080042-rian sukma jatnika-neoliberalis serta tidak independennya wto dan imf pada negara berkembang

31
1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Tujuan Penelitian 2 1.4 Metode Penelitian 3 BAB 2 PEMBAHASAN 4 2.1 Sejarah Perkembangan Ekonomi Politik Internasional 4 2.1.1 Sebelum Perang Dunia Kedua 4 2.1.2 Pasca Perang Dunia Kedua

Upload: insan-javanica

Post on 27-Jul-2015

384 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 080042-Rian Sukma Jatnika-Neoliberalis Serta Tidak Independennya WTO Dan IMF Pada Negara Berkembang

1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penelitian 2

1.4 Metode Penelitian 3

BAB 2 PEMBAHASAN 4

2.1 Sejarah Perkembangan Ekonomi

Politik Internasional 4

2.1.1 Sebelum Perang Dunia Kedua 4

2.1.2 Pasca Perang Dunia Kedua

(Bretton-Woods System) 5

2.1.3 Pasca Perang Dingin 7

2.2 Mengenal World Trade Organization (WTO) 8

2.3 Mengenal International Monetary Fund 9

2.4 Hubungan Paradigma Neoliberalisme

terhadap Munculnya WTO dan IMF

dalam perkembangan Ekonomi Politik Internasional 10

Page 2: 080042-Rian Sukma Jatnika-Neoliberalis Serta Tidak Independennya WTO Dan IMF Pada Negara Berkembang

2

2.5 Studi Kasus mengenai Ketidakindependensian

WTO dan IMF(serta World Bank)

dalam masalah Hutang Argentina 14

2.5.1 Masalah Hutang Argentina 14

BAB 3 KESIMPULAN 17

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: 080042-Rian Sukma Jatnika-Neoliberalis Serta Tidak Independennya WTO Dan IMF Pada Negara Berkembang

3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekonomi Politik Global merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dalam

hidup ini. Dengan menghilangkan embel-embel kata politik dan kata global,

tersisa sebua kata yaitu Ekonomi. Untuk bertahan hidup kita butuh makan. Dan

untuk memperoleh kebutuhan tersebut, kita dapat memperolehnya di pasar dan

kita membayarnya dengan uang yang kita peroleh. Semakin tinggi kebutuhan

yang kita peroleh semakin tinggipun pengeluarannya. Imbasnya kita tidak dapat

membeli apapun tanpa uang. Sedangkan untuk memperoleh barang-barang yang

kita butuhkan, kita membutuhkan kekayaan sebagai antonim atau kemiskinan

yang merupakan hal yang akan kita hindari. Kata politik setelah kata Ekonomi,

seperti disinggung diawal, muncul ketika kita mencoba membahas kata pasar

sebagai tempat untuk memperoleh kebutuhan. Berbicara mengenai pasar modern,

sangat perlu sekali adanya aturan-aturan politik yang meregulasi kegiatan pasar

serta melegitimasi pasar itu sendiri karena jika tidak, pasar tersebut akan menjadi

“pasar gelap” yang berdasarkan ancaman, penyuapan dan kekuatan. Regulasi dan

aturan politiklah yang menjadikan sebuah pasar berfungsi. Disaat yang

bersamaan,kekuatan ekonomi merupakan dasar dari kekuatan politik. Bedanya

adalah Ekonomi dilakukan melalui pencapaian kekayaan sedangkan politik

bermuara pada pencarian kekuatan. Hal ini menciptakan hubungan yang

complicated dalam ranah politik internasional antara negara dan pasar. Inilah yang

merupakan inti dari ekonomi politik global.

Perkembangan ekonomi internasional saat ini tidak terlepas dari

munculnya era globalisasi yang merata disetiap lini kehidupan. Globalisasi adalah

Page 4: 080042-Rian Sukma Jatnika-Neoliberalis Serta Tidak Independennya WTO Dan IMF Pada Negara Berkembang

4

meluasnya dan meningkatnya hubungan ekonomi,sosial,dan budaya yang

melewati batas-batas internasional. Globalisasi ekonomi sangat nyata kemudian

menimbulkan pergeseran kualitatif menuju perekonomian dunia yang tidak lagi

berdasarkan pada perekonomian nasional yang otonom melainkan berdasarkan

pasar global yang kuat bagi produksi, distribusi dan konsumsi.

Jangan lupakan juga peran aktor non negara yang muncul belakangan ini

dengan sangat pesat. Menggeser peran negara sebagai aktor utama dalam tataran

hubungan internasional seperti yang diklaim realis. Peran Lembaga-lembaga

keuangan dan perdagangan internasional seperti IMF,World Bank, WTO,dll

sangatlah besar. Bahkan sebagian kedaulatan negara pun harus diserahkan pada

organisasi-organisasi raksasa tersebut.

Tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah sebenarnya positif, tetapi

apakah kita bisa menjamin keindependensian organisasi tersebut? Apakah tidak

ada pengaruh hegemoni dari negara-negara industri yang menaungi organisasi-

organisasi tersebut?. Inilah yang menjadi sebuah pertanyaan besar.

1.2 Rumusan Masalah

Mengacu dari latar belakang masalah, maka terdapat beberapa rumusan

masalah yang harus dikaji.

1. Bagaimana perkembangan Ekonomi Politik Dunia?

2. Apakah IMF itu?bagaimana sejarah berdirinya?dan untuk apa IMF?

3. Apakah WTO itu?bagaimana sejarah berdirinya?dan untuk apa WTO

berdiri?

4. Apakah paradigma Neoliberalis itu?

5. Bagaimanakah bentuk ketidakindependensian yang telah dilakukan WTO,

World Bank dan IMF pada negara-negara berkembang?serta contoh

kasusnya?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perkembangan Ekonomi Politik Dunia.

2. Mengenal IMF serta sejarah berdiri dan tujuan didirikannya.

Page 5: 080042-Rian Sukma Jatnika-Neoliberalis Serta Tidak Independennya WTO Dan IMF Pada Negara Berkembang

5

3. Mengenal WTO serta sejarah berdiri dan tujuan didirikannya.

4. Mengetahui paradigma Neoliberalisme dalam hubungan dengan Ekonomi

politik internasional.

5. Mengetahui bentuk ketidakindependensian yang telah dilakukan WTO,

World Bank dan IMF pada negara-negara berkembang beserta contoh

kasus sebagai analisisnya.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang penulis gunakan dalam menyusun tulisan ini adalah metode

literatur yang mana penulis mencari dan mengumpulkan data-data yang

berkaitan dengan tulisan yang penulis susun melalui beberapa sumber buku

dan referensi dari internet.

Page 6: 080042-Rian Sukma Jatnika-Neoliberalis Serta Tidak Independennya WTO Dan IMF Pada Negara Berkembang

6

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan

Ekonomi Politik Internasional

Pada latar belakang dijelaskan bahwa, berbicara mengenai pemenuhan kebutuhan,

maka kita berbicara mengenai pasar modern dimana didalamnya terdapat regulasi

yang mengatur bagaimana mekanisme pasar itu beroperasi. Dengan kata lain

regulasi itu sangat diperlukan dalam mekanisme pasar modern. Perkembangan

Ekonomi Politik Internasional tidak lepas dari pembentukan regulasi atau hukum

dan institusi sebagai badan yang mengatur. Secara umum, perkembangannya

terbagi dalam tiga era yaitu Pra-Perang Dunia 2, Pasca Perang Dunia 2, dan pasca

Perang Dingin

2.1.1 Sebelum Perang Dunia II

Menurut Verlorent van Themaat, hukum ekonomi internasional

berkembang pada abad 21. Klausul-klausul “most-favoured-nation” (MFN)

treatment dan “resiprositas” (timbal balik) sudah pula dikenal1. Klausul MFN

pertama yang didasarkan pada suatu perjanjian yang ditandatangani oleh Inggris

dan Burgundy pada 17 Agustus 1417. Di abad ini prinsip-prinsip hukum laut turut

pula memberi sumbangan penting sebagai cikal bakal lahirnya hukum ekonomi

internasional, misalnya prinsip kebebasan berlayar (freedom navigation) dan

prinsip kebebasan menangkap ikan di laut lepas. Selain itu juga ada prinsip

cabotage, prinsip ini merupakan hak bagi negara pantai untuk membolehkan atau

tidak, kapal asing berlayar mengangkut barang.

1 Huala ,Adolf. (2003). Hukum Ekonomi Internasional. Jakarta : Rajawali Pers

Page 7: 080042-Rian Sukma Jatnika-Neoliberalis Serta Tidak Independennya WTO Dan IMF Pada Negara Berkembang

7

Pada masa ini hukum ekonomi internasional umumnya yang berupa

klausul-klausul MFN tertuang dalam bentuk perjanjian-perjanjian bilateral

mengenai perdagangan dan navigasi.

Pada tahun 1914 gambaranya telah berubah, campur tangan negara mulai

tampak. Ditandai pula dengan upaya-upaya Liga Bangsa-Bangsa (LBB)

melakukan studi-studi ekstensif mengenai klausul-klausul MFN dan masalah-

masalah perdagangan lainya. Antara lain studi terhadap klausul yang termuat pada

suatu konvensi yang ditandatangani pada tanggal 5 Juli 1980 mengenai publikasi

tarif-tarif cukai (customs tariffs).

LBB juga mensponsori studi-studi mengenai formalitas-formalitas pajak

(customs) diantara tahun 1923 dan 1936. Prinsip-prinsip yang dibahas dalam

studi-studi ini kemudian menjadi landasan bagi perjanjian-perjanjian ekonomi

internasional setelah Perang Dunia II, misalkan General Agreement on Tariffs and

Trade (GATT)

2.1.2 Pasca Perang Dunia II: Bretton Woods System

Pada waktu berlangsungnya Perang Dunia II, negara-negara sekutu

khususnya Amerika Serikat dan Inggris, memprakarsai pembentukan lembaga-

lembaga ekonomi internasional guna mengisi tujuaan kebijakan perekonomian

internasional. Tujuan itu melahirkan diselenggarakanya konferensi Bretton Woods

(1944) dan pendirian International Monetary Fund (IMF) dan International Bank

For Reconstuction and Development (IBRD).

Setelah berdirinya PBB tahun 1945, salah satu tindakan pertamanya adalah

mempersiapkan konferensi yang bertugas merancang suatu Piagam Organisasi

Perdagangan Internasional (International Trade Organization / ITO), piagam ini

pun berhasil disahkan di Havana pada 1948, namun tidak berlaku karena Kongres

Amerika Serikat tidak menyetujuinya2.

2 ibid

Page 8: 080042-Rian Sukma Jatnika-Neoliberalis Serta Tidak Independennya WTO Dan IMF Pada Negara Berkembang

8

Pada masa ini juga telah dirundingkan mengenai pembentukan GATT,

namun ketika ITO gagal, GATT kemudian dijadikan sebagai suatu organisasi

internasional yang diberlakukan dengan Protocol of Provisional Application yang

ditandatangani pada 1947, dengan ini GATT merupakan perjanjian internasional

yang mengikat. Namun pada kenyataanya GATT sendiri tidak memenuhi syarat

sebagi suatu organisasi. Begitu pula denganm Protokol of Provosional

Application yang dalam ketentuan-ketentuanya terdapat ketidaksesuaian dengan

ketentuan dalam GATT.

Lembaga-lembaga ekonomi internasional dalam bidang uang dan

perdagangan ini yaitu IMF dan IBRD serta GATT dianggap sebagai pembentuk

Bretton Woods System3.

Pada tahun 1960 telah lahir Organization for Economic Cooperation and

Development (OECD) guna mengelola bantuan Marshall Plan. Dalam

perkembanganya, oleh AS diperluas mencaku rekonstruksi atas eropa setelah

Perang Dunia II. Dalam dewasa ini malah memainkan peran penting guna

membahas dan merumuskan prinsip-prinsip tindakan negara maju dalam

transaksi ekonomi internasional. Keanggotaan OECD mencakup negara-negara

industri seperti Jepang, negara-negara Eropa Barat, AS, Kanada, Australia dan

Selandia Baru. Badan-Badan lain juga telah pula diprakarsai dan dibentuk oleh

PBB sehingga dewasa ini cukup banyak organisasi ekonomi internasional

membentuk kerangka yang menjadi landasan dibentuknya hukum ekonomi

internasional. Dalam hal ini badan khusus yang penting adalah United Nations

Conference on Trade and Development (UNCTAD) yang memainkan peran

penting dalam mewakili negara-negara yang sedang berkembang.

Pada mulanya Breeton Woods System ini kurang mendapat sambutan dari

negara-negara Eropa Timur termasuk Uni Soviet, juga negara-negara berkembang

dan miskin. Sistem ini dianggap hanya cocok untuk negara penganut pasar bebas,

dan kurang memperhatikan kepentingan dan permasalahan negara-negara

3 Michael D. Bordo and Barry Eichengreen, (1993), A restrospective on the Bretto Woods System: Lesson for International Monetary Reform., Chicago: Chicago University Press

Page 9: 080042-Rian Sukma Jatnika-Neoliberalis Serta Tidak Independennya WTO Dan IMF Pada Negara Berkembang

9

berkembang4. Banyaknya kritik, maka lahirlah UNCTAD yang berperan sebagai

juru bicara demi kepentingan negara-negara berkembang.

2.1.3 Pasca Perang Dingin

Ditandai dengan adanya perubahan politik dan ekonomi. Perubahan politik

tampak pada proses demokrasi di negara-negara Eropa Timur dan Amerika Latin.

Umumnya proses kearah demokratisasi ini baru muncul apabila ada pertumbuhan

basis ekonomi yang stabil, dan basis ekonomi yang demikian terbentuk manakala

hukum ekonomi internasional dapat menciptakan suatu pasar terbuka dan

kompetitif.

Peran hukum ekonomi internasional di masa ini ditandai dengan kecenderungan-

kecenderungan sebagai berikut5:

a. Semakin berperannya organisasi-organisasi internasional yang melahirkan

perjanjian-perjanjian internasional guna mengatur kegiatan-kegiatan ekonomi

internasional

b. Seiring dengan semakin kompleksnya hubungan-hubungan atau transaksi

ekonomi internasional dewasa ini telah mengakibatkan semakin kompleksnya

aturan-aturan hukum ekonomi internasional yang mengaturnya.

c. Konsekuensi lain dari semakin intensifnya transaksi-transaksi ekonomi

internasional telah menyebabkan timbulnya sengketa-sengketa perdagangan

antar negara. Kecenderungan ini telah melahirkan suatu perangkat hukum

ekonomi internasional mengenai penyelesaian sengketa guna mengantisipasi

kecenderungan-kecenderunga tersebut.

d. Berkaitan dengan kedudukan hukum ekonomi internasioanl dalam tatanan

hukum nasional di negara-negara di dunia. Fenomena yang muncul adalah

negara-negara mau tidak mau memaksakan diri untuk menyesuaikan hukum

nasionalnya dengan aturan-aturan hukum ekonomi internasional.

4 Ibid

5 Huala ,Adolf. (2003). Hukum Ekonomi Internasional. Jakarta : Rajawali Pers

Page 10: 080042-Rian Sukma Jatnika-Neoliberalis Serta Tidak Independennya WTO Dan IMF Pada Negara Berkembang

10

Kita lihat pada point pertama bahwa dalam perkembangan Ekonomi Politik

Global tidak lepas dari munculnya aktor-aktor non-negara seperti WTO, IMF dan

World Bank. Bahasannya selanjutnya akan membahas sekilas berkenaan dengan

organisasi-organisasi tersebut.

2.2 Mengenal World Trade Organization (WTO)

World Trade Organization (WTO) didirikan pada tahun 1994 dengan

ditandatanganinya Marrakesh Agreement Establishing in the World Trade

Organization oleh 124 negara anggota GATT (General Agreement on Trade and

Tariff). Dengan ditandatanganinya perjanjian pembentukan WTO tersebut, maka

WTO menjadi organisasi pengganti GATT yang melaksanakan seluruh aturan

perdagangan internasional yang telah disepakati di Marrakesh. WTO sendiri telah

berfungsi secara resmi mulai 1 Januari 1995. Perjanjian WTO bersifat contractual

dan binding terhadap Negara-negara anggotanya6. Sampai saat ini WTO memiliki

144 negara.

Tujuan didirikannya WTO terbagi dalam beberapa poin yaitu :7

Untuk mendorong perdagangan bebas dengan penghapusan hambatan-

hambatan perdagangan yang tidak menimbulkan dampak-dampak

sampingan. Dengan adanya WTO, setiap individu, perusahaan, dan

pemerintah Negara-negara anggota WTO dapat mengetahui aturan

perdagangan yang berlaku di seluruh dunia, dan memberikan kepercayaan

bahwa tidak akan terjadi perubahan-perubahan kebijakan perdagangan

secara mendadak, karena peraturan perdagangan yang ada dibuat secara

transparan dan mudah diprediksi.

Untuk menyediakan forum negosiasi perdagangan internasional yang lebih

permanen.

6 Yanyan Mochmad Yani Dan Anak Agung Banyu Perwita. (2005), Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung : Remaja Rosdakarya

7 ibid

Page 11: 080042-Rian Sukma Jatnika-Neoliberalis Serta Tidak Independennya WTO Dan IMF Pada Negara Berkembang

11

Sebagai mediator untuk penyelesaian sengketa perdagangan internasional

2.3 Mengenal International Monetary Fund (IMF)

Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund

(IMF) adalah organisasi internasionalyang bertanggungjawab dalam mengatur

sistem finansial global dan menyediakan pinjaman kepada negara anggotanya

untuk membantu masalah-masalah keseimbangan neraca keuangan masing-

masing negara.

Salah satu misinya adalah membantu negara-negara yang mengalami

kesulitan ekonomi yang serius, dan sebagai imbalannya, negara tersebut

diwajibkan melakukan kebijakan-kebijakan tertentu misalnya privatisasi badan

usaha milik negara.

Tujuan IMF sesuai dengan anggaran dasarnya, tepatnya pada pasal 1

yaitu:8

untuk memajukan kerja sama moneter internasional melalui institusi yang

menyediakan fasilitas untuk konsultasi dan kerjasama dalam memecahkan

masalah moneter internasional.

 Untuk memudahkan ekspansi dan perkembangan yang seimbang

perdagangan internasional, dan untuk berperan serta dalam memajukan

dan memelihara mutu tenaga kerja dan pendapatan riil serta perkembangan

sumber-sumber produktif dari seluruh anggota sebagai tujuan primer dari

kebijakan ekonomi.

  Untuk memajukan stabilitas perdagangan, memelihara perjanjian

perdagangan yang baik antar anggota, dan untuk menghindari depresiasi

perdagangan kompetitif.

 Untuk membantu penciptaan sistem pembayaran multilateral berdasarkan

transaksi-transaksi lancar antar negara anggota dan dalam mengeliminasi

8 Richard Peet. (2003), Unholy Trinity: The IMF, World Bank, and WTO, Johanesburg: Wits University Press

Page 12: 080042-Rian Sukma Jatnika-Neoliberalis Serta Tidak Independennya WTO Dan IMF Pada Negara Berkembang

12

batasan perdagangan luar negeri yang menghalangi perkembangan

perdagangan dunia.

Untuk memberikan keyakinan pada anggota dengan menyediakan sumber-

sumber umum IMF pada mereka berdasarkan perlindungan yang cukup,

sehingga dengan demikian memberikan kesempatan untuk mereka

mengkoreksi penyimpangan penyesuaian dalam saldo pembayaran mereka

tanpa menyortir ulang penilaian destruktif kemakmuran nasional atau

internasional.

Berdasarkan hal di atas, untuk menyingkat waktu dan memendekkan

ukuran disekulibrium saldo pembayaran internasional negara-negara

anggota, IMF akan mendasarkan semua kebijakan dan keputusannya pada

tujuan yang telah ditetapkan dalam pasal ini.

2.4 Hubungan Paradigma Neoliberalisme terhadap Munculnya WTO dan

IMF dalam perkembangan Ekonomi Politik Internasional

Pada pembahasan sebelumnya, telah dibahas secara sekilas mengenai actor

non-negara yang tumbuh begitu pesat seiring dengan berkembangnya Ekonomi

Politik Global. Organisasi itu terutama adalah yang memimpin lembaga keuangan

dunia yaitu IMF, WTO, dan World Bank. Secara teoritis, untuk membahas

munculnya aktor non-negara dalam sistem internasional dapat dipahami melalui

paradigma Neoliberalis.

Munculnya non-state actors dalam peta perpolitikan dunia merupakan

sebuah revolusi yang mengejutkan. Perkembangan tersebut sejalan dengan

perdebatan teori-teori dalam hubungan internasional yang tak kunjung padam.

Aktor non-negara muncul setelah adanya negara sebagai aktor utama dalam

hubungan internasional. Dengan kata lain kita bisa menyebutkan bahwa state

actors vs non-state actors terjadi dalam frame perkembangan hubungan

internasional. Lebih tepatnya perdebatan antara realis-neorealis dengan

neoliberalis.

Page 13: 080042-Rian Sukma Jatnika-Neoliberalis Serta Tidak Independennya WTO Dan IMF Pada Negara Berkembang

13

Mari kita awali dengan perkembangan realis dan neorealis. Kedua perspektif ini

mengedepankan negara sebagai aktor utama dalam hubungan internasional.

Berikut adalah prinsip-prinsip dalam realis dan juga neorealis :9

Fokus analisis Struggle for power diantara negara-negara

dalam sistem internasional yang anarki.

Aktor Utama Negara sebagai aktor utama.

Sifat Negara Rational, unitary actory.

Tujuan Negara Memperluas power dan keamanan

Pandangan terhadap manusia Pesimistis

Kondisi sistem internasional Anarchy, Self-help system

Konsep utama Security dilemma, balance of power, Power

politics, Anarchy, Self-help system, Rational

actor, Hegemon, Neorealisme.

Seperti yang dikatakan dimuka bahwa, terdapat perdebatan antara realisme dan

neoliberalis. Realis dan Neorealis mengedepankan negara sebagai aktor utama

dalam hubungan internasional. Namun dalam dekade-dekade terakhir,

ketidakpuasan terhadap realisme dan neorealis telah mengemuka. Terdapat

pandangan bahwa diperlukan pemikiran liberal yang lebih tepat untuk

mengcounter pemikiran realisme. Hal tersebut bermuara pada beberapa kritik

yaitu:10

a. Pemikiran politik power telah gagal dalam memprediksikan akhir yang

damai dari perang dingin dan perubahan sosial internasional.

9 Marc A. Genest, 2004, Conflict and Cooperation. Evolving Theories of Internasional Relations, 2nd

ed., Belmont: Thomson Wadsworth, hlm. 41

10 Charles W. Keygley Jr. dan Eugene R. Wittkopf, 2004, World Politics. Trend and Transformation, 9thed., Belmont: Thomson Wadsworth, Hlm. 43

Page 14: 080042-Rian Sukma Jatnika-Neoliberalis Serta Tidak Independennya WTO Dan IMF Pada Negara Berkembang

14

b. Para peneliti berpendapat bahwa teori dasar mengenai perang dan damai

dari realis dan neorealis adalah cacat karena realis terlalu

menyederhanakan konsep power dan salah paham terhadap sejarah.

c. Pendekatan realisme tampaknya tidak akan menjadi pedoman yang

memadai bagi masa depan politik internasional karena dalam agenda

global terdapat pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah yang realis

tidak bisa tangani seperti masalah AIDS, Degradasi Lingkungan,

Pemanasan Global, Keterbelakangan Ekonomi, dan Globalisasi

Perdagangan dan Pasar.

Oleh karena perdebatan-perdebatan diatas terus mengemuka, terutama pasca

perang dingin, maka di awal tahun 1990an, Neoliberalisme muncul. Sebuah

pendekatan baru dalam politik dunia yang fokus dalam cara organisasi

internasional dan aktor-aktor bukan negara lainnya dalam memajukan

kerjasama internasional11.

Terdapat enam hal yang menjadi perbedaan antara Neorealis dengan

Neoliberalis sekaligus juga merupakan kritik Neoliberalis terhadap Neorealis.

Enam hal tersebut akan dipaparkan dibawah ini:12

Sifat dan Konsekuansi Anarki

Neoliberalis memandang anarki sebagai masalah besar yang dapat

diselesaikan melalui terciptanya Institusi Global yang kokoh.

Kerjasama Internasional

Neoliberalis percaya bahwa kerjasama dapat diharapkan karena kolaborasi

menghasilkan keuntungan bagi masing-masing pihak diman kemudian

dapat mengurangi godaan untuk saling bersaing dengan ego.

Keuntungan Relatif dan Absolut

11 Ibid

12 Ibid, Hlm. 44

Page 15: 080042-Rian Sukma Jatnika-Neoliberalis Serta Tidak Independennya WTO Dan IMF Pada Negara Berkembang

15

Neoliberalis percaya bahwa negara termotivasi untuk mencari kesempatan

untuk menciptakan kerjasama yang akan menghasilkan keuntungan

absolut bagi setiap pihak dalam kerjasama.

Prioritas Tujuan Negara

Baik Neorealis maupun Neoliberalis memandang keamanan nasional dan

ekonomi nasional sebagai tujuan utama negara akan tetapi Neoliberalis

(tidak seperti Neorealis yang mengutamakan Keamanan) percaya bahwa

negara menempatkan kesejahteraan ekonomi dalam posisi utama.

Keinginan melawan Kapabilitas

Neoliberalis berpendapat bahwa keinginan negara, kepentingan, informasi,

dan gagasan lebih berpengaruh daripada pembagian kapabilitas.

Institusi dan Rezim

Neoliberalis percaya bahwa institusi seperti World Trade Organization

menciptakan norma-norma yang mengikat para anggotanya dan yang

mengubah pola politik internasional. Lain halnya Neorealis yang

berpendapat bahwa Organisasi semacam PBB sebagai arena dimana

negara menyelesaikan kompetisi tradisional dan rivalitas politiknya.

Lalu kemudian, setelah terjalin kerjasama internasional antar negara, serta non-

state actors dalam hal ini termasuk organisasi internasional. Maka terbentuk

World Governance dimana didalamnya terdapat state-actors maupun non-state

actors yang melakukan process decission making, dan segala macam hal yang

tentu saja mereka dikikat oleh norma-norma sebagaimana Neoliberalis tekankan.

2.5 Studi Kasus mengenai Ketidakindependensian WTO dan IMF(serta

World Bank) dalam masalah Hutang Argentina.

Setelah kita melihat dari sisi Neoliberalis dimana menjelaskan mengenai

kemunculan aktor-aktor non-negara dalam hubungan internasional, sepintas, kita

melihatnya dengan begitu penuh pengharapan. Dimana tidak seperti Realis yang

selalu menekankan pada isu perang, arms race, dan hal-hal lain yang cenderung

Page 16: 080042-Rian Sukma Jatnika-Neoliberalis Serta Tidak Independennya WTO Dan IMF Pada Negara Berkembang

16

negatif, Neoliberalis cenderung lebih enak dipandang. Dimana dibawah naungan

organisasi internasional dan melalui kerjasama antar Negara, maka tercipta

keharmonisan antar Negara sehingga pada gilirannya akan menciptakan

perdamaian dunia. Dalam konteks Ekonomi Politik Global, maka itu akan

berdampak pada terciptanya kesamarataan dalam perekonomian di tiap Negara.

Timbul pertanyaan besar, akankah demikian adanya?. Ternyata tidak. Dalam

contoh kasus dibawah ini, terdapat indikasi ketidakindepensian dari IMF, World

Bank dan WTO yang mengakibatkan tidak stabilnya perekonomian pada Negara-

negara berkembang.

2.5.1 Masalah Hutang Argentina

Minggu ini, seorang hakim pengadilan distrik di Amerika Serikat, yang

memberi keputusan atas para kreditor pemegang surat-surat hutang Argentina,

telah membekukan aset-aset bank sentral Argentina di New York. Keputusan

hakim tersebut merupakan contoh terbaru dari sebuah masalah yang disebabkan

oleh para kreditor dan Dana Hering yang tidak bisa berkompromi satu sama lain

dan hal itu telah menjangkiti negara-negara yang berpenghasilan rendah dan

menengah selama beberapa waktu. Hal ini lebih diperparah dengan tidak adanya

pengadilan yang sah secara internasional yang digunakan untuk menyelesaikan

sengketa yang didasarkan pada seperangkat aturan finansial yang bertanggung

jawab. Sebaliknya situasi memandang adanya perlindungan yang tidak

diskriminatif atas para kreditor dan para spekulator yang bertindak sebagai

kreditor. Cerita dari Argentina yang tengah berlangsung ini hanya merupakan

salah satu contoh dari kecenderungan umum saat ini.

Turunnya “Burung Bangkai”

Pada tahun 2002, Argentina mengalami masalah hutang yang parah dan terpaksa

harus kembali berhutang. Tahun 2004, setelah beberapa kali bernegosiasi,

akhirnya Argentina menegosiasikan kesepakatan dengan para pemegang obligasi

yang membayar kira-kira sepertiga dari nilai hutang. Pemegang hutang juga

ditawarkan kemungkinan untuk mengkonversi obligasi mereka ke pinjaman baru.

Page 17: 080042-Rian Sukma Jatnika-Neoliberalis Serta Tidak Independennya WTO Dan IMF Pada Negara Berkembang

17

Kebanyakan kreditor menerima tawaran ini sedangkan yang lain memutuskan

untuk bertahan untuk kesepakatan yang lebih baik.

Saat ini ada sejumlah orang yang mengklaim hutang Argentina menuntut uang

dari pemerintah Argentina, meskipun ada fakta bahwa mereka tidak memiliki

sejarah pinjaman kepada pemerintah, baik sebelum ataupun sesudah 2002. Bahkan

mereka mengklaim atas dasar bahwa mereka telah membeli surat hutang dari

orang lain. Keadaan diperparah dengan adanya kasus Dana Hering yang sangat

diperdebatkan dan agresif secara hukum. Pembelian Dana Hering umum atau

hutang yang dijamin secara umum dari para kreditor akan mendapat diskon besar

ketika debitur negara yang terlibat menghadapi kesulitan yang serius. Tujuannya

adalah untuk membuat negara membayar sebanyak mungkin dan menuntut negara

atas seluruh jumlah hutang yang asli berikut bunganya.

Sejak tahun 2002, perekonomian Argentina dan kesejahteraan sosial rakyat

Argentina telah diperburuk dengan apa yang disebut sebagai hold-out creditors

dan Dana Hering spekulatif yang telah membeli hutang Argentina yang gagal

tersebut. Putusan hakim Amerika hanyalah salah satu usaha terus-menerus yang

dilakukan untuk memanfaatkan hutang Argentina atau sebaliknya.

Bukankah Bank Dunia dan IMF dibentuk untuk memberikan dukungan

kepada negara-negara yang tengah mengalami krisis?

Saat ini para kreditor menggunakan Bank Dunia dan IMF sebagai “senjata”

mereka. Bahkan ternyata para kreditor, yang berada di Argentina yang selama ini

dikiaskan seperti burung bangkai, berasal dari Bank Dunia. Sekarang kasus ini

tengah berjalan melawan Argentina di Bank Dunia, Washington berdasarkan

Pengadilan ICSID (International Centre for Settlement of Investment Disputes).

Kasus ini dipimpin oleh konsorsium hukum yang dipimpin oleh biro hukum

perusahaan Italia, Grimaldi and Associates. Kasus ini dimulai pada bulan Juli

2008 dan pada bulan Januari 2010 kasus ini masih tertunda. ICSID yang ditunjuk

oleh Bank Dunia merupakan sebuah institusi yang controversial karena dituduh

memberikan pengaruh yang tidak sehat terhadap perusahaan-perusahaan. Bolivia

Page 18: 080042-Rian Sukma Jatnika-Neoliberalis Serta Tidak Independennya WTO Dan IMF Pada Negara Berkembang

18

bahkan keluar secara eksplisit dari ICSID karena alasan ini pada tahun 2007, dan

baru-baru ini Ekuador juga menarik diri dari ICSID pada bulan Juli 2009.

Pengalaman buruk dengan IMF yang dialami oleh Argentina sebelumnya telah

menjadi alasan yang cukup kuat bagi Argentina untuk tidak lagi berurusan dengan

IMF. Fungsi IMF dilihat lebih sebagai agen penagih hutang yang membantu

negara-negara terhutang dalam menagih hutang mereka dengan cara apapun.

Masalah internal dalam IMF baru-baru ini terungkap saat terjadinya kasus antara

Islandia dengan pemerintah Inggris dan Belanda. Kedua negara ini menuntut

Islandia untuk membayar uang guna menyelamatkan institusi dan warga negara

dari kedua negara ini yang telah kehilangan uang mereka di bank online Islandia

bernama Ice Save. Ketidakseimbangan peran IMF dapat dilihat dari perannya

yang rancu sebagai pemberi pinjaman bagi negara yang tengah mengalami krisis

dan sebagai agen penagih hutang untuk negara-negara kreditor yang secara jelas

diilustrasikan oleh wakil Belanda kepada IMF : “Islandia memiliki pinjaman IMF

bagian dari yang belum dicairkan. Jika ingin menerima pembayaran lebih lanjut

maka Islandia harus memenuhi kewajiban internasionalnya.

BAB 3

KESIMPULAN

Page 19: 080042-Rian Sukma Jatnika-Neoliberalis Serta Tidak Independennya WTO Dan IMF Pada Negara Berkembang

19

Pada latar belakang sudah dijelaskan bahwa Ekonomi merupakan hal penting

yang harus diperjuangkan dalam hidup karena dengan itulah kita dapat bertahan

hidup. Dalam skala yang lebih luas, setiap Negara berhak mendapatkan

perekonomian yang layak. Disini peran WTO, World Bank, dan IMF yang

merupakan badan dunia yang hirau terhadap masalah-masalah keuangan dan

Perdagangan Dunia memegang peranan vital.

Mengacu pada contoh kasus di Argentina, sebenarnya dapat dikatakan bahwa

bukan hanya Argentina saja yang terkena dampaknya tetapi semua Negara-negara

yang notabenya adalah Negara-negara berkembang. Sekarang ini kepentingan

spekulatif dan swasta dipaksakan melalui pengadilan Amerika Serikat dan negara

kaya lainnya. Sistem ini tidak adil dan tidak memadai. Pengadilan dan institusi

pembuat keputusan seperti Bank Dunia dan IMF bukanlah pengganti untuk

pengadilan-pengadilan yang sah secara internasional. Situasi di Argentina yang

juga banyak terjadi di negara lain menunjukkan perlunya sebuah mekanisme

untuk solusi hutang internasional yang adil dan manusiawi di mana mekanisme

tersebut cukup efektif dan efisien serta tidak memihak.

Daftar Pustaka

Huala ,Adolf. (2003). Hukum Ekonomi Internasional. Jakarta : Rajawali Pers

Page 20: 080042-Rian Sukma Jatnika-Neoliberalis Serta Tidak Independennya WTO Dan IMF Pada Negara Berkembang

20

Michael D. Bordo and Barry Eichengreen, (1993), A restrospective on the Bretto

Woods System: Lesson for International Monetary Reform., Chicago: Chicago

University Press

Yanyan Mochmad Yani Dan Anak Agung Banyu Perwita. (2005), Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional, Bandung : Remaja Rosdakarya

Charles W. Keygley Jr. dan Eugene R. Wittkopf, 2004, World Politics. Trend and

Transformation, 9thed., Belmont: Thomson Wadsworth

Marc A. Genest, 2004, Conflict and Cooperation. Evolving Theories of

Internasional Relations, 2nd ed., Belmont: Thomson Wadsworth

Richard Peet. (2003), Unholy Trinity: The IMF, World Bank, and WTO, Johanesburg: Wits University Press

TUGAS UTS

EKONOMI POLITIK GLOBAL II

Page 21: 080042-Rian Sukma Jatnika-Neoliberalis Serta Tidak Independennya WTO Dan IMF Pada Negara Berkembang

21

“NEOLIBERALISME SERTA TIDAK INDEPENDENNYA WTO DAN IMF PADA NEGARA

BERKEMBANG”

Oleh

Rian Sukma Jatnika 170210080042

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2010