana umum dalam tahun 1998/1999 dan

1999/2000 dilakukan dengan memperhatikan aspirasi masyarakat,

kebutuhan nyata, kondisi dan potensi daerah, penataan ruang daerah

serta selaras dengan kebijakan pembangunan nasional. Pengelolaan

dana umum juga memperhatikan proyek/kegiatan yang memberikan

nilai tambah secara ekonomis dan memberikan manfaat secara sosialdalam pemenuhan kebutuhan sosial dasar masyarakat. Sedangkan

Dana Khusus merupakan dana yang diberikan kepada Dati II

merupakan bantuan program untuk mendukung pencapaian sasaran

dan tujuan program pembangunan secara nasional yang menjadi

 prioritas dan harus dilaksanakan oleh daerah.

Seiring dengan perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat,

maka dilakukan penambahan komponen baru untuk mengatasidampak krisis yang diderita masyarakat dengan melakukan

 pengalihan sebagian dana sektoral ke dalam Dana Pembangunan,

seperti Pengembangan Industri Kecil dan Industri Rumah Tangga,

Kesehatan dan Pendidikan.

Langkah ini diikuti pula dengan perubahan peranan

 pemerintah di tingkat Pusat dan Propinsi untuk memusatkan hanya

 pada aspek perencanaan umum, pengalokasian, pemantauan danevaluasi serta pengawasan. Sesuai dengan tuntutan reformasi pula,maka dalam setiap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan

 pemantauan sejauh mungkin melihatkan masyarakat secara luas

V/27

Page 30: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 30/35

melalui lembaga dan forum musyawarah masyarakat setempat

seperti kelompok pengajian, masjid, gereja, ormas, dan badan

 pengelola penyelenggara pendidikan (BP3). Begitu pula halnya

dalam penyaluran dana dilakukan secara sederhana, lebih cepat dan

terbuka sehingga dapat diketahui semua unsur masyarakat luas.

Bantuan Dana Pembangunan Desa/Kelurahan adalah bantuan

block grant  yang diberikan kepada setiap desa/kelurahan

dimasukkan untuk: (i) meningkatkan sarana pelayanan masyarakat

dalam pengelolaan pembangunan di desa/kelurahan, yang didukung

oleh struktur organisasi, manajemen administrasi dan sarana

kelembagaan desa secara memadai, (ii) meningkatkan kemampuan

kelembagaan di tingkat desa untuk menampung, menyalurkan aspirasi,

mengkoordinasikan dan memberdayakan masyarakat dalammelaksanakan program pembangunan serta mampu mengelola

 pembangunan secara mandiri, dan (iii) meningkatkan kemampuan

lembaga pengelolaan keuangan dan usaha milik masyarakat dalam

rangka meningkatkan produksi, pendapatan, dan kesempatan kerja.

Perubahan kebijakan yang dilakukan dalam pengelolaan Dana

Pembangunan Desa/Kelurahan adalah pengalihan sasaran pengelolaan dana yang semula masyarakat desa menjadi aparat desa.

Perubahan. kebijaksanaan ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan sarana pelayanan umum masyarakat dengan

komponen kegiatan sebagai berikut; (i) menunjang kegiatanadministrasi, dan biaya operasional pemerintah desa dan lembaga

kemasyarakatan lainnya, (ii) menyelenggarakan pelatihan dan

 penyuluhan dalam rangka pengembangan kelembagaan masyarakat,

dan (iii) menunjang kegiatan PKK, anak dan remaja. Jumlah dana

 pembangunan desa ditingkatkan dari Rp. 6,5 juta per desa pada

tahun anggaran 1998/1999 menjadi Rp. 10 juta per desa pada tahunanggaran 1999/2000.

V/28

Page 31: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 31/35

Sedangkan dana perluasan jaring pengaman sosial dan

 pemberdayaan masyarakat lebih ditujukan kepada masyarakat

sebagai perencana sekaligus pelaksana dan pengawas. Dalam upaya

untuk mencapai sasaran yang lebih efektif, pemerintah

meningkatkan upaya-upaya diseminasi informasi program-program

yang disampaikan, dan membuka mekanisme pengaduan masyarakatatas setiap penyelewengan atau penyimpangan yang terjadi dalam

kegiatan-kegiatan program pembangunan di daerah, dimulai dari

 program-program jaring pengaman sosial.

D. Tindak Lanjut yang Diperlukan

Disadari bahwa otonomi daerah yang berpihak kepada

kepentingan rakyat daerah tidak akan pernah dapat dibangun

semata-mata oleh UU No. 22 Tahun 1999 tentang PemerintahanDaerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Namun demikian harus

didukung oleh sumberdaya manusia dan perangkat institusi yang

cukup mampu. Dua UU ini telah melandasi beberapa perubahan

mendasar kepada kehidupan bernegara dengan memberikan otonomi

yang jauh lebih besar kepada daerah.

Beberapa perubahan mendasar yang patut diperhatikan dari

kedua undang-undang tersebut adalah:

1. Dari Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah:

a. Semangat otonomi daerah yang lebih besar, dimulai dengan

 perubahan sebutan pada nama daerah otonom. Is ti lah

V/29

Page 32: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 32/35

tingkatan Dati I dan Dati II diganti dengan Propinsi dan

Kabupaten/Kota.

 b. UU ini memperpendek jangkauan asas dekonsentrasi yang

dibatasi hanya sampai pemerintahan propinsi. Pemerintahan

Kabupaten dan Kota telah terbebas dari intervensi kuat

melalui perangkapan jabatan Kepala Daerah Otonom danKepala Wilayah Administratif. Bupati dan Walikota adalahKepala Daerah Otonom saja. Sementara itu jabatan Kepala

Wilayah pada Kabupaten dan Kota sudah tidak di kenal lagi.

c. Bupati dan Walikota dipilih secara mandiri oleh DPRD

Kabupaten/Kota tanpa melibatkan pemerintah propinsi

maupun pemerintah Pusat. Oleh karena itu, Bupati dan

Walikota harus bertanggungjawab kepada dan bisa

diberhentikan oleh DPRD sebelum masa jabatannya selesai.Sementara itu, pemerintah Pusat (Presiden) hanya diberi

kekuasaan untuk "memberhentikan sementara" seorang

Bupati/Walikota jika dianggap membahayakan integrasi

nasional.

d. UU ini menghapuskan posisi wilayah administratif padalevel daerah Kabupaten dan daerah Kota.  Integrated 

 Prefectoral System yang sentralistis yang digunakan UU

 No. 5 Tahun 1974 diubah menjadi  Functional System,  bukansekedar  Unintegrated Prefectoral System sebagaimana

dikenal dalam UU No. 1 Tahun 1957.

e. UU ini menetapkan pemerintahan kecamatan dan kelurahan

sebagai perangkat daerah otonom, yaitu daerah kabupaten

dan daerah kota. Dengan kata lain, pemerintahan kecamatanmenempati posisi sebagai kepanjangan Langan pemerintah

daerah otonom, dan bukan sebagai aparat dekonsentrasi.

f. UU ini mengenal Badan Perwakilan Desa yang menjadi

lembaga perwakilan rakyat di tingkat desa. Hal ini

V30

Page 33: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 33/35

merupakan perkembangan baru bagi kehidupan demokrasi di

tingkat desa.

g. UU ini memberikan kewenangan yang lebih luas kepada

daerah otonom yang meliputi seluruh bidang pemerintahan

kecuali politik luar negeri, hankam, peradilan, moneter dan

fiskal, agama serta 'kewenangan bidang lain'. Hanya rajadefinisi 'kewenangan bidang lain' itu ternyata masih sangat

luas, sebab mencakup perencanaan dan pengendalian

 pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan

keuangan, sistem administrasi negara dan perekonomian

negara, pembinaan dan pemberdayaan SDM, pendayagunaanSDA serta teknologi tinggi strategis, konservasi dan

standarisasi nasional.

2. Dari UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Daerah:

a. Sumber-sumber keuangan daerah diperbesar, sejalan dengan

dikembangkannya prinsip perimbangan. Sebagai contoh,

 penerimaan negara dari SDA sektor kehutanan, pertambangan

umum dan perikanan dibagi dengan imbangan 20 persen untuk 

 pemerintah pusat dan 80 persen untuk pemerintah daerah.

Sementara itu pemerintah pusat memperoleh alokasi yang lebih besar untuk sektor pertambangan minyak bumi (85 persen) dan

gas alam (70 persen).

 b. Ada kewajiban minimal bagi pemerintah pusat untuk 

memberikan alokasi kepada daerah. Pasal 7 ayat 1 menyebutkan

 bahwa Dana alokasi Umum ditetapkan sekurang-kurangnya 25

 persen dari penerimaan dalam negeri yang ditetapkan APBN.

c. Semangat pemerataan antar daerah bisa dilihat dari adanya danaalokasi umum, dana alokasi khusus, dan dana darurat. Namun

 

V/31

Page 34: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 34/35

transparansi dan kontrol daerah terhadap pemerintah pusat

mengenai penggunaan dana-dana ini sangat diperlukan.

Pembaharuan-pembaharuan yang dimungkinkan dengan

adanya kedua undang-undang tersebut perlu segera diwujudkan

melalui peraturan pelaksanaan yang merupakan penjabaran dan

 pedoman pelaksanaannya, sehingga upaya desentralisasi akan

terwujud dengan baik sesuai dengan tenggang waktu yangdiamanatkan oleh undang-undang.

Selain itu, upaya-upaya yang perlu dipercepat adalahmeningkatkan kemampuan sumberdaya manusia daerah terutama di

lingkungan pemerintahan daerah, dan penyempurnaan organisasi

 pemerintahan melalui pelatihan-pelatihan, maupun pengisian

 jabatan-jabatan dan fungsi yang dibutuhkan dengan tenaga-tenaga

terdidik/terlatih pemerintah dari tempat-tempat lain yang kurang

 berfungsi. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah perpindahan penduduk antar daerah baik secara spontan maupun melalui program

transmigrasi.

Dengan otonomi daerah yang seluas-luasnya ini maka

 pemberdayaan masyarakat dapat lebih ditingkatkan lagi dengansemangat kesetaraan jender, artinya tidak ada pembedaan antar 

 jender dalam pembangunan. Sehubungan dengan peningkatan

 peranan wanita didalam pembangunan dilakukan pembentukan Biro

Peranan Wanita. Pembentukannya sudah dilakukan dibeberapadaerah dan akan terus diwujudkan pada daerah lainnya yang belum

membentuknya.

Mengingat kewenangan dalam penyelenggaraan pemerintahan

sebagian besar akan berada ditangan daerah, ditambah lagi dengan

V/32

Page 35: 0T0NOMI DAERAH

7/16/2019 0T0NOMI DAERAH

http://slidepdf.com/reader/full/0t0nomi-daerah 35/35

kemampuan daerah yang cukup beragam, maka perlu diwaspadaidan dicermati akan terjadinya berbagai dampak buruk dari"kecongkakan daerah", misalnya: hambatan arus barang dan jasa

antar daerah, hambatan arus perpindahan penduduk antar daerah,

dan perbedaan kapasitas dan kemampuan serta pertumbuhan antar 

daerah. Dampak-dampak seperti ini seyogyanya dapat diselesaikan

didalam suatu forum koordinasi pembangunan antar daerah danantar daerah dengan pusat.

Lebih jauh lagi, dengan diundangkannya UU No. 22 Tahun

1999 dan UU No. 25 Tahun 1999, ditambah dengan UU No. 24Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, maka daerah telah memiliki

dasar hukum untuk menyelenggarakan pemerintah dari segi

kewenangan, keuangan dan alokasi sumber daya alam. Ketiga UU

ini satu sama lain saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan

sebagai dasar dalam upaya mewujudkan otonomi daerah,melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan dan usaha

 pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam.